• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE

EKSPERIMEN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama: Pendidikan Kimia

Oleh: ARIS SUTAKA

S831002007

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

(4)

commit to user

(5)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Aris Sutaka

NIM : S 831002007

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Penggunaan

Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode

Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus

Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester

Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini di beri tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, April 2011 Yang membuat pernyataan

(6)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Penggunaan Laboratorium Riil dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011) “. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan tesis ini penulis tidak dapat berkerja sendiri tanpa bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku pembimbing dan Ketua Program Studi

Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan..

3. Prof. Dr. H. Ashadi, sebagai pembimbing I penyusunan tesis atas bimbingan dan arahannya dalam menyusunan tesis ini.

(7)

commit to user

vi

5. Dosen Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Semua staf administrasi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah melayani semua kebutuhan administrasi.

7. Drs. Widiyarto, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Klaten yang telah memberi ijin belajar dan tempat dalam penelitian ini

8. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Purwokerto, yang telah memberikan tempat untuk

melaksanakan uji coba instrument penelitian.

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung sehingga semua berjalan lancar hingga selesai penulisan tesis ini.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin menyusun tesis ini tetapi sebagai insan biasa yang tak luput dari kekurangan maka apabila masih ada kesalahan dan kekurangan dalam tesis ini, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Penulis selalu terbuka jika ada kritik dan saran dalam tulisan ini.

Surakarta, April 2011

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ………... iii

PERNYATAAN……….. iv

KATA PENGANTAR………. v

MOTO DAN PERSEMBAHAN……….. vii

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL………... xii

DAFTAR GAMBAR……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK……….... xvii

ABSTRACT………...………. xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ... 12

A. Kajian Teori ... 12

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

3. Media Pembelajaran ... 21

4. Metode Eksperimen……….. 25

5. Penerapan Laboratorium Riil……… 26

6. Penerapan Laboratorium Virtuil……… 27

7. Gaya Belajar………. 28

8. Sikap Ilmiah ... 31

9. Prestasi Belajar………. 33

10. Materi Pembelajaran IPA……… 37

B. Penelitian yang Relevan ... 47

C. Kerangka Berpikir ... 50

D. Hipotesis ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

A. Tempat danWaktu Penelitian ... 57

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan sampel ... 57

1. Populasi Penelitiaan... 57

2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling... 58

C. Rancangan dan Variabel Penelitian ... 59

1. Rancangan Penelitian... 59

2. Variabel Penelitian... 60

D. Definisi Operasional Variabel ... 60

E. Teknik Pengumpulan Data ... 62

1. Teknik Dokumentasi... 63

2. Teknik Angket... 63

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

G. Uji Coba Inatrumen... 65

1. Uji Validitas... 66

2. Uji Reliabilitas... 69

3. Analisis Daya Pembeda... 72

4. Analisis Tingkat Kesukaran ...74

H. Teknik Analisis Data... 75

1.Uji Prasyarat Analisis... 76

2. Uji Hipotesis... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 82

A. Deskripsi Data... 82

1. Data Gaya Belajar Siswa... 82

2. Data Sikap Ilmiah Siswa... 83

3. Data Prestasi Belajar Kimia... 84

B. Pengujian Prasyarat Analisis... 88

1. Uji Normalitas... 89

2. Uji Homogenitas... 91

C. Pengujian Hipotesis... 92

1. Analisis Variansi Prestasi Kognitif... 92

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan... 96

D. Pembahasan Hasil Analisis Data... 102

1. Hipotesis Pertama... 102

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

4. Hipotesis Keempat... 104

5. Hipotesis Kelima... 105

6. Hipotesis Keenam... 105

7. Hipotesis Ketujuh... 106

E. Keterbatasan Penelitian... 110

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 111

A. Kesimpulan... 111

B. Implikasi... 116

1. Implikasi Teoritis... 116

2. Implikasi Praktis... 117

C. Saran-Saran... 117

DAFTAR PUSTAKA... 120

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian………. 57

3.2. Data Populasi Penelitian………. 58

3.3. Rancangan Penelitian……….. 59

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ……… 68

3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen……… 72

3.6. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes……..………..…… 73

3.7. Distribusi Tingkat kesukaran instrument Tes……….. 75

3.8. Data Penelitian Prestasi Kognitif………. 78

3.9. Data Penelitian Prestasi Afektif……… 79

4.1 Jumlah Siswa dengan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik ………... 82

4.2 Deskripsi Data Sikap Ilmiah Siswa..……….. 83

4.3 Jumlah Siswa dengan Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah……… 83

4.4 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa………... 85

4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Riil……… 85

4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Virtuil………... 86

4.7 Deskripsi Data Prestasi Afektif Siswa……….. 87

4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Riil ……..…………... 87

4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Virtuil………... 87

4.10 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media Pembelajaran, Gaya belajar, Dan Sikap Ilmiah……… 88

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas……… 92

4.14 Ringkasan Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif……….. 93

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

2.2 Grafik Laju Reaksi Orde Nol……….. 41

2.3 Grafik Laju Reaksi Orde Satu……… 42

2.4 Grafik Laju Reaksi Orde Dua……… 42

4.1 Histogram Prestasi Kognitif Siswa Laboratorium Riil………. 85

4.2 Histogram Prestasi Kognitif Siswa Laboratorium Virtuil……… 86

4.3 Histogram Prestasi Afektif Siswa Laboratorium Riil………. 87

4.4 Histogram Prestasi Afektif Siswa Laboratorium Virtuil……… 88

4.5 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Kognitif…….. 97

4.6 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Kognitif ……… 98

4.7 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Kognitif………..……… 99

4.8 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Gaya Belajar dengan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Kognitif………..……… 100

4.9 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Afektif ………. 101

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

Silabus ... 122

Rencana Program Pengajaran (RPP)... 125

Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar………... 134

Angket Gaya Belajar……….. 135

Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 137

Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 144

Kisi-Kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif ... 151

Angket Prestasi Ranah Afektif ... 155

Kisi-Kisi Soal Laju Reaksi………... 157

Tes Prestasi Laju Reaksi……….. 160

Angket Gaya Belajar……… 173

Angket Sikap Ilmiah……… 175

Angket Prestasi Ranah Afektif……… 182

Tes Prestasi Belajar Laju Reaksi………. 184

Rekap Analisis Butir Soal Gaya Belajar……… 197

Rekap Analisis Butir Soal Sikap Ilmiah ... 198

Rekap Analisis Butir Soal afektif... 200

Rekap Analisis Butir Soal Kognitif ... 201

Gaya Belajar Lab. Riil ... 202

Gaya Belajar Lab. Virtuil……… 203

Skor Data Sikap Ilmiah……….. 204

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

Uji Homogenitas Data Prestasi Afektif ... 224

Uji Anava Tiga Jalan Kognitif ... 226

Uji Lanjut Anava Tiga Jalan ... 227

Uji Anava Tiga Jalan Afektif ... 229

Uji Lanjut Anava Tiga Jalan ... 230

Foto………. 231

(17)

commit to user

xvii

ABSTRAK

Aris Sutaka, S831002007, 2010. “Penggunaan Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa”. (Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pembimbing I, Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II, Drs. Haryono, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa, (2) pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa, (3) pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa, (4) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa (5) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Kelas pertama menggunakan laboratorium riil, kelas kedua menggunakan laboratorium virtuil. Populasi kelas XI sebanyak delapan kelas. Sampel diambil dengan menggunakan

cluster random sampling. Data diambil dengan menggunakan tes untuk prestasi

kognitif, dengan angket untuk penilaian afektif, gaya belajar dan sikap ilmiah kemudian hipotesis diuji dengan menggunakan anava tiga jalan 2x2x2.

Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan: (1) prestasi kognitif siswa dengan menggunakan laboratorium virtuil lebih baik daripada menggunakan laboratorium riil, (2) ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa, (3) tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa, (4) tidak ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, (5) ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (6) ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (7) tidak ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

(18)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu pendidikan tidak terlepas dari keberhasilan dalam

proses kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi

dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswa. Mengajar dilakukan oleh guru

sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik.

Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru, dilaksanakan untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi pelajaran.

Pada tahun pelajaran 2010/2011, SMA Negeri 1 Klaten mempunyai

jumlah siswa sebanyak 953 yang terbagi dalam 30 kelas. Kelas X sebanyak

sepuluh kelas; kelas XI sebanyak sepuluh kelas, yang terdiri dari delapan kelas

program IPA dan dua kelas program IPS; serta kelas XII sebanyak sepuluh kelas,

yang terdiri dari delapan kelas program IPA dan dua kelas program IPS. Dari

jumlah kelas yang cukup banyak tersebut maka diperlukan fasilitas yang dapat

mencukupi kebutuhan seluruh siswa untuk menunjang proses pembelajaran IPA,

khususnya kimia. Kebutuhan fasilitas untuk mendukung proses pembelajaran

kimia yang dimaksud adalah kebutuhan akan peralatan dan bahan untuk

(19)

commit to user

menunjukkan bahwa sekolah ini hanya memiliki satu bangunan laboratorium

kimia dan peralatan laboratorium yang kurang lengkap. Ditinjau dari

perbandingan jumlah siswa dengan jumlah laboratorium yang ada tersebut maka

hal ini tentu menjadi permasalahan tersendiri dalam upaya membelajarkan kimia

yang berorientasi pada proses dan sikap. Jumlah peralatan laboratorium kimia

yang ada belum mampu mencukupi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran

kimia. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang dapat mengatasi, minimal

dapat mengurangi, masalah yang ada pada proses pembelajaran kimia. Salah satu

strategi untuk mengatasi keterbatasan jumlah laboratorium dan peralatannya

tersebut adalah dengan pengadaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang

dimaksud diharapkan dapat mengatasi keterbatasan alat dan mampu

menggantikan peran laboratorium pada proses pembelajaran kimia. Adapun

beberapa alternatif media pembelajaran tersebut antara lain: laboratorium riil,

laboratorium virtual, animasi, video, dll. Meskipun telah ada beberapa media

pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran kimia

namun guru belum menerapkan media pembelajaran tersebut secara variatif.

Pembelajaran yang berkualitas menekankan perlunya keterlibatan

langsung peserta didik dalam proses belajar mengajar. Orientasi pembelajaran

kimia harus lebih ditujukan kepada peran aktif siswa untuk belajar, dan guru

hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode

pembelajaran yang mampu membelajarkan konsep kimia kepada siswa dengan

berorientasi pada proses dan sikap. Metode pembelajaran yang tepat harus mampu

(20)

commit to user

menerima pengetahuan. Karena menurut Bruner, pengetahuan yang diperoleh

siswa dari penemuannya sendiri akan bertahan lebih lama atau lama dapat diingat.

Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membelajarkan

konsep kimia secara aktif kepada siswa, antara lain: eksperimen, demonstrasi,

inquiry, discovery, dan lain-lain. Meskipun telah banyak metode pembelajaran

kimia yang berorientasi pada aktivitas siswa, namun metode ini belum banyak

digunakan oleh para guru untuk membelajarkan IPA, khususnya kimia, di kelas.

Materi IPA, khususnya kimia, tidak dapat terlepas dari satu kesatuan yang

terdiri atas proses, produk, dan sikap. Proses sains dalam mempelajari IPA akan

berjalan sesuai dengan kaidah yang benar manakala subjek yang melaksanakan

proses tersebut memiliki sikap ilmiah yang memadai. Sikap ilmiah yakni suatu

kecenderungan seseorang untuk berperilaku dan mengambil tindakan pemikiran

ilmiah yang sesuai dengan metode ilmiah. Dalam lingkup yang lebih luas, sikap

ilmiah menjadi ciri kompetensi seorang ilmuwan. Hal ini berarti bahwa seseorang

dikatakan memiliki kompetensi seorang ilmuwan jika pada dirinya ditemukan

sikap ilmiah sebagai cerminan dari penghayatannya terhadap proses dan produk

sains. Dengan demikian, sikap ilmiah sangat penting untuk diperhatikan guru

dalam mempelajari sains, khususnya kimia.

Setiap peserta didik memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri.

Karakteristik tersebut tercermin dalam cara atau gaya belajar yang berbeda dari

setiap siswa. Gaya belajar mengacu pada dengan cara bagaimana seseorang lebih

senang untuk belajar. Secara umum, gaya belajar dibedakan menjadi tiga macam,

(21)

commit to user

visual tentu saja berbeda ciri dan karakteristiknya dengan siswa yang memiliki

gaya belajar auditorial, begitupun dengan yang kinestetik. Oleh karena gaya

belajar setiap individu siswa berbeda-beda maka diperlukan perhatian dan

perlakuan yang berbeda juga. Siswa dengan gaya belajar visual seharusnya

diakomodasi dengan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik gaya belajarnya. Begitu juga dengan siswa yang memiliki gaya

belajar auditorial dan kinestetik. Tujuannya tidak lain adalah untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga prestasi belajar kimia siswa dapat

ditingkatkan.

Selain faktor sikap ilmiah dan gaya belajar siswa, masih ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar kimia siswa, antara lain:

aktivitas belajar, kemampuan awal, tingkat kecerdasan IQ, kreativitas, motivasi

berprestasi siswa dan lain-lain. Meskipun faktor-faktor tersebut diketahui telah

dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar kimia siswa namun hal ini kurang dapat

diperhatikan oleh para guru. Studi penelitian untuk mengetahui pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar kimia siswa juga masih perlu untuk

ditingkatkan. Dengan demikian, penting bagi guru untuk memperhatikan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia siswa untuk dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Metode dan media pembelajaran kimia yang telah dijelaskan sebelumnya

lebih terfokus pada pemberian pengalaman belajar langsung kepada siswa. Guru

sebagai fasilitator pembelajaran perlu menekankan pembelajaran yang bermanfaat

(22)

commit to user

tepat maka hal ini akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar kimia siswa,

kurangnya motivasi siswa untuk mempelajari kimia, serta pembelajaran kimia

menjadi kurang bermanfaat. Oleh karena itu, pemilihan metode serta media dalam

pembelajaran kimia menjadi sesuatu yang sangat penting manakala tolok ukur

keberhasilan pembelajaran tersebut kurang dapat menunjukkan hasil yang

menggembirakan. Kenyataan yang ada adalah prestasi belajar kimia belum

optimal dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal inilah yang

akan menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan prestasi belajar kimia

siswa. Baik prestasi belajar kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan dan

pemahaman siswa, prestasi belajar afektif yang berkenaan dengan sikap dan

kecakapan hidup seseorang, serta prestasi belajar psikomotor yang erat kaitannya

dengan skill atau keterampilan siswa. Ketiganya merupakan satu kesatuan hasil

belajar yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Namun, guru hanya

cenderung untuk mengukur prestasi belajar siswa pada aspek kognitif saja.

Padahal ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri

sendiri-sendiri. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjut untuk mengukur prestasi belajar

siswa dari ketiga aspek tersebut.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah

masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi.

Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

(23)

commit to user

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh siswa

kurang bermanfaat. Terlebih lagi untuk pelajaran kimia di kelas XI. Ada beberapa

materi bahan ajar kimia yang disampaikan di kelas XI program IPA, antara lain:

struktur atom, energetika, laju reaksi, dan kesetimbangan kimia, namun materi

bahan ajar kimia tersebut belum disampaikan secara baik oleh guru. Oleh karena

itu, diperlukan pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk

membelajarkan materi tersebut kepada siswa agar lebih bermakna.

Metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi

pelajaran yang disampaikan guru terhadap siswa. Pembelajaran kimia dengan

metode yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan

prestasi belajar siswa. Peneliti memilih materi laju reaksi dengan alasan prestasi

kognitif laju reaksi belum sesuai harapan jika ditinjau dari kriteria ketuntasan

minimal (KKM). Di SMA Negeri 1 Klaten pada kelas XI IPA, dua tahun terakhir

nilai KKM materi laju reaksi adalah 70. Data prestasi belajar kimia siswa SMA

Negeri 1 Klaten pada materi pokok laju reaksi ditunjukkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA Negeri 1 Klaten

Tahun Pelajaran

Laju Reaksi Persentase nilai lebih besar dari KKM

Persentase nilai lebih kecil dari

KKM

KKM Nilai

rata-rata

2008/2009 70 68,50 57,82% 42,18%

2009/2010 70 67,09 56,52% 43,48%

Prestasi belajar merupakan satu kesatuan yang mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Pada umumnya, guru hanya mengukur prestasi belajar

aspek kognitif saja sehingga prestasi belajar siswa belum terukur secara baik.

Mengingat bahwa gaya belajar dan sikap ilmiah merupakan bakat yang secara

(24)

commit to user

pendidikan yang tepat. Seseorang selalu berinteraksi mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Oleh karena itu, baik perubahan

di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat

menghambat upaya peningkatan prestasi belajar. Dengan demikian, perlu

dilakukan penelitian penggunaan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dengan

memperhatikan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Jumlah peralatan laboratorium kimia yang belum mencukupi untuk

membelajarkan konsep kimia kepada siswa.

2. Ada beberapa media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran kimia namun guru belum menerapkan media pembelajaran

tersebut secara variatif, antara lain: laboratorium riil, laboratorium virtual,

animasi, video, dan lain-lain.

3. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia namun

guru belum menerapkan metode tersebut secara variatif dalam proses

pembelajarannya, antara lain: eksperimen, demonstrasi, inquiry, discovery, dan

lain-lain.

4. Guru belum memperhatikan faktor-faktor prestasi belajar kimia dari siswa,

antara lain: sikap ilmiah, gaya belajar, aktivitas belajar, kemampuan awal,

(25)

commit to user

5. Prestasi belajar kimia siswa yang belum optimal, meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor.

6. Prestasi belajar cenderung hanya dipusatkan pada aspek kognitif saja, padahal

prestasi belajar terdiri dari aspek kognitif , afektif, dan psikomotor.

7. Nilai rata-rata prestasi kimia kelas XI IPA SMA N 1 Klaten pada pokok

bahasan laju reaksi belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

diharapkan.

8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa SMA kelas XI IPA,

misalnya: struktur atom, energetika, laju reaksi dan kesetimbangan kimia,

namun guru belum mengajarkan materi-materi tersebut secara bermakna.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini akan

difokuskan pada:

1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media laboratorium riil dan

laboratorium virtual.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen.

3. Faktor prestasi belajar yang ditinjau dalam penelitian ini adalah gaya belajar

siswa, yang dibatasi pada gaya belajar visual dan kinestetik.

4. Faktor prestasi belajar yang ditinjau dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah

siswa dalam mempelajari kimia dengan kategori tinggi dan rendah.

5. Prestasi belajar kimia siswa dibatasi pada hasil belajar yang meliputi aspek

(26)

commit to user

6. Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada pokok

bahasan laju reaksi dengan karakteristik materi bahan ajar bersifat konkret dan

abstrak.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium

riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa?

2. Apakah ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap

prestasi belajar siswa?

3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap

prestasi belajar siswa?

4. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap

(27)

commit to user

E.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium riil dan

virtuil terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi

belajar siswa.

3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar

siswa.

4. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi

belajar siswa.

7. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan manfaat

antara lain:

1. Manfaat Teoritis:

(28)

commit to user

b. Sebagai bahan masukan kepada lembaga pendidikan tentang perlunya

labortorium riil dan laboratorium virtuil.

c. Sebagai bahan masukan pada guru pentingnya mengetahui gaya belajar dan

sikap ilmiah siswa.

2. Manfaat Praktis:

a. Memberikan gambaran penggunaan laboratorium virtuil sebagai alternatif

pembelajaran.

b. Memanfaatkan komputer dan LCD secara optimal untuk proses belajar

(29)

commit to user

12

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kimia

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau

murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) adalah suatu proses

dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset

khusus dari pendidikan. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk

mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan

dasarnya, motivasinya, latar belakang akademinya, latar belakang sosial

ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik

siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar

dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan

guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar

(30)

commit to user

tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai

proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir

yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai

upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang

diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat

merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran

yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960)

mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan

asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.

b. Ilmu Kimia

Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari sifat materi,

struktur materi, komposisi materi, perubahan materi, dan energi yang menyertai

perubahan materi. Perkembangan ilmu pengetahuan alam tidak hanya dengan

adanya kumpulan fakta saja tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap

ilmiah. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam meliputi:

1) Metode ilmiah adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil

pengetahuan alam. Langkah-langkah metode ilmiah antara lain: merumuskan

masalah, hipotesis, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan. 2) Produk

ilmu pengetahuan alam berupa fakta, hukum, dan teori. 3) Sikap ilmiah adalah

(31)

commit to user

jujur, teliti, tanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, kritis, kerja sama,

menyampaikan ide dan menghargai pendapat orang lain.Ilmu kimia saat ini

berkembang dengan pesat, banyak produk yang dihasilkan misalnya dibidang

sandang, papan, pangan dan obat-obatan.

Pembelajaran kimia perlu metode yang tepat diantaranya eksperimen

dengan menggunakan laboratorium riil dan virtuil agar pembelajaran menjadi

lebih efektif, berkualitas dan menyenangkan.

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Para ahli psikologi dan guru-guru pada umumnya memandang belajar

sebagai kelakuan yang berubah, pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas

antar proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.

Mempelajari dalam arti memahami fakta-fakta sama sekali berlainan dengan

menghafalkan fakta-fakta. Suatu program pengajaran seharusnya memungkinkan

terciptanya suatu lingkungan yang memberi peluang untuk berlangsungnya proses

belajar yang efektif. Oleh karena itu, menurut Staton (1978: 9) seharusnya

keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan tingkatan perbedaan

cara berpikir, merasa dan berbuat para pelajar sebelum dan sesudah memperoleh

pengalaman-pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa. Dengan

kata lain, bila suatu kegiatan belajar telah berhasil maka seharusnya berubah

pulalah cara-cara pendekatan pelajar yang bersangkutan dalam menghadapi

(32)

commit to user

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut

individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu

kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri

dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi;

(2) afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan

reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan,

partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup;

dan (3) psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani

terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Orang dapat mengamati

tingkah laku orang yang telah belajar setelah membandingkan sebelum belajar.

Akibat belajar dari ketiga ranah ini akan makin bertambah baik. Arthur T.

Jersild menyatakan bahwa belajar adalah “modification of behaviour through

experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan

tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena

mengalami latihan. Dalam mengalami itu anak belajar terus menerus antara anak

didik dengan lingkungannya secara sadar dan sengaja. Belajar sebagai proses akan

terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented), dalam aspek ini dapat dilihat

dari pihak siswa untuk mencapai sesuatu yang berarti baginya maupun guru sesuai

dengan tujuan. Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan sehingga tanpa proses belajar

(33)

commit to user

adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai

tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996:7)

mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses

belajar. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung

pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika

para siswa itu disekolah atau dilingkungan keluarganya sendiri. Tiap ahli

psikologi memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman

dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning).

Diantaranya dikemukakan Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar

merupakan suatu proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui

latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri.

James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan

mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri.

Menurut Gage belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma

berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret

berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka

waktu lama melalui latihan atau pengalaman yang membawa kepada perubahan

diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian

Lester D. Crow mengemukan belajar ialah upaya memperoleh

kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala

(34)

commit to user

belajar seperti itu disebut “rote learning”. Kemudian jika yang telah dipelajari itu

mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut

overlearning”. Jadi belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh

pengetahuan, perilaku, dan keterampilan melalui latihan atau pengalaman.

b. Teori Belajar Kognitif

Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan

menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual.

Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang

situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Menurut Piaget

perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini

merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan

ekuilibrasi. Skemata adalah struktur kognitif berupa ide, konsep, gagasan.

Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur

kognitif yang ada sekarang. Akomodasi ialah proses penyesuaian struktur kognitif

ke dalam situasi baru. Ekuilibrasi adalah pengaturan diri secara mekanis untuk

mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Eksperimen dengan

menggunakan laboratorium riil atau laboratorium virtuil proses asimilasi terjadi

pada kegiatan memperoleh data. Proses akomodasi terjadi saat pengambilan

kesimpulan.

Menurut Bruner, perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan

melalui penyusunan materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan

tahap perkembangan individu tersebut. Penyusunan materi pelajaran dan

(35)

commit to user

kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.

Perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Bruner merupakan proses

discovery learning, yaitu penemuan konsep. Pembentukan konsep adalah tindakan

membentuk kategori baru. Eksperimen dengan laboratorium riil atau virtuil siswa

dapat menemukan konsep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Menurut Ausubel belajar sebagai reception learning. Jika discovery

learning menekankan pada pembelajaran induktif, maka reception learning

merupakan pembelajaran deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception

learning adalah advance organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi

pelajaran yang akan dipelajari individu. Penggunaan laboratorium riil atau virtuil

tujuannya supaya siswa belajar tidak menghafal sehingga tidak mudah lupa

tentang materi yang dipelajari.

c. Teori Konstruktivisme

Pengetahuan menurut konstruktiviame bersifat subjektif, bukan objektif.

Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realitas plural.

Berdasarkan pembentukannya, Piaget mengkategori pengetahuan menjadi tiga

yaitu: pengetahuan fisis, pengetahuan matematis-logis, dan pengetahuan sosial.

Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung

terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan

yang dibentuk dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi, maupun penggunaan

objek. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang dibentuk melalui interaksi

(36)

commit to user

Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah

bahasa merupakan aspek social. Menurutnya pembicaraan egosentrik merupakan

permulaan pembentukan kemampuan bicara yang pokok yang akan digunakan

sebagai alat dalam berpikir. Vygotsky membedakan antara pengertian spontan dan

pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari

pengalaman sehari- hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari

kelas. Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisiksn secara logis

dalam suatu system yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan

dari pengertian spontan ke ilmiah.

Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan

figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur

pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam

situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan

pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial.

Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks, yang terpenting adalah bagaimana

menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstektual. Secara sosiologis,

pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam

belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif

dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Peran

guru dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah memberikan

dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar

kemudian sedikit demi sedikit mengurangi bantuan tersebut setelah peserta didik

(37)

commit to user

d. Teori Psikologi Sosial

Anggota-anggota kelompok, pada waktu bekerja bersama-sama

memecahkan suatu persoalan, saling mempengaruhi tidak hanya dengan

mempengaruhi cara mereka mengemukakan, memperbaiki, dan

menggabung-gabungkan pemecahan-pemecahan yang diusulkan, akan tetapi juga memotivasi

mereka untuk memberikan sumbangan-sumbangan. Satu anggota atau lebih dalam

kelompok-kelompok yang berinteraksi terus, sering kali merupakan

fasilisator-fasilisator khusus bagi tercapainya tujuan, dan sejauh mereka diakui oleh yang

lain-lainnya maka mereka menyerupai pemimpin. Banyak cara-cara bagaimana

anggota-anggota dapat mengambil peran kepemimpinan sebagai fasilisator, juga

didalam kelompok yang sama. Oleh karena kebanyakan kelompok, sekalipun

tidak semua kelompok, menghadapi masalah-masalah yang menyangkut baik

penyelesaian tugas maupun pemeliharaan hubungan-hubungan interpersonal yang

memuaskan, maka efektivitas kelompok besar kemungkinan akan meningkat oleh

interaksi anggota-anggota dengan seorang pemimpin atau lebih yang merupakan

fasilitator-fasilitator khusus dalam memecahkan kedua macam persoalan tersebut.

Proses-proses interaksionil dasar melalui kelompok-kelompok secara efektif untuk

mencapai tujuan akan mempertinggi kekompakan kelompok.

Pengalaman-pengalaman keberhasilan dalam mencapai tujuan merupakan ciri-ciri kelompok

yang efektif.

e. Belajar Menggunakan Media

Pengetahuan tentang media pengajaran sangat berguna untuk menyusun

(38)

commit to user

rencana kegiatan yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Dengan mengenal media pengajaran dan memahami cara-cara penggunaannya

akan sangat membantu tugas para guru dalam meningkatkan proses pembelajaran.

Jerome Bruner (1960) membagi alat instruksional dalam empat macam menurut

fungsinya yaitu: (1) alat untuk menyampaikan pengalaman, (2) alat model yang

dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, (3) alat

dramatisasi, (4) alat automatisasi atau pelajaran berprograma. Agar proses

pembelajaran tidak mengalami kesulitan maka masalah perencanaan, pemilihan

dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru. 3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium

yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (source)

dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran, media ini dapat

diartikan sebagai berikut: (1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan pembelajaran; (2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran seperti buku , film , video slide , dan sebagainya; (3) Sarana

komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk teknologi

perangkat kerasnya.

Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, ditarik kesimpulan

bahwa: (1) Media pembelajaran merupakan wahana dari informasi yang oleh

(39)

commit to user

bahan ajar yang disampaikan adalah pesan materi pembelajaran. (3) Tujuan yang

ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Kegiatan belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi.

Dalam proses komunikasi guru berperan sebagai komunikator yang akan

menyampaikan pesan/bahan ajar kepada siswa sebagai penerima pesan. Agar

pesan/bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka

diperlukan wahana penyalur pesan yaitu media pembelajaran. Penggunaan media

pembelajaran yang berlebihan dalam suatu kegiatan belajar mengajar akan

mengaburkan tujuan dan isi pembelajaran. Media yang terdapat di pasaran dan

tinggal pakai tersebut dalam bahasa media disebut media by utilization, sedangkan

media yang dirancang dan dipersiapkan sendiri sesuai dengan tuntutan tujuan

pembelajaran disebut media by design.

Kelebihan dari media jadi (by utilization) adalah bisa menghemat tenaga

dan waktu, sedangkan untuk merancang media yang dapat memenuhi kebutuhan

tertentu (by design) tentu akan banyak memeras waktu dan tenaga, tetapi agak

sulit juga mencari media jadi yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau

kebutuhan dimana proses pembelajaran itu dilaksanakan.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran

1) Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan

indera penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan

(40)

commit to user

Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam (still pictures) atau

bergerak (motion pictures).

a) Media visual yang tidak diproyeksikan

(1) Gambar diam/mati (still pictures)

Gambar diam/mati adalah gambar yang disajikan secara fotografik,

misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya.

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar diam yaitu

dapat menterjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistic,

banyak tersedia dalam buku, mudah menggunakannya, tidak memerlukan

peralatan lain, tidak mahal.

(2) Media Grafis

Media grafis ini merupakan media pandang dua dimensi yang

dirancangsecara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.

Unsur-unsur yang terdapat pada media grafik adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat

digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan

kata-kata, angka serta bentuk symbol. Karakteristik dari media ini yaitu sederhana,

dapat menarik perhatian, murah dan mudah disimpan atau dibawa.

Grafik (graph) merupakan gambar yang sederhana untuk

menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk dimengerti. Ada

empat jenis grafik yang dapat digunakan yaitu: grafik batang (bar graphs), grafik

piktorial (pictorial graphs), grafik lingkaran (pie graphs), dan grafik garis (line

[image:40.595.112.517.250.488.2]
(41)

commit to user

Bagan (chart) berfungsi untuk menunjukkan hubungan, perbandingan,

perkembangan, klasifikasi, dan organisasi. Bagan terdiri atas bagan pohon (tree

charts), bagan arus (flow charts), bagan tebel (tabular charts), bagan organisasi

(organization charts), bagan klasifikasi (classification charts), dan bagan waktu

(time charts).

Diagram merupakan suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk

memperlihatkan tentang tata kerja dari suatu benda. Poster merupakan suatu

kombinasi visual yang terdiri atas gambar dan pesan/tulisan dengan menggunakan

warna yang mencolok. Kartun merupakan penggambaran dalam bentuk lungkisan

atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang dirancang untuk

membentuk opini siswa.

b) Media visual yang diproyeksikan

Media yang diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang

menggunakan alat proyeksi (proyektor) sehingga gambar atau tulisan nampak

pada layar (screen). Media Proyeksi ini dapat berbentuk media proyeksi gerak dan

media proyeksi diam. Jenis-jenis media proyeksi yang biasa digunakan overhead

projection/OHP, slides dan film strips.

2) Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemauan siswa untuk mempelajari bahan ajar. Bentuk dari media audio adalah

program kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan

(42)

commit to user

dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif media

ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang sudah mempunyai

kemampuan dalam berpikir abstrak.

3) Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang merupakan kombinasi dari audio

dan visual atau biasa disebut media pandang dengar. peran guru bisa beralih

menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk

belajar. Contoh media audio visual adalah: video/televisi pendidikan,

video/televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).

4. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran, dimana siswa

melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu

pertanyaan atau hipotesis yang dipelajarinya. Dalam proses belajar mengajar

dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri

atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,

menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu

obyek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk

mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu hukum

atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya.

Menurut pendapat di atas metode eksperimen menjadikan siswa sebagai

subyek belajar. Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut: (1)

metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

(43)

commit to user

saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris

tentang sains dan teknologi,suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3) metode ini

didudukung oleh azas-azas didaktis modern, antara lain: (a) siswa belajar dengan

mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa terhindar

jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat

obyektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah; dan (e) hasil

belajar akan tahan lama dan internalisasi. Selain kebaikan tersebut, metode

eksperimen mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut: (1) memerlukan

berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan

mahal; (2) metode ini memerlukan waktu yang lama; (3) setiap percobaan tidak

selalu memberikan hasil yang diharapkan mungkin ada faktor-faktor tertentu yang

berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; (4) sangat menuntut

[image:43.595.114.515.250.627.2]

penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan, dan bahan mutakhir.

Tabel 2.1 Sintak Eksperimen

No Guru Siswa

1. Memberi motivasi -

2. Membentuk kelompok -

3. Memperkenalkan peralatan Mengenali peralatan 4. Membimbing siswa melakukan kegiatan Melakukan kegiatan 5. Mengawasi siswa melakukan kegiatan Mencatat hasil kegiatan

Menyimpulkan data dari kegiatan 6. Menilai presentasi siswa Merepresentasikan hasil kegiatan 7. Membimbing menarik kesimpulan dari hasil

presentasi

- 8. Memberi reward pada presenter terbaik

mencakup isi dan cara penyampaiannya.

-

5. Penerapan Laboratorium Riil

Laboratorium riil adalah laboratorium yang di dalamnya terdapat alat-alat

dan bahan-bahan riil yang digunakan untuk melakukan percobaan. Melakukan

(44)

commit to user

menguatkan ingatan tentang materi yang dieksperimenkan. Kekurangan

laboratorium riil dibutuhkan biaya sarana dan prasarana yang besar. Dalam

melakukan praktikum di laboratorium siswa akan mengalami 1) Pengenalan alat

dan bahan, dalam pengenalan alat dan bahan kimia ini siswa dapat melihat secara

langsung. Guru menjelaskan fungsi atau kegunaan alat dan bahan kimia sehingga

dalam melakukan percobaan tidak merusak alat dan bahan kimia. 2) Pengukuran,

pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang

sejenis yang dipakai sebagai satuan standar. Dalam pengukuran siswa dapat

melihat langsung alat yang digunakan sehingga siswa perlu ketrampilan membaca

alat ukur. 3) Pengamatan, siswa mengamati dengan sungguh-sungguh dari

percobaan yang dilakukan dan menulis hasil percobaan pada tabel pengamatan. 4)

Percobaan, siswa sebelum melakukan percobaan membaca terlebih dahulu

petunjuk pratikum yang sudah ada di lembar kerja siswa sehingga dalam

melakukan percobaan mendapatkan data yang benar.

6. Penerapan Laboratorium Virtuil

Laboratorium virtuil adalah alat-alat dan bahan kimia dalam program

komputer yang dioperasikan dengan komputer. Laboratorium virtuil merupakan

salah satu solusi melakukan percobaan jika sekolah tidak ada alat dan bahan

kimia. Karakteristik program laboratorium virtuil dapat disebutkan sebagai

berikut: a) Berisi alat-alat dan bahan-bahan laboratorium. b) Dapat dilakukan

beberapa kali percobaan. c) Mudah dioperasikan, satu pemakai dapat satu

komputer atau satu komputer untuk dua pemakai. d) Dalam program ini semua

(45)

commit to user

Kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran dengan laboratorium

virtuil antara lain: melakukan pengamatan, melakukan proses IPA, memecahkan

masalah, bernalar, dan bersikap ilmiah. Dalam pengamatan laboratorium virtuil

siswa dapat langsung membaca angka-angka pada alat, dapat melihat kejadian

yang terjadi, juga dapat mendengar suara melalui sound pada komputer.

Percobaan dengan menggunakan laboratorium virtuil siswa dapat melakukan

percobaan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut bersalah berdasarkan

petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat mengembangkannya

sendiri dari petunjuk praktikum yang ada. Dalam menggunakan media komputer

direncanakan secara sistematik, agar pembelajaran berjalan efektif. Kelebihan

laboratorium virtuil adalah biaya murah, waktu singkat, dan memerlukan ruang

yang kecil.

7. Gaya Belajar

Gaya belajar difahami sebagai “dengan cara bagaimana seseorang belajar”

dan juga apakah siswa “lebih senang belajar bersama dalam kelompok atau lebih

menyukai belajar sendiri. Bagaimana cara belajar yang merupakan gaya

seseorang, selanjutnya bagaimana kegiatan belajar mengajar dapat dirancang

untuk mengakomodasi semua gaya belajar yang ada. Gaya dari segi cara belajar

adalah (1) bergaya belajar visual atau visual learner, (2) bergaya belajar lewat

pendengaran atau auditory learner, (3) bergaya belajar kinestetik atau kinesthetic

learner atau tactual. Untuk gaya belajar visual siswa akan lebih mudah

menangkap jika cara pembelajaranya dengan melihat: denah, gambar, chart,

(46)

commit to user

pendengaran lebih bisa jika cara pembelajaranya dengan mendengarkan informasi

lewat suara: misalnya uraian dari rekaman suara, radio, kuliah dll. Gaya belajar

kinestetik lebih bisa jika cara pembelajaranya dengan cara total terlibat melakukan

(secara fisik) apa yang sedang dicoba fahami.

Apabila diperhatikan seluruh gaya diatas, kebijakan pendidikan selama ini

telah berniat melayani semua kebutuhan gaya tersebut. Bukankah penyediaan

belajar berbantuan audio-visual telah lama disepakati. Demikian juga pendekatan

proses yang telah lama dikenal guru adalah layanan untuk ketiga gaya belajar

tersebut karena siswa belajar dengan merancang, melihat keadaan benda

sebenarnya atau tiruan, memahami dengan memanipulasikan (memegang,

merakit, mengurai rakitan, memilah-pilah dsb). Dengan demikian, sebenarnya

keseluruh gaya belajar akan terlayani manakala pembelajaran menerapkan

pembelajaran yang bervariasi menurut kebutuhan materi pokok bahasan.

Gaya belajar yang lain adalah kecocokan belajar dalam kelompok atau

individual. Ada siswa yang senang dan lebih mudah belajar sambil berdiskusi,

menyakinkan apa yang dipikirkan lewat teman. Belajar bersama-sama dalam

kelompok lebih cepat daripada belajar sendiri. Ada pula siswa yang lebih senang

belajar sendiri dan merasa kurang senang belajar bersama. Ia belajar menurut

caranya sendiri dan bahkan terganggu oleh kehadiran teman saat sedang

mempelajari sesuatu.

Banyak ciri-ciri perilaku yang merupakan petunjuk kecenderungan belajar

siswa. Ciri-ciri berikut ini membantu siswa menyesuaikan dengan modalitas

(47)

commit to user

dengan cepat; perencana dan pengatur jangka panjang yang baik; mementingkan

penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan

dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka; mengingat apa

yang dilihat, daripada yang didengar; mengingat dengan asosiasi visual; biasanya

tidak terganggu oleh keributan; mempunyai masalah untuk mengingat instruksi

verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk

mengulanginya; pembaca cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada

dibacakan; membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap

waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek;

sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat; lebih suka melakukan

demonstrasi daripada berpidato; kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika

mereka ingin memperhatikan.

Ciri-ciri orang auditorial: berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; mudah

terganggu oleh keributan; senang membaca dengan keras dan mendengarkan;

merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; berbicara dalam

irama yang terpola; biasanya pembicara yang fasih; belajar dengan mendengarkan

dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; suka berbicara, suka

berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar; lebih pandai mengeja dengan

keras daripada menuliskannya; lebih suka gurauan lisan daripada membaca

komik. Ciri-ciri orang kinestetik: berbicara dengan perlahan; menanggapi

perhatian fisik; menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; berdiri

dekat ketika berbicara dengan orang; selalu berorientasi pada fisik dan banyak

(48)

commit to user

berjalan dan melihat; menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;

banyak menggunakan isyarat tubuh; tidak dapat duduk diam untuk waktu lama;

tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada

ditempat itu; menggunaka kata-kata yang mengandung aksi; kemungkinan

tulisannya jelek; menyukai permainan yang menyibukkan.

8. Sikap Ilmiah

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” sedangkan istilah

attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “aptus” yang berarti keadaan siap

secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan

sikap sebagai: “An attitude is an idea charged with emotion which predis poses a

class of actions to aparcitular class of social situation”. Rumusan di atas

diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan

suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau

negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang

senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu

bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.

Menurut Baharuddin (1982: 34) mengemukakan bahwa ”sikap ilmiah pada

dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka

melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Dengan perkataan lain

kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan

suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap

(49)

commit to user

dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah,

antara lain: Sikap ingin tahu: apabila menghadapi suatu masalah yang baru

dikenalnya, maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan

tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak

mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan

kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. Sikap kritis: tidak langsung begitu

saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan

bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan; tidak merasa paling benar yang

harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan

bukti-bukti yang kuat. Sikap objektif: melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu,

menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata

lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya

sebagai subjek. Sikap ingin menemukan: selalu memberikan saran-saran untuk

eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang

baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan

yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain: tidak akan mengakui dan

memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah

walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. Sikap tekun: tidak bosan

mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya

meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum

selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Sikap terbuka: bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda

(50)

commit to user

terhadap pendapatnya. Dari beberapa aspek sikap ilmiah di atas, maka sikap

ilmiah yang dikembangkan untuk siswa antara lain: jujur, tanggung jawab,

disiplin, kritis, tekun dan terbuka. Dengan demikian, sikap ilmiah adalah sikap

yang dimiliki sesesorang dengan parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung

jawab, ingin tahu, objektif, tekun, ingin menemukan dan terbuka.

9. Prestasi Belajar

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi dapat diartikan

sebagai hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil

dari proses belajar. Menurut S. Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah

kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.

Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3 aspek yakni: kognitif,

affektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Faktor-faktor prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari

dalam diri siswa, yang meliputi: 1) gaya belajar, 2) motivasi, siswa yang memiliki

motivasi kuat akan mencapai hasil yang maksimal, 3) intelegensi (IQ), pada

umumnya siswa yang mempunyai IQ tinggi dapat lebih berprestasi daripada siswa

yang IQ rendah, 4) kesehatan, yang dapat dijaga dengan berolah raga, makanan

(51)

commit to user

tujuan akan belajar lebih bersemangat, sehingga dapat menunjang keberhasilan

dalam pencapaian prestasi terbaik dibandingkan dengan siswa yang tidak

mempunyai kejelasan tujuan. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa

meliputi: 1) sarana belajar atau laboratorium riil atau virtual, 2) metode mengajar,

dengan menggunakan banyak variasi metode belajar mengajar maka prestasi

siswa akan lebih baik daripada metode ceramah. 3) faktor keluarga, apabila

lingkungan keluarga mendukung maka mendorong anak untuk dapat berprestasi,

4) faktor lingkungan sekolah, situasi sekolah yang nyaman dan komunikasi

kekeluargaan yang kondusif antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa di

dalam sekola

Gambar

Gambar diam/mati adalah gambar yang disajikan secara fotografik,
Tabel 2.1 Sintak Eksperimen
Gambar 2.1 Grafik laju reaksi
Gambar 2.4 Grafik Laju Reaksi Terhadap Konsentrasi Orde Dua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan media laboratorium riil dan laboratorium virtuil

Pembelajaran Kimia menggunakan Laboratorium virtuil dan Laboratorium riil melalui metode Eksperimen dengan memperhatikan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil dapat diterapkan pada materi laju reaksi; (2)

belajarnya jika diberikan metode eksperimen dengan laboratorium riil. Siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik sama-sama terangkat prestasi belajarnya ketika kepada

Pembelajaran Kimia menggunakan Laboratorium virtuil dan Laboratorium riil melalui metode Eksperimen dengan memperhatikan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif melalui media riil dan media virtuil, sikap ilmiah, gaya belajar dan interaksinya

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil dapat diterapkan pada materi laju reaksi; (2)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif melalui media riil dan media virtuil, sikap ilmiah, gaya belajar dan interaksinya