• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI PENUTUP

Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program publik museum sebagian besar adalah sebagai sasaran program, belum mengarah pada keterlibatan sebagai mitra yang berperan turut memikirkan penyelenggaraan program publik.

Dalam rangka pelaksanaan program publik museum tahun 2006 – 2012, usaha-usaha untuk membangun keterlibatan masyarakat dengan aktivitas museum masih perlu ditingkatkan. Masyarakat yang terlibat dengan program publik museum, masih dominan pelajar dan guru. Mengingat anggota masyarakat tidak hanya pelajar dan guru, maka segmen lain juga perlu diperhatikan. Masih banyak komunitas-komunitas di masyarakat yang berpotensi dapat bermitra dalam berbagai program publik museum, belum banyak terlibat.

Meski demikian, ada satu program publik yang sudah mengarah pada paradigma baru permuseuman yaitu paradigma partisipasi. Masyarakat telah berperan aktif dalam kegiatan museum bukan hanya sebagai sasaran namun sudah menjadi mitra dalam kegiatan. Kegiatan tersebut adalah Kemah Budaya. Di bawah koordinasi mitra museum yaitu Kwarda DIY, kegiatan Kemah Budaya berjalan dengan baik dengan jalinan kerjasama yang juga didukung oleh BPNB Yogyakarta dan BPCB Yogyakarta. Ketika paradigma partisipasi masih merupakan hal yang baru dan belum banyak dikembangkan dalam

(2)

penyelenggaraan museum di Indonesia, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah memulainya melalui kegiatan Kemah Budaya.

Terkait dengan pengukuran hasil kegiatan dalam pelaksanaan program publik masih sebatas jumlah masyarakat yang terlibat (kuantitas) dan belum mengarah pada apa perubahan yang terjadi pada masyarakat yang terlibat dengan program publik museum (kualitas). Adakah perubahan pola pikir, adakah perubahan perilaku, adakah perubahan emosional dan sebagainya, belum pernah dilakukan pengukuran. Sehingga apa dampaknya terhadap masyarakat setelah menerima dan terlibat dengan program publik museum belum bisa diukur.

Program publik yang dilaksanakan pada tahun 2006 – 2012, ada beberapa yang memiliki sifat mempromosikan dan mempublikasikan. Melalui program publik tersebut diharapkan terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke museum.

Keberhasilan dari program publik ini juga belum bisa terukur. Karena belum ada data yang menyebutkan bahwa ada perbedaan jumlah kunjungan museum antara sebelum dan sesudah dilaksanakan program publik promosi dan publikasi museum.

Seluruh program publik yang dilaksanakan tahun 2006-2012 diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi museum. Namun dalam pelaksanaannya belum ada program publik yang mengarah pada dukungan misi museum sebagai pelestari benda-benda peninggalan sejarah. Program publik yang menginspirasi bagaimana cara melestarikan benda-benda bersejarah belum muncul dalam program publik museum tahun 2006-2012.

Berdasarkan pengamatan penulis, dengan tidak ditemukannya dokumen kajian harapan masyarakat terhadap keberadaan Museum Benteng Vredeburg

(3)

Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan program publik museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2006 – 2012 belum mengacu pada kebutuhan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa penyusunan program publik tersebut baru sebatas normatif atau subyektif kreatifitas penyusun rencana program.

Dalam proses pengumpulan data terkait dengan penelitian ini, dapat ditemukan beberapa hal yang dapat digolongkan sebagai potensi Museum Benteng Vredeburg, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan program publik museum pada masa yang akan datang. Potensi yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta antara lain :

1. Museum memiliki sumber dana yang tetap yaitu dari APBN.

2. Museum menempati bangunan bekas benteng Belanda di Yogyakarta yang sarat akan informasi sejarah.

3. Museum terletak di kawasan nol kilometer dari pusat kota Yogyakarta yang sarat akan bangunan bersejarah.

4. Museum memiliki fasilitas pendukung pelaksanaan program-program museum untuk publik.

5. Koleksi museum dan kegiatan pengelolaannya merupakan informasi yang menarik dan unik bagi masyarakat.

Selanjutnya untuk merumuskan strategi dalam pengembangan program publik pada masa yang akan datang, penulis menggunakan analisis SWOT. Dari analisis SWOT tersebut dapat dihasilkan beberapa strategi untuk mengembangkan program publik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada masa yang akan datang.

(4)

1. Meningkatkan manajemen pengelolaan anggaran.

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah museum pemerintah yang dalam penyelenggaraannya didukung dengan anggaran yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Pemanfaatan dana APBN ini harus menurut aturan-aturan sistem penganggaran instansi pemerintah. Untuk menghindari kesalahan dalam tata kelola pemanfaatan anggaran maka perlu dilakukan koordinasi dengan Bagian Perencanaan dan Penganggaran, juga Direktorat Jenderal Anggaran. Termasuk di dalamnya tentang diperlukannya peraturan yang jelas mengenai prosedur penerimaan dana hibah dari pihak swasta (perusahaan) untuk kegiatan museum pemerintah sebagai wujud tangung jawab sosial perusahaan-perusahaan besar terhadap museum atau CSR (Corporate Social Responsibility). Dengan aturan yang jelas, maka program-program museum untuk publik akan semakin semarak dengan tampilnya perusahaan-perusahaan besar sebagai mitra dalam kegiatan museum.

Dalam rangka mencapai kesuksesan program publik yang memerlukan anggaran besar, dapat diambil kebijakan dengan menyelenggarakan kegiatan melalui sistem kerjasama antar instansi. Dengan kerjasama antar instansi ini ada kemungkinan program publik yang dilaksanakan akan berjalan lebih inovatif. Hal ini disebabkan karena instansi yang terlibat dalam program publik tersbut akan menuntut program publik tersebut dapat mendukung pencapaian visi dan misi mereka. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam program publik yang dilaksanakan dengan sistem kerjasama ini akan semakin bertambah.

(5)

2. Meningkatkan kualitas SDM Museum.

Pelaksanaan program publik di museum tidak dapat dilepaskan dari peranan SDM museum yang terlibat di dalamnya. Bagaimana program publik disusun, bagaimana program publik dilaksanakan, bagaimana program publik dievaluasi, dan bagaimana program publik diawasi pelaksanaannya, tidak lepas dari peranan SDM yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu dalam pengembangan program publik museum perlu dilakukan strategi peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan program publik museum.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas museum dalam pelaksanaan program publik museum.

Sebagai museum yang bertugas melayani masyarakat pengunjung museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung pelayanan publik. Dalam rangka pengembangan program publik museum pada masa yang akan datang, fasilitas yang ada hendaknya dimanfaatkan dan diberdayakan secara optimal. Fasilitas ruang audio visual dapat menunjang misi museum sebagai media pendidikan non formal melalui film-film sejarah, melalui ruang pameran yang dimanfaatkan secara rutin untuk pameran temporer dapat menunjang misi museum sebagai sumber informasi, fasilitas ruang workshop diaktifkan dengan berbagai kegiatan teknis (workshop konservasi, workshop prepares, workshop pengadministrasian koleksi) akan mendukung pencapaian misi museum sebagai pelestari benda-benda bersejarah maupun wahana apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur kejuangan. Juga toko museum perlu diberdayakan sebagai fasilitas yang mendukung museum branding.

(6)

Mengingat fasilitas yang tersedia di museum juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, maka peru ada peraturan yang mengatur pemanfaatan fasilitas museum oleh masyarakat. Hal ini agar pamanfaatan fasilitas museum tidak jauh bergeser dari visi dan misi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Di samping itu juga untuk menjaga agar keberadaan bangunan museum yang merupakan bangunan cagar budaya dapat terjaga dengan baik.

Selain itu museum juga perlu memikirkan fasilitas yang memang belum tersedia dan harus diadakan untuk mengampu kebutuhan masyarakat pengunjung museum. Masyarakat pengunjung museum yang perlu mendapatkan pelayanan khusus juga harus dilayanan karena museum adalah lembaga yang terbuka untuk umum. Mereka adalah kaum difable dan anak- anak usia PAUD. Mereka memerlukan fasilitas khusus untuk dapat menjalin keterlibatan lebih dalam dengan museum.

4. Meningkatkan jalinan kemitraan dengan masyarakat.

Untuk mengembangan program publik Museum Benteng Vredeburg, dapat ditempuh dengan mempertahankan jalinan kemitraan yang telah berjalan untuk mempertahankan pengunjung inti. Selain itu yang perlu dilakukan adalah museum perlu menjalin kemitraan dengan institusi lain seperti perguruan tinggi, komunitas hobi, organisasi pedesaan dalam pelaksanaan program publik museum. Paradigma partisipasi agar dijadikan dasar pelaksanaan program sehingga akan memunculkan pemahaman bahwa penyelenggaraan museum juga merupakan tanggungjawab masyarakat secara bersama-sama. Melalui pendampingan Museum Benteng Vredeburg, jalinan

(7)

kemitraan ini dapat mewujudkan paradigma partisipasi yaitu dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat.

5. Museum harus responsif terhadap perubahan yang terjadi.

Agar museum dapat selalu mengikuti perkemgangan jaman maka haru responsif terhadap perubahan yang terjadi dan selalu kreatif. Potensi-potensi yang dimiliki oleh museum (bangunannya yang unik, letak strategis, koleksi memiliki informasi dan perlakuan yang unik) dapat dikemas menjadi program museum untuk publik. Hari-hari besar yang sering diperingati oleh masyarakat perlu ditangkap sebagai bahan pengembangan program publik. Museum perlu membuat kegiatan besar untuk museum branding yang dapat menggantikan FKY yang bukan merupakan program museum tetapi justru tidak sedikit muncul pemahaman masyarakat bahwa FKY adalah identik dengan museum.

Selain itu museum juga perlu memprogramkan beberapa kegiatan yang berientasi hiburan atau rekreasi. Adanya perkembangan teknologi yang cukup pesat, harus ditangkap oleh museum sebagai peluang. Museum perlu mengembangan program publik berbasis teknologi yang memiliki daya saing.

Namun semua itu harus tetap dikaitkan dengan visi dan misi museum.

Dalam rangka pelaksanaan strategi pengembangan program publik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, terdapat beberapa hal yang penulis sarankan kepada pengelola museum.

1. Museum perlu membangun paradigma baru yaitu Paradigma Partisipasi.

Pengelolaan museum bukan lagi menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat. Museum merupakan sebuah lembaga yang dapat tumbuh berkembang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

(8)

masyarakat. Hal ini perlu dipublikasikan sehingga dapat menginspirasi masyarakat untuk berbuat sesuatu untuk museum.

2. Museum perlu membuka peluang bagi berbagai komunitas di masyarakat untuk menjalin kemitraan dalam berbagai kegiatan museum. Dalam pendampingannya museum harus berpedoman pada visi misi yang telah dibentuk sebagai landasan dalam berkegiatan.

3. Museum perlu lebih menggiatkan komunitas-komunitas yang telah terbentuk untuk dapat mewujudkan aksi nyata mereka dalam bentuk kepedulian terhadap museum. Komunitas-komunitas tersebut antara lain “Sahabat Museum”, komunitas “VOC”, dan “Babad Bandayuda” yang telah menyatakan diri sanggup menjadi kepanjangan tangan museum.

4. Museum perlu membuka forum “Bincang-bincang Museum” dengan memberikan fasilitas kepada komunitas-komunitas yang berpotensi untuk bermitra dengan museum untuk ngobrol bareng mencari gagasan untuk mengembangkan museum melalui program-program untuk publik. Hasil pembicaraan dapat menjadi bahan pengkayaan gagasan untuk menyusun program-program museum untuk publik.

5. Museum perlu mengembangkan penelitian-penelitian pengunjung museum (visitor study) untuk mengetahui kebutuhan pengunjung yang dilakukan secara

periodik. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi museum untuk menyusun program yang benar-benar dibutuhkan dan memberikan manfaatkan bagi masyarakat.

6. Museum perlu meninjau kembali visi museum yang menyebutkan terwujudnya peran museum sebagai pelestari nilai sejarah dan kejuangan

(9)

Rakyat Indonesia di Yogyakarta dalam mewujudkan NKRI. Visi ini sulit diukur keberhasilannya karena telalu luas cakupannya karena harus dikaitkan dengan kegiatan besar yaitu mewujudkan NKRI. Satu tawaran tetang perubahan visi, bahwa visi museum dapat dirubah menjadi “Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai sumber informasi dan rekreasi sejarah Yogyakarta”. Dengan format visi yang sederhana dan mudah mengukurnya, maka keberhasilan program-program museum dalam mendukung pencapaian visi dan misi museum dapat terukur.

Referensi

Dokumen terkait

William & Simmons (2008) meng- gambarkan bahwa ada empat karakteristik profesional pajak yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu profesional pa- jak yang

Pada penelitian ini digunakan 6 buah pengilar dengan 3 posisi dan 2 bentuk.Posisi dari celah pelolosan berada pada bagian belakang pengilar, masing-masing pada bagian

Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis TOKI LC dan mengembangkan sistem manajemen pembelajaran agar dapat mendukung dan melengkapi proses pembelajaran

Suatu ukuran atau tingkatan pada sebuah terminal yang melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Antar Propinsi ( AKAP ), dan atau Angkutan Lintas Batas Negara, Angkutan

Variabel LDR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR.Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

Persiapan bidang layanan kesehatan di Puskesmas tersebut dalam penanggulangan bencana dengan mempersiapkan anggota yang memiliki kemampuan menangani masalah kesehatan

• Bagaimana pengaruh penyimpanan pada suhu yang berbeda formulasi herbisida dari bahan aktif glifosat dengan surfaktan APG terhadap efektivitas pengendalian gulma.. Tujuan

adalah kebenaran sintetik a priori. Kebenaran logika dan kebenaran yang diturunkan hanya melalui definisi barulah kebenaran yang bersifat analitik. Kebenaran analitik bersifat