• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB IV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Letak Geografis Ambarawa

Ambarawa adalah sebuah kecamatan di Jawa Tengah. letaknya

berada di jalan raya yang menghubungkan kota Semarang dan Yogyakarta.

Kota kecamatan ini di kelilingi oleh perbukitan. Perbukitan yang mengitari

dari arah selatan sampai barat itu antara lain adalah Weru, Kendil, Blabag,

Kukusan, Kendali Sodo, Kantong, Srabi, Guyon, Condong Gedeg, Tugu,

Prawitosari, dan Jonggol. Selain itu juga di kelilingi beberapa gunung

yaitu gunung Ungaran, gunung Ngrawan, Ipik dan Rong. Di tengah kota

kecamatan ini mengalir dua buah sungai yaitu sungai Panjang dan sungai

Pentung. Kedua sungai ini bermuara di Rawapening. Keadaan alam

tersebut menyebabkan Ambarawa memiliki peran penting dalam bidang

militer, tempat peristirahatan, dan daerah pertanian (Syamsuar Said,

1984:5).

Kota Ambarawa adalah salah satu wilayah Administrasi Kabupaten

Semarang yang terdiri dari 8 Kelurahan dan 2 Desa. Pada tahun 2002

kecamatan Ambarawa dipecah menjadi 2 yaitu kecamatan Ambarawa dan

Bandungan. Sebelum tahun 2002 kecamatan Ambarawa terdiri dari 16

Desa/Kelurahan yaitu 9 kelurahan dan 7 Desa. Kota Ambarawa

(2)

32

indah. Ambarawa di kelilingi oleh pegunungan Ungaran. Kecamatan

Ambarawa secara geografis sebagai berikut:

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Banyubiru

dan Rawapening.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Jambu

Sebelah Utara :Berbatasan dengan wilayah Kecamatan

Bandungan

Sebelah Timur :Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bawen

Secara geografi wilayah Ambarawa terdiri dari daerah pegunungan

dan dataran juga wilayah Rawa yaitu Rawapening (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Semarang, 2012: 1-5).

B. Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Ambarawa tahun 1961-1983.

Sekolah Pendidikan Guru (SPG) merupakan sekolah menengah

kejuruan yang mendidik calon-calon guru untuk memenuhi kebutuhan

pengajar di sekolah-sekolah yang didirikan baik pemerintah maupun

yayasan. Sekolah Pendidikan Guru merupakan sekolah yang setara dengan

SMA. Sekolah Pendidikan Guru merupakan sekolah yang didirikan

berdasarkan yayasan masing-masing. Sekolah Pendidikan Guru yang

didirikan berdasarkan yayasan pada saat itu yaitu Sekolah Pendidikan

Guru Kristen Salatiga, Sekolah Pendidikan Guru Mendut Katolik,

Sekolah Pendidikan Guru Islam Sudirman, sedangkan SPG yang didirikan

(3)

33

Setiap keputusan nama sekolah berdasarkan kesepakatan bersama

dan berdasarkan keputusan pemerintah seperti halnya Sekolah Pendidikan

Mendut. Sekolah Pendidikan Guru Mendut sudah terpancang namanya

sejak tahun 1961 dengan nama Sekolah Pendidikan Guru Virgo Fidelis.

1. Asal nama Sekolah Pendidikan Mendut Ambarawa

Nama Sekolah Pendidikan Guru Mendut diambil dari sebuah desa

yang terletak dekat dengan Borobudur Magelang. Sekolah Pendidikan

Guru Mendut dengan nama awal Sekolah Pendidikan Guru Virgo Fidelis

ini mulai berganti nama ketika diadakan reuni dengan ibu – ibu SPG

Mendut Borobudur tahun 1979.

Setelah diadakan reuni, ibu- ibu dari Sekolah Pendidikan Guru

Mendut Borobudur tersebut mengusulkan agar namanya digunakan dalam

Sekolah Pendidikan Guru Virgo Fidelis yaitu dengan mengganti nama

menjadi Sekolah Pendidikan Mendut, maka semua pengurus menerima

begitu saja. Namun Surat Keputusan turun dengan nama Sekolah

Pendidikan Guru Virgo Fidelis (Wawancara dengan Yohannette tanggal

15 Oktober 2012).

2. Perubahan nama Sekolah Pendidikan Guru Mendut

Sekolah Pendidikan Guru Mendut awalnya merupakan sekolah

Normaalschool yang diberi nama Maria School yaitu sekolah yang

mendidik guru untuk sekolah rakyat ( volkschool) untuk putri-putri jawa.

Pada awalnya dimulai dengan 21 siswa, kemudian setiap tahun ada lebih

(4)

34

30 siswa. Semua siswa mendapatkan pendidikan di asrama. Normaal

School mulai didirikan pada masa kolonial yaitu tahun 1924. Pada tahun

1939 Normaal School tersebut diakui sebagai subsidi.

Waktu Perang Dunia II dan penjajahan Jepang, Normaal School

terpaksa dibubarkan. Kemudian tahun 1949 dibuka opleiding voor

volksonderwij di Salatiga yang akhirnya tahun 1950 menjadi Sekolah Guru

Bawah (SGB). Pada tanggal 26 november 1953 SK Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan nomor 46358/Subs diakui sebagai Sekolah Guru Bawah

Putri St. Maria Bersubsidi di Ambarawa.

Pada perkembangannya Sekolah Guru Bantu (SGB) diubah

menjadi Sekolah Guru Atas karena adanya peraturan dari pemerintah dan

diakui sebagai Sekolah Guru Atas Katolik Mendut Bersubsidi dengan

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 22 April 1963

No. 12316/BII. Sekolah Guru Atas sendiri pada tanggal 1 agustus 1965

diubah menjadi Sekolah Pendidikan Guru ( SPG) Mendut Bersubsidi. Pada

tahun 1961 Sekolah Pendidikan Guru memperoleh status “Diakui”.

Sekolah Pendidikan Guru Mendut pada awalnya merupakan

Sekolah Guru Putri, namun pada akhirnya karena adanya tuntutan

kebutuhan maka pada tahun 1978 sekolah ini mulai menerima murid putra

(Wawancara dengan Surter Yohannette tanggal 15 Oktober 2012).

Sekolah Pendidikan Guru Mendut didirikan pertama kali oleh para

(5)

35

pada pada tanggal 1 Agustus 1965. Sejak berdirinya sekolah ini dikelola

atau dibawah naungan para suster-suster Ordo Santo Franxiscus (OSF).

Sekolah Pendidikan Guru Mendut merupakan sekolah bersubsidi

walaupun sekolah ini sekolah swasta, dari segi keuangan sekolah ini masih

mendapat bantuan dari pemerintah. Pada sekolah ini kepala sekolahnya

adalah seorang Suster atau Bruder Missi dari Eropa. Pada masa kolonial

kondisi masyarakat sangat sulit secara ekonomi, namun pemerintah

memberikan subsidi kepada penduduk pribumi untuk mendapatkan

pendidikan (Wawancara dengan Andoko pada tanggal 14 November

2012).

Saat itu Sekolah Pendidikan Guru Mendut merupakan sekolah

favorit meskipun banyak Sekolah Pendidikan Guru yang didirikan oleh

masing-masing yayasan, namun SPG Mendut adalah sekolah pertama

yang dituju siswa untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah ini dengan

siswa yang rata-rata paling banyak dan beragam campuran. Murid Sekolah

Pendidikan Guru Mendut berasal dari beragam etnis yaitu ada etnis Papua,

Cina, Ambon, dan mayoritas adalah etnis Jawa (Wawancara dengan Siti

(6)

36

3. Arti dan Lambang Sekolah Pendidikan Guru.

Simbol-simbol:

a. Bunga Bakung : Lambang keperawanan ( VIRGO) yang tulus dan murni.

Salah satu syarat menjadi siswa adalah belum menikah dan bersedia tidak

menikah selama masa pendidikan di sekolah ini.

b. Tiga buah kuncup bunga yang makin mekar adalah lambang

perkembangan pribadi siswa kelas I, II, dan III.

c. Salib : Lambang kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi

umat Katolik.

d. Pelita/Dian : Lambang iman dan kredibilitas atau karena beriman dapat

dipercaya (FIDELIS). Dian selalu harus terisi minyak, agar nyalanya tak

pernah padam. Siswa perlu selalu mengisi/ mengembangkan diri dengan

mempertebal iman, menimba ilmu, memupuk budi bahasa halus sehingga

selalu menyala, menyinari lingkungannya dan kelas anak didiknya.

e. Sinar yang makin luas dan mantap: Lambang pengabdian setelah lulus

sebagai guru warga negara, yang makin luas dan mantap dalam membawa

(7)

37

Nama SPG Virgo Fidelis sendiri terdapat pada simbol bunga bakung dan

pelita.

4. Kegiatan Belajar Mengajar.

Pada tahun 1963 kegiatan belajar mengajar di Sekolah Pendidikan

Guru dimulai pukul 07.00 WIB hingga 13.15 WIB, tetapi setelah itu para

murid mengikuti kegiatan pengembangan diri yang diadakan oleh sekolah

yaitu kegiatan ektrakulikuler atau program pengembangan minat dan bakat

calon guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan wajib antara lain yaitu

menjahit, pramuka, dan kegiatan olahraga khususnya volley (wawancara

dengan Sutji pada tanggal 6 November 2012).

Kegiatan belajar mengajar pada tahun 1976 di Sekolah Pendidikan

Guru diawali dengan senam pagi yaitu pukul 06.45 WIB sampai pukul

06.50 WIB. Pelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan 1 jam mata

pelajaran 40 menit dan waktu istirahat 15 menit untuk 1 kali istirahat,

begitu pula untuk jam istirahat kedua sebelum jam pulang (Wawancara

dengan Suhartati tanggal 14 Desember 2012).

Kegiatan belajar mengajar pada tahun 1980 di Sekolah Pendidikan

Guru untuk 1 jam mata pelajarannya masih seperti tahun sebelumnya yaitu

40 menit. Pada perkembangannya kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya

olahraga, menjahit, pramuka tetapi juga ada kegiatan ektrakurikuler tari

tradisional khususnya tari Jawa. Kegiatan-kegiatan tersebut sering

(8)

38

olahraga Volly SPG Mendut sering mendapatkan kejuaraan (Wawancara

dengan Andoko tanggal 14 November 2012).

Selain itu beberapa dari siswa calon guru mengikuti kegiatan OSIS

(Wawancara dengan Tri Hartiningsih tanggal 20 November 2012). Murid

SPG Mendut juga diwajibkan mengikuti mata pelajaran wajib yaitu agama

Katolik. Selain itu kegiatan belajar mengajar pada tahun 1980 dimulai

pukul 07.00 WIB hingga 13.45 WIB.

Di Sekolah Pendidikan Guru Mendut tidak diadakan misa wajib

untuk setiap minggunya. Misa diadakan hanya pada tahun ajaran baru atau

pada saat ada misa pelindung yaitu Santo Fransiscus Xaverius

(Wawancara dengan Purwanti tanggal 30 November 2012).

5. Kurikulum Sekolah Pendidikan Guru Mendut

Mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Pendidikan Guru Mendut

pada tahun 1980 dikelompokan menjadi 3 yaitu kelompok pendidikan

umum, kelompok pendidikan keguruan, kelompok pengajaran di

SD/Spesialisasi/Pengembangan di TK.

a. Kelompok pendidikan umum:

1. Pendidikan agama

Mata pelajaran pendidikan agama mengajarkan agama Katolik

untuk semua siswa baik Katolik maupun non Katolik. Mata pelajaran ini

diajarkan kepada seluruh siswa supaya para siswa memiliki budi pekerti

yang luhur dan santun (wawancara Tri Hartiningsih tanggal 20 November

(9)

39 2. Pendidikan Moral Pancasila.

Mata pelajaran Moral Pancasila mengajarkan siswa tentang rasa

nasionalisme sebagai warga negara Indonesia terhadap bangsanya.

3. Bahasa Indonesia atau bahasa daerah.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia atau bahasa daerah mengajarkan

tentang tata bahasa, kesusastraan, mengarang cerita, pantun dan lain

sebagainya.

4. Bahasa Inggris

Mata pelajaran Bahasa Inggris mengajarkan struktur Bahasa asing.

5. Olahraga dan Kesehatan

Mata pelajaran ini mempelajari tentang teknik dasar bermain

volley, senam, sepak bola.

b. Kelompok Pendidikan Keguruan

Ilmu Keguruan

6.1 Pedagogik

Mata pelajaran ini mengajarkan ilmu pendidikan yang akan

diajarkan di sekolah nantinya.

6.2Pendidikan Nasional

Mata pelajaran ini mengajarkan mengenai Undang-undang

pendidikan serta kurikulum pendidikan yang dibuat oleh pemerintah.

6.3 Teknik Penilaian Pendidikan.

Mata pelajaran ini mengajarkan bagaimana seorang guru

(10)

40 6.4 Administrasi Sekolah

Mata pelajaran ini mengajarkan mengenai macam-macam

administrasi yang ada di Sekolah Dasar (SD), agenda, buku tamu,

supervisi.

6.5 Psikologi Umum dan Sosial

6.6 Psikologi Perkembangan

6.7 Psikologi Pendidikan

6.8 Bimbingan dan Penyuluhan

Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang memberikan

pendampingan untuk siswa untuk menjadi guru yang baik.

6.9 Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum

6.10 Didaktik dan Metodik Umum

Mata pelajaran ini diajarkan mengenai metode-metode mengajar.

6.11 Metodik Khusus.

6.12 Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan

Mata pelajaran ini mengajarkan tentang berbagai metode dan alat

peraga untuk mengajar nantinya.

6.13 Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat

7. Praktek Keguruan

7.1Observasi kelas dan Simulasi

Mata pelajaran ini siswa menjalani proses micro teaching.

(11)

41

c. Kelompok Pengajaran di SD/Spesialisasi/ Pengembangan di TK.

8. Ilmu Pengetahuan Sosial

9. Ilmu Pengetahuan Alam

10.Matematika

Mata pelajaran ini mengajarkan cara berhitung.

11.Pendidikan Kesenian

11.1 Seni Rupa

11.2 Seni Musik

Mata pelajaran ini peserta didik diajarkan bermain musik

karawitan. Pada saat itu seni musik karawitan diajarkan oleh guru

dari luar yang sudah ahli bermain karawitan. Dahulu yang

mengajar musik adalah bapak Sakir dari Tegal Rejo Ambarawa

dan bapak Marto Suwignyo (Wawancara dengan Sucipto tanggal

14 Desember 2012).

11.3 Seni Drama dan Tari

12.Pendidikan Ketrampilan

12.1 Jasa

12.2 Kerajinan dan Teknik

12.3 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Mata pelajaran ini mengajarkan tentang cara

menjahit yaitu membuat pola, serta mengajarkan cara

(12)

42 12.4 Kepramukaan

Kegiatan ini siswa diajarkan tentang kepemimpinan.

Sekolah Pendidikan Guru Mendut merupakan sekolah yayasan

Katolik, tetapi tidak semua siswa diajarkan mengenai kemarsudirinian.

Siswa yang mendapat pelajaran kemarsudirinian adalah siswa yang

beragama Katolik. Siswa yang beragama Katolik setiap minggu

diberikan pendampingan kaderisasi (Wawancara dengan Purwanti 30

November 2012).

Di Sekolah Pendidikan Guru untuk guru dan siswa wajib

mengetahui lagu-lagu wajib seperti Pahlawan Tanpa Tanda Jasa,

Hymne siswa, Mars Marsudirini, mars angkatan muda. Selain

lagu-lagu tersebut SPG juga memiliki lagu-lagu ketika berpisah dan berjumpa

Virgo Fidelis ( lihat17 lampiran 80) .

Semua hasil nilai siswa tersebut sebenarnya ditulis dalam buku

induk yang disimpan di dinas pendidikan, tapi sayangnya buku induk

beserta Surat Keputusan penutupan Sekolah Pendidikan Guru Mendut

tersebut tidak dapat diperoleh karena dinas pendidikan baru mengalami

renovasi gedung. Selain itu juga adanya kebijakan pemerintah bahwa

dokumen jika sudah lebih dari 5 tahun maka harus dihanguskan.

Begitu juga dengan Surat Keputusan yang telah diserahkan di dinas

pendidikan juga sudah tidak ditemukan kembali karena sering terjadi

(13)

43 6. Jurusan

Di Sekolah Pendidikan Guru Mendut terdapat dua jurusan yaitu

jurusan Taman Kanak - Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Untuk

jurusan tersebut siswa dapat memilih sesuai minat mereka masing-masing.

Banyak lulusan yang memilih jurusan Sekolah Dasar (SD) (Wawancara

dengan Purwanti tanggal 30 November 2012).

Para lulusan Sekolah Pendidikan Guru Mendut mendapat ijazah

mengajar. Ijazah yang diberikan kepada para SPG tercatat sesuai

spesialisasi mereka. Dalam ijazah yang diberikan untuk para siswa SPG

yaitu tidak hanya mendapat ijazah menjadi guru kelas tetapi juga memiliki

ijazah guru agama, siswa yang menjadi guru agama adalah siswa yang

beragama Katolik (Wawancara dengan Purwanti tanggal 30 November

2012). Selain itu di Sekolah Pendidikan Guru Mendut ini siswa mendapat

sertifikat setiap mengikuti kegiatan yang ada seperti kegiatan Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), Seni Tari, Pramuka dan lain-lain.

Semua mata pelajaran tersebut tidak semuanya di ajarkan setiap

semesternya. Mata pelajaran yang ada diajarkan sudah seperti kurikulum

dalam perkuliahan, tidak semua mata pelajaran yang diajarkan untuk

setiap semesternya. Pada setiap semester ada mata pelajaran yang belum

didapatkan dan ada mata pelajaran yang tidak diajarkan pada semester

sebelumnya.

Pada semester satu mata pelajaran yang diajarkan yaitu Pendidikan

(14)

44

Olahraga dan Kesehatan, Pedagogik, Psikologi Umum dan Sosial,

Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu

Pengetahuan Alam, Matematika, Pendidikan Seni Rupa, Seni Musik, Seni

Drama dan Tari, Kerajinan dan Teknik, Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga, Kepramukaan (lihat lampiran 1 hal 65).

Pada semester dua mata pelajaran yang diajarkan yaitu Pendidikan

Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Olahraga dan Kesehatan, Pendidikan Nasional, Psikologi Pendidikan,

Didaktik dan Metodik Umum, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan

Alam, Matematika, Pendidikan Seni Rupa, Seni Musik, Seni Drama dan

Tari, Kerajinan dan Teknik, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga,

Kepramukaan (lihat lampiran 1 hal 65).

Semester tiga mata pelajaran yang diajarkan yaitu Pendidikan Agama,

Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Olahraga

dan Kesehatan, Teknik Penilaian Pendidikan, Psikologi Pendidikan,

Metodik Khusus, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam,

Matematika, Pendidikan Seni Rupa, Seni Musik, Seni Drama dan Tari,

Kerajinan dan Teknik, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Kepramukaan

(lihat lampiran 2 hal 66).

Semester empat Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila,

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Olahraga dan Kesehatan, Teknik

Penilaian Pendidikan, Bimbingan dan Penyuluhan, Metodik Khusus,

(15)

45

Alam, Matematika, Pendidikan Seni Rupa, Seni Musik, Seni Drama dan

Tari, dan Jasa ( lihat lampiran 2 hal 64).

Semester lima mata pelajaran yang diajarkan yaitu Pendidikan Agama,

Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Olahraga

dan Kesehatan, Administrasi Sekolah, Alat Peraga dan Komunikasi

Pendidikan, Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat, Observasi kelas

dan Simulasi, Ketrampilan Mengajar, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu

Pengetahuan Alam, Matematika, Pendidikan Seni Rupa, Seni Musik, Seni

Drama dan Tari, Kerajinan dan Teknik, Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga (PKK), Peternakan (lihat lampiran 3 hal 65).

Semester enam mata pelajaran yang diajarkan yaitu Pendidikan

Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Administrasi Sekolah, Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat,

Ketrampilan Mengajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika (lihat

lampiran 3 hal 66).

Seiring berjalannya waktu kurikulum di Sekolah Pendidikan Guru

Mendut sering berubah, sehingga kurikulum yang digunakan saat itu

antara lain yaitu kurikulum 1975 dan kurikulum 1984. Namun sistem

pendidikan terus mengalami perkembangan kurikulum dari tahun ke

tahun, setelah Sekolah Pendidikan Guru ditutup para calon guru

mendapatkan pendidikan di PGSD (Wawancara dengan Purwanti tanggal

(16)

46

mendapatkan kurikulum yang berbeda banyak mata pelajaran yang diubah

dan dihapuskan atau disederhanakan.

Mata pelajaran yang diubah yaitu Pendidikan Moral Pancasila

sekarang diganti dengan Pendidikan Kewarganagaraan, Bimbingan dan

Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan Konseling, Teknik Penilaian

Pendidikan sekarang diubah menjadi Evaluasi, Psikologi umum dan sosial,

psikologi perkembangan, psikologi pendidikan sekarang diubah menjadi

perkembangan peserta didik, didaktik dan metodik umum, metodik khusus

sekarang diubah menjadi profesi pendidikan dan strategi belajar mengajar,

obeservasi kelas dan simulasi, ketrampilan mengajar sekarang diubah

menjadi Program Pengalaman Lapangan (PPL), Alat peraga dan

komunikasi pendidikan sekarang masuk kedalam mata pelajaran profesi

pendidikan dan strategi belajar mengajar, mata pelajaran PKK dihapuskan.

Untuk kegiatan PKK sekarang diperoleh wanita setelah menikah di

lingkungannya masing-masing.

Di Sekolah Pendidikan Guru Mendut pada tahun 1980 semua mata

pelajaran diujikan. Mata pelajaran yang diajarkan pada setiap semesternya

diujikan. Semua mata pelajaran diujikan karena pada saat itu belum

mengenal adanya ujian nasional yang ada hanya ujian sekolah. Karena

sekolah ini merupakan sekolah yang mendidik calon guru sama halnya

PGSD sekarang ini, maka sistem pendidikan dan penilaiannya seperti saat

(17)

47

Para murid lulusan SPG ini bisa langsung menjadi guru sesuai dengan

jurusan yang diambil saat menempuh pendidikan di SPG. Bagi para SPG

yang masih ingin melanjutkan pendidikan setelah SPG ditutup yaitu di

PGSD. Di Sekolah Pendidikan Guru Mendut ini terdapat dua jurusan yaitu

jurusan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Untuk masuk

ke jurusan TK atau SD siswa dapat memilih sendiri sesuai dengan minat

mereka (Wawancara dengan dengan Yuni tanggal 30 agustus 2012).

Dalam ijazah SPG Mendut bidang pengajaran yang diujikan yaitu mata

pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Olahraga dan Kesehatan, Ilmu Keguruan,

Praktek Keguruan, Ilmu Pendidikan Sosial, Pendidikan Ilmu Alam,

Matematika, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Ketrampilan. Selain itu di

dalam ijazah juga terdapat program pendidikan spesialisasi sesuai minat

yang diperoleh ( lihat lampiran 4 hal 67).

7. Fasilitas

Pertama kali sekolah ini didirikan untuk mendidik putri-putri Jawa,

hal tersebut karena para suster merasa prihatin dengan keadaan putri-putri

Jawa yang kurang mendapatkan pendidikan (Wawancara dengan suster

Angelita tanggal 6 September 2012). Awalnnya dengan jumlah kelas yang

terdiri 12 kelas setiap angkatan yaitu terdiri kelas 1 A-D, kelas 2 A-C

jurusan SD dan kelas 2 D jurusan TK, kelas 3 A-C jurusan SD dan kelas 3

(18)

48

ruang yang belum memenuhi syarat type C, saat itu untuk satu kelas berisi

42-48 orang (Wawancara dengan Yuni Astuti tanggal 30 Agustus 2012).

Gedung kelasnya hanya berbentuk segi empat dan kelasnya

berjajar. Gedung terlihat sempit hanya terdiri ruang-ruang kecil sehingga

tidak ada lahan untuk lapangan bermain siswa, selain itu lahan untuk

lapangan sangat sempit yaitu dihalaman bagian depan sekolah (Sekarang

menjadi Susteran). Ruang yang ada digunakan untuk kegiatan belajar dan

mengajar yaitu ruang sebelah kiri dan kanan , perpustakaan, aula yang

kecil. Pada perkembangannya SPG menerima banyak siswa sehingga

harus mengalami perpindahan gedung sekolah ke gedung baru yang lebih

memadai untuk menempuh pendidikan dan sesuai dengan standar tipe C.

Gedung baru bangunannya terdiri 12 ruang untuk kegiatan belajar

mengajar, 1 ruang guru yang cukup luas, 1 ruang cukup luas digunakan

untuk perpustakaan, 1 kantor Tata Usaha yang luas, 1 ruang tamu, 1 UKS,

lapangan bola yang luas, bangunan dengan 3 lantai, aula yang luas untuk

ibadah misa , 1 ruang musik, kapel, asrama (Wawancara Yuni Astuti

tanggal 30 Agustus 2012). Untuk ruang perpustakaan dahulu sering

berpindah ruang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu aula dahulu juga

digunakan untuk ruang menggambar (Wawancara dengan Sucipto tanggal

14 Desember 2012).

Seragam yang digunakan untuk siswa putri yaitu bawahan

kotak-kotak berwarna merah muda dengan lipitan-lipitan seperti rok Sekolah

(19)

49

bawahan abu-abu dan atasan putih. Seragam tersebut dipakai setiap hari

Senin hingga kamis. Sedangkan pada hari jum’at dan sabtu siswa

menggunakan pakaian pramuka (Wawancara dengan Andoko tanggal 14

November 2012).

Sebelum tahun 1986 perabot, buku dan alat pengajaran belum

lengkap, tetapi setelah pada tahun 1986 perabot, buku, dan alat

pengajaran mulai dilengkapi perpustakaan. Perpustakaan mulai

dilengkapi karena mendapat bantuan-bantuan dari pemerintah seperti

buku dan perabot laboratorium. Secara insidental pemerintah banyak

membantu ( Wawancara dengan Sucipto tanggal 14 Desember 2012).

Bangunan awal yang ada di Ambarawa terbuat tembok setengah

dari batu bata dan atap dari genting sedangkan pintu dan jendela yang

besar-besar sesuai dengan bangunan Belanda. Lokasi tenang karena

jaraknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya sehingga proses kegiatan

belajar mengajar tidak terganggu. Pada bangunan awal dekat dengan

biara atau Susteran dan gereja. Pekarangan sempit dan bagian depan

bangunan ditanami pohon-pohon rindang.

Bangunan kedua di Jalan Palagan 59 Bawen terbuat dari batu bata

dan atap dari genting. Lokasi tenang karena jaraknya tidak terlalu dekat

dengan jalan raya sehingga proses kegiatan belajar mengajar tidak

terganggu, pekarangan sangat luas dan pada pinggir-pinggir bangunan

(20)

50

pekarangan digunakan untuk kebun sebagai lahan bagi para siswa ketika

mata pelajaran pertanian.

8. Peserta Didik

Peserta didik terdiri dari Etnis Pribumi dari golongan menengah ke

atas dan etnis Cina, Etnis Papua atau Timor baik kristiani maupun non

kristiani. Pada awalnya Sekolah Pendidikan Guru dibuka untuk putri-putri

Jawa. Selain itu Sekolah Pendidikan Guru Mendut ini juga hanya

menerima siswa putri saja, hal tersebut karena pada saat itu sekolah yang

dibawah naungan suster hanya terdiri putri dan yang dibawah naungan

Bruder menerima siswa putra.

Pada saat itu Sekolah Pendidikan Guru yang menerima siswa Putra

adalah Sekolah Pendidikan Guru Don Bosco Semarang. Tetapi lambat

laun Sekolah Pendidikan Guru Mendut dibuka untuk umum baik dari segi

Etnis maupun jenis kelamin. Sekolah Pendidikan Guru tersebut pada

perkembangannya tidak hanya terdiri dari etnis Jawa saja melainkan ada

beberapa yang dari Flores, Papua ( NTT), Cina (Wawancara dengan Yuni

Astuti tanggal 30 Agustus 2012).

Di Sekolah Pendidikan Guru Mendut muridnya banyak yang berasal

dari Kedungjati, Ngombak, Magelang. Walaupun jauh tetapi banyak yang

ingin menjadi murid di SPG Mendut Ambarawa, untuk tranportasi para

peserta didik harus naik kereta, dahulu kereta Ambarawa masih aktif

dengan jurusan Ambarawa – Kedungjati dan Ambarawa – Magelang.

(21)

51

asrama atau kos disekitar sekolah (Wawancara dengan Suhartati tanggal

14 Desember 2012).

Sekolah Pendidikan Guru ini mulai menerima siswa putra pada tahun

1978. Siswa yang akan masuk di Sekolah Pendidikan Guru Mendut ini

harus memiliki Nem 6,5 dan harus lulus Sekolah Menengah Pertama

(SMP), selain itu juga harus mengikuti tes akademik pada mata pelajaran

Matematika, Bahasa Indonesia, PMP dan tes wawancara (Wawancara

dengan Andoko tanggal 14 November 2012).

Selain itu siswa juga harus memiliki bakat dan minat untuk menempuh

pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru Mendut, karena berdasarkan

pengalaman yang ada siswa yang masuk ke SPG Mendut karena keinginan

orangtuanya sehingga siswa tersebut tidak bisa mengikuti kurikulum yang

ada di SPG Mendut (Wawancara dengan Suster Yohannette tanggal 15

Oktober 2012).

Siswa setiap bulannya membayar SPP sebesar Rp. 3,500-; per bulan.

Untuk biaya pendaftaran siswa membayar sekitar Rp. 40,000-;. Biaya

tersebut digunakan untuk uang gedung dan uang seragam (Wawancara

dengan Andoko tanggal 14 November 2012). Untuk pembayaran SPP

untuk setiap siswa berbeda-beda tergantung dengan jenis pekerjaan

orangtua siswa dan ekonomi orangtua (Wawancara dengan Suhartati

(22)

52 9. Pengajar

Guru yang mengajar di Sekolah Pendidikan Guru Mendut ini harus

memiliki pendidikan minimal D1. Guru yang mengajar di SPG Mendut

sudah menempuh pendidikan lebih tinggi. Pada saat itu guru-guru di SPG

Mendut selain dari lulusan D1,D2,D3 atau Sarjana Muda (BA) juga sudah

banyak yang menempuh pendidikan hingga S1. Di Sekolah Pendidikan

Guru Mendut satu guru mengampu satu mata pelajaran. Untuk guru mata

pelajaran agama di Sekolah Pendidikan Guru diampu oleh seorang Suster

atau Bruder (Wawancara dengan Yuni Astuti tanggal 30 Agustus 2012).

Untuk menjadi guru SPG Mendut harus memiliki pengetahuan luas,

kepribadian baik, sikap baik dan cara pikir yang baik. Dalam hal tersebut

guru tidak hanya memiliki kemampuan akademik tetapi juga secara

psikologis.

Sucipto menuturkan bahwa untuk saat itu guru benar-benar merupakan

suatu pengabdian dengan gaji Rp. 14.000;- per bulan. Hampir semua

lulusan SPG Mendut yang menjadi guru hanya mengandalkan gaji sebesar

Rp. 14.000;- itu.

10. Nama – nama kepala sekolah dan guru- guru SPG Mendut 1. Daftar nama kepala sekolah SPG Mendut

1. Sr. M. Clarissa OSF.

2. Sr. M. Yohannette OSF.

B. Daftar nama-nama guru pengampu mata pelajaran Sekolah

(23)

53

1. Bapak Pipit Irianto sebagai guru Matematika

2. Bapak Edi sebagai guru Bahasa Indonesia

3. Bu Yuli Astuti sebagai guru Bahasa Inggris

4. Bapak Sugito sebagai guru Bahasa Indonesia.

5. Bu Sutji Rahayu sebagai guru Kurikulum

6. Bu Purwanti sebagai guru psikologi anak

7. Bu Murti Rahayu sebagai guru sejarah

8. Bapak Marsono sebagai guru Olahraga

9. Bapak Harsono sebagai guru IPA

10. Bapak Marto Suwignyo sebagai guru musik dengan dibantu

bapak Sakir.

11. Bruder Vitus sebagai guru Agama kelas I

12. Suster Mediatrick sebagai guru agama kelas II.

C. Transisi Gedung SPG Mendut Tahun 1984 - 1989

Pada perkembangannya Sekolah Pendidikan Guru Mendut

mengalami perpindahan gedung dari Ambarawa ke Bawen. Sekolah ini

pindah karena bangunan sekolah yang di Ambarawa belum memenuhi

syarat tipe C. Untuk memenuhi standart tipe C ini gedung sekolah harus

memiliki ruang kelas untuk satu angkatan minimal 4 ruang kelas, memiliki

lapangan olahraga yang cukup, aula yang cukup. Sehingga yayasan

memutuskan untuk membeli lahan baru yang akan didirikan gedung baru

(24)

54

Namun berdasarkan penuturan suster Yohannette gedung sekolah

SPG Mendut pindah karena belum memenuhi syarat tipe B. Selain itu juga

secara ekonomi yayasan sudah bisa membeli tanah dan membangun

sebagai sekolah yang baru. Selain itu juga karena jumlah murid yang

mendaftar semakin meningkat, maka membutuhkan banyak ruang kelas.

Bahkan secara fungsi serta manfaat gedung ambarawa digunakan untuk

tinggal para biarawati dan rumah retret siswa SPG Mendut sendiri.

Pada awalnya yayasan ingin membeli lahan didaerah Bedono,

namun tidak jadi. Kemudian yayasan menemukan lahan barunya di Jln

Palagan No 59 Bawen. Lahan ini dibeli dari banyak orang karena lahan

yang dibeli dengan luas 2 hektar ini tidak hanya milik satu orang saja

(Wawancara dengan Sucipto tanggal 14 Desember 2012).

Sehingga pada tanggal 30 Maret 1984 resmi dipindah dengan

peletakan batu pertama di gedung baru dan penandatanganan dokumen.

Pada kesempatan tersebut maka nama SPG Mendut dikembalikan lagi

menjadi SPG Virgo Fidelis. Karena gedung baru yang telah disesuaikan

dengan standart type C dan sebagian besar telah siap dipakai, maka pada

tanggal 24 Februari 1986 pindah lokasi ke jalan Palagan 59 Bawen

(sekarang menjadi SMA Virgo Fidelis). Pada tanggal 7 Juli 1986 SPG

Mendut telah mendapat Piagam Nomor Data Sekolah dengan nama SPG

Virgo Fidelis yang beralamat Jalan Palagan 59 Kecamatan Bawen

(25)

55

Akreditasi pada tanggal 3 November 1986 Sekolah Pendidikan Guru

mendapat penilaian dari Team Akreditasi dan pada tanggal 6 Januari 1987

mendapat status “ Disamakan” (Marsudirini Edufair, 2012:37-38).

Pada 26 Februari 1987 gedung baru di jalan Palagan 59 Bawen

diberkati dan diresmikan oleh Uskup Agung Semarang dengan dihadiri

dan diberi sambutan oleh:

1. Uskup Agung Semarang (Mgr. Julius Darmaatmadja S.J. dan

G. Oosthout Sy)

2. Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Jateng (Drs.

Suwignyo NIP 130204578).

3. Suster Provinsial OSF (Sr. M. Theresina Soemani).

4. Ketua Yayasan Marsudirini Pusat Semarang (Sr. M. Francesco

Soeharti).

5. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Semarang ( Drs. Soewito NIP

130042441) ( lihat lampiran gambar 13 hal 89)

Pada tahun 1986 SPG Mendut pindah ke Bawen untuk kurikulum,

kegiatan belajar mengajar,jurusan, pengajar masih sama seperti pada saat

di Ambarawa. Ketika mengalami perpindahan hanya fasilitas dan peserta

didik yang mengalami perkembangan. Fasilitas pada bangunan baru

bertambah ruang dengan ukuran yangt lebih luas dibandingkan dengan

yang ada di Ambarawa untuk kegiatan ektrakurikuler, perpustakaan yang

(26)

56

lapangan olahraga tersendiri. Hal tersebut menjadikan meningkatnya

jumlah peserta didik pada saat itu.

Kemudian karena tuntutan pemerintah bahwa calon guru harus

menempuh pendidikan lagi, maka SPG Virgo Fidelis dan SPG yang

lainnya harus ditutup, sehinngga pada tahun 1989 SPG Virgo Fidelis

mengalami moratorium. SPG Virgo Fidelis resmi ditutup dan digantikan

SMA Virgo Fidelis pada tahun 1991 karena sambil menunggu Surat

Keputusan turun SPG Virgo masih menerima pendaftaran. SPG harus

ditutup karena tuntutan pemerintah bahwa untuk menjadi guru harus

menempuh pendidikan SMA dan melanjutkan pendidikan kembali ke

PGSD untuk mendapat gelar D3 atau S1. Calon guru mulai saat itu

mendapatkan pendidikannya di PGSD yang sekarang ini masih

berkembang (Wawancara dengan suster Yohannette tanggal 15 Oktober

2012).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung dan Berita Acara Penetapan Penyedia Jasa maka Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Utara

2) Permodalan: Koperasi Pegawai Negeri UNY, PT Telkom, PT Angkasa Pura, PT Pertamina, PT Jamsostek, dunia perbankan (BNI, BTN, Bank Mandiri, BPD-DIY), Gudang

mengenai keyakinan atas kemampuannya untuk mengontrol peristiwa atau situasi yang ia hadapi, pada aspek ini dapat dijelaskan dengan teori sosiometer oleh Leary, dkk.,

Hasil analisa data dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara kematangan emosi dengan alienasi pada remaja (r = -0,515 dan p = 0,00), yang

[r]

[r]

Selain itu, ia juga berpesan agar peserta calon jemaah haji selama disana tidak lupa selalu berdoa untuk kemajuan kampus tercinta kita, supaya menjadi Universitas yang