• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukacita dan Kehilangan Pada Orang Toraja dalam Ritual Ma’nenek: Suatu Analisis Psikologi Indigenous

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukacita dan Kehilangan Pada Orang Toraja dalam Ritual Ma’nenek: Suatu Analisis Psikologi Indigenous"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

INTERVIEW GUIDE

A.

Dukacita dan kehilangan

Hendak mengetahui ekspresi dukacita dan kehilangan pada

orang Toraja serta

apa makna ritual ma‟nenek bagi mereka.

B.

Proses Dukacita

1.

Terkejut, Kaget

ingin mengetahui perasaan dan respon partisipan ketika

mengetahui bahwa Ia telah kehilangan orang terkasih.

2.

Pencurahan perasaan (menangis, marah, perasaan bersalah/

menyesal, sedih, panik, kesepian)

Ingin mengetahui perasaan apa saja yang dialami partisipan

sebagai orang Toraja.

3.

Bergumul antara khayalan dengan kenyataan

Ingin mengetahui keadaan pikiran dan kehendak partisipan

sebagai orang Toraja dalam masa duka, dan pada saat ritual

ma’nenek

dilaksanakan.

4.

Kerinduan dan mencari

Ingin mengetahui bagaimana partisipan mengenang masa lalu

bersama orang yang sudah pergi.

5.

Berusaha memendam kesedihan

Ingin mengetahui bagaimana partisipan memendam kesedihan

akibat rasa kehilangan .

6.

Menerima kenyataan dan melanjutkan kehidupan

sebagaimana adanya

Ingin mengetahui bagimana akhirnya partisipan dapat berbesar

hati menerima kenyataan hidup yang sebenar-benarnya serta

dapatkah hidup mereka berjalan sebagaimana mestinya walaupun

tanpa keberadaan orang-orang terkasih lagi.

C.

Secara umum pertanyaan-pertanyaan bertujuan untuk

mengetahui:

1.

Cara orang Toraja mengekspresikan dukacita dan kehilangan dalam

ritual

ma‟nenek

(2)

2

Glossari

Alang

=

tempat orang Toraja menyimpan padi

Aluk to dolo =

agama asli orang Toraja

Ambe‟

=

ayah

Ampo

=

cucu

ARS

=

aluk rambu solo‟ (upacara kedukaan)

ART

=

aluk rambu tuka‟

(Upacara syukur)

Bai

=

babi

Balun

=

bungkusan mayat yang menyerupai bantal guling

Bating

=

ratapan

Bo‟bo‟

=

nasi

Bombo

=

arwah

Dalle‟

=

rejeki

Dua‟

=

ubi

Indo‟

=

ibu

Kaburu‟

=

kuburan

Lai‟

=

sapaan untuk anak perempuan

(3)

3

Lantang

=

pondok untuk upacara kedukaan

Ma‟nenek

=

ritual disekitar kuburan

Mangimpi

=

bermimpi

Masaki

=

sakit

Meoli

=

pekikan khas orang Toraja

Metaa

=

tertawa

Nenek

=

kakek/nenek

Pa‟rapuan

=

keluarga besar

Pasian

=

kena hama

Sakke saba‟ =

air bah

Tangi‟

=

tangisan

Tumangi‟

=

menangis

Tedong

=

kerbau

Tongkonan

=

rumah keluarga besar

To malolle‟

=

meninggal sangat muda

(4)

4 Wawancara 1 partisipan 1

Nama: Indo‟ Limbong

Tanggal: 10 Februari 2014 Waktu: pk.16.15 WIB

Tempat : Lembang (Desa) Pangala‟

Kode: P1/W1/10/2/2014 P1/W1/10/2/2014

R: Apa kabar indo‟...

P: Kareba melo (kabar baik) nak (sambil tersenyum dengan muka yang berseri)

R: Kemarin pulang ma‟nenek lee

P: iyyo, masannang omiki’ to nak, tibaya’ omo

mali’ta, sussa sia pa’di’ta. maringan mangka

omiki’ sitammu. saya merasa senang, merasa

lega mi lagi. Kita sayang karena waktu hidup kan mereka sayang juga kita too...Orang tua harus disayang karena mereka yang besarkan kita. kan ada firman Tuhan yang mengatakan “

hormatilah ayahmu dan ibumu”

R: Apa yang dilakukan kalau tidak ma‟nenek P: Cuma sering liat-liat rumahnya dari jauh...

Di palan penaa bang, tae’ ka ta ma’ din

tumangi’ pungala

R: Tetap dikasihi dii?

P: Tulang-tulangnya saya bersihkan, pakaiannya juga dirapikan

R: Apakah masih ada yang menangis pada saat

ma‟nenek?

P: Biasa ada yang menangis, tetapi ada juga yang tidak karena yang meninggal lama mi

R: Jadi indo‟ benar-benar tidak menangis lagi (penasaran)

P: Biasa dukana‟ mbating sia tumangi‟ ba‟tu

mattuna‟-tuna‟tu mintu‟ apa dadi lan tondok . Ia pi ku tumangi‟ ke denni to ba‟ru .

R: Selain itu apa lagi yang indo‟ lakukan

P: yaa (tiba-tiba pandangannya jauh ke

depan)....belanna dipokaboro‟ dadi diseroi, dialloi ta maringan. Sonda na uai mata. Selalu

(5)

5

disayang too jadi dibersihkan terusmi sebagai pengganti air mata

R: indo’ adakah yang diharapkan makanya

dilakukan itu ma‟nenek

P: yaa ...kalau kita ma‟nenek maka nenek akan datang membawa rejeki dalam mimpi.

R: Jadi apa yang indo‟ lakukankan ketika ma‟ nenek? (menggali lebih dalam lagi)

P: yaa banyak nak, menangis dalam hati, bicara biasa seperti ketika mereka masih hidup...(diam sejenak) cerita semua-semua...(diam cukup lama lalu tertunduk)..saya cerita banyak

too.semua yang terjadi di rumah, di

kampung..saya bilang tidak sama mi dulu R: bagaimana perasaan indo‟ pada saat itu?

P: Belanna dipokaboro‟. saya merasa senang, karena saya tetap massiman-siman sia messa’bi

sa’bi too pada mereka seperti ketika mereka

masih hidup.

R: apakah ada ketentuan warna pakaian yang

digunakan pada saat mengikuti ritual tersebut? P: tidak ada, kita bebas menggunakan warna

pakaian, hanya saja setelah selesai ritual pakaian yang digunakan harus diganti

R: apakah masih ada yang makan di kuburan pada

saat ma‟nenek

P: sekarang ini sudah tidak ada yang melakukan seperti itu

R: ketika ma‟ nenek apakah masih membawa siri pinang ke kuburan?

P: tidak lagi, Cuma terkadang masih ada sebagian orang yang menitip siri pinang mereka untuk dibawa ke kuburan

R: apakah sama perasaan yang indo‟ rasakan ketika melangsungkan ma‟ nenek yang pertama dengan yang berikutnya?

P: sama saja, hanya saja ketika ma‟ nenek yang pertama mayat diangkat dan dibuka terus dijemur lalu kenakan pakaian yang baru,

sementara yang sudah beberapa kali

diupacarakan biasa ji hanya dibuka petinya kemudian dibalut dengan kain panjang, karena tubuhnya mereka sudah tdk utuh lagi, kemudian membersihkan mi juga semua kuburan yang ada disitu.

(6)

6 dibersihkan?

P: iya, semua kuburan yang ada di sekitrnya dibersihkan semua, dan apabila ada mayat yang baru yang diupacarakan harus membawa bunga kemudian tubuhnya dibalut ulang.

R: apakah aturan yang ada di dusun To‟nakka sama dengan aturan yang ada di dusun LEMPO bahwa pasangan yang ditinggalkan tidak bisa menikah lagi apabila belum melangsungkan

ritual ma‟ nenek untuk pasangannya?

P: Sitonganna sama ji, hanya pada zaman dulu itu

dilambanni kalo‟ lo di pasirampian pa tae‟ na

sirampian tongan. Jadi.. dulu itu too pasangan yang ditinggalkan hanya bisa makan pisang mentah, buah kelapa, air putih, dan jasad pasangannya dipeluk dalam keadaan tanpa busana jadi telanjang dalam kelambu. Nanti setelah pasangannya selesai di makamkan baru bisa keluar dari rumah dan mengenakan pakaian seperti hari-hari biasa.

R: bagaimana perasaan setelah sering ma‟nenek

padahal indo‟ tidak pernah melihat nenek

(ibunya)

P: saya merasa senang too (mukanya terlihat lega), itu peti-peti ada memangmi ukiran namanya disitu supaya bisa ditahu karena tinggal tulang-tulang kecil.

R: indo‟ sudah berapa kali mengikuti ma‟ nenek? P: saya mulai ma‟ nenek dari kecil tapi memang

berbeda mi caranya ma‟ nenek dulu dengan yang sekarang, dulu kita ma‟nenek itu too dilakukan dengan cara bermalam satu malam dikuburan membuat pondok-pondok yang beratapkan daun nira yang disusun secara rapi, pake ki kabola ba‟tu peputu‟ sambako‟ yang dijadikan dinding lantang-lantang untuk di tempati tidur. Kemudian membuat patung – patung dari bambu muda kemudian disusun rapi, setelah itu ma‟ Badong dan Ma‟ Dondi dan Sulo.

Rasa kehilangan yang dialami belum usai apabila masi ada sanak keluarga yang berbaring di atas rumah, oleh karena itu dulu kalau kita

ma‟ nenek dipotong pi itu kerbau dan di jadikan rebutan dalam bentuk daging mentah sampai habis. Itu dinggap selesai sudah dan hati

(7)

7 kemudian merasa puas.

R: Mikampai bang raka tu bulan karua?

P: yaa....selalu too...pokoknya itu selalu ada dalam benak kita terutama jika sudah memasuki bulan agustus, saya selalu bertanya ke sanak saudara di dusun sebelah apakah sudah ada yang

melangsungkan ritual ma‟ nenek tersebut. sirempunki‟ ta pokadai tu dianga‟na..na tiroanki‟

nenek tu di pomelona

R: apakah ma‟ nenek yang diadakan selalu harus bersamaan dengan keluarga yang lain?

P: tanggalnya tidak harus sama yang penting pelaksanaan di bulan agustus, karena orang sekarang tiap keluarga sudah mempunyai kuburan sendiri.

R: Mengapa harus agustus?

P: Inang pempon dio mo mai too..bulan karua

inang bulanna nenek. Tae‟ duka ta ma‟din unnalli bai dipatuo ...Alla‟ padang tae‟ ta ma‟ din pogau‟ apa senga‟ . tidak boleh kerja-kerja sawah mangka opi yaa bulan karua too

R: ooo...oke mi pale‟ indo‟ kurresumanga‟ bu‟dak lee

P: sama sama nak

(8)

8 Wawancara 2 partisipan 2

Nama: Sattu

Tanggal: 12 Februari 2014 Waktu: pk.09.21 WITA

Tempat: Lembang To‟ Nakka‟

Kode: P2/W2/12/2/2014

R: P:

R: P:

R:

P:

R: P:

R: P:

R:

P:

R:

P:

R: P:

Salama‟ sitammu ambe’...umba susi kareba

Salama‟ anak...kareba melo (sambil tersenyum, ekspresinya

sangat berbeda ketika bertemu peneliti awal

Agustus-sebelum ma‟nenek)

lagi sibuk-sibuk apa ini ambe’

yaa (masih tersenyum, menarik nafas panjang, semua sudah beres sudah mau pulang lagi ke Timika

Maaf ambe‟ (bertanya dengan sangat hati-hati) waktu

ma‟nenek saya lihat ambe‟ sangat sedih sampai menikka air

mata.

yoo begitumi anakku (sambil memegang dada) baru ada tempat untuk bisa menangis. Selama ini ditahan saja. Saya betul-betul menangis sambil mengeluarkan jazad nya

kasian. Betapa sakitnya . Mane to‟do tongan ri uai

matangku.

Apa yang ambe‟ rasakan

Mandaka‟ bang tu penaangku..dua tahun mi lebih ditahan. Mandaka‟ penaa tapi kan tidak boleh menangis . Nakua penaangku, matumbai na yaa, mangura maro‟pa (menyeka air mata). Minda paa la kisattuan na tae‟mo adingku lan tondok (menarik nafas panjang). Terlambat liu na‟ dikka‟

rangi karebanna adingku dadi susi mi too

Apa saja yang dilakukan waktu ma‟nenek

Kuseroi dikka‟, ku alloi sia ku kamayai tu batang rabuk na

sondana uai mata (sambil memegang dada)

Bukankah membungkus tulang-tulang itu dari dulu ambe‟ lakukan (ingin tahu lebih jauh)

Iyo...tapi.... (diam....melipat tangan, mukanya yang tadi berseri menjadi kelihatan sedih)

tapi apa mbek? (dengan nada suara yang hampir tak kedengaran)

Ternyata beda...(menarik nafas panjang) waktu saya membungkus tulang-tulangnya adekku...sangat berbeda apa bedanya? (ingin mengetahui lebih dalam)

kalau orang lain perasaan biasa saja ....(diam)...tapi ini adekku. saya betul-betul menangis sambil keluarkan tulang-tulangnya. Mungkin karena terlalu lama pendam sedih. (hal tersebut peneliti langsung liat ketika mengikuti ritual ini) Padahal waktu dipesta saya biasa saja, lanjutnya.

(9)

9 R:

P:

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

kan lama meninggal baru dipesta ambe‟

iyoo nak tapi mungkin karena pikirkan segala macam keperluan jadi tidak rasa sedih. Waktu satu bulan mi lebih dikubur baru mulai terasa. Mapa’dik liu ki pale’..maneri

sito’doan uai matangku (betapa sakitnya, barulah air

mataku berlinang) tapi kan tidak boleh sembarang menangis. Kata orang tua dulu-dulu nanti rezaki menjauh.

jadi apa yang ambe‟ lakukan kalau ingat adek lagi

duduk-duduk saja ... tidak mungkin menangis...betul-betul berusahaki menahan ...(diam lalu pegang dada lagi). lama begitu

2 tahun lebih...bayangkan itu bagaimana sedih ditahan lama-lama...bulan delapan 2012 saya datang juga tapi Cuma dibuka pintunya kan tidak boleh bating itu (meratap).

yang kemarin?

yooo...(ekspresi muka mulai berseri lagi)...anak liat saya too...menangis itu memang perlu

berarti ma‟nenek?

Iatu Puang sumpu mamase la sala raka pangato’Na to Tumampata. Ia umpoissan langan laonta . Urrinding pala’ki’ ke allo sia kebongi....

Ma’pa’dikki pale’ (ternyata memang sangat menyakitkan)

untung sudahmi ma‟nenek jadi kepalaku yang kemarin -kemarin berat sekali sudah langsung kayak kosong. Maringan liu mo. Terima kasih oh terimakasih na den tu disanga ma’nenek . Tontongki‟ na tiro ta masakke sia

matoto‟ umpatarru‟ katuoan ooo....kurre ambe‟ salama‟ lee

sama-sama anakku (sambil tersenyum dan memegang tangan peneliti dengan erat)

(10)

10 Wawancara 3 partisipan 3

Nama: Indo‟ Sanda‟

Tanggal: 15 Februari 2014 Waktu: pk.11.00 WITA

Tempat: Lembang To‟ Nakka‟

Kode: P3/W3/15/2/2014

R: P: R:

P: R: P:

R: P:

R:

P:

R: P:

R: P:

sore indo‟...umba susi kareba

yoo begitu mi lai’ku (lai‟ = sapaan untuk anak perempuan) Wah bersih lagi semua lee (sambil melihat kuburan-kuburan di sekitar tempat itu)

iyyo (sambil pegang dada) sudah ringan dirasa

kalau dulu bagaimana perasaan indo‟

Selalu mau menangis (sambil melihat ke kuburan kakaknya) tapi kan tidak boleh sembarang too...yaaa ditahan mi saja

Tontong mi ki lalai tu to masaang

Saya baru merasakan betapa berartinya kakak ku kasian.

Lan bang penaangku lai‟

saya rindu sekali kakakku, dia andalan kami kasian....(diam menatap jauh ke depan dengan ekspresi sedih) saya dulu selalu bilang di hati kenapa dia cepat pergi ....sudah lama saya mau datang bercerita tetapi belum bisa jadi saya menangis siang dan malam di rumah pada saat tidak ada orang..itu pun di sini saja ( sambil menunjuk dada) Natappe kan dikka’ ( dia meninggalkan kami)

.saya baru merasakan betapa berartinya kakak kami ini. ...(mengambil kayu kecil di sampingnya lalu seperti menulis sesuatu di pematang)...saya dulu selalu marah dalam hati kenapa dia cepat pergimatumbai dikka‟ na

kakng ku. Tae‟ liu na tarimai penaangku. Lama‟ apa mokan dikka‟ na tae‟pa apa naissan te mai pia. Ku kua tae‟ dikka‟

pabelang ku untoe penaam mu kakangku .

Saya selalu berharap dia datang menjenguk kami. Anak-anaknya juga masih kecil kasian....

(masih mengangguk-angguk berusaha berempati pada apa yang dia rasakan rasakan).

dikka „ tu kakak ku ooh kakakku (lalu bangkit dari duduknya seperti membersihkan sesuatu yang melekat) (tetap terdiam memperhatikan perilakunya)

( beberapa saat lalu duduk kembali seperti tersadar dan mengingat sesuatu....menarik nafas panjang lalu menghembuskannya)....paa (tetapi)

Umba susi misa‟ding totemo

Inaang laa tontong diingaran paa ko bua‟ rika na laa sule pa

(11)

11 R:

P: R: P:

R: P:

tidur sudah enak. Puas makka bating . Pedappi matoto‟ ku te ma‟ nenek. Mata na ku sa‟ ding yaa (sambil pegang kepala lalu dada) ringan...ringan..

Apa yang dilakukan waktu ma‟nenek

Mbating na‟ lai‟, ku tonganni ungkaroi sarro budangku. jadi indo‟ sudah rasa tenang

yoo kalau tidak ada itu ma‟nenek terpaksa ditahan terus

tapi berat di sini (sambil pegang kepala lalu dada).

Dennoupa‟ tontongkan dikka‟ na tiro. De‟ too na melayo

mo tu kakang ku. Tumba yaa kapuanna gai‟ na te

ma‟nenek. Karapanna yaa na tae‟ koo la ma pa‟dik bang mo‟ aku dikka‟ natemme‟ rokko sussangku

terimakasih indo‟ lee sama sama lai‟

(12)

12 Wawancara 4 partisipan 4

Nama: Duma‟

Tanggal: 18 Februari 2014 Waktu: pk.19.21 WITA

Tempat: Lembang To‟ Nakka‟

Kode: P4/W4/18/2/2014

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

R:

pagi dek apa kabar

yaa begitulah kak (kelihatan sedih, tangan lipat seperti mau berdoa...lalu pandangannya menerang jauh ke depan). Sejak papa meninggal saya sangat tertekan kak. Selalu menangis. Mana mau pikirkan pekerjaan, mana mau pikirkan adekku . saya bisa biayai mereka semua tapi kasian tidak ada yang jaga mereka disini (matanya nampak berkaca-kaca). ...untung ada ma‟nenek

(diam, menatap dan membiarkan dia menangis)

Kadang saya berpikir lebih baik pulang saja urus adek-adek. Apa gunanya saya bekerja lagi toh papa juga tidak ikut menikmati gaji saya. Saya juga tidak tenang selalu didatangi papa dalam mimpi. Kalau sudah begitu saya langsung bangun menangis ternyata papaku benar-benar telah pergi

Hmm...

Jujur saya marah. Papa terlalu cepat pergi. Mengapa Tuhan seperti itu sama kami kasian. (mengepalkan tangan, diam lalu tertunduk). Apa yang harus ku lakukan untuk

adek-adekku. Merasa bersalah ka‟. Kasian sekali papaku

terlambat terlambat di antar ke Makassar untuk berobat karena di Jakarta ka‟

kemarin pulang ma‟nenek?

(langsung memalingkan wajahnya ke saya dengan mata yang lebih bersemangat) ...iyaa kak, ma‟nenek itu yang bikin saya sekarang tidak stres berat lagi kayak dulu. Di kuburan saya menangis saya bilang papa cepat sekali pergi adek-adekku tidak ada yang urus lagi. (dia kemudian menceritakan bahwa selama hidup bapaknyalah yang mengurus adek-adeknya. Mamanya ke sana kemari tidak jelas tujuannya)

Menangis ka‟ kasian apa lagi waktu papa ku dijemur.

Pokoknya menangis teruska‟ ..saya minta papaku saat

ma‟nenek dikasih berdiri lalu saya lap mukanya dengan

handuk. Saya pegang lama dan peluk dari belakang supaya tidak jatuh.

Apa lagi yang dilakukan saat ma‟nenek

(13)

13 P:

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

Menangis teruska‟ kasian Setelah ma‟nenek?

Jauh beda memang kak. Dulunya saya tidak pernah tenang papaku selalu datang dalam mimpi. Seakan-akan dia mengatakan mengapa tidak pernah jenguk dia. ...Tapi

waktu sudahmi saya ma‟nenek pertama dan

mengungkapkan semua perasaanku di kuburannya papa,

lebih tenangmo‟ tidak mimpi buruk lagi. Cuma memang masih selalu membayangkan papa selalu di rumah dengan adek-adekku.

jadi perasaannya berbeda sebelum dan setelah ma‟nenek

ooo...beda sekali kak. Saya juga tidak pusing dan mual-mual lagi. Semoga papa tenang,kami tenang dan berusaha berjuang seperti yang dia mau.

sudah tidak sedih lagi?

Saya sebenarnya masih sedih tapi toh semua sudah terjadi . Sekarang ini kalau ingat papa langsung telpon adek-adek sebagai pengobat rindu, sesudah bicara dengan mereka hatiku jauh lebih tenang. Kutonganni kumalasi tonna

sementara dibungkus tu papa‟ masannang na‟ kilalai tonna

sisolapakan. Kupakaraya meoli-oli.

masih ma‟nenek tahun depan ?

pasti kak tetapi kemungkinan keluarga saja kalau saya tidak sempat datang. Saya sudah pesan supaya rumah papa dibersihkan.

ok..terimasih ya dek

sama-sama kak (sambil tersenyum)

(14)

14 Wawancara 5 partisipan 5

Nama: Tiku

Tanggal: 20 Februari 2014 Waktu: pk.14.13 WITA Tempat: Pettarani Makassar Kode: P5/W5/20/2/2014

R: P: R: P:

R:

P:

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

halo dek apa kabar. halooo kak baji-baji ji baru pulang dari kampung?

Iy kak...sejak agustus saya pulang kampung (wajahnya berseri-seri)

keliatan lebih kurus, kan di kampung biasanya orang gemuk hehe

tidak enak makan kak sejak papa meninggal. Tidak

mampuka‟ ..selalu rindu sama papa. ...Tapi Ini sudah naik 3

kg setelah ma‟nenek (kelihatan gembira)

apa hubungannya?

lebih tenang mi kurasa kak. Bisa menangis sepuasnya di kuburan papa. Lega, ringan, jadi enak makan tidak kayak dulu lagi kalau tidak kesehatan lebih baik saya tidak usah makan saja.

bilang apa saja sama papa

saya menangis bilang kami rindu papa, jangan tinggalkan kami, kami tidak bisa tanpa papa. Saya pernah marah sama Tuhan..kenapa kasian harus papa ku . Masih banyak ji orang yang lebih tua. Papaku masih kuat kami sangat kami butuhkan. Waktu papa sakit kami tidak tahu harus bagaimana padahala masih bisa ji itu ditolong.

Sampai sekarang masih sedih?

Masih sedih kak..tapi setelah menangis di kuburan..lega, ringan, enak makan, badanku sudah naik, tidak lagi bangu tengah malam, dada juga tidak sakit lagi. Kami juga tidak mau sia-siakan harapan dan perjuangan papa selama ini bagi kami. Sangat berat ditinggal papa tapi hidup mesti jalan terus . Kami harus mandiri sebagimana harapan papa. Setiap saya mau melakukan apa-apa saya masih bicara, minta pendapat dan izin sama papa. Saya tahu papa sudah tidak ada tapi saya selalu rindu dan ingin papa ada di samping saya selalu.

Ada harapan setelah ma‟nenek

Papa bisa mi tenang, tetap sayang kami supaya kami terus bersemangat.

Agustus ini mau ma‟nenek lagi Wow...cumangudz dek

(15)

15 R:

sambil mengacungkan jempol) Doakan yaa kak...

(tersenyum sambil mengangguk-angguk lalu memegang erat tangannya. Kurre dek naa

(16)

16 Wawancara 6 partisipan 6

Nama: Nek Riman (69 tahun) Tanggal: 24 Februari 2014 Waktu: pk.9.30 WITA

Tempat: To‟Nakka‟

P6/W6/24/2/2014

R: P: R:

P:

R:

P:

R: P:

R: P:

R:

P:

R: P:

R:

Salama‟ sitammu ambe‟.... umba susi kareba Yaa susi bang mo too lai‟ (dengan wajah sendu)

Ambe‟ saya dengar sepanjang agustus ini ambe‟ hampir tiap hari ke kuburan membersihkan

iyyo lai‟. Dampi na‟ dikka‟ pa‟dikku belanna inde

malolle‟...na turu‟ omo inde to masaang adikku. Tang pa kulle tongan mo‟ (matanya nampak berkaca-kaca). Saya sering duduk-duduk sendiri melihat kuburan anak dan adekku dari jauh. Hanya itu kasian yang bisa kulakukan

untuk mengobati rinduku...tidak mungkin saya

menceritakan penderitaan ku ini Mereka meninggal muda (diam, tertunduk sambil memijit jari-jarinya).

(diam dan memperhatikan P6, nampak duka yang dalam di wajahnya)

Apa para dikka‟ gai‟ ku tuo male nasang mo tee to ku sattuanan

Naa apa bang mi pogau‟ te jio mai

Koo... Saya sering duduk-duduk sendiri melihat kuburan anak dan adekku dari jauh. Hanya itu kasian yang bisa kulakukan untuk mengobati rinduku...tidak mungkin saya menceritakan penderitaan ku ini Mereka meninggal muda (diam, tertunduk sambil memijit jari-jarinya) koo bisa paa

di boko pi..ke denni keluarga mambela mane‟ rampo Naa mangka siamiki‟ ma‟ nenek

Iyo lai‟ matana ku sa‟ding...koo den bang paa yaa lan penaa paa bua‟ rika. Tae‟ na laa eloran misa ki To Tumampata. Kepala saya tidak terlalu pusing mi lagi

selama mangka ma‟nenek. Membersihkan kuburan adalah

obat mujarab bagi saya.

Jadi ambe‟ merasa lebih baik setelah hampir tiap hari ke

kuburan

Yaa..makanan sudah enak saya telan, tidur juga sudah bisa...ringan mi ku rasa nak.

La sala raka pangato‟ na Puang . Dennoupa‟ na tontong pa matoto‟ kan

Mangka omiki‟ ma‟ nenek...den raka mi anga‟

Ku kua kenna sae sia mo sola duai lan pangimping ku

metaa ke mamali‟ ona‟.Dennoupa‟ ki tontong sitammu Dennoupa‟ ambe‟...matoto‟ komi lee

(17)

17 P:

Kurre sumanga‟

Kurre duka lai‟ ku...oo matoto‟ mo‟ yaa mangka kupakaraya tu kamasannanganku belanna na benna‟ Puang

Matua tu attu tuo sola anak sa adingku te diomai. Kurre. Kurre.

(18)

18 Wawancara 7 partisipan 7

Nama: To minaa Ne‟ Lumbaa

Tanggal: 4 Maret 2014 Waktu: pk.9.30 WITA

Tempat: Lembang Lempo Poton P7/W7/4/3/2014

R: P:

R: P:

R: P:

R:

P : R:

P:

R: P:

R:

P:

R: P:

R:

apa kabar nek

yaa biasa ampo (sambil pegang-pegang telinga) ini baru pulang bicara-bicara tentang persiapan ma‟nenek

mengapa orang perlu ma‟nenek

oo karena dulu belum cukup rezekinya jadi hewan yang dipotong belum cukup, makanya dipaundii .

Adakah akibatnya kalau tidak ma‟nenek

Oo banyak ampo. Masaki inaa, tang rapa‟ tau, terjadi pertengkaran too, jadi ma‟nenek itu menjadi obatnya (tangan selalu dikepal kemudian digaruk-garuk)...tang

rapa‟ ki belanna tae‟ ta sirempun un nando melona lako nenek...ia tu to tae‟ bang na mengkilala inang laa tae‟ duka

yaa apa-apan na too. Susi keluargaku daa To‟Nakka‟ tang

rapa‟

Jadi kalau sudah cukup hewan yang dipotong dulu maka

tidak perlu lagi diulang saat ma‟nenek?

aaaa..boleh saja (hehehe...)

Haruskah ma‟nenek tiap tahun. Adakah aturan tentang waktu pelaksanaannya

yoo, menurut tradisi ma‟nenek itu dilaksanakan setiap 7, 9 dan 12 tahun

mengapa terlalu lama ?

Dalam masa itu masyarakat diberi kesempatan untuk kawin, membangun rumah, lumbung dan membuat sawah.

Jadi semua itu dibereskan dulu baru boleh ma‟nenek.

Bangunan-bangunan yang selesai di rara dulu, juga kalau ada orang meninggal harus dikubur dulu baru boleh

ma‟nenek

kenapa sekarang ada daerah yang 3 tahun sekali bahkan ada yang setiap tahun?

itu baru sekarang karena disesuaikan dengan kesempatan keluarga yang pulang dari perantauan. Ma‟nenek dinii

sirampun unnanga‟ pangandota. Yaa...semakin mahal juga kerbau dan babi laa, berat tuntutan kebutuhan upacara jadi orang mau cepat-cepat ketemu nenek too

adakah aturan-aturan bagaimana cara ma‟nenek

Menurut para orang tua baru diikat. Kan sebelumnya tangannya seperti berdoa too. Kalau orang sudah diikat akan menjadi dewa dan naik ke langit.

(19)

19 P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: kalau pakaian?

tidak boleh pake warna hitam, tidak boleh juga yang terlalu bagus, tidak boleh makan jagung, nasi nanti pulang baru kita ma’tamman serre’ (mengunyah makanan untuk kucing) artinya makan sedikit saja. Kalau ada pesta kematian di daerah lain maka semua orang dari situ tidak

boleh ikut ma‟nenek dan sebaliknya diangka’ ta’bu londong.

ma‟nenek termasuk ARS ?

ooooo bukan ARS maupun ART ampo...(sangat tegas). Makanya hanya boleh berlangsung 3 hari-sangpasa‟ (1 kali hari pasar= 6 hari).

mengapa harus agustus?

selesai panen...alla‟ padang (masa antara) baru boleh pada waktu lo’bang padang (tanah lagi kosong).

mengapa

tidak boleh (tegas) nanti padi mati semua atau gagal panen, pasian (kena hama) air bah, sawah longsor. Tae‟

na ma‟din di pogau‟ tu apa senga‟ na kande pasi tu

tananan sia uai saba‟

pernah kejadian? yaa

masih boleh menangis?

boleh (dengan pelan menjawab) tetapi tidak boleh lagi katakan oo ibu, oo ayah . kita harus katakan berikan aku renden tedong, doloanna’ lako matanna lalan ke lolangna’ ma’lemba kalando, ammi pasitammuna’ dalle’ masempo, limbongna’ pala’ na to matasak na benna’ ringgi’ di ratu’i.

ma‟nenek dilakukan karena kita sedih?

yaa jangan dibawa terlalu susah tapi jangan juga dibawa terlalu senang...yang penting kaliuan penaanta (kelegaan hati)

(mengulang kata itu) kaliauan penaa ?

yaa belanna la morai piki’ sitammu, mamallingki’ (masih

ingin bertemu, kita sangat rindu).

Masih disayang seperti waktu hidup? Umba di pakua yaa makanya dibungkus. hari pertama dibuka, besoknya sepakat bahwa lusa akan ma’pakande (memberi makan leluhur) hari kedua ma’kassa’i. nenek harus diberi makan terlebih dahulu baru kita makan, tidak boleh

sembarang....makanan yang terbaik dipilih untuknya...” menjamu orang sekampung?

bukan. Nenek jadi kita membawa kerbau, babi, nasi lalu makan disitu....baru dikasih juga sedikit. Tapi harus daging pilihan seperti waktu ma’pesung...nenek harus

(20)

20 R:

P:

R: P:

R: P:

R: P:

R: P:

diberi makan terlebih dahulu baru kita makan, tidak boleh

sembarang....makanan yang terbaik dipilih untuknya...”

. Dipemanalanni tu bai sia tedong lalu disajikan di piring

Bedakah perasaan sebelum dan setelah ma‟nenek

ooooo sangat beda ampo. Kita senang sekali kalau sudah pulang. Ringan karena rindu terobati lagi. Rindu kepada rara buku, buku rapo na nenek ta terobati. Sama dengan papamu.

ia nek kami baru saja memindahkannya minggu lalu naaaaa (ekspresi gembira, puas) senang too...bisa dirasakan sendiri too

(sambil tersenyum) iyo nek.

naaaa ...memang masih dengan muka gembira). Ini

tetanggaku mau datang ma‟ nenek. Setelah itu pasti

hatinya ringan lagi untuk pulang ke perantauan.

Apa tu mi anga‟ nenek

Dikua na tontong karitutuiki‟ lan katuoan sia

pengkarangan na bengki alli manuk, bai sia tedong

Oo kurre sumanga‟ nenek

Sama sama ampo

(21)

21 Wawancara 8 partisipan 8

Nama: Ne‟ Tonga‟ (mantan tominaa)

Tanggal: 7 Maret 2014 Waktu: 08.17 WITA

Tempat: To‟Nanna‟

Kode: P8/W8/7/3/2014

R:

P:

R: P:

R:

P:

R: P:

R:

P:

R:

Pagi nenek. Apa kabar. Apa kabar Sedang apa

Kabar baik cucu. Lagi duduk-duduk makan sirih. Ada apa datang pagi-pagi hehe (sambil usap-usap tangan untuk bersalaman.)

Matumbaraka na dipogau‟ tuma‟nenek

ooo...(pandangannya menerawang jauh, lalu ekspresinya tiba-tiba berubah seperti seseorang yang baru saja ditinggal orang terkasih)...yaa (dengan intonasi suara yang semakin kecil)

(menunggu beberapa saat sampai P8 kelihatan lebih tenang)...Mengapa ma‟nenek perlu dilakukan?

dari dulu memang sudah begitu. Kan sebagai bukti

kaboro‟ sia angga‟ ta kepada nenek dan keluarga yang

sudah meninggal. Paa sitonganna iatu ma’iringanna kaliuan penaa ampo. Seandainya tidak ada ma‟nenek

kasian betul itu keluarga besarku. Indo‟mu Limbong (P1), mbek mu Nek Riman (P6) sia mintu‟ anak na to

masaang Sampe Karaeng (P2-P5). Sisakian sidodongan,

tang ma‟rundunan apa na pogau‟ belanna pa‟dik tang sirau. Paa tae‟ ta ma‟din tumangi‟ sia masussa puna laa

too. Bayangkan ampo bagaimana sakitnya kalau hanya

disimpan di hati saja...untung mereka sudah ma‟nenek Parallu liu tu ma‟nenek belannna tuntunan ada‟ dinii duka ma‟paundii ketanggannna‟ pi tu kinallona tonnna

mane male. Belanna tae‟pa na ganna‟ kaletteran utanna anak ampona pirambongi‟

jadi bagus mi sekarang too. Itumi perlu ki ma‟nenek? Yoo ampo. Karena disitumi kita bisa paliu penaan ta too

supaya ringan. Tang rapa’ sia tumangi’

penaa..mandaka’-daka’ belanna mamallingki’ laa

sitammu too.

Tapi orang yang sudah meninggal tidak tahu lagi apa yang kita lakukan baginya

Memang (lalu mengangguk-angguk lagi dan melihat jauh ke depan) tetapi itu melegakan hati orang yang ditinggalkan ampoku.

(22)

22 P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R:

karena dianggap mereka itu tetap hidup hanya tinggal rumah yang lain saja too

apakah lewat ritual Ma‟ Nenek tersebut ada sesuatu

yang diharapkan?

ada,,, diyakini bahwa dari ritual Ma‟ Nenek ini para leluhur dan keluarga yang telah pergi akan selalu menyertai dalam usaha dan kegiatan yang dilakukan. Kita juga diberikan berkat berupa babi, kerbau, serta menyertai anak cucu di perantauan...Terbukti ada orang yang menjadi kaya, lewat apa yang mereka yakini tersebut (lalu menyebut contoh seorang tokoh Toraja yang terkaya di papua. sirempunki‟ sisola tu ludio mai

padang mambela ta pada pada unnando

kamasakkean...dikua kampinmo allian manuk, allian bai sia rendenan tedong

Ma‟nenek ki juga ?

Oo iyyooo.... (berkali-kali dengan ekspresi yang agak emosional seperti menahan tangis)

Bagaimana perasaan nenek setiap kali selesai melakukan ritual ini

Hati saya jadi ringan, terhibur dan ....merasa lebih kuat bekerja

apakah ada aturan ma‟ nenek hanya boleh dilakukan 1x dalam 3 tahun?

tidak selamanya, ada kampung yang setiap tahunnya di bulan agustus dilakukan seperti di desa To‟Nakka‟ (tempat penulis meneliti) namun, ada juga desa yang melangsungkannya hanya satu kali dalam tiga tahun seperti di BARUPPU‟.

apakah ada perbedaan perasaan jika ma‟ nenek dengan tidak?

ada, dalam hati kecil kita selalu merasa rindu untuk selalu berziarah ke kubur nenek ataukah keluarga lainnya, selalu merasa rindu untuk melihat mereka

melalui ma‟ nenek too.

Mereka (yang telah meninggal) tidak peduli juga terhadap kita jika kita tidak prnah melangsungkan kegiatan tersebut, dan mereka tidak peduli dengan kodisi yang kita alami karena mereka merasa tidak pernah diperhatikan lagi

apakah mereka mereka merasa ingin diperhatikan seperti pada waktu mereka dihidup?

yaa,, karena sebenarnya mereka meninggal secara selalu ji itu hadir di skeliling kita.

apakah ada aturan warna pakaian yang digunakan jika ma‟ Nenek ?

(23)

23 P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R: P: R:

Sebenarnya semua warna boleh kecuali hitam dan kuning.

Ma‟ nenek termasuk ARS/ART

ma‟nenek termasuk dalam acara duka cita tp apabila ada makanan dari pesta org mati yang baru di acarakan, pantang untuk memakannya pada saat di adakan ritual

Ma‟ Nenek. Pada zaman dahulu ritual Ma‟ Nenek

dilakukan 6-8 tahun sekali, tapi sekarang bisa diadakan tiap tahun karena zaman sudah berubah.

apakah ma‟ nenek dilaksanakan karena orang toraja selama “ pesta “ tidak pernah berkesempatan menangis? ya...(lalu terdiam cukup lama, seperti memikirkan sesuatu)...itu merupakan satu tanda kasih sayang kepada ayah dan ibu bukan hanya pada saat mereka hidup, mereka diberikan kasih sayang...

Koo mbai saba’

masuli’mo allian bai la’bi tedong

bisa juga karena dulu hanya sibuk urus pesta dan kerbau..

masih bolehkah orang menangis ?

boleh, tetapi tangisan pada saat ma‟ nenek itu berbeda dengan pada saat orang baru meninggal. Tangisan pada saat ma‟ nenek bukan mi lagi duka cita karena ditinggalkan tetapi pada saat itu dibawakan siri pinang serta berisi permohonan-permohonan seperti kasihanilah aku ibu dan ayah karena tidak ada lagi berkat berupa kerbau, berupa babi, ayam yang berkokok semuanya tidak ada lagi.

apakah ada akibatnya kalau tidak ma‟nenek

Hati kita tidak tenang too ..Tang rapa‟ sia tumangi‟

penaa mandaka‟-daka‟ belanna mamalling la sitammu. bisa juga mereka datang dalam mimpi dan berkata bahwa mereka merasa tidak pernah diperhatikan lagi dan tidak pernah diingat lagi.

kenapa pada saat ma‟nenek masih dilakukan

penyembelihan hewan??

Ooo itu dipaundii namanya.. karena pada saat baru meninggal keluarga belum mampu menyembelih jumlah hewan sesuai kedudukannya di masyarakat too. Dan diyakini bahwa kekayaan yang dimiliki keluarganya sekarang adalah pemberian dari ayahnya serta ibunya yang sudah meninggal

Matumbai na dijemur tu mayat dan tulang-tulang pada saat ma‟ nenek?

yaa supaya pakaian yang dikenakan para lelehur yang telah meninggal bisa hangat kembali too tidak lembab.

apakah setiap ma‟ nenek pakaian yang dikenakan oleh

para leluhur harus slalu di ganti?

(24)

24 P:

R: P:

R:

P:

oo tidak juga nanti diganti kalau sudah tidak layak pakai lagi atau rusak.yaa sama waktu hidup too

Apa lagi yang diharapkan dari ma‟nenek

Na tontong pokaboro‟ ki‟..yaa Kita juga dikasih rejeki

berupa babi, kerbau, serta menyertai anak cucu di tanah orang

ooo...kurre sumanga‟ lee nenek

yoo ampo masannang na‟ too ke mu pokaboro‟ dukai tu

nenek

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

gagal apabila ”huruf a peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari 5.. (lima) untuk selek si umum atau kurang dari 3 (tiga) untuk

Comparison of the various types of the Fe-catalyst (Co, Al, and Zeolite) leads to the conclusion that Co-catalyst is suitable for producing multi wall carbon nanotubes

Gambar 4.10 Pengaruh waktu esterifikasi terhadap densitas crude. fruktosa

• Nira batang sorgum merupakan bahan baku bioetanol yang dipilih pada pra perancangan pabrik ini karena yield yang tinggi, pertimbangan ekonomi, ketersediaan, dan

PT Maris Sustainable Indonesia,, part of Maris Group, is one of the technology provider companies. that is working closely with scientists

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: “ Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah dalam Mendukung Pelaksanaan.. Otonomi Daerah ”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seiring dengan kenaikan heating rate pada pirolisis lambat bambu memberikan massa char yang cenderung semakin sedikit, sedangkan pada