• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemakaian Alat Intra Oral Lepasan Mandibular Advancement Device Terhadap Tingkat Kebisingan Mendengkur (Snoring).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemakaian Alat Intra Oral Lepasan Mandibular Advancement Device Terhadap Tingkat Kebisingan Mendengkur (Snoring)."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT INTRA ORAL LEPASAN

MANDIBULAR ADVANCEMENT DEVICE

TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN MENDENGKUR

(SNORING)

MAKALAH

Disusun oleh:

Drg. LISDA DAMAYANTI, Sp. Pros.

NIP: 132206506

BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

(2)

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ……….………..

2. Identifikasi Masalah Penelitian ………

3. Tujuan Penelitian ………...

4. Kegunaan Penelitian ……….

5. Kerangka Pemikiran ………

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian ……….……….

2. Populasi dan Sampel Penelitian ……….

3. Identifikasi Variabel Penelitian ……….

4. Alat Penelitian ………

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ……….……….

2. Pengujian Hipotesis ………..

(3)

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang Penelitian

Mendengkur merupakan bentuk ringan dari gangguan ini, terjadi karena adanya perubahan konfigurasi saluran nafas atas selama tidur yang menyebabkan vibrasi uvula dan palatum lunak. Mendengkur terjadi karena udara tidak mengalir dengan mulus melalui saluran

pernafasan atau ketika jaringan lunak atau otot di saluran pernafasan bergetar.1

Pada anatomi normal, saluran pernafasan atas merupakan suatu pipa jaringan lunak yang diatur oleh perluasan aktifitas otot rongga mulut, hidung sampai pipa bronkial. Aktifitas dari otot-otot tensor veli, levator veli palatini, genioglosus dan geniohioid mengatur posisi palatum lunak, uvula, lidah dan tulang hioid agar berada jauh dari dinding posterior faring.1,2

Suara nafas pasien mendengkur disebabkan oleh lidah dan/atau tulang hioid dan lapisan atas jaringan lunak mendorong dinding posterior faring ketika pasien tidur dalam posisi telentang. Dalam usaha untuk mendapatkan oksigen yang cukup untuk paru-paru terjadi peningkatan kecepatan aliran udara yang melewati rongga pernafasan. Hal ini dapat menimbulkan jaringan menjadi bergetar. Getaran ini menimbulkan suara atau bunyi yang

disebut dengan dengkuran.3

Mendengkur dapat menjadi suatu tanda dari sleep apnea, suatu kondisi yang dapat

menjadi sangat berbahaya.4 Dokter gigi berperan untuk membantu mengatasi keluhan ini

dengan pembuatan alat intra oral lepasan dan mengevaluasi pemeriksaan gangguan pernafasan pada saat tidur.1

Mendengkur dipengaruhi oleh faktor usia, seiring dengan meningkatnya usia otot kerongkongan akan menjadi lemah dan dampak pada jaringan menjadi kendur dan bergetar. Dengan meningkatnya berat badan, lemak mengendap pada lidah, palatum lunak dan sekitar faring menyebabkan penyempitan saluran nafas. Penyebab mendengkur lainnya adalah palatum lunak yang tebal, polip yang membesar, alkohol atau obat-obat tertentu (seperti

tranquilizer) dapat menyebabkan relaksasi yang berlebihan pada otot-otot di kerongkongan.1

Gejala subjektif dari pasien mengenai kualitas dan kuantitas tidur dapat membantu dalam pembuatan alat intra oral lepasan. Alat ini memiliki 2 bentuk dasar yaitu Tongue Retaining Device (TRD) dan Mandibular Advancement Device (MAD), berfungsi untuk

(4)

ketepatan klinisi dalam menentukan posisi protrusif yaitu pasien diinstruksikan untuk

memajukan rahang bawah kira-kira 50% pergerakan protrusif maksimal.1

2) Identifikasi Masalah Penelitian

1. Berapa angka tingkat kebisingan mendengkur (desibel) pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD)?

2. Apakah ada penurunan tingkat kebisingan mendengkur pada saat memakai alat intra oral

Mandibular Advancement Device (MAD)?

3) Tujuan Penelitian

1. Mengetahui angka tingkat kebisingan mendengkur (desibel) pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD).

2. Mengetahui adanya penurunan tingkat kebisingan mendengkur pada saat memakai alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD).

4) Kegunaan Penelitian

1. Memberikan alternatif perawatan untuk mengurangi tingkat kebisingan mendengkur dengan biaya yang relatif lebih murah dan aman, karena bahan mudah didapat dan dapat dibuat pada perlengkapan laboratorium gigi yang sederhana.

2. Memberikan sumbangan informasi ilmiah dalam rangka memulai pembuatan dan pengembangan alat intra oral lepasan MAD yang dibuat di laboratorium di bidang kedokteran gigi Indonesia.

5) Kerangka Pemikiran

Mendengkur merupakan suara keras (berisik) selama tidur yang disebabkan oleh getaran uvula dan palatum lunak atau pada dasar lidah. Terjadi pada 40% pria dan 28%

wanita, prevalensinya akan bertambah sesuai umur.2

Pada saluran nafas atas pendengkur, terjadi obstruksi parsial karena lidah dan atau tulang hioid dan jaringan ikat yang melapisinya karena gaya gravitasi akan jatuh ke posterior ke arah dinding posterior faring saat posisi pasien tidur telentang. Makin sempit saluran nafas,

makin besar vibrasi, makin keras suara dengkuran.1,5

(5)

pernafasan atas.5 Perawatan meliputi perubahan kebiasaan, pemakaian alat tekanan udara

positif yang terus-menerus (CPAP), pemakaian alat intra oral lepasan, obat-obatan dan

pembedahan.1

Salah satu perawatan untuk mengatasi tingkat kebisingan mendengkur dengan menggunakan alat intra oral yang digunakan selama tidur yaitu Mandibular Advancement Device (MAD). Dengan pemakaian alat ini dasar lidah dan palatum lunak tertarik ke anterior

karena otot palatoglosus menegang dan otot konstriktor faringeal terangkat oleh spina

(6)

METODE PENELITIAN

1) Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental kuasi. Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh informasi mengenai perubahan angka tingkat kebisingan mendengkur pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral lepasan Mandibular Advancement Device

(MAD).

2) Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pasien mendengkur. Metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling. Kriteria subjek penelitian adalah:

1. Dewasa, mendengkur

2. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan

3. Belum pernah menggunakan alat intra oral lepasan MAD 4. Tidak terdapat kelainan pertumbuhan dan perkembangan 5. Hubungan rahang kelas I atau II

3) Identifikasi Variabel Penelitian

A. Variabel Pengaruh

Pemakaian Alat Intra Oral MAD

Definisi Operasional: Alat intra oral lepasan terbuat dari heat cured acrylic transparan

yang dipasangkan pada rongga mulut saat tidur.

B. Variabel Terpengaruh

Tingkat Kebisingan Mendengkur (ditunjukkan oleh angka desibel pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD).

(7)

4) Alat Penelitian

Sebagai alat penelitian adalah alat intra oral MAD yang dibuat sendiri di laboratorium dari bahan heat cured acrylic transparan dan sound level meter merk Krisbow tipe KW06-290

untuk mengukur tingkat kebisingan mendengkur.

Gambar 1. Alat Intra Oral MAD

Gambar 2. Alat Sound Level Meter

A. Alat-Alat Penunjang Penelitian

1) Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset) 2) Sendok cetak rahang atas dan rahang bawah 3) Rubber bowl dan spatula

(8)

5) Artikulator simple hinge 6) Lampu spiritus

7) Kaliper geser 8) Kertas artikulasi 9) Bur dan mata bur

1) Persiapan penelitian

Pada penelitian ini, alat intra oral lepasan MAD dibuat sendiri di laboratorium Prostodonsia RSGM FKG Unpad dengan disain yang telah ditentukan yaitu posisi mandibula dimajukan sampai posisi edge to edge dan garis median rahang atas dan

rahang bawah satu garis lurus.

2) Prosedur pembuatan alat intra oral lepasan MAD

a) Pencetakan rahang atas dan rahang bawah pasien mendengkur

Bahan cetak yang digunakan adalah alginat quick setting. Hasil cetakan dicor

gips batu untuk mendapatkan model kerja. b) Pengukuran dimensi vertikal dan gigitan lilin

Pasien diinstruksikan untuk memajukan mandibula sampai posisi edge to edge

(9)

Gambar 3. Penentuan Posisi Gigitan Lilin

c) Pemasangan gigitan lilin pada model kerja yang telah di block out

d) Model kerja dipasang pada okludator

e) Merapikan model lilin rahang atas dan rahang bawah pada model kerja f) Pemendaman

g) Pembuangan lilin

h) Pengisian (Packing) dengan akrilik transparan

i) Pemolesan dan penyelesaian

3) Pemasangan alat intra oral lepasan MAD

a) Alat dipasangkan ke dalam rongga mulut pasien sesuai posisi yang telah ditentukan

Gambar 4. Pemasangan Alat Intra Oral MAD

b) Diperhatikan retensi alat dan teraan di bagian antomi gigi agar tidak ada bagian yang menekan.

c) Instruksi cara pemasangan, pelepasan dan perawatan alat.

(10)

4) Pengamatan

Pencatatan dilakukan pada saat subjek penelitian tidur telentang oleh orang terdekat pasien pada malam hari pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD selama 3 malam berturut-turut yang diukur dengan menggunakan alat sound level meter sehingga didapatkan angka rata-rata desibel pada saat tidak

memakai dan saat memakai alat intra oral lepasan MAD.

D. Analisa Data

Data dianalisa dengan menggunakan rumus uji T untuk data berpasangan dengan menggunakan analisis software SPSS 13.0. Pengujian hipotesis menggunakan uji data berpasangan dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2007, pembuatan alat di Laboratorium Prostodonsia RSGM FKG Unpad dan pemasangan alat di klinik PPDGS Instalasi Prostodonsia RSGM FKG Unpad. Pengukuran tingkat kebisingan mendengkur dengan alat

(11)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1) Hasil Penelitian

Hasil pengukurannya diperlihatkan dalam lampiran 1, data selanjutnya dihitung statistiknya yaitu rata-rata hitung, simpangan baku (std), dan perubahan tingkat kebisingan mendengkur pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD selama 3 malam berturut-turut dengan uji statistik T seperti terlihat dalam tabel 1, tabel 2.

Tabel 1

Rata-Rata Tingkat Kebisingan Mendengkur pada Saat Tidak Memakai

dan Saat Memakai Alat Intra Oral MAD

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean

Tingkat Kebisingan Mendengkur Saat Tidak Memakai Alat Intra Oral MAD

67.1800 5 2.24727 1.00501

Tingkat Kebisingan Mendengkur Saat Memakai Alat Intra Oral MAD

51.9360 5 3.17053 1.41791

Analisis:

(12)

Tabel 2

Perubahan Rata-Rata Tingkat kebisingan Mendengkur pada Saat Tidak Memakai dan

Saat memakai Alat Intra Oral MAD

Paired Differences

2) Pengujian Hipotesis

Hipotesis 1: Dengan pemakaian alat intra oral MAD terjadi penurunan tingkat kebisingan mendengkur.

Pendukung: Hasil pengujian menggunakan uji T untuk data berpasangan dapat dilihat pada tabel 2 dengan langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:

1. H0: Rata-rata tingkat kebisingan mendengkur pasien saat tidak memakai dan

saat memakai alat intra oral MAD adalah sama.

2. H1: Rata-rata tingkat kebisingan mendengkur pasien saat tidak memakai dan

saat memakai alat intra oral MAD adalah tidak sama. 3. Dipilih tingkat signifikansi (α) sebesar 5%.

4. Daerah kritis: Tolak H0 jika α>sig, karena diperoleh hasil α = 0.05 > sig.

(2-tailed) = 0.000 Æ sangat kecil (mendekati nol), maka H0 ditolak. Dengan

kata lain, pada tingkat signifikansi 5% rata-rata tingkat kebisingan mendengkur pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD adalah tidak sama.

Kesimpulan: Pemakaian alat intra oral MAD dapat menurunkan rata-rata tingkat kebisingan

(13)

3) Pembahasan

Dari hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa alat intra oral MAD yang terbuat dari heat cured akrilik transparan yang dipasangkan dalam rongga mulut dengan posisi

mandibula edge to edge dan dimensi vertikal sesuai dengan dimensi vertikal saat istirahat

fisiologis menyebabkan saluran nafas tetap terbuka. Hal ini disebabkan karena alat MAD mencegah lidah dan atau tulang hioid dan jaringan ikat yang melapisinya mendekati dinding

posterior faring.1,5

Berdasarkan kemungkinan etiologi dari lima pasien penelitian diluar pemeriksaan antomi saluran nafas atas bahwa penyebab mendengkur empat pasien adalah kelebihan berat badan, tiga pasien laki-laki mempunyai kebiasaan merokok dan satu pasien diantaranya disertai adanya kebiasaan mengkonsumsi minuman berakohol dan alergi cuaca dingin, debu yang menyebabkan sumbatan pada hidung sehingga aliran udara melalui hidung terbatas. Sedangkan satu pasien lainnya disebabkan karena faktor usia.

Kelebihan berat badan menyebabkan jaringan di faring menjadi lemah dan

menyebabkan suara dengkuran bila bernafas.5 Dengan banyaknya timbunan lemak di leher

akan menyebabkan saluran nafas menyempit.2

Dengan bertambahnya usia, otot-otot faring menjadi lemah menyebabkan jaringan

sekitarnya menjadi kendur sehingga ruangan faring menyempit.5

Kebiasaan sosial seperti mengkonsumsi minuman berakohol menyebabkan otot-otot

faring menjadi relaks, jaringan sekitar faring menjadi kendur dan bergetar.1,5 Kebiasaan

merokok menyebabkan iritasi pada membran saluran pernafasan atas yang menyebabkan suara dengkuran semakin keras. Adanya sumbatan pada hidung yang disebabkan oleh alergi menyebabkan aliran udara melalui hidung terbatas juga menjadi salah satu penyebab

mendengkur.5

(14)

dan tidak sering terbangun. Saat alat MAD yang telah dilubangi dipakai, pasien merasa lebih nyaman, tidak terlalu sering terbangun pada saat tidur.

Pada pasien lainnya keluhan terjadi pada hari pertama dan kedua setelah pemasangan. Keluhan yang terjadi adalah pegal pada sendi, linu pada gigi geligi, rahang terasa kaku dan bibir terasa kering. Keluhan ini berangsur-angsur berkurang setelah alat dilepas beberapa jam pada pagi harinya dan dilakukan kontrol pada hari ke-3 untuk menghilangkan bagian yang terasa menekan. Keluhan yang dirasakan oleh pasien bersifat sementara, untuk mengatasi keluhan ini dapat diberikan obat analgetik dan sebelum pemakaian alat digunakan pelembab

bibir.1

Berdasarkan hasil penelitian, alat intra oral MAD dengan disain memajukan mandibula sampai posisi edge to edge dengan garis median rahang atas dan rahang bawah

satu garis lurus, efektif untuk menurunkan tingkat kebisingan mendengkur. Dengan pemakaian alat ini dasar lidah dan palatum lunak tertarik ke anterior karena otot palatoglosus menegang, otot konstriktor faringeal terangkat oleh spina servikalis yang mencegah lidah mendekati dinding posterior faring dan mencegah tulang hioid bergerak ke

posterior sehingga saluran nafas tetap terbuka.1

Keberhasilan pemakaian alat intra oral MAD terlihat dari penurunan rata-rata tingkat kebisingan mendengkur. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ivanhoe (2000) bahwa alat

intra oral MAD efektif untuk menurunkan tingkat kebisingan mendengkur.1

Ketelitian dan kecermatan hasil pencatatan tingkat kebisingan mendengkur (desibel) pada alat sound level meter dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kemampuan,

ketelitian pengamatan dan kelelahan mata orang terdekat pasien.

Untuk meminimalkan kesalahan dan mendeteksi keakuratan, maka dalam penelitian ini dilakukan pengulangan pencatatan angka desibel dengan alat sound level meter sebanyak tiga

kali yaitu pada tiga malam berturut-turut oleh orang terdekat pasien dan dilakukan pencatatan angka minimum dan maksimum serta perhitungan untuk mengetahui rata-rata angka desibel pasien.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa alat intra oral MAD dapat digunakan untuk mengatasi tingkat kebisingan mendengkur yang cukup valid dan dokter gigi sangat berperan untuk membantu mengatasi tingkat kebisingan mendengkur dengan pembuatan alat intra oral lepasan MAD.

(15)

gangguan mendengkur disertai dengan pemeriksaan polysomnography yaitu pemeriksaan gold

standar untuk menegakkan diagnosa dengan cara mengukur sleep stage, airflow, respiratory effort, gerakan dinding dada, heart rate dan pulse oximetry akan sangat mendukung. Begitu

(16)

KESIMPULAN

1. Alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD) dengan disain memajukan

mandibula sampai posisi edge to edge dan garis median rahang atas dan rahang bawah

satu garis efektif menurunkan tingkat kebisingan mendengkur.

2. Pemasangan alat intra oral MAD harus retentif dan nyaman agar tetap menahan mandibula pada posisinya sepanjang tidur malam.

3. Keluhan yang terjadi pada sendi, gigi geligi menjadi linu bersifat sementara, beberapa jam setelah alat dilepas pada pagi harinya keluhan berangsur-angsur hilang.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Taylor TD. Clinical maxillofacial prosthetics. In: John R. Ivanhoe. Treatment of upper airway sleep disorder patients with dental device. Quintessence Publishing Co, Inc. 2000. p.215-232.

2. Fairbanks DN, Mickelson SA, Woodson BT. Snoring and obstructive sleep apnea. 3rd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. 2003. p.1-15.

3. Truelson JM. Snoring and sleep apnea. 1st ed. Dallas: American Academy of

Otolaryngology Head and Neck Surgery Foundation, Inc. 1995. p.3-15.

4. Ivanhoe JR. Treatment of upper airway sleep disorder patients with dental devices. Quintessence Publishing. Co. Inc. 2000. p.215-231.

5. Walker RP. Snoring and obstructive sleep apnea. In: Calhom KH (eds). Head and neck

surgery-otolaryngology. 3rd ed. Vol 2. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Gambar

Gambar 1. Alat Intra Oral MAD
Gambar 3. Penentuan Posisi Gigitan Lilin
Tabel 1
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mencicipi tiap sampel, Anda dapat memberikan penilaian atas dasar SANDINESS (rasa berpasir (bertepung) pada es krim) dengan menggunakan skala rating (boleh ada yang

Perbuatan pidana (tindak pidana) adalah “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,

[r]

Untuk setiap item pernyataan (positif dan negatif) variabel perjalanan rutin yang terdiri dari 9 pernyataan diperoleh bahwa semua item dinyatakan valid (dengan ketentuan jika r

It also compiles the Java source code, creates oreilly.jar , and provides a "clean" target to remove all generated files and directories... Directories and files created

Berdasarkan analisa yang dilakukan penulis dan masalah-masalah yang dihadapi dalam Update Biodata SiS adalah sistem update biodata masih manual dengan menggunakan form biodata

Perkawinan Gadis Pantai adalah perkawinan yang disertai dengan derita karena ia tidak pernah mendapatkan haknya sebagai seorang ibu dari bayi yang ia lahirkan.. Ia telah diputus

Motivasi akan pentingnya mengubah gaya hidup hingga menurunkan berat badan secara bertahap juga menjadi tugas dokter yang menangani atau dokter anestesi