• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI

PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA

TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

IWAN SASONO

H0404048

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI

PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA

TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Iwan Sasono

NIM: H 0404048

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada tanggal:

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Emi Widiyanti, SP, MSi

NIP.197803252001122001 Dra. Suminah, MSi

(3)

commit to user

iii

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. NIP. 19551217982031003

KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

segala limpahan Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Evaluasi Program Rintisan Dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi

Teknologi Pertanian Di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo” dengan

baik.

Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana

pertanian di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini,

peneliti tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr.Ir.H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Kusnandar, MSi, Selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Suminah, MSi, selaku pembimbing utama dalam penelitian ini dan selaku

pembimbing akademik.

4. Emi Widiyanti, SP, MSi selaku pembimbing pendamping dalam penelitian ini.

5. Agung Wibowo, SP, Msi selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan

masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini

6. Administrasi Jurusan Penyuluhan dan komunikasi Pertanian Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam mengurus izin

penelitian.

7. Kepala BAPPEDA Sukoharjo yang telah memberikan izin dalam penelitian ini

8. Kepala Desa Palur yang telah memberikan izin dalam penelitian ini

9. Ayah dan Bunda untuk dukungan doa, perhatian dan kasih sayang yang selalu

untuk peneliti.

10. Sahabat-sahabat dan saudara-saudara peneliti atas segala hal yang telah

diberikan, bantuan, perhatian dan dukungan doa untuk peneliti.

(4)

commit to user

iv

12. Semua pihak yang telah membantu jalannya penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini kurang sempurna,

baik dalam penulisan maupun dalam penyajian. Untuk itu peneliti mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, peneliti berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Amin.

Surakarta, Januari 2011

(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Penyuluhan Pertanian ... 5

B. Adopsi Inovasi ... 7

C. Difusi Inovasi ... 9

D. Prima Tani ... 10

E. Prima Tani Sukoharjo ... 13

F. Evaluasi ... 17

G. Kerangka Berpikir ... 26

H. Dimensi Penelitian ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Bentuk Strategi Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 31

D. Teknik Sampling ... 31

(6)

commit to user

vi

F. Pengembangan Validitas ... 33

G. Metode Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Program Prima Tani 1. Evaluasi Context ... 36

2. Evaluasi Input ... 60

3. Evaluasi Process ... 67

4. Evaluasi Product ... 73

B. Temuan Pokok... 82

1. Context ... 91

2. Input ... 93

3. Process ... 95

4. Product ... 96

C. Pembahasan ... 97

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Evaluasi Program Prima Tani Berdasarkan Context Kondisi

Geografis Dan Fisik Daerah ... 37

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 38

Tabel 4.3 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat

Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

Tabel 4.5 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa

Palur Tahun 2009 ... 42 Tabel 4.7 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 4.8 Sarana Perekonomian di Desa Palur Tahun 2009 ... 44

Tabel 4.9 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Sarana Dan

Prasarana Pertanian Di Desa Palur ... 48

Tabel 4.10 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Sosial dan

Budaya Masyarakat Di Desa Palur ... 51

Tabel 4.11 Luas Tanam dan Produktivitas Menurut Komoditas di Desa Palur 52

Tabel 4.12 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Pertanian Di Desa Palur ... 56

Tabel 4.13 Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Desa Palur... 57

Tabel 4.14 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Peternakan Di Desa Palur ... 58

Tabel 4.15 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Peternakan Di Desa Palur ... 59

Tabel 4.16 Evaluasi Input Program Prima Tani Berdasarkan Inovasi Teknologi 63

Tabel 4.17 Evaluasi Input Program Prima Tani Berdasarkan Fasilitas dan Dana 67

Tabel 4.18 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan

Kapasitas Individu ... 69

Tabel 4.19 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan

Kapasitas Kelompok ... 70

Tabel 4.20 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan

(8)

commit to user

viii

Tabel 4.21 Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Dan Usaha Ternak Sapi

Sebelum Dan Sesudah Program Prima Tani ... 84

Tabel 4.22 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Output... 84

Tabel 4.23 Jumlah pengunjung klinik agribisnis pada tahun 2008 ... 88

Tabel 4.24 Jumlah Populasi Sapi di Desa Palur Periode 2006-2009 ... 90

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.Skema kerangka berpikir evaluasi progam Prima Tani model

CIPP (contex, input, procces dan product) di Desa Palur

Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. ... 28

Gambar 2. Bagan Triangulasi Data Sumber ... 33

Gambar 3. Bagan Triangulasi Metode ... 34

(10)

commit to user

x

RINGKASAN

IWAN SASONO. H0404048. ”EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN

AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI

PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO”. Di bawah bimbingan Dra. Suminah, MSi dan Emi Widiyanti, SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepentingan masyarakat terutama petani yaitu untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani adalah dengan memberikan inovasi-inovasi baru. Namun dalam perkembangannya permasalahan yaitu lambatnya proses difusi hasil inovasi. Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Pertanian menyelenggarakan Program yaitu Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian atau lebih populer disebut Prima Tani. Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut maka perlu dilakukan evaluasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian dilihat dari

komponen context, Input , process dan produk. Strategi penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah studi kasus. Lokasi dalam penelitian ini adalah Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, sedangkan pengambilan

informan dilakukan dengan cara sengaja (purposive). Untuk menjaga kualitas data

yang diperoleh, maka dilakukan beberapa teknik triangulasi. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan dua teknik triangulasi yaitu sumber dan metode.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari context pemilihan lokasi

pelaksanaan Program Prima tani didasarkan pada kondisi wilayah serta keadaan pertanian dan peternakan. Kondisi wilayah lokasi Program prima tani telah sesuai dengan kriteria dari Program Prima Tani yaitu lahan sawah intensif dan sistem irigasi teknis. Sedangkan teknologi yang diterapkan dalam usaha tani padi dan ternak masih sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan

masukan (input) berupa teknologi penerapan sistem Pertanian Padi-Ternak Bebas

(11)

commit to user

xi

SUMMARY

IWAN SASONO. H0404048. "EVALUATION PROGRAM STUB AND ACCELERATION TECHNOLOGY INNOVATION PRISON FARM (PRIMA TANI) IN SUB DISTRICT MOJOLABAN REGENCY SUKOHARJO” Under the guidance Dra. Suminah, MSi and Emi Widiyanti SP, MSi. Agriculture faculty of Sebelas Maret University Faculty.

Agricultural development in Indonesia currently has a very important role for the interests of society, especially farmers is to always improve the quality of life and welfare of farmers. Work done to improve the quality of life and welfare of farmers is by providing new innovations. But in its development problems that may slow the diffusion of the innovation process. To overcome these problems the Ministry of Agriculture organized the Program Acceleration Program Stubs and Corrections Technology Innovation of Agriculture, or more popularly called the Prima Tani. To determine the success of this program will need to be evaluated.

This study aims to determine the implementation of Program Stubs and Corrections Technology Innovation Accelerated Agricultural seen from the component context, input, process and product. The research strategy used in this study is a case study. The location of this research is the Palur Village District Mojolaban Regency Sukoharjo, while the informant was done by taking deliberate (purposeful). To maintain the quality of the data obtained, then do some triangulation techniques. In research to be carried out using two techniques namely the source and method triangulation.

(12)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang

sangat penting bagi kepentingan masyarakat terutama untuk usaha pertanian

yang meliputi pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan serta

perikanan. Dalam hal ini pembangunan pertanian bertujuan untuk selalu

memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani baik perorangan maupun

masyarakat pada umumnya.

Visi Departemen Pertanian (Deptan) dalam pembangunan pertanian

jangka panjang (2005-2025) adalah berupaya terwujudnya sistem pertanian

industrial berkelanjutan yang berdaya saing dan mampu menjamin ketahanan

pangan dan kesejahteraan petani. Berdasarkan visi tersebut, kegiatan

pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dirumuskan dalam 3 program

utama, yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program

Pengembangan Agribisnis, dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

(Deptan, 2005).

Untuk mencapai kesejahteraan petani telah difokuskan beberapa aktifitas

yang lebih spesifik misalnya upaya untuk memfasilitasi peningkatan

pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap

sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan

terhadap petani. Untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut

beberapa subprogram di antaranya adalah pemberdayaan petani, pe-

ngembangan kelembagaan, peningkatan akses petani terhadap sumberdaya

produktif, pengembangan diversifikasi usaha, pengkajian dan percepatan

diseminasi inovasi pertanian, serta penanggulangan kemiskinan.

Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan

petani adalah dengan memberikan inovasi-inovasi baru. Namun dalam

perkembangannya permasalahan yaitu lambatnya proses difusi hasil inovasi.

Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Pertanian melalui Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian membuat salah satu program yaitu

(13)

commit to user

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi

Pertanian atau lebih populer disebut Prima Tani. Prima Tani adalah suatu

model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat

mempercepat penyampaian dan bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan

Badan Litbang Pertanian.

Berbeda dengan Bimas tujuan utama Prima Tani adalah meningkatkan

pendapatan petani, memperbaiki sistem pertanian, dan melestarikan

lingkungan, bukan meningkatkan produksi komoditas pertanian tertentu

setinggi mungkin. Komoditas uggulan dapat dipilih lebih dari satu, dalam pola

tumpang sari atau tanaman-ternak, dan sebagainya. Boleh saja produktivitas

komoditas pertanian pada tingkatan sedang-sedang saja asal usaha tani

dilaksanakan secara efisien dan mampu meningkatkan pendapatan

petani.(Anonim, 2009). Selain itu Prima Tani akan digunakan sebagai wahana

pengkajian partisipatif, sebagai implementasi dari paradigma baru Badan

Litbang Pertanian yaitu penelitian untuk pembangunan (research for

development) menggantikan paradigma lama penelitian dan pengembangan

(research and development).

Fokus Badan Penelitian dan Pengembangan (litbang) pertanian ke depan

bukan lagi sekedar menemukan atau menciptakan teknologi yang

didiseminasikan melalui publikasi karya ilmiah sebanyak-banyaknya dan

kurang memperhatikan preferensi pengguna. Litbang ke depan adalah

menghasilkan teknologi inovatif untuk diterapkan sebagai mesin penggerak

pembangunan pertanian yang berorientasi pada pengguna serta menjamin

tepat guna spesifik lokasi dan pemakai. Melalui Prima Tani diharapkan

tersedia informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah

dengan menerapkan inovasi pertanian oleh praktisi agribisnis. Prima Tani juga

bertujuan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan

pemerintah setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan

percontohan secara mandiri.

Mulai tahun 2007 Prima Tani akan dilaksanakan di 201 desa, yang

(14)

commit to user

diharapkan diperoleh model pengembangan bagi pembangunan pertanian dan

pedesaan yang berlandaskan pada inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.

Desa Palur merupakan salah satu desa di Kabupaten Sukoharjo yang ditunjuk

oleh BPTP Jawa Tengah untuk melaksanakan program Prima Tani. Tahun

2009 merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan Prima Tani Kabupaten

Sukoharjo dari tiga tahun yang direncanakan, untuk itu perlu dilakukan

evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan

program yang telah dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Pembangunan pertanian ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup

petani. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan

produksi pertanian dengan jalan inovasi baru yang dikembangkan oleh

Litbang Petanian. Program primatani merupakan salah satu yang

dikembangkan oleh Litbang pertanian dengan Prima Tani diharapkan dapat

mempercepat desiminasi teknologi ke pengguna (petani) untuk mewujudkan

pertanian industrial di pedesaan melalui komoditas terpilih yang dapat

mendongkrak pendapatan petani.

Program Prima Tani dikatakan berhasil apabila tujuan dari program

tersebut dapat dicapai. Untuk mengevaluasi keberhasilan program tersebut

maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana penilaian dan perubahan yang terjadi pada petani setelah melaksanakan

program Prima tani.

Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu

mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian

pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat bermanfaat terutama

bagi pengambil keputusan karena dengan masukan hasil evaluasi program

itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program

yang sedang atau telah dilaksanakan (Arikunto, S dan Cepi Safrudin A.J,

(15)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan

antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen

context (kontek)?

b. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen input

(masukan)?

c. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen

process (proses)?

d. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen

product (hasil)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

a. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen context

(konteks).

b. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen input

(masukan).

c. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen process

(proses).

d. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen product

(hasil).

D. KegunaanPenelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

b. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

memutusakan kebijakan selanjutnya.

c. bagi penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

(16)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penyuluhan Pertanian

Menurut Tjondronegoro dalam Sastraatmaja (1993), penyuluhan adalah

usaha pendidikan non formal yang merupakan perpaduan dari kegiatan

menggugah minat atau keinginan, menimbulkan swadaya masyarakat,

menyebarkan pengetahuan atau ketrampilan dan kecakapan, sehingga

diharapkan terjadinya perubahan perilaku (sikap, tindakan, dan pengetahuan).

Menurut Mardikanto (1996), penyuluhan merupakan suatu sistem

pendidikan di luar sekolah yang tidak sekedar memberikan penerangan atau

menjelaskan, tetapi biasanya untuk mengubah perilaku sasarannya agar

memiliki pengetahuan yang luas. Disamping itu juga memiliki sifat progressif

untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (inovasi baru) serta

terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan

produktifitas, pendapatan atau keuntungan, maupun kesejahteraan keluarga

dan masyarakat.

Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para

petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi

keinginan mereka tadi. Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan

perilaku (bertambahnya kesanggupan) keluarga-keluarga tani sasaran,

sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya, lebih beruntung

usahataninya dan lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga

tani maju itu. Bila keluarga tani itu maju, maka kaum taninya juga akan

dinamis, yaitu tinggi reseptivitasnya dan penuh responsif terhadap hal-hal

yang baru. Bila kum tani dinamis (dan kaum lainnya juga demikian), maka

masyarakat luas akan besar kesadarannya untuk masalah-masalah sosial

(Wiriaatmadja, 1973).

Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Di

satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok yang

disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran

penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan. Sedangkan yang

(17)

commit to user

disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan

pertanian (Sastratmadja, 1993).

Menurut Kartasapoetra (1991), efektivitas penyuluhan yang dapat

mencapai efisiensi dalam mewujudkan perubahan perilaku, tingkat kehidupan

para petani di pedesaan, harus dilakukan sebagai berikut :

a. Penarikan minat

Isi penyuluhan pertanian hendaknya bersifat menarik, yang

berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani dan menarik minat agar

dapat dimanfaatkan oleh petani.

b. Mudah dan dapat dipercaya

Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian (obyek atau

materi) mudah dimengerti, nyata kegunaannya dan menarik kepercayaan

para petani bahwa benar segala yang telah diperlihatkan, diperdengarkan

(diajarkan) dapat dilakukan para petani dan benar-benar dapat

meningkatkan hasil dan kesejahteraannya.

c. Peragaan disertai sarananya

Penyuluhan harus disertai dengan peragaan yang didukung dengan

sarana atau alat-alat peraga yang mudah didapat, murah dan mudah

dikerjakan oleh para petani apabila mereka terangsang

mempraktekkannya.

d. Saat dan tempatnya harus tepat

Kegiatan penyuluhan kepada para petani tidak dapat dilakukan

sembarang waktu terutama pada tingkat permulaan, pada tingkat-tingkat

sebelum mereka terangsang, timbul kesadarannya. Para penyuluh harus

pandai memperhitungkan kapan mereka itu bersantai atau ada dirumah,

kapan biasanya mereka itu berkumpul dan dimana kebiasaan itu

dilakukannya.

Dalam tujuan penyuluhan pertanian dibedakan antara tujuan jangka

pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan pertanian jangka

pendek yaitu untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah

(18)

commit to user

dimaksud adalah dalam bentuk pengetahuan, kecakapan, sikap, dan motif

tindakan petani. Tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang yaitu untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat tani, atau agar kesejahteraan hidup

petani lebih terjamin (Samsudin, 1982).

Menurut Asngari dalam Ikbal Bahua (2009), penyuluhan dalam arti

umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada

individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik

sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Pambudi, menyatakan bahwa

penyuluhan pertanian sangat penting dalam perannya sebagai jembatan bagi

golongan ekonomi lemah. Penyuluhan diharapkan dapat menghasilkan

sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok disamping layanan

umum lain yang dibutuhkan golongan penduduk miskin agar dapat turut serta

dalam kegiatan ekonomi

B. Adopsi Inovasi

Adopsi adalah proses sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang

baru sampai orang tersebut mengadopsi hal baru tersebut. Inovasi dapat

berupa sesuatu yang benar-benar baru atau sudah lama tetapi masih dianggap

baru oleh petani. Keputusan menerima inovasi ini merupakan proses mental,

yang terjadi sejak petani sasaran tersebut mengetahui suatu inovasi sampai

menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya (Ibrahim, et all,

2003).

Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide,

alat-alat, atau teknologi “baru” yang disampaikan berupa pesan komunikasi

(lewat penyuluhan). Manifestasi dari bentuk adopsi inovasi ini dapat dilihat

atau diamati berupa tingkah laku, metode, maupun peralatan dan teknologi

yang dipergunakan dalam kegiatan komunikannya (Susanto, 1977).

Komunikasi untuk inovasi harus dianggap sebagai intervensi yaitu

pelayanan yang biasanya disediakan atau diberikan oleh pelaksana-pelaksana

tertentu (pemerintah atau organisasi non pemerintah) untuk mendapatkan

(19)

commit to user

tetap ada berupa tingkat yang lebih abstrak (contohnya untuk memperlancar

inovasi). Selanjutnya lingkungan yang telah berorientasi pada komunikasi

dalam inovasi dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi yang lebih

persuasif dan partisipatif (Cees Leuwis, 2004).

Masyarakat akan berpartisipasi dalam suatu inovasi apabila mereka

merasa aktivitas tersebut penting. Cara agar hal ini dapat diterima secara

efektif adalah masyarakat sendiri dapat menentukan suatu kegiatan dan

menentukan seberapa penting hal tersebut bagi mereka dari pada orang luar

mengatakan apa yang harus mereka lakukan. Salah satu kunci dalm suksesnya

mengatur suatu komunitas adalah pemilihan suatu inovasi (Jim Ife, 1995).

Salah satu faktor yang menetukan keberhasilan adopsi inovasi adalah

ketersediaan inovasi teknologi spesifik lokasi yang bermutu pada setiap

subsistem agribisnis. Said et al. (2001) mengatakan teknologi perannya sangat

strategis dalam mentransformasi input menjadi output pada subsistem

on-farm, off-farm hulu maupun pada off-farm hilir.

Penelitian terbaru yang dilakukan pada petani Amerika Latin

memusatkan pada hipotesis orang-orang yang mengadopsi inovasi sangat

lamban karena sikap mereka yang tradisioanal. Dikemukakan bahwa tidak

masuk akal bagi petani untuk mengadopsi gagasan karena mereka tidak

memiliki sumber daya yang memadai sehingga pihak lain mendapatkan

keuntungan dari inovasi ini dan bukan petaninya sendiri

(Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Adopsi merupakan suatu proses perubahan perilaku yang meliputi

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Penerimaan mengandung

pengertian tidak sekedar tahu tetapi sampai benar-benar dapat menerapkannya

dengan tepat dalam kehidupan dan usaha taninya, biasanya dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain (Mardikanto, 1993).

Inovasi secara tersendiri menurut Rogers (1995) dapat didefinisikan

sebagai inovasi merupakan sebuah gagasan, perbuatan, atau kebiasaan yang

(20)

commit to user

C. Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana

suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu

sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut

sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by

which an innovation is communicated through certain channels over time

among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi

adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan

penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah

Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its

source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4

(empat) elemen pokok, yaitu:

a. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif

menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap

baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’

dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

b. Saluran komunikasi; alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari

sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber

paling tidakperlu memperhatikan: (i) tujuan diadakannya komunikasi; dan

(ii) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk

memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar

luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah

media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap

atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang

paling tepat adalah saluran interpersonal.

c. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui

sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan

terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling

(21)

commit to user

inovasi; (ii) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat

dalammenerima inovasi; dan (iii) kecepatan pengadopsian inovasi dalam

sistem sosial.

d. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat

dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai

tujuan bersama

D. Prima Tani

Prima Tani merupakan Program Rintisan dan Akselerasi

Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara

partisipatif oleh semua pemangku kepentingan ( stakeholder) pembangunan

pertanian, dalam bentuk laboratorium agribisnis (Deptan, 2006)

Prima Tani dilaksanakan dengan empat strategi, yaitu:

a. Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif berdasarkan

paradigma penelitian untuk pembangunan.

b. Membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis

teknologi inovatif yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan

dengan sistem agribisnis.

c. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi

inovatif melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi,

advokasi serta fasilitasi.

d. Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah

agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.

Tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat diseminasi dan

adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang

Pertanian, serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik

teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi. Umpan balik ini

merupakan informasi esensial dalam rangka mewujudkan dan memperbaiki

penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan pengguna (Deptan,

(22)

commit to user

Sebagai modus diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan,

Prima Tani bertujuan untuk:

a. Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan

sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif.

b. Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar,

prototipe alat/mesin pertanian, model usaha pascapanen skala komersial)

secara luas dan desentralistis.

c. Menyediakan informasi, konsultasi, dan sekolah lapang untuk pemecahan

masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para praktisi agribisnis.

d. Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah

setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan

sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir

secara mandiri.

(Deptan, 2006)

Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis

Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi

(SUID), yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani

berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan.

Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan padu padan

antarsubsistem, yang berbasis agroekosistem, dan mempunyai kandungan

teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan (Deptan, 2006)

Keragaan yang dapat dilihat di lokasi AIP di antaranya adalah:

a. Sebagian besar produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan mutu

termasuk konsistensinya dan dalam jumlah cukup.

b. Sebagian besar petani mengadopsi teknologi yang diimplementasikan.

c. Munculnya beberapa petani progresif sebagai agen pembaharuan

pertanian.

d. Sebagian besar petani menikmati nilai tambah secara proporsional.

e. Sebagian besar petani berkembang usahanya yang dapat dilihat dari

kemampuan memupuk modal untuk pembiayaan operasional, tabungan,

(23)

commit to user

f. Sebagian besar petani mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah

fluktuasi harga hasil usahataninya.

g. Hasil pertanian mempunyai daya saing tinggi di pasar lokal maupun

internasional

(Deptan, 2006)

Prima Tani sebagai instrumen program pembangunan pertanian akan

memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatnya muatan inovasi baru dalam sistem dan usaha agribisnis.

b. Meningkatnya efisiensi sistem produksi, perdagangan, dan konsumsi

komoditas pertanian Indonesia.

c. Meningkatnya akuntabilitas Departemen Pertanian dalam pembangunan

pertanian melalui percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi serta

kelembagaan pertanian.

(Deptan, 2006)

Pengembangan agribisnis diarahkan untuk melakukan proses

transformasi struktur agribisnis dari pola dispersal menjadi pola industrial.

Dalam agribisnis pola industrial, setiap perusahaan agribisnis tidak lagi berdiri

sendiri atau bergabung dalam asosiasi horizontal. Setiap perusahaan

memadukan diri dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dalam

seluruh bidang usaha yang ada pada satu alur produk vertikal (dari hulu

hingga hilir) dalam satu kelompok usaha yang selanjutnya disebut sebagai unit

Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) (Deptan, 2006).

AIP merupakan model inovasi agribisnis yang digunakan dalam Prima

Tani, dengan karakteristik utama sebagai berikut:

a. Lengkap secara fungsional. Seluruh fungsi yang diperlukan dalam

menghasilkan, mengolah, dan memasarkan produk pertanian hingga ke

konsumen akhir (alur produk vertikal) dapat dipenuhi.

b. Satu kesatuan tindak. Seluruh komponen atau anggota melaksanakan

(24)

commit to user

c. Ikatan langsung secara institusional. Hubungan di antara seluruh

komponen atau anggota terjalin langsung melalui ikatan institusional

(nonpasar).

Prima Tani diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu desa atau

laboratorium agribisnis, dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu

agroekosistem, agribisnis, wilayah, kelembagaan, dan pemberdayaan

masyarakat. Penggunaan pendekatan agroekosistem berarti Prima Tani

diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi

bio-fisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah komoditas,

dan komoditas dominan. Pendekatan agribisnis berarti dalam implementasi

Prima Tani diperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input,

usahatani, pasca panen, pemasaran, dan penunjang dalam satu sistem.

Pendekatan wilayah berarti optimasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam

satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat

menjadi perhatian utama sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai

pendukung, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk mengatasi risiko

ekonomi akibat fluktuasi harga. Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan

Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu

organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output,

tetapi juga mencakup modal sosial, norma, dan aturan yang berlaku di lokasi

Prima Tani. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya

penumbuhan kemandirian petani dalam memanfaatkan potensi sumber daya

pedesaan (Deptan, 2006).

Resultan dari kelima pendekatan di atas adalah terciptanya suatu model

pengembangan pertanian dan pedesaan dalam bentuk unit Agribisnis

Industrial Pedesaan dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi di

lokasi Prima Tani yang berkelangsungan (Deptan, 2006).

E. Prima Tani Sukoharjo

Tahun 2007 merupakan tahun pertama pelaksanaan kegiatan Prima Tani

(25)

commit to user

Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan pada lahan sawah intensif di Desa Palur,

Kecamatan Mojolaban. Implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan

dilakukan secara partisipatif. (anonim, 2009)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007 meliputi:

a. pengembangan sumberdaya manusia pelaku agribisnis melalui pelatihan,

dan studi banding,

b. revitalisasi kelembagaan dan pembinaan usaha/kelompok usaha agribisnis,

c. inisiasi pembentukan Klinik Agribisnis

d. introduksi usahatani integrasi padi ternak penggemukan sapi potong sistem

kandang komunal,

e. introduksi pengelolaan limbah peternakan: pembuatan pupuk organik dari

kotoran dan urin ternak, dan

f. pembuatan unit percontohan kandang sapi komunal, tempat pengelolaan

jerami dan penyimpanan jerami fermentasi, tempat pengelolaan kotoran

dan urine sapi dan penyimpanan pupuk organik.

(anonim, 2009)

Hasil implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan di lokasi Prima

Tani Lahan Sawah Intensif Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten

Sukoharjo (Prima Tani Kabupaten Sukoharjo) pada tahun 2007 sebagai

berikut:

a. Terbentuknya kelompok/unit usahatani padi terpadu pada kelompok tani

Marsudi Kromo Boga, beranggotakan 20 orang. Unit usahatani ini

dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris dan seorang

bendahara, serta 6 ketua seksi :

1) seksi usahatani perbenihan,

2) seksi usahatani padi,

3) seksi usaha penyediaan air irigasi,

4) seksi usahatani penggemukan sapi,

5) seksi pengolahan limbah, dan

6) seksi usaha pemasaran hasil pertanian.

(26)

commit to user

1) sumber informasi/perpustakaan sederhana,

2) tempat pertemuan kelompok tani,

3) tempat penyebarluasan inovasi teknologi,

4) tempat diskusi para pengunjung/tamu, dan

5) tempat layanan teknologi dan konsultasi. Klinik tersebut dilengkapi

peragaan inovasi pertanian berupa informasi inovasi teknologi

pengelolaan sumberdaya lahan, budidaya komoditas unggulan Prima

Tani, pasca panen dan pengolahan limbah dalam bentuk leaflet, warta,

brosur, poster, komik, VCD dan realia seperti benih padi VUB, dan

dekomposer orgadec.

c. Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan petani

tentang inovasi teknologi dan kelembagan yang diimplementasikan telah

dilaksanakan pelatihan PTT, studi banding tentang

1) penggemukan sapi ke Soropadan Agro Expo III di Kabupaten

Temanggung, Prima Tani Kabupaten Magelang, dan kelompok tani

Kabupaten Sragen,

2) pengelolaan limbah pertanian dan peternakan ke Soropadan Agro Expo

III di Kabupaten Temanggung, Prima Tani Kabupaten Magelang, dan

kelompok tani Kabupaten Sragen, dan

3) budidaya tanaman hias ke Prima Tani Kabupaten Magelang, Kopeng

dan Ungaran Kabupaten Semarang.

d. Terbentuk unit percontohan usahatani integrasi padi ternak sapi dengan

pendekatan system Zero Waste pada kelompok tani Marsudi Kromo Boga

terdiri dari unit usahatani:

1) Budidaya tanaman padi dengan pendekatan PTT untuk menghasilkan

gabah untuk konsumsi dan benih padi varietas unggul baru dalam

suatu kawasan/hamparan dengan pengelolaan dilakukan oleh

masing-masing petani pemilik,

2) Penggemukan sapi potong sistem kandang komunal dengan

pengelolaan dilakukan oleh masing-masing petani pemilik sapi

(27)

commit to user

3) Pengelolaan limbah pertanian dan peternakan dengan pengelolaan

dilakukan secara kelompok, masing-masing satu unit.

e. Penggunaan inovasi teknologi padi varietas unggul baru (Mekongga,

Cigeulis, Cibogo, Sunggal dan Pepe bersama penerapan pendekatan PTT

dapat meningkatkan produktivitas 13,12 persen dari produktivitas IR64

yang biasa digunakan petani.

f. Unit percontohan perbenihan padi telah dihasikan benih padi kelas SS

varietas Cigeulis 1,600 ton, Sunggal 2,750 ton dan Mekongga 11,000 ton

(anonim, 2009)

Hambatan/kendala yang dihadapi dalam implementasi inovasi

teknologi dan kelembagaan pada tahun 2007 antara lain:

a. Pemberdayaan petani merupakan proses yang memerlukan waktu yang

cukup lama karena memerlukan perubahan pola pikir dan perilaku

serta rasa percaya diri dan kemandirian petani, sehingga proses difusi

dan adopsi inovasi relatif lama.

b. Keadaan dilapangan sering tidak dapat dikompromikan dengan sistem

siklus anggaran dan pencairan dana baik APBN (BPTP Jawa Tengah),

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten terlambat dan tidak sesuai

dengan yang direncanakan sehingga menggangu suatu proses kegiatan

yang sedang berjalan.

c. Adanya serangan hama dan penyakit padi terutama keong mas,

penggerek batang, dan tikus

d. Pada musim kemarau (MT III), air irigasi tidak mencukupi sehingga

terjadi kekurangan air mengakibatkan produktivitas padi rendah.

Rencana tindak lanjut kegiatan Prima Tani Kabupaten Sukoharjo tahun

2008 mengacu pada Road Map dan Rancang Bangun Laboratorium

Agribisnis, yaitu memantapkan dan mengembangkan inovasi teknologi dan

kelembagaan yang telah diimplementasikan pada tahun 2007 serta

mengintroduksikan inovasi teknologi dan kelembagaan yang belum

(28)

commit to user

F. Evaluasi

Menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana

untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument

dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan

(Thoha, 1991).

Kata “evaluasi”, menurut Hornby dan Parnwell (totok

Mardikanto,1993), dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai istilah

dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai

suatu objek keadaan, peristiwa tertentu yang sedang diamati. Andre Steinmetz

(Madaus dkk,1986) menyatakan bahwa kata evaluasi digunakan untuk berbagi

perbedaan kegiatan dan tujuan. Selanjutnya, Frutchey (dalam Totok

Mardikanto,1993) mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi mancakup

kegiatan: observasi (pengamatan), membanding-bandingkan antara hasil

pengamatan dengan pedoman-pedoman yang ada, dan pengambilan keputusan

atau penilaian atas objek yang diamati.

Stufflebeam,dkk (1971) Mendefinisikan evaluais sebagai “the process

of deliating, obtaining, and providing useful information for judging decision

alternatives, artinya “evaluasi merupakan proses menggambarkan,

memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan

suatu alternatif keputusan”.

Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan

proses yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek

serta konsekuensinya ditentukan sistematis dan seobjektif mungkin. Data ini

digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti

dalam perencanaan program, pengambilan keputusan dan pelaksanaan

program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluh yang efektif (Van De Ban,

1999).

Evaluasi pembangunan adalah suatu kegiatan untuk menilai tingkat

pencapaian tujuan program pembangunan, dengan memberi informasi yang

valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja pembangunan; memberi

(29)

commit to user

pemilihan tujuan dan target; memberi sumbangan pada aplikasi metode

analisis lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi (Teguh,

2008).

Menurut Wulan dalam Arikunto (1999), Evaluasi program adalah suatu

rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan

program

Menurut Worthen dan Sanders (1979) dalam Djunaidi (2008). Evaluasi

adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut

dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif

prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam

kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan

seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan

menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya

semula.

Feurstein (Isbandi Rukminto Adi,2001) menyatakan adanya 10 alasan

mengapa suatu evaluasi perlu dikatakan. Meskipun demikian, tidak semua

alasan selalu muncul pada setiap kasus pengevaluasian. Akan tetapi,

kesepuluh alasan inilah yang paling sering mucul dan menjadi alasan mengapa

suatu evaluasi dilakukan. Kesepuluh alasan tersebut yaitu: (a) untuk melihat

apa yang sudah dicapai; (b) melihat kemajuan dikaitkan dengan tujuan

program; (c) meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih

baik; (d) melihat apakah suatu usaha sudah dilakukan secara efektif; (f)melihat

apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal; (g) mengumpulkan

informasi untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih

baik; (h) berbagi pengalaman; (i) meningkatkan keefektifan; dan (j)

memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik karena memberikan

kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas

fungsional dan komunitas lokal.

Selaras dengan itu Stufflebeam (Mardikanto, 1993) berpendapat bahwa

pada dasarnya tujuan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh

(30)

commit to user

untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan yang telah dicapai

dengan keadaan yang dikehendaki (seharusnya dapat dicapai). Sehingga akan

dapat diketahui tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan yang telah

dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat segera diambil langkah-langkah guna

meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan seperti yang

dikehendaki.

Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi

ini dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan

(progam, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai

untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi

hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu progam,

perbaikan progam, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah

pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat ( Farida, 2000).

Menurut Mardikanto (2005), Pokok-pokok yang terkandung dalam

pengertian evaluasi adalah:

a. Kegiatan pengamatan dan analisis terhadap suatu keadaan, peristiwa,

gejala alam atau sesuatu obyek

b. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengalaman atau

pengtahuan yang kita miliki atau ketahui

c. Melakukan penilaian atas segala sesuatu yang diamati berdasarkan hasil

perbandingan atau pengukuran yang kita lakukan

Menurut Stufflebeam (1967) dalam Tayibnapis (2000) evaluasi dibagi

menjadi empat macam, yaitu :

a. Context evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini

membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan

dicapai oleh progam dan merumuskan tujuan progam.

b. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur

keputusan, menentukkan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang

diambil, apa yang direncanakan dan strategi untuk mencapai kebutuhan.

c. Procces evaluation, to serve implementing decision.Evaluasi proses untuk

(31)

commit to user

telah diterapkan? apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut

terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.

d. Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk

menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang

dilakukan setelah progam berjalan?

Menurut Fuddin (2009). Model CIPP merupakan model yang

berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam

empat macam, yaitu :

a. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan yaitu membantu

merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan

dicapai dan merumuskan tujuan program.

b. Evaluasi masukan untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong mengatur

keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif

yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta

prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

c. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi yaitu membantu

keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.

d. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan. Keunggulan model

CIPP merupakan system kerja yang dinamis.

Ada banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi

program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa

perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum model-model

tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek

yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan.

Worthen & Sanders mengistilahkan dengan pendekatan evaluasi

(evaluation approach). Menurutnya, ada enam pendekatan evaluasi, yaitu:

objectives oriented, management oriented, consumer oriented, expertise

oriented, adversary oriented, dan naturalistic and participant oriented.

Menurut Djunaidi (2009), Model-model dalam evaluasi ini dapat

(32)

commit to user

a. Goal oriented Evaluation

Dalam model ini, seorang evaluator secara terus menerus melakukan

pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang

terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program

serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah

satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang

dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang adanya

kesenjangan (Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa

yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.

b. Decision Oriented Evaluation

Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa

informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan

untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi

CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh

model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling

sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi

sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari

Context, Input, Process dan Product. Evaluasi konteks (context evaluation)

merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan

(rationale) dalam penentuan tujuan (Baline R. Worthern & James R

Sanders : 1979) Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi

konteks ini adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap

lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal). Evaluasi input (input

evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi

untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia

dalam mencapai tujuan program. Evaluasi proses (process evaluation)

diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah

dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka

dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback)

bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut.

(33)

commit to user

model CIPP. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan

capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan

perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam proses ini, evaluasi produk

menyediakan informasi apakah program itu akan dilanjutkan, dimodifikasi

kembali atau bahkanakandihentikan.

c. Transactional Evaluation

Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program

dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program

tersebut.

d. Evaluation Research

Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan

kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari

solusi-solusi terkait dengan strategi instruksional.

e. Goal Free Evaluation

Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini yakni Goal Free

Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan

program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus

diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan

jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama

pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negative

f. Adversary Evaluation

Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu.

demikian juga dengan evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 13) ada

dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih

difokuskan pada masing-masing komponen (Djunaidi, 2009).

Jadi evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang

untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan

program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh

(34)

commit to user

Model evaluasi program yang lain adalah model CIPP yang

dikembangkan oleh Stufflebeam. Asumsi dasar dari model ini, bahwa tujuan

evaluasi adalah untuk mengembangkan program, seperti yang diungkapkan

Stufflebeam (1981)”The CIPP approach is based on the view that the most

important purpose of evaluation is not prove but improve”. CIPP sendiri

merupakan singkatan dari Huruf awal empat buahkata yaitu context, input,

prosess dan product yang menjadi sasaran evaluasi dan tidak lain adalah

komponen dari proses yang memandang program yang dievaluasi sebagai

sistem.

a. Evaluasi konteks (Context evaluation)

Orientasi evaluasi konteks adalah untuk mengidentifikasi kekuatan

dan kelemahan objek, misalnya lembaga, program, popolasi sasaran atau

imdividu untuk arahan perbaikan (Stufflebearn,1986). Berbagai aspek

yang perlu dikaji meliputi : (1) letak geografis dan kondisi fisik daerah

lokasi program; (2) Kondisi masyarakat umumnya seperti jumlah

penduduk (laki-laki, perempuan, pemuda, anak-anak, balita). Umur

perkawinan, tingkat pendidikan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan

lainnya; (3) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan karakteristiknya,

antara lain jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan gambaran kondisi

kehidupan yang tercermin dari kondisi rumah dan pemilikan benda

lainnya; (4) Kondisi sosial budaya dan karakteristiknya misalnya agama

dan kondisi ketaatannya, tradisi sosialbudaya/adat dan kepercayaan,

polakepemimpinan, pola pergaulan (interaksi sosial), hubungan

kekeluargaan, hubungan pergaulan laki-laki danperempuan, pemanfaatan

waktu luang siang dan malam hari, pola pendidikan keluarga, organisasi

kemasyarakatan yang ada, mekanisme kegiatan dan tingkat interaksi

dengan masyarakat luar daerah; (5) Kondisi kesehatan meliputi berbagai

jenis penyakit yang dijumpai di masyarakat terhadap kesehatan secara

umum, pola pengobatan yang lebih banyak diyakini masyarakat

(tradisi-modern), tingkat pemanfaatan fasilitas bagi masyarakat; (6) Kebutuhan

(35)

commit to user

b. Evaluasi input (Input Evaluation)

Orentasi evaluasi input adalah untuk menentukan program dalam

rangka menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan untuk berubah

(stufflebeam,1986). Kajian ini mencoba memahami lingkungan sasaran

termasuk di dalammya hambatan, rintangan dan sumber daya yang

tersedia yang dibutuhkan dalam proses pelaksnaan program. Dengan

demikian, evaluasi input merupakan usaha yang dilakukan untuk

menyajikan beragam hal baik fisik maupun non fisik yang menjadi dasar

dan kelengkapan untuk terselenggaranya proses yang lancar dan

mekanisme kerja program bagi tercapainnya tujuan. Beragam input yang

disediakan antara lain pembentukan organisasi pendukung proses kegiatan

program; jenis pelatihan/pendidikan ketramplan, sikap dan pengetahuan,

serta pola dan strategi penyampaiannya, bahan latihan dan fasilitas fisik

dan dana yang disediakan bagi masyarakat dan mekanismenya

(Sutopo,2003)

c. Evaluasi Proses (Prosess Evaluation)

Pada dasranya, evaluasi merupakan pengecekan terus-menerus

terhadap implementasi pernecanaan program. Beberapa tujuan evaluasi

proses adalah; (1) Memberikan umpan balik (Feedback) apakah

pengembangan kegiatan program sesuai dengan jadwal, apakah

dilaksanakan berdasarkan rencana yang sudah dibuat dan apakah

menggunakan sumber daya yang tersendia secara efektif; (2) Memberi

arahan untuk melakukan modifikasi perncanaan sesuai kebutuhan, karena

tidak semua aspek perncanaan dapat diterapkan dalam pengembangan

program dan karena bebrapa keputusan sebelumnya ternyata tidak sesuai

dengan kondisi yang ada; (3) Menilai capaian program yang diterima dan

dapat dilaksanakan partisipan secara periodik; (4) Memberikan catatan

yang lengkap tentang program yang benar-benar dilaksanakan dan

bagaimana bila dibandingkandengan harapan partisipan

(36)

commit to user

Evaluasi proses mengambarkan recana program dan evaluasi

sebelumnya yang menjadi landasan untuk menidentifikasi aspek-aspek

penting suatu program yang seharusnya dipantau. Beberapa hal yang harus

diidntifikasi dalam evaluasi proses antara lain struktur organisasi dan

mekanisme kerjanya; bentuk kegiatan, sasaran utama, partisipasi

masyarakat, bentuk, jenis dan mekanismenya; kelancaran berbagai yang

telah dilakukan; pemanfaatan berbagai fasilitas yang disediakan; dan

kegiatan kerjasama antar lembaga yang ada (Sutopo,2003)

d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Maksud evaluas produk adalah mengukur, menginterpretasikan dan

menilai capaian program dan tujuan utamanya adalah untuk memastikan

apakah kegiatan program dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

kelompok sasaran. Evaluasi produk melihat dampak program secara luas

termasuk dampak yang diharapkan dan tidak diharapkan dan hasil positif

maupun negatif (Stufflebeam,1986) dengan demikian kita dapat

mengetahui tingkat efektifitas suatu kegiatan program. Menurut

(Sutopo,2003) gambaran hasil ini antara lain: (1) Output, misalnya;

peningkatan jumlah warga sebagai peserta program; tingkat penurunan

penyakit yang menjadi sasaran program; (2) Product, misalnya:

berkembangnya kesadaran dan lingkungan fisik maupun sosial, sikap dan

prilaku hubungan seksual dan pergaulan yang berubag ke arah yang lebih

baik dan aman, persepsi positif atau pun negatif warga masyarakat dan

sasaran sertapelaksana program pana perjalanan program selama ini; (3)

Outcome, misalnya: manfaat yang bisa diperoleh dari berkembangnya

persepsi positif, kesadaran dan sikap warga masyarakat, kemungkinan

pengaruhnya pada masyarakat di luar program.

Selanjutnya (Sutopo,2003) juga manyampaikan bahwa semua bagian

faktor yang meliputi context dengan kekhususan karakteristik baik

masyarakatnya maupun kondisi fisik daerah di mana program dilaksanakan,

input yang berupa fasilitas ataupun ketrampilan yang diperlukan bagi

terselenggaranya program, prosess yang berkaitan dengan kualitas hasil yang

(37)

commit to user

sangat menentukan keberhasilan program. Bagian-bagian tersebut saling

mempengaruhi, saling membentuj dan menentukan, yang terpadu menjalin

kesatuan yang utuh dan membangun kualitas dengan maknanya yang

menyeluruh. CIPP ini akan mampu mendeskripsikan semua unsur yang

berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan kelemahannya, proses

kegiatan program, pencapaian tujuan, kesenjangan dan keterpaduan antar

unsurnya.

G. Kerangka Berpikir

Keberaadaan kelembagaan penyuluhan pertanian yang lemah beberapa

tahun terakhir ini, menyebabkan lambatnya proses difusi hasil inovasi dan

teknologi dari lembaga penelitian. Atas dasar itu Badan Litbang Pertanian

mengitroduksikan Pengembangan model Prima Tani (Program Rintisan dan

Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) Prima Tani

merupakan suatu pengkajian model atau konsep baru diseminasi teknologi

pertanian yang diharapkan dapat mempercepat penyampaian informasi

teknologi pertanian dan bahan dasar teknologi baru kepada pengguna. Prima

Tani juga merupakan wahana pengkajian partisipatif dan merupakan kegiatan

terencana dan dilaksanakan secara sistematis untuk mewujudkan pengkajian

dan pengembangan berorientasi konsumen/pengguna, sehingga perlu

dilakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program

yang telah dilaksanakan.

Salah satu model evaluasi yang bisa diaplikasikan dalam program ini

adalah evaluasi dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model

evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh

para evaluator, oleh karena itu uraian yang diberikan relatif panjang

dibandingkan dengan model-model lainnya. Model CIPP ini dikembangkan

oleh Stufflebeam dan kawan-kawan (1976) di Ohio State University. CIPP

yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi

terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan

(38)

commit to user

dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak

lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan

kata lain, CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang

di evaluasi sebagai sebuah sistem (Arikunto, S dan Cepi Safrudin A.J, 2004).

Berbagai hal yang perlu dikaji pada evaluasi dengan model CIPP antara

lain, context meliputi beragam hal mengenai kondisi masyarakat, kondisi

sosial ekonomi masyarakat dan kondisi sosial budayanya. Input meliputi

beragam hal yaitu fasilitas dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan

program. Process meliputi survey lokasi dan Implementasi Inovasi Teknologi,

dan product meliputi beragam hal antara lain peningkatan Percontohan sitem

Agribisnis, Pengadaan sistem teknologi dasar, Menyediakan informasi,

konsultasi, dan sekolah lapang bagi petani sehingga keluaran akhir dari Prima

Tani akan terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem

Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID)

Evaluasi dengan model CIPP ini akan mampu mendeskripsikan semua

unsur yang berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan

kelemahannya, proses kegiatan program, kesenjangan dan keterpaduan antar

unsurnya, sehingga mampu menghasilkan saran yang bermanfaat bagi

perbaikan dan pengembangan program (Yayasan Indonesia Sejahtera , 1999).

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berfikirnya adalah sebagai

(39)

commit to user

Gambar 1.Skema kerangka berpikir evaluasi progam Prima Tani model CIPP

(contex, input, procces dan product) di Desa Palur Kecamatan

Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Evaluasi Program

Prima Tani dengan Model CIPP

Context

1. Kondisi Geografis

2. Kondisi Masyarakat

3. Kondisi sosial dan budaya

4. Kondisi Pertanian dan

peternakan

Input 1. Fasilitas 2. Dana

3. Inovasi Teknologi

Process

1. Penguatan

kapasitas individu, kelompok dan kelembagaan

Product

a Output

b Product

c Outcome

Lambatnya Diseminasi Inovasi

Program Prima Tani

Tujuan Prima Tani

a Percontohan sitem Agribisnis

b Pengadaan sistem teknologi dasar

c Menyediakan informasi, konsultasi,

dan sekolah lapang bagi petani

Terbentuknya Unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) Dan Sistem Usahatani Intensifikasi Dan

[image:39.595.128.549.99.670.2]
(40)

commit to user

H. Dimensi Penelitian

1. Kontek (Context)

a. Kondisi Geografis merupakan keadaan geografis lokasi pelaksanaan

program prima tani

b. Kondisi masyarakat meliputi umur dan pendidikan formal, jumlah

penduduk, mata pencaharian, sarana dan prasarana, sarana

perekonomian dan sarana transportasi dan telekomunikasi

c. Kondisi sosial dan budaya masyarakat meliputi bentuk kelembagaan

dalam masyarakat dan adat atau kebiasaan yang masih dilakukan oleh

masyarakat.

d. Kondisi Pertanian dan peternakan merupakan keadaan yang meliputi

teknologi yang digunakan dalam usaha tani sebelum adanya Program

Prima Tani

2. Input

a. Fasilitas yaitu sarana yang diberikan untuk menunjang kegiatan

Program Prima.

b. Dana, yaitu sejumlah biaya yang akan digunakan dalam pelaksanaan

progam Prima Tani

c. Inovasi Teknologi merupakan bentuk teknologi yang diberikan dalam

program Prima Tani

3. Proses

a. Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan indiividu,

kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan

melaksanakan program.

4. Produk

a. Output Yaitu adanya keluaran (output) pelaksanaan program prima tani

berupa hasil yang dapat terukur.

b. Product Yaitu adanya hasil (Product) berupa peningkatan kemampuan

pelaku program prima tani dalam melaksanakan kegiatan program dan

menunjang keberlanjutan program

Gambar

Tabel 4.25 Evaluasi Produk Program Prima Tani Berdasarkan Produk Yang
Gambar 2. Bagan Triangulasi Data Sumber ...................................................
Gambar 1.Skema kerangka berpikir evaluasi progam Prima Tani model CIPP (contex, input, procces dan product) di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
gambar di bawah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Masyarakat Desa dalam mengelola kegiatan dan keuangan harus sesuai dengan aturan atau prosedur yang berlaku.. Jika terjadi manipulasi atau korupsi, maka pemerintah desa

Primipara atau melahirkan anak pertama saat usia >35 tahun juga lebih banyak memiliki resiko gangguan emosional, hal ini disebabkan karena ibu usia >35

© Aksi Edit Hapus Deskripsi Roduk xxxxx Warna xxxxx Ukuran xx Kategori xxxx Harga xxxxx Stock xx Gambar xxxxx Nama Produk xxxxx Kode Produk xxxxx No x Tambah [+] Produk ADMIN

Manfaat penelitan ini bagi mahasiswa adalah melatih kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh departemen Teknik Industri FT-USU dalam menghasilkan para

Sedangkan perekonomian, perekonomian periode sebelumnya, jumlah uang berdar dan jumlah uang beredar periode sebelumnya secara parsial berpengaruh tidak signifikan

Apabila transisi antar mode dalam sistem hibrid dimodelkan dengan rantai Markov yang memiliki dua state seperti pada Gambar 1, maka α menandai probabilitas transisi dari mode 1

Dalam memilih starting line up pelatih akan mempunyai pertimbangan yang luas artinya pertimbangan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, dalam merancang sistem

*ntuk bengkel mobil, bank dapat memberikan kredit in(estasi untuk  membangun bengkel beserta peralatannya. #al ini penting mengingat industri  bengkel termasuk