commit to user
i
EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI
PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA
TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh :
IWAN SASONO
H0404048
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI
PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA
TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Iwan Sasono
NIM: H 0404048
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Pada tanggal:
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Emi Widiyanti, SP, MSi
NIP.197803252001122001 Dra. Suminah, MSi
commit to user
iii
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. NIP. 19551217982031003
KATA PENGANTAR
Puji syukur, Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala limpahan Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Evaluasi Program Rintisan Dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi
Teknologi Pertanian Di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo” dengan
baik.
Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana
pertanian di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini,
peneliti tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr.Ir.H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Ir. Kusnandar, MSi, Selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dra. Suminah, MSi, selaku pembimbing utama dalam penelitian ini dan selaku
pembimbing akademik.
4. Emi Widiyanti, SP, MSi selaku pembimbing pendamping dalam penelitian ini.
5. Agung Wibowo, SP, Msi selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan
masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini
6. Administrasi Jurusan Penyuluhan dan komunikasi Pertanian Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam mengurus izin
penelitian.
7. Kepala BAPPEDA Sukoharjo yang telah memberikan izin dalam penelitian ini
8. Kepala Desa Palur yang telah memberikan izin dalam penelitian ini
9. Ayah dan Bunda untuk dukungan doa, perhatian dan kasih sayang yang selalu
untuk peneliti.
10. Sahabat-sahabat dan saudara-saudara peneliti atas segala hal yang telah
diberikan, bantuan, perhatian dan dukungan doa untuk peneliti.
commit to user
iv
12. Semua pihak yang telah membantu jalannya penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini kurang sempurna,
baik dalam penulisan maupun dalam penyajian. Untuk itu peneliti mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, peneliti berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Amin.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
RINGKASAN ... x
SUMMARY ... xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 4
II. LANDASAN TEORI A. Penyuluhan Pertanian ... 5
B. Adopsi Inovasi ... 7
C. Difusi Inovasi ... 9
D. Prima Tani ... 10
E. Prima Tani Sukoharjo ... 13
F. Evaluasi ... 17
G. Kerangka Berpikir ... 26
H. Dimensi Penelitian ... 29
III. METODE PENELITIAN A. Bentuk Strategi Penelitian ... 30
B. Lokasi Penelitian ... 31
C. Sumber Data ... 31
D. Teknik Sampling ... 31
commit to user
vi
F. Pengembangan Validitas ... 33
G. Metode Analisis Data ... 34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Program Prima Tani 1. Evaluasi Context ... 36
2. Evaluasi Input ... 60
3. Evaluasi Process ... 67
4. Evaluasi Product ... 73
B. Temuan Pokok... 82
1. Context ... 91
2. Input ... 93
3. Process ... 95
4. Product ... 96
C. Pembahasan ... 97
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Evaluasi Program Prima Tani Berdasarkan Context Kondisi
Geografis Dan Fisik Daerah ... 37
Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 38
Tabel 4.3 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat
Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40
Tabel 4.5 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41
Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa
Palur Tahun 2009 ... 42 Tabel 4.7 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43
Tabel 4.8 Sarana Perekonomian di Desa Palur Tahun 2009 ... 44
Tabel 4.9 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Sarana Dan
Prasarana Pertanian Di Desa Palur ... 48
Tabel 4.10 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Sosial dan
Budaya Masyarakat Di Desa Palur ... 51
Tabel 4.11 Luas Tanam dan Produktivitas Menurut Komoditas di Desa Palur 52
Tabel 4.12 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Pertanian Di Desa Palur ... 56
Tabel 4.13 Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Desa Palur... 57
Tabel 4.14 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Peternakan Di Desa Palur ... 58
Tabel 4.15 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Peternakan Di Desa Palur ... 59
Tabel 4.16 Evaluasi Input Program Prima Tani Berdasarkan Inovasi Teknologi 63
Tabel 4.17 Evaluasi Input Program Prima Tani Berdasarkan Fasilitas dan Dana 67
Tabel 4.18 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan
Kapasitas Individu ... 69
Tabel 4.19 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan
Kapasitas Kelompok ... 70
Tabel 4.20 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan
commit to user
viii
Tabel 4.21 Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Dan Usaha Ternak Sapi
Sebelum Dan Sesudah Program Prima Tani ... 84
Tabel 4.22 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Output... 84
Tabel 4.23 Jumlah pengunjung klinik agribisnis pada tahun 2008 ... 88
Tabel 4.24 Jumlah Populasi Sapi di Desa Palur Periode 2006-2009 ... 90
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.Skema kerangka berpikir evaluasi progam Prima Tani model
CIPP (contex, input, procces dan product) di Desa Palur
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. ... 28
Gambar 2. Bagan Triangulasi Data Sumber ... 33
Gambar 3. Bagan Triangulasi Metode ... 34
commit to user
x
RINGKASAN
IWAN SASONO. H0404048. ”EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN
AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO”. Di bawah bimbingan Dra. Suminah, MSi dan Emi Widiyanti, SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepentingan masyarakat terutama petani yaitu untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani adalah dengan memberikan inovasi-inovasi baru. Namun dalam perkembangannya permasalahan yaitu lambatnya proses difusi hasil inovasi. Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Pertanian menyelenggarakan Program yaitu Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian atau lebih populer disebut Prima Tani. Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut maka perlu dilakukan evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian dilihat dari
komponen context, Input , process dan produk. Strategi penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus. Lokasi dalam penelitian ini adalah Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, sedangkan pengambilan
informan dilakukan dengan cara sengaja (purposive). Untuk menjaga kualitas data
yang diperoleh, maka dilakukan beberapa teknik triangulasi. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan dua teknik triangulasi yaitu sumber dan metode.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari context pemilihan lokasi
pelaksanaan Program Prima tani didasarkan pada kondisi wilayah serta keadaan pertanian dan peternakan. Kondisi wilayah lokasi Program prima tani telah sesuai dengan kriteria dari Program Prima Tani yaitu lahan sawah intensif dan sistem irigasi teknis. Sedangkan teknologi yang diterapkan dalam usaha tani padi dan ternak masih sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan
masukan (input) berupa teknologi penerapan sistem Pertanian Padi-Ternak Bebas
commit to user
xi
SUMMARY
IWAN SASONO. H0404048. "EVALUATION PROGRAM STUB AND ACCELERATION TECHNOLOGY INNOVATION PRISON FARM (PRIMA TANI) IN SUB DISTRICT MOJOLABAN REGENCY SUKOHARJO” Under the guidance Dra. Suminah, MSi and Emi Widiyanti SP, MSi. Agriculture faculty of Sebelas Maret University Faculty.
Agricultural development in Indonesia currently has a very important role for the interests of society, especially farmers is to always improve the quality of life and welfare of farmers. Work done to improve the quality of life and welfare of farmers is by providing new innovations. But in its development problems that may slow the diffusion of the innovation process. To overcome these problems the Ministry of Agriculture organized the Program Acceleration Program Stubs and Corrections Technology Innovation of Agriculture, or more popularly called the Prima Tani. To determine the success of this program will need to be evaluated.
This study aims to determine the implementation of Program Stubs and Corrections Technology Innovation Accelerated Agricultural seen from the component context, input, process and product. The research strategy used in this study is a case study. The location of this research is the Palur Village District Mojolaban Regency Sukoharjo, while the informant was done by taking deliberate (purposeful). To maintain the quality of the data obtained, then do some triangulation techniques. In research to be carried out using two techniques namely the source and method triangulation.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kepentingan masyarakat terutama untuk usaha pertanian
yang meliputi pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan serta
perikanan. Dalam hal ini pembangunan pertanian bertujuan untuk selalu
memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani baik perorangan maupun
masyarakat pada umumnya.
Visi Departemen Pertanian (Deptan) dalam pembangunan pertanian
jangka panjang (2005-2025) adalah berupaya terwujudnya sistem pertanian
industrial berkelanjutan yang berdaya saing dan mampu menjamin ketahanan
pangan dan kesejahteraan petani. Berdasarkan visi tersebut, kegiatan
pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dirumuskan dalam 3 program
utama, yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program
Pengembangan Agribisnis, dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
(Deptan, 2005).
Untuk mencapai kesejahteraan petani telah difokuskan beberapa aktifitas
yang lebih spesifik misalnya upaya untuk memfasilitasi peningkatan
pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap
sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan
terhadap petani. Untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut
beberapa subprogram di antaranya adalah pemberdayaan petani, pe-
ngembangan kelembagaan, peningkatan akses petani terhadap sumberdaya
produktif, pengembangan diversifikasi usaha, pengkajian dan percepatan
diseminasi inovasi pertanian, serta penanggulangan kemiskinan.
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan
petani adalah dengan memberikan inovasi-inovasi baru. Namun dalam
perkembangannya permasalahan yaitu lambatnya proses difusi hasil inovasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Pertanian melalui Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian membuat salah satu program yaitu
commit to user
Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi
Pertanian atau lebih populer disebut Prima Tani. Prima Tani adalah suatu
model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat
mempercepat penyampaian dan bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan
Badan Litbang Pertanian.
Berbeda dengan Bimas tujuan utama Prima Tani adalah meningkatkan
pendapatan petani, memperbaiki sistem pertanian, dan melestarikan
lingkungan, bukan meningkatkan produksi komoditas pertanian tertentu
setinggi mungkin. Komoditas uggulan dapat dipilih lebih dari satu, dalam pola
tumpang sari atau tanaman-ternak, dan sebagainya. Boleh saja produktivitas
komoditas pertanian pada tingkatan sedang-sedang saja asal usaha tani
dilaksanakan secara efisien dan mampu meningkatkan pendapatan
petani.(Anonim, 2009). Selain itu Prima Tani akan digunakan sebagai wahana
pengkajian partisipatif, sebagai implementasi dari paradigma baru Badan
Litbang Pertanian yaitu penelitian untuk pembangunan (research for
development) menggantikan paradigma lama penelitian dan pengembangan
(research and development).
Fokus Badan Penelitian dan Pengembangan (litbang) pertanian ke depan
bukan lagi sekedar menemukan atau menciptakan teknologi yang
didiseminasikan melalui publikasi karya ilmiah sebanyak-banyaknya dan
kurang memperhatikan preferensi pengguna. Litbang ke depan adalah
menghasilkan teknologi inovatif untuk diterapkan sebagai mesin penggerak
pembangunan pertanian yang berorientasi pada pengguna serta menjamin
tepat guna spesifik lokasi dan pemakai. Melalui Prima Tani diharapkan
tersedia informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah
dengan menerapkan inovasi pertanian oleh praktisi agribisnis. Prima Tani juga
bertujuan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan
pemerintah setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan
percontohan secara mandiri.
Mulai tahun 2007 Prima Tani akan dilaksanakan di 201 desa, yang
commit to user
diharapkan diperoleh model pengembangan bagi pembangunan pertanian dan
pedesaan yang berlandaskan pada inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.
Desa Palur merupakan salah satu desa di Kabupaten Sukoharjo yang ditunjuk
oleh BPTP Jawa Tengah untuk melaksanakan program Prima Tani. Tahun
2009 merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan Prima Tani Kabupaten
Sukoharjo dari tiga tahun yang direncanakan, untuk itu perlu dilakukan
evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan
program yang telah dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
Pembangunan pertanian ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup
petani. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan
produksi pertanian dengan jalan inovasi baru yang dikembangkan oleh
Litbang Petanian. Program primatani merupakan salah satu yang
dikembangkan oleh Litbang pertanian dengan Prima Tani diharapkan dapat
mempercepat desiminasi teknologi ke pengguna (petani) untuk mewujudkan
pertanian industrial di pedesaan melalui komoditas terpilih yang dapat
mendongkrak pendapatan petani.
Program Prima Tani dikatakan berhasil apabila tujuan dari program
tersebut dapat dicapai. Untuk mengevaluasi keberhasilan program tersebut
maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana penilaian dan perubahan yang terjadi pada petani setelah melaksanakan
program Prima tani.
Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu
mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian
pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat bermanfaat terutama
bagi pengambil keputusan karena dengan masukan hasil evaluasi program
itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program
yang sedang atau telah dilaksanakan (Arikunto, S dan Cepi Safrudin A.J,
commit to user
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan
antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen
context (kontek)?
b. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen input
(masukan)?
c. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen
process (proses)?
d. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen
product (hasil)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen context
(konteks).
b. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen input
(masukan).
c. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen process
(proses).
d. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen product
(hasil).
D. KegunaanPenelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
memutusakan kebijakan selanjutnya.
c. bagi penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penyuluhan Pertanian
Menurut Tjondronegoro dalam Sastraatmaja (1993), penyuluhan adalah
usaha pendidikan non formal yang merupakan perpaduan dari kegiatan
menggugah minat atau keinginan, menimbulkan swadaya masyarakat,
menyebarkan pengetahuan atau ketrampilan dan kecakapan, sehingga
diharapkan terjadinya perubahan perilaku (sikap, tindakan, dan pengetahuan).
Menurut Mardikanto (1996), penyuluhan merupakan suatu sistem
pendidikan di luar sekolah yang tidak sekedar memberikan penerangan atau
menjelaskan, tetapi biasanya untuk mengubah perilaku sasarannya agar
memiliki pengetahuan yang luas. Disamping itu juga memiliki sifat progressif
untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (inovasi baru) serta
terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan
produktifitas, pendapatan atau keuntungan, maupun kesejahteraan keluarga
dan masyarakat.
Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para
petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi
keinginan mereka tadi. Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan
perilaku (bertambahnya kesanggupan) keluarga-keluarga tani sasaran,
sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya, lebih beruntung
usahataninya dan lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga
tani maju itu. Bila keluarga tani itu maju, maka kaum taninya juga akan
dinamis, yaitu tinggi reseptivitasnya dan penuh responsif terhadap hal-hal
yang baru. Bila kum tani dinamis (dan kaum lainnya juga demikian), maka
masyarakat luas akan besar kesadarannya untuk masalah-masalah sosial
(Wiriaatmadja, 1973).
Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Di
satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok yang
disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran
penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan. Sedangkan yang
commit to user
disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan
pertanian (Sastratmadja, 1993).
Menurut Kartasapoetra (1991), efektivitas penyuluhan yang dapat
mencapai efisiensi dalam mewujudkan perubahan perilaku, tingkat kehidupan
para petani di pedesaan, harus dilakukan sebagai berikut :
a. Penarikan minat
Isi penyuluhan pertanian hendaknya bersifat menarik, yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani dan menarik minat agar
dapat dimanfaatkan oleh petani.
b. Mudah dan dapat dipercaya
Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian (obyek atau
materi) mudah dimengerti, nyata kegunaannya dan menarik kepercayaan
para petani bahwa benar segala yang telah diperlihatkan, diperdengarkan
(diajarkan) dapat dilakukan para petani dan benar-benar dapat
meningkatkan hasil dan kesejahteraannya.
c. Peragaan disertai sarananya
Penyuluhan harus disertai dengan peragaan yang didukung dengan
sarana atau alat-alat peraga yang mudah didapat, murah dan mudah
dikerjakan oleh para petani apabila mereka terangsang
mempraktekkannya.
d. Saat dan tempatnya harus tepat
Kegiatan penyuluhan kepada para petani tidak dapat dilakukan
sembarang waktu terutama pada tingkat permulaan, pada tingkat-tingkat
sebelum mereka terangsang, timbul kesadarannya. Para penyuluh harus
pandai memperhitungkan kapan mereka itu bersantai atau ada dirumah,
kapan biasanya mereka itu berkumpul dan dimana kebiasaan itu
dilakukannya.
Dalam tujuan penyuluhan pertanian dibedakan antara tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan pertanian jangka
pendek yaitu untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah
commit to user
dimaksud adalah dalam bentuk pengetahuan, kecakapan, sikap, dan motif
tindakan petani. Tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang yaitu untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat tani, atau agar kesejahteraan hidup
petani lebih terjamin (Samsudin, 1982).
Menurut Asngari dalam Ikbal Bahua (2009), penyuluhan dalam arti
umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada
individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik
sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Pambudi, menyatakan bahwa
penyuluhan pertanian sangat penting dalam perannya sebagai jembatan bagi
golongan ekonomi lemah. Penyuluhan diharapkan dapat menghasilkan
sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok disamping layanan
umum lain yang dibutuhkan golongan penduduk miskin agar dapat turut serta
dalam kegiatan ekonomi
B. Adopsi Inovasi
Adopsi adalah proses sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang
baru sampai orang tersebut mengadopsi hal baru tersebut. Inovasi dapat
berupa sesuatu yang benar-benar baru atau sudah lama tetapi masih dianggap
baru oleh petani. Keputusan menerima inovasi ini merupakan proses mental,
yang terjadi sejak petani sasaran tersebut mengetahui suatu inovasi sampai
menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya (Ibrahim, et all,
2003).
Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide,
alat-alat, atau teknologi “baru” yang disampaikan berupa pesan komunikasi
(lewat penyuluhan). Manifestasi dari bentuk adopsi inovasi ini dapat dilihat
atau diamati berupa tingkah laku, metode, maupun peralatan dan teknologi
yang dipergunakan dalam kegiatan komunikannya (Susanto, 1977).
Komunikasi untuk inovasi harus dianggap sebagai intervensi yaitu
pelayanan yang biasanya disediakan atau diberikan oleh pelaksana-pelaksana
tertentu (pemerintah atau organisasi non pemerintah) untuk mendapatkan
commit to user
tetap ada berupa tingkat yang lebih abstrak (contohnya untuk memperlancar
inovasi). Selanjutnya lingkungan yang telah berorientasi pada komunikasi
dalam inovasi dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi yang lebih
persuasif dan partisipatif (Cees Leuwis, 2004).
Masyarakat akan berpartisipasi dalam suatu inovasi apabila mereka
merasa aktivitas tersebut penting. Cara agar hal ini dapat diterima secara
efektif adalah masyarakat sendiri dapat menentukan suatu kegiatan dan
menentukan seberapa penting hal tersebut bagi mereka dari pada orang luar
mengatakan apa yang harus mereka lakukan. Salah satu kunci dalm suksesnya
mengatur suatu komunitas adalah pemilihan suatu inovasi (Jim Ife, 1995).
Salah satu faktor yang menetukan keberhasilan adopsi inovasi adalah
ketersediaan inovasi teknologi spesifik lokasi yang bermutu pada setiap
subsistem agribisnis. Said et al. (2001) mengatakan teknologi perannya sangat
strategis dalam mentransformasi input menjadi output pada subsistem
on-farm, off-farm hulu maupun pada off-farm hilir.
Penelitian terbaru yang dilakukan pada petani Amerika Latin
memusatkan pada hipotesis orang-orang yang mengadopsi inovasi sangat
lamban karena sikap mereka yang tradisioanal. Dikemukakan bahwa tidak
masuk akal bagi petani untuk mengadopsi gagasan karena mereka tidak
memiliki sumber daya yang memadai sehingga pihak lain mendapatkan
keuntungan dari inovasi ini dan bukan petaninya sendiri
(Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Adopsi merupakan suatu proses perubahan perilaku yang meliputi
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Penerimaan mengandung
pengertian tidak sekedar tahu tetapi sampai benar-benar dapat menerapkannya
dengan tepat dalam kehidupan dan usaha taninya, biasanya dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain (Mardikanto, 1993).
Inovasi secara tersendiri menurut Rogers (1995) dapat didefinisikan
sebagai inovasi merupakan sebuah gagasan, perbuatan, atau kebiasaan yang
commit to user
C. Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana
suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu
sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut
sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by
which an innovation is communicated through certain channels over time
among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi
adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan
penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah
Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its
source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4
(empat) elemen pokok, yaitu:
a. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap
baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’
dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
b. Saluran komunikasi; alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber
paling tidakperlu memperhatikan: (i) tujuan diadakannya komunikasi; dan
(ii) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk
memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar
luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah
media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap
atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang
paling tepat adalah saluran interpersonal.
c. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui
sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan
terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling
commit to user
inovasi; (ii) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat
dalammenerima inovasi; dan (iii) kecepatan pengadopsian inovasi dalam
sistem sosial.
d. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat
dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai
tujuan bersama
D. Prima Tani
Prima Tani merupakan Program Rintisan dan Akselerasi
Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara
partisipatif oleh semua pemangku kepentingan ( stakeholder) pembangunan
pertanian, dalam bentuk laboratorium agribisnis (Deptan, 2006)
Prima Tani dilaksanakan dengan empat strategi, yaitu:
a. Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif berdasarkan
paradigma penelitian untuk pembangunan.
b. Membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis
teknologi inovatif yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan
dengan sistem agribisnis.
c. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi
inovatif melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi,
advokasi serta fasilitasi.
d. Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah
agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.
Tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat diseminasi dan
adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian, serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik
teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi. Umpan balik ini
merupakan informasi esensial dalam rangka mewujudkan dan memperbaiki
penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan pengguna (Deptan,
commit to user
Sebagai modus diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan,
Prima Tani bertujuan untuk:
a. Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan
sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif.
b. Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar,
prototipe alat/mesin pertanian, model usaha pascapanen skala komersial)
secara luas dan desentralistis.
c. Menyediakan informasi, konsultasi, dan sekolah lapang untuk pemecahan
masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para praktisi agribisnis.
d. Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah
setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan
sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir
secara mandiri.
(Deptan, 2006)
Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis
Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi
(SUID), yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan.
Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan padu padan
antarsubsistem, yang berbasis agroekosistem, dan mempunyai kandungan
teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan (Deptan, 2006)
Keragaan yang dapat dilihat di lokasi AIP di antaranya adalah:
a. Sebagian besar produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan mutu
termasuk konsistensinya dan dalam jumlah cukup.
b. Sebagian besar petani mengadopsi teknologi yang diimplementasikan.
c. Munculnya beberapa petani progresif sebagai agen pembaharuan
pertanian.
d. Sebagian besar petani menikmati nilai tambah secara proporsional.
e. Sebagian besar petani berkembang usahanya yang dapat dilihat dari
kemampuan memupuk modal untuk pembiayaan operasional, tabungan,
commit to user
f. Sebagian besar petani mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah
fluktuasi harga hasil usahataninya.
g. Hasil pertanian mempunyai daya saing tinggi di pasar lokal maupun
internasional
(Deptan, 2006)
Prima Tani sebagai instrumen program pembangunan pertanian akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatnya muatan inovasi baru dalam sistem dan usaha agribisnis.
b. Meningkatnya efisiensi sistem produksi, perdagangan, dan konsumsi
komoditas pertanian Indonesia.
c. Meningkatnya akuntabilitas Departemen Pertanian dalam pembangunan
pertanian melalui percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi serta
kelembagaan pertanian.
(Deptan, 2006)
Pengembangan agribisnis diarahkan untuk melakukan proses
transformasi struktur agribisnis dari pola dispersal menjadi pola industrial.
Dalam agribisnis pola industrial, setiap perusahaan agribisnis tidak lagi berdiri
sendiri atau bergabung dalam asosiasi horizontal. Setiap perusahaan
memadukan diri dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dalam
seluruh bidang usaha yang ada pada satu alur produk vertikal (dari hulu
hingga hilir) dalam satu kelompok usaha yang selanjutnya disebut sebagai unit
Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) (Deptan, 2006).
AIP merupakan model inovasi agribisnis yang digunakan dalam Prima
Tani, dengan karakteristik utama sebagai berikut:
a. Lengkap secara fungsional. Seluruh fungsi yang diperlukan dalam
menghasilkan, mengolah, dan memasarkan produk pertanian hingga ke
konsumen akhir (alur produk vertikal) dapat dipenuhi.
b. Satu kesatuan tindak. Seluruh komponen atau anggota melaksanakan
commit to user
c. Ikatan langsung secara institusional. Hubungan di antara seluruh
komponen atau anggota terjalin langsung melalui ikatan institusional
(nonpasar).
Prima Tani diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu desa atau
laboratorium agribisnis, dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu
agroekosistem, agribisnis, wilayah, kelembagaan, dan pemberdayaan
masyarakat. Penggunaan pendekatan agroekosistem berarti Prima Tani
diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi
bio-fisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah komoditas,
dan komoditas dominan. Pendekatan agribisnis berarti dalam implementasi
Prima Tani diperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input,
usahatani, pasca panen, pemasaran, dan penunjang dalam satu sistem.
Pendekatan wilayah berarti optimasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam
satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat
menjadi perhatian utama sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai
pendukung, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk mengatasi risiko
ekonomi akibat fluktuasi harga. Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan
Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu
organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output,
tetapi juga mencakup modal sosial, norma, dan aturan yang berlaku di lokasi
Prima Tani. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya
penumbuhan kemandirian petani dalam memanfaatkan potensi sumber daya
pedesaan (Deptan, 2006).
Resultan dari kelima pendekatan di atas adalah terciptanya suatu model
pengembangan pertanian dan pedesaan dalam bentuk unit Agribisnis
Industrial Pedesaan dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi di
lokasi Prima Tani yang berkelangsungan (Deptan, 2006).
E. Prima Tani Sukoharjo
Tahun 2007 merupakan tahun pertama pelaksanaan kegiatan Prima Tani
commit to user
Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan pada lahan sawah intensif di Desa Palur,
Kecamatan Mojolaban. Implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan
dilakukan secara partisipatif. (anonim, 2009)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007 meliputi:
a. pengembangan sumberdaya manusia pelaku agribisnis melalui pelatihan,
dan studi banding,
b. revitalisasi kelembagaan dan pembinaan usaha/kelompok usaha agribisnis,
c. inisiasi pembentukan Klinik Agribisnis
d. introduksi usahatani integrasi padi ternak penggemukan sapi potong sistem
kandang komunal,
e. introduksi pengelolaan limbah peternakan: pembuatan pupuk organik dari
kotoran dan urin ternak, dan
f. pembuatan unit percontohan kandang sapi komunal, tempat pengelolaan
jerami dan penyimpanan jerami fermentasi, tempat pengelolaan kotoran
dan urine sapi dan penyimpanan pupuk organik.
(anonim, 2009)
Hasil implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan di lokasi Prima
Tani Lahan Sawah Intensif Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten
Sukoharjo (Prima Tani Kabupaten Sukoharjo) pada tahun 2007 sebagai
berikut:
a. Terbentuknya kelompok/unit usahatani padi terpadu pada kelompok tani
Marsudi Kromo Boga, beranggotakan 20 orang. Unit usahatani ini
dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris dan seorang
bendahara, serta 6 ketua seksi :
1) seksi usahatani perbenihan,
2) seksi usahatani padi,
3) seksi usaha penyediaan air irigasi,
4) seksi usahatani penggemukan sapi,
5) seksi pengolahan limbah, dan
6) seksi usaha pemasaran hasil pertanian.
commit to user
1) sumber informasi/perpustakaan sederhana,
2) tempat pertemuan kelompok tani,
3) tempat penyebarluasan inovasi teknologi,
4) tempat diskusi para pengunjung/tamu, dan
5) tempat layanan teknologi dan konsultasi. Klinik tersebut dilengkapi
peragaan inovasi pertanian berupa informasi inovasi teknologi
pengelolaan sumberdaya lahan, budidaya komoditas unggulan Prima
Tani, pasca panen dan pengolahan limbah dalam bentuk leaflet, warta,
brosur, poster, komik, VCD dan realia seperti benih padi VUB, dan
dekomposer orgadec.
c. Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan petani
tentang inovasi teknologi dan kelembagan yang diimplementasikan telah
dilaksanakan pelatihan PTT, studi banding tentang
1) penggemukan sapi ke Soropadan Agro Expo III di Kabupaten
Temanggung, Prima Tani Kabupaten Magelang, dan kelompok tani
Kabupaten Sragen,
2) pengelolaan limbah pertanian dan peternakan ke Soropadan Agro Expo
III di Kabupaten Temanggung, Prima Tani Kabupaten Magelang, dan
kelompok tani Kabupaten Sragen, dan
3) budidaya tanaman hias ke Prima Tani Kabupaten Magelang, Kopeng
dan Ungaran Kabupaten Semarang.
d. Terbentuk unit percontohan usahatani integrasi padi ternak sapi dengan
pendekatan system Zero Waste pada kelompok tani Marsudi Kromo Boga
terdiri dari unit usahatani:
1) Budidaya tanaman padi dengan pendekatan PTT untuk menghasilkan
gabah untuk konsumsi dan benih padi varietas unggul baru dalam
suatu kawasan/hamparan dengan pengelolaan dilakukan oleh
masing-masing petani pemilik,
2) Penggemukan sapi potong sistem kandang komunal dengan
pengelolaan dilakukan oleh masing-masing petani pemilik sapi
commit to user
3) Pengelolaan limbah pertanian dan peternakan dengan pengelolaan
dilakukan secara kelompok, masing-masing satu unit.
e. Penggunaan inovasi teknologi padi varietas unggul baru (Mekongga,
Cigeulis, Cibogo, Sunggal dan Pepe bersama penerapan pendekatan PTT
dapat meningkatkan produktivitas 13,12 persen dari produktivitas IR64
yang biasa digunakan petani.
f. Unit percontohan perbenihan padi telah dihasikan benih padi kelas SS
varietas Cigeulis 1,600 ton, Sunggal 2,750 ton dan Mekongga 11,000 ton
(anonim, 2009)
Hambatan/kendala yang dihadapi dalam implementasi inovasi
teknologi dan kelembagaan pada tahun 2007 antara lain:
a. Pemberdayaan petani merupakan proses yang memerlukan waktu yang
cukup lama karena memerlukan perubahan pola pikir dan perilaku
serta rasa percaya diri dan kemandirian petani, sehingga proses difusi
dan adopsi inovasi relatif lama.
b. Keadaan dilapangan sering tidak dapat dikompromikan dengan sistem
siklus anggaran dan pencairan dana baik APBN (BPTP Jawa Tengah),
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten terlambat dan tidak sesuai
dengan yang direncanakan sehingga menggangu suatu proses kegiatan
yang sedang berjalan.
c. Adanya serangan hama dan penyakit padi terutama keong mas,
penggerek batang, dan tikus
d. Pada musim kemarau (MT III), air irigasi tidak mencukupi sehingga
terjadi kekurangan air mengakibatkan produktivitas padi rendah.
Rencana tindak lanjut kegiatan Prima Tani Kabupaten Sukoharjo tahun
2008 mengacu pada Road Map dan Rancang Bangun Laboratorium
Agribisnis, yaitu memantapkan dan mengembangkan inovasi teknologi dan
kelembagaan yang telah diimplementasikan pada tahun 2007 serta
mengintroduksikan inovasi teknologi dan kelembagaan yang belum
commit to user
F. Evaluasi
Menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument
dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan
(Thoha, 1991).
Kata “evaluasi”, menurut Hornby dan Parnwell (totok
Mardikanto,1993), dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai istilah
dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai
suatu objek keadaan, peristiwa tertentu yang sedang diamati. Andre Steinmetz
(Madaus dkk,1986) menyatakan bahwa kata evaluasi digunakan untuk berbagi
perbedaan kegiatan dan tujuan. Selanjutnya, Frutchey (dalam Totok
Mardikanto,1993) mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi mancakup
kegiatan: observasi (pengamatan), membanding-bandingkan antara hasil
pengamatan dengan pedoman-pedoman yang ada, dan pengambilan keputusan
atau penilaian atas objek yang diamati.
Stufflebeam,dkk (1971) Mendefinisikan evaluais sebagai “the process
of deliating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives, artinya “evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan
suatu alternatif keputusan”.
Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan
proses yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek
serta konsekuensinya ditentukan sistematis dan seobjektif mungkin. Data ini
digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti
dalam perencanaan program, pengambilan keputusan dan pelaksanaan
program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluh yang efektif (Van De Ban,
1999).
Evaluasi pembangunan adalah suatu kegiatan untuk menilai tingkat
pencapaian tujuan program pembangunan, dengan memberi informasi yang
valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja pembangunan; memberi
commit to user
pemilihan tujuan dan target; memberi sumbangan pada aplikasi metode
analisis lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi (Teguh,
2008).
Menurut Wulan dalam Arikunto (1999), Evaluasi program adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan
program
Menurut Worthen dan Sanders (1979) dalam Djunaidi (2008). Evaluasi
adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut
dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif
prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam
kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan
seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan
menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya
semula.
Feurstein (Isbandi Rukminto Adi,2001) menyatakan adanya 10 alasan
mengapa suatu evaluasi perlu dikatakan. Meskipun demikian, tidak semua
alasan selalu muncul pada setiap kasus pengevaluasian. Akan tetapi,
kesepuluh alasan inilah yang paling sering mucul dan menjadi alasan mengapa
suatu evaluasi dilakukan. Kesepuluh alasan tersebut yaitu: (a) untuk melihat
apa yang sudah dicapai; (b) melihat kemajuan dikaitkan dengan tujuan
program; (c) meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih
baik; (d) melihat apakah suatu usaha sudah dilakukan secara efektif; (f)melihat
apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal; (g) mengumpulkan
informasi untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih
baik; (h) berbagi pengalaman; (i) meningkatkan keefektifan; dan (j)
memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik karena memberikan
kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas
fungsional dan komunitas lokal.
Selaras dengan itu Stufflebeam (Mardikanto, 1993) berpendapat bahwa
pada dasarnya tujuan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh
commit to user
untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan yang telah dicapai
dengan keadaan yang dikehendaki (seharusnya dapat dicapai). Sehingga akan
dapat diketahui tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan yang telah
dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat segera diambil langkah-langkah guna
meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan seperti yang
dikehendaki.
Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi
ini dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan
(progam, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai
untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi
hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu progam,
perbaikan progam, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah
pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat ( Farida, 2000).
Menurut Mardikanto (2005), Pokok-pokok yang terkandung dalam
pengertian evaluasi adalah:
a. Kegiatan pengamatan dan analisis terhadap suatu keadaan, peristiwa,
gejala alam atau sesuatu obyek
b. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengalaman atau
pengtahuan yang kita miliki atau ketahui
c. Melakukan penilaian atas segala sesuatu yang diamati berdasarkan hasil
perbandingan atau pengukuran yang kita lakukan
Menurut Stufflebeam (1967) dalam Tayibnapis (2000) evaluasi dibagi
menjadi empat macam, yaitu :
a. Context evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini
membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai oleh progam dan merumuskan tujuan progam.
b. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur
keputusan, menentukkan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang
diambil, apa yang direncanakan dan strategi untuk mencapai kebutuhan.
c. Procces evaluation, to serve implementing decision.Evaluasi proses untuk
commit to user
telah diterapkan? apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut
terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.
d. Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk
menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang
dilakukan setelah progam berjalan?
Menurut Fuddin (2009). Model CIPP merupakan model yang
berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam
empat macam, yaitu :
a. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan yaitu membantu
merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai dan merumuskan tujuan program.
b. Evaluasi masukan untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong mengatur
keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif
yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta
prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
c. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi yaitu membantu
keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.
d. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan. Keunggulan model
CIPP merupakan system kerja yang dinamis.
Ada banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi
program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa
perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum model-model
tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek
yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan.
Worthen & Sanders mengistilahkan dengan pendekatan evaluasi
(evaluation approach). Menurutnya, ada enam pendekatan evaluasi, yaitu:
objectives oriented, management oriented, consumer oriented, expertise
oriented, adversary oriented, dan naturalistic and participant oriented.
Menurut Djunaidi (2009), Model-model dalam evaluasi ini dapat
commit to user
a. Goal oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus menerus melakukan
pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang
terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program
serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah
satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang
dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang adanya
kesenjangan (Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa
yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.
b. Decision Oriented Evaluation
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa
informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan
untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi
CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh
model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling
sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi
sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari
Context, Input, Process dan Product. Evaluasi konteks (context evaluation)
merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan
(rationale) dalam penentuan tujuan (Baline R. Worthern & James R
Sanders : 1979) Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi
konteks ini adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap
lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal). Evaluasi input (input
evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi
untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia
dalam mencapai tujuan program. Evaluasi proses (process evaluation)
diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah
dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka
dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback)
bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut.
commit to user
model CIPP. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan
capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan
perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam proses ini, evaluasi produk
menyediakan informasi apakah program itu akan dilanjutkan, dimodifikasi
kembali atau bahkanakandihentikan.
c. Transactional Evaluation
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program
dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program
tersebut.
d. Evaluation Research
Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan
kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari
solusi-solusi terkait dengan strategi instruksional.
e. Goal Free Evaluation
Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini yakni Goal Free
Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan
program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus
diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan
jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama
pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negative
f. Adversary Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu.
demikian juga dengan evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 13) ada
dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih
difokuskan pada masing-masing komponen (Djunaidi, 2009).
Jadi evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan
program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh
commit to user
Model evaluasi program yang lain adalah model CIPP yang
dikembangkan oleh Stufflebeam. Asumsi dasar dari model ini, bahwa tujuan
evaluasi adalah untuk mengembangkan program, seperti yang diungkapkan
Stufflebeam (1981)”The CIPP approach is based on the view that the most
important purpose of evaluation is not prove but improve”. CIPP sendiri
merupakan singkatan dari Huruf awal empat buahkata yaitu context, input,
prosess dan product yang menjadi sasaran evaluasi dan tidak lain adalah
komponen dari proses yang memandang program yang dievaluasi sebagai
sistem.
a. Evaluasi konteks (Context evaluation)
Orientasi evaluasi konteks adalah untuk mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan objek, misalnya lembaga, program, popolasi sasaran atau
imdividu untuk arahan perbaikan (Stufflebearn,1986). Berbagai aspek
yang perlu dikaji meliputi : (1) letak geografis dan kondisi fisik daerah
lokasi program; (2) Kondisi masyarakat umumnya seperti jumlah
penduduk (laki-laki, perempuan, pemuda, anak-anak, balita). Umur
perkawinan, tingkat pendidikan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan
lainnya; (3) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan karakteristiknya,
antara lain jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan gambaran kondisi
kehidupan yang tercermin dari kondisi rumah dan pemilikan benda
lainnya; (4) Kondisi sosial budaya dan karakteristiknya misalnya agama
dan kondisi ketaatannya, tradisi sosialbudaya/adat dan kepercayaan,
polakepemimpinan, pola pergaulan (interaksi sosial), hubungan
kekeluargaan, hubungan pergaulan laki-laki danperempuan, pemanfaatan
waktu luang siang dan malam hari, pola pendidikan keluarga, organisasi
kemasyarakatan yang ada, mekanisme kegiatan dan tingkat interaksi
dengan masyarakat luar daerah; (5) Kondisi kesehatan meliputi berbagai
jenis penyakit yang dijumpai di masyarakat terhadap kesehatan secara
umum, pola pengobatan yang lebih banyak diyakini masyarakat
(tradisi-modern), tingkat pemanfaatan fasilitas bagi masyarakat; (6) Kebutuhan
commit to user
b. Evaluasi input (Input Evaluation)
Orentasi evaluasi input adalah untuk menentukan program dalam
rangka menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan untuk berubah
(stufflebeam,1986). Kajian ini mencoba memahami lingkungan sasaran
termasuk di dalammya hambatan, rintangan dan sumber daya yang
tersedia yang dibutuhkan dalam proses pelaksnaan program. Dengan
demikian, evaluasi input merupakan usaha yang dilakukan untuk
menyajikan beragam hal baik fisik maupun non fisik yang menjadi dasar
dan kelengkapan untuk terselenggaranya proses yang lancar dan
mekanisme kerja program bagi tercapainnya tujuan. Beragam input yang
disediakan antara lain pembentukan organisasi pendukung proses kegiatan
program; jenis pelatihan/pendidikan ketramplan, sikap dan pengetahuan,
serta pola dan strategi penyampaiannya, bahan latihan dan fasilitas fisik
dan dana yang disediakan bagi masyarakat dan mekanismenya
(Sutopo,2003)
c. Evaluasi Proses (Prosess Evaluation)
Pada dasranya, evaluasi merupakan pengecekan terus-menerus
terhadap implementasi pernecanaan program. Beberapa tujuan evaluasi
proses adalah; (1) Memberikan umpan balik (Feedback) apakah
pengembangan kegiatan program sesuai dengan jadwal, apakah
dilaksanakan berdasarkan rencana yang sudah dibuat dan apakah
menggunakan sumber daya yang tersendia secara efektif; (2) Memberi
arahan untuk melakukan modifikasi perncanaan sesuai kebutuhan, karena
tidak semua aspek perncanaan dapat diterapkan dalam pengembangan
program dan karena bebrapa keputusan sebelumnya ternyata tidak sesuai
dengan kondisi yang ada; (3) Menilai capaian program yang diterima dan
dapat dilaksanakan partisipan secara periodik; (4) Memberikan catatan
yang lengkap tentang program yang benar-benar dilaksanakan dan
bagaimana bila dibandingkandengan harapan partisipan
commit to user
Evaluasi proses mengambarkan recana program dan evaluasi
sebelumnya yang menjadi landasan untuk menidentifikasi aspek-aspek
penting suatu program yang seharusnya dipantau. Beberapa hal yang harus
diidntifikasi dalam evaluasi proses antara lain struktur organisasi dan
mekanisme kerjanya; bentuk kegiatan, sasaran utama, partisipasi
masyarakat, bentuk, jenis dan mekanismenya; kelancaran berbagai yang
telah dilakukan; pemanfaatan berbagai fasilitas yang disediakan; dan
kegiatan kerjasama antar lembaga yang ada (Sutopo,2003)
d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Maksud evaluas produk adalah mengukur, menginterpretasikan dan
menilai capaian program dan tujuan utamanya adalah untuk memastikan
apakah kegiatan program dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
kelompok sasaran. Evaluasi produk melihat dampak program secara luas
termasuk dampak yang diharapkan dan tidak diharapkan dan hasil positif
maupun negatif (Stufflebeam,1986) dengan demikian kita dapat
mengetahui tingkat efektifitas suatu kegiatan program. Menurut
(Sutopo,2003) gambaran hasil ini antara lain: (1) Output, misalnya;
peningkatan jumlah warga sebagai peserta program; tingkat penurunan
penyakit yang menjadi sasaran program; (2) Product, misalnya:
berkembangnya kesadaran dan lingkungan fisik maupun sosial, sikap dan
prilaku hubungan seksual dan pergaulan yang berubag ke arah yang lebih
baik dan aman, persepsi positif atau pun negatif warga masyarakat dan
sasaran sertapelaksana program pana perjalanan program selama ini; (3)
Outcome, misalnya: manfaat yang bisa diperoleh dari berkembangnya
persepsi positif, kesadaran dan sikap warga masyarakat, kemungkinan
pengaruhnya pada masyarakat di luar program.
Selanjutnya (Sutopo,2003) juga manyampaikan bahwa semua bagian
faktor yang meliputi context dengan kekhususan karakteristik baik
masyarakatnya maupun kondisi fisik daerah di mana program dilaksanakan,
input yang berupa fasilitas ataupun ketrampilan yang diperlukan bagi
terselenggaranya program, prosess yang berkaitan dengan kualitas hasil yang
commit to user
sangat menentukan keberhasilan program. Bagian-bagian tersebut saling
mempengaruhi, saling membentuj dan menentukan, yang terpadu menjalin
kesatuan yang utuh dan membangun kualitas dengan maknanya yang
menyeluruh. CIPP ini akan mampu mendeskripsikan semua unsur yang
berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan kelemahannya, proses
kegiatan program, pencapaian tujuan, kesenjangan dan keterpaduan antar
unsurnya.
G. Kerangka Berpikir
Keberaadaan kelembagaan penyuluhan pertanian yang lemah beberapa
tahun terakhir ini, menyebabkan lambatnya proses difusi hasil inovasi dan
teknologi dari lembaga penelitian. Atas dasar itu Badan Litbang Pertanian
mengitroduksikan Pengembangan model Prima Tani (Program Rintisan dan
Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) Prima Tani
merupakan suatu pengkajian model atau konsep baru diseminasi teknologi
pertanian yang diharapkan dapat mempercepat penyampaian informasi
teknologi pertanian dan bahan dasar teknologi baru kepada pengguna. Prima
Tani juga merupakan wahana pengkajian partisipatif dan merupakan kegiatan
terencana dan dilaksanakan secara sistematis untuk mewujudkan pengkajian
dan pengembangan berorientasi konsumen/pengguna, sehingga perlu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program
yang telah dilaksanakan.
Salah satu model evaluasi yang bisa diaplikasikan dalam program ini
adalah evaluasi dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model
evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh
para evaluator, oleh karena itu uraian yang diberikan relatif panjang
dibandingkan dengan model-model lainnya. Model CIPP ini dikembangkan
oleh Stufflebeam dan kawan-kawan (1976) di Ohio State University. CIPP
yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:
context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi
terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan
commit to user
dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak
lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan
kata lain, CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang
di evaluasi sebagai sebuah sistem (Arikunto, S dan Cepi Safrudin A.J, 2004).
Berbagai hal yang perlu dikaji pada evaluasi dengan model CIPP antara
lain, context meliputi beragam hal mengenai kondisi masyarakat, kondisi
sosial ekonomi masyarakat dan kondisi sosial budayanya. Input meliputi
beragam hal yaitu fasilitas dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan
program. Process meliputi survey lokasi dan Implementasi Inovasi Teknologi,
dan product meliputi beragam hal antara lain peningkatan Percontohan sitem
Agribisnis, Pengadaan sistem teknologi dasar, Menyediakan informasi,
konsultasi, dan sekolah lapang bagi petani sehingga keluaran akhir dari Prima
Tani akan terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem
Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID)
Evaluasi dengan model CIPP ini akan mampu mendeskripsikan semua
unsur yang berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan
kelemahannya, proses kegiatan program, kesenjangan dan keterpaduan antar
unsurnya, sehingga mampu menghasilkan saran yang bermanfaat bagi
perbaikan dan pengembangan program (Yayasan Indonesia Sejahtera , 1999).
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berfikirnya adalah sebagai
commit to user
Gambar 1.Skema kerangka berpikir evaluasi progam Prima Tani model CIPP
(contex, input, procces dan product) di Desa Palur Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Evaluasi Program
Prima Tani dengan Model CIPP
Context
1. Kondisi Geografis
2. Kondisi Masyarakat
3. Kondisi sosial dan budaya
4. Kondisi Pertanian dan
peternakan
Input 1. Fasilitas 2. Dana
3. Inovasi Teknologi
Process
1. Penguatan
kapasitas individu, kelompok dan kelembagaan
Product
a Output
b Product
c Outcome
Lambatnya Diseminasi Inovasi
Program Prima Tani
Tujuan Prima Tani
a Percontohan sitem Agribisnis
b Pengadaan sistem teknologi dasar
c Menyediakan informasi, konsultasi,
dan sekolah lapang bagi petani
Terbentuknya Unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) Dan Sistem Usahatani Intensifikasi Dan
[image:39.595.128.549.99.670.2]commit to user
H. Dimensi Penelitian
1. Kontek (Context)
a. Kondisi Geografis merupakan keadaan geografis lokasi pelaksanaan
program prima tani
b. Kondisi masyarakat meliputi umur dan pendidikan formal, jumlah
penduduk, mata pencaharian, sarana dan prasarana, sarana
perekonomian dan sarana transportasi dan telekomunikasi
c. Kondisi sosial dan budaya masyarakat meliputi bentuk kelembagaan
dalam masyarakat dan adat atau kebiasaan yang masih dilakukan oleh
masyarakat.
d. Kondisi Pertanian dan peternakan merupakan keadaan yang meliputi
teknologi yang digunakan dalam usaha tani sebelum adanya Program
Prima Tani
2. Input
a. Fasilitas yaitu sarana yang diberikan untuk menunjang kegiatan
Program Prima.
b. Dana, yaitu sejumlah biaya yang akan digunakan dalam pelaksanaan
progam Prima Tani
c. Inovasi Teknologi merupakan bentuk teknologi yang diberikan dalam
program Prima Tani
3. Proses
a. Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan indiividu,
kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan
melaksanakan program.
4. Produk
a. Output Yaitu adanya keluaran (output) pelaksanaan program prima tani
berupa hasil yang dapat terukur.
b. Product Yaitu adanya hasil (Product) berupa peningkatan kemampuan
pelaku program prima tani dalam melaksanakan kegiatan program dan
menunjang keberlanjutan program