commit to user
PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE
EKSPERIMEN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama: Pendidikan Kimia
Oleh: ARIS SUTAKA
S831002007
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
iii
commit to user
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Aris Sutaka
NIM : S 831002007
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Penggunaan
Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode
Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus
Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester
Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini di beri tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, April 2011 Yang membuat pernyataan
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Penggunaan Laboratorium Riil dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011) “. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan tesis ini penulis tidak dapat berkerja sendiri tanpa bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku pembimbing dan Ketua Program Studi
Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan..
3. Prof. Dr. H. Ashadi, sebagai pembimbing I penyusunan tesis atas bimbingan dan arahannya dalam menyusunan tesis ini.
commit to user
vi
5. Dosen Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
6. Semua staf administrasi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah melayani semua kebutuhan administrasi.
7. Drs. Widiyarto, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Klaten yang telah memberi ijin belajar dan tempat dalam penelitian ini
8. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Purwokerto, yang telah memberikan tempat untuk
melaksanakan uji coba instrument penelitian.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung sehingga semua berjalan lancar hingga selesai penulisan tesis ini.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin menyusun tesis ini tetapi sebagai insan biasa yang tak luput dari kekurangan maka apabila masih ada kesalahan dan kekurangan dalam tesis ini, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Penulis selalu terbuka jika ada kritik dan saran dalam tulisan ini.
Surakarta, April 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ………... iii
PERNYATAAN……….. iv
KATA PENGANTAR………. v
MOTO DAN PERSEMBAHAN……….. vii
DAFTAR ISI ……….. viii
DAFTAR TABEL………... xii
DAFTAR GAMBAR……….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK……….... xvii
ABSTRACT………...………. xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ... 12
A. Kajian Teori ... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
3. Media Pembelajaran ... 21
4. Metode Eksperimen……….. 25
5. Penerapan Laboratorium Riil……… 26
6. Penerapan Laboratorium Virtuil……… 27
7. Gaya Belajar………. 28
8. Sikap Ilmiah ... 31
9. Prestasi Belajar………. 33
10. Materi Pembelajaran IPA……… 37
B. Penelitian yang Relevan ... 47
C. Kerangka Berpikir ... 50
D. Hipotesis ... 55
BAB III METODE PENELITIAN ... 57
A. Tempat danWaktu Penelitian ... 57
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan sampel ... 57
1. Populasi Penelitiaan... 57
2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling... 58
C. Rancangan dan Variabel Penelitian ... 59
1. Rancangan Penelitian... 59
2. Variabel Penelitian... 60
D. Definisi Operasional Variabel ... 60
E. Teknik Pengumpulan Data ... 62
1. Teknik Dokumentasi... 63
2. Teknik Angket... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
G. Uji Coba Inatrumen... 65
1. Uji Validitas... 66
2. Uji Reliabilitas... 69
3. Analisis Daya Pembeda... 72
4. Analisis Tingkat Kesukaran ...74
H. Teknik Analisis Data... 75
1.Uji Prasyarat Analisis... 76
2. Uji Hipotesis... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 82
A. Deskripsi Data... 82
1. Data Gaya Belajar Siswa... 82
2. Data Sikap Ilmiah Siswa... 83
3. Data Prestasi Belajar Kimia... 84
B. Pengujian Prasyarat Analisis... 88
1. Uji Normalitas... 89
2. Uji Homogenitas... 91
C. Pengujian Hipotesis... 92
1. Analisis Variansi Prestasi Kognitif... 92
2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan... 96
D. Pembahasan Hasil Analisis Data... 102
1. Hipotesis Pertama... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
4. Hipotesis Keempat... 104
5. Hipotesis Kelima... 105
6. Hipotesis Keenam... 105
7. Hipotesis Ketujuh... 106
E. Keterbatasan Penelitian... 110
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 111
A. Kesimpulan... 111
B. Implikasi... 116
1. Implikasi Teoritis... 116
2. Implikasi Praktis... 117
C. Saran-Saran... 117
DAFTAR PUSTAKA... 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian………. 57
3.2. Data Populasi Penelitian………. 58
3.3. Rancangan Penelitian……….. 59
3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ……… 68
3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen……… 72
3.6. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes……..………..…… 73
3.7. Distribusi Tingkat kesukaran instrument Tes……….. 75
3.8. Data Penelitian Prestasi Kognitif………. 78
3.9. Data Penelitian Prestasi Afektif……… 79
4.1 Jumlah Siswa dengan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik ………... 82
4.2 Deskripsi Data Sikap Ilmiah Siswa..……….. 83
4.3 Jumlah Siswa dengan Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah……… 83
4.4 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa………... 85
4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Riil……… 85
4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Virtuil………... 86
4.7 Deskripsi Data Prestasi Afektif Siswa……….. 87
4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Riil ……..…………... 87
4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Virtuil………... 87
4.10 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media Pembelajaran, Gaya belajar, Dan Sikap Ilmiah……… 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas……… 92
4.14 Ringkasan Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif……….. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
2.2 Grafik Laju Reaksi Orde Nol……….. 41
2.3 Grafik Laju Reaksi Orde Satu……… 42
2.4 Grafik Laju Reaksi Orde Dua……… 42
4.1 Histogram Prestasi Kognitif Siswa Laboratorium Riil………. 85
4.2 Histogram Prestasi Kognitif Siswa Laboratorium Virtuil……… 86
4.3 Histogram Prestasi Afektif Siswa Laboratorium Riil………. 87
4.4 Histogram Prestasi Afektif Siswa Laboratorium Virtuil……… 88
4.5 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Kognitif…….. 97
4.6 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Kognitif ……… 98
4.7 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Kognitif………..……… 99
4.8 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Gaya Belajar dengan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Kognitif………..……… 100
4.9 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Afektif ………. 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
Silabus ... 122
Rencana Program Pengajaran (RPP)... 125
Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar………... 134
Angket Gaya Belajar……….. 135
Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 137
Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 144
Kisi-Kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif ... 151
Angket Prestasi Ranah Afektif ... 155
Kisi-Kisi Soal Laju Reaksi………... 157
Tes Prestasi Laju Reaksi……….. 160
Angket Gaya Belajar……… 173
Angket Sikap Ilmiah……… 175
Angket Prestasi Ranah Afektif……… 182
Tes Prestasi Belajar Laju Reaksi………. 184
Rekap Analisis Butir Soal Gaya Belajar……… 197
Rekap Analisis Butir Soal Sikap Ilmiah ... 198
Rekap Analisis Butir Soal afektif... 200
Rekap Analisis Butir Soal Kognitif ... 201
Gaya Belajar Lab. Riil ... 202
Gaya Belajar Lab. Virtuil……… 203
Skor Data Sikap Ilmiah……….. 204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
Uji Homogenitas Data Prestasi Afektif ... 224
Uji Anava Tiga Jalan Kognitif ... 226
Uji Lanjut Anava Tiga Jalan ... 227
Uji Anava Tiga Jalan Afektif ... 229
Uji Lanjut Anava Tiga Jalan ... 230
Foto………. 231
commit to user
xvii
ABSTRAK
Aris Sutaka, S831002007, 2010. “Penggunaan Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa”. (Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pembimbing I, Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II, Drs. Haryono, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa, (2) pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa, (3) pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa, (4) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa (5) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Kelas pertama menggunakan laboratorium riil, kelas kedua menggunakan laboratorium virtuil. Populasi kelas XI sebanyak delapan kelas. Sampel diambil dengan menggunakan
cluster random sampling. Data diambil dengan menggunakan tes untuk prestasi
kognitif, dengan angket untuk penilaian afektif, gaya belajar dan sikap ilmiah kemudian hipotesis diuji dengan menggunakan anava tiga jalan 2x2x2.
Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan: (1) prestasi kognitif siswa dengan menggunakan laboratorium virtuil lebih baik daripada menggunakan laboratorium riil, (2) ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa, (3) tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa, (4) tidak ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, (5) ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (6) ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (7) tidak ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu pendidikan tidak terlepas dari keberhasilan dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswa. Mengajar dilakukan oleh guru
sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik.
Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru, dilaksanakan untuk
mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran.
Pada tahun pelajaran 2010/2011, SMA Negeri 1 Klaten mempunyai
jumlah siswa sebanyak 953 yang terbagi dalam 30 kelas. Kelas X sebanyak
sepuluh kelas; kelas XI sebanyak sepuluh kelas, yang terdiri dari delapan kelas
program IPA dan dua kelas program IPS; serta kelas XII sebanyak sepuluh kelas,
yang terdiri dari delapan kelas program IPA dan dua kelas program IPS. Dari
jumlah kelas yang cukup banyak tersebut maka diperlukan fasilitas yang dapat
mencukupi kebutuhan seluruh siswa untuk menunjang proses pembelajaran IPA,
khususnya kimia. Kebutuhan fasilitas untuk mendukung proses pembelajaran
kimia yang dimaksud adalah kebutuhan akan peralatan dan bahan untuk
commit to user
menunjukkan bahwa sekolah ini hanya memiliki satu bangunan laboratorium
kimia dan peralatan laboratorium yang kurang lengkap. Ditinjau dari
perbandingan jumlah siswa dengan jumlah laboratorium yang ada tersebut maka
hal ini tentu menjadi permasalahan tersendiri dalam upaya membelajarkan kimia
yang berorientasi pada proses dan sikap. Jumlah peralatan laboratorium kimia
yang ada belum mampu mencukupi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran
kimia. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang dapat mengatasi, minimal
dapat mengurangi, masalah yang ada pada proses pembelajaran kimia. Salah satu
strategi untuk mengatasi keterbatasan jumlah laboratorium dan peralatannya
tersebut adalah dengan pengadaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang
dimaksud diharapkan dapat mengatasi keterbatasan alat dan mampu
menggantikan peran laboratorium pada proses pembelajaran kimia. Adapun
beberapa alternatif media pembelajaran tersebut antara lain: laboratorium riil,
laboratorium virtual, animasi, video, dll. Meskipun telah ada beberapa media
pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran kimia
namun guru belum menerapkan media pembelajaran tersebut secara variatif.
Pembelajaran yang berkualitas menekankan perlunya keterlibatan
langsung peserta didik dalam proses belajar mengajar. Orientasi pembelajaran
kimia harus lebih ditujukan kepada peran aktif siswa untuk belajar, dan guru
hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode
pembelajaran yang mampu membelajarkan konsep kimia kepada siswa dengan
berorientasi pada proses dan sikap. Metode pembelajaran yang tepat harus mampu
commit to user
menerima pengetahuan. Karena menurut Bruner, pengetahuan yang diperoleh
siswa dari penemuannya sendiri akan bertahan lebih lama atau lama dapat diingat.
Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membelajarkan
konsep kimia secara aktif kepada siswa, antara lain: eksperimen, demonstrasi,
inquiry, discovery, dan lain-lain. Meskipun telah banyak metode pembelajaran
kimia yang berorientasi pada aktivitas siswa, namun metode ini belum banyak
digunakan oleh para guru untuk membelajarkan IPA, khususnya kimia, di kelas.
Materi IPA, khususnya kimia, tidak dapat terlepas dari satu kesatuan yang
terdiri atas proses, produk, dan sikap. Proses sains dalam mempelajari IPA akan
berjalan sesuai dengan kaidah yang benar manakala subjek yang melaksanakan
proses tersebut memiliki sikap ilmiah yang memadai. Sikap ilmiah yakni suatu
kecenderungan seseorang untuk berperilaku dan mengambil tindakan pemikiran
ilmiah yang sesuai dengan metode ilmiah. Dalam lingkup yang lebih luas, sikap
ilmiah menjadi ciri kompetensi seorang ilmuwan. Hal ini berarti bahwa seseorang
dikatakan memiliki kompetensi seorang ilmuwan jika pada dirinya ditemukan
sikap ilmiah sebagai cerminan dari penghayatannya terhadap proses dan produk
sains. Dengan demikian, sikap ilmiah sangat penting untuk diperhatikan guru
dalam mempelajari sains, khususnya kimia.
Setiap peserta didik memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri.
Karakteristik tersebut tercermin dalam cara atau gaya belajar yang berbeda dari
setiap siswa. Gaya belajar mengacu pada dengan cara bagaimana seseorang lebih
senang untuk belajar. Secara umum, gaya belajar dibedakan menjadi tiga macam,
commit to user
visual tentu saja berbeda ciri dan karakteristiknya dengan siswa yang memiliki
gaya belajar auditorial, begitupun dengan yang kinestetik. Oleh karena gaya
belajar setiap individu siswa berbeda-beda maka diperlukan perhatian dan
perlakuan yang berbeda juga. Siswa dengan gaya belajar visual seharusnya
diakomodasi dengan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik gaya belajarnya. Begitu juga dengan siswa yang memiliki gaya
belajar auditorial dan kinestetik. Tujuannya tidak lain adalah untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga prestasi belajar kimia siswa dapat
ditingkatkan.
Selain faktor sikap ilmiah dan gaya belajar siswa, masih ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar kimia siswa, antara lain:
aktivitas belajar, kemampuan awal, tingkat kecerdasan IQ, kreativitas, motivasi
berprestasi siswa dan lain-lain. Meskipun faktor-faktor tersebut diketahui telah
dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar kimia siswa namun hal ini kurang dapat
diperhatikan oleh para guru. Studi penelitian untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar kimia siswa juga masih perlu untuk
ditingkatkan. Dengan demikian, penting bagi guru untuk memperhatikan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia siswa untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Metode dan media pembelajaran kimia yang telah dijelaskan sebelumnya
lebih terfokus pada pemberian pengalaman belajar langsung kepada siswa. Guru
sebagai fasilitator pembelajaran perlu menekankan pembelajaran yang bermanfaat
commit to user
tepat maka hal ini akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar kimia siswa,
kurangnya motivasi siswa untuk mempelajari kimia, serta pembelajaran kimia
menjadi kurang bermanfaat. Oleh karena itu, pemilihan metode serta media dalam
pembelajaran kimia menjadi sesuatu yang sangat penting manakala tolok ukur
keberhasilan pembelajaran tersebut kurang dapat menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Kenyataan yang ada adalah prestasi belajar kimia belum
optimal dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal inilah yang
akan menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan prestasi belajar kimia
siswa. Baik prestasi belajar kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahaman siswa, prestasi belajar afektif yang berkenaan dengan sikap dan
kecakapan hidup seseorang, serta prestasi belajar psikomotor yang erat kaitannya
dengan skill atau keterampilan siswa. Ketiganya merupakan satu kesatuan hasil
belajar yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Namun, guru hanya
cenderung untuk mengukur prestasi belajar siswa pada aspek kognitif saja.
Padahal ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjut untuk mengukur prestasi belajar
siswa dari ketiga aspek tersebut.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi.
Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
commit to user
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh siswa
kurang bermanfaat. Terlebih lagi untuk pelajaran kimia di kelas XI. Ada beberapa
materi bahan ajar kimia yang disampaikan di kelas XI program IPA, antara lain:
struktur atom, energetika, laju reaksi, dan kesetimbangan kimia, namun materi
bahan ajar kimia tersebut belum disampaikan secara baik oleh guru. Oleh karena
itu, diperlukan pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk
membelajarkan materi tersebut kepada siswa agar lebih bermakna.
Metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi
pelajaran yang disampaikan guru terhadap siswa. Pembelajaran kimia dengan
metode yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan
prestasi belajar siswa. Peneliti memilih materi laju reaksi dengan alasan prestasi
kognitif laju reaksi belum sesuai harapan jika ditinjau dari kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Di SMA Negeri 1 Klaten pada kelas XI IPA, dua tahun terakhir
nilai KKM materi laju reaksi adalah 70. Data prestasi belajar kimia siswa SMA
Negeri 1 Klaten pada materi pokok laju reaksi ditunjukkan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA Negeri 1 Klaten
Tahun Pelajaran
Laju Reaksi Persentase nilai lebih besar dari KKM
Persentase nilai lebih kecil dari
KKM
KKM Nilai
rata-rata
2008/2009 70 68,50 57,82% 42,18%
2009/2010 70 67,09 56,52% 43,48%
Prestasi belajar merupakan satu kesatuan yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Pada umumnya, guru hanya mengukur prestasi belajar
aspek kognitif saja sehingga prestasi belajar siswa belum terukur secara baik.
Mengingat bahwa gaya belajar dan sikap ilmiah merupakan bakat yang secara
commit to user
pendidikan yang tepat. Seseorang selalu berinteraksi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Oleh karena itu, baik perubahan
di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya peningkatan prestasi belajar. Dengan demikian, perlu
dilakukan penelitian penggunaan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dengan
memperhatikan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Jumlah peralatan laboratorium kimia yang belum mencukupi untuk
membelajarkan konsep kimia kepada siswa.
2. Ada beberapa media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran kimia namun guru belum menerapkan media pembelajaran
tersebut secara variatif, antara lain: laboratorium riil, laboratorium virtual,
animasi, video, dan lain-lain.
3. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia namun
guru belum menerapkan metode tersebut secara variatif dalam proses
pembelajarannya, antara lain: eksperimen, demonstrasi, inquiry, discovery, dan
lain-lain.
4. Guru belum memperhatikan faktor-faktor prestasi belajar kimia dari siswa,
antara lain: sikap ilmiah, gaya belajar, aktivitas belajar, kemampuan awal,
commit to user
5. Prestasi belajar kimia siswa yang belum optimal, meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
6. Prestasi belajar cenderung hanya dipusatkan pada aspek kognitif saja, padahal
prestasi belajar terdiri dari aspek kognitif , afektif, dan psikomotor.
7. Nilai rata-rata prestasi kimia kelas XI IPA SMA N 1 Klaten pada pokok
bahasan laju reaksi belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
diharapkan.
8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa SMA kelas XI IPA,
misalnya: struktur atom, energetika, laju reaksi dan kesetimbangan kimia,
namun guru belum mengajarkan materi-materi tersebut secara bermakna.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini akan
difokuskan pada:
1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media laboratorium riil dan
laboratorium virtual.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen.
3. Faktor prestasi belajar yang ditinjau dalam penelitian ini adalah gaya belajar
siswa, yang dibatasi pada gaya belajar visual dan kinestetik.
4. Faktor prestasi belajar yang ditinjau dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah
siswa dalam mempelajari kimia dengan kategori tinggi dan rendah.
5. Prestasi belajar kimia siswa dibatasi pada hasil belajar yang meliputi aspek
commit to user
6. Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada pokok
bahasan laju reaksi dengan karakteristik materi bahan ajar bersifat konkret dan
abstrak.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium
riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa?
2. Apakah ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap
prestasi belajar siswa?
3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap
prestasi belajar siswa?
4. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa?
5. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa
terhadap prestasi belajar siswa?
6. Apakah ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar siswa?
7. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap
commit to user
E.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium riil dan
virtuil terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi
belajar siswa.
3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar
siswa.
4. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
7. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan manfaat
antara lain:
1. Manfaat Teoritis:
commit to user
b. Sebagai bahan masukan kepada lembaga pendidikan tentang perlunya
labortorium riil dan laboratorium virtuil.
c. Sebagai bahan masukan pada guru pentingnya mengetahui gaya belajar dan
sikap ilmiah siswa.
2. Manfaat Praktis:
a. Memberikan gambaran penggunaan laboratorium virtuil sebagai alternatif
pembelajaran.
b. Memanfaatkan komputer dan LCD secara optimal untuk proses belajar
commit to user
12
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kimia
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk
mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan
dasarnya, motivasinya, latar belakang akademinya, latar belakang sosial
ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik
siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar
dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
commit to user
tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai
proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir
yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang
diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran
yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960)
mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan
asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.
b. Ilmu Kimia
Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari sifat materi,
struktur materi, komposisi materi, perubahan materi, dan energi yang menyertai
perubahan materi. Perkembangan ilmu pengetahuan alam tidak hanya dengan
adanya kumpulan fakta saja tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap
ilmiah. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam meliputi:
1) Metode ilmiah adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil
pengetahuan alam. Langkah-langkah metode ilmiah antara lain: merumuskan
masalah, hipotesis, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan. 2) Produk
ilmu pengetahuan alam berupa fakta, hukum, dan teori. 3) Sikap ilmiah adalah
commit to user
jujur, teliti, tanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, kritis, kerja sama,
menyampaikan ide dan menghargai pendapat orang lain.Ilmu kimia saat ini
berkembang dengan pesat, banyak produk yang dihasilkan misalnya dibidang
sandang, papan, pangan dan obat-obatan.
Pembelajaran kimia perlu metode yang tepat diantaranya eksperimen
dengan menggunakan laboratorium riil dan virtuil agar pembelajaran menjadi
lebih efektif, berkualitas dan menyenangkan.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Para ahli psikologi dan guru-guru pada umumnya memandang belajar
sebagai kelakuan yang berubah, pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas
antar proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.
Mempelajari dalam arti memahami fakta-fakta sama sekali berlainan dengan
menghafalkan fakta-fakta. Suatu program pengajaran seharusnya memungkinkan
terciptanya suatu lingkungan yang memberi peluang untuk berlangsungnya proses
belajar yang efektif. Oleh karena itu, menurut Staton (1978: 9) seharusnya
keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan tingkatan perbedaan
cara berpikir, merasa dan berbuat para pelajar sebelum dan sesudah memperoleh
pengalaman-pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa. Dengan
kata lain, bila suatu kegiatan belajar telah berhasil maka seharusnya berubah
pulalah cara-cara pendekatan pelajar yang bersangkutan dalam menghadapi
commit to user
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut
individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu
kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri
dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi;
(2) afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan
reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan,
partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup;
dan (3) psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani
terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Orang dapat mengamati
tingkah laku orang yang telah belajar setelah membandingkan sebelum belajar.
Akibat belajar dari ketiga ranah ini akan makin bertambah baik. Arthur T.
Jersild menyatakan bahwa belajar adalah “modification of behaviour through
experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan
tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena
mengalami latihan. Dalam mengalami itu anak belajar terus menerus antara anak
didik dengan lingkungannya secara sadar dan sengaja. Belajar sebagai proses akan
terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented), dalam aspek ini dapat dilihat
dari pihak siswa untuk mencapai sesuatu yang berarti baginya maupun guru sesuai
dengan tujuan. Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan sehingga tanpa proses belajar
commit to user
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996:7)
mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung
pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika
para siswa itu disekolah atau dilingkungan keluarganya sendiri. Tiap ahli
psikologi memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman
dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning).
Diantaranya dikemukakan Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar
merupakan suatu proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui
latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri.
James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan
mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri.
Menurut Gage belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret
berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka
waktu lama melalui latihan atau pengalaman yang membawa kepada perubahan
diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian
Lester D. Crow mengemukan belajar ialah upaya memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala
commit to user
belajar seperti itu disebut “rote learning”. Kemudian jika yang telah dipelajari itu
mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut
“overlearning”. Jadi belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan melalui latihan atau pengalaman.
b. Teori Belajar Kognitif
Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Menurut Piaget
perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini
merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi. Skemata adalah struktur kognitif berupa ide, konsep, gagasan.
Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur
kognitif yang ada sekarang. Akomodasi ialah proses penyesuaian struktur kognitif
ke dalam situasi baru. Ekuilibrasi adalah pengaturan diri secara mekanis untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Eksperimen dengan
menggunakan laboratorium riil atau laboratorium virtuil proses asimilasi terjadi
pada kegiatan memperoleh data. Proses akomodasi terjadi saat pengambilan
kesimpulan.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan
melalui penyusunan materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan
tahap perkembangan individu tersebut. Penyusunan materi pelajaran dan
commit to user
kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.
Perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Bruner merupakan proses
discovery learning, yaitu penemuan konsep. Pembentukan konsep adalah tindakan
membentuk kategori baru. Eksperimen dengan laboratorium riil atau virtuil siswa
dapat menemukan konsep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Menurut Ausubel belajar sebagai reception learning. Jika discovery
learning menekankan pada pembelajaran induktif, maka reception learning
merupakan pembelajaran deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception
learning adalah advance organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi
pelajaran yang akan dipelajari individu. Penggunaan laboratorium riil atau virtuil
tujuannya supaya siswa belajar tidak menghafal sehingga tidak mudah lupa
tentang materi yang dipelajari.
c. Teori Konstruktivisme
Pengetahuan menurut konstruktiviame bersifat subjektif, bukan objektif.
Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realitas plural.
Berdasarkan pembentukannya, Piaget mengkategori pengetahuan menjadi tiga
yaitu: pengetahuan fisis, pengetahuan matematis-logis, dan pengetahuan sosial.
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung
terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan
yang dibentuk dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi, maupun penggunaan
objek. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang dibentuk melalui interaksi
commit to user
Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah
bahasa merupakan aspek social. Menurutnya pembicaraan egosentrik merupakan
permulaan pembentukan kemampuan bicara yang pokok yang akan digunakan
sebagai alat dalam berpikir. Vygotsky membedakan antara pengertian spontan dan
pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari
pengalaman sehari- hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari
kelas. Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisiksn secara logis
dalam suatu system yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan
dari pengertian spontan ke ilmiah.
Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan
figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur
pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam
situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan
pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial.
Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks, yang terpenting adalah bagaimana
menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstektual. Secara sosiologis,
pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam
belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif
dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Peran
guru dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah memberikan
dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar
kemudian sedikit demi sedikit mengurangi bantuan tersebut setelah peserta didik
commit to user
d. Teori Psikologi Sosial
Anggota-anggota kelompok, pada waktu bekerja bersama-sama
memecahkan suatu persoalan, saling mempengaruhi tidak hanya dengan
mempengaruhi cara mereka mengemukakan, memperbaiki, dan
menggabung-gabungkan pemecahan-pemecahan yang diusulkan, akan tetapi juga memotivasi
mereka untuk memberikan sumbangan-sumbangan. Satu anggota atau lebih dalam
kelompok-kelompok yang berinteraksi terus, sering kali merupakan
fasilisator-fasilisator khusus bagi tercapainya tujuan, dan sejauh mereka diakui oleh yang
lain-lainnya maka mereka menyerupai pemimpin. Banyak cara-cara bagaimana
anggota-anggota dapat mengambil peran kepemimpinan sebagai fasilisator, juga
didalam kelompok yang sama. Oleh karena kebanyakan kelompok, sekalipun
tidak semua kelompok, menghadapi masalah-masalah yang menyangkut baik
penyelesaian tugas maupun pemeliharaan hubungan-hubungan interpersonal yang
memuaskan, maka efektivitas kelompok besar kemungkinan akan meningkat oleh
interaksi anggota-anggota dengan seorang pemimpin atau lebih yang merupakan
fasilitator-fasilitator khusus dalam memecahkan kedua macam persoalan tersebut.
Proses-proses interaksionil dasar melalui kelompok-kelompok secara efektif untuk
mencapai tujuan akan mempertinggi kekompakan kelompok.
Pengalaman-pengalaman keberhasilan dalam mencapai tujuan merupakan ciri-ciri kelompok
yang efektif.
e. Belajar Menggunakan Media
Pengetahuan tentang media pengajaran sangat berguna untuk menyusun
commit to user
rencana kegiatan yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Dengan mengenal media pengajaran dan memahami cara-cara penggunaannya
akan sangat membantu tugas para guru dalam meningkatkan proses pembelajaran.
Jerome Bruner (1960) membagi alat instruksional dalam empat macam menurut
fungsinya yaitu: (1) alat untuk menyampaikan pengalaman, (2) alat model yang
dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, (3) alat
dramatisasi, (4) alat automatisasi atau pelajaran berprograma. Agar proses
pembelajaran tidak mengalami kesulitan maka masalah perencanaan, pemilihan
dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru. 3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (source)
dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran, media ini dapat
diartikan sebagai berikut: (1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran; (2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti buku , film , video slide , dan sebagainya; (3) Sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk teknologi
perangkat kerasnya.
Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, ditarik kesimpulan
bahwa: (1) Media pembelajaran merupakan wahana dari informasi yang oleh
commit to user
bahan ajar yang disampaikan adalah pesan materi pembelajaran. (3) Tujuan yang
ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Kegiatan belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi.
Dalam proses komunikasi guru berperan sebagai komunikator yang akan
menyampaikan pesan/bahan ajar kepada siswa sebagai penerima pesan. Agar
pesan/bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka
diperlukan wahana penyalur pesan yaitu media pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran yang berlebihan dalam suatu kegiatan belajar mengajar akan
mengaburkan tujuan dan isi pembelajaran. Media yang terdapat di pasaran dan
tinggal pakai tersebut dalam bahasa media disebut media by utilization, sedangkan
media yang dirancang dan dipersiapkan sendiri sesuai dengan tuntutan tujuan
pembelajaran disebut media by design.
Kelebihan dari media jadi (by utilization) adalah bisa menghemat tenaga
dan waktu, sedangkan untuk merancang media yang dapat memenuhi kebutuhan
tertentu (by design) tentu akan banyak memeras waktu dan tenaga, tetapi agak
sulit juga mencari media jadi yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau
kebutuhan dimana proses pembelajaran itu dilaksanakan.
b. Klasifikasi Media Pembelajaran
1) Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan
indera penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan
commit to user
Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam (still pictures) atau
bergerak (motion pictures).
a) Media visual yang tidak diproyeksikan
(1) Gambar diam/mati (still pictures)
Gambar diam/mati adalah gambar yang disajikan secara fotografik,
misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar diam yaitu
dapat menterjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistic,
banyak tersedia dalam buku, mudah menggunakannya, tidak memerlukan
peralatan lain, tidak mahal.
(2) Media Grafis
Media grafis ini merupakan media pandang dua dimensi yang
dirancangsecara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.
Unsur-unsur yang terdapat pada media grafik adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat
digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan
kata-kata, angka serta bentuk symbol. Karakteristik dari media ini yaitu sederhana,
dapat menarik perhatian, murah dan mudah disimpan atau dibawa.
Grafik (graph) merupakan gambar yang sederhana untuk
menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk dimengerti. Ada
empat jenis grafik yang dapat digunakan yaitu: grafik batang (bar graphs), grafik
piktorial (pictorial graphs), grafik lingkaran (pie graphs), dan grafik garis (line
[image:40.595.112.517.250.488.2]commit to user
Bagan (chart) berfungsi untuk menunjukkan hubungan, perbandingan,
perkembangan, klasifikasi, dan organisasi. Bagan terdiri atas bagan pohon (tree
charts), bagan arus (flow charts), bagan tebel (tabular charts), bagan organisasi
(organization charts), bagan klasifikasi (classification charts), dan bagan waktu
(time charts).
Diagram merupakan suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk
memperlihatkan tentang tata kerja dari suatu benda. Poster merupakan suatu
kombinasi visual yang terdiri atas gambar dan pesan/tulisan dengan menggunakan
warna yang mencolok. Kartun merupakan penggambaran dalam bentuk lungkisan
atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang dirancang untuk
membentuk opini siswa.
b) Media visual yang diproyeksikan
Media yang diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang
menggunakan alat proyeksi (proyektor) sehingga gambar atau tulisan nampak
pada layar (screen). Media Proyeksi ini dapat berbentuk media proyeksi gerak dan
media proyeksi diam. Jenis-jenis media proyeksi yang biasa digunakan overhead
projection/OHP, slides dan film strips.
2) Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa untuk mempelajari bahan ajar. Bentuk dari media audio adalah
program kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan
commit to user
dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif media
ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang sudah mempunyai
kemampuan dalam berpikir abstrak.
3) Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang merupakan kombinasi dari audio
dan visual atau biasa disebut media pandang dengar. peran guru bisa beralih
menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk
belajar. Contoh media audio visual adalah: video/televisi pendidikan,
video/televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).
4. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran, dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
pertanyaan atau hipotesis yang dipelajarinya. Dalam proses belajar mengajar
dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
obyek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk
mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu hukum
atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya.
Menurut pendapat di atas metode eksperimen menjadikan siswa sebagai
subyek belajar. Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut: (1)
metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
commit to user
saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris
tentang sains dan teknologi,suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3) metode ini
didudukung oleh azas-azas didaktis modern, antara lain: (a) siswa belajar dengan
mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa terhindar
jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat
obyektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah; dan (e) hasil
belajar akan tahan lama dan internalisasi. Selain kebaikan tersebut, metode
eksperimen mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut: (1) memerlukan
berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan
mahal; (2) metode ini memerlukan waktu yang lama; (3) setiap percobaan tidak
selalu memberikan hasil yang diharapkan mungkin ada faktor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; (4) sangat menuntut
[image:43.595.114.515.250.627.2]penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan, dan bahan mutakhir.
Tabel 2.1 Sintak Eksperimen
No Guru Siswa
1. Memberi motivasi -
2. Membentuk kelompok -
3. Memperkenalkan peralatan Mengenali peralatan 4. Membimbing siswa melakukan kegiatan Melakukan kegiatan 5. Mengawasi siswa melakukan kegiatan Mencatat hasil kegiatan
Menyimpulkan data dari kegiatan 6. Menilai presentasi siswa Merepresentasikan hasil kegiatan 7. Membimbing menarik kesimpulan dari hasil
presentasi
- 8. Memberi reward pada presenter terbaik
mencakup isi dan cara penyampaiannya.
-
5. Penerapan Laboratorium Riil
Laboratorium riil adalah laboratorium yang di dalamnya terdapat alat-alat
dan bahan-bahan riil yang digunakan untuk melakukan percobaan. Melakukan
commit to user
menguatkan ingatan tentang materi yang dieksperimenkan. Kekurangan
laboratorium riil dibutuhkan biaya sarana dan prasarana yang besar. Dalam
melakukan praktikum di laboratorium siswa akan mengalami 1) Pengenalan alat
dan bahan, dalam pengenalan alat dan bahan kimia ini siswa dapat melihat secara
langsung. Guru menjelaskan fungsi atau kegunaan alat dan bahan kimia sehingga
dalam melakukan percobaan tidak merusak alat dan bahan kimia. 2) Pengukuran,
pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
sejenis yang dipakai sebagai satuan standar. Dalam pengukuran siswa dapat
melihat langsung alat yang digunakan sehingga siswa perlu ketrampilan membaca
alat ukur. 3) Pengamatan, siswa mengamati dengan sungguh-sungguh dari
percobaan yang dilakukan dan menulis hasil percobaan pada tabel pengamatan. 4)
Percobaan, siswa sebelum melakukan percobaan membaca terlebih dahulu
petunjuk pratikum yang sudah ada di lembar kerja siswa sehingga dalam
melakukan percobaan mendapatkan data yang benar.
6. Penerapan Laboratorium Virtuil
Laboratorium virtuil adalah alat-alat dan bahan kimia dalam program
komputer yang dioperasikan dengan komputer. Laboratorium virtuil merupakan
salah satu solusi melakukan percobaan jika sekolah tidak ada alat dan bahan
kimia. Karakteristik program laboratorium virtuil dapat disebutkan sebagai
berikut: a) Berisi alat-alat dan bahan-bahan laboratorium. b) Dapat dilakukan
beberapa kali percobaan. c) Mudah dioperasikan, satu pemakai dapat satu
komputer atau satu komputer untuk dua pemakai. d) Dalam program ini semua
commit to user
Kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran dengan laboratorium
virtuil antara lain: melakukan pengamatan, melakukan proses IPA, memecahkan
masalah, bernalar, dan bersikap ilmiah. Dalam pengamatan laboratorium virtuil
siswa dapat langsung membaca angka-angka pada alat, dapat melihat kejadian
yang terjadi, juga dapat mendengar suara melalui sound pada komputer.
Percobaan dengan menggunakan laboratorium virtuil siswa dapat melakukan
percobaan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut bersalah berdasarkan
petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat mengembangkannya
sendiri dari petunjuk praktikum yang ada. Dalam menggunakan media komputer
direncanakan secara sistematik, agar pembelajaran berjalan efektif. Kelebihan
laboratorium virtuil adalah biaya murah, waktu singkat, dan memerlukan ruang
yang kecil.
7. Gaya Belajar
Gaya belajar difahami sebagai “dengan cara bagaimana seseorang belajar”
dan juga apakah siswa “lebih senang belajar bersama dalam kelompok atau lebih
menyukai belajar sendiri. Bagaimana cara belajar yang merupakan gaya
seseorang, selanjutnya bagaimana kegiatan belajar mengajar dapat dirancang
untuk mengakomodasi semua gaya belajar yang ada. Gaya dari segi cara belajar
adalah (1) bergaya belajar visual atau visual learner, (2) bergaya belajar lewat
pendengaran atau auditory learner, (3) bergaya belajar kinestetik atau kinesthetic
learner atau tactual. Untuk gaya belajar visual siswa akan lebih mudah
menangkap jika cara pembelajaranya dengan melihat: denah, gambar, chart,
commit to user
pendengaran lebih bisa jika cara pembelajaranya dengan mendengarkan informasi
lewat suara: misalnya uraian dari rekaman suara, radio, kuliah dll. Gaya belajar
kinestetik lebih bisa jika cara pembelajaranya dengan cara total terlibat melakukan
(secara fisik) apa yang sedang dicoba fahami.
Apabila diperhatikan seluruh gaya diatas, kebijakan pendidikan selama ini
telah berniat melayani semua kebutuhan gaya tersebut. Bukankah penyediaan
belajar berbantuan audio-visual telah lama disepakati. Demikian juga pendekatan
proses yang telah lama dikenal guru adalah layanan untuk ketiga gaya belajar
tersebut karena siswa belajar dengan merancang, melihat keadaan benda
sebenarnya atau tiruan, memahami dengan memanipulasikan (memegang,
merakit, mengurai rakitan, memilah-pilah dsb). Dengan demikian, sebenarnya
keseluruh gaya belajar akan terlayani manakala pembelajaran menerapkan
pembelajaran yang bervariasi menurut kebutuhan materi pokok bahasan.
Gaya belajar yang lain adalah kecocokan belajar dalam kelompok atau
individual. Ada siswa yang senang dan lebih mudah belajar sambil berdiskusi,
menyakinkan apa yang dipikirkan lewat teman. Belajar bersama-sama dalam
kelompok lebih cepat daripada belajar sendiri. Ada pula siswa yang lebih senang
belajar sendiri dan merasa kurang senang belajar bersama. Ia belajar menurut
caranya sendiri dan bahkan terganggu oleh kehadiran teman saat sedang
mempelajari sesuatu.
Banyak ciri-ciri perilaku yang merupakan petunjuk kecenderungan belajar
siswa. Ciri-ciri berikut ini membantu siswa menyesuaikan dengan modalitas
commit to user
dengan cepat; perencana dan pengatur jangka panjang yang baik; mementingkan
penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan
dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka; mengingat apa
yang dilihat, daripada yang didengar; mengingat dengan asosiasi visual; biasanya
tidak terganggu oleh keributan; mempunyai masalah untuk mengingat instruksi
verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk
mengulanginya; pembaca cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada
dibacakan; membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek;
sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat; lebih suka melakukan
demonstrasi daripada berpidato; kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika
mereka ingin memperhatikan.
Ciri-ciri orang auditorial: berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; mudah
terganggu oleh keributan; senang membaca dengan keras dan mendengarkan;
merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; berbicara dalam
irama yang terpola; biasanya pembicara yang fasih; belajar dengan mendengarkan
dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; suka berbicara, suka
berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar; lebih pandai mengeja dengan
keras daripada menuliskannya; lebih suka gurauan lisan daripada membaca
komik. Ciri-ciri orang kinestetik: berbicara dengan perlahan; menanggapi
perhatian fisik; menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; berdiri
dekat ketika berbicara dengan orang; selalu berorientasi pada fisik dan banyak
commit to user
berjalan dan melihat; menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;
banyak menggunakan isyarat tubuh; tidak dapat duduk diam untuk waktu lama;
tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada
ditempat itu; menggunaka kata-kata yang mengandung aksi; kemungkinan
tulisannya jelek; menyukai permainan yang menyibukkan.
8. Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” sedangkan istilah
attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “aptus” yang berarti keadaan siap
secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan
sikap sebagai: “An attitude is an idea charged with emotion which predis poses a
class of actions to aparcitular class of social situation”. Rumusan di atas
diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif,
komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan
suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau
negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang
senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin (1982: 34) mengemukakan bahwa ”sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka
melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Dengan perkataan lain
kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan
suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap
commit to user
dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah,
antara lain: Sikap ingin tahu: apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya, maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan
tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak
mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan
kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. Sikap kritis: tidak langsung begitu
saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan
bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan; tidak merasa paling benar yang
harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan
bukti-bukti yang kuat. Sikap objektif: melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu,
menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata
lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya
sebagai subjek. Sikap ingin menemukan: selalu memberikan saran-saran untuk
eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang
baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan
yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain: tidak akan mengakui dan
memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah
walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. Sikap tekun: tidak bosan
mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya
meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum
selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
Sikap terbuka: bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda
commit to user
terhadap pendapatnya. Dari beberapa aspek sikap ilmiah di atas, maka sikap
ilmiah yang dikembangkan untuk siswa antara lain: jujur, tanggung jawab,
disiplin, kritis, tekun dan terbuka. Dengan demikian, sikap ilmiah adalah sikap
yang dimiliki sesesorang dengan parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung
jawab, ingin tahu, objektif, tekun, ingin menemukan dan terbuka.
9. Prestasi Belajar
Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi dapat diartikan
sebagai hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil
dari proses belajar. Menurut S. Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3 aspek yakni: kognitif,
affektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Faktor-faktor prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari
dalam diri siswa, yang meliputi: 1) gaya belajar, 2) motivasi, siswa yang memiliki
motivasi kuat akan mencapai hasil yang maksimal, 3) intelegensi (IQ), pada
umumnya siswa yang mempunyai IQ tinggi dapat lebih berprestasi daripada siswa
yang IQ rendah, 4) kesehatan, yang dapat dijaga dengan berolah raga, makanan
commit to user
tujuan akan belajar lebih bersemangat, sehingga dapat menunjang keberhasilan
dalam pencapaian prestasi terbaik dibandingkan dengan siswa yang tidak
mempunyai kejelasan tujuan. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa
meliputi: 1) sarana belajar atau laboratorium riil atau virtual, 2) metode mengajar,
dengan menggunakan banyak variasi metode belajar mengajar maka prestasi
siswa akan lebih baik daripada metode ceramah. 3) faktor keluarga, apabila
lingkungan keluarga mendukung maka mendorong anak untuk dapat berprestasi,
4) faktor lingkungan sekolah, situasi sekolah yang nyaman dan komunikasi
kekeluargaan yang kondusif antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa di
dalam sekola