• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Routing OSPF, RIP, EIGRP, dan IS-IS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Routing OSPF, RIP, EIGRP, dan IS-IS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

10780

Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Routing OSPF, RIP, EIGRP, dan IS-IS

Pahlevi Muhammad1, Primantara Hari Trisnawan2, Kasyful Amron3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Email: 1pahlevimuh@student.ub.ac.id, 2prima@ub.ac.id, 3kasyful@ub.ac.id

Abstrak

Untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya, sebuah router memerlukan protokol routing dalam pengiriman informasi. Terdapat beberapa protokol routing yang digunakan untuk mengirim sebuah informasi, diantaranya OSPF, RIP, EIGRP, dan IS-IS. Masing-masing protokol tersebut memiliki perbedaan algoritme dalam menentukan jalur terbaik dalam pengiriman informasi, hal ini tentu membuat perbedaan cara kerja dan kinerja dari protokol routing. Maka dari itu perlu dianalisis protokol manakah yang paling baik dalam suatu kondisi agar memeroleh kinerja yang terbaik. Penelitian ini menggunakan aplikasi Graphical Network Simulator 3 (GNS-3) untuk simulasi dari jaringan sebenarnya dengan menggunakan topologi Mesh dengan jumlah router 4 router, 6 router, dan 8 router. Parameter yang digunakan sebagai pengukuran kinerja protokol routing adalah waktu konvergensi dan waktu round- trip. Semakin kecil nilai parameter pengujian yang didapat dari sebuah protokol routing maka kinerja protokol tersebut semakin baik.

Kata kunci: protokol routing, konvergensi, round-trip, GNS-3 Abstract

To communicate with each other, routers need routing protocols for sending information. There are several routing protocols used to send information, OSPF, RIP, EIGRP, and IS-IS. Each of these protocols has different algorithms in determining the best path for sending information, this of course makes a difference in the workings and performance of the routing protocol. Therefore it is necessary to analyze the best protocol in a condition in order to obtain the best performance. This study uses the Graphical Network Simulator 3 (GNS-3) application to simulate the actual network using a Mesh topology with 4 routers, 6 routers, and 8 routers. The parameters used as a measurement of the performance of the routing protocol are convergence time and round trip time. The smaller the value of the test parameters obtained from the routing protocol, the better the improved protocol.

Keywords: routing protocol, convergence, round-trip, GNS-3

1. PENDAHULUAN

Semakin berkembangnya teknologi, hampir semua perangkat menggunakan Internet untuk dapat berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi melalui Internet diperlukan protokol untuk pengalamatan jaringan yang digunakan. Internet Protocol versi 4 (IPv4) merupakan protokol internet yang paling banyak digunakan untuk pengalamatan jaringan. Jumlah pengalamatan pada IPv4 sebesar 232 atau sekitar 4 miliar host. Namun, jumlah alokasi pengalamatan jaringan pada protokol IPv4 tidak mampu memenuhi kebutuhan pengalamatan.

Sehingga untuk memenuhinya diperlukan

protokol IP yang lebih baru, yaitu IP versi 6 (IPv6). IPv6 memiliki jumlah pengalamatan yang lebih banyak, yaitu 2128.. Sehingga bertambahnya jumlah perangkat di era Internet of Things saat ini bukan menjadi masalah terbatasnya pengalamatan IP pada perangkat.

Untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya, router memerlukan protokol routing dalam pendistribusian informasi, baik pada IPv4 maupun IPv6. Menurut Hunt (1999), Protokol routing terbagi menjadi dua, yaitu Interior Routing Protocol (IRP) dan Exterior Routing Protocol (ERP). IRP merupakan jenis protokol routing yang mengatur pertukaran informasi di suatu autonomous system (AS) yang sama, pada

(2)

IPv4 terdapat beberapa protokol yaitu Open Shortest Path First (OSPF), Routing Information Protocol (RIP), Internet Gateway Routing Protocol (IGRP), Enhanced Internet Gateway Routing Protocol (EIGRP) dan Intermediate System to Intermediate System (IS-IS) dan pada IPv6 terdapat protokol OSPFv3, RIPng, EIGRP IPv6, dan IS-IS. ERP merupakan jenis protokol routing yang mengatur pertukaran informasi di AS yang berbeda, contoh protokol pada ERP adalah Border Gateway Protocol (BGP) di jaringan IPv4 dan BGP-4 di jaringan IPv6.

Protokol berikut memiliki perbedaan dalam cara kerja dan masing-masing protokol routing yang diujikan memiliki kelebihan dan kekurangan.

Misalnya pada protokol RIPng menggunakan algoritme distance-vector, sedangkan OSPF menggunakan algoritme link-state. Algoritme distance-vector merupakan algoritme pada protokol routing yang memiliki karakteristik dimana router akan mengirim routing update kepada tetangganya melalui broadcast secara periodik. Dalam perhitungannya, algoritme ini menggunakan algoritme Bellman-Ford (Doyle, 2001). Protokol routing yang menggunakan algoritme distance-vector diantaranya, RIP, IGRP, dan RTMP. Sedangkan algoritme Link- state merupakan algoritme pada protokol routing yang memiliki karakteristik dimana semua node akan memberikan informasi mengenai node tetangga yang terhubung dengan node tersebut dan terhubung membentuk graph. Setiap node akan menghitung jalur tercepat untuk mencapai tujuan di jaringan. Protokol routing yang menggunakan algoritme link-state diantaranya, OSPF, IS-IS, dan NetWare Link Services Protocol (NLSP).

Kedua algoritme tersebut, baik link-state maupun distance-vector memiliki pendekatan masing-masing terhadap perhitungan jalur terpendek. Pada algoritme distance-vector hanya berkomunikasi terhadap tetangga yang terhubung secara langsung pada jaringan tersebut. Pada algoritme link-state, setiap node berkomunikasi dengan semua node lainnya secara broadcast, namun hanya menginformasikan cost dari link yang terhubung secara langsung. Perbedaan tersebut dapat menentukan bagaimana kinerja antar protokol yang menggunakan kedua algoritme tersebut dan menghasilkan output yang berbeda juga. Pada parameter waktu konvergensi, algoritme distance-vector dapat berkonvergensi lebih lambat dibanding algoritme link-state dan dapat terjadi routing loop ketika algoritme tersebut

melakukan konvergensi. algoritme distance- vector juga dapat mengalami permasalahan count-to-infinity, yaitu ketika routing table melakukan perhitungan cost secara terus- menerus karena terjadi routing loop yang disebabkan putusnya salah satu link pada jaringan tersebut.

Berdasarkan masalah diatas, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan protokol routing yang terbaik diantara protokol OSPF, RIP, EIGRP, dan IS-IS dengan menganalisis kinerja dari masing-masing protokol routing, lalu membandingkannya.

Untuk mengukur performansi dari protokol routing digunakan metrik pengukuran, metrik yang digunakan yaitu waktu konvergensi dan waktu round-trip. Kinerja protokol yang paling baik adalah yang memiliki waktu konvergensi dan waktu round-trip yang paling cepat.

2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1. Distance-vector

Distance-vector merupakan salah satu algoritme routing yang digunakan dalam protokol routing. Pada protokol yang menggunakan algoritme distance-vector, setiap node mempertahankan sebuah routing table dengan memberi jarak yang terbaik pada setiap tujuan berdasarkan beberapa metrik. Perbedaan metrik, seperti jumlah hop, delay, jumlah yang antre pada suatu antrian rute, dapat digunakan untuk mengukur jarak dari node. Algoritme ini pada setiap node-nya memakai sebuah tabel routing berdasarkan informasi yang diterima dari node tetangganya, hal itu menyebabkan traffic lebih rendah jika dibandingkan dengan protokol yang menggunakan algoritme Link- State. Selanjutnya memori, bandwidth, dan power saving membuat protokol dengan algoritme distance-vector digunakan pada pengelola jaringan. Distance-vector menggunakan algoritme Bellman-Ford untuk menghitung cost dari setiap jalur dan memilih jalur yang memiliki cost terkecil sebagai rute terbaik ke tujuan.

Algoritme Bellman-Ford digunakan untuk menghitung jarak terpendek di sebuah graf berbobot. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan algoritme Bellman-Ford adalah menginisialisasi nilai jarak dengan 0.

Selanjutnya perhitungan diperbarui dengan mengecek nilai yang paling kecil diantara penjumlahan nilai jarak antara 2 node, kemudian

(3)

ulangi langkah tersebut sampai seluruh node dilalui.

Gambar 1. Algoritme Bellman-Ford 2.2. Link-state

Link-state merupakan algoritme yang digunakan dalam protokol routing. Protokol routing yang menggunakan algoritme link-state dapat memperbarui tabel routing apabila terjadi kegagalan, hal ini dilakukan untuk mengalihkan kegagalan yang mempengaruhi traffic di sepanjang jalur di sekitar kegagalan tersebut ke tujuan dalam waktu hitungan detik. Pada aplikasi real-time seperti VoIP, melakukan routing ulang secara cepat merupakan solusi yang penting untuk mengurangi congestion, begitu juga dengan delay dan packet loss pada suatu jaringan ketia router memulai untuk melakukan konvergensi ulang pada sebuah topologi setelah topologi tersebut mengalami perubahan atau kegagalan node. Mekanisme pemulihan tersebut merupakan solusi yang baik untuk menghindari local loop pada suatu jaringan antar node dengan mencari jalur alternatif untuk mengirim paket ke tujuan. Perhitungan yang digunakan pada algoritme link-state adalah algoritme Dijkstra.

Algoritme Dijkstra bekerja dengan cara menentukan jalur optimal pada setiap pengulangan. Langkah-langkah yang dilakukan pada algoritme Dijkstra dalam menghitung jalur tercepat adalah menentukan node awal, kemudian memberi cost pada node awal terhadap beberapa node tetangga yang ada, Dijkstra melakukan pencarian jalur dari sebuah node menuju node lain satu per satu. Kemudian memberi nilai cost setiap titik menuju titik selanjutnya, kemudian tentukan nilai nol di node awal yang telah dilalui dan nilai tak hingga di node yang tidak terjangkau dari node saat ini.

Gambar 2. Algoritme Dijkstra

2.3. Open Shortest Path First (OSPF)

OSPF merupakan protokol yang mendukung jaringan IPv4 dan IPv6 yang menggunakan algoritme link-state. Protokol ini akan menentukan jalur routing-nya berdasarkan status dari setiap node yang menghubungkan sumber dan tujuan. Informasi status tersebut berupa prefix IP, network mask, jenis jaringan yang digunakan, dan perangkat yang terhubung dengan suatu jaringan. Informasi tersebut akan disebarkan dalam beberapa link-state advertisement (LSA). Pengumpulan data LSA di perangkat disimpan dalam link-state database.

Pada database tersebut, ketika dihitung menggunakan algoritme Dijkstra akan menghasilkan tabel routing OSPF. Pada database berisi kumpulan data mentah, sedangkan pada tabel routing berisi perhitungan jalur terpendek dari pengirim ke penerima melalui interface pada perangkat.

Pada IPv6 OSPF menggunakan versi yang lebih baru, yaitu OSPFv3. Pada OSPFv3, proses routing tidak perlu dibuat secara eksplisit.

Mengaktifkan OSPFv3 pada sebuah interface akan mengaktifkan proses routing dan konfigurasi yang dibuat. Pada OSPFv3 setiap interface harus diaktifkan menggunakan perintah dalam interface configuration mode.

Fitur ini berbeda dari OSPFv2, dimana interface secara tidak langsung diaktifkan menggunakan device configuration mode. OSPF secara otomatis menggunakan loopback interface daripada interface lainnya dan memilih alamat IP tertinggi dari semua loopback interface.

2.4. Routing Information Protocol (RIP) RIP merupakan protokol yang menggunakan algoritme distance-vector. Algoritme distance- vector merupakan algoritme routing dimana setiap node-nya membentuk array satu dimensi yang berisi jarak (cost) ke semua node dan mendistribusikan vector terhadap node

(4)

tetangganya yang terhubung langsung. Pada algoritme routing distance-vector, setiap node mengetahui cost ke masing-masing tetangga yang terhubung langsung. Untuk node yang terhubung secara tidak langsung maka didefiniskan cost-nya bernilai tak hingga.

RIP dimaksudkan untuk memungkinkan router bertukar informasi untuk menghitung jalur terpendek di jaringan Internet Protocol (IP).

Setiap router yang menggunakan RIP diasumsikan memiliki interface satu atau lebih jaringan, selain itu dianggap bukan router.

Protokol ini bergantung pada akses ke informasi tertentu tentang masing-masing jaringan ini.

Tabel routing pada RIP diperbarui secara periodik dan mengirim tabel routing ke router yang berdekatan. Selain itu, tabel routing yang terkait memiliki penghitung. Saat menjalankan RIP di router yang rute nya tidak diperbarui dalam waktu yang telah ditentukan, rute yang mengukur nilai menjadi tak hingga dan dihapus.

Jadi, ketika router bertukar informasi routing dengan router lain, maka router lain tahu bahwa rute tersebut tidak efektif. RIP memiliki keterbatasan di jaringan yang jalur terpanjangnya adalah 15 hop. Perancang protokol ini percaya bahwa desain protokol tersebut tidak cocok untuk jaringan dengan jumlah node lebih banyak.

2.5. Enhanced Internet Gateway Routing Protocol (EIGRP)

EIGRP adalah protokol yang dirancang dan dikembangkan oleh Cisco Systems, Inc.

Protokol EIGRP menggantikan sebelumnya, yaitu IGRP pada tahun 1993. Algoritme yang digunakan untuk menyatukan control plane ke sebuah set jalur loop-free adalah Diffusing Update Algorithm (DUAL). DUAL adalah algoritme yang digunakan untuk mendapatkan kebebasan loop di setiap saat selama perhitungan rute. Hal ini memungkinkan semua router terlibat dalam perubahan topologi untuk melakukan sinkronisasi pada saat yang bersamaan, router yang tidak terpengaruh oleh perubahan teknologi tidak dilakukan perhitungan ulang. DUAL membangun jalur dengan cost terendah ke semua tujuan yang dapat dijangkau dalam jaringan yang terdiri dari node dan edge (router dan link). Setiap jalur yang dibangun algoritme DUAL merupakan jalur yang bebas loop di setiap saat termasuk saat perubahan topologi dan konvergensi jaringan.

Hal ini dilakukan oleh semua router yang

dipengaruhi oleh perubahan topologi, menghitung jalur terbaik yang baru secara menyebar dan melakukan proses verifikasi jalur menggunakan Feasibility Condition untuk kebebasan loop. Pada algoritme DUAL terdapat beberapa tipe pesan, yaitu:

UPDATE: Pesan yang dikirim untuk menunjukkan perubahan metrik atau penambahan tujuan

QUERY: Pesan yang dikirim ketika proses Feasibility Condition (FD) gagal, yang dapat terjadi karena tujuan menjadi tidak terjangkau atau nilai metrik meningkat ke nilai yang lebih besar dari kondisi FD saat ini.

REPLY: Pesan yang dikirim sebagai tanggapan terhadap pesan QUERY

Pada protokol EIGRP setiap rute menuju sebuah tujuan memiliki status, yaitu PASSIVE atau ACTIVE. Status ini menjelaskan apakah rute yang sedang berlangsung dijamin bebas loop dan merupakan rute terpendek (status PASSIVE) atau jaminan tersebut tidak diberikan (status ACTIVE). Akibatnya pada saat status PASSIVE, router tidak menghitung ulang jalur dalam koordinasi dengan tetangganya karena perhitungan ulang tersebut tidak diperlukan.

2.6. Intermediate System to Intermediate System (IS-IS)

IS-IS merupakan protokol routing yang menggunakan algoritme link-state untuk menentukan jalurnya. IS-IS mengevaluasi perubahan topologi dan menentukan apakah akan melakukan perhitungan shortest path first (SPF) penuh atau sebagian. Protokol ini awalnya dikembangkan untuk routing paket pada ISO CLNP. IS-IS menggunakan hello packet yang memungkinkan konvergensi jaringan yang terjadi dengan cepat ketika terdapat perubahan topologi. Protokol ini dapat diimplementasikan di jaringan IPv4 maupun IPv6.

Sebuah jaringan IS-IS merupakan sebuah autonomous system (AS) yang terdiri dari end system dan intermediate system. End system adalah entitas jaringan yang mengirim dan menerima paket. Intermediate system adalah entitas yang mengirim, menerima, dan meneruskan paket. Sebuah AS dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil disebut area. Area adalah kumpulan logis yang terdiri dari jaringan, router, dan link yang berada di suatu wilayah. Routing antar area diatur secara hierarkis, memungkinan domain bekerja secara

(5)

administratif dibagi menjadi area yang lebih kecil. Kumpulan ini diselesaikan dengan melakukan konfigurasi sistem antara level 1 dan level 2. Sistem pada jalur level 1 ketika tujuan dalam suatu area, sedangkan jika tujuan berada diluar area, maka akan menuju sistem pada jalur level 2. Router level 1 adalah router yang hanya terhubung dengan satu area, sedangkan router level 2 menjadi penghubung antar area. Tidak ada area pada IS-IS yang berfungsi seperti backbone area.

2.7 Parameter Pengujian

Parameter yang diuji pada analisis kinerja protokol routing adalah waktu round-trip dan waktu konvergensi. Waktu round-trip adalah waktu yang diperlukan perjalanan paket dari pengirim menuju tujuan atau penerima dan kembali lagi ke penngirim paket. Waktu round- trip bisa diketahui dengan melakukan pengiriman paket PING pada alamat IP tujuan.

Waktu round-trip dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kecepatan data transfer rate dari pengirim ke penerima, jenis media transmisi, jumlah node jaringan yang dilewati, dan jarak dari penerima dan pengirim

Waktu konvergensi merupakan waktu yang diperlukan untuk semua router dalam sebuah jaringan mengetahui semua jaringan lain dan memiliki rute ke setiap jaringan.

3. METODOLOGI

Metodologi menjelaskan metode yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah penelitian, dalam penelitian berikut mengenai perbandingan kinerja protokol routing OSPF, RIP, EIGRP dan IS-IS. Berikut gambar diagram alir langkah yang dilakukan metodologi penelitian.

Gambar 3. Diagram Alir Metodologi

Berdasarkan Gambar 3, diagram tersebut menggambarkan alur metodologi yang dimulai dengan studi literatur berdasarkan penelitian yang telah ada maupun teori yang akan digunakan sebagai referensi. Selanjutnya melakukan analisis kebutuhan, hal ini berisi tentang perangkat yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Selanjutnya melakukan perancangan skenario, bagian ini membahas rancangan yang akan diimplementasikan.

Selanjutnya bagian implementasi dan pengujian skenario yang berisi tentang pengimplementasian dari rancangan skenario yang telah dibuat, kemudian melakukan pengujian untuk memperoleh data uji.

Selanjutnya melakukan analisis dari hasil yang didapat dan melakukan penarikan kesimpulan.

4. PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pengujian terbagi menjadi dua berdasarkan parameter yang didapat, yaitu skenario untuk mendapat waktu konvergensi dan waktu round- trip. Pengujian tersebut dilakukan di topologi mesh dengan 4 router, 6 router, dan 8 router.

Protokol yang diujikan adalah OSPF, RIP, EIGRP, dan IS-IS di IPv4 dan IPv6. Waktu konvergensi adalah waktu yang diperlukan protokol routing untuk beberapa router memiliki informasi perutean dalam sebuah topologi, jika ada perubahan router yang terhubung maka perlu dilakukan perutean ulang untuk dapat mengetahui informasi antar jaringan yang terhubung. Sedangkan waktu round-trip (RTT) adalah waktu yang diperlukan untuk sebuah node pengirim mengirim data kepada node tujuan, kemudian node tujuan mengirim paket acknowledgement (ACK) kepada node penerima. Waktu round-trip juga mencakup

(6)

waktu propagasi untuk jalur antara dua titik akhir komunikasi.

Pengujian yang pertama dilakukan adalah untuk mendapatkan nilai waktu konvergensi. Pengujian waktu konvergensi dimulai dengan melakukan pengiriman ICMP PING dari router pengirim menuju router tujuan dengan ukuran paket (dalam satuan byte) sebesar 100 byte dan waktu timeout (dalam satuan detik) yang sebesar 2 detik. Pengiriman paket dilakukan dengan pengulangan 500 kali, hal ini dilakukan karena jumlah pengulangan tersebut dapat memberikan hasil yang lebih jelas jika proses konvergensi berlangsung lama.

Proses pengiriman paket dilakukan dengan cara membuka console terminal dari router pengirim, kemudian memberi perintah untuk mengirim paket ICMP PING menuju alamat IP router tujuan dengan parameter ukuran dan jumlah pengulangan paket yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah itu akan muncul tampilan di console terminal sebuah router yang menunjukkan bahwa sedang mengirim paket tersebut.

Saat proses pengiriman paket ICMP PING sedang berlangsung dalam pengujian waktu konvergensi dilakukan pemutusan link. Pemutusan link dilakukan untuk menguji waktu yang dibutuhkan melakukan proses konvergensi, dengan terputusnya sebuah link maka protokol routing akan melakukan perhitungan jalur tercepat yang baru. Pemutusan link dilakukan dengan cara menghapus jalur yang terhubung antara router pengirim paket dan router penerima paket melalui antarmuka simulator GNS-3.

Pada saat dilakukan pemutusan, maka pengiriman paket langsung berhenti sampai protokol routing menemukan jalur tercepat yang baru dan melanjutkan pengiriman paket. Waktu yang diperlukan protokol routing untuk menentukan jalur alternatif setelah dilakukan pemutusan merupakan parameter yang akan dihitung.

Kemudian melakukan pengujian untuk mendapatkan nilai waktu round-trip.

Pengujian waktu round-trip memiliki beberapa kesamaan dengan pengujian waktu konvergensi, yaitu melakukan pengiriman

ICMP PING dari router pengirim menuju router penerima dan jumlah paket yang dikirim berukuran 100 byte dan pengulangan pengiriman paket sebanyak 100 kali. Router pengirim ditentukan dalam penelitian ini disebut sebagai Router 1 (R1), sedangkan router penerima ditentukan berdasarkan router yang ingin dituju, bisa berubah sesuai skenario. Pengujian waktu round-trip juga diujikan di antarmuka router yang sama dengan pengujian waktu konvergensi, baik router pengirim maupun router penerima.

Analisis dilakukan berdasarkan hasil yang didapat dari proses pengujian. Proses ini akan dilakukan dengan membandingan kinerja dari masing-masing protokol yang diujikan. Hasil yang ditampilkan berupa tabel agar mudah dipahami.

4.1 Waktu Konvergensi

Gambar 4. Diagram Waktu Konvergensi IPv4

Berdasarkan Gambar 4 ditunjukkan bahwa topologi dengan 4 router protokol EIGRP dan IS-IS memiliki nilai waktu konvergensi terkecil yaitu 14 detik dan RIP memiliki nilai waktu konvergensi terbesar, yaitu 176 detik. Pada topologi dengan 6 router protokol RIP dan IS-IS memiliki nilai terkecil yaitu 8 detik, sedangkan protokol OSPF memiliki nilai terbesar yaitu 42 detik. Pada topologi dengan 8 router EIGRP dan IS-IS memiliki nilai terkecil dengan nilai sebesar 16 detik, sedangkan protokol RIP memiliki nilai terbesar dengan nilai 246 detik. Semakin kecil nilai yang didapat maka semakin baik kinerja dari sebuah protokol dalam sebuah pengujian karena cepat dalam melakukan proses konvergensi.

44 42 42

176

8

246

1414 228 1616

0 100 200 300

4 Router 6 Router 8 Router

Waktu Konvergensi IPv4

OSPF RIP EIGRP IS-IS

(7)

Gambar 5. Diagram waktu konvergensi IPv6

Berdasarkan Gambar 5 ditunjukkan bahwa topologi 4 router protokol EIGRP memiliki waktu konvergensi terkecil yaitu 14 detik dan RIP memiliki nilai waktu konvergensi terbesar, yaitu 168 detik. Topologi 6 router protokol EIGRP memiliki nilai terkecil yaitu 4 detik, sedangkan protokol RIP memiliki nilai terbesar yaitu 12 detik. Topologi dengan 8 router EIGRP dan IS-IS memiliki nilai terkecil dengan nilai sebesar 16 detik, sedangkan protokol RIP memiliki nilai terbesar dengan nilai 168 detik.

Semakin kecil nilai yang didapat maka semakin baik kinerja dari sebuah protokol dalam sebuah pengujian karena cepat dalam melakukan proses konvergensi.

4.1 Waktu Round-trip

Gambar 6. Diagram waktu round-trip IPv4

Berdasarkan Gambar 6 ditunjukkan bahwa topologi 4 router protokol EIGRP memiliki rerata waktu round-trip terkecil, yaitu 71 milisekon (ms), sedangkan protokol IS-IS memiliki waktu round-trip terbesar dengan nilai 99 ms. Pada topologi dengan 6 router protokol IS-IS memiliki nilai terkecil yaitu 128 ms, sedangkan protokol OSPF memiliki nilai

terbesar yaitu sebesar 194 ms. Pada topologi dengan 8 router IS-IS memiliki nilai terkecil dengan nilai sebesar 146 ms, sedangkan protokol RIP memiliki nilai terbesar dengan nilai 372 ms.

Semakin kecil nilai yang didapat maka semakin baik kinerja dari sebuah protokol dalam sebuah pengujian karena pengirim cepat dalam mengirim paket dan penerima cepat dalam merespon paket yang dikirim.

Gambar 7. Diagram waktu round-trip IPv6

Berdasarkan Gambar 7 ditunjukkan bahwa pada topologi dengan 4 router protokol RIPng memiliki rerata waktu round-trip terkecil, yaitu sebesar 67 ms, sedangkan protokol OSPF memiliki waktu round-trip terbesar dengan nilai 76 ms. Topologi 6 router protokol RIP memiliki nilai terkecil yaitu 115 ms, sedangkan protokol EIGRP memiliki nilai terbesar yaitu 206 ms.

Pada topologi 8 router OSPF memiliki nilai terkecil dengan nilai sebesar 130 ms, sedangkan protokol RIP memiliki nilai terbesar dengan nilai 233 ms. Semakin kecil nilai yang didapat maka semakin baik kinerja dari sebuah protokol dalam sebuah pengujian karena pengirim cepat dalam mengirim paket dan penerima cepat dalam merespon paket yang dikirim.

5. KESIMPULAN

Berikut ini kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian:

1. Perbandingan yang dilakukan menggunakan protokol routing OSPF, RIP, EIGRP, dan IS- IS yang berjalan di IPv4 dan juga dilakukan pada IPv6 yaitu OSPFv3, RIPng, EIGRP, dan IS-IS. Metrik perbandingan yang digunakan adalah waktu konvergensi dan waktu round- trip. Protokol routing tersebut diimplementasikan terhadap topologi Mesh yang terdiri dari 4 router, 6 router, 8 router.

2. Berdasarkan hasil pengujian, disimpulkan bahwa protokol EIGRP lebih baik dibanding

36

8

36 168

12

168

1416 4 8 1616

0 50 100 150 200

4 Router 6 Router 8 Router

Waktu Konvergensi IPv6

OSPFv3 RIPng EIGRP IS-IS

86

194

326

75

175

372

71

182

356

99 128 146

0 100 200 300 400

4 Router 6 Router 8 Router

Waktu Round-trip IPv4

OSPF RIP EIGRP IS-IS

76

133 130

67

115

233

75

206 216

74

172

225

0 50 100 150 200 250

4 Router 6 Router 8 Router

Waktu Round-trip IPv6

OSPFv3 RIPng EIGRP IS-IS

(8)

protokol lain yang diujikan dalam melakukan proses konvergensi, baik di jaringan IPv4 dan IPv6. Hal ini dikarenakan protokol EIGRP menggunakan algoritme DUAL yang menggunakan feasible successor.

3. Berdasarkan hasil pengujian yang didapat, disimpulkan bahwa protokol routing yang diujikan memiliki nilai bervariatif, dalam tiap skenario pengujian memiliki perbedaan hasil.

Protokol EIGRP unggul dalam pengujian waktu round-trip topologi 4 router, namun pada topologi 6 router dan 8 router IS-IS memiliki nilai rata-rata terkecil. Pada pengujian di jaringan IPv6, RIPng memiliki nilai terkecil pada pengujian topologi 4 router dan 6 router, namun pada pengujian topologi 8 router OSPFv3 lebih unggul.

6. DAFTAR PUSTAKA

Abujassar, R. S. & Ghanbari, M., 2011. Efficient Algorithms to Enhance Recovery Schema in Link State Protocols, [pdf] International Journal of UbiComp. Tersedia di:

<https://www.researchgate.net/publicatio n/51929862_Efficient_Algorithms_to_En hance_Recovery_Schema_in_Link_State _Protocols/download>

Alpern, N. J. & Shimonski, R. J., 2010. Eleventh Hour Network+, [online] Elsevier.

Tersedia di:

<https://doi.org/10.1016/B978-1-59749- 428-1.00003-5>

Byers, J. W., 2010. Distance-Vector Routing,

[online] Tersedia di:

<https://www.cs.bu.edu/fac/byers/course s/791/F99/scribe_notes/cs791-notes- 990923.html>

Hardiyani, R., 2013. Analisa Perbandingan Kinerja Protokol OSPFv3 dan RIPng pada Aplikasi FTP di Jaringan Mobile IPv6 Menggunakan OPNET, [online] Tersedia di: <https://anzdoc.com/analisa- perbandingan-kinerja-protokol-ospfv3- dan-ripng-pada-.html>

Hunt, C. 1999., Interior Routing Protocols.

TCP/IP Network Administration, [online]

Tersedia di:

<http://web.deu.edu.tr/doc/oreily/networ king/tcpip/ch07_04.htm>

Juniper Networks, Inc., 2018. IS-IS Overview,

[online] Tersedia di:

<https://www.juniper.net/documentation/

en_US/junos/topics/concept/is-is-routing- overview.html>

Jaafar, A., Salim, S., Tiron L. A., & Mohd Hussin, Z., 2017. Performance Evaluation of OSPFv3 and IS-IS Routing Protocol on IPv6 Network, [pdf] 2017 International Conference on Engineering Technology and Technopreneurship (ICE2T).

Tersedia di:

<https://ieeexplore.ieee.org/document/82 15990>

Kurose, J. & Ross, K. W., 2012. Computer Networking A Top-Down Approach, [e- book]. Pearson. Tersedia melalui:

<https://www.pearson.com/us/higher- education/product/Kurose-Computer- Networking-A-Top-Down-Approach- 6th-Edition/9780132856201.html>

Savage, D., Ng, J., Moore, S., Slice, D., Paluch, P. & White, R., 2016. Cisco’s Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP), [online] Tersedia di:

<https://tools.ietf.org/html/rfc7868>

Gambar

Gambar 3. Diagram Alir Metodologi
Gambar 4. Diagram Waktu Konvergensi IPv4
Gambar 5. Diagram waktu konvergensi IPv6

Referensi

Dokumen terkait

Jenova, R., 2009, Uji Toksisitas Akut yang diukur dengan Penentuan LD 50 Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) terhadap Mencit BALB/C , Falkutas Kedokteran

Fenomena pengaruh variasi sudut swirl vanes untuk tertiary combustion air terhadap reduksi O 2 selama proses pembakaran dapat diamati pada gambar 6, dimana pada

• Bayi dengan hasil uji virologi negatif pada pemeriksaan pertama, harus dilakukan uji virologi kedua saat usia 4-6 bulan untuk konfirmasi diagnosis. Level of evidence

Kota Jayapura dengan luas wilayah 940.00 Ha terdapat 30% tidak layak huni, karena terdiri dari perbukitan yang terjal, rawa-rawa dan hutan di lindung dengan kemiringan

Backbone Router, merupakan router yang berada dalam area backbone dan memiliki semua informasi topologi dan routing yang ada dalam jaringan OSPF tersebut. Area Border

cerita pendek. Peserta didik harus terus diberi motivasi agar dapat mengikuti setiap tahap kegiatan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan meng- ubah model

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah..

7 Men-dulang adalah merupakan proses pencaharian biji emas yang dilakukan oleh penambang emas dengan menggunakan alat jiye.... Semenjak ditemukannya bahan mengandung mineral yang