• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Definisi Hotel Kapsul

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hotel adalah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Kapsul adalah (1) pembungkus kecil dari sejenis agar-agar tempat obat yang harus ditelan; (2) ruang khusus yg bertekanan udara tertentu yg digunakan oleh penerbang ruang angkasa (astronaut).

Jadi, Hotel kapsul adalah bangunan berkamar banyak seperti ruangan khusus yang berukuran kecil yg disewakan sbg tempat untuk menginap sementara.

Jenis Hotel, dapat dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut dibangun, diantaranya:

A. City Hotel

Hotel sebagai transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut. Umumnya terletak di pusat kota.

B. Residential Hotel

Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena

diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu lama. Umumnya terletak di pegunungan.

C. Resort Hotel

Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi. Umumnya terletak di pantai-pantai atau pegununan.

D. Motel (Motor Hotel)

Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya. Umumnya terletak di pusat kota.

(2)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Menurut lokasi, kapsul hotel yang akan dibangun adalah jenis City Hotel ynag dipergunakan oleh pebisnis.

Hotel bisnis dalam kamar mempuyai kiteria tersendiri. adanya tempat untuk bekerja, atau beraktifitas untuk mengerjakan pekerjaan. Kebutuhan barang yang di bawa, umunya dalam peranan hotel bisnis mempuyai sifat membawa barang, hal ini berpengaru dalam luasan ruang.

Hotel kapsul merupakan pengertian dari sebuah hotel yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan hotel umunya dan dengan sistem yang berbeda, yaitu sistem pengerjaan ketika dilapangan, untuk hotel kapsul dapat dipecah menjadi dua macam, yang pertama adalah kapsul yang berukuran kecil kurang lebih berukuran 2m x 1.5 mx 1m yang merupakan atau berfungsi hanya untuk tempat tidur saja dengan fasilitas seadanya dan menjadikan ruangan cukup 1 orang, namun dalam ruang luar (koridor) terdiri dari banyak kapsul dan dihuni oleh pihak lain juga. Yang kedua adalah kabin, umunya hampir sama berbentuk dengan kamar biasa, hanya pemasangan atau pekerjaan yang menerapkan sistem berbeda.

Menurut Sutrisno Iwantono (2008, 162), Capsul Hotel adalah hotel yang menyediakan kamar sebesar tempat tidur, tanpa perlengkapan apapun. Capsul Hotel disediakan bagi orang Jepang yang pulang kerja kemalaman. Setelah bekerja keras seharian, banyak orang Jepang yang menghabiskan waktu sepulang kerja untuk minum sambil berkaraoke. Hal ini membuat mereka sering tidak dapat pulang karena tertinggal sarana transportasi terakhir dan tidak jarang mereka tidur di stasiun.

Menurut Arjun Kumar Bhatia dalam Buku International Tourism Management, unit kapsul pada hotel kapsul terbuat dari bahan fiberglass yang terbuka pada salah satu sisinya. Unit kapsul menyediakan fasilitas seperti kamar hotel pada umumnya seperti tempat tidur, jam, radio, televisi, penerangan dan meja kecil. Ruang-ruang pada hotel kapsul tersusun secara bertingkat dengan sebuah lorong didepannya seperti pada ruang-ruang di dalam kereta api. Ruang-ruang lain seperti kamar mandi, Ruang-ruang makan dan lounge terdapat pada tiap lantai (2008, 406).

(3)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Dalam perkembangannya, hotel kapsul yang ada di Jepang terdiri dari dua bentuk yaitu kapsul dalam bentuk ruang besar seperti pada Nakagin Capsule Tower dan kapsul dalam bentuk ruang yang seukuran dengan tempat tidur seperti pada 9 Hour Hotel. Nakagin Capsule Tower menyediakan bentuk kapsul yang berupa ruangan yang terdiri dari tempat tidur, kamar mandi dan fasilitas-fasilitas lain seperti alarm, radio dan meja kerja di dalam satu ruangan. Berbeda dengan 9 Hour Hotel yang menyediakan bentuk kapsul sebesar tempat tidur dengan penambahan fasilitas seperti alarm. Fasilitas lain seperti shower, ruang bersama dan loker terletak pada tempat yang berbeda dengan unit kapsul. Kedua jenis kapsul tersebut merupakan perkembangan dari hotel kapsul yang ada di Jepang sebagai tempat menginap yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

(4)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY II.1.2. Studi Hotel Kapsul

Tabel 2.1. Perbandingan Studi Banding

Hotel Nakagin Tower, Japan

Yotel, New York, Amerika Serikat

Jane, New York, Amerika Serikat Foto Fasilitas kamar -Telepon - Kamar mandi pribadi -Jendela terbuka - Built-in tempat tidur - Radio -Televisi - Jam alram -Pemutar CD -Telepon - AC - Meja - Pemutar DVD -Kontrol suhu -Setrika/alas setrika - AC - Kotak deposit dalam ruangan -Telepon

- Kamar mandi pribadi - Setrika/alas setrika - Radio jam

- Ruangan bebas rokok - AC

- Ruang kedap suara - Pesan suara

- Telepon lokal gratis - Docking station iPod - Kotak deposit dalam ruangan - Kontrol suhu - Perlengkapan mandi gratis - Pengering rambut - Rainfall showerhead - Pancuran saja -Pemutar CD -Tersedia seprai hipo-alergi Tempat tidur -premium -AC -Kipas langit-langit -Telepon -Pesan suara -Sandal -Jubah mandi -Perlengkapan mandi gratis -Setrika/alas setrika Radio jam

(5)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY - Televisi Layanan kabel - Saluran film gratis - Kontrol suhu - Pemandangan kota

- Saluran film gratis - Dapat diakses pemakai kursi roda - Jendela terbuka - Meja -Kunci elektronik/magnetik - Tirai/gorden buram - Televisi Layanan kabel - Televisi Definisi Tinggi

- Wi-Fi gratis

- Gratis internet kabel berkecepatan tinggi - Akses Internet Dial-up - gratis

- Kotak deposit dalam ruangan (kompatibel untuk laptop) - Televisi LCD - Pemandangan kota -Televisi - Panel-datar -Jendela terbuka -Pemutar DVD -Kunci elektronik/mag netik -Wi-Fi gratis -Televisi Layanan kabel -Kotak deposit dalam ruangan (kompatibel untuk laptop) -Kontrol suhu -Kotak deposit dalam ruangan -Docking station iPod Massa bangunan Persegi panjang dengan tower

Persegi panjang Huruf L

Struktur Shearwall beton Portal beton Portal beton Sirkulasi Single loaded Double loaded Double loaded

(6)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Jumlah lapis 13 27 6

Jumlah kamar

140 kamar 699 kamar 208 orang

Kamar Biasa VIP Biasa VIP Fasilitas Hotel

Ruang publik ber-AC Jumlah suite - 3 ATM

Bar/lounge Beberapa ruang konferensi besar Petugas pembuka pintu Jasa binatu kering Lift Katering acara Check-in ekspres Ruang publik ber-AC Transportasi bandara (biaya tambahan) Total jumlah kamar - 208 Ballroom Tesedia sarapan (biaya tambahan) Meja concierge Lift

(7)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Check-out cepat Fasilitas fitnes Wi-Fi gratis

Gratis internet kabel berkecepatan tinggi Akses Internet Dial-up - gratis

Meja biliar Bantuan tur/tiket Parkir terbatas (biaya tambahan)

Penyimpanan bagasi Meja resepsionis 24 jam Ruang pertemuan (kelompok kecil) Staf multibahasa Parkir sendiri Parkir valet Garasi parkir Portir/bellboy Restoran dalam hotel Jumlah ruang pertemuan/konferensi - 10 Katering acara Wi-Fi gratis Penyimpanan bagasi Meja resepsionis 24 jam Tersedia layanan Mobil Limo atau Town Car Staf multibahasa Parkir terdekat (biaya tambahan) Portir/bellboy Brankas di resepsionis Bar/lounge Restoran dalam hotel Servis kamar (jam tertentu)

(8)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Satpam

Properti bebas asap Properti bebas-rokok (denda berlaku)

Cocok untuk anak-anak Tesedia sarapan (biaya tambahan)

Kopi di lobi

Dapat diakses pemakai kursi roda

Jasa concierge Ruang pameran Persewaan komputer Tersedia layanan Mobil Limo atau Town Car Parkir aman

Kelebihan Bangunan hemat energi

Bentuk yang tidak dinamis, sehingga mengundang tamu

Didesain untuk penyandang cacat Konsepnya adalah hemat energi beserta teknologi komputer Mempuyai sejarah yang terhubung atas kejadian kecelakaan kapal Titanic

Kekurangan Karena bangunan ini cukup kuno, maka kekurangan fasilitas

Bentuk yang umum, sehingga kurang menarik

(9)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY Dibangun

Hotel Berbintang

2 4 3

Arsitek Kisho Kurokawa Rockwell Group and Softroom

William A. Boring

Biaya $38 per malam $ 578 per 2 malam $99 per malam

(10)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

a. Hotel Nakagin Tower, Japan

Gambar 2.1 : Kamar Hotel Nakagin

Gambar 2.2 : Denah aksonometri Gambar 2.3 : Metode Konstrusi

Gambar 2.4 : Denah Hotel Nakagin Gambar 2.5 :Potongan

Gambar 2.6 : Eksterior Bangunan

b. Yotel, New York, Amerika Serikat

(11)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Gambar 2.7: Premium Cabin

Gambar 2.8: Standart Cabin

Gambar 2.9: Twin Cabin

Gambar 2.10 : Restoran Indoor Gambar 2.11 : Restoran Outdoor

(12)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Gambar 2.14 : Koridor Gambar 2.15: Eksterior Bangunan

c. Jane, New York, Amerika Serikat Gambar 2.16: Kamar Gambar 2.17 : Restoran

(13)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Gambar 2.20 : Bathroom Gambar 2.21 : Eksterior Bangunan

Kesimpulan dari studi banding

Dari hasil studi banding maka mendapat kesimpulan, untuk hotel jenis hotel kapsul dengan sistem precast adalah model dari hotel nakagin yang berbentuk seperti tower yang menyebabkan cukup gelap pada ruang bagian core/tengah bangunan.

Untuk hotel Yotel dan Jane, merupakan menggunakan sistem double koridor yang menyebabkan gelapnya pada ruang koridor dan penghawaan yang kurang baik, oleh karena itu membutuhkan penghawaan dan penchayaan buatan yang membuat tidak hemat energi. Dalam pemakaian kamar mandi dalam atau luar, hal ini menentukan privasi beserta pula kalangan yang menggunakan, untuk kalangan mengengah dapat menggunkana kamar madi dalam.

Dalam studi banding ini mempuyai pilihan bentuk, yang pertama adalah melingkar, atau kotak yang perpusat pada 1 titik (core), hal ini menyebabkan gelapnya pada ruang tengah, yang mengakibatkan pemborosan kembali. Bentuk kedua adalah kotak yang memajang secara linier (single loaded atau double loaded), yang menjadikan massa bangunan akan memanjang ke samping, untuk double loaded tentunya juga harus memperhatikan bagaimana udara dapat mengalir yang tidak menyebabkan pemborosan serta pula cahaya alami dapat masuk dan cukup menerangi pada semua sisi koridor.

(14)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY II.2 Tinjauan Khusus Topik

II.2.1 Hemat Energi

Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture)

Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif. Mengoptimasikan sistim tata udara – tata cahaya, integrasi antara sistem tata udara buatan alamiah, sistim tata cahaya buatan – alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrument hemat energi. (Jimmy Priatman, Ir, 2005. Arsitektur Hemat Energi)

Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi penerangan buatan, pendinginan udara, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengkonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi perkapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi.

Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua cara: secara pasif dan aktif. Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengkonveksikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar.

(15)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

II.2.2 Hubungan Arsitektur dan Energi

Gambar 2.22 : Bagan Hubungan Bangunan dan Energi

Kasus1, berbicara tentang ketidak nyamanan ruang luar dengan desain bangunan menjadi kondisi ruang yang nyaman tanpa menggunakan energi, namun berbeda dengan Kasus2, dimana ruang dalam bangunan tidak nyaman karena kurangnya energi.

Sehingga muncul Kasus3 dengan unsur energi dalam bangunan yang membuat kondisi ruang yang nyaman

Kasus 4 dimana bangunan yang ditambahkan dengan unsur energi namun tetap menghasilkan kondisi ruang yang tidak nyaman.

(16)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Kasus diatas menjadi dasar permasalahan yang terkait dengan pemanfaatan energi alami untuk mengendalikan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Rancangan bangunan dianggap baik (hemat energi) apabila dalam mencapai kenyamanan ruang, bangunan hanya memerlukan energi yang relatif rendah (T.H Karyono, 2001. Fisika Bangunan).

II.2.3 Perbandingan Penggunaan Energi Listrik

Gambar 2.23 : Komposisi penggunaan energi menurut sektor kegiatan

(Sumber : Mintorogo, 1999)

Konsumsi energi yang terbesar dalam bangunan baik dalam fungsinya sebagai hunian maupun kantor adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang digunakan untuk pencahayaan buatan, pendinginan dan pemanasan ruang (Mintorogo, 1999). Komposisi konsumsi energi antara kedua fungsi ini berbeda (lihat Gambar 2.25) namun secara umum yang terbesar adalah kebutuhan listrik. Konsumsi energi terbesar pada sebuah hunian adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik sejumlah 67,5% dari keseluruhan konsumsi energi. Ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan bangunan untuk tujuan efisiensi energi yang paling harus diperhatikan adalah pengaruhnya terhadap penghematan penggunaan energi listrik yang termasuk sebagai purchased energy.

(17)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Gambar 2.24 : Perbandingan Konsumsi energi listrik dalam persentase pertahun

(Sumber : Mintorogo, 1999)

Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, konsep konservasi energi pada bangunan dimulai pada tahun 1985 saat diperkenalkannya program DOE (Departement of Energy, USA) oleh Departemen Pekerjaan Umum. Dalam rangka meningkatkan pemahaman akan konservasi energi pada bangunan maka disusun SNI Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan dan Petunjuk Teknis Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. Menurut SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan, penggunaan energi sehemat mungkin dengan mengurangi daya terpasang melalui tiga metode yaitu : - Pemilihan lampu yang memiliki efikasi lebih tinggi dan menghindari lampu yang dengan efikasi rendah. Dianjurkan menggunakan lampu fluoresen dan lampu pelepasan gas lainnya.

- Pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan sesuai dengan penggunaannya, mempunyai efisiensi yang tinggi dan tidak mengakibatkan silau atau refleksi yang mengganggu.

- Pemanfaatan cahaya alami siang hari.

Sebagaimana disebutkan diatas salah satu cara dalam metode efisiensi energi pada bangunan adalah pemanfaatan cahaya alami siang hari dan khususnya untuk penghematan energi listrik. Jika dilakukan secara integral dalam tahap desain bangunan, pencahayaan alami bisa meningkatkan kualitas bangunan dengan cara : (Lyons and Lee, 1994)

- Penghematan energi listrik dan biaya operasional

- Menyediakan cahaya langsung dan cahaya difusi dengan karakteristik alami - Bisa disesuaikan dengan keinginan setiap orang

(18)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

- Menyediakan keterhubungan dengan dunia luar dan perubahannya.

Selain jendela sebagai heat gain, ada permasalahan lain dalam pemanfaatan pencahayaan alami pada daerah beriklim tropis. Permasalahan yang pertama adalah bagaimana menyediakan kualitas pencahayaan alami yang memadai walaupun jika jendela dilindungi dengan kisi – kisi sekaligus nyaman secara visual dengan menghindarkan bidang kerja dari kelebihan sinar yang menyebabkan silau (Koenigsberger, 1973 : 144). Ukuran dan pengaturan bukaan pada sisi bangunan yang bervariasi mempengaruhi distribusi pencahayaan alami di dalam ruangan. Ketinggian posisi bukaan dari permukaan tanah juga menyebabkan adanya perbedaan kualitas pencahayaan yang masuk ke dalam ruang. Kecenderungan tingkat pencahayaan alami pada lantai teratas lebih besar daripada lantai – lantai dibawahnya.

Silau bisa dihindari dengan memperhatikan desain dalam hubungannya dengan kedalaman dan ketinggian bangunan, atribut pada permukaan ruang dan hubungan antara jendela, ruang luar dan pengguna (Mc Elroy dalam Edwards, 1996 : 62). Kenyamanan visual akan sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan dari aktifitas yang dilakukan didalam ruangan tersebut. Apabila suatu ruangan sudah nyaman secara visual dengan menggunakan pencahayaan alami di siang hari maka akan mengurangi pemanfaatan pencahayaan buatan. Hal ini secara tidak langsung akan mengurangi pemanfaatan energi tak terbaharui yang digunakan dalam penyediaan energi listrik sehingga tujuan untuk efisiensi energi tercapai.

Alasan memilih untuk studi performa pencahayaan alami karena ia mampu menggantikan pencahayaan buatan pada siang hari sehingga mampu mengurangi pemakaian energi listrik pada operasional bangunan. Selain itu ketersediaan pencahayaan alami yang tidak terbatas, bisa dimodifikasi dengan cara pasif yang sederhana dan didukung material glazing yang semakin canggih.

(19)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

II.2.4 Sistem Perancangan Terkait Pencahayaan

Berikut ini adalah contoh perancangan yang diperlukan dalam pemecahan masalah dari topik pencahayaan alami dalam hotel kapsul:

1. Rancangan Pasif

Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

Daerah dengan Suhu rendah seperti indonesia, efek rumah kaca perlu dihindari terjadi dalam bangunan, karena akan semakin menjauhkan bangunan dari kenyamanan suhu. Kaca-kaca pada dinding bangunan sebaiknya diletakkan di bangian utara – selatan untuk mengurangi sebanyak mungkin jatuhnya cahaya matahari langsung pada bidang- bidang kaca tersebut. Tanpa cahaya matahari langsung, ruang- ruang dalam bangunan masih akan tetap menerima penarangan alami, karena sifat cahaya matahari yang diffuse (menyebar). Seandainyapun bidang-bidang kaca harus diletakkan pada sisi datangnya cahaya matahari langsung, penghalang ( shading devices) perlu digunakan untuk melindungi kaca dari sengatan cahaya matahari langsung untuk mencegah terjadinya efek rumah kaca. Hal ini terutatma sangat ditekankan bagi bangunan-bangunan tinggi dimana efek pohon sebagai penghalang cahaya matahari tidak dapat diterapkan lagi terjadi pada jenis bangunan ini.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha penghematan energi: a) Penanaman pohon

Penelitian akbari dan kawan di beberapa kota besar di Afrika memperlihatkan hasil positif terhadap penanaman pohon di sekitar rumah-rumah tinggal. Dalam penelitian tersebut diperoleh angka penghematan energi hingga 30% untuk AC yang disebabkan oleh penurunan suhu akibat penanaman tiga batang pohon pada setiap rumah yang diteliti.

b) Perkerasan permukaan tanah

Arsitek perlu menyadari bahwa permukaan tanah ( halaman, jalan, taman, dsb) yang diberi perkerasan akan berpengaruh terhadap kenaikan suhu udara

(20)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

disekitarnya. Suhu udara bangunan akan naik, apabila pada ruang terbuka disekitarnya diperkeras dengan aspal atau beton tanpa pelindung pohon.

Gambar 2.25 : Ex Gedung Kedutaan Besar Perancis. Gambar 2.26 : Gedung S. Widjojo Gedung ini hanya mengandalkan orientasi bangunan Gedung ini menggunakan sirip-sirip dan kanopi untuk menghindari masuknya cahaya matahari di setiap jendelanya sehingga me- langsung ke dalam bangunan. ngurangi panas matahari.

Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia dapat dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban : Masjid Istiqal dan Bank Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasig, seperti halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta.

(21)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY c) Skylight

Penerapan hemat energi pada bangunan melalui element arsitektural yaitu skylight roof. Skylight atau dalam bahasa Indonesia disebut kaca tembus pandang adalah salah satu tipe jendela yang menempel pada bangian atap bangunan bertujuan agar sumber cahaya dapat masuk secara langsung pada sebuah ruang. Pada dasarnya skylight tidak dapat dibuka, tetapi pada beberapa kasus dapat dibuka sehingga berfungsi juga sebagai ventilasi.

Alasan Pemakaian skylight yang paling umum adalah selain menjadi elemen estetika dan struktur arsitekturan. Skylight dapat menghemat biaya pengeluaran energi khususnya pencahayaan karena memungkinkan untuk menerangi ruangan dengan sinar matahari alami dalam jumlah yang besar.

Skylight dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan gungsi dan bentuk. Ada 3 jenis skylight berdasarkan fungsinya yaitu Ventilating Skylight, dapat dibuka agar udara dapat masuk, biasanya dipasang pada kamar mandi dan dapur. Fixed Skylight, tidak dapat dibuka, ganya sebagai pencahayaan alami, Tubular Skylight, ukurannya kecil biasanya dipasang pada koridor rumah dan ruang yang kecil sebagai pencahayaan alami. Berdasarkan bentuknya skylight dapat dibagi menjadi 9 tipe, 5 tipe diantaranya lebih sering dipasang pada rumah tinggal, yaitu Flat Skylight, Round Skylight, Polygon Skylight, Pyramid Skylight, dan Dome Skylight. 4 tipe lainnya lebih sering dipasang pada bangunan berukuran besar yaitu, Hip Ridge Skylight, Ridge Skylight, Lean-To Skylight, dan Barrel Vault. Material utama yang paling sering digunakan sebagai bahan konstruksi skylight adalah kaca dan acrylic. Keduanya mempunyai perbedaan dalam hal kekuatan, kelemahan, pancaran cahaya, faktor penyekat dan penampilan visual.

2. Rancangan Aktif : Lighting

Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi secara

(22)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan visual dan termal harus dicapai.

Fungsi dari material bangunan juga mempengaruhi efektifitas penggunaan energi, misalnya: Dinding kaca yang terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik berfungsi mengurangi panas cahaya matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius. Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan.

Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun aktif seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, penerangan, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. (sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT, Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanegara, Harian Kompas.)

Sifat-Sifat Penerangan

Menurut Suma’mur (2009), sifat-sifat penerangan yang baik, yaitu :

1) Pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan. 2) Pencegahan kesilauan.

3) Arah sinar. 4) Warna.

5) Panas penerangan terhadap kelelahan mata.

(23)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Tabel 2.3 Pencahayaan minimum pada ruangan

(24)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

(25)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

II.2.5 Kebutuhan Pencahayaan Pada Ruang

Kualitas penerangan yang disediakan dalam ruangan ditentukan oleh: a. penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya pembebanan pada mata oleh aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan, dan

b. lamanya waktu aktivitas dengan daya mata tinggi dan sifat aktivitasnya. Penggolongan kualitas penerangan bangunan sebagaimana dalam tabel 2.4 berikut

Tabel 2.4 Penggolongan kelas bangunan untuk kualitas penerangan alami Kelas Bangunan I Kelas Bangunan II Kelas Bangunan III

Bangunan representatif, anta-ra lain: - gedung MPR - gedung DPR, - kantor gubernur, dan lainnya.

Bangunan baik, antara lain: - hotel,

- gedung pertemuan, - kantor,

- gedung olah raga, dan lainnya.

Bangunan rumah tinggal

Untuk penggolongan menurut penggunaan ruang, sebagaimana dalam tabel 2.5. berikut.

Tabel 2.5 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami. Kerja Halus Sekali Kerja Sedang Kerja Kasar

Pekerjaan cermat terus menerus, antara lain: - menggambar detail kecil, - dan sebagainya.

Pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari pelaku, antara lain:

- pekerjaan kayu, - dan sebagainya.

Seperti pekerjaan pada: - gudang,

- lorong lalu lintas orang, - dan sebagainya.

Sebagai bahan pembanding, dapat mempelajari ukuran penerangan yang disyaratkan seperti pada tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2.6 Kebutuhan Penerangan

NO KERJA VISUAL PENERANGAN (LUX)

1 Penglihatan Biasa 100

2 Kerja kasar dengan detail besar 200

3 Kerja umum dengan detail wajar 400

4 Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio gambar, mejahit)

600

5 Kerja keras, lama, detail (peradin barang halus, menjahit dengan tangan)

(26)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

(Sumber : Prasasto Satwiko) II.3 Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung

II.3.1 Studi Lapangan

Studi banding yang dilakukan di lapangan untuk melihat langsung keadaan beberapa hotel yang ada di Indonesia.Berikut ini contoh hotel disekitar Pasar Tanah Abang yang banyak digunakan oleh orang-orang yang berkunjung ke Pasar Tanah Abang , yaitu :

a. Hotel n1

Foto 2.27 Hotel n1

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Lokasi : Jl. Ks. Tubun Raya no 3, Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat 10260

Fasilitas : Parkir (< 10 mobil), drug store, laundry, lift, meeting room dan restoran 24 jam.

Jumlah kamar : 84 unit (double bed atau twin share bed) Harga : Rp 300.000,00 + breakfast untuk 2 orang

Foto 2.28 Resepsionis Dan Ruang Meeting (Kiri) Dan Ruang Breakfast (Kanan)

(27)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Hotel ini menyediakan fasilitas Air Conditioner (AC) di seluruh ruangannya.Lantai satu terdiri dari bagian lobby, resepsionis, ruang meeting, ruang breakfast, lift, ruang manajemen dan tangga yang menghubungkan setiap lantai.

Foto2.29 Kamar Dengan Twin Share Bed

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Hotel n1 terdiri dari 84 kamar dengan ukuran yang sama. Setiap pengunjung yang datang dapat memilih jenis kasur sesuai dengan yang dibutuhan.Masing-masing kamar terdiri dari sebuah kamar mandi dalam, lemari baju dan televisi.

Hotel ini menjadi salah satu pilihan bagi orang yang berkunjung ke Pasar Tanah Abang karena lokasi hotel yang berdekatan dengan Pasar Tanah Abang.Pasar Tanah Abang dapat dijangkau dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan umum. Hal lain yang membuat hotel ini banyak dipilih adalah harga menginap per malam yang cukup murah yaitu sekitar Rp 300.000,00. Harga yang murah juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang nyaman seperti adanya lift, breakfast untuk dua orang, kamar mandi dalam dan televisi yang dapat dinikmati oleh pengunjung hotel.

(28)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY b. Hotel Gani

Foto 2.30 Hotel Gani

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Lokasi : Jl.K.S Tubun Raya No. 9A,Jakarta Pusat 10260 - Indonesia

Fasilitas : AC, kamar mandi dalam, safe deposite box, tempat parkir (< 5 mobil)

Jumlah kamar : 21 unit (tipe deluxe atau tipe standard) Harga : Rp 210.000,00 – Rp 200.000,00

Hotel ini berdekatan dengan Pasar Tanah Abang.Untuk mengakses hotel ini dari Pasar Tanah Abang, dapat dilakukan dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan umum.Hotel ini berada di sisi jalan raya sehingga memudahkan pencapaian. Berikut gambar fasilitas yang ada di Hotel Gani :

Foto 2.31 Tempat Tidur

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Foto 2.32 Koridor

(Sumber : Dokumentasi Pribadi) Hotel ini menyediakan 2 tipe kamar yaitu tipe deluxe dan tipe standard. Tiap kamar memiliki fasilitas yang sama seperti AC (Air Conditioner), telepon, LCD TV + Indovision, double springbed, safe deposite box, lemari, kursi + meja, refrigerator dan kamar mandi (terdiri dari shower hot & cold, wastafel, closet duduk).

(29)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY II.3.2 Studi Lokasi

Lokasi Proyek di Jalan Kyai Haji Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat

Peta 2.1.Letak Proyek di Peta Kota Jakarta

Peta 2.2 : Letak lokasi tapak yang digunakan (Sumber : Dinas Tata Kota)

(30)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Peta 2.3 : LRK lokasi area lahan

Peta 2.4 : Lokasi tapak detail (Sumber : Dinas tata kota)

(31)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

- Batas Area Lahan :

o Utara : Perumahan atau pemukiman o Timur : Jl KH. Mas Mansyur

o Barat : Stasiun Tanah Abang o Selatan : Perumahan atau pemukiman

- Peruntukan Lahan :Kkt peruntukan bangunan komersial - Ukuran Lahan : 2016 m2

- KDB : 60%

- Luas lahan : 60% x 2016 m2 = 1209,6 m2

- KLB : 3,5

- Ketinggian Max. : 8 lapis

- Tipe Massa Bangunan : D (Bangunan Deret)

- GSB : Timur 6 m

Selatan 4 m Barat 4 m - Lebar Jalan : Timur 13 m

Selatan 8 m Barat 8 m

(32)

ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY • Letak Proyek

Tapak yang diambil untuk pelaksanaan proyek ini bersebelahan dengan Jl K.H Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi hotel karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang menunjang. Tapak ini berdekatan dengan Pasar Tanah Abang dan Stasiun Tanah Abang yang menjadi daya tarik bagi masyarakat dengan keperluan tertentu.

Pasar Tanah Abang dan Stasiun Tanah Abang merupakan daya tarik bagi orang yang berbelanja. Hal ini disebabkan Stasiun Tanah Abang merupakan salah satu stasiun persinggahan bagi orang-orang yang berasal dari luar kota Jakarta dengan menggunakan kereta api.

Sehari-hari keadaan di sekitar lokasi proyek selalu dipadati oleh orang yang berlalu lalang. Ada orang yang berjualan di pinggir jalan, ada orang yang berasal dari pasar Tanah Abang, ada orang yang berasal dari Stasiun Tanah Abang.

Tapak berada di Jalan Jati Baru, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi hotel karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang menunjang. Lokasi ini sangat dekat dengan tempat pusat penjualan industri pakaian no.1 di Asia Tenggara dan Ruko Tanah Abang.

Keadaan di sekitar tapak yang padat paling terasa pada sore hari, saat dimana banyak toko di Pasar Tanah Abang mulai menutup usahanya dan saat jam pulang kantor. Sering terjadi macet yang bahkan terkadang sudah dimulai dari jalan Fachrudin hingga jalan Jati Baru.

Gambar

Tabel 2.1. Perbandingan Studi Banding
Gambar 2.1 : Kamar Hotel Nakagin
Gambar 2.7: Premium Cabin
Gambar 2.14 : Koridor       Gambar 2.15: Eksterior Bangunan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika himpunan penyelesaian suatu koordinat ( , ) tidak tepat maka grafik yang dihasilkan bukan merupakan representasi himpunan dari fungsi tersebut. Siswa menilai jika

SUBCHAN SMK HANG TUAH Kota Kediri... Ali

Medium TC (Taoge Cair) berdasarkan susunannya merupakan medium organik semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan

[r]

Sehingga memudahkan dalam pencarian data yang diperlukan dan adanya sistem ini dapat mengurangi terjadinya penumpukan kertas karena menggunakan RESTful web service sebagai

S temi dodatnimi analizami lahko z večjo verjetnostjo izberemo najustreznejšo varianto, poleg tega nam metoda DEX Gordana Božič: Izgradnja odločitvenega modela za izbiro

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar responden mendapat seks edukasi yang baik yaitu sebanyak 52%, responden yang mendapat seks edukasi

enter, dimana semua variable independen digunakan untuk menjelaskan variable dependen. Dengan demikian, komisaris indenpenden, komite audit, dan blockholders dugunakan