• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KOMUNIKASI SOSIALISASI PROGRAM SAVE OUR STUDENT (Model Komunikasi Sosialisasi Program Save Our Student di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KOMUNIKASI SOSIALISASI PROGRAM SAVE OUR STUDENT (Model Komunikasi Sosialisasi Program Save Our Student di Surabaya)."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Di ajuhkan untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

LIANATUL KHUSNA

0943010260

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KOMUNIKASI SOSIALISASI PROGRAM SAVE OUR STUDENT (Model

Komunikasi Sosialisasi Program Save Our Student di Surabaya)

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih

yang sebanyak-banyaknya pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi, diantaranya :

1. Dra. Hj. Suparwati, MSi. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UPN “Veteran” Jatim.

2. Juwito, S.Sos MSi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran”

Jatim.

3. Drs. Kusnarto, M.Si selaku dosen pembimbing terimaksih Bapak.

4. Dosen-dosen program studi ilmu komunikasi yang telah banyak

memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi.

5. Kedua orang tua serta kedua adikku yang meberikan motivasi untuk

menyelesaikan proposal.

6. Teman-teman angkatan 2009, ilmu komunikasi, Virgin Ayu Sagita, Ida

Rizky Amilia, Cicielia Merisa, Debita Ariyanti, Endah Resmiati, Ardelina,

(3)

8. Buat Satlantas Polrestabes Surabaya dan Adek-adek SAMN3 Suarabaya

terimakasi atas kebaikan dan waktunya.

Dalam penyusunan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih

banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk ini dengan

kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun demi

perbaikan perkembangan di masa mendatang.

Surabaya, 7 Januari 2014

(4)

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 10

2.2.2 Fungsi Komunikasi ... 13

2.2.3 Sifat Komunikasi ... 14

2.2.4 Tujuan Komunikasi ... 14

2.2.5 Hambatan Komunikasi ... 16

2.2.6 Komunikasi yang Efektif ... 18

2.3 Komunikasi Interpersonal ... 20

2.3.1 Komunikasi Interpersonal Mencakup Perilaku tertentu ... 20

(5)

2.5 Komunikasi Massa ... 23

2.5.1 Fungsi Komunikasi Massa ... 25

2.5.2 Element-element Komunikasi Massa ... 25

2.6 Unsur Model Komunikasi Massa ... 26

2.6.1 Model Komunikasi Satu Tahap ... 27

2.6.2 Model Komunikasi Dua Tahap ... 27

2.6.3 Model Komunikasi Banyak Tahap ... 28

2.7 Media Massa ... 30

2.7.1 Fungsi Media Massa ... 30

2.7.2 Jenis-jenis Media Massa ... 31

2.8 Pengertian Sosialisasi ... 32

2.8.1 Proses Sosialisasi ... 33

2.8.2 Jenis-jenis Sosialisasi ... 36

2.8.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi ... 37

2.9 Program Save Out Student ... 38

2.9.1 Maksud dan Tujuan ... 38

2.9.2 Penahapan ... 38

2.9.3 Partnership ... 39

2.9.4 Metode ... 39

(6)

3.2Definisi Operasional Konsep ... 43

3.3Lokasi Penelitian ... 47

3.4Unit penelitian ... 47

3.5Obyek dan Informan Penelitian ... 48

3.6Metode Pengumpulan Data ... 49

3.7Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV PENYAJ IAN DAN ANALISIS DATA ... 51

4.1Gambaran Obyek Penelitian ... 51

4.1.1 Gambaran Umum Kota Surabaya ... 51

4.2Penyajian Data ... 53

4.2.1 SMA yang Sudah dapat Sosialisasi ... 53

4.2.2 Identitas Responden ... 54

4.3Analisis Data ... 57

4.3.1 Model Komunikasi Satu Tahap ... 58

4.3.2 Model Komunikasi Dua Tahap ... 63

4.4Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1Kesimpulan ... 73

5.2Saran ... 74

(7)

Lampiran 3 Gambar Wawancara

(8)

Baru-baru ini terjadi kecelakaan di jalan raya diakibatkan karena belum mempunyai SIM (Surat Ijin Mengemudi) bagi anak dibawah umur 17 tahun. Kecelakaan sering terjadi diakibatkan adanya pengendara di bawah umur. Polrestabes Surabaya mengadakan program save our student (SOS, dan selanjutnya disingkat SOS). Program SOS ini untuk mengatasi atau menanggulangi pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar. Selain itu Mabespolri bukan menjadikan pilot project. Pilot project merupakan pembelajaran berlalu lintas sejak dini. Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti ingin mengetahui hambatan apa dan model komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes Surabaya untuk mensosialisasikan program SOS.

Teori yang di gunakan dalam penelitian ini komunikasi massa, komunikasi antar pribadi dan model komunikasi Nurudin. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini metode kualitatif.

Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat di temukan bahwa masih terjadi hambatan. Dan model komunikasi yang digunakan model komunikasi dua tahap.

ABSTAKSI

LIANATUL Khusna. SAVE OUR MODEL STUDENT COMMUNICATION PROGRAM ( Model Communication Program Save Our Student Socialization in Surabaya )

Recently, an accident on the highway caused by not having a SIM (driver's license ) for children under the age of 17 years . Accidents often occur due to the presence of under-age riders . Surabaya Polrestabes save our student entered the program ( SOS , and hereinafter referred to as SOS ) . The SOS program to overcome or cope with traffic violations among students . Additionally Mabespolri trap makes the pilot project . The pilot project is an early learning traffic . Based on the above, the researchers wanted to know what the barriers and communication models used by the Polrestabes Surabaya to promote the SOS program .

The theory used in the study of mass communication , interpersonal communication and communication models Nurudin . The method used in this study a qualitative method .

(9)

1.1. Latar Belakang Masalah

Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni sutau aktivitas yang

“melayani” hubungan antara pengiriman dan penerimaan pesan melalui ruang dan

waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertama-tama tertarik mempelajari

komunikasi manusia (human communication), kini dan mungkin di masa yang

akan datang.

Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya orang bilang

komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi

merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh

sikap, perilaku, dan tindakan yang terampil dari manusia (communication involves

bith attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau

dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui interaksi, ide-ide, gagasan,

maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain.

(Liliweri alo, 2004 : 5 ).

Hakikat manusia sebagai makhluk sosial mendorong manusia untuk saling

berkomunikasi satu sama lain, komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan

dan informasi, dengan demikian wawasan dan pengetahuan manusia dapat

berkembang. Proses komunikasi ini terjadi sejak manusia ini hadir dalam

(10)

pertukaran ide, informasi, gagasan, keterangan, imbauan permohonan, saran, usul,

bahkan perintah.

Secara umum, komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian

pesan antar manusia. Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari usaha

penyampaian pesan antar manusia, objek ilmu komunikasi adalah usaha

penyampaian pesan antar manusia. Ilmu komunikasi tidak mengkaji proses

penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia ( hewan dan

tumbuhan). ( Nurani, 2010 : 5 ).

Interaksi sosial membentuk sebuah peran yang dimainkan setiap orang

dalam wujud kewenangan dan tanggung jawab yang telah memiliki pola-pola itu

ditegakkan dalam institusi sosial (social institution). Yang mengatur bagaimana

cara orang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, dan organisasi sosial

(social organization) memberikan wadah, serta mengatur mekanisme kumpul

orang-orang dalam suatu masyarakat. (Liliweri alo, 2004 : 5).

Dalam kajian ilmu sosial (sosiologi), syarat terjadinya interaksi sosial

adalah adanya (1) kontak sosial; (2) komunikasi. Komunikasi adalah suatu

hubungan yang melibatkan proses ketika informasi dan pesan dapat tersalurkan

dari satu pihak (orang dan benda / media) ke pihak lain. Tanpa adanya

komunikasi, sejarah peradapan manusia tak akan dapat maju sebagaimana tak ada

hubungan yang memungkinkan informasi atau pesan dapat dibagi terhadap orang

lain yang membuat informasi, wawasan dan pesan dapat tersampaikan. Sejak

manusia hadir dalam kehidupan, sejak itu pula terjadi proses pertukaran ide,

(11)

perintah. Dengan itu pula informasi atau pengetahuan yang dikemukakan oleh

seseorang atau sekelompok manusia dapat di terima banyak orang dan akhirnya

persepsi terhadap suatu hal mampu membuat masyarakat memahaminya secara

bersama-sama. (Nurani, 2010 : 11-12 ).

Komunikasi memiliki variasi definisi yang tak terhingga seperti : saling

bicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik

sastra dan masih banyak lagi. Hal ini adalah salah satu permasalahan yang

dihadapi oleh para akademis : dapatkah kita secara layak menerapkan istilah

sebuah subjek kajian ilmu tehadap sesuatu yang sangat beragam dan memiliki

banyak sisi yang sebenarnya terjadi pada fenomena komunikasi manusia. ( John

Fiske, 2012 :1 ).

Komunikasi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Wilayahnya bisa

makro dan mikro. ( Nurani, 2010 : 6 ).

Definisi komunikasi itu harus mempertimbangkan tiga model komuniasi

(model retorika dan perspektif dramaturgi, model transmisi, dan model ritual).

Jadi komunikasi itu : (1) membuat orang lain mengambil bagian, menanamkan,

mengalihkan berita atau gagasan; (2) mengatur kebersamaan untuk …; (3)

membuat orang yang terlibat memiliki komunikasi; (4) membuat orang lain saling

berhubungan;dan (5) mengambil bagian dalam kebersamaan (catatan : model

retorikal dan dramaturgi menekankan ->membuat orang lain mengambil bagian

dari …; model transmisi -> menanamkan, mengalihkan berita atau gagasan; dan

model ritual -> mengatur orang-orang supaya mengambil bagian dalam

(12)

Dalam ilmu komunikasi yang mengakaji hubungan antara sesama

manusia, aksi dan reaksi dalam hubungan antara-manusia dinamakan ‘interaksi

sosial’. Interaksi sosial merupakan sarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan. Yang

dimaksud dinamis adalah bahwa interaksi akan memungkinkan suatu individu

atau kelompok berubah. ( Nurani, 2010 : 141 ).

Jika berbicara mengenai ilmu komunikasi sebenarnya tidak hanya

komunikasi secara perorangan yang dilakukan pelaku komunikasi tetapi banyak

juga pelaku komunikasi yang melakukan tindak komunikasi secara berkelompok

dengan banyak orang untuk menyampaikan program yang berisi pesan-pesan

untuk mencapai tujuan bersama, cara berkomunikasi yang demikian biasa kita

sebut dengan bersosialisasi. ( Alvin A, 2006 : 7 ).

Baru-baru ini terjadi kecelakaan di jalan raya diakibatkan karena belum

mempunyai SIM (Surat Ijin Mengemudi) bagi anak dibawah umur 17 tahun.

Kecelakaan sering terjadi diakibatkan adanya pengendara di bawah umur.

Orang tua seharusnya tidak memberikan motor kepada anak yang usianya

di bawah umur 17 tahun. Selain itu, orang tua mencegah anaknya yang belum

mempunyai SIM untk mengemudi atau membawa motor sendiri.

Polrestabes Surabaya mengadakan program save our student (SOS, dan

selanjutnya disingkat SOS). program SOS ini untuk mengatasi atau

menanggulangi pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar. Selain itu Mabespolri

bakan menjadikan pilot project. Pilot project disini merupakan pembelajaran

(13)

Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti ingin mengetahui

bagaimana model komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes Surabaya

untuk mensosialisasikan program SOS.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja hambatan Polrestabes Surabaya mensosialisasikan program SOS

(save our student) kepada siswa?

2. Bagaimana Model Komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes

Surabaya mensosialisasikan program SOS kepada siswa?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja hambatan

Polrestabes Surabaya mensosialisasikan program SOS kepada siswa, Bagaimana

model komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes mensosialisasikan

program SOS kepada siswa.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Bagi ilmu komunikasi, penelitian ini diharap mampu memberikan

kontribusi yang besar berkaitan dengan pemahaman untuk mengetahui Bagaimana

(14)

hambatan Polrestabes Surabaya untuk mengomunikasikan program SOS dan

Model Komunikasi yang digunakan oleh pihak Polrestabes Surabaya

mensosialisasikan program SOS kepada siswa.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat dan pengertian

kepada khalayak luas atau pelaku komunikasi mengenai pemahaman dalam

berkerja sama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang di temui dalam program

SOS dan bagaimana cara bersosialisasi yang baik dan efektif melalui pemahaman

(15)

2.1. Penelitian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu yang berjudul Model Komunikasi dalam

Sosialisasi Pengarusutamaan Gender dan Anggaran Responsif Gender di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan oleh Puji Lestari/Machya Astuti

Dewi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional

‘veteran’ Yogyakarta. Metode Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik

pengumpulan data Focus Group Discussion dan uji coba model komunikasi

Pengarustamaan Gender ( PUG) dan Anggaran Responsive Gender (ARG). Hasil

penelitian ini menunujukan bahwa Model komunikasi PUG dan ARG yang

diujicobakan, mengerti tentang Gender dan responsive gender, namun belum

mengimpletasikan dalam program kerja, dan hasil post test ternyata para peserta

pelatihan dari perwakilan Dinas Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, kulon Progo,

dan Sleman merasa puas dengan materi, metode, narasumber. Hasil penelitian

PUG-ARG dapat diimplementasikan didinas masing-masing. Model ini dapat

mempelancar dalam proses komunikasi pembuatan program kerja yang responsive

gender dan diiplementasikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

program, serta didukung oleh personil disemua dinas yang memiliki pengetahuan

memadai tentang PUG, demi keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat,

(16)

Lalu penelitian kedua yang berjudul Model Komunikasi dalam Sosialisasi

Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga yang diteliti oleh Susilastuti Dwi N., M. Edy Susilo, dan

Zudiyatko Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dengan metode

kualitatif dan menggunakan teknik descriptive analysis ini menemukan bahwa,

komunikator yang berperan sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi perlu

mendapatkan perhatian. Komunikator dipilih berdasarkan latar belakang

komunikasi yakni masyarakat sasaran kegiatan sosialisasi. Selama ini kegiatan

sosialisasi Undang-Undang PKDRT yang dilaksanakan BPPM masih berasal dari

internal BPPM dan belum banyak menggunakan variasai narasumber.

Komunikator kegiatan sosialisasi tidak hanya sekedar menguasai Undang-Undang

PKDRT namun harus mengkaitkan dengan persoalan penyebab masalah KDRT

seperti persoalan sosial, Budaya, Agama, Ekonomi. BPPM DIY hendak lebih

memfokuskan kegiatan sosialisasi untuk jajaran profensi, kota atau kabupaten

dalam bentuk training, yang akan menjadi narasumber jenjang dibawahnya.

Dari kedua penelitian tersebut diatas dapat dibandingkan dengan penelitian

yang sedang dilakukan peneliti saat ini yang berjudul Model Komunikasi dalam

Sosialisasi Gotong Royong di Kelurahan Semolowaru, dari kedua penelitian

tersebut di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan

oleh peneliti saat ini metodenya sama-sama menggunakan metode kualitatif dan

(17)

Disamping itu terdapat pula perbedaan dari penelitian terdahulu yang

berjudul Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender dan

Anggaran Responsif Gender di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang

menggunakan teori PUG dan ARG.

Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini menggunakan

beberapa teori penunjang seperti teori komunikasi kelompok, teori komunikasi

interpersonal dan teori dasarnya menggunakan dua model komunikasi massa yaitu

milik Black and Whitney, Peneliti tidak menggunakan teori PUG dan ARG

karena itu lebih cocok digunakan untuk komunikasi antarbudaya.

Lalu permasalahan dari penelitian terdahulu tersebut diatas dengan

penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. Perbedaannya adalah bila penelitian

terdahulu di atas permasalahannya sudah berlangsung sejak lama tetapi

permasalahan kedua penelitian yang terdapat pada jurnal tidak dimunculkan dan

penelitian pada kedua jurnal tersebut tidak memberikan manfaat secara teoritis

dan praktis, Teknik pengumpulan data yang digunakan pun hanya satu teknik tiap

jurnalnya, Sedangkan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti saat ini

memunculkan dua rumusan masalah dan permasalahannya merupakan

permasalahan baru dan terkini serta memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis. Lalu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti saat ini lebih

variatif dengan menggunakan tiga teknik penggumpulan data yaitu wawancara,

(18)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh

semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara

memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti;

saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita,

kritik sastra, dan masih banyak lagi. Hal ini adalah salah satu permasalahan yang

dihadapi oleh para akademisi; dapatkah kita secara layak menerapkan istilah

‘sebuah subjek kajian ilmu’ terhadap sesuatu yang sangat beragam dan memiliki

banyak sisi seperti yang sebenarnya terjadi pada fenomena komunikasi manusia?

Apakah ada harapan untuk menghubungkan kajian, contohnya; antara ekspresi

wajah dengan kritik sastra? Apakah itu memang merupakan sebuah upaya

pengkajjian yang perlu dilakukan?

Keraguan-keraguan yang berada dibalik pertanyaan-pertanyaan seperti

mungkin memunculkan pandangan bahwa komunikasi bukan merupakan sebuah

subjek didalam pengertian akademik normal, namun sebuah bidang ilmu yang

multidisipliner. Pandangan ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa apa yang telah

dinyatakan oleh para pesikolog dan sosiolog mengenai perilaku, komunikasi

manusia hampir sama sekali tidak memiliki kaitan dengan apa yang dinyatakan

oleh kritikus sastra.

Terdapat dua mahzab utama dalam ilmu komunikasi. Pertama, kelompok

yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Kelompok ini fokus dengan

(19)

Kelompok ini juga sangat memperhatikan dengan hal-hal seperti efisiensi dan

akurasi. Pandangan ini melihat komuniksi sebagai proses dimana seseorang

memengaruhi prilaku atau cara berfikir orang lain. Jika efek yang muncul berbeda

atau kurang dari yang diinginkan, mahzab ini cenderung untuk berbicara dengan

istilah-istilah seputar kegagalan komunikasi, dan melihat berbagai tahapan

didalam proses komunikasi untuk menemukan dimana kegagalan terjadi. Untuk

lebih mudahnya john fiske akan menyebut pandangan ini sebagai kelompok

‘proses’.

Mahzab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukan makna.

Kelompok ini fokus dengan bagaimana pesan, atau text, berinteraksi dengan

manusia didalam rangka untuk memproduksi makna: artinya, pandangan ini

sangat memperhatikan peran teks didalam budaya kita. Kelompok ini

menggunakan istilah seperti signifikansi ( pemaknaan ), dan tidak menganggap

kesalah pahamaan sebagai bukti penting dari kegagalan komunikasi kesalah

pahaman tersebut mungkin merupakan hasil dari perbedaan-perbedaan budaya

antara pengirim dan penerima. Bagi mahzab ini, ilmu komunikasi adalah kajian

teks dan budaya. Metode utama dari pandangan ini adalah semiotik ( ilmu tentang

tanda dan makna ), dan itu juga merupakan nama yang akan saya gunakan untuk

mengidentifikasi pendekatan ini. Mahzab proses cenderung mengkaitam diri

dengan ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung

memfokuskan dirinya terhadap tindak ( acts ) komunikasi. Mahzab semiotik

(20)

kecenderungan untuk memfokuskan dirinya terhadap kerja ( works ) komunikasi.

( John fiske, 2012 :1-3 ).

Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar, sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa

dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa ( Laswell ).

2. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu

orang kepada orang lain dengan maksud tertentu.

3. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan

tanda-tanda ( alamiah atau universal berupa simbol-simbol berdasarkan

perjanjian manusia ) verbal atau non verbal yang di dasari atau tidak di

dasari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain.

4. Komunikasi adalah proses dimana sesorang individu atau komunikator

mengooperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa (

verbal maupun non-verbal ) untuk mengubah tingkah laku orang lain (

CARL I.HOVLAND ).

5. Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau

emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol, (

Theodorson dan Thedorson ).

6. Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang

kepada orang lain ( Edwin emery ).

7. Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara

(21)

8. Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan / lambang

yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua

proses dan berakibat pada bentuk prilaku manusia dan adat kebiasaan (

William Albig ).

9. Komunikasi berarti suatu mekanisme suatu hubungan antar manusia

dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya

melalui ruang dan menyimpan dalam waktu ( Charles H. Cooley ).

10.Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber

kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktifitas, rangkaian

atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut ( A.

Winnet ).

11.Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem

simbolingusitik, seperti sistem simbol verbal ( kata-kata) dan nonverbal.

Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau melalui

media lain ( tulisan, oral, dan visual ) ( Karlfried Knapp ). ( Tommy

Suprapto, 2011 : 5-6 ).

2.2.2. Fungsi Komunikasi

Robert G. King. Memasukan fungsi komunikasi kedalam ruang lingkup

ilmu komunikasi. Menurutnya, ada tiga fungsi dari proses komunikasi yang dapat

dijadikan acuan dalam setiap rancangan materi pesan yang ingin disampaikan.

Efek apa yang ingin dicapai diakhir proses komunikasi. Ada tiga fungsi

(22)

a. Proses pengembangan mental ( Development of menthal process )

b. Penyesuaian dengan lingkungan ( adjustment of environment )

c. Manupulir lingkungan ( manipulation of environment ) ( Lukiati Komala,

2009 : 138 ).

2.2.3. Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Komunikasi Verbal ( verbal communication )

1. Komunikasi Lisan ( oral communication )

2. Komunikasi Tulisan ( written communication )

b. Komunikasi nonverbal ( nonverbal communication )

1. Komunikasi kial/bahasa dan gerak-gerak tubuh ( gesture/body

communication )

2. Komunikasi gambar ( pictorial communication )

c. Komunikasi tatap muka ( face to face communication )

d. Komunikasi bermedia ( mediated communication ) ( Effendy, 2000 : 53 ).

2.2.4. Tujuan Komunikasi

Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah

menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan

perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal

utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian

(23)

hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi

dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu

makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83).

Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting

dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan

mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.

Pada umumnya tujuan komunikasi tujuan anatara lain, yaitu:

1. Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita

harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya

dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita

maksud.

2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar

aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita

dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan

memaksakan kehendak.

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu

itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud

di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting

harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja,

(24)

2.2.5. Hambatan Komunikasi

Secara umum, ada dua jenis gangguan dalam komunikasi:

A. Gangguan teknis, yaitu gangguan yang menyangkut hambatan yang ada

pada saluran komunikasi yang menjadi media antara komunikator dan

komunikan ( penerima pesan ) yang menyebabkan pesan tidak sampai.

B. Gangguan semantik, yaitu gangguan yang berkaitan dengan masalah

pemahaman yang berbeda tentang makna dari simbol atau isi pesan yang

disampaikan, misalnya masalah bahasa yang berbeda. ( Nurani, 2010 :

86-87 ).

( West and Turner. 2008 : 12 ). Komunikasi juga melibatkan

gangguan ( noise ), yang merupakan semua hal yang tidak dimaksudkan oleh

sumber informasi. Ada 4 jenis gangguan:

Pertama, gangguan ( semantic noise ) berhubungan dengan slang, jargon atau

bahasa-bahasa spesialisasi yang digunakan secara perseorangan dan

kelompok. Misalnya saja, ketika salah satu dari kami menerima laporan medis

dari dokter mata, kata-kata yang muncul adalah ‘ocular neuritis’. Dilated

funduscopic examination, dan papillary conjungctival changes. Ini adalah

contoh gangguan semantic karena diluar komunitas kedokteran, kata-kata ini

memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki makna sama sekali, apalagi

bahasa yang digunakan adalah bahasa inggris.

Kedua, gangguan fisik ( eksternal )- physical ( eksternal ) noise,

(25)

Ketiga, gangguan psikologis ( psychological noise ) merujuk pada

prasangka, bias dan kesenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap

satu sama lain atau terhadap pesan itu sendiri.

Keempat, gangguan fisiologis ( psysiological noise ) adalah

gangguan yang bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan

semacam ini akan muncul apabila anda sebagai pembicara sedang sakit, lelah

atau lapar. ( Lukiati Komala, 2009 : 128-129 ).

Pada hakikatnya, kebanyakan dari gangguan yang timbul, bukan

berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari audience ( penerimanya).

Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh,

meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan

jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak-tidaknya ada tiga faktor

psikologis yang mendasari hal itu, yaitu:

1. Selective attention. Orang biasanya cenderung untuk mengespose dirinya

hanya kepada hal-hal ( komunikasi ) yang dikehendakinya. Misalnya,

seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat

membaca iklan jual beli mobil

2. Selective perception. Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu

peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi

sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelunnya. Hal ini erat

kaitannya dengan kecenderungan berfikir secara streotipe.

3. Selective retention. Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi,

(26)

untuk diingat. Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang

mengenai komunisme, seseorang mahasiswa yang anti komunis hanya

akan mengingat hal-hal jelek mengenai komunisme. Sebaliknya

mahasiswa yang prokomunis cenderung untuk mengingat

kelebihan-kelebihan sistem komunisme yang diungkapkan artikel tersebut. ( Tommy

Suprapto, 2001 : 14-15 ).

2.2.6. Komunikasi yang Efektif

Komunikasi akan efektif apabila terjadi pemahamaan yang sama

dan merangsang pihak-pihak lain untuk berfikir atau melakukan sesuatu.

Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan menambah keberhasilan

individu maupun organisasi. Komunikasi yang efektif akan membantu

mengantisipasi masalah-masalah, membuat keputusan yang tepat,

mengkoordinasikan, aliran kerja, mengawasi orang lain, dan mengembangkan

berbagai hubungan.

Sehubungan dengan komunikasi yang efektif, komunikasi dibedakan

menjadi dua, yakni komunikasi individu dan komunikasi massa. Dalam

komunikasi individu suatu komunikasi dikatan efektif apabila komunikan (

audience ) mampu memahami pesan sebgaimana yang dimaksud oleh pengirim

atau komunikator. Sementara dalam komunikasi massa, komunikasi dikatakan

(27)

Secara sederhana, komunikasi terdiri atas tiga unsur, yaitu: komunikator,

pesan, dan komunikan. Dengan demikian, apabila dirunut dari proses komunikasi,

maka faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif adalah:

1. Kredibilitas dan daya tarik komunikator

Kredibilitas komunikator menunjukan bahwa pesan yang disampaikannya

dianggap benar dan dapat dipercaya. Kepercayaan yang tinggi terhadap

komunikator akan menyebabkan kesediaan komunikan untuk menerima

pesan dan mengubah sikap sesuai keinginan komunikator. Buruknya

kredibiltas komunikator bisa menimbulkan ketidak percayaan sehingga

komunikan tidak bersedia melakukan perubahan sikap, padahal pesan

yang disampaikan komunikator sesungguhnya benar. Selain muncul

melalui kepercayaan, kredibilitas juga muncul melalui keahlian dan status

sosial.

Seorang komunikator yang memiliki daya tarik dan dikagumi, disenangi,

dan komunikannya bersedia melakukan upaya perubahan sikap. Contoh

komunikator yang memiliki daya tarik adalah seorang artis. Oleh karena

itu tidaklah mengherankan apabila banyak organisasi melibatkan artis agar

komunikasi dapat menjadi lebih efektif.

2. kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan

suatu pesan akan menimbulkan reaksi dan umpan balik apabila memenuhi

(28)

A. Menarik perhatian

Agar menarik perhatian, pesan dirancang dengan format yang

baik, pilihan kata yang tepat, serta waktu dan media penyampaian

yang tepat.

B. Menggunakan lambang atau bahasa yang dipahami komunikan.

C. Mampu memahami kebutuhan pribadi komunikan.

3. Kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami pesan

Komunikasi akan berlangsung efektif apabila komunikan memiliki

kemampuan untuk memahami pesan, sadar akan kebutuhan dan

kepentingannya, mampu mengambil putusan sesuai kebutuhan dan

kepentingannya, serta secara fisik dan mental mampu menerima pesan. (

Sutrisna Dewi, 2007 : 14-16 ).

2.3. Komunikasi Interper sonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau

beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung,

dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.

Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal di sertai

ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. ( Agus M, 2003 : 85 ).

2.3.1. Komunikasi Interpesonal Mencakup Perilaku Ter tentu

Perilaku sadar ( contrivedbebaviour ) adalah perilaku yang dipilih karena

(29)

sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi, urusan yang

harus diselesaikan, dan situasi serta kondisi yang ada. ( Agus M, 2003 : 87 ).

2.3.2. Komunikasi Interper sonal Saling Mengubah

Komunikasi Interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan

mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat

komunikasi dapat saling member inspirasi, semangat dan dorongan untuk

mengubah pikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas

bersama. Karena itu, komunikasi intrapersonal dapat merupakan wahana untuk

saling belajar dan mengembangkan wawasan pengetahuan, dan kepribadian. (

Agus M, 2003 : 90 ).

2.3.3. Faktor-fakto yang Mempengar uhi Komunikasi Interper sonal

Komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau

beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung,

dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.

Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai

ungkapan-ungkapan non verbal dan dilakukan secara lisan. Komunikasi ineterpersonal

merupakan kegiatan yang dinamis. (Hardjana, 2003:85-86)

2.4. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana

(30)

sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.

Komunikasi kelompok lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan

dengan komunikasi antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan

peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun komunikasi

kelompok dapat dan memang terjadi dalam suatu kelompok yang terdiri dari dua,

tiga, atau 4 individu, dia dapat juga terjadi dalam kelompok tatap muka yang lebih

besar dan kelompok-kelompok tersebut lebih bersifat permanen dari pada

kelompok-kelompok yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi. ( Alvin A,

2006 : 9 ).

1. Mengidentifikasi peranan seorang dalam jaringan komunikasi misalnya

sebagai liasons (penghubung), bridges (jembatan,menjembatani), dan

isolates (terisolasi, menyendiri);

2. Mengindentifikasi klik (cliques) dalam jaringan dan menentukan

bagaimana terbentuknya pengelompokan struktur yang pada gilirannya

mempengaruhi prilaku komunikasi dalam sebuah simtem;

3. Mengukur variasi struktur komunikasi (seprti kepadatan komunikasi) bagi

individu (pada titik tertentu), komunikasi di antara dua orang (dyads), klik,

atau satuan system.

Berdasarkan itu maka dikenal berbagai kategori peranan setiap orang

dalam membentuk jaringan antar pribadi, yaitu:

1. Nodes, yang menjelaskan peranan atau kependudukan serta fungsi

(31)

2. Link, yang menjelaskan kaitan antara nodes dan karakteristik hubungan

tersebut sebagai akibat dari fungsi mereka sebagai saluran komunikasi;

3. Cliques, yang menjelaskan sub kelompok dalam jaringan dan pembagian

tugas dalam klik dan struktur mereka dalam kaitan dengan arus

komunikasi;

4. Network, menjelaskan tentang satuan jaringan dan relasi antar karakteristik

sistem (ukuran atau struktur) dan kaitannya dengan arus komunikasi. (

Asante dan Gudykunst, 1981). Di ambil dari buku dasar-dasar komunikasi

antar budaya (Liliweri Alo, 2004 : 56-57)

2.5. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah suatu proses tempat suatu organisasi yang

kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan

pesan kepada khalayak yang besar, heterogen dan besar. Komunikasi massa

dibedakan dengan jenis komunikasi lainnya karena komunikasi massa

dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya

satu dan beberapa individu atau sebagaian khusus dari populasi. Komunikasi

massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk

menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat tercapai pada saat yang

sama dan semua orang yang mewakili berbagai lapisan sosial. ( Nurani, 2010 :

192 ).

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Saat ini

(32)

menonjol adalah penggunaan media massa sebagai alat utama dalam pelaksanaan

komunikasi dan memperoleh informasi ( Nurudin, 2011 : 35 ).

Khalayak dalam komunikasi massa adalah merupakan orang atau

kelompok orang yang berbeda latar belakang budaya yang tersebar secara

geografis di aneka ruang yang luas mulai dari local, regional, rasional maupun

internasional. Setiap hari khalayak tersebut mengkonsumsi pesan (iklan, berita,

opini) yang berasal dari para penulis dan pembawa acara radio dan televise

bahkan kehadiran media itu sendiriyang berbeda budaya dengan mereka. Dampak

kehadiran lembaga, pesan, maupun media yang berasal dari latar belakang

kebudayaan yang berbeda sangat besar dalam perubahan sikap khalayak. Jadi

pemahaman terhadap konsep komunikasi antar budaya sangat membantuk untuk

menganalisis konteks komunikasi massa.

Karena itu maka salah satu kunci untuk menentukan komunikasi antar

budaya yang efektif adalah pengakuan terhadap faktor-faktor pembeda yang

mempengaruhi sebuah konteks komunikasi sebagaimana diuraikan tersebut,

misalnya peserta komunikasi, apakah itu etnik, ras, kelompok kategori yang

memiliki kebudayaan sendiri. Perbedaan-perbedaan itu meliputi nilai, norma,

kepercayaan, bahasa, sikap dan persepsi, yang semuanya itu sangat menentukan

pola-pola komunikasi antar budaya maupun lintas budaya. Kalau kita tidak

menyadari perbedaan itu maka komunikasi antar budaya dan lintas budaya akan

(33)

Dengan kata lain kita akan menentukan konteks komunikasi dalam komunikasi

dengan menjawab pertanyaan; in what and what context, contact, interaction, or

communication. (Liliweri alo 2007: 59-60)

2.5.1. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney

(1988 ) antara lain : (1) to inform ( menginformasikan ), (2) to intertain ( memberi

hiburan ), (3) to persuade ( membujuk ), dan (4) transmission of culture (

transmisi budaya ). ( Nurudin, 20011 : 64 ).

Dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa bisa ditambah sebagai

berikut; (1) Melawan kekuasaan dan kekuatan represif, (2) menggugat hungan

trikotomi antara pemerintah, pers, dan masyarakat. (Nuridin, 2011 : 65 ).

2.5.2. Elemen-Elemen Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa pengirim sering disebut sebagai komunikator,

sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audience, komunikan,

pendengar, penonton, pemirsa atau pembaca. Sementara itu saluran dalam

komunikasi massa yang dimaksud anatara lain : televisi, radio, surat kabar, buku

dan internet yang sering disebut sebagai media massa. Ada beberapa elemen

dalam media massa antara lain : komunikator, isi, audience, umpan balik,

gangguan, gatekeeper, pengatur, filter dan efek. ( Nurudin, 2011 : 95 ).

(34)

2.6. Unsur Model Komunikasi Massa

Komunikasi massa mempunyai model tersendiri dalam proses aliran

pesan-pesannya, hal ini terjadi karena unsur yang terlibat juga beda dengan bentuk

komunikasi secara umum. Untuk memberikan pemahaman model komunikasi

massa, berikut ini akan dikemukakan empat elemen yang mendasari dibuatnya

model ( Hiebert, Ungurait dan, Bohn, 1985 ) sebagai berikut :

A. Partisipan ( audience ) dalam komunikasi massa berjumlah besar dan

dapat meningkat secara drastic setiap saat. Sebagai contoh jumlah yang

berlipat-lipat itu dapat dilihat pada penonton televisi, pembaca buku atau

pembaca surat kabar. Akan tetapi yang lebih penting pengirim pesan

berasal dari sesorang yang berada dalam sebuah lembaga dengan aturan

tertentu.

B. Pesan lebih personal dan umum, tahapan ini sangat mungkin terjadi sebab

penerimaan pesan berasal dari lapisan masyarakat yang jumlahnya relative

besar.

C. Masing-masing audience secara fisik dan emosional dipisahkan oleh ruang

dan waktu dari komunikator dalam komunikasi massa.

D. Media massa menjadi syarat mutlak bagi saluran komunikasi massa.

Bahkan komunikasi massa itu sendiri tidak akan pernah terjadi tanpa

organisasi yang kompleks. ( Nurudin, 2011 : 138-139 ).

Oleh karena itu, untuk membedakan dengan komunikasi yang lain kita

perlu mngetahui proses terjadinya komuniksi massa itu. Pembahasan tentang

(35)

komunikasi massa itu berkerja, apa dan siapa unsur-unsurnya, dan bagaimana

kaitan di antara mereka.

2.6.1. Model Komunikasi Satu Tahap

Model ini beranggapan bahwa saluran media massa berkomunikasi

langsung dengan massa komunikan tanpa berlalunya suatu pesan melalui orang

lain. Tetapi pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan tidak

menimbulkan efek yang sama pada setiap individu komunikan. ( Nurani, 2010 :

197 ).

Saluran

pesan

saluran

Gambar 2.6.1 : Model komunikasi satu tahap ( Nurudin, 2011 : 140 ).

2.6.2. Model Komunikasi Dua Tahap

Konsep yang di gagaskan oleh Lazarsfeld dan kawan-kawannya

menganggap bahwa gagasan-gagasan yang dibawa oleh madia massa diterima

oleh orang-orang yang memiliki ketokohan kemudian tokoh ini meneruskan

kepada masyarakat. Jadi, ada dua tahap, tahap pertama dari sumbernya

(36)

komunikator kepada para pemuka masyarakat yang biasanya adalah opinion

leader di masyarakatnya, sedangkan tahap kedua adalah dari tokoh itu ke para

pengikutnya. Model ini member perhatian pada peranan media massa dan

komunikasi antar pribadi dalam menyampaikan informasi. ( Nurani, 2010 :

197-198 ).

Gambar 2.6.2. : Model komunikasi dua tahap ( Nurudin, 2011 : 141 ).

2.6.3. Model Komunikasi Banyak Tahap

model komunikasi banyak tahap, masyarakat menerima pesan-pesan dari

pemimpin opini bisa secara langsung maupun tidak. Tidak langsung

berarti mereka menerima pesan-pesan dari masyarakat melalui

pemimpinopini tau kontak langsung dengan pemimpin opini. Bahkan

individu bisa mendapatkan informasi dari individu yang lain. Misalnya,

seseorang individu menerima pesan melalui pemimpin opini (setelah

disebarkan melalui kelompok), kemudian individu itu mencari informasi sumber

Pemimpin opini

(37)

lain dari individu yang lain. Atau bisa juga seseorang individu menerima

pesan dari kelompoknya, tetapi ia juga bisa mendapatkan informasi lain

dari kelompok yang lain pula.

Jadi, model alir multitahap ini sangat berbeda dengan asumsi

model alir satu tahap yang menganggap individu tidak ada hubungan antar

individu yang satu dengan individuyang lain, sehingga terpaan media

massa dianggap begitu besarnya. Intinya adalah model alir banyak tahap

merupakan gabungan dari beberapa model (model alir satu tahap dan

model alir dua tahap).

Model alir multitahap tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan

apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap. Paling tidak, model

ini penting untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang dipengaruhi oleh

media massa itu sendiri atau komunikasi antar pribadi, bahkan

mempengaruhi media massa dan orang lain.

Pemimpin OPini

Group Group

Pemimpin

(38)

Gambar 2.6.3 Model komunikasi banyak tahap (Nurudin, 2011 : 144).

2.7. Media Massa

Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk

berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang. Dalam

jangka waktu yang ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata,

melainkan juga institusional dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan

terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun

melalui kesepakatan-kesepakatan lain. ( Nurani, 2010 : 198 ).

Dengan demikian media massa merupakan sarana penyampaian informasi

dan komunikasi yang menyebarkan informasi secara masal dan dapat diakses oleh

masyarakat secara luas. Sedangkan informasi massa merupakan informasi yang

diperuntukan kepada masyarakat secara missal, bukan informasi yang hanya

dikonsumsi secara pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik

publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing. ( Apriadi Tambukara,

2012 : 13 ).

2.7.1. Fungsi Media Massa

Adapun media massa yang menjadi institusi yang menghubungkan seluruh

unsur masyarakat satu dengan lainnya melalui produk media massa yang

dihasilkan. Secara spesifik fungsi media massa adalah : a. sebagai saluran

produksi dan distribusi konten simbolis, b. sebagai institusi public yang bekerja

sesuai aturan yang ada, c. keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima

(39)

sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan. ( Apriadi Tambukara, 2012 :

13 ).

2.7.2. J enis-J enis Media Massa

Media massa dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain :

Media cetak seperti surat kabar, memiliki cirri sebagai berikut :

A. Pesan yang disampaikan memiliki unsur reproduksi utama: simbol verbal,

gambar dan warna.

B. Bersifat portable : relative nyaman dan mudah bisa di bawa kemana-mana,

bisa dibaca dimana saja dan dapat dibaca secara berulang-ulang.

C. Unsur umpan balik yang ada juga bersifat verbal ( surat pembaca, kritik )

dan non verbal ( penjualan ).

D. Sumber kehidupan industry media cetak adalah iklan dan penjualan (

eceran maupun langganan ).

E. Isi pesan yang ada utamanya bersifat informatif.

F. Bisa berfungsi sebagai ruang publik bagi penyampaian gagsan dari

masyarakat ( biasanya ada ruang gagasan dan opini, yang disampaiakan

oleh masyarakat dalam bentuk tulisan ), selain juga memuat perdebatan

atas isu yang menjadi polemic.

G. Relatif bebas dari regulasi ( control melalui peraturan ), terutama di dalam

masyarakat yang menganut system pers bebas.

H. Wilayah janglauaannya masih didominasi oleh masyarakat perkotaan (

(40)

Media audio visual, misalnya internet memiliki ciri sebagai berikut :

A. Pesan di sampaikan melalui unsur reproduksi yang bersifat verbal,

gambar, warna suara dan gerakan.

B. Bersifat serempak

C. Umpan balik verbal non verbal

D. Karakter public dan pengaturan yang ketat.

E. Berisi berbagai bentuk onformasi dan pesan ( berita, hiburan, pendidikan

dan lain-lain ). ( Nurani, 2010 : 200-202 ).

2.8. Pengertian Sosialisasi

Proses sosialisasi merupakan bagian dari kontak sosial. Proses sosialisasi

yang berlangsung pribadi dapat berlangsung antara orang perorangan, antar orang

perorangan dalam suatu kelompok, antara kelompok masyarakat dengan

masyrakat global di dunia, antara perorang, kelompok, masyarakat dan dunia

global.

Sosial dapat diartikan sebagai kegiatan oleh lembaga tertentu kepada

masyarakat. Sosialisasi dapat dilakukan melalui tahap tatap muka secara langsung

dan melalui media.

Sosialisasi merupakan proses yang amat signifikan bagi kelangsungan

keadaan tertib masyarakat. Artinya, melalui proses sosialisasi inilah norma-norma

sosial dapat diwariskan pada generasi ke generasi (dengan ataupuntanpa

perubahan). Sosialisasi adalah suatu proses yang di ikuti secara aktif oleh kedua

(41)

mensosialisasikan dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi (masyarakat).

Aktifitas pihak yang mensosialisasikan disebut aktivitas melaksanakan sosialisasi,

sedangkan aktivitas pihak yang disosialisasi disebut aktivitas internalisasi.

(Narwoko-Suyanto, 2006 : 75-77)

Aktifitas interaksi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh pihak

disosialisasi tidak hanya bersikap pasif melainkanturut beraktivitas juga selama

proses sosialisasiberjalan. Pertama, pihak tersebut aktif dalam menginterprestasi

pesan yang disampaikan padanya (masyarakat) selanjutnya, hasilinterprestasi akan

diorganisir ke dalam ingatan, perasaan dan batinnya. (Narwoko-Suyanto, 2006

:81).

2.8.1. Pr oses Sosialisasi

Proses sosialisasi adalah cara-cara berhubungan orang perseorang dan

kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem, serta

bentuk-bentuk hubungan. Atau sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi

kehidupan bersama yang mencakup berbagai aspek kehidupan.

Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam Pengantar sosiologi,

interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya

komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada

kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain

tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling

(42)

suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka

kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.

Sedangkan menurut George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi

yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Tahap persiapan (Preparatory Stage), Tahap meniru (Play Stage), Tahap siap

bertindak (Game Stage), dan Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized

Stage/Generalized other).

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (social interaction) dan

sebagai syarat terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan

hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang perorang,

antara kelompok manusia, maupun antara kelompok manusia dengan orang

perorang.

Pengetahuan tentang proses-proses sosial memungkinkan seseorang untuk

memperoleh pengertian yang dinamis dari masyarakat atau gerak masyarakat.

Masyarakat pada umumnya mempunyai bentuk-bentuk struktural seperti :

kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, strafikasi dan kekuasaan.

Kesemuanya itu memiliki hubungan interaksi. Perubahan dan perkembangan

masyarakat yang mewujudkan segi dinamikanya disebabkan anggota masyarakat

senantiasa mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya, baik dalam bentuk

orang perorang maupun kelompok masyarakat.

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan

(43)

a. Keluarga

Menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam

sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya

berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

b. Lingkungan (teman bermain)

Pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke

luar rumah. Teman bermain dapat pula memberikan pengaruh dalam

proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain

adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan

dalam membentuk kepribadian seorang individu.

c. Lembaga pendidikan

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang

belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari

adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi

(achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan

rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam

melaksanakan berbagai perkerjaan, tetapi di sekolah sebagai besar tugas

sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

d. Media massa

Yang termasuk kelompok media massa disini adalah media cetak

(surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video,

film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan

(44)

2.8.2. J enis-J enis Sosialisasi

Jenis atau bentuk sosialisasi meliputi :

A. Sosialisasi Primer peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan

sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil

dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer

berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk sekolah.

B. Sosialisasi Sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah

sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu di

masyarakat. Bentuk sosialisasi sekunder sebagai berikut:

- Resosialisasi, adalah suatu proses sosialisasi dimana seseorang diberi identitas

baru. Contoh: seorang yang dirawat di rumahsakit jiwa mendapat identitas baru

sebagai orang yang sakit jiwa.

- Desosialisasi, adalah suatup proses sosialisasi dimana seseorang mengalami

pencabutan identitas diri yang lama. Contoh: orang yang telah selesai menjalani

masa hukuman, maka identitasnya sebagai narapidana dicabut. Menurut Goffman,

kedua proses tersebut berlangsung dalam instuisi total, yaitu tempat tinggal dan

tempat bekerja. Dalam kedua instuisi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam

situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu,

(45)

2.8.3. Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Sosialisasi

Terdiri beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi. Secara

garis besar, ada dua faktor yang yang dapat memengaruhi proses sosialisasi, yaitu

faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor Intrinsik

Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki pembawaan-pembawaan

yang berupa bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuankemampuan khusus warisan

orang tuanya. Hal itu disebut sebagai faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal

dari dalam diri seseorang yang melakukan sosialisasi. Faktor ini akan menjadi

bekal seseorang untuk melaksanakan beragam aktivitas dalam sosialisasi.

Hasilnya akan sangat berpengaruh terutama dalam perolehan keterampilan,

pengetahuan, dan nilai-nilai dalam sosialisasi itu sendiri.

Faktor Ekstrinsik

Sejak manusia dilahirkan dia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di

sekitarnya yang disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor ini dapat berupa

nilai-nilai, kebiasaan kebiasaan, adat istiadat, norma-norma, sistem sosial, sistem

budaya, dan sistem mata pencaharian hidup yang ada dalam masyarakat.

Nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat menjadi pedoman bagi

seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas agar sikap dan perilakunya sesuai

dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik akan

(46)

2.9. Program Save Our Student (S0S)

Dalam upaya menciptakan situasi dan keamanan, keselamatan,ketertiban

dan kelancaranlalu lintas guna menekan turunya korban meninggal dunia akibat

kecelakaan lalu lintas khususnya yang melibatkan pelajar dan membangun

kesadaran serta penggerakan pelopor keselamatan tertib lalu lintas, maka Satlantas

Polrestabes Surabaya meluncurkan program SOS, program ini terdiri berbagai

bentuk kegiatan, target, sasaran, dan metode yang bervariasi.

2.9.1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari program ini adalah memberikan pendidikan, pengetahuan

tentang etika berlalu lintas di jalan mulai dari usia dini dan tingkat pelajar dengan

tujuan menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas korban meninggal tingkat

fasalitas tingkat pada pengendara kendaraan di jalan khususnya anak sekolah atau

pelajar sebagai generasi muda penerus bangsa serta terciptanya situasi tertib

berlalu lintas yang nyaman dan kondusif di Kota Surabaya.

2.9.2. Pentahapan

Isi Program SOS

1. Melaksankan sosialisasi kepada anggota Satlantas Polretabes Surabaya

tentang cara bertindak dalam pelaksanaan program SOS.

2. Melaksankan penindakan dengan menggunakan tegoran simpatik terhadap

anak sekolah atau pelajar yang menggunakan kendaraan di jalan raya yang

(47)

3. Melaksanakan koordinasi atau konseling terhadap sekolah-sekolah tentang

himbauan bagi siswa-siswinya untuk tertib lalu lintas di jalan.

4. Melaksanakan lounching Program SOS dengan Dinas Pendidikan Kota

Surabaya di Gedung Wanita Surabaya.

5. Melaksanakan penindakan menggunakan blangko tilang bagi anak sekolah

atau pelajar yang belum memiliki persyaratan lengkap yang menggunakan

kendaraan di jalan raya.

6. Melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan etika berlalu lintas bagi pelajara

SMA serta pementasan OWP (opera wayang polisi) untuk pengenalan

rambu-rambu lalu lintas kepada siswa-siswi SD dan TK.

2.9.3. Partnership

Dalam pelaksanaan program SOS Satlantas Polrestabes Surabaya berkerja

sama dengan pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota

Suarabaya dan didukung oleh LSM, Toga, Tomas, Media, Club-Club Outomotive

Kota Surabaya, Instansi terkait serta para sponsorship.

2.9.4. Metode

a. Safty Reding

Bentuk kegiatan dengan memberikan pelatihan dan keterampilan dasar

berkendara atau mengemudikan kendaraan secara benar, aman dan

berkeselamatan saat berlalu lintas di jalan pada tingkat SMA tau SMK dan

(48)

b. Law Enforcement atau Dakgar Lantas

melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas melalui tindakan simpatik

yang bersifat persuasive edukatif dengan menggunakan belangko simpatik sebagai

tindakan awal dan akan dilanjutkan penindakan pelanggaran lalu lintas dengan

tilang secara bijak dan humanis disertai surat pernyataan oleh wali murid atau

wali kelas, kegiatan ini dititik beratkan pada sekolah tingkat SMP,SMA atau SMK

dan sederajat.

2.9.5. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan SOS selama bulan Oktober sampai dengan bulan

Desember 2013 secara bertahap dan berkelanjutan melalui analisis dan evaluasi

dari semua kegiatan yang di laksanakan pada sekolah-sekolah tingkat SMA atau

SMK sejumlah 253 yang berada di Kota Surabaya.

2.10. Kerangka Berfikir

Peranan komunikasi sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat karena

komunikasi memiliki fungsi sosial yang vital untuk membangun konsep diri,

kelangsungan hidup dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Melalui

komunikasi kita dapat bekerjasama dengan anggota masyarakat, keluarga dan

negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama baik dalam kegiatan

sosial dan ekonomi. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lain

dapat dipastikan bahwa dia akan tersesat karena dia tidak memiliki kesempatan

(49)

Dari pemahaman komunikasi yang baik antar lapisan masyarakat saat

melakukan kegiatan sosial dan ekonomi, diharapkan mampu memberikan

pengertian atau pemahaman dari berbagai segi permasalahan komunikasi

khusunya tentang sosialisasi.

Baru-baru ini Polrestabes Surabaya mengadakan suatu kegiatan dalam

bentuk sosialisasi yang membahas tentang masalah SOS. Sosialisasi tersebut

membahas seputar permasalahan yang timbul di kalangan pelajar dan

memberikan solusi serta informasi mengenai kepedulian terhadap lingkungan dan

lalulintas di jalan raya, yang sering terjadi kecelakaan karena diakibatkan oleh

adanya pengendara motor yang masih belum memiliki SIM dan belum cukup

umur untuk mengendarai motor di jalan raya.

Polrestabes Surabaya mengadakan program SOS, karena program ini

untuk mengatasi atau menanggulangi pelangaran lalu lintas di kalangan pelajar.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha melihat dan memahami fenomena

komunikasi apa yang terjadi saat sosialisasi tersebut berlangsung melalui

pemahaman model komunikasi dalam sosialisasi. Model komunikasi dibuat untuk

membantu dalam memberikan pengertian tentang komunikasi dan juga

mengspesifikasikaan bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan

masyarakat. ( Lukita Komala, 2009 : 94 ). Hasil penelitian ini diharap dapat

memberikan manfaat dan pengertian kepada khalayak luas atau pelaku

komunikasi mengenai pemahaman dalam memanfaatkan media massa lalu cara

(50)

dan bagaimana cara bersosialisasi yang baik dan efektif melalui pemahaman

model komunikasi dalam sosialisasi.

SATLANTAS POLRESTABES

MEDIA MASSA KEPALA SEKOLAH

SISWA

(51)

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif

adalah suatu metode yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu.

Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam

digunakan, karena dengan wawancara secara langsung antara peneliti dengan

informan, jawaban yang didapat akan lebih murni, tidak dimanipulasi, sebab

dengan wawancara secara langsung bahasa yang muncul dari informan tidak

hanya bahasa verbal melainkan non verbal pun juga tampak.

Menurut Prof Dr Sugiyono dalam penelitian kualitatif ‘masalah’ yang

dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis.

Oleh karena itu ‘masalah’ dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara,

dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan. (

Sugiyono, 2008 : 205 ).

3.2. Definisi Operasional Konsep

Ada beberapa teori yang di definisikan di dalam definisi operasional

konsep ini di antaranya : komunikasi interpersonal, komunikasi massa,

komunikasi kelompok, bentuk sosialisasi dan model komunikasi milik (Black and

(52)

Komunikasi interpersonal dalam penelitian ini adalah interaksi tatap muka

antara dua atau beberapa orang yang pelakuknya disebut komunikator dan

komunikasn, dimana komunikator dapat menyampaikan pesan secara langsung,

dan komunikan sebagai penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara

langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal di sertai

ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan.

Komunikasi Massa dalam penelitian ini adalah ketika suatu organisasi

yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan

mengirimkan pesan kepada masyarakat luas, heterogen dan besar. Komunikasi

massa berbeda dengan jenis komunikasi lainnya karena komunikasi massa

ditujukan kepada masyarakat luas baik dari berbagai kelompok dan bukan hanya

satu dan beberapa individu atau sebagaian khusus dari populasi. Komunikasi

massa juga menggunakan alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar

komunikasi itu dapat tercapai pada saat yang sama dan semua orang yang

mewakili berbagai lapisan sosial.

Komunikasi kelompok dalam penelitian yang dilakukan ketika ada

sekelompok komunikator yang menganggap dirinya sebagai kelompok berstruktur

dan komunikannya juga di anggap sebagai kelompok yang kedua belah pihak

melakukan komunikasi secara sadar dan memiliki kesadaran yang tinggi atas

sasaran bersama.

Bentuk sosialisasi adalah ketika pihak komunikator yang berusaha

(53)

anggap penting oleh kedua belah pihak melalui bentuk sosialisasi yang bertujuan

agar komunikan sasarannya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang akan

dituju bersama.

Model Komunikasi dalam penelitian ini adalah bentuk bagaimana

hubungan komunikasi saat terjadinya proses pengiriman dan penerimaan pesan

antara pihak-pihak yang terkait.

Model komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 Model yaitu

milik : Black and Whitney.

A. Model Komunikasi Satu Tahap

Model ini beranggapan bahwa saluran media massa dalam hal ini

adalah media yang digunakan oleh komunikator sebagai sarana sosialisasi

yang isi sosialisasinya ditujukan langsung dengan massa komunikan. tanpa

melalui orang lain. Tetapi pesan tersebut tidak mencapai semua

komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap individu

komunikan. Pihak Polrestabes Surabaya disini hanya memiliki satu tahap

untuk mensosialisasikan Program SOS kepada siswa.

B. Model Komunikasi Dua Tahap

Gagasan-gagasan yang dibawa oleh madia massa yang berisi

program tertentu dan diterima oleh orang-orang yang memiliki ketokohan

lalu kemudian para tokoh tersebut meneruskan kepada masyarakat. Jadi,

ada dua tahap, tahap pertama dari sumbernya media massa kepada tokoh

(54)

masyarakat. Model ini memberi perhatian pada peranan media massa

dalam menyampaikan informasi. D

Gambar

Gambar 2.6.1 : Model komunikasi satu tahap ( Nurudin, 2011 : 140 ).
Gambar 2.6.2. : Model komunikasi dua tahap ( Nurudin, 2011 : 141 ).
Gambar Kerangka Berfikir 2.9

Referensi

Dokumen terkait