• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. KEBIJAKAN LUAR NEGERI ERA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Studi Kasus: Kerjasama Bilateral Indonesia Singapura Defence Cooperation Agreement (DCA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. KEBIJAKAN LUAR NEGERI ERA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Studi Kasus: Kerjasama Bilateral Indonesia Singapura Defence Cooperation Agreement (DCA)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KEBIJAKAN LUAR NEGERI ERA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Studi Kasus: Kerjasama Bilateral Indonesia – Singapura Defence

Cooperation Agreement (DCA)

Oleh :

IRA RIZKA AISYAH LUBIS 160906097

Dosen Pembingbing : Warjio, Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya bahwa : 1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan Judul “Kebijakan

Luar Negeri Era Susilo Bambang Yudhoyono. Studi Kasus:

Kerjasama Bilateral Indonesia – Singapura Defence Cooperation Agreement (DCA)- Singapura” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar Akademik, khususnya Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

2. Skripsi ini murni gagagsan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembingbing dan penguji.

3. Di dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencamtumkannya pada daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Medan, 15 Oktober 2019 Yang Menyatakan

Ira Rizka Aisyah Lubis NIM : 160906097

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

IRA RIZKA AISYAH LUBIS (160906097)

KEBIJAKAN LUAR NEGERI ERA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO STUDI KASUS: KERJASAMA BILATERAL INDONESIA – SINGAPURA

DEFENCE COOPERATION AGREEMENT (DCA)

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang kebijakan luar negeri era Susilo Bambang Yudhoyono yang berfokus pada salah satu kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Singapura yaitu Defence Cooperation Agreement (DCA). Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini ialah untuk menjelaskan isi dari hubungan kerjasama bilateral ini apakah saling menguntungkan kedua belah pihak negara yaitu Indonesia dan Singapura atau bahkan hanya menguntungkan satu pihak negara saja. Skripsi ini mengemukakan bahwasanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya tidak menyepakati kerjasama ini dikarenakan ketidakseimbangan yang diterima Indonesia yang hanya sebatas kesepakatan Ekstradisi sedangkan dibalik perjanjian kerjasama DCA ini banyak menguntungkan Singapura. Selain itu, terdapat aktor politik dalam negeri yang memiliki pengaruh dalam politik luar negeri yang ikut menentang keputusan Presiden dalam menentukan suatu kebijakan luar negeri terutama dalam kerjasama DCA ini. Dan hal ini sejalan dengan salah satu teori yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini yaitu teori Birokratik Politik menurut Graham Allison dan Philip Zelikow. Dengan metode analisis kualitatif yang digunakan, memungkinkan skripsi ini menjadi bahan pertimbangan untuk langkah pembelajaran akademis berikutnya karena referensi yang digunakan berupa dokumen, buku, ebook, jurnal, artikel, berita, tesis serta skripsi terdahulu, dan wawancara.

Kata Kunci: Indonesia, Singapura, DCA, Kebijakan Luar Negeri, Kerjasama Bilateral

(4)

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

IRA RIZKA AISYAH LUBIS (160906097)

FOREIGN POLICY OF SUSILO BAMBANG YUDHOYONO ERA CASE STUDY: BILATERAL COOPERATION BETWEEN INDONESIA

AND SINGAPORE DEFENCE COOPERATION AGREEMENT (DCA) ABSTRACT

This thesis analyzes the foreign policy of the Susilo Bambang Yudhoyono era which focuses on one bilateral cooperation between Indonesia and Singapore, the Defense Cooperation Agreement (DCA). The objective to be achieved in writing this thesis is to explain the contents of this bilateral cooperation relationship, whether it is mutually beneficial to both countries, namely Indonesia and Singapore, or even only to benefit one country. This thesis states that President Susilo Bambang Yudhoyono should not have agreed to this cooperation because of the imbalance received by Indonesia which was limited to an Extradition agreement while behind this DCA cooperation agreement benefited Singapore a lot. In addition, there are domestic political actors who have influence in foreign politics who also oppose the President's decision in determining a foreign policy, especially in this DCA collaboration. And this is in line with one of the theories used in the discussion of this thesis, namely the Political Bureaucratic theory according to Graham Allison and Philip Zelikow. The qualitative analysis method used allows this thesis to be taken into consideration for the next academic learning step because the references used are documents, books, ebooks, journals, articles, news, theses and previous theses, and interviews.

Keywords: Indonesia, Singapore, DCA, Foreign Policy, Bilateral Cooperation.

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh Nama : Ira Rizka Aisyah Lubis

NIM : 160906097 Departemen : Ilmu Politik

Judul : Kebijakan Luar Negeri Era Susilo Bambang Yudhoyono. Studi Kasus:

Kerjasama Bilateral Indonesia – Singapura Defence Cooperation Agreement (DCA).

Menyetujui : Menyetuji :

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembingbing

Warjio Ph D Warjio Ph D NIP. 197408062006041003 NIP. 19740806200604100

Mengetahui,

Dekan FISIP USU

Muryanto Amin, S Sos., M.Si NIP. 197409302005011002

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dilaksanakan pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 15 Oktober 2019 Pukul : 10.00

Tempat : Ruang Rapat Departemen Ilmu Politik

Tim Penguji:

Ketua Penguji :

Dr. Heri Kusmanto, MA ( )

NIP. 196410061998031002 Penguji Utama :

Warjio, SS, MA, Ph.D ( )

NIP. 197408062006041003 Penguji Tamu :

Muhammad Ardian, S.Sos, M.Ipol ( )

NIP. 198302162010121003

(7)

KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil Al Aamiin, adalah kata pertama yang saya selalu ucapkan ketika saya merasakan sesuatu dan mendapatkan sesuatu di dalam hidup saya, termasuk dalam menuliskan kata pengantar ini karena mengingat perjuangan saya dalam menulis skripsi ini tidaklah selalu mudah. Pertama dan yang paling utama, segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam dan pemilik segala isinya yang selalu memberikan saya Rahmat dan Hidayah sehingga saya mendapat begitu banyak kemudahan dan pembelajaran dalam memaknai hidup ini. Berkat rahmatNya pula saya diberikan kemudahan baik dalam proses pencarian ide, menyusun kerangka penelitian, seminar proposal hingga sidang meja hijau sebagai bentuk ujian yang nyata terhadap kompetensi saya sebagai peneliti dan seorang Sarjana Ilmu Politik. Shalawat berangkaikan salam saya tujukan pula kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengenalkan kepada kehidupan dunia yang dahulunya gelap akan ilmu pengetahuan menjadi dunia yang penuh dengan cahaya sinar ilmu. Karena beliau pula, saya memiliki motivasi besar saat ini untuk menjadi orang yang berilmu serta menjadi orang yang tak akan pelit untuk berbagi ilmu.

Alhamdulillah lagi saya ucapkan karena saya telah menyelesaikan tugas Skripsi yang merupakan pembuktian akhir bahwasanya saya telah berhasil menyelesaikan studi strata satu saya dan memperoleh gelar sarjana sebagai hadiah akhir dalam proses belajar secara akademis maupun non akademis selama saya

(8)

menjadi seorang mahasiswa yang belajar di FISIP USU. Skripsi yang berjudul

“Kebijakan Luar Negeri Era Susilo Bambang Yudhoyono. Studi Kasus:

Kerjasama Bilateral Defence Cooperation Agreement” yang saya harap memiliki manfaat bagi banyak orang yang memiliki semangat untuk belajar dan menjadi orang yang berilmu sama seperti yang selalu saya cita-citakan.

Terkhusus, terima kasih kepada orang tua saya Ayah Umardin Lubis, SE dan Mama Baiti Isnaini Harahap yang telah memberikan dukungan serta doa yang tak pernah ada habis dan putus, yang terus memperjuangkan segalanya untuk saya sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga, serta motivasi yang tiada henti untuk menyemangati saya agar saya menjadi perempuan hebat suatu saat nanti sesu ai dengan yang mereka harapkan, lalu dukungan lainnya yang selalu ayah mama berikan kepada saya baik dukungan moril maupun materil sehingga kemudahan dapat saya rasakan dalam mendapatkan apapun untuk proses belajar.

Serta, yang paling penting ialah dengan adanya ayah dan mama adalah sebagai pembentuk akhlak dan tutur perbuatan baik yang ada di dalam diri saya karena ayah dan mama adalah guru pertama dalam hidupnya saya. Maka dari itu, ayah dan mama adalah anugerah terbaik yang tidak bisa saya jabarkan lebih lagi dan bahkan untuk berterimakasih saya rasa tidak akan pernah cukup. Saya berterimakasih banyak kepada Adik terbaik saya sepanjang saya hidup Rizki Anggi Namora Lubis yang tidak hanya menjadi adik tetapi juga menjadi teman juga partner dalam proses pendewasaan diri dan juga sebagai katalis terbaik saya saat ini di keluarga. Selanjutnya ialah dua abang kandung saya Vickry Baitul Aqdi

(9)

Lubis dan Ade Rifky Hamdani Lubis. Serta dua kakak ipar saya Yusi Febrina dan Tri Rahayu Zulviana terimakasih untuk dukungan yang tiada henti. Juga rasa terimakasih untuk tiga keponakan saya Alula Ghania Aydezea Lubis, Alghani Lubis dan Callista Vanya Aurelia Lubis semoga kelak kalian akan lebih dari apa yang saya dapatkan saat ini.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Sehingga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang memerlukannya. Karena penulis sadar apa yang telah ditulis masih jauh dari kata memuaskan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Warjio,Ph.d terimakasih banyak pak telah menjadi guru yang bukan sekedar mengajar dikampus tetapi sekaligus menjadi ayah dikampus yang selalu menganggap kami semua anak dan harus terus di bimbing bukan hanya di ruang kelas. Terima kasih juga telah menjadi teladan yang baik pak.

2. Bapak Husnul Isa Harahap, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Politik yang membantu dan sering menjadi orang yang bisa diajak berdiskusi tentang apapun.

3. Teruntuk sahabat-sahabat saya yang setia dalam keadaan apapun selama 8 tahun ini, Vini Nanda Ramora Hsb, Widya Gustriani Harahap, Olo Marina Batubara, dan Diana Rahmi Siregar. Kalian berempat luar biasa, kalian berempat adalah alasan saya untuk selalu kuat pula.

4. Zulhik Madi, sahabat lelaki saya satu-satunya yang begitu luar biasa selama lebih dari 10 tahun ini. Yang mengajarkan saya banyak hal dan

(10)

mengetahui segala proses dalam hidup saya, saya tidak tahu bagaimana saya saat ini jikalau saya tidak punya sosok sahabat yang selalu berusaha menguatkan saya dalam keadaan apapun. Terimakasih med, semoga kita begini hingga akhir hayat. Aamiin.

5. Teruntuk orang yang lelahnya saya tahu persis, sakitnya saya tahu persis, perjuangannya saya tahu persis, hingga segala rasa yang tidak akan pernah saya lupakan, karena begitu besar makna dirinya di dalam hidup saya sampai proses skripsi ini berlangsung, yang kuat dalam diam, yang mendukung tanpa henti, yang sayang tanpa banyak minta, terimakasih banyak untuk Arif Hidayat. Anda luar biasa sekali dalam hidup saya.

6. Geng SIP yang di dalamnya ada Annur Madjid, sosok luar biasa yang saya miliki pula, yang menguatkan dengan kata-kata yang tak pernah di ucapkan orang lain kepada saya, terimakasih banyak nuy! Lalu ada Syalsa Fahira, sosok luar biasa lainnya yang tahu cerita hidup saya dan menjadi human diary saya yang meminta saya untuk jadi orang yang harus berani mengatakan kata tidak, caca terimakasih banyak. Dewi Melvern yang merupakan orang pertama yang saya kenal di Ilmu Politik, saya sayang sekali wik denganmu, tetaplah kuat karena saya kuat karena cerita hidupmu pula. Tengku Aldita, baik hatimu yang banyak mengajari saya banyak hal baik dan selalu berbagi positif vibes kepada saya, terimakasih banyak ditch! Saya menyayangimu. Dan

(11)

selanjutnya, selaku penonton bayarannya, saya selalu bisa tertawa bahagia dan Jodi Nugraha Pasaribu adalah alasannya, terimakasih banyak Jod! Teruslah jadi orang yang lucu.

7. Padli Habibi Akbar Lubis, orang yang saat ini saya sayangi pula, yang setiap harinya membangkitkan saya dari posisi terbawah saya, terimakasih sudah mau mengajak saya bertemu di Jakarta Juli lalu, karena banyak cerita baru dan penguat hidup baru yang saya dapatkan dari sosok sepertimu. Padli, kamu luar biasa. Saya berterimakasih banyak untuk segala usaha dari jarak jauhmu saat ini.

8. Senior sekaligus abang yang begitu banyak pengaruh dalam hidup saya, Abidzar Al Ghifari, terimakasih banyak untuk dukungan dan mengatakan kepada saya bahwa hidup memang tentang perjuangan.

Terimakasih banyak bang.

9. Fahmi Kintona Damanik, selaku sekertaris divisi kewirausahaan yang banyak berjuang dengan saya dan sering saya repotkan dan saya buat pikiran, yang mengajarkan untuk tenang dan santai. Tona, terimakasih banyak. Untuk Fadil Muttaqin dan Arif Benyamin, terimakasih banyak untuk dukungannya selalu.

10. Seluruh staff dan dosen di Ilmu Politik, terimakasih sudah mendidik saya menjadi manusia yang harus bisa berguna bagi keluarga dan bangsa ini. Segala ilmu yang saya banyak peroleh, semuanya saya sadari dari

(12)

Bapak, Ibu, Kakak dan Abang sekalian. Terimakasih, sadaqah Jariah untuk kalian semua.

11. Seluruh Keluarga besar Ilmu Politik 2016, see you on top. Saya ingat persis keadaan pertama saya bertemu kalian semua di hari PKKMB.

Kalian mengajari saya banyak hal.

12. Kepada Political Entrepreneurship, teruntuk seluruh jajaran kepengurusannya dan keanggotaannya, kalian semua bermakna bagi saya dan kalian semua luar biasa. Terimakasih telah menjadikan saya salah satu inspirasi dalam lembaga ini. Bersama kalian adalah kebanggan saya, jaga terus kekompakan kalian, jaga terus Political Entrepreneurship agar menjadi lembaga yang bisa diandalkan semua orang. Saya tidak akan lupa kalian seumur hidup saya, dan kalian harus cepat selesaikan akademik kalian, dan semoga kita bertemu diluar kampus dengan status kita sebagai orang yang bermanfaat.

13. Seluruh jajaran staff, Kak Ema dan Pak Burhan yang sangat membantu penulis dalam hal administrasi dan memotivasi dalam perjalanan akademis saya.

14. Miftahul Rahmah, S.IP., Intan Purba S.Sos dan Miftahul Husna Siregar, S.IP yang sebentar lagi akan menjadi M.IP, kakak kakak saya yang begitu memiliki makna dalam perjalanan kehidupan saya selama perkuliahan, struggle awal dalam kepengurusan ICOSOP merupakan awal yang begitu saya syukuri karena saya dapat mengenal kalian kak, terimakasih banyak untuk segala proses tersebut. Kepada abangda Yudha Pratama, S.IP juga, terimakasih banyak untuk proses yang sama dengan kakak-kakak ini.

(13)

15. Bang Adil Arifin yang merangkap sebagai dosen Pembimbing Akademik saya yang tidak pelit akan ilmunya, bang Fernanda Putra Adela, bang Walid, bang Bimby Hidayat, bang Ardian, i yang sering menjadi tempat diskusi saya selama berkuliah di Ilmu Politik, terima kasih atas semua wejangan dan arahan selama saya berkuliah dan juga ber-organisasi. Kak Evi dan Kak Siti, dosen muda Ilmu Politik yang begitu saya banggakan pula, terimakasih banyak.

16. Senior saya di Ilmu Politik, terimakasih banyak sudah banyak sudah mau mengenal saya, yang saya tidak bisa sebutkan namanya satu persatu.

17. Teruntuk teman-teman LDR saya yang pernah menemani saya berproses satu tahun kuliah di Palembang yang saat ini masih berkomunikasi baik dan tetap saling kompak. Ada Tasya Athira, Leidya Yulinda, Nur Fauziah Al Qisthi, Resti Hepni dan Arrum Asharmi. Saya rindu sekali!

18. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Ilmu Politik 2016 sekali lagi, terima kasih banyak atas pengalaman selama tiga tahun lebih ini menghabiskan waktu bersama, semoga kita semua bisa sukses di luar sana.

Demikian ucapan syukur dan terima kasih penulis kepada semuanya yang berkontribusi dalam penulisan skripsi ini. Penulis sadar dalam kepenulisan memang harus lebih banyak belajar lagi. Semoga skripsi ini dapat menjadi satu kontribusi yang bermanfaat bagi dunia akademik dan siapapun yang ingin menjadikannya sebagai rujukan atau referensi.

Medan, 15 Oktober 2019

Ira Rizka Aisyah Lubis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Kerangka Teori ... 11

1.6.1 Teori Kebijakan Luar Negeri ... 11

1.6.2 Teori Decision Making ... 13

1.6.3 Teori Birokratik Politik ... 17

1.7 Metode Penelitian... 19

1.7.1 Metode Penelitian... 19

1.7.2 Jenis Penelitian ... 19

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 19

1.7.4 Teknik Analisis Data ... 20

1.8 Sistematika Penulisan... 21

BAB II KERJASAMA BILATERAL INDONESIA–SINGAPURA... 22 2.1 Karakteristik Negara Indonesia dan Singapura ... ... 22

2.1.1 Profil dan Sejarah singkat Negara Indonesia ... 22

2.1.2 Profil dan Sejarah Singkat Negara Singapura ... 25

2.1.3 Perbatasan Indonesia dengan Singapura ... 28

2.2 Sejarah Kerjasama Bilateral Indonesia dengan Singapura ... 33

2.2.1 Sejarah Awal Kerjasama Indonesia dengan Singapura ... 33

(15)

2.2.2 Sejarah terbentuknya Defence Cooperation Agreement

(DCA) ... 34

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI DEFENCE COOPERATION AGREEMENT (DCA) PADA MASA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO... ....41

3.1 Pendeskripsian Isi dari Perjanjian Kerjasama Bilateral DCA ... 41

3.1.1 Pendeskripsian Isi Perjanjian Kerjasama DCA ... 41

3.1.2 Peran Aktor Birokratik Politik dalam Merespon Perjanjian Kerjasama DCA ... 55

3.2 Keuntungan dan Kerugian dari Perjanjian DCA bagi Indonesia .... 68

BAB IV PENUTUP ... 60

4.1 Kesimpulan ... 60

4.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 70

(16)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul

Halaman

Gambar 2.1 Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia ... 24

Gambar 2.2 Peta Negara Singapura ... 27

Gambar 2.3 Peta Perbatasan Wilayah Indonesia dengan Singapura ... 31

Gambar 6.1 Peta yang Terdapat di dalam Perjanjian DCA ... 79

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas yang sangat memungkinkan bagi negaranya untuk melakukan berbagai kerjasama.

Kerjasama yang dibentuk juga dapat terjalin dengan negara-negara yang berdekatan jaraknya ataupun berjauhan jaraknya dari Indonesia ini sendiri.1 Sehingga kerjasama di berbagai bidang juga dibentuk Indonesia seperti bidang ekonomi, politik, hingga ke pertahanan. Sebagai pelaksanaan dasar negara pancasila dan tujuan negara ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka negara dan bangsa mengadakan hubungan dan kerjasama internasionaL.2

Kerjasama yang terbentuk dapat berupa kerjasama bilateral maupun multilateral. Kerjasama bilateral diartikan kerjasama yang dilakukan antara satu negara dengan negara tertentu. Dengan kata lain, kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dibangun oleh dua negara saja. Kerjasama bilateral tidak hanya dibangun dalam bidang ekonomi saja, tetapi kerjasama ini dibangun dalam bidang politik juga.3

Seperti negara-negara lain, Indonesia pun dalam berhubungan dengan negara lain senantiasa melakukan kegiatan diplomasi untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Berbagai kegiatan diplomasi telah dilakukan Indonesia sejak awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, kegiatan diplomasi ini pun terus berlanjut pada masa Orde Baru hingga masa

1 Suhary, S.H., M.H. 2008. Interaksi Hukum Nasional dan Internasional dalam Pencegahan dan Pemberantasan Separatisme di Indonesia. Jakarta: Laporan Akhir Penelitian TIM Penelitian Hukum Departemen Hukum dan HAM RI.

2 Dr. Salladien. Drs. Bahroni, Drs. Suwadi. 1985Geografi dan Kependudukan Ilmu Bumi Dunia untuk SMA Kelas 3. Jakarta: Erlangga. hal. 183.

3 Y, Sri, T.D Haryo Tamtomo, Dkk. 2007. IPS Terpadu Untuk SMP dan MTS Kelas IX Semester 2. Jakarta:

Erlangga. hal. 96.

(18)

kini.4 Periode yang cukup penting dalam sejarah diplomasi Indonesia adalah pada masa Orde Baru, di mana muncul istilah “Diplomasi Pembangunan”, suatu istilah yang merujuk pada kegiatan diplomasi yang bertujuan untuk memulihkan perekonomian dalam negeri, serta lebih berorientasi pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat.5

Pertahanan negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.6 Kesemestaan mengandung makna pelibatan seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh.7

Pertahanan negara adalah upaya untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaman bersenjata terhadap keutuhan bangsa dan negara. Pertahanan negara merupakan upaya utama untuk mewujudkan salah satu tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Indonesia yang terdiri lebih dari 17 ribu pulau merupakan negara kepulauan terbesar dan memiliki wilayah yurisdiksi laut yang sangat luas.8

Permasalahan yang di hadapi Indonesia adalah belum komprehensifnya kebijakan dan strategi pertahanan, belum mantapnya

4 Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2008, Buku Putih Pertahanan. hal 35.

5 Ibid. hal 36.

6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara. Diakses melalui hukum.unsrat.ac.id. diakses pada tanggal 11 September 2019 pukul 17.00 WIB. hal 2.

7 Ibid. hal 3-4.

8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Diakses melalui jdih.kemenkeu.go.id. diakses pada tanggal 11 September 2019 pukul 17.00 WIB. hal. 4.

(19)

partisipasi masyarakat (civil society) dalam pembangunan pertahanan, kurang memadainya sarana dan prasarana, peningkatan profesionalisme serta rendahnya kesejahteraan anggota TNI, rendahnya kondisi dan jumlah Alutsista, Embargo senjata oleh negara produsen utama serta rendahnya pemanfaatan industri pertahanan nasional, belum tercukupinya anggaran pertahanan secara minimal, dan belum optimalnya pendayagunaan potensi masyarakat dalam bela Negara.9

Kerja sama yang signifikan selanjutnya terjadi dalam bidang politik yang merupakan salah satu kerjasama multilateral ASEAN10, yaitu ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation) yang telah mewajibkan mereke yang menandatanganinya untuk berpedoman atas prinsip untuk menghindari ancaman atau penggunaan kekerasan (renunciation of the threat or the use of force) sehingga perbedaan paham atau percekcokan dapat diselesaikan lewat prosedur yang rasional, efektif, dan cukup fleksibel dengan menghindari sikap-sikap negatif yang mungkin dapat membahayakan atau menghambat kerja sama.11

Singapura menjalin banyak kerjasama pertahanan dengan negara- negara yang potensial baginya seperti negara-negara FPDA, Amerika Serikat, China, India, Taiwan, dan negara-negara lainnya termasuk Indonesia sebagai negara tetangga. Hubungan Indonesia dan Singapura telah terjalin sejak lama dan dibuka secara resmi pada September 1967.12 Mulai dari pembukaan hubungan diplomatik, hingga kerjasama bilateral yang menyinggung berbagai bidang baik sosial, politik, budaya, pariwisata, pendidikan, dan keamanan.

9 Peningkatan Kemampuan Pertahanan Negara: File Undang-Undang Presiden Republik Indonesia. Diakses melalui hukum.unsrat.ac.id. diakses pada tanggal 11 September 2019 Pukul 17.00 WIB.

10 Usman Manor. 2015. Treaty Amity and Cooperation (TAC); Sebuah Perjanjian Multirateral ASEAN https://www.kompasiana.com/ diakses pada tanggal 12 September 2019 pukul 13.00 WIB.

11 Mochtar Kusumaatmadja. 1983. Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini. Bandung:

Penerbit Alumni. hal. 166.

12 Ibid. hal. 168.

(20)

Singapura menganggap Indonesia sebagai mitra strategis terlebih dari kekuatan perekonomian kedua negara saling mempengaruhi.13

Singapura merupakan negara kecil yang memiliki luas 712,4 km2 yang jika dibandingkan dengan Indonesia memiliki luas berkisar 1.904.564 km2 atau kurang dari 1% luas daratan Indonesia.14 Maka dari itu, Singapura menjadi negara yang harus memperkuat pertahannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Singapura menjadi negara yang bertekad dalam membangun sektor pertahanannya, hal ini dapat dibuktikan dari anggaran pertahanan Singapura dari tahun ke tahun selalu menghabiskan anggaran militernya selalu diatas 3% dari total GDP yang jika dibandingkan dengan Indonesia hanya 1% bahkan kurang dari 1% dalam anggaran pertahanannya. Di Asia Tenggara pun, Singapura menjadi negara yang memiliki kekuatan militer terkuat yang dilihat dari Defense Range and Military Expenditure.15

Kerjasama pertahanan Indonesia dan Singapura sudah berjalan selama 26 tahun, dikenal dengan Latma Indopura dalam bentuk SAFKAR- INDOPURA untuk Angkatan Darat, ELANG-INDOPURA untuk Angkatan Udara dan EAGLE-INDOPURA untuk Angkatan Laut. Kerjasama tersebut dimulai pada tahun 1974 dan berlanjut sampai tahun 1980-an. Pada bulan Maret 1989 dibentuklah kerjasama pembuatan pangkalan untuk latihan menembak dari udara yang lokasinya di Riau dan fasilitas latihan Infantri di Baturaja, Sumatera Selatan. Saat ini Indonesia dan Singapura telah menjalin kerjasama dalam bidang pertahanan keamanan cukup baik melalui berbagai latihan militer bersama, pengamanan selat Malaka, maupun Military Training Area (MTA) yang mulai dibentuk tanggal 21 September 1995, dimana MTA 1 lokasinya berada di Tanjung Pinang dan MTA 2 di laut Cina Selatan, tetapi kesepakatan ini dihentikan sepihak oleh Indonesia pada tahun 2003 dan akan

13 Ibid. hal. 173.

14 Kementrian Luar Negeri (Kemlu), (2015). Profil Singapura. Dalam http://www.kemlu.go.id/singapore/id/

diakses pada 23 Agustus 2017 Pukul. 12:27 Wib

15 Darwanto, Herry. 2015. Membangun Industri pertahanan. Kementrian Pertahanan RI. Jakarta: Gramedia.

(21)

dikaji kembali karena Singapura selalu bermasalah dan melanggar wilayah yang telah ditetapkan dalam perjanjian MTA, serta keinginan Singapura melibatkan pasukan dari negara lain yaitu Amerika dan Australia yang melakukan latihan di kawasan teritorial Indonesia.16

Singapura menaruh kepentingan geo-politik dan geo-strateginya sebagai prioritas utama dalam politik luar negerinya. Keterbatasan wilayah juga mendorong Singapura untuk mengutamakan diplomacy with trust.17 Terutama kepada dua negara tetangga terdekatnya, yakni Malaysia dan Indonesia.

Sebagai Negara pulau yang hidup dari padatnya jalur perdagangan internasional di Selat Malaka – Singapura, mendorong pemerintah Singapura untuk memberi jaminan keamanan, baik bagi keutuhan dan kelangsungan peran ekonominya secara domestic maupun bagi kedaulatan wilayahnya di Selat Malaka – Singapura ini. Perjanjian kerjasama pertahanan antara Singapura dan Indonesia secara tidak langsung sebagai salah satu cara untuk memenuhi jaminan keamanan di lingkungan wilayah Singapura. Perjanjian yang kemudian dikenal dengan Defence Cooperation Agreement (DCA) sejatimya telah menjadi bagian dari kebijakan pertahanan Singapura, mengingat lingkungan strategi wilayah beserta pola-pola kekuatan baru di Asia Pasifik kini sedang terbentuk. Hal ini diakui oleh Menteri Pertahanan Singapura, Teo Chee Hean sebagai berikut: The DCA will bea n important symbol of the close ties between Singapore and Indonesia, and will provide a framework to enchance our defence cooperation to mutual benefit. The DCA

16 Multazam Ibrahim, (2015). Tinjauan hukum internasional tentang sewa-menyewa pulau yang dijadikan wilayah pertahanan (Studi kasus Defense Cooperation Indonesia- Singapura). Universitas Hasanuddin. Hal 65

17 Japanton Sitohang. 2008. Perbatasan Wilayah Laut Indonesia di Laut China Selatan: Kepentingan Indonesia di Perairan Natuna. Jakarta: LIPI Press Pusat Penelitian Politik. hal 110.

(22)

will encapsulate our existing defence cooperation, and allow us to work together on new projects.18

Perjanjian Defence Cooperation Agreement mempunyai tujuan untuk membentuk suatu kerangka kerjasama strategis yang komprehensif guna meningkatkan kerjasama bilateral pertahanan kedua negara berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menguntungkan dan penghormatan penuh terhadap kedaulatan serta integritas teritorial untuk meningkatkan profesionalisme dan interoperabilitas kedua angkatan bersenjata melalui akses yang lebih besar dan saling menguntungkan pada wilayah latihan dan fasilitasnya serta melambangkan hubungan erat antara Indonesia dan singapura.19

Perlindungan Terhadap Hak Kekayaan Intelektual yang mungkin akan muncul seiring pelaksanaan Defence Cooperation Agrement maka dibuatlah suatu aturan sebagai perlindungan Hak Kekayaan Intelektual termasuk kepemilikannya, penggunaan secara illegal (yang diberikan atau dibuat berdasarkan perjanjian ini) dan perlindungan atas hak legitimasi pihak ketiga harus diatur pada ketentuan terpisah yang ditetapkan oleh organisasi dari Para Pihak sesuai kompetensinya.20

Pelaksanaan perjanjian Defence Cooperation Agreement ini tidak lepas dari kemungkinan-kemungkinan adanya suatu informasi yang bersifat rahasia. Para pihak berkewajiban untuk melindungi informasi yang berklasifikasi yang mungkin dapat diperoleh dari kerangka Perjanjian ini sesuai dengan hukum dan peraturan negara masing-masing.21 Segala hal informasi yang berklasifikasi dan peralatan hanya dapat diberikan melalui

18 Speech by Mr Teo Chee Hean, Minister for Defence, at Committee of Suply Debate on Defence Budget,”

diakses dari Singapore Government F:\DIPA-Sing’re-RI\Defence Policy.htm, 2008.

19 Teuku Rezasyah, Ph.D. 2017. Pandangan para akademisi mengenai RUU tentang Pengesahan Persetujuan Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Singapura. Tesis Program Studi Hubungan Internasional.

Bandung: Universitas Padjajaran.

20 Suprapedi dan M. Ahkam Subroto. 2007. Hak Kekayaan Intelektual Fungsional Peneliti. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

21 Mochtar Kusumaatmadja. 1983. Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini. Bandung:

Penerbit Alumni. hal. 186.

(23)

jalur resmi atau jalur lain yang telah disetujui oleh para ketua bersama dari Komite Kerjasama Pertahanan. Informasi dan peralatan tersebut akan diberi label yang menyatakan tingkat klasifikasi dan negara asal sebagai berikut:

Sangat Rahasia, Rahasia, Konfidensial, Biasa.22

Seluruh informasi dan peralatan yang diterima dalam kerangka perjanjian ini tidak boleh dipindahtangankan, diumumkan atau disebarluaskan baik secara langsung maupun tidak langsung, baik sementara maupun bersifat tetap kepada pihak ketiga, baik perorangan maupun badan tanpa ijin tertulis dari pihak yang memilikinya. Para pihak tidak boleh menyebarluaskan informasi rahasia yang diperoleh dari perjanjian ini kecuali kepada anggota atau badan dibawahnya, yang telah dijamin oleh pemerintahnya, dan kepada siapapun yang penyebarluasannya akan mempengaruhi kepentingan Perjanjian ini.23

Beragam alasan mengapa banyak pihak didalam negeri menolak DCA RI-Singapura. Penyediaan sebagian wilayah RI sebagai kavling permanen yang eksklusif dan dapat digunakan kapan saja, dalam jangka panjang untuk fasilitas latihan AD, AL dan AU Singapura, adalah pusat kritik. Ada yang menafsirkan DCA sebagai bentuk kerjasama pertahanan yang mendekati model sebuah pakta pertahanan, sesuatu yang diyakini bertentangan dengan prinsip politik luar negeri (bebas aktif). Lainnya melihat DCA RI-Singapura adalah bentuk arogansi Singapura yang tidak tulus karena meminta kompensasi berlebihan atas perjanjian ekstradisi. Ada juga yang mengira bahwa Singapura ingin memata-matai atau mengawasi Indonesia untuk kepentingan super power.24

22 Ibid. hal.190.

23 Perjanjian Pertahanan Indonesia -Singapura, Siapa Diuntungkan. http://beritasore.com diakses pada tanggal 10 September 2019 pukul 17.00 WIB.

24 Guspiabri Sumowigeno. 2009. Defence Cooperation Agreement (DCA) RI-Singapura salah satu Kesalahan Kebijakan Luar Negeri RI Pada Era Susilo Bambang Yudhoyono. Academia.edu diakses pada tanggal 9 September 2019 pukul 11.00 WIB. hal. 2.

(24)

Melalui metode studi kasus, teori birokratik politik akan dites sejauh apa suatu kasus DCA sejalan atau berbeda dengan teori birokratik politik.

Dengan kata lain, penelitian ini mengambil format pengetesan teori. Dalam kesempatan ini, teori birokratik politik akan dites pada satu kasus saja, yaitu pembahasan DCA antara pihak parlemen dan Eksekutif Indonesia.25 Dengan menggunakan prosedur process tracing, penelitian ini mengungkap langkah demi langkah bagaimana politik antar para pembuat keputusan mempengaruhi keputusan akhir yang diambil oleh Indonesia sehubungan dengan DCA di tahun 2007.26

Kasus DCA dipilih karena tigaalasan. Pertama, dinamika dan hasil diskusi DCA di Indonesia masuk dalam cakupan kebijakan luar negeri karena aspek yang diteliti adalah pembuatan keputusan luar negeri Indonesia. Selain itu, apapun hasil yang dicapai internal Indonesia berdampaklangsung ke kelanjutan Perjanjian Kerjasama Pertahanan Indonesia- Singapura. Parlemen Singapura misalnya memantau dan mempertanyakan nasib DCA dalam rapatnya kepada Menteri Pertahanan Singapura. Kedua data mengenai pembahasan DCA oleh DPR cukup banyak tersedia dan ini penting untuk kepentingan pengetesan teori. Ketiga, kasus ini memiliki karakter yang sama dengan fenomena yang coba dijelaskan oleh teori birokratik politik yang dikembangkan Graham Allison dan Philip Zelikow dalam konteks politik luar negeri. Proses pembahasan DCA di Indonesia merupakan contoh pembuatan keputusan luar negeri yang kolektif atau melibatkan para pembuat keputusan dari beberapa institusi.Alasan terakhir kenapa DCA dipilih dan bukannya perjanjian internasional yang lain adalah karena hingga kini DCA masih

25 Angguntari C. Sari, dkk. 2013. Pembahasan Defence Cooperation Agreement Indonesia-Singapura oleh DPR dan Pemerintah Indonesia dan Implikasinya bagi Teori Birokratik Politik. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 9 No. 2. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan. hal. 3.

26 Ibid. hal. 5.

(25)

memunculkan pertanyaan mengenai proses gagalnya, kemungkinan dibukanya kembali pembahasan di dalam dan luar negeri di masa datang.27

Berdasarkan pemaparan Latar Belakang di atas, peneliti bermaksud dan tertarik untuk meneliti dampak yang dirasakan langsung pada keamanan nasional dari pengambilan keputusan dalam kebijakan luar negeri. Peneliti juga bermaksud mengaitkan pembahasan dengan hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Singapura di bidang pertahanan yaitu Defence Cooperation Agreement (DCA) yang disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menuai banyak tanggapan dari berbagai aktor- aktor politik karena tidak seimbangnya timbal balik yang diterima oleh Indonesia dalam perjanjian kerjasama ini yaitu antara perjanjian pertahanan dengan perjanjian ekstradisi. Maka dari itu, peneliti mengambil tema

“Kebijakan Luar Negeri Era Susilo Bambang Yudhoyono. Studi Kasus:

Kerjasama Bilateral Indonesia – Singapura Defence Cooperation Agreement (DCA)”

1.2 Perumusan Masalah

Adapun masalah yang hendak di teliti di skripsi ini ialah: Bagaimana Defence Cooperation Agreement (DCA) tidak dapat di retifikasi sebagai salah satu Kebijakan Luar Negeri era pemerintahan SBY?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

27 Littlefield Publishers, Inc. Bab 1; Alex Mintzand dan Karl DeRouen, Jr (2010), Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge: Cambridge University Press. Bab 1; Valerie M. Hudson, “The history and evolution of foreign policy analysis”. Dalam Steve Smith, et..al. (2008), Foreign Policy Theories, Actors, Cases. Oxford University Press, hal 12.Lihat “Parlemen Singapura Pertanyakan Kelanjutan DCA”, Berita Sore, http://beritasore.com/2007/07/14/parlemen-singapura- pertanyakan-kelanjutan-dca/diakses pada Sabtu, 7 September 2019 pukul 10.00 WIB.

(26)

1. Bagaimana proses awal Indonesia dengan Singapura memiliki hubungan kerjasama bilateral hingga terbentuknya DCA era Susilo Bambang Yudhoyono.

2. Bagaimana DCA dapat menimbulkan kontroversi sehingga menjadikan aktor birokratik politik menolak Presiden SBY dalam meretifikasi DCA sebagai salah satu kebijakan luar negeri.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Menjelaskan awal muda Indonesia memiliki hubungan kerjasama bilateral dengan Singapura hingga terbentuknya kerjasama di bidang pertahanan yaitu Defence Cooperation Agreement (DCA).

2. Menjelaskan isi dari perjanjian DCA yang ditandatangani oleh Presiden SBY sehingga menimbulkan kontroversi serta menjelaskan beberapa pendapat aktor birokratik politik yang mengkritik akan pelaksanaan DCA.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, merujuk pada teori kebijakan luar negeri dan teori decision making yang memiliki keterkaitan. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu politik, khususnya bagaimana teori decision making yang membahas faktor-faktor dan juga aktor-aktor yang memiliki pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan suatu Kebijakan Luar Negeri suatu negara. Lalu, dapat menganalisis bagaimana kebijakan luar negeri yang diambil oleh Presiden SBY dibidang pertahanan yaitu DCA yang memerlukan decission making terlebih dahulu. Serta merujuk pada teori Birokratik Politik menurut Graham Allison dan Philip Zelikow yang

(27)

menyatakan bahwasanya aktor-aktor lokal sangat berpengaruh dalam pengambilan suatu kebijakan luar negeri.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan referensi serta sebagai media informasi bagi perkembangan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah minat pembaca untuk lebih memahami tentang kondisi yang terjadi baik di Indonesia maupun Singapura setelah diberlakukannya Kerjasama Luar Negeri Defence Cooperation Agreement (DCA) yang menuai banyak kontroversi di pihak Indonesia sehingga dapat menimbulkan rasa peduli terhadap kondisi dan perkembangan politik Indonesia dalam skala Internasional.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Teori Kebijakan Luar Negeri

Definisi yang standar menyatakan bahwa politik luar negeri adalah politik untuk mencapai tujuan nasional dengan menggunakan segala kekuasaan dan kemampuan yang ada.28 Politik luar negeri adalah kumpulan kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan-hubungan luar negerinya. Ia merupakan bagian dari kebijakan nasional dan yang telah ditetapkan khususnya tujuan untuk suatu kurun waktu yang sedang dihadapi lazim disebut kepentingan nasional. Pada hakikatnya ia merupakan suatu pola sikap atau respon terhadap lingkungan ekologinya.29

Dalam pergaulan Internasional setiap bangsa melakukan Politik Luar Negeri yaitu berupa kumpulan kebijakan atau setiap yang ditetapkan

28 Sufri Yusuf. 1989. Hubungan Internasional dan Politik Luar negeri. Jakarta: Sinar Harapan. hal. 110.

29 Prawira Saputra. 1985. Politik Luar Negeri Republik Indonesia. Jakarta: Gramedia. hal. 7

(28)

oleh suatu negara untuk mengatur hubungan dengan negara lainyang diabdikan kepada kepentingan nasional negara-negaranya.30

Menurut Joshua Goldstein mengatakan bahwa pengertian Kebijakan Luar Negeri adalah kebijakan luar negeri adalah strategi- strategi yang diambil oleh pemerintah dalam menentukan aksi mereka di dunia internasional.31 Sedangkan menurut K.J. Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang untuk memecahkan masalah atau membuat perubahan dalam suatu lingkungan.32 Tiap negara memiliki perbedaan tujuan kebijakan luar negerinya. Namun, negara mengeluarkan kebijakannya untuk memenuhi dan mencapai kepentingan pribadi maupun kolektifnya. Pada umumnya kebijakan luar negeri suatu negara dilakukan agar dapat mempengaruhi terhadap negara lain, menjaga keamanan nasional, memiliki prestise, serta benefit untuk negaranya.

Mereka bertindak berdasarkan sumber daya yang ada.

Menurut Rosenau tujuan dari kebijakan luar negeri sebenarnya merupakan fungsi dari proses dimana tujuan negara disusun. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh sasaran yang dilihat dari masa lalu dan aspirasi untuk masa yang akan datang.33 KJ. Holsti membagi tujuannya menjadi tiga kriteria utama, sebagai berikut:

1. Nilai, yang diletakkan pada tujuan negara, sebagai faktor utama mendorong pembuat kebijakan, hal itu dilakukan berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.

2. Unsur Waktu, jangka waktu untuk mencapai tujuan.

3. Jenis tuntutan tujuan, negara tujuan akan dibebankan dari negara

30 Ahmad Rustandi SH dan Zul Afdi Ardian SH. 1988. Tata Negara Jilid 2. Jakarta: Armico. hal.202

31 Joshua Goldstein, 1999. International Relations. New York: Longman. hal. 147.

32 K.J. Holsti. 1983. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice-Hall. .hal. 107.

33 James N. Rosenau. 1969. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. New York: The Free Press. hal. 167.

(29)

yang mengeluarkan 
kebijakan luar negeri.34

Menurut KJ. Holsti, dua tujuan yang lebih dominan dalam negara adalah, tujuan jangka menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka menengah adalah meningkatkan prestise negara dalam sistem itu, indikator ini dinilai berdasarkan industri, teknologi, bantuan dana dan, militer.35 Sedangkan Tujuan jangka panjang adalah rencana, impian dan pandangan mengenai organisasi politik atau ideology terakhir dalam sistem internasional, ideologi tersebut merupakan aturan yang mengatur tindakan negara dalam sistem internasional. Bagi Rosenau tujuan jangka panjang adalah untuk perdamiaan, kekuasaan dan keamanan.36

1.6.2 Teori Decision Making

Menurut Snyder pengertian teori decision making yang berasumsi bahwa melalui teori decision making akan mengetahui perilaku Negara dalam hubungan internasional. Snyder juga menjelaskan yang mana teori decision maker dalam proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Hal ini juga yang menjadikan alasan mengapa diambilnya kebijakan luar negeri suatu Negara.

Decision Making (pengambilan keputusan), muncul pada 1950-an di Amerika Serikat. Herbert A. Simon adalah orang pertama yang menggunakan konsep “pengambilan keputusan”dalam buku yang berjudul Amninistrative behavior: A Study Of Decision Making Processes In Administrative Organization telah terbit pada tahun 1947. Sejak saat itu,

“pengambilan keputusan” telah banyak digunakan di seluruh dunia.

Banyak ahli telah mengintepresentasikan makna pengambilan keputusan dari perspektif yang berbeda. Beberapa percaya bahwa pengambilan

34 K. J. Holsti. Op. Cit. 145.

35 Ibid. 146.

36 Ibid 146-147

(30)

keputusan dari perspektif yang berbeda. Beberapa percaya bahwa pengambilan keputusan adalah proses perbandingan dan seleksi atas pilihan-pilihan alternative yang telah dibuat, pengambilan keputusan mengacu pada semua kegiatan di mana orang mencoba untuk menentukan tujuan dari perilaku, kemudian dalam bidang politik pengambilan keputusan digunakan sebagai penggambaran untuk Negara dalam membuat suatu kebijakan.37

Sedangkan menurut Snyder, Bruck dan Sapin memiliki perspektif mengenai teori decision making merupakan salah satu cara untuk memahami perilaku Negara dalam hubungan internasional. Decision making memiliki strukstur dan ruang lingkup pada sistem domestik (internal) dan sistem internasional (eksternal) yang harus di pertimbangkan oleh Negara. Faktor interaksi internal dan eksternal akan membentuk preferensi Negara pada pembuatan kebijakan luar negeri. Faktor internal lebih menekankan pada hubungan masyarakat dengan Negara, sedangkan faktor eksternal lebih menekankan pada struktur internasional seperti hubungan dengan Negara lain serta situasi dunia.

Pembentukan pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor internal adalah cara masyarakat diorganisasikan dan berfungsi, seperti politik domestik, opini publik, sikap ublik, posisi geogrfis dan kekuatan nasional. Sementara faktor eksternal adalah situasi dan kondisi yang ada diluar wilayah Negara tersebut sperti aksi dan reaksi dari Negara lain serta situasi dunia. Faktor internal seperti politik domestik lebih mengacu situasi kondisi politik domestik salah satunya adalah peran partai politik yang mempengaruhi diambilnya kebijakan karena dalam sistem politik yang memungkinkan banyak, menyoroti peran partai politik dalam proses pengambilan keputusan, apakai partai-parta ini berpartisipasi dalam pemerintahan dengan tingkat pengaruh yang berbeda. Partai politik

37 Widia. 2018. Teori Decision Making. Dscape.ui.ac.id diakses pada 31 Juli 2019.

(31)

berusaha mencapai tujuan mereka sendiri dalam persaingan satu sama lain, dengan tujuan untuk memenangkan jabatan, jadi mereka mungkin mendukung atau tidak mendukung isu-isu tidak hanya untuk menyelesaikan masalah pengambilan suatu kebijakan tetapi juga mencari suara dan menunjukkan karakteristik suatu partai.38

Selain itu opini publik juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Opini publik sebagai ungkapan sejumlah besar pendapat dari masyarakat. Dapat dikatakan bahwa opini publik merupakan salah satu faktor terpenting yang ditetapkan oleh pengambil keputusan dalam perhitungan. Peran opini publik dalam proses ini di bawah sistem demokrasi, di mana ada kebebasan berekspresi yang lebih besar, namun kita harus memperhatikan hal yang penting, kebebasan yang terkait dengan ekspresi yang berbeda berarti bahwa opini publik berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan, di bawah sistem ini dapat menyesatkan opini publik, yang bertujuan dengan diarahkan, diinginkan maka hal ini dapat disebut sebagai sistem informasi yang menyesatkan.39 Opini publik berperan aktif dengan adanya pemberitaan atau tulisan-tulisan di media yang bertujuan untuk membentuk para pembaca agar memiliki perspektif yang diinginkan oleh pembuat tulisan tersebut. Maka dalam hal ini pembuat keputusan harus mempertimbangkannya, karena melalui tulisan serta pemberitaan yang telah dibuat memungkinkan untuk memecah belah individu atau kelompok. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kebijakan yang telah dibuat menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Sikap publik terhadap pengambilan keputusan juga berperan aktif sebagai salah satu faktor yang terlihat serta akan menunjukkan mengenai diterima atau tidaknya kebijakan yang telah dibuat baik dalam nasional maupun internasional. Sikap publik dan opini publik merupakan bagian

38 Snyder. 2002. Foreign Policy Decision-Making. Jakarta: Gramedia. hal. 203

39 Ibid. hal 204-205.

(32)

yang tak terpisahkan, melalui adanya pemberitaan atau tulisan yang bertujuan untuk membentuk perspektif individu atau kelompok sehingga sama-sama dapat menimbulkan respon dari sikap publik mengenai kebijakan yang telah dibuat oleh pembuat keputusan. Sikap publik merupakan adanya proses rangsang individu atau kelompok terhadap kebijakan yang telah dibuat. Dalam hal ini individu atau kelompok yang kontra terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah menunjukkan ketidak puasannya, salah satunya dengan melakukan turun ke jalan atau melakukan demonstrasi. Hal ini bertujuan untuk menekan pemerintah agar melakukan peninjauan ulang kembali terhadap kebjakan yang telah dibuat.

Selain itu, pengambilan keputusan politik dipengaruhi juga oleh lingkungan geografis atau posisi geografis atau posisi geografis. Keadaan geografis Negara termasuk dalam batas geopolitik yang di mana suatu Negara memiliki dampak besar pada perpolitikan negara lain.40 Dalam hal ini dikatakan apabila Negara A memiliki kebijakan mengenai isu tertentu, dan apabila hal itu akan mempengaruhi preferensi Negara B yang merupakan Negara tetangga atau bagian dari ruang lingkup regional dari Negara A maka tentunya preferensi Negara B akan represif untuk merespon mengenai kebijakan yang dibuat oleh Negara A.41

Sementara faktor eksternal yaitu, kondisi yang ada di luar wilayah Negara tersebut seperti aksi dan reaksi dari Negara lain, serta adanya campur tangan dari organisasi internasional dan regional. Faktor eksternal menghubungkan tentang hubungan antara negara-negara dalam sistem internasional dan Negara sebagai aktor dalam proses pembuat keputusan.

Tindakan yang dilakukan oleh Negara di tingkat internasional diatur oleh kepentingan nasional. Pada level internasional adanya Negara lain hingga organisasi internasional yang dapat menekan Negara pada tingkat analisis

40 Ibid. hal. 206.

41 Ibid. hal. 208.

(33)

internasional. Kehadiran organisasi internasional seperti PBB, organisasi regional dan sebagainya akan mempengaruhi pembuat keputusan dalam membuat kebijakan. Pertimbangan mengenai tekanan dari organisasi internasional lebih mungkin terjadi, ketika organisasi semacam itu menekan Negara A untuk mengambil posisi dengan menerapkan norma dan peraturan organisasi yang telah dibuat, maka kemungkinan ini untuk mempengaruhi preferensi Negara A. Disamping itu, kebijakan luar negri suatu Negara akan dapat mempengaruhi Negara lain di wilayah regional maupun internasional.42

1.6.3 Teori Birokratik Politik

Graham Allison dan Philip Zelikow adalah pelopor penelitian birokratik politik dalam konteks politik luar negeri. Mereka meneliti proses termasuk perilaku para pembuat keputusan yang berupaya merumuskan respon atas tantangan dan kesempatan yang datang dari dunia internasional. Pada dasarnya kedua akademisi tersebut memunculkan tiga argumen utama mengenai bagaimana suatu keputusan luar negeri terbentuk. Argumen pertama dirangkum dalam ungkapan

“Where you stand depends on where you sit”. Artinya, pandangan atau sikap seseorang atas suatu isu akan secara signifikan atau substansial dipengaruhi oleh jabatan profesionalnya. Perhatikan kata depend di sini jangan diartikan bahwa posisi setiap saat selalu menentukan sikap.

Jabatan yang diemban, termasuk kewajiban dan otoritas yang melekat di jabatan tersebut, bukan satu-satunya faktor yang berperan di sini. Jabatan seseorang biasanya menuntut seseorang untuk mempertahankan, memperluas kekuasaan suatu institusi atau organisasi, relevansi, anggaran organisasi tempatnya bekerja. Selain kepentingan organisasi tersebut, ada 3 faktor lain yang mempengaruhi persepsi serta preferensi

42 Berny Gomulya. 2013. Problem Solving and Decision Making for Improvement. Jakarta: Gramedia. hal.

62.

(34)

mengenai respon yang ideal atas suatu isu, yaitu kepentingan pribadi, domestik, dan nasional.43

Beralih ke argumen kedua, Allison dan Zelikow menjelaskan bahwa dengan majemuknya cara pandang tersebut dan beragamnya latar belakang yang membentuknya, maka dapat dipastikan bahwa perdebatan, pertentangan, tarik menarik kepentingan, aliansi antar orang-orang yang satu kepentingan, tawar menawar, kompromi di antara para pembuat keputusan terjadi. Bisa dikatakan bahwa tiap-tiap pembuat keputusan tidak akan serta merta menemukan kata sepakat.44

Pengaruh seseorang terhadap hasil akhir ditentukan utamanya oleh dua faktor. Faktor pertama adalah struktur, yaitu pengaruh atau power yang melekat pada posisi profesionalnya, seperti otoritas, kewajiban, status, dukungan masyarakat, dukungan dari politisi, atau institusi, kontrol atas sumber daya, keahlian dan kontrol atas informasi memungkinkan menentukan arah pendefinisian suatu agenda dan masalah, saran-saran, kontrol atas informasi. Faktor kedua adalah individu. Maksud dari faktor individu adalah kemauan seseorang menggunakan pengaruh dalam proses, dan persepsi orang lain terhadap pengaruh yang dimilikinya.45

Argumen ketiga yang di kemukan oleh Allison dan Zelikow menyangkut bentuk hasil akhir atau sesuai istilah mereka disebut resultant atau solusi yang tidak dikehendaki oleh pihak- pihak yang terlibat dalam pembuatan keputusan sejak awal. Dengan kata lain, suatu keputusan akhir adalah produk dari konflik kepentingan, kompromi, kebingungan orang-orang yang memiliki kepentingan dan pengaruh berbeda-beda, kelalaian atau kesalahan yang tidak disengaja,

43 Graham Allison dan Philip Zellikow. 1999 Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis 2nd Edition, New York: Longman, hal 307.

44 Ibid. hal 300,304-308.

45 Ibid. hal 255.

(35)

kesalahpahaman.46

1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Metode Penelitian

Dari pemaparan kerangka di atas penelitian ini akan menggunakan metode penelitian analisis kualitatif. Berdasarkan tujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masalah, gejala, fakta, peristiwa, dan realita secara luas dan mendalam, maka peneliti akan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 47

1.7.2 Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan suatu fenomena individual, situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. Tujuan dasar penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini.48

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti akan menggunakan teknik studi pustaka, yaitu dengan menggunakan sumber data sekunder yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini, yang menjadi data sekunder adalah berupa literatur buku,

46 Ibid. hal 304-305.

47 Lexy Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosda Karya. hal. 4.

48 Ibid. hal. 5.

(36)

jurnal lokal maupun internasional, serta bahan-bahan lain yang mendukung dan berkaitan dengan judul penelitian termasuk media massa seperti internet, koran, majalah serta media massa baik yang sudah di cetak maupun yang masih berbasis online.49

Namun, apabila pada saat penulisan ini dilaksanakan dan penulis membutuhkan sumber referensi lain selain yang disebutkan di atas sebagai bahan penelitian maka pada saat proses penulisan ini dilaksanakan akan ditambahkan sehingga sumber data dapat berubah sewaktu-waktu.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik analisis data yang akan peneliti gunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan menekankan analisis pada sebuah proses pengambilan kesimpulan secara indukif dan deduktif serta analisis pada fenomena yang sedang diamati dengan metode ilmiah.50

Dalam penelitian kualitatif, data yang terlampir perlu dianalisis dan dimaknai dengan cermat untuk kepentingan interpretasi data sekaligus dalam upaya menarik kesimpulan. Analisis data dilakukan secara terus-menerus semenjak data awal dikumpulkan sampai penelitian berakhir. Penafsiran data dan menarik kesimpulan dilakukan dengan mengacu kepada rujukan konsep dan teoritis kepustakaan dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.51

49 Ibid. hal. 7.

50 Hadari Nawawi. 1987. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press, hal. 30.

51 Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitiatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.

Jakarta. PT. Kencana. hal 126.

(37)

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis menjabarkan tulisannya kedalam empat bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II KERJASAMA BILATERAL INDONESIA-SINGAPURA

Dalam bab ini akan dibahas tentang gambaran umum dari awal Indonesia menjalin hubungan kerjasama dengan Indonesia hingga kerjasama Indonesia- Singapura di bidang militer terbentuk yaitu Defence Cooperation Agreement (DCA) dibawah Kebijakan Luar Negeri yang disepakati pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sesuai dengan data yang juga akan ditampilkan pada bab ini.

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI DEFENCE COOPERATION AGREEMENT (DCA) PADA MASA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Dalam bab ini akan dibahas secara spesifik tentang pendeskripsian isi dari Defence Cooperation Agreement (DCA) serta mengaitkan isi dari DCA tersebut dengan melihat sudut pandang aktor-aktor birokratik politik domestik dalam menanggapi Kebijakan Luar Negeri era SBY ini sehingga menyebabkan kerjasama ini tidak dapat diretifikasi pada saat itu.

BAB IV PENUTUP

Bab terakhir ini akan menyimpulkan serta pemberian saran-saran yang diperlukan terhadap pembahasan yang telah dibahas.

(38)

BAB II

KERJASAMA BILATERAL INDONESIA – SINGAPURA

Indonesia dan Singapura merupakan negara yang jaraknya berdekatan dan masih berada dalam satu kawasan Asia Tenggara, keterbatasan wilayah yang dimiliki oleh Singapura mengakibatkan Singapura perlu fokus terhadap sektor perindustrian negaranya sehingga membutuhkan kerjasama dengan Indonesia dibidang pertahanan. Pelatihan Militer merupakan fokus utama Singapura membutuhkan Indonesia guna mempertahankan keamanan negaranya. Sehingga perjanjian kerjasama bilateral tercipta antara dua negara ini, Indonesia dan Singapura yaitu kerjasama Defence Cooperation Agreement (DCA) terbentuk.

Oleh karena itu, pada bab 2 (dua) ini penulis bermaksud menggambarkan bagaimana kondisi ke dua negara serta sejarah bagaimana kerjasama Indonesia dan Singapura dapat terbentuk dan kondisi perjanjian ini pada saat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono hingga kondisi terkini nya secara singkat.

2.1. Karakteristik Negara Indonesia dan Negara Singapura 2.1.1. Profil dan Sejarah Singkat Negara Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negera yang terletak di Asia tenggara. Indonesia adalah negara dengan pulau terbanyak yang dibatasi oleh banyak lautan yang terbentang antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia memiliki panjang garis perbatasan 2.958 km, dimana dengan Timor-Leste 253 km, Malaysia 1.881 km, serta Papua Nugini 824 km.52 Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ini berdiri dengan sistem pemerintahan Republik – Presidensial saat ini setelah mengalami beberapa kali tahapan perubahan.53 Total luas Area Wilayah Indonesia ialah seluas 1.904.569 km2 yang terbagi atas daratan sebesar 1.811.569km2 dan luas wilayah perairan sebesar 93.000km2. Dengan luas wilayah

52 Multi Siswati. 2012. Beranda Depan Negara Dalam Bingkai NKRI. Jakarta: Majalah ARSIP. Hal. 5.

53 Ibid. Hal. 27.

(39)

tersebut, Indonesia memiliki kepadatan jumlah penduduk sebanyak 285.316.051 jiwa.54

Indonesia memiliki GDP (PPP) sebesar $3.030.000.000.000 (USD) dengan GDP Per Kapita sebesar $11.700 (USD). Indonesia selayaknya negara pada umumnya melakukan kegiatan ekspor dan impor. Jenis komoditi Ekspor utamanya adalah bahan bakar, mineral, lemak hewani atau nabati, dan mesin listrik. Sedangkan Jenis Komoditi Impor utamanya ialah bahan bakar, mineral, boiler, mesin, dan alat mekanis.55 Ibukota Indonesia ialah Jakarta. Bahasa yang digunakan dalam keseharian masyarakatnya secara umum ialah Bahasa Indonesia namun terdapat pula bahasa lainnya yang beraneka ragam di setiap daerah yang ada di Indonesia.56 Mata uang Indonesia ialah rupiah, yang secara Internasional dikenal dengan singkatan IDR.57 Agama yang tersebar di Indonesia ialah Islam 87,2%, Kristen 7%, Katolik 2,9%, Hindu 1,7%, Lainnya 0,9% (termasuk Budha dan Konghucu), tidak spesifik 0,4%.58

Indonesia memiliki sejumlah sumber daya alam yang begitu populer yaitu logam yang meliputi bauksit, timah, nikel, tembaga, perak dan emas. Minyak bumi, batu bara maupun gas alam adalah beberapa sumber bahan bakar penting bagi negara ini.59 Sumber lain termasuk kayu dan tanah yang subur. Sebagian besar dataran rendah pesisir, sedangkan pulau yang lebih besar memiliki topografi pegunungan.

54 Ibid. Hal. 29.

55 Ragimun. 2010. Analisis Daya Saing Karet dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China. Jakarta:

Kementrian Keuangan Indonesia. Hal. 32.

56 Caca Sudarsa. 1991. Departemen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

57 Presiden Republik Indonesia. FILE UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG
MATA UANG.

58 BAPPENAS. 2016. Bappenas.go.id diakses pada tanggal 19 Sep

59 Ragimun. 2010. Analisis Daya Saing Karet dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China. Jakarta:

Kementrian Keuangan Indonesia. Hal 37.

Gambar

Gambar 2.1 Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia
Gambar 2.2 Peta Negara Singapura
Gambar 2.1 Peta Perbatasan Indonesia - Singapura

Referensi

Dokumen terkait