SKRIPSI
Di ajuhkan untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh
Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi
Disusun oleh :
LIANATUL KHUSNA
0943010260
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI SOSIALISASI PROGRAM SAVE OUR STUDENT (Model
Komunikasi Sosialisasi Program Save Our Student di Surabaya)
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih
yang sebanyak-banyaknya pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi, diantaranya :
1. Dra. Hj. Suparwati, MSi. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UPN “Veteran” Jatim.
2. Juwito, S.Sos MSi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran”
Jatim.
3. Drs. Kusnarto, M.Si selaku dosen pembimbing terimaksih Bapak.
4. Dosen-dosen program studi ilmu komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi.
5. Kedua orang tua serta kedua adikku yang meberikan motivasi untuk
menyelesaikan proposal.
6. Teman-teman angkatan 2009, ilmu komunikasi, Virgin Ayu Sagita, Ida
Rizky Amilia, Cicielia Merisa, Debita Ariyanti, Endah Resmiati, Ardelina,
8. Buat Satlantas Polrestabes Surabaya dan Adek-adek SAMN3 Suarabaya
terimakasi atas kebaikan dan waktunya.
Dalam penyusunan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk ini dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun demi
perbaikan perkembangan di masa mendatang.
Surabaya, 7 Januari 2014
ABSTRAK ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ... 6
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 10
2.2.2 Fungsi Komunikasi ... 13
2.2.3 Sifat Komunikasi ... 14
2.2.4 Tujuan Komunikasi ... 14
2.2.5 Hambatan Komunikasi ... 16
2.2.6 Komunikasi yang Efektif ... 18
2.3 Komunikasi Interpersonal ... 20
2.3.1 Komunikasi Interpersonal Mencakup Perilaku tertentu ... 20
2.5 Komunikasi Massa ... 23
2.5.1 Fungsi Komunikasi Massa ... 25
2.5.2 Element-element Komunikasi Massa ... 25
2.6 Unsur Model Komunikasi Massa ... 26
2.6.1 Model Komunikasi Satu Tahap ... 27
2.6.2 Model Komunikasi Dua Tahap ... 27
2.6.3 Model Komunikasi Banyak Tahap ... 28
2.7 Media Massa ... 30
2.7.1 Fungsi Media Massa ... 30
2.7.2 Jenis-jenis Media Massa ... 31
2.8 Pengertian Sosialisasi ... 32
2.8.1 Proses Sosialisasi ... 33
2.8.2 Jenis-jenis Sosialisasi ... 36
2.8.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi ... 37
2.9 Program Save Out Student ... 38
2.9.1 Maksud dan Tujuan ... 38
2.9.2 Penahapan ... 38
2.9.3 Partnership ... 39
2.9.4 Metode ... 39
3.2Definisi Operasional Konsep ... 43
3.3Lokasi Penelitian ... 47
3.4Unit penelitian ... 47
3.5Obyek dan Informan Penelitian ... 48
3.6Metode Pengumpulan Data ... 49
3.7Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV PENYAJ IAN DAN ANALISIS DATA ... 51
4.1Gambaran Obyek Penelitian ... 51
4.1.1 Gambaran Umum Kota Surabaya ... 51
4.2Penyajian Data ... 53
4.2.1 SMA yang Sudah dapat Sosialisasi ... 53
4.2.2 Identitas Responden ... 54
4.3Analisis Data ... 57
4.3.1 Model Komunikasi Satu Tahap ... 58
4.3.2 Model Komunikasi Dua Tahap ... 63
4.4Pembahasan ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1Kesimpulan ... 73
5.2Saran ... 74
Lampiran 3 Gambar Wawancara
Baru-baru ini terjadi kecelakaan di jalan raya diakibatkan karena belum mempunyai SIM (Surat Ijin Mengemudi) bagi anak dibawah umur 17 tahun. Kecelakaan sering terjadi diakibatkan adanya pengendara di bawah umur. Polrestabes Surabaya mengadakan program save our student (SOS, dan selanjutnya disingkat SOS). Program SOS ini untuk mengatasi atau menanggulangi pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar. Selain itu Mabespolri bukan menjadikan pilot project. Pilot project merupakan pembelajaran berlalu lintas sejak dini. Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti ingin mengetahui hambatan apa dan model komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes Surabaya untuk mensosialisasikan program SOS.
Teori yang di gunakan dalam penelitian ini komunikasi massa, komunikasi antar pribadi dan model komunikasi Nurudin. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini metode kualitatif.
Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat di temukan bahwa masih terjadi hambatan. Dan model komunikasi yang digunakan model komunikasi dua tahap.
ABSTAKSI
LIANATUL Khusna. SAVE OUR MODEL STUDENT COMMUNICATION PROGRAM ( Model Communication Program Save Our Student Socialization in Surabaya )
Recently, an accident on the highway caused by not having a SIM (driver's license ) for children under the age of 17 years . Accidents often occur due to the presence of under-age riders . Surabaya Polrestabes save our student entered the program ( SOS , and hereinafter referred to as SOS ) . The SOS program to overcome or cope with traffic violations among students . Additionally Mabespolri trap makes the pilot project . The pilot project is an early learning traffic . Based on the above, the researchers wanted to know what the barriers and communication models used by the Polrestabes Surabaya to promote the SOS program .
The theory used in the study of mass communication , interpersonal communication and communication models Nurudin . The method used in this study a qualitative method .
1.1. Latar Belakang Masalah
Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni sutau aktivitas yang
“melayani” hubungan antara pengiriman dan penerimaan pesan melalui ruang dan
waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertama-tama tertarik mempelajari
komunikasi manusia (human communication), kini dan mungkin di masa yang
akan datang.
Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya orang bilang
komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi
merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh
sikap, perilaku, dan tindakan yang terampil dari manusia (communication involves
bith attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau
dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui interaksi, ide-ide, gagasan,
maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain.
(Liliweri alo, 2004 : 5 ).
Hakikat manusia sebagai makhluk sosial mendorong manusia untuk saling
berkomunikasi satu sama lain, komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan
dan informasi, dengan demikian wawasan dan pengetahuan manusia dapat
berkembang. Proses komunikasi ini terjadi sejak manusia ini hadir dalam
pertukaran ide, informasi, gagasan, keterangan, imbauan permohonan, saran, usul,
bahkan perintah.
Secara umum, komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian
pesan antar manusia. Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari usaha
penyampaian pesan antar manusia, objek ilmu komunikasi adalah usaha
penyampaian pesan antar manusia. Ilmu komunikasi tidak mengkaji proses
penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia ( hewan dan
tumbuhan). ( Nurani, 2010 : 5 ).
Interaksi sosial membentuk sebuah peran yang dimainkan setiap orang
dalam wujud kewenangan dan tanggung jawab yang telah memiliki pola-pola itu
ditegakkan dalam institusi sosial (social institution). Yang mengatur bagaimana
cara orang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, dan organisasi sosial
(social organization) memberikan wadah, serta mengatur mekanisme kumpul
orang-orang dalam suatu masyarakat. (Liliweri alo, 2004 : 5).
Dalam kajian ilmu sosial (sosiologi), syarat terjadinya interaksi sosial
adalah adanya (1) kontak sosial; (2) komunikasi. Komunikasi adalah suatu
hubungan yang melibatkan proses ketika informasi dan pesan dapat tersalurkan
dari satu pihak (orang dan benda / media) ke pihak lain. Tanpa adanya
komunikasi, sejarah peradapan manusia tak akan dapat maju sebagaimana tak ada
hubungan yang memungkinkan informasi atau pesan dapat dibagi terhadap orang
lain yang membuat informasi, wawasan dan pesan dapat tersampaikan. Sejak
manusia hadir dalam kehidupan, sejak itu pula terjadi proses pertukaran ide,
perintah. Dengan itu pula informasi atau pengetahuan yang dikemukakan oleh
seseorang atau sekelompok manusia dapat di terima banyak orang dan akhirnya
persepsi terhadap suatu hal mampu membuat masyarakat memahaminya secara
bersama-sama. (Nurani, 2010 : 11-12 ).
Komunikasi memiliki variasi definisi yang tak terhingga seperti : saling
bicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik
sastra dan masih banyak lagi. Hal ini adalah salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh para akademis : dapatkah kita secara layak menerapkan istilah
sebuah subjek kajian ilmu tehadap sesuatu yang sangat beragam dan memiliki
banyak sisi yang sebenarnya terjadi pada fenomena komunikasi manusia. ( John
Fiske, 2012 :1 ).
Komunikasi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Wilayahnya bisa
makro dan mikro. ( Nurani, 2010 : 6 ).
Definisi komunikasi itu harus mempertimbangkan tiga model komuniasi
(model retorika dan perspektif dramaturgi, model transmisi, dan model ritual).
Jadi komunikasi itu : (1) membuat orang lain mengambil bagian, menanamkan,
mengalihkan berita atau gagasan; (2) mengatur kebersamaan untuk …; (3)
membuat orang yang terlibat memiliki komunikasi; (4) membuat orang lain saling
berhubungan;dan (5) mengambil bagian dalam kebersamaan (catatan : model
retorikal dan dramaturgi menekankan ->membuat orang lain mengambil bagian
dari …; model transmisi -> menanamkan, mengalihkan berita atau gagasan; dan
model ritual -> mengatur orang-orang supaya mengambil bagian dalam
Dalam ilmu komunikasi yang mengakaji hubungan antara sesama
manusia, aksi dan reaksi dalam hubungan antara-manusia dinamakan ‘interaksi
sosial’. Interaksi sosial merupakan sarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan. Yang
dimaksud dinamis adalah bahwa interaksi akan memungkinkan suatu individu
atau kelompok berubah. ( Nurani, 2010 : 141 ).
Jika berbicara mengenai ilmu komunikasi sebenarnya tidak hanya
komunikasi secara perorangan yang dilakukan pelaku komunikasi tetapi banyak
juga pelaku komunikasi yang melakukan tindak komunikasi secara berkelompok
dengan banyak orang untuk menyampaikan program yang berisi pesan-pesan
untuk mencapai tujuan bersama, cara berkomunikasi yang demikian biasa kita
sebut dengan bersosialisasi. ( Alvin A, 2006 : 7 ).
Baru-baru ini terjadi kecelakaan di jalan raya diakibatkan karena belum
mempunyai SIM (Surat Ijin Mengemudi) bagi anak dibawah umur 17 tahun.
Kecelakaan sering terjadi diakibatkan adanya pengendara di bawah umur.
Orang tua seharusnya tidak memberikan motor kepada anak yang usianya
di bawah umur 17 tahun. Selain itu, orang tua mencegah anaknya yang belum
mempunyai SIM untk mengemudi atau membawa motor sendiri.
Polrestabes Surabaya mengadakan program save our student (SOS, dan
selanjutnya disingkat SOS). program SOS ini untuk mengatasi atau
menanggulangi pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar. Selain itu Mabespolri
bakan menjadikan pilot project. Pilot project disini merupakan pembelajaran
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana model komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes Surabaya
untuk mensosialisasikan program SOS.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja hambatan Polrestabes Surabaya mensosialisasikan program SOS
(save our student) kepada siswa?
2. Bagaimana Model Komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes
Surabaya mensosialisasikan program SOS kepada siswa?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja hambatan
Polrestabes Surabaya mensosialisasikan program SOS kepada siswa, Bagaimana
model komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes mensosialisasikan
program SOS kepada siswa.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Bagi ilmu komunikasi, penelitian ini diharap mampu memberikan
kontribusi yang besar berkaitan dengan pemahaman untuk mengetahui Bagaimana
hambatan Polrestabes Surabaya untuk mengomunikasikan program SOS dan
Model Komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes Surabaya
mensosialisasikan program SOS kepada siswa.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat dan pengertian
kepada khalayak luas atau pelaku komunikasi mengenai pemahaman dalam
berkerja sama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang di temui dalam program
SOS dan bagaimana cara bersosialisasi yang baik dan efektif melalui pemahaman
2.1. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang berjudul Model Komunikasi dalam
Sosialisasi Pengarusutamaan Gender dan Anggaran Responsif Gender di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan oleh Puji Lestari/Machya Astuti
Dewi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional
‘veteran’ Yogyakarta. Metode Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik
pengumpulan data Focus Group Discussion dan uji coba model komunikasi
Pengarustamaan Gender ( PUG) dan Anggaran Responsive Gender (ARG). Hasil
penelitian ini menunujukan bahwa Model komunikasi PUG dan ARG yang
diujicobakan, mengerti tentang Gender dan responsive gender, namun belum
mengimpletasikan dalam program kerja, dan hasil post test ternyata para peserta
pelatihan dari perwakilan Dinas Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, kulon Progo,
dan Sleman merasa puas dengan materi, metode, narasumber. Hasil penelitian
PUG-ARG dapat diimplementasikan didinas masing-masing. Model ini dapat
mempelancar dalam proses komunikasi pembuatan program kerja yang responsive
gender dan diiplementasikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program, serta didukung oleh personil disemua dinas yang memiliki pengetahuan
memadai tentang PUG, demi keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat,
Lalu penelitian kedua yang berjudul Model Komunikasi dalam Sosialisasi
Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga yang diteliti oleh Susilastuti Dwi N., M. Edy Susilo, dan
Zudiyatko Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dengan metode
kualitatif dan menggunakan teknik descriptive analysis ini menemukan bahwa,
komunikator yang berperan sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi perlu
mendapatkan perhatian. Komunikator dipilih berdasarkan latar belakang
komunikasi yakni masyarakat sasaran kegiatan sosialisasi. Selama ini kegiatan
sosialisasi Undang-Undang PKDRT yang dilaksanakan BPPM masih berasal dari
internal BPPM dan belum banyak menggunakan variasai narasumber.
Komunikator kegiatan sosialisasi tidak hanya sekedar menguasai Undang-Undang
PKDRT namun harus mengkaitkan dengan persoalan penyebab masalah KDRT
seperti persoalan sosial, Budaya, Agama, Ekonomi. BPPM DIY hendak lebih
memfokuskan kegiatan sosialisasi untuk jajaran profensi, kota atau kabupaten
dalam bentuk training, yang akan menjadi narasumber jenjang dibawahnya.
Dari kedua penelitian tersebut diatas dapat dibandingkan dengan penelitian
yang sedang dilakukan peneliti saat ini yang berjudul Model Komunikasi dalam
Sosialisasi Gotong Royong di Kelurahan Semolowaru, dari kedua penelitian
tersebut di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan
oleh peneliti saat ini metodenya sama-sama menggunakan metode kualitatif dan
Disamping itu terdapat pula perbedaan dari penelitian terdahulu yang
berjudul Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender dan
Anggaran Responsif Gender di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang
menggunakan teori PUG dan ARG.
Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini menggunakan
beberapa teori penunjang seperti teori komunikasi kelompok, teori komunikasi
interpersonal dan teori dasarnya menggunakan dua model komunikasi massa yaitu
milik Black and Whitney, Peneliti tidak menggunakan teori PUG dan ARG
karena itu lebih cocok digunakan untuk komunikasi antarbudaya.
Lalu permasalahan dari penelitian terdahulu tersebut diatas dengan
penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. Perbedaannya adalah bila penelitian
terdahulu di atas permasalahannya sudah berlangsung sejak lama tetapi
permasalahan kedua penelitian yang terdapat pada jurnal tidak dimunculkan dan
penelitian pada kedua jurnal tersebut tidak memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis, Teknik pengumpulan data yang digunakan pun hanya satu teknik tiap
jurnalnya, Sedangkan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti saat ini
memunculkan dua rumusan masalah dan permasalahannya merupakan
permasalahan baru dan terkini serta memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis. Lalu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti saat ini lebih
variatif dengan menggunakan tiga teknik penggumpulan data yaitu wawancara,
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh
semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara
memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti;
saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita,
kritik sastra, dan masih banyak lagi. Hal ini adalah salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh para akademisi; dapatkah kita secara layak menerapkan istilah
‘sebuah subjek kajian ilmu’ terhadap sesuatu yang sangat beragam dan memiliki
banyak sisi seperti yang sebenarnya terjadi pada fenomena komunikasi manusia?
Apakah ada harapan untuk menghubungkan kajian, contohnya; antara ekspresi
wajah dengan kritik sastra? Apakah itu memang merupakan sebuah upaya
pengkajjian yang perlu dilakukan?
Keraguan-keraguan yang berada dibalik pertanyaan-pertanyaan seperti
mungkin memunculkan pandangan bahwa komunikasi bukan merupakan sebuah
subjek didalam pengertian akademik normal, namun sebuah bidang ilmu yang
multidisipliner. Pandangan ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa apa yang telah
dinyatakan oleh para pesikolog dan sosiolog mengenai perilaku, komunikasi
manusia hampir sama sekali tidak memiliki kaitan dengan apa yang dinyatakan
oleh kritikus sastra.
Terdapat dua mahzab utama dalam ilmu komunikasi. Pertama, kelompok
yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Kelompok ini fokus dengan
Kelompok ini juga sangat memperhatikan dengan hal-hal seperti efisiensi dan
akurasi. Pandangan ini melihat komuniksi sebagai proses dimana seseorang
memengaruhi prilaku atau cara berfikir orang lain. Jika efek yang muncul berbeda
atau kurang dari yang diinginkan, mahzab ini cenderung untuk berbicara dengan
istilah-istilah seputar kegagalan komunikasi, dan melihat berbagai tahapan
didalam proses komunikasi untuk menemukan dimana kegagalan terjadi. Untuk
lebih mudahnya john fiske akan menyebut pandangan ini sebagai kelompok
‘proses’.
Mahzab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukan makna.
Kelompok ini fokus dengan bagaimana pesan, atau text, berinteraksi dengan
manusia didalam rangka untuk memproduksi makna: artinya, pandangan ini
sangat memperhatikan peran teks didalam budaya kita. Kelompok ini
menggunakan istilah seperti signifikansi ( pemaknaan ), dan tidak menganggap
kesalah pahamaan sebagai bukti penting dari kegagalan komunikasi kesalah
pahaman tersebut mungkin merupakan hasil dari perbedaan-perbedaan budaya
antara pengirim dan penerima. Bagi mahzab ini, ilmu komunikasi adalah kajian
teks dan budaya. Metode utama dari pandangan ini adalah semiotik ( ilmu tentang
tanda dan makna ), dan itu juga merupakan nama yang akan saya gunakan untuk
mengidentifikasi pendekatan ini. Mahzab proses cenderung mengkaitam diri
dengan ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung
memfokuskan dirinya terhadap tindak ( acts ) komunikasi. Mahzab semiotik
kecenderungan untuk memfokuskan dirinya terhadap kerja ( works ) komunikasi.
( John fiske, 2012 :1-3 ).
Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar, sebagai berikut :
1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa
dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa ( Laswell ).
2. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu
orang kepada orang lain dengan maksud tertentu.
3. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan
tanda-tanda ( alamiah atau universal berupa simbol-simbol berdasarkan
perjanjian manusia ) verbal atau non verbal yang di dasari atau tidak di
dasari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain.
4. Komunikasi adalah proses dimana sesorang individu atau komunikator
mengooperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa (
verbal maupun non-verbal ) untuk mengubah tingkah laku orang lain (
CARL I.HOVLAND ).
5. Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau
emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol, (
Theodorson dan Thedorson ).
6. Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang
kepada orang lain ( Edwin emery ).
7. Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara
8. Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan / lambang
yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua
proses dan berakibat pada bentuk prilaku manusia dan adat kebiasaan (
William Albig ).
9. Komunikasi berarti suatu mekanisme suatu hubungan antar manusia
dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya
melalui ruang dan menyimpan dalam waktu ( Charles H. Cooley ).
10.Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber
kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktifitas, rangkaian
atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut ( A.
Winnet ).
11.Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem
simbolingusitik, seperti sistem simbol verbal ( kata-kata) dan nonverbal.
Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau melalui
media lain ( tulisan, oral, dan visual ) ( Karlfried Knapp ). ( Tommy
Suprapto, 2011 : 5-6 ).
2.2.2. Fungsi Komunikasi
Robert G. King. Memasukan fungsi komunikasi kedalam ruang lingkup
ilmu komunikasi. Menurutnya, ada tiga fungsi dari proses komunikasi yang dapat
dijadikan acuan dalam setiap rancangan materi pesan yang ingin disampaikan.
Efek apa yang ingin dicapai diakhir proses komunikasi. Ada tiga fungsi
a. Proses pengembangan mental ( Development of menthal process )
b. Penyesuaian dengan lingkungan ( adjustment of environment )
c. Manupulir lingkungan ( manipulation of environment ) ( Lukiati Komala,
2009 : 138 ).
2.2.3. Sifat Komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Komunikasi Verbal ( verbal communication )
1. Komunikasi Lisan ( oral communication )
2. Komunikasi Tulisan ( written communication )
b. Komunikasi nonverbal ( nonverbal communication )
1. Komunikasi kial/bahasa dan gerak-gerak tubuh ( gesture/body
communication )
2. Komunikasi gambar ( pictorial communication )
c. Komunikasi tatap muka ( face to face communication )
d. Komunikasi bermedia ( mediated communication ) ( Effendy, 2000 : 53 ).
2.2.4. Tujuan Komunikasi
Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah
menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan
perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal
utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian
hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi
dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu
makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83).
Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan
mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
Pada umumnya tujuan komunikasi tujuan anatara lain, yaitu:
1. Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita
harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya
dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita
maksud.
2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar
aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita
dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan
memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu
itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud
di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting
harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja,
2.2.5. Hambatan Komunikasi
Secara umum, ada dua jenis gangguan dalam komunikasi:
A. Gangguan teknis, yaitu gangguan yang menyangkut hambatan yang ada
pada saluran komunikasi yang menjadi media antara komunikator dan
komunikan ( penerima pesan ) yang menyebabkan pesan tidak sampai.
B. Gangguan semantik, yaitu gangguan yang berkaitan dengan masalah
pemahaman yang berbeda tentang makna dari simbol atau isi pesan yang
disampaikan, misalnya masalah bahasa yang berbeda. ( Nurani, 2010 :
86-87 ).
( West and Turner. 2008 : 12 ). Komunikasi juga melibatkan
gangguan ( noise ), yang merupakan semua hal yang tidak dimaksudkan oleh
sumber informasi. Ada 4 jenis gangguan:
Pertama, gangguan ( semantic noise ) berhubungan dengan slang, jargon atau
bahasa-bahasa spesialisasi yang digunakan secara perseorangan dan
kelompok. Misalnya saja, ketika salah satu dari kami menerima laporan medis
dari dokter mata, kata-kata yang muncul adalah ‘ocular neuritis’. Dilated
funduscopic examination, dan papillary conjungctival changes. Ini adalah
contoh gangguan semantic karena diluar komunitas kedokteran, kata-kata ini
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki makna sama sekali, apalagi
bahasa yang digunakan adalah bahasa inggris.
Kedua, gangguan fisik ( eksternal )- physical ( eksternal ) noise,
Ketiga, gangguan psikologis ( psychological noise ) merujuk pada
prasangka, bias dan kesenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap
satu sama lain atau terhadap pesan itu sendiri.
Keempat, gangguan fisiologis ( psysiological noise ) adalah
gangguan yang bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan
semacam ini akan muncul apabila anda sebagai pembicara sedang sakit, lelah
atau lapar. ( Lukiati Komala, 2009 : 128-129 ).
Pada hakikatnya, kebanyakan dari gangguan yang timbul, bukan
berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari audience ( penerimanya).
Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh,
meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan
jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak-tidaknya ada tiga faktor
psikologis yang mendasari hal itu, yaitu:
1. Selective attention. Orang biasanya cenderung untuk mengespose dirinya
hanya kepada hal-hal ( komunikasi ) yang dikehendakinya. Misalnya,
seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat
membaca iklan jual beli mobil
2. Selective perception. Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu
peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi
sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelunnya. Hal ini erat
kaitannya dengan kecenderungan berfikir secara streotipe.
3. Selective retention. Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi,
untuk diingat. Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang
mengenai komunisme, seseorang mahasiswa yang anti komunis hanya
akan mengingat hal-hal jelek mengenai komunisme. Sebaliknya
mahasiswa yang prokomunis cenderung untuk mengingat
kelebihan-kelebihan sistem komunisme yang diungkapkan artikel tersebut. ( Tommy
Suprapto, 2001 : 14-15 ).
2.2.6. Komunikasi yang Efektif
Komunikasi akan efektif apabila terjadi pemahamaan yang sama
dan merangsang pihak-pihak lain untuk berfikir atau melakukan sesuatu.
Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan menambah keberhasilan
individu maupun organisasi. Komunikasi yang efektif akan membantu
mengantisipasi masalah-masalah, membuat keputusan yang tepat,
mengkoordinasikan, aliran kerja, mengawasi orang lain, dan mengembangkan
berbagai hubungan.
Sehubungan dengan komunikasi yang efektif, komunikasi dibedakan
menjadi dua, yakni komunikasi individu dan komunikasi massa. Dalam
komunikasi individu suatu komunikasi dikatan efektif apabila komunikan (
audience ) mampu memahami pesan sebgaimana yang dimaksud oleh pengirim
atau komunikator. Sementara dalam komunikasi massa, komunikasi dikatakan
Secara sederhana, komunikasi terdiri atas tiga unsur, yaitu: komunikator,
pesan, dan komunikan. Dengan demikian, apabila dirunut dari proses komunikasi,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif adalah:
1. Kredibilitas dan daya tarik komunikator
Kredibilitas komunikator menunjukan bahwa pesan yang disampaikannya
dianggap benar dan dapat dipercaya. Kepercayaan yang tinggi terhadap
komunikator akan menyebabkan kesediaan komunikan untuk menerima
pesan dan mengubah sikap sesuai keinginan komunikator. Buruknya
kredibiltas komunikator bisa menimbulkan ketidak percayaan sehingga
komunikan tidak bersedia melakukan perubahan sikap, padahal pesan
yang disampaikan komunikator sesungguhnya benar. Selain muncul
melalui kepercayaan, kredibilitas juga muncul melalui keahlian dan status
sosial.
Seorang komunikator yang memiliki daya tarik dan dikagumi, disenangi,
dan komunikannya bersedia melakukan upaya perubahan sikap. Contoh
komunikator yang memiliki daya tarik adalah seorang artis. Oleh karena
itu tidaklah mengherankan apabila banyak organisasi melibatkan artis agar
komunikasi dapat menjadi lebih efektif.
2. kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan
suatu pesan akan menimbulkan reaksi dan umpan balik apabila memenuhi
A. Menarik perhatian
Agar menarik perhatian, pesan dirancang dengan format yang
baik, pilihan kata yang tepat, serta waktu dan media penyampaian
yang tepat.
B. Menggunakan lambang atau bahasa yang dipahami komunikan.
C. Mampu memahami kebutuhan pribadi komunikan.
3. Kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami pesan
Komunikasi akan berlangsung efektif apabila komunikan memiliki
kemampuan untuk memahami pesan, sadar akan kebutuhan dan
kepentingannya, mampu mengambil putusan sesuai kebutuhan dan
kepentingannya, serta secara fisik dan mental mampu menerima pesan. (
Sutrisna Dewi, 2007 : 14-16 ).
2.3. Komunikasi Interper sonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau
beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung,
dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal di sertai
ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. ( Agus M, 2003 : 85 ).
2.3.1. Komunikasi Interpesonal Mencakup Perilaku Ter tentu
Perilaku sadar ( contrivedbebaviour ) adalah perilaku yang dipilih karena
sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi, urusan yang
harus diselesaikan, dan situasi serta kondisi yang ada. ( Agus M, 2003 : 87 ).
2.3.2. Komunikasi Interper sonal Saling Mengubah
Komunikasi Interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan
mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat
komunikasi dapat saling member inspirasi, semangat dan dorongan untuk
mengubah pikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas
bersama. Karena itu, komunikasi intrapersonal dapat merupakan wahana untuk
saling belajar dan mengembangkan wawasan pengetahuan, dan kepribadian. (
Agus M, 2003 : 90 ).
2.3.3. Faktor-fakto yang Mempengar uhi Komunikasi Interper sonal
Komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau
beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung,
dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai
ungkapan-ungkapan non verbal dan dilakukan secara lisan. Komunikasi ineterpersonal
merupakan kegiatan yang dinamis. (Hardjana, 2003:85-86)
2.4. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana
sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.
Komunikasi kelompok lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan
dengan komunikasi antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan
peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun komunikasi
kelompok dapat dan memang terjadi dalam suatu kelompok yang terdiri dari dua,
tiga, atau 4 individu, dia dapat juga terjadi dalam kelompok tatap muka yang lebih
besar dan kelompok-kelompok tersebut lebih bersifat permanen dari pada
kelompok-kelompok yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi. ( Alvin A,
2006 : 9 ).
1. Mengidentifikasi peranan seorang dalam jaringan komunikasi misalnya
sebagai liasons (penghubung), bridges (jembatan,menjembatani), dan
isolates (terisolasi, menyendiri);
2. Mengindentifikasi klik (cliques) dalam jaringan dan menentukan
bagaimana terbentuknya pengelompokan struktur yang pada gilirannya
mempengaruhi prilaku komunikasi dalam sebuah simtem;
3. Mengukur variasi struktur komunikasi (seprti kepadatan komunikasi) bagi
individu (pada titik tertentu), komunikasi di antara dua orang (dyads), klik,
atau satuan system.
Berdasarkan itu maka dikenal berbagai kategori peranan setiap orang
dalam membentuk jaringan antar pribadi, yaitu:
1. Nodes, yang menjelaskan peranan atau kependudukan serta fungsi
2. Link, yang menjelaskan kaitan antara nodes dan karakteristik hubungan
tersebut sebagai akibat dari fungsi mereka sebagai saluran komunikasi;
3. Cliques, yang menjelaskan sub kelompok dalam jaringan dan pembagian
tugas dalam klik dan struktur mereka dalam kaitan dengan arus
komunikasi;
4. Network, menjelaskan tentang satuan jaringan dan relasi antar karakteristik
sistem (ukuran atau struktur) dan kaitannya dengan arus komunikasi. (
Asante dan Gudykunst, 1981). Di ambil dari buku dasar-dasar komunikasi
antar budaya (Liliweri Alo, 2004 : 56-57)
2.5. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah suatu proses tempat suatu organisasi yang
kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan
pesan kepada khalayak yang besar, heterogen dan besar. Komunikasi massa
dibedakan dengan jenis komunikasi lainnya karena komunikasi massa
dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya
satu dan beberapa individu atau sebagaian khusus dari populasi. Komunikasi
massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk
menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat tercapai pada saat yang
sama dan semua orang yang mewakili berbagai lapisan sosial. ( Nurani, 2010 :
192 ).
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Saat ini
menonjol adalah penggunaan media massa sebagai alat utama dalam pelaksanaan
komunikasi dan memperoleh informasi ( Nurudin, 2011 : 35 ).
Khalayak dalam komunikasi massa adalah merupakan orang atau
kelompok orang yang berbeda latar belakang budaya yang tersebar secara
geografis di aneka ruang yang luas mulai dari local, regional, rasional maupun
internasional. Setiap hari khalayak tersebut mengkonsumsi pesan (iklan, berita,
opini) yang berasal dari para penulis dan pembawa acara radio dan televise
bahkan kehadiran media itu sendiriyang berbeda budaya dengan mereka. Dampak
kehadiran lembaga, pesan, maupun media yang berasal dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda sangat besar dalam perubahan sikap khalayak. Jadi
pemahaman terhadap konsep komunikasi antar budaya sangat membantuk untuk
menganalisis konteks komunikasi massa.
Karena itu maka salah satu kunci untuk menentukan komunikasi antar
budaya yang efektif adalah pengakuan terhadap faktor-faktor pembeda yang
mempengaruhi sebuah konteks komunikasi sebagaimana diuraikan tersebut,
misalnya peserta komunikasi, apakah itu etnik, ras, kelompok kategori yang
memiliki kebudayaan sendiri. Perbedaan-perbedaan itu meliputi nilai, norma,
kepercayaan, bahasa, sikap dan persepsi, yang semuanya itu sangat menentukan
pola-pola komunikasi antar budaya maupun lintas budaya. Kalau kita tidak
menyadari perbedaan itu maka komunikasi antar budaya dan lintas budaya akan
Dengan kata lain kita akan menentukan konteks komunikasi dalam komunikasi
dengan menjawab pertanyaan; in what and what context, contact, interaction, or
communication. (Liliweri alo 2007: 59-60)
2.5.1. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney
(1988 ) antara lain : (1) to inform ( menginformasikan ), (2) to intertain ( memberi
hiburan ), (3) to persuade ( membujuk ), dan (4) transmission of culture (
transmisi budaya ). ( Nurudin, 20011 : 64 ).
Dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa bisa ditambah sebagai
berikut; (1) Melawan kekuasaan dan kekuatan represif, (2) menggugat hungan
trikotomi antara pemerintah, pers, dan masyarakat. (Nuridin, 2011 : 65 ).
2.5.2. Elemen-Elemen Komunikasi Massa
Dalam komunikasi massa pengirim sering disebut sebagai komunikator,
sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audience, komunikan,
pendengar, penonton, pemirsa atau pembaca. Sementara itu saluran dalam
komunikasi massa yang dimaksud anatara lain : televisi, radio, surat kabar, buku
dan internet yang sering disebut sebagai media massa. Ada beberapa elemen
dalam media massa antara lain : komunikator, isi, audience, umpan balik,
gangguan, gatekeeper, pengatur, filter dan efek. ( Nurudin, 2011 : 95 ).
2.6. Unsur Model Komunikasi Massa
Komunikasi massa mempunyai model tersendiri dalam proses aliran
pesan-pesannya, hal ini terjadi karena unsur yang terlibat juga beda dengan bentuk
komunikasi secara umum. Untuk memberikan pemahaman model komunikasi
massa, berikut ini akan dikemukakan empat elemen yang mendasari dibuatnya
model ( Hiebert, Ungurait dan, Bohn, 1985 ) sebagai berikut :
A. Partisipan ( audience ) dalam komunikasi massa berjumlah besar dan
dapat meningkat secara drastic setiap saat. Sebagai contoh jumlah yang
berlipat-lipat itu dapat dilihat pada penonton televisi, pembaca buku atau
pembaca surat kabar. Akan tetapi yang lebih penting pengirim pesan
berasal dari sesorang yang berada dalam sebuah lembaga dengan aturan
tertentu.
B. Pesan lebih personal dan umum, tahapan ini sangat mungkin terjadi sebab
penerimaan pesan berasal dari lapisan masyarakat yang jumlahnya relative
besar.
C. Masing-masing audience secara fisik dan emosional dipisahkan oleh ruang
dan waktu dari komunikator dalam komunikasi massa.
D. Media massa menjadi syarat mutlak bagi saluran komunikasi massa.
Bahkan komunikasi massa itu sendiri tidak akan pernah terjadi tanpa
organisasi yang kompleks. ( Nurudin, 2011 : 138-139 ).
Oleh karena itu, untuk membedakan dengan komunikasi yang lain kita
perlu mngetahui proses terjadinya komuniksi massa itu. Pembahasan tentang
komunikasi massa itu berkerja, apa dan siapa unsur-unsurnya, dan bagaimana
kaitan di antara mereka.
2.6.1. Model Komunikasi Satu Tahap
Model ini beranggapan bahwa saluran media massa berkomunikasi
langsung dengan massa komunikan tanpa berlalunya suatu pesan melalui orang
lain. Tetapi pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan tidak
menimbulkan efek yang sama pada setiap individu komunikan. ( Nurani, 2010 :
197 ).
Saluran
pesan
saluran
Gambar 2.6.1 : Model komunikasi satu tahap ( Nurudin, 2011 : 140 ).
2.6.2. Model Komunikasi Dua Tahap
Konsep yang di gagaskan oleh Lazarsfeld dan kawan-kawannya
menganggap bahwa gagasan-gagasan yang dibawa oleh madia massa diterima
oleh orang-orang yang memiliki ketokohan kemudian tokoh ini meneruskan
kepada masyarakat. Jadi, ada dua tahap, tahap pertama dari sumbernya
komunikator kepada para pemuka masyarakat yang biasanya adalah opinion
leader di masyarakatnya, sedangkan tahap kedua adalah dari tokoh itu ke para
pengikutnya. Model ini member perhatian pada peranan media massa dan
komunikasi antar pribadi dalam menyampaikan informasi. ( Nurani, 2010 :
197-198 ).
Gambar 2.6.2. : Model komunikasi dua tahap ( Nurudin, 2011 : 141 ).
2.6.3. Model Komunikasi Banyak Tahap
model komunikasi banyak tahap, masyarakat menerima pesan-pesan dari
pemimpin opini bisa secara langsung maupun tidak. Tidak langsung
berarti mereka menerima pesan-pesan dari masyarakat melalui
pemimpinopini tau kontak langsung dengan pemimpin opini. Bahkan
individu bisa mendapatkan informasi dari individu yang lain. Misalnya,
seseorang individu menerima pesan melalui pemimpin opini (setelah
disebarkan melalui kelompok), kemudian individu itu mencari informasi sumber
Pemimpin opini
lain dari individu yang lain. Atau bisa juga seseorang individu menerima
pesan dari kelompoknya, tetapi ia juga bisa mendapatkan informasi lain
dari kelompok yang lain pula.
Jadi, model alir multitahap ini sangat berbeda dengan asumsi
model alir satu tahap yang menganggap individu tidak ada hubungan antar
individu yang satu dengan individuyang lain, sehingga terpaan media
massa dianggap begitu besarnya. Intinya adalah model alir banyak tahap
merupakan gabungan dari beberapa model (model alir satu tahap dan
model alir dua tahap).
Model alir multitahap tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan
apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap. Paling tidak, model
ini penting untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang dipengaruhi oleh
media massa itu sendiri atau komunikasi antar pribadi, bahkan
mempengaruhi media massa dan orang lain.
Pemimpin OPini
Group Group
Pemimpin
Gambar 2.6.3 Model komunikasi banyak tahap (Nurudin, 2011 : 144).
2.7. Media Massa
Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk
berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang. Dalam
jangka waktu yang ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata,
melainkan juga institusional dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan
terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun
melalui kesepakatan-kesepakatan lain. ( Nurani, 2010 : 198 ).
Dengan demikian media massa merupakan sarana penyampaian informasi
dan komunikasi yang menyebarkan informasi secara masal dan dapat diakses oleh
masyarakat secara luas. Sedangkan informasi massa merupakan informasi yang
diperuntukan kepada masyarakat secara missal, bukan informasi yang hanya
dikonsumsi secara pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik
publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing. ( Apriadi Tambukara,
2012 : 13 ).
2.7.1. Fungsi Media Massa
Adapun media massa yang menjadi institusi yang menghubungkan seluruh
unsur masyarakat satu dengan lainnya melalui produk media massa yang
dihasilkan. Secara spesifik fungsi media massa adalah : a. sebagai saluran
produksi dan distribusi konten simbolis, b. sebagai institusi public yang bekerja
sesuai aturan yang ada, c. keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima
sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan. ( Apriadi Tambukara, 2012 :
13 ).
2.7.2. J enis-J enis Media Massa
Media massa dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain :
Media cetak seperti surat kabar, memiliki cirri sebagai berikut :
A. Pesan yang disampaikan memiliki unsur reproduksi utama: simbol verbal,
gambar dan warna.
B. Bersifat portable : relative nyaman dan mudah bisa di bawa kemana-mana,
bisa dibaca dimana saja dan dapat dibaca secara berulang-ulang.
C. Unsur umpan balik yang ada juga bersifat verbal ( surat pembaca, kritik )
dan non verbal ( penjualan ).
D. Sumber kehidupan industry media cetak adalah iklan dan penjualan (
eceran maupun langganan ).
E. Isi pesan yang ada utamanya bersifat informatif.
F. Bisa berfungsi sebagai ruang publik bagi penyampaian gagsan dari
masyarakat ( biasanya ada ruang gagasan dan opini, yang disampaiakan
oleh masyarakat dalam bentuk tulisan ), selain juga memuat perdebatan
atas isu yang menjadi polemic.
G. Relatif bebas dari regulasi ( control melalui peraturan ), terutama di dalam
masyarakat yang menganut system pers bebas.
H. Wilayah janglauaannya masih didominasi oleh masyarakat perkotaan (
Media audio visual, misalnya internet memiliki ciri sebagai berikut :
A. Pesan di sampaikan melalui unsur reproduksi yang bersifat verbal,
gambar, warna suara dan gerakan.
B. Bersifat serempak
C. Umpan balik verbal non verbal
D. Karakter public dan pengaturan yang ketat.
E. Berisi berbagai bentuk onformasi dan pesan ( berita, hiburan, pendidikan
dan lain-lain ). ( Nurani, 2010 : 200-202 ).
2.8. Pengertian Sosialisasi
Proses sosialisasi merupakan bagian dari kontak sosial. Proses sosialisasi
yang berlangsung pribadi dapat berlangsung antara orang perorangan, antar orang
perorangan dalam suatu kelompok, antara kelompok masyarakat dengan
masyrakat global di dunia, antara perorang, kelompok, masyarakat dan dunia
global.
Sosial dapat diartikan sebagai kegiatan oleh lembaga tertentu kepada
masyarakat. Sosialisasi dapat dilakukan melalui tahap tatap muka secara langsung
dan melalui media.
Sosialisasi merupakan proses yang amat signifikan bagi kelangsungan
keadaan tertib masyarakat. Artinya, melalui proses sosialisasi inilah norma-norma
sosial dapat diwariskan pada generasi ke generasi (dengan ataupuntanpa
perubahan). Sosialisasi adalah suatu proses yang di ikuti secara aktif oleh kedua
mensosialisasikan dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi (masyarakat).
Aktifitas pihak yang mensosialisasikan disebut aktivitas melaksanakan sosialisasi,
sedangkan aktivitas pihak yang disosialisasi disebut aktivitas internalisasi.
(Narwoko-Suyanto, 2006 : 75-77)
Aktifitas interaksi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh pihak
disosialisasi tidak hanya bersikap pasif melainkanturut beraktivitas juga selama
proses sosialisasiberjalan. Pertama, pihak tersebut aktif dalam menginterprestasi
pesan yang disampaikan padanya (masyarakat) selanjutnya, hasilinterprestasi akan
diorganisir ke dalam ingatan, perasaan dan batinnya. (Narwoko-Suyanto, 2006
:81).
2.8.1. Pr oses Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah cara-cara berhubungan orang perseorang dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem, serta
bentuk-bentuk hubungan. Atau sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi
kehidupan bersama yang mencakup berbagai aspek kehidupan.
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam Pengantar sosiologi,
interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya
komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada
kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain
tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling
suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka
kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.
Sedangkan menurut George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi
yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap persiapan (Preparatory Stage), Tahap meniru (Play Stage), Tahap siap
bertindak (Game Stage), dan Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized
Stage/Generalized other).
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (social interaction) dan
sebagai syarat terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang perorang,
antara kelompok manusia, maupun antara kelompok manusia dengan orang
perorang.
Pengetahuan tentang proses-proses sosial memungkinkan seseorang untuk
memperoleh pengertian yang dinamis dari masyarakat atau gerak masyarakat.
Masyarakat pada umumnya mempunyai bentuk-bentuk struktural seperti :
kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, strafikasi dan kekuasaan.
Kesemuanya itu memiliki hubungan interaksi. Perubahan dan perkembangan
masyarakat yang mewujudkan segi dinamikanya disebabkan anggota masyarakat
senantiasa mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya, baik dalam bentuk
orang perorang maupun kelompok masyarakat.
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
a. Keluarga
Menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam
sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya
berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
b. Lingkungan (teman bermain)
Pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke
luar rumah. Teman bermain dapat pula memberikan pengaruh dalam
proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain
adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan
dalam membentuk kepribadian seorang individu.
c. Lembaga pendidikan
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang
belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari
adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi
(achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan
rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai perkerjaan, tetapi di sekolah sebagai besar tugas
sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
d. Media massa
Yang termasuk kelompok media massa disini adalah media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video,
film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan
2.8.2. J enis-J enis Sosialisasi
Jenis atau bentuk sosialisasi meliputi :
A. Sosialisasi Primer peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan
sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil
dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk sekolah.
B. Sosialisasi Sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu di
masyarakat. Bentuk sosialisasi sekunder sebagai berikut:
- Resosialisasi, adalah suatu proses sosialisasi dimana seseorang diberi identitas
baru. Contoh: seorang yang dirawat di rumahsakit jiwa mendapat identitas baru
sebagai orang yang sakit jiwa.
- Desosialisasi, adalah suatup proses sosialisasi dimana seseorang mengalami
pencabutan identitas diri yang lama. Contoh: orang yang telah selesai menjalani
masa hukuman, maka identitasnya sebagai narapidana dicabut. Menurut Goffman,
kedua proses tersebut berlangsung dalam instuisi total, yaitu tempat tinggal dan
tempat bekerja. Dalam kedua instuisi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam
situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu,
2.8.3. Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Sosialisasi
Terdiri beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi. Secara
garis besar, ada dua faktor yang yang dapat memengaruhi proses sosialisasi, yaitu
faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor Intrinsik
Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki pembawaan-pembawaan
yang berupa bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuankemampuan khusus warisan
orang tuanya. Hal itu disebut sebagai faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal
dari dalam diri seseorang yang melakukan sosialisasi. Faktor ini akan menjadi
bekal seseorang untuk melaksanakan beragam aktivitas dalam sosialisasi.
Hasilnya akan sangat berpengaruh terutama dalam perolehan keterampilan,
pengetahuan, dan nilai-nilai dalam sosialisasi itu sendiri.
Faktor Ekstrinsik
Sejak manusia dilahirkan dia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di
sekitarnya yang disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor ini dapat berupa
nilai-nilai, kebiasaan kebiasaan, adat istiadat, norma-norma, sistem sosial, sistem
budaya, dan sistem mata pencaharian hidup yang ada dalam masyarakat.
Nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat menjadi pedoman bagi
seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas agar sikap dan perilakunya sesuai
dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik akan
2.9. Program Save Our Student (S0S)
Dalam upaya menciptakan situasi dan keamanan, keselamatan,ketertiban
dan kelancaranlalu lintas guna menekan turunya korban meninggal dunia akibat
kecelakaan lalu lintas khususnya yang melibatkan pelajar dan membangun
kesadaran serta penggerakan pelopor keselamatan tertib lalu lintas, maka Satlantas
Polrestabes Surabaya meluncurkan program SOS, program ini terdiri berbagai
bentuk kegiatan, target, sasaran, dan metode yang bervariasi.
2.9.1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari program ini adalah memberikan pendidikan, pengetahuan
tentang etika berlalu lintas di jalan mulai dari usia dini dan tingkat pelajar dengan
tujuan menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas korban meninggal tingkat
fasalitas tingkat pada pengendara kendaraan di jalan khususnya anak sekolah atau
pelajar sebagai generasi muda penerus bangsa serta terciptanya situasi tertib
berlalu lintas yang nyaman dan kondusif di Kota Surabaya.
2.9.2. Pentahapan
Isi Program SOS
1. Melaksankan sosialisasi kepada anggota Satlantas Polretabes Surabaya
tentang cara bertindak dalam pelaksanaan program SOS.
2. Melaksankan penindakan dengan menggunakan tegoran simpatik terhadap
anak sekolah atau pelajar yang menggunakan kendaraan di jalan raya yang
3. Melaksanakan koordinasi atau konseling terhadap sekolah-sekolah tentang
himbauan bagi siswa-siswinya untuk tertib lalu lintas di jalan.
4. Melaksanakan lounching Program SOS dengan Dinas Pendidikan Kota
Surabaya di Gedung Wanita Surabaya.
5. Melaksanakan penindakan menggunakan blangko tilang bagi anak sekolah
atau pelajar yang belum memiliki persyaratan lengkap yang menggunakan
kendaraan di jalan raya.
6. Melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan etika berlalu lintas bagi pelajara
SMA serta pementasan OWP (opera wayang polisi) untuk pengenalan
rambu-rambu lalu lintas kepada siswa-siswi SD dan TK.
2.9.3. Partnership
Dalam pelaksanaan program SOS Satlantas Polrestabes Surabaya berkerja
sama dengan pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota
Suarabaya dan didukung oleh LSM, Toga, Tomas, Media, Club-Club Outomotive
Kota Surabaya, Instansi terkait serta para sponsorship.
2.9.4. Metode
a. Safty Reding
Bentuk kegiatan dengan memberikan pelatihan dan keterampilan dasar
berkendara atau mengemudikan kendaraan secara benar, aman dan
berkeselamatan saat berlalu lintas di jalan pada tingkat SMA tau SMK dan
b. Law Enforcement atau Dakgar Lantas
melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas melalui tindakan simpatik
yang bersifat persuasive edukatif dengan menggunakan belangko simpatik sebagai
tindakan awal dan akan dilanjutkan penindakan pelanggaran lalu lintas dengan
tilang secara bijak dan humanis disertai surat pernyataan oleh wali murid atau
wali kelas, kegiatan ini dititik beratkan pada sekolah tingkat SMP,SMA atau SMK
dan sederajat.
2.9.5. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan SOS selama bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2013 secara bertahap dan berkelanjutan melalui analisis dan evaluasi
dari semua kegiatan yang di laksanakan pada sekolah-sekolah tingkat SMA atau
SMK sejumlah 253 yang berada di Kota Surabaya.
2.10. Kerangka Berfikir
Peranan komunikasi sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat karena
komunikasi memiliki fungsi sosial yang vital untuk membangun konsep diri,
kelangsungan hidup dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Melalui
komunikasi kita dapat bekerjasama dengan anggota masyarakat, keluarga dan
negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama baik dalam kegiatan
sosial dan ekonomi. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lain
dapat dipastikan bahwa dia akan tersesat karena dia tidak memiliki kesempatan
Dari pemahaman komunikasi yang baik antar lapisan masyarakat saat
melakukan kegiatan sosial dan ekonomi, diharapkan mampu memberikan
pengertian atau pemahaman dari berbagai segi permasalahan komunikasi
khusunya tentang sosialisasi.
Baru-baru ini Polrestabes Surabaya mengadakan suatu kegiatan dalam
bentuk sosialisasi yang membahas tentang masalah SOS. Sosialisasi tersebut
membahas seputar permasalahan yang timbul di kalangan pelajar dan
memberikan solusi serta informasi mengenai kepedulian terhadap lingkungan dan
lalulintas di jalan raya, yang sering terjadi kecelakaan karena diakibatkan oleh
adanya pengendara motor yang masih belum memiliki SIM dan belum cukup
umur untuk mengendarai motor di jalan raya.
Polrestabes Surabaya mengadakan program SOS, karena program ini
untuk mengatasi atau menanggulangi pelangaran lalu lintas di kalangan pelajar.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha melihat dan memahami fenomena
komunikasi apa yang terjadi saat sosialisasi tersebut berlangsung melalui
pemahaman model komunikasi dalam sosialisasi. Model komunikasi dibuat untuk
membantu dalam memberikan pengertian tentang komunikasi dan juga
mengspesifikasikaan bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan
masyarakat. ( Lukita Komala, 2009 : 94 ). Hasil penelitian ini diharap dapat
memberikan manfaat dan pengertian kepada khalayak luas atau pelaku
komunikasi mengenai pemahaman dalam memanfaatkan media massa lalu cara
dan bagaimana cara bersosialisasi yang baik dan efektif melalui pemahaman
model komunikasi dalam sosialisasi.
SATLANTAS POLRESTABES
MEDIA MASSA KEPALA SEKOLAH
SISWA
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
adalah suatu metode yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu.
Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam
digunakan, karena dengan wawancara secara langsung antara peneliti dengan
informan, jawaban yang didapat akan lebih murni, tidak dimanipulasi, sebab
dengan wawancara secara langsung bahasa yang muncul dari informan tidak
hanya bahasa verbal melainkan non verbal pun juga tampak.
Menurut Prof Dr Sugiyono dalam penelitian kualitatif ‘masalah’ yang
dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu ‘masalah’ dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara,
dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan. (
Sugiyono, 2008 : 205 ).
3.2. Definisi Operasional Konsep
Ada beberapa teori yang di definisikan di dalam definisi operasional
konsep ini di antaranya : komunikasi interpersonal, komunikasi massa,
komunikasi kelompok, bentuk sosialisasi dan model komunikasi milik (Black and
Komunikasi interpersonal dalam penelitian ini adalah interaksi tatap muka
antara dua atau beberapa orang yang pelakuknya disebut komunikator dan
komunikasn, dimana komunikator dapat menyampaikan pesan secara langsung,
dan komunikan sebagai penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara
langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal di sertai
ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan.
Komunikasi Massa dalam penelitian ini adalah ketika suatu organisasi
yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan
mengirimkan pesan kepada masyarakat luas, heterogen dan besar. Komunikasi
massa berbeda dengan jenis komunikasi lainnya karena komunikasi massa
ditujukan kepada masyarakat luas baik dari berbagai kelompok dan bukan hanya
satu dan beberapa individu atau sebagaian khusus dari populasi. Komunikasi
massa juga menggunakan alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar
komunikasi itu dapat tercapai pada saat yang sama dan semua orang yang
mewakili berbagai lapisan sosial.
Komunikasi kelompok dalam penelitian yang dilakukan ketika ada
sekelompok komunikator yang menganggap dirinya sebagai kelompok berstruktur
dan komunikannya juga di anggap sebagai kelompok yang kedua belah pihak
melakukan komunikasi secara sadar dan memiliki kesadaran yang tinggi atas
sasaran bersama.
Bentuk sosialisasi adalah ketika pihak komunikator yang berusaha
anggap penting oleh kedua belah pihak melalui bentuk sosialisasi yang bertujuan
agar komunikan sasarannya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang akan
dituju bersama.
Model Komunikasi dalam penelitian ini adalah bentuk bagaimana
hubungan komunikasi saat terjadinya proses pengiriman dan penerimaan pesan
antara pihak-pihak yang terkait.
Model komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 Model yaitu
milik : Black and Whitney.
A. Model Komunikasi Satu Tahap
Model ini beranggapan bahwa saluran media massa dalam hal ini
adalah media yang digunakan oleh komunikator sebagai sarana sosialisasi
yang isi sosialisasinya ditujukan langsung dengan massa komunikan. tanpa
melalui orang lain. Tetapi pesan tersebut tidak mencapai semua
komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap individu
komunikan. Pihak Polrestabes Surabaya disini hanya memiliki satu tahap
untuk mensosialisasikan Program SOS kepada siswa.
B. Model Komunikasi Dua Tahap
Gagasan-gagasan yang dibawa oleh madia massa yang berisi
program tertentu dan diterima oleh orang-orang yang memiliki ketokohan
lalu kemudian para tokoh tersebut meneruskan kepada masyarakat. Jadi,
ada dua tahap, tahap pertama dari sumbernya media massa kepada tokoh
masyarakat. Model ini memberi perhatian pada peranan media massa
dalam menyampaikan informasi. D