NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEMBACA AL-QURAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA SMA MUHAMMADIYAH I
ANGKATAN 2009-2010 SURAKARTA
Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh : SUPANDI HASAN
J 500 080 071
FAKULTAS KEDOKTERAN
ABSTRAK
Supandi Hasan, J500080071. 2011. Hubungan Intensitas Membaca Al-Quran dengan Tingkat Depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran UMS.
Depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa yang prevalensinya cukup banyak. WHO mencatat saat ini (2006) terdapat 121 juta orang mengalami depresi, sebanyak 5,8% pria dan 9,5% wanita di dunia pernah mengalami episode depresif dalam hidup mereka. Sedangkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa ada 1,74juta orang Indonesia mengalami gangguan emosional. Diperkirakan, pada tahun 2020, depresi akan menempati peringkat kedua setelah penyakit jantung, yang umum dialami masyarakat di dunia.
Tujuan penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan intensitas membaca Al-Quran dengan tingkat depresi pada siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subjek penelitian adalah siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta teknik sampling dengan cara total sampling. Keseluruhan sampel berjumlah 288 siswa, tetapi yang memenuhi kriteria restriksi dan bersedia mengikuti penelitian berjumlah 157 siswa.
Dari hasil analisis data menggunakan Spearman Rank Corelation didapatkan hasil p = 0,146. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dengan tingkat depresi.
Kata kunci : Intensitas Membaca Al-Quran, Depresi, Spearman Rank Corelation
Latar Belakang
Artinya“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaahaa: 124)
Dalam kitab tafsir azhar disebutkan orang yang berpaling dari Al-Quran, kehidupannya sempit, tidak tenang dan gelisah, meskipun secara dhohir hartanya melimpah, sedangkan orang yang berpegang teguh kepada Al-Quran, kehidupannya tenang dan tentram. (Hamka., 1983).
Keengganan orang-orang yang jauh dari Al-Quran dan agama untuk taat kepada Allah menyebabkan mereka terus-menerus menderita perasaan tidak nyaman, khawatir dan depresi. Akibatnya, mereka terkena berbagai ragam penyakit kejiwaan yang terwujud pada keadaan raga mereka. Tubuh mereka lebih cepat mengalami kerusakan, dan mereka mengalami penuaan yang cepat dan melemah. Sebaliknya, karena orang-orang beriman yang selalu berpegang terhadap apa yang di turunkan Allah mereka sehat secara kejiwaan, mereka tidak terkena depresi, atau berkecil hati, dan jasmani mereka senantiasa prima dan sehat. Pengaruh baik akibat ketundukan mereka kepada Allah, tawakal mereka kepada-Nya dan kepribadian kokoh mereka, kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan apa yang terjadi dan berharap akan janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur’an, dan yang benar-benar memahami agama. Tentu saja mereka pun dapat menderita sakit dan pada akhirnya mengalami penuaan, namun proses alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada sisi kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh selain mereka.
dan yang paling menarik, depresi pada kelompok umur remaja ternyata relatif lebih tinggi, dengan kata lain remaja rentan terkena depresi. Kondisi ini perlu di sikapi dengan arif dan serius, tentu saja mempergencar upaya prevensi. Depresi pada remaja terutama remaja usia SMA yang ada di SMA Muhammadiyah I Surakarta merupakan persoalan besar karena bisa mengganggu pendidikan mereka (Hadi, 2004)
Depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa yang prevalensi cukup banyak. WHO mencatat saat ini (2006) terdapat 121 juta orang mengalami depresi, sebanyak 5,8% pria dan 9,5% wanita di dunia pernah mengalami episode depresif dalam hidup mereka. Sedangkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa ada 1,74juta orang Indonesia mengalami gangguan emosional. Diperkirakan, pada tahun 2020, depresi akan menempati peringkat kedua setelah penyakit jantung, yang umum dialami masyarakat di dunia (Depkes, 2009)
Penelitian yang di lakukan oleh Kielholz dan Poldinger (1974) menunjukkkan bahwa 10% dari pasien yang berobat ke dokter adalah pasien depresi dan separuhnya adalah depresi terselubung (masked depression). Depresi terselubung adalah salah satu bentuk depresi dengan gejala-gejala yang muncul ke permukaan berupa keluhan fisik (somatik) seringkali dokter tidak mencermati hal ini dan terpaku pada keluhan-keluhan fisik sehingga terapi yang diberikan adalah hanya terapi somatik. Oleh karenanya pasien seringkali merasa tidak sembuh sehingga penyakitnya menjadi menahun. Terhadap pasien yang menderita penyakit depresi terselubung ini seyogyanya selain diberikan terapi somatik juga diberikan terapi psikologik, misalnya psikoterapi, psikofarmaka (obat-obat anti depresi) dan yang paling penting adalah dengan terapi psikorelegius (Hawari, 2008)
dimaksud dapat di raih dengan mendengar dan membaca, memahami dan merenungkannya, perlakuan terhadap Al-Quran tersebut dapat menghantarkan pasien ke alam yang dapat menenenangkan dan menyejukkan jiwanya.
Adz-dzaky (2002) mengatakan bahwa dalam aplikasi terapi Islam terhadap berbagai persoalan salah satu langkah yang dilakukan adalah membacakan beberapa ayat dari Al-Quran yang berhubungan dengan permasalahan, gangguan atau penyakit yang sedang dihadapi (Rahayu, 2009)
Remaja adalah masa dimana seseorang pada keadaan labil, pada Siswa SMA muhammadiyah I Surakarta, disamping sibuk dengan kegiatan sekolah, organisasi dan sebagainya, sehingga mereka tidak ada waktu yang cukup luang untuk menyempat diri untuk membaca Al-Quran, akibatnya ketika mendapatkan musibah atau cobaan hidup misalnya kehilangan orang yang dicintainya mereka mengahadapinya dengan cara yang tidak tepat dan rentan terkena depresi.
Berdasarkan pemaparan dan data-data diatas, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dan tingkat depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I Surakarta.
Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dan tingkat depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta?
Tujuan Penelitian A. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dan tingkat Depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta.
1. Mengetahui tingkat depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta.
2. Mengetahui tentang intensitas membaca Al-Quran pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta.
Manfaat Penelitian
Bila penelitian ini terbukti maka manfaat yang dapat di ambil adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Dapat mengetahui hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dan tingkat depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta.
2. Manfaat praktis
a. Memberi sebagian informasi ilmiah kepada pembaca tentang hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dan tingkat depresi. b. Memberikan arahan kepada para siswa untuk mengambil tindakan
preventif terhadap depresi yaitu dengan banyak membaca Al-Quran. c. Untuk menjadi bahan penelitian selanjutnya
Desain Penelitian
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta. Waktu penelitian pada bulan Oktober 2011.
Populasi Penelitian
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro dan Ismael, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah para Siswa kelas III SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta
Sampel Dan Teknik Sampling
Sampel merupakan hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memperoleh karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2008). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pendekatan total
sampling.
Estimasi Besar Sampel
Menurut Dahlan tahun 2009, yang digunakan dalam metode cross sectional antara lain dapat menggunakan total sampling.
Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi
a. Siswa angkatan 2009-2010 SMA Muhammadiyah I Surakarta b. Siswa laki-laki dan perempuan
c. Masih aktif dalam kegiatan belajar di SMA Muhammadiyah I Surakarta d. Beragama islam
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden. b. Skor L-MMPI > 10
c. Tidak pernah membaca Al-Quran d. Membaca kurang dari satu ruku’
Identifikasi Variabel Penelitian
variabel didefinisikan sebagai karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lain (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).
1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas membaca Al-Quran.
2. Variabel tergantung (dependen) adalah variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat depresi.
3. Variabel perancu adalah variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan tergantung tetapi bukan merupakan variabel perantara. Variable perancu dalam penelitian ini adalah musik dan olahraga.
Definisi Operasional 1. Siswa
Siswa laki-laki dan perempuan yang masih duduk di kelas III SMA Muhammadiyah I Angkatan 2009-2010 Surakarta.
2. Intensitas Membaca Al-Quran
3. Membaca Al-Quran
Pada penelitian ini yang dimaksud membaca Al-Quran yaitu kegiatan membaca Quran yaitu cara membaca dengan menghadap mushaf Al-Quran dan di luar sholat dan kwantitasnya > satu ruku’ dalam setiap kali membaca.
4. Tingkat depresi
Pengukuran tingkat depresi di tunjukkan dengan menggunakan kuisioner Beck Depression Inventory (BDI) (Tomb, 2003) dan data akhir berupa data interval.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa instrument kuisioner yang berisi pertanyaan yang harus diisi oleh responden.
1. Lembar Permohonan Menjadi Responden 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
3. Skala L-MMPI (Lie-Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
Merupakan skala untuk menilai kejujuran dalam menjawab instrumen yang diberikan. Berisi 15 butir pertanyaan. Bila jawaban “Tidak” lebih dari atau sama dengan 10 pertanyaan maka responden dinyatakan invalid dan dikeluarkan dar sampel penelitian (Yul Iskandar, 1985).
4. Kuisioner Intensitas membaca Al-Quran
Kuisioner ini berisi pertanyaan data responden tentang aktifitas membaca Quran yaitu frekuensi, intensitas serta kebiasaan membaca Al-Quran dalam tiap pekan.
5. Skala Penelitian Beck Depression Inventori (BDI)
untuk menganalisa data-data tentang tingkat depresi siswa yaitu dengan Beck Depression Inventori (BDI) BDI sebagai alat ukur tingkat depresi (Tomb, 2003)
Beck Depression Inventori (BDI) mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 diantaranya menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala somatik. Masing-masing kelompok item terdiri dari 4-6 pertanyaan yang menggambarkan dari tidak adanya gejala sampai adanya gejala yang paling berat. Skor berkisar antara antara 0-3. Pertanyaan yang menunjukkan tidak adanya gejala depresi diberi skor 0, skor 1 untuk pernyataan yang menggambarkan adanya gejala depresi ringan. Skor 2 untuk pernyataan yang menggambarkan adanya gejala depresi sedang. Sedangkan Skor 3 untuk gejala depresi berat.
Skor yang dipakai untuk masing-masing 3 kelompok item adalah pernyataan dengan skor tertinggi. Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberikan total nilai dari 0-63; nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat . 21 item tersebut menggambarkan kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, harapan dan hukuman, membenci diri sendiri, menuduh diri sendiri, keinginan bunuh diri, menangis, iritabilitas, penarikan diri dari masyarakat, tidak dapat mengambil keputusan, perubahan bentuk tubuh, masalah bekerja, insomnia, kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan, preokupasi somatik dan penurunan libido.
Pengisian BDI membutuhkan waktu 10-15 menit, diisi sendiri oleh responden (Tomb, 2003). Jika responden memilih lebih dari satu pertanyaan dalam kelompok apapun, nilai yang lebih tinggi yang di catat; jika perasaanya terletak diantara dua alternatif, salah satu yang terdekat yang dinilai.
Teknik Pengumpulan Data
2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka kebohongan sampel. Bila didapatkan angka lebih besar atau sama dengan 10 maka
responden invalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian.
3. Responden mengisi kuisioner depresi untuk mengetahui sampel yang mengalami depresi dan derajat depresi. Pengukuran depresi adalah menggunakan Beck Depression Inventory (BDI).
4. Responden mengisi kuisioner intensitas membaca Al-Quran untuk mengetahui sampel apakah intensitasnya tinggi atau rendah.
Analisis Data
eksklusi, sehingga diperoleh 157 siswa yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian. Data dianalisis menggunakan uji Spearman untuk mengetahui hubungan anatara intensitas membaca Al-Quran dengan tingkat depresi. Dari analisis diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. 2 distribusi berdasarkan intensitas membaca Al-Quran
No Intensitas Membaca Al-Quran Jumlah Presentase (%)
1 1 kali 15 9,55%
2 2 kali 15 9,55%
3 3 kali 21 13,37%
4 4 kali 18 11,47%
5 5 kali 8 5,09%
6 6 kali 25 15,29%
7 7 kali 35 22,29%
8 8 kali 20 12,73%
Total 157 100%
(Sumber : Data Primer, 2011).
Tabel di atas menunjukkan distribusi intensitas membaca Al-Quran dalam tiap pekan dari intensitas 1 kali s/d 8, intensitas 1 kali sebanyak 15 siswa (9,55%), intensitas 2 kali sebanyak 15 siswa (9,55%), intensitas 3 kali sebanyak 21 siswa (13,37%), intensitas 4 kali sebanyak 18 siswa (11,47%), intensitas 5 kali sebanyak 8 siswa (5,09%), intensitas 6 kali sebanyak 25 siswa (15,29%), intensitas 7 kali sebanyak 35 siswa (22,29%), intensitas 8 kali sebanyak 20 siswa (12,73%).
Tabel.3 Distribusi Rerata Skor depresi
No Skor rata-rata minimum maximum
1 depresi 11,71 1 44
Dari tabel di atas terdapat rata-rata skor depresi pada siswa, minimal 1 dan skor maksimal 42 dengan Rerata skor depresi 11,71.
Tabel. 4 Distribusi Rerata Skor intensitas membaca AlQuran
No Skor rata-rata minimum maximum
1 intensitas membaca Al-Quran 4,93 1 8
(Sumber : Data Primer, 2011).
Dari tabel di atas terdapat rata-rata skor intensitas membaca Al-Quran 1 s/d 8 kali, minimal 1 dan skor maksimal 8 dengan Rerata intensitas membaca Al-Quran 4,93.
Tabel. 5 Uji Normalitas Data Skor Intensitas membaca Al-Quran dengan depresi Kolmogorov Smirnov
Data Nilai ρ Keterangan
Intensitas Membaca Al-Quran 0,000 distribusi tidak Normal Tingkat Depresi 0,000 distribusi tidak Normal (Sumber : Data Primer, 2011).
Tabel.6 Uji korelasi dengan Rank Spearman
Correlations
Skor Intensitas
Membaca
Al-Quran Skor BDI
Spearman's rho Skor Intensitas Membaca
Al-Quran
Correlation Coefficient 1.000 -.085
Sig. (1-tailed) . .146
N 157 157
Skor BDI Correlation Coefficient -.085 1.000
Sig. (1-tailed) .146 .
N 157 157
Dari hasil analisis korelasi sederhana ρ (rho) tidak didapat korelasi antara intensitas membaca Al-Quran dengan tingkat depresi sebesar ρ= -0,085. Tetapi dari hasil analisis signifikansi P = 0,146 menunjukkan tidak signifikan atau tidak berhubungan maka besar korelasi tidak dihitung karena P > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dengan Tingkat depresi pada siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta.
Pembahasan
Dari penelitian diperoleh hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas membaca Al-Quran dengan tingkat depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta. Dimana siswa yang intensitas membaca Al-Qurannya tinggi, skor BDI juga tinggi, dengan kata lain secara statistik tidak lebih depresi daripada siswa yang intensitas membaca Al-Qurannya rendah. Hal ini berbeda dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi intensitas membaca Al-Quran maka semakin menurunkan tingkat depresi.
Terpuji. Al-Quran juga merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin. Maksud dari penyembuh yaitu dapat menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan, kesyirikan, penyimpangan, dan perselisihan yang terdapat dalam hati.
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-israa’ ayat 82 sebagai berikut :
Artinya “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”(QS. Al-isra’ :82)
Jika manusia mengalami keraguan dalam hatinya sehingga keraguan itu akan membawanya pada kemusyrikan, bertindak munafik, serta melakukan berbagai penyimpangan sehingga menimbulkan perselisihan, maka Al-Quran lah yang dapat menyembuhkan persoalan-pesoalan tersebut. Allah berani menjamin dengan Al-Quran manusia akan sembuh, hal itu tidak lain karena Al-Quran itu sendiri tidak hanya berhenti sebagai obat penawar, tetapi sekaligus sebagai rahmat, yang dengannya dapat menghasilkan keimanan, hikmah, dan nilai-nilai ketauladanan.
Sekali lagi, baik sebagai obat penawar maupun rahmat, Al-Quran hanya akan memberikan pengaruhnya bagi orang-orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya. Hanya bagi orang yang seperti inilah, Al-Quran akan menjadi penyembuh dan rahmat. (Anwar, 2010)
Hal serupa tidak berlaku bagi orang kafir, sebab, orang kafir tatkala mendengar Al-Quran dibacakan, dia tidaklah bertambah dekat kepada Allah, justru sebaliknya bertambah semakin jauh dan semakin kufur.
yang di kandungnya. Selama kita benar-benar tidak yakin dengan kebenaran Al-Quran dan bahkan mengingkari ajaran-ajaran yang dikandungnya, maka akan sangat sulit bagi kita untuk bisa mengambil manfaat pengobatan dari dalam Al-Quran. Al-Quran hanya sebagai penyembuh bagi orang-orang yang meyakini bahwa al-Quran sebagai penyembuh.
Al-’Allamah Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata pula dalam menjelaskan ayat ini: “Al-Qur`an mengandung penyembuh dan rahmat. Dan ini tidak berlaku untuk semua orang, namun hanya bagi kaum mukminin yang membenarkan ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya. Adapun orang-orang dzalim yang tidak membenarkan dan tidak mengamalkannya, maka ayat-ayat tersebut tidaklah menambah baginya kecuali kerugian. Penyembuhan yang terkandung dalam Al-Qur`an bersifat umum meliputi penyembuhan hati dari berbagai syubhat, kejahilan, berbagai pemikiran yang merusak, penyimpangan yang jahat, dan berbagai tendensi yang batil. Sebab ia (Al-Qur`an) mengandung ilmu yakin, atau ada keimanan dalam hatinya sehingga dia senantiasa berdzikir dan mengingat Allah dengan memperbanyak membaca Al-Quran dan yakin bahwa Al-Quran mempunyai manfaat yang sangat besar yang dengannya akan musnah setiap kegelisahan dan kesediahan jiwa. Ia merupakan pemberi nasehat serta peringatan, yang dengannya akan musnah setiap segala sesuatu yang menyelisihi perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di samping itu, Al-Qur`an juga menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit.
Jadi Al-Quran berpengaruh terhadap jiwa seseorang apabila seseorang tersebut mempunyai keimanan yang kuat tehadap Al-Quran.
Artinya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Huud: 28).
Dalam kitab tafsir Al-azhar disebutkan bahwa iman adalah menyebabkan senantiasa ingat kepada Allah, atau dzikir. Iman menyebabkan hati kita mempunyai pusat ingatan atau tujuan ingatan. Dan ingatan kepada Allah itu menimbulkan tentaram, dan dengan sendirinya hilanglah segala macam kegelisahan, fikiran kusut, putus asa, ketakutan, kecemasan, keragu raguan dan duka cita. Ketentraman hati adalah pokok kesehatan rohani dan jasmani. Ragu dan gelisah adalah pangkal penyakit. Orang lain kurang sekali dapat menolong orang yang meracuni hatinya sendiri dengan kegelisahan. Kalau hati telah ditumbuhi penyakit, dan tidak segera diobati dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan iman dan iman yang menimbulkan Thuma’ninah, maka celakalah yang akan menimpa. Hati yang telah sakit dan bertambah sakit dan puncak segala penyakit hati ialah kufur akan nikmat Allah.(Hamka., 1983)
Berdasar faktor-faktor di atas, dapat dilihat bahwa salah satu kemungkinan penyebab tidak bermaknanya secara statistik tingkat depresi antara siswa yang intensitas membaca Al-Qurannya tinggi dengan intensitas membaca Al-Quran rendah adalah :
a. Instrumen untuk mengukur tingkat intensitas membaca Al-Quran yang belum tervaliditasi.
b. Populasi yang homogen karena di sebuah institusi religi, siswa di wajibkan membaca Al-Quran, sedangkan di institusi umum siswa membaca Al-Quran karena kesadaran dari dalam diri sendiri.
c. Ketakutan sampel dalam menjawab kuisioner yang beranggapan berpengaruh dengan nilai raport.
d. Kurangnya keimanan yang kuat dan persepsi positif terhadap Al-Quran.
Simpulan
Penelitian tentang Intensitas Membaca Al-Quran dengan Tingkat Depresi pada Siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta diperoleh hasil yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara intensitas membaca Al-Quran dengan tingkat depresi pada siswa SMA Muhammadiyah I angkatan 2009-2010 Surakarta.
Saran
Tidak adanya hubungan antara intensitas membaca Al-Quran dengan tingkat depresi diduga karena rendahnya pemahaman siswa tentang Al-Quran. Jadi penulis menyarankan :
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Terjemahan Departemen Agama . 2010.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 2000. Menumbuhkan Cinta kepada Al-Quran. Yogyakarta : Mardhiyah Press.
Anwar, Salman Rusydie. 2010. Sembuh dengan Al-Qur’an. Yogyakarta: Sabil.
Departemen Kesehatan. 2009. Tanggulangi Depresi Secara Tepat. Jurnal PDF http://www.depkes.go.id, download 2011-03-16.
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso. 2005. Psikologi Islam. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Fauzan Al-Fauzan, Sholih. 2006. Tadabbur Al-Quran Kunci Pokok Membangun
GenerasiQurani. Solo : Al-Qowam.
Hadi, Pranowo. 2004. Depresi dan Solusinya. Nyutran : Tugu Publisher. Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : Pustaka Panjimas.
Hawari, D. 2008. Manejemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Bp Fk UI.
Kaplan, H.I. dan Sadock, B.J. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2, edisi VII. Jakarta : Binarupa Aksara.
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.
Fakultas Psikologi UI: Murad, J. dkk). Jakarta : Penerbit Erlangga. Rahayu, I.T. 2009. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer.
Malang : UIN-Malang Press.
Sastroasmoro dan Ismael. 2008. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKlinis. Jakarta : Binarupa Aksara.
Sosrosumihardjo, Danardi. 2011. Kenali Depresi, Tuntaskan Terapi. Dalam Jurnal Farmacia.
Sugiyono, D.R. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Taufiqurrahman, M. A. 2007. Pengantar Metodelogi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
Tomb, D.A. 2003. Gangguan Mood, Buku Saku Psikiatri, Ed 6 Th. Jakarta : EGC. Wicaksana, I. 1992. Anxietas Pada Wartawan Anggota PWI Cabang Yogyakarta,
Majalah Psikiatri, tahun XXVI No 4 Desember 1993. Jakarta : Kesehatan
Jiwa Dharmawangsa.
Wilkinson, G. 1995. Depresi. Penerjemah (Tjandrasa, M). Jakarta: Arcan.
Yul, Iskandar. 1985. Insomnia, Anxietas, dan Depresi, Dalam : Psikiari Biologi,
Vol II. Jakarta : Yayasan Dharma Graha