• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastic Diplegi Dengan Metode Neuro Developmental Treatment (NDT) Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Cabang Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastic Diplegi Dengan Metode Neuro Developmental Treatment (NDT) Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Cabang Surakarta."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

TREATMENT (NDT) DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT CABANG SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Disusun oleh : Risky Novita Sari

J 100 100 020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

2

PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

TREATMENT (NDT) DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT CABANG SURAKARTA

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

(3)

3

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

TREATMENT (NDT) DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT CABANG SURAKARTA

( Risky Novita Sari, 2013, 56 halaman ) ABSTRAK

Latar Belakang : Masa pertumbuhan anak merupakan masa penting, ini bisa terjadi suatu kelainan pada susunan syaraf pusat yang mengakibatkan terjadinya gangguan tumbuh kembang seperti Cerebral Palsy (CP). CP Spastic Diplegi merupakan gangguan pada otak yang bersifat non-progresif yang disebabkan oleh adanya lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang ditandai dengan adanya spastic dan gerakan yang kaku yang menyertai kedua sisi tubuhyaitu kedua belah kaki. Diagnosa fisioterapi pada CP spastic diplegi adalah adanya spastisitas pada anggota gerak bawah, adanya keterbatasan kemampuan fungsi tungkai pasien karena ada atrofi dan kontraktur.

Tujuan : untuk mengetahui manfaat tindakan fisioterapi pendekatan Neuro Developmental Treatment (NDT) metode inhibisi dan fasilitasi terhadap penurunan spastisitas dan peningkatan kemampuan fungsi tungkai pada pasien CP spastic diplegi.

Hasil : Setelah di lakukan terapi sebanyak 6 kali pada kasus CP Spastic Diplegi yang meliputi : Inhibisi spastisitas didapatkan nilai spastisitas dengan skala asworth tidak ada perubahan nilai spastisitas. Spastisitas tidak mengalami peningkatan maupun penurunan. Kemampuan motorik kasar dengan GMFM didapatkan hasil pada pemeriksaaan awal antara lain T1 Dimensi A berbaring dan berguling dengan skor 84,31%, Dimensi B duduk dengan skor 53,33% , Dimensi C merangkak dan berdiri dengan lutut dengan skor 40,47% , Dimensi D, Dimensi E dengan skor 0%. Pada akhir evaluasi T6 Dimensi A berbaring dan berguling dengan skor 84,31%, Dimensi B duduk dengan skor 53,33% , Dimensi C merangkak dan berdiri dengan lutut dengan skor 40,47% , Dimensi D dan Dimensi E dengan skor 0%. Dari awal sampai akhir pada kemampuan motorik kasar tidak mengalami peningkatan.

Kesimpulan : belum ada perubahan nilai spastisitas dan kemampuan motorik kasar tidak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu penulis dalam memberikan terapi.

Kata kunci : Cerebral Palsy Spastic Diplegi dan Neuro Developmental

(4)

4 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa pertumbuhan anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan seluruh aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Masalah yang sering dijumpai pada tumbuh kembang anak diantaranya adalah

cerebral palsy (CP). Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan atau kerusakan

pada otak yang bersifat non-progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam kandungan (

pre-natal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah proses kelahiran (

post-natal). CP dapat mengakibatkan gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan

kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan mental (mental

retardation) (Dorlan, 2005)

(5)

5

neuromotorik : diplegia, hemiplegia, triplegia, quadriplegia (Sunusi dan Nara, 2007).

Diplegi adalah paralisis yang menyertai kedua sisi tubuh, paralisis bilateral dan merupakan salah satu bentuk cerebral palsy yang utama menyerang kedua tungkai (Dorlan, 2005). Permasalahan utama yang dialami oleh penderita CP spastik diplegia adalah (1) adanya gangguan distibusi tonus postural (spastisitas) terutama kedua tungkainya, (2) adanya gangguan koordinasi, (3) adanya gangguan keseimbangan, (4) terdapat gangguan jalan yang menyebabkan penderita mengalami (5) gangguan fungsional. Selain itu penderita juga dapat mengalami problem penyerta seperti retardasi mental, gangguan penglihatan, gangguan intelektual serta potensial terjadi kontraktur (deformitas).

Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar penderita mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain (Sheperd, 1995). Salah satu pendekatan yang telah dikembangkan untuk menangani kondisi CP adalah neuro developmental

treatment (NDT).

Neuro developmental treatment (NDT) adalah metode pengobatan

langsung terhadap gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak (Bobath, 1966). Dasar dari tehnik terapi latihan dengan metode pendekatan NDT yaitu menginhibisi pola spastisitas dan fasilitasi pola-pola sikap dan gerakan.

Dari evidence di atas, maka penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Penatalaksanaan Terapi Latihan Dengan Metode Neuro

(6)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada manfaat penatalaksanaan NDT metode inhibisi dan fasilitasi dapat mengurangi spastisitas dan meningkatkan kemampuan fungsi tungkai pada pasien cerebral palsy spastic diplegi ?

C. Tujuan Penulisan

(7)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diskripsi Kasus

Cerebral palsy adalah gangguan pada otak yang bersifat non-progresif,

gangguan ini dapat disebabkan oleh adanya lesi atau gangguan perkembangan pada otak (Sheperd, 1995). Sedangkan menurut (Bobath, 1966) cerebral palsy adalah akibat dari lesi atau gangguan pekembangan otak, bersifat non-progresif dan terjadi akibat bayi lahir terlalu dini (premature). Defisit motorik dapat ditemukan pada pola abnormal dari postur dan gerakan.

Definisi spastik menurut kamus kedokteran (Dorlan, 2005) adalah bersifat dan ditandai dengan spasme. Hipertonik, dengan demikian otot-otot dan gerakan kaku. Diplegia adalah paralisis yang menyertai kedua sisi tubuh. Bagian utama yang terkena adalah kedua belah kaki (Dorlan 2005).

(8)

8 BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Pengkajian Fisioterapi

Pasien bernama An.Agita Khoirotunnisa, umur 5 tahun 5 bulan, jenis kelamin : perempuan, agama : islam, pekerjaan, dan alamat : Montong, Tuban RT 25/RW 05, dengan diagnose cerebral palsy spastic diplegi. Pasien belum mampu berdiri dan berjalan mandiri. Dari pemeriksaan inspeksi statis di dapatkan hasil postur tubuh pasien terlihat kifosis dan saat terlentang terlihat knee pasien flexi dan ankle plantar flexi. Pada keadaan dinamis, saat berpindah tempat, pasien hanya mampu merangkak tetapi belum sempurna dan saat diberdirikan kaki pasien jinjit dan knee terlihat flexi. Sedangkan palpasi nya suhu local pasien normal, adanya spasme pada otot sterno cleido mastoideus, serta adanya kontraktur pada knee. Parameter yang digunakan untuk pemeriksaaan spastisitas dengan skala Asworth dan pemerikasaan motorik kasar dengan GMFM

Impairment pada pasien yaitu adanya spastisitas pada anggota gerak bawah,

adanya keterbatasan kemampuan fungsi tungkai karena ada atrofi dan kontraktur.. Dalam kasus ini penatalaksanaan yang diberikan yaitu metode pendekatan Neuro

(9)

9 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Evaluasi Spastisitas menggunakan Skala Asworth

(10)

10

2. Hasil Evaluasi Kemampuan Motorik Kasar dengan GMFM

NO DIMENSI T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 A 84,31% 84,31% 84,31% 84,31% 84,31% 84,31% 2 B 53,33% 53,33% 53,33% 53,33% 53,33% 53,33% 3 C 40,47% 40,47% 40,47% 40,47% 40,47% 40,47%

4 D 0% 0% 0% 0% 0% 0%

5 E 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Score 35,62% 35,62% 35,62% 35,62% 35,62% 35,62%

B. Pembahasan

(11)

11

Pengukuran kemampuan fungsional dengan Gross Motor Function

Measurement (GMFM) meliputi 88 item, pada posisi tidur terlentang meliputi 17

(12)

12 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cerebral palsy spastik diplegia adalah gangguan pada otak yang bersifat

non-progresif yang disebabkan oleh adanya lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang ditandai denganadanya spastic dangerakan yang kaku yang menyertai kedua sisi tubuh yaitu kedua belah kaki. Masalah yang berhubungan dengan CP bervariasi, mulai dari yang sangat ringan hingga berat. Beratnya kondisi, berhubungan dengan beratnya kerusakan otak dan letak kerusakan otak. Problem utama kasus ini adalah adanya spastisitas pada keduatungkai. Problem utama tersebut pada akhirnya menyebabkan gangguan pada aktifitas fungsionalnya yaitu pasien belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri.

Setelah dilakukan penanganan fisioterapi pada pasien dengan umur 5 tahun selama dua minggu dengan diagnosa CP spastik diplegi dengan menggunakan metode pendekatan terapi latihan dengan NDT didapatkan hasil yaitu (1) pemeriksaan spastisitas dengan skala ukur Asworth, pada kedua tungkai dinilai dari pemeriksaan awal (T1) sampai dengan terapi akhir (T6) diperoleh hasil nilai tetap atau tidak megalami penurunan dan peningkatan, (2) pemeriksaan kemampuan fungsional motorik kasar dengan GMFM dinilai dari pemeriksaan awal (T1) sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) tidak mengalami peningkatan dan tidak mengalami penurunan yaitu pada total score 35,62%.

(13)

13

frekuensi latihan dalam 2 minggu, (2) terapi latihan metode NDT ini hanya memberikan hasil yang bersifat sementara sesaat setelah terapi diberikan, Karena pada pasien CP mekanisme reflek sikap normal pada anak belum berkembang secara alamiah akibat adanya immature brain.

B. SARAN-SARAN

Untuk mendapat hasil yang optimal dalam penanganan CP spastik diplegi disarankan (1) sebaiknya latihan dilakukan sesering mungkin baik dalam hal intensitas maupun frekuensi latihan, (2) disarankan fisioterapi bisa memberi latihan dengan kreatif dan variatif agar anak tidak bosan saat latihan, (3) fisioterapi harus mempunyai pengetahuan luas tentang ilmu tumbuh kembang anak normal dan berbagai ilmu mengenai fisioterapi dalam pediatri saat ini.

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Bobath, K .1966. The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy. William Heinemann Medical Books Ltd, Philadelpia.

Bobath, K, 1972. The Motor Deficit in Patient With Cerebral Palsy. England: The Lavenhamm Press LTD.

Center Of Disease Control. 2009. Data Show in 1 In 278 Children Have Cerebral

Palsy. Diakses tanggal 15/5/2013, dari http://www.cdc.gov

Champell, S. K. 1991. Physical therapy For Children. W. B. Saunders Company, Philadelphia.

Chusid, J. G; 1993; Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional; Edisi Empat,Gajah Mada University Press.Yogjakarta

Dorlan, S. J. 2005. Cerebral Palsy, A Complete Guide for Caregiving. The John Hopkins University Press, Baltimore and London, hal.3.138

Dust, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi : Anatomi, Fisiologi, Tanda Gejala; Edisi pertama ECG. Jakarta

Eckersley M, Pamella. 1993. Element Of Pediatric Physioterapy; Churcill Livingstone

Indrastuti, L. 2004. Rehabilitasi Medik pada Crebral Palsy, diambil dari Kumpulan Makalah Seminar Cerebral Palsy Gangguan Gerakdan Mental,

YPAC Semarang dan UNDIP. Semarang

Keith, M.P. 2002. Gross Motor Function Measure Score Sheet (GMFM)

(GMFM-88 and GMFM-66 scoring), Version 1.0.

Martin, J. H. 2003. Neuroanatomy Text and Atlas. Edisi ke-3, The Mac Graw Hill Company. New York

Menkes RI, 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor; 1362/MENKES/SK/XII/2001. Jakarta

(15)

15

Molnar, C.R. 1992. Anatomi Susunan Syaraf Manusia, Prinsip-prinsip Dasar

Neurobiologi ; PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta

Price, A.S dan Wilson P. 2006. Patofisiologi edisi keempat : EGC. Jakarta

Rood, M. 2000. Makalah Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi pada Tumbuh

Kembang : NDT Treatment Concept. SasanaHusada Pro Fisio, Jakarta

Sheperd, B. R .1995. Phisioterapy for Pediatric. Third Edition, Facult of Health Science The University of Sidney, Australia.

Soekarno. 2002. Fisioterapi pada Cerebral Palsy modifikasi Metode Bobath ;Seksi fisioterapi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Soetomo Surabaya.

Sunusi, Sudading dan Nara P. 2007 .Cerebral Palsy; Diakses tanggal 24/3/2013 dari http:/www.google.co.id.

Swaiman Kenneth F. 1998. Cerebral Palsy in Pediatric Neurology, Principle and Practice. Mosby 1994 : 471 – 86.

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Penelitian ini dilatarbelakangi

untuk mengukur diameter; kompas, patok, tali tambang 20 m, dan cat merah untuk pembuatan batas-batas plot contoh; densiometer untuk pengukuran persentase naungan; tally

Kata Kunci: serbuk daun papaya kaya, analisis sensori serbuk daun pepaya, analisis aktivitas antioksidan. serbuk

Berdasarkan simulasi yang dilakukan, kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century memiliki pengaruh yang lebih besar pada saat

(3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.. Adapun

Perbandingan kontras orthogonal (Tabel 3) menunjukkan bahwa peubah tinggi tanaman antara varian hasil induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma tidak berbeda

sempurna.. Persentasi Ca yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 45 % dari 100 gr massa cangkang kerang. Metode double stirring simultan termasuk kedalam metode basah, adapun

[r]