• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2020"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

i

HALAMAN JUDUL

KEBERMAKNAAAN HIDUP MILENIAL MASYARAKAT INDUSTRI

DI DESA MARGOYOSO KECAMATAN KALINYAMATAN KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Oleh : Watsiq Yasar NIM. 16250074

Pembimbing:

Andayani, S.IP., MSW.

NIP. 197210161999032008

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA 2020

(2)

ii

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Watsiq Yasar NIM : 1625074

Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi saya yang berjudul

“Kebermaknaan Hidup Milenial Masyarakat Industri di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara” adalah hasil karya saya pribadi yang tidak mengandung plagiarism dan tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang penyusun ambil sebagai acuan dengan tata cara yang dibenarkan sesuai ilmiah.

Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka penyusun bersedia mempertanggungjawabkannya sesuai hukum yang berlaku.

Yogyakarta, 21 September 2020

Yang menyatakan,

Watsiq Yasar NIM 16250074

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya skripsi ini pertama-tama saya persembahkan kepada orang tua dan kadang keluarga saya, keluarga besar Amin Muchlas. Merekalah bapak dan ibu, Bapak Amin Muchlas dan Ibu fahriyah serta kakak-kakak saya. Kedua, karya skripsi ini saya persembahkan kepada milenial pada umumnya yang sudah atau sedang mencari pekerjaan. Ketiga, karya skripsi ini saya persembahkan kepada teman-teman satu angkatan Ilmu Kesejahteraan Sosial tahun 2016.

(5)

v MOTTO

Hidup bukanlah sekedar sebagaimana kita fikirkan, melainkan sebagaimana kita hayati

Kiekergard (1813-1855) dalam Fuad Hasan hal. 24

Sesuatu yang tidak membunuhmu akan menguatkanmu!

Muhammad Qowim, S.Ag., M.Ag.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta salam terlantun kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang menuntun seluruh umat manusia hingga masa gemerlap sekarang ini.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul

“Kebermaknaan Hidup Milenial Masyarakat Industri di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara” dengan lancar dan segala tantangan yang dihadapi.

Selesainya skripsi ini tidak luput dari perhatian, dukungan atau bantuan dari berbagai pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Phill. Al Makin, S.Ag., M.A. selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan skrispi.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang melancarkan proses penelitian melalui kebijakan yang ditetapkan.

3. Ibu Siti Solechah, S.Sos.I., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang melancarkan

(7)

vii

proses pengerjaan skripsi melalui kebijakan program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial.

4. Ibu Andayani, S.IP., MSW selaku Dosen Pembimbing Skripsi (DPS) yang membimbing selama proses awal hingga akhir pengerjaan skripsi saya.

5. Bapak Dr. H. Waryono, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang membimbing selama perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial yang banyak memberikan bekal keilmuan selama perkuliahan.

7. Bapak Arif Maftukhin yang memberikan bekal bagaimana upaya menghindari plagiasi.

8. Bapak Muslim Hidayat, MA., yang telah membantu saya menunjukkan kepada saya sebagian teori yang saya gunakan dalam karya skripsi ini.

9. Ibu Arin Mamlakah, S.Sos., M.A. yang mendongkrak semangat untuk segera menyelesakan skripsi.

10. Bapak Muhammad Izzul Haq, S.Sos., M.Sc., yang memberikan sedikit arahan terkait proses administrasi skripsi ini

11. Bapak Darmawan yang membantu proses administrasi skripsi ini.

12. Bapak Miftakhul Huda selaku Kepala Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara yang mengizinkan pelaksanaan penelitian ini.

13. Mbak Hikmatul Ula selaku perangkat Desa Margoyoso yang membantu peneliti dalam pengumpulan data khususnya terkait dengan data Desa Margoyoso.

(8)

viii

14. Mas Suwanto yang memberikan arahan terkait kepenulisan yang baik sebagaimana bakunya Bahasa Indonesia.

15. Teman-teman Komunitas Mahasiswa Desa Margoyoso (KOMA) khususnya Muhammad Yazid Afkhari, S.Pd., Tika Rizka Maylani, S.Sn. dan Mustika Sulistyaningsih, S.Sos. yang bersedia menjadi sumber informan.

16. Mas Ariza Afyudin dan Mila Amelia, S.E. yang turut meluangkan waktu untuk bersedia menjadi informan.

17. Muhammad Rifaat Adikarti Farid, S.Sos., M.A., Dani Mustafa, Hani Puspita Dewi, S.Sos, Sugeng Nugraha yang menjadi ruang berdiskusi dan bertukar pikiran.

18. Andri Muhammad yang mengantarkan penulis ke tempat penelitian ini dengan judul yang semula dan akhirnya tergantikan.

19. Sarah Hanum Shellarianti, S.Sos. yang membantu mengarahkan proses administrasi skripsi ini.

Semoga amal kebaikan orang-orang yang tertulis di atas mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT serta mendapat ridha-Nya.

Penulisan skripsi tentu masih jauh dari hasil yang sempurna. Penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam penyelesaian skripsi ini. Kritik dan saran dari pembaca selalu dinantikan untuk memberikan evaluasi daripada skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamuaaikum warahmatullahi wabarakatuh

(9)

ix

Yogyakarta, 21 September 2020 Penulis

Watsiq Yasar NIM 16250074

(10)

x ABSTRAK

Watsiq Yasar, 16250074, Kebermaknaan Hidup Milenial Masyaraka Industri di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara. Skripsi:

Ilmu Kesejahteraan Sosial. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2020.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena industrialisasi dan generasi milenial khususnya berusia 21 hingga 29 tahun yang memiliki kecenderungan menghadapi quarterlife crisis. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan kebermaknaan hidup milenial masyarakat industri di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara dengan menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Bagaimana kebermaknaan hidup milenial masyarakat industri di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.

Subjek penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari 1 Kepala Desa Margoyoso sebagai informan pendukung dan 2 milenial pencari kerja, 2 milenial bekerja di industri serta 1 milenial memiliki usaha sebagai informan kunci. Objek penelitian ini adalah kebermaknaan hidup milenial masyarakat industri.

Penelitian ini menggunakan sudut pandang teori kebermaknaan hidup Victor Frankl dalam memahami objek penelitian, teori generasi milenial guna memahami subjek penelitian serta teori industrialisasi dalam memahami kondisi sosial dan ekonomi tempat penelitian.

Hasil penelitian yang pertama menunjukkan bahwa empat dari lima informan menghadapi masa quarterlife crisis. Informan pertama dan kedua terjebak pasa quarterlife crisis pada masa pencarian kerja. Informan ketiga memiliki kondisi tertekan pada beban kerja dan informan keempat merasa memiliki tekanan pada mekanisme bekerja.

Hasil penelitian kedua ini menunjukkan bahwa kelima informan memiliki kebermaknaan hidup yang berbeda-beda. Informan pertama merasakan kebermaknaan hidupnya dengan memiliki harapan membangun sebuah usaha kafe.

Informan kedua memiliki kebermakanaan hidup akan harapan memiliki studio art.

Informan ketiga dan keempat merasakan hidupnya bermakna dengan membantu orang tuanya. Informan kelima memiliki kebermaknaan hidup dengan harapan dapat melaksanakan ibadah haji.

Kata kunci: kebermaknaan hidup, milenial, quarterlife crisis dan industrialisasi

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Kerangka Teori ... 10

F. Metode Penelitian ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 31

BAB II GAMBARAN DESA MARGOYOSO KECAMATAN KALINYAMATAN KABUPATEN JEPARA ... 32

A. Melihat Kabupaten Jepara ... 32

(12)

xii

B. Melihat Kecamatan Kalinyamatan ... 35

C. Melihat Desa Margoyoso ... 36

BAB III KEBERMAKNAAN HIDUP MILENIAL MASYARAKAT INDUSTRI ... 45

A. Kebermaknaan Hidup Milenial Pencari Kerja... 45

B. Kebermaknaan Hidup Milenial Pekerja Industri ... 58

C. Kebermaknaan Hidup Milenial Memiliki Usaha ... 68

BAB IV PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Informan Penelitian ... 26 Tabel 2 Status Pekerjaan Utama Penduduk Desa Margoyoso 2019 ... 34 Tabel 3 Jumlah Penduduk Desa Margoyoso berdasarkan Kelompok Umur tahun 2018 ... 39 Tabel 4 Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Margoyoso Tahun 2019 ... 41

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Catatan Tika Rizka Maylani ... 55 Gambar 2 Wawancara dengan Bapak Miftakhul Huda (Kepala Desa Margoyoso) ... 99 Gambar 3 Wawancara dengan Muhammad Yazid Afkhari ... 99 Gambar 4 Wawancara dengan Tika Rizka Maylani ... 100 Gambar 5 Dokumentasi Kegiatan Tika Rizka Maylani Mengerjakan Desain .... 100 Gambar 6 Dokumentasi Kegiatan Mila Amelia di Ruang Kerja ... 101 Gambar 7 Observasi Tempat Kerja Ariza Afyudin... 101 Gambar 8 Dokumentasi Kegiatan Mustika Sulistyaningsih Membuat Kue Tart ... 102

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tahun 2019 merupakan tahun di mana fenomena bonus demografi sedang berjalan. Bonus demografi penduduk adalah suatu kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia non produktif. Penduduk usia produktif adalah kelompok penduduk berusia 15-64 tahun yang berjumlah 181.354,9 atau 67,65% dari total penduduk. Sedangkan penduduk usia non-produktif adalah penduduk berusia 0-14 tahun yang berjumlah 70,635,8 dan lansia berusia 64 tahun ke atas yang berjumlah 16.083,7. Jumlah penduduk usia non-produktif dijumlahkan menjadi 86.719,5 atau 32,34% dari total penduduk1.

Sebagian mereka yang merupakan penduduk rentang usia produktif adalah generasi milenial. Generasi milenial menurut Neil Howe dan William Strauss adalah penduduk dengan riwayat kelahiaran tahun 1982 hingga 20002. Mereka kini berarti berusia 20 hingga 38 tahun. Jumlah penduduk usia 20 hingga 39 tahun sebanyak 83,993,6 atau 31,33% dari total penduduk di Indonesia pada tahunn 20193.

1 Statistik Indonesia 2020 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2020), hlm. 92.

2 KPPPA dan BPS, Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial (Jakarta:

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2018), hlm. 14.

3 Statistik Indonesia 2020, hlm. 92.

(16)

2

Dunia pekerjaan milenial tumbuh bersamaan dengan adanya pengembangan industrialisasi di Indonesia. Indonesia melalui Nawacita menciptakan rencana pembangunan industri dalam jangka waktu 2015 hingga 2035.4 Konsep industrialisasi ini diciptakan untuk membangun kesejahteraan masyarakatnya dengan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasanya dan membuka peluang usaha. Industrialisasi merupakan sebuah tahap pembangunan perekonomian negera dengan menggeser sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Pergeseran tersebut dilakukan sengaja atau pun tidak sengaja karena nilai tambah sektor primer menurun. Adapun bentuk dari industrialisasi adalah adanya akselerasi investasi dan tabungan yang memicu hadirnya perusahaan besar baik Perusahaan Modal Dalam Negeri maupun Perusahaan Modal Asing5. Namun industrialisasi tidak saja menggeser kegiatan ekonomi melainkan terkait hal mengenai tenaga kerja, modal dan pendapatan nasional sebagai faktor perekonomian negara6.

Sejak tahun 2018, penyerapan lapangan kerja di Jawa Tengah mulai terlihat bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier7. Lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah lapangan pekerjaan pada sektor sekunder yang meliputi industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, pengadaan air serta konstruksi. Sedangkan lapangan pekerjaan pada sektor

4 Kementerian Perindustrian, “Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015- 2035”, Jakarta (ID): Kemenperin (2015).

5 Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi perkotaan: memahami masyarakat kota dan problematikanya (2015), hlm. 209.

6 Ibid., hlm. 209–10.

7 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2019 (ttp: Badan Pusat Statistik, 2019), hlm. 33.

(17)

3

tersier meliputi perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, pertanahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Pada tahun 2016 kegiatan ekonomi sektor sekunder telah menyerap 28,91 % tenaga kerja dan meningkat pada tahun 2018 sebesar 31,03 %. Sedangkan sektor tersier meningkat dari 39,64 % di tahun 2016 meningkat 43,97 % pada tahun 2018.

Wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jejak perkembangan industri secara pesat adalah Kabupaten Jepara. Kabupaten Jepara pada tahun 2019 menjadi salah satu daerah tingkat pertama tujuan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu senilai US$ 1.180.830. Investasi PMA tersebut telah menyerap tenaga kerja lokal 6.448 orang dan 67 pekerja asing.8 Sebagai penguat bahwa pendapatan masyarakat Kabupaten Jepara turut meningkat secara signifikan dan tertinggi di tingkat provinsi pada tahun 2016 berdasarkan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). UMK Jepara meningkat 17,4 % dari 1.150.000 pada tahun 2015 menjadi 1.350.000 pada tahun 2016. Persentasi peningkatan tersebut merupakan persentasi tertinggi di wilayah propinsi Jawa Tengah.9

8 Susul Semarang, Jepara Daerah Paling Diminati Investor di Jateng | Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,

http://web.dpmptsp.jatengprov.go.id/p/294/susul_semarang,_jepara_daerah_paling_diminati_inves tor_di_jateng, diakses pada 25 Agustus 2020.

9 “Daftar UMK Kabupaten dan Kota Di Jateng 2016”, Tribun Jateng, https://jateng.tribunnews.com/2015/11/21/daftar-umk-kabupaten-dan-kota-di-jateng-2016, diakses pada 26 Agustus 2020.

(18)

4

Kabupaten Jepara dalam rencana tahunan penanaman modal di Jawa tengah termasuk bagian dari kelompok Wanarakuti. Wanarakuti adalah regional persebaran yang meliputi Kabupaten Jepara, Kudus dan Pati. Regional Wanarakuti memiliki fokus pada pengembangan industri pengolahan kayu dan perikanan serta industri sektor basis umum yang meliputi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa perbankan.10 Berbagai perizinan terkait dengan berdirinya industri di Kabupaten Jepara telah terealisasi pada tahun 2018.

Sebanyak 207 izin mendirikan bangunan (IMB), 64 izin perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian, 60 izin usaha industri, 146 tanda daftar perusahaan telah disetujui oleh pihak terkait11.

Adanya pengembangan industri di Kabupaten Jepara memiliki pengaruh hingga ke wilayah kecamatan terkecilnya yaitu Kecamatan kalinyamatan lebih tepatnya di Desa Margoyoso yang menjadi pusat pemerintahannya. Kondisi ketenagakerjaan di desa tersebut yang lebih dominan adalah mereka yang belum bekerja sebanyak 1548, buruh harian lepas sebanyak 762 dan karyawan perusahaan swasta sebanyak 23212. Disamping itu, Desa Margoyoso memiliki penduduk generasi milenial terbanyak di wilayah Kecamatan Kalinyamatan sebanyak 2652 jiwa berdasarkan usia 20 hingga 39

10 Dinas Penanaman Modan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2018, Rencana Tahunan Penanaman Modal Jawa Tengah Tahun 2019 (ttp: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah, 2019), hlm. 15.

11 Diskopukmnakertrans - Organizations - opendata.jepara.go.id, https://opendata.jepara.go.id/organization/diskopukmnakertrans, diakses pada 29 Juni 2020.

12 Data Potensi dan Kelurahan Desa Margoyoso Tahun 2019 Semester II (Pemerintah Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, 2020).

(19)

5

tahun pada tahun 2018.13 Mereka terdiri dari dari individu yang mencari pekerjaan, bekerja dan memiliki usaha.

Individu milenial dengan rentang usia 21 hingga 29 tahun adalah kondisi dimana individu mengalami fase quarterlife crisis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Blake bahwa quarterlife crisis yaitu suatu kondisi di mana individu merasa lebih emosional dan merasa tidak nyaman dalam waktu yang cepat (insecure) diikuti dengan perubahan besar masa dewasa. Biasanya individiu yang mengalami quarterlife crisis merasakan kedilemaan identitas, gelisah akan tujuan hidup jangka pendek dan jangka panjang. Pengalaman tersebut salah satunya dalam dunia pekerjaan.14 Dunia pekerjaan milenial meliputi pencarian pekerjaan atau bekerja baik bekerja di sebuah instansi maupun bekerja dengan memiliki usaha sendiri. Seiring perkembangan generasi milenial di jaman industrialisasi membuat mereka menyesuaikan diri dengan gejala psikologis tersebut.

Generasi milenial sebagai individu makhluk sosial memiliki kebebasan merespon dengan bereaksi dan mengambil sikap atas kondisi yang dihadapinya sehingga memiliki makna hidup. Hal ini oleh Frankl disebut dengan kebebasan berkehendak (freedom of will)15. Bagaimana pun kondisi yang dihadapi perlu dihadapi dengan langkah yang tepat sehingga hidupnya bermakna.

13 BPS Kabupten Jepara, Kecamatan Kalinyamatan dalam Angka 2019 (Jepara: tp, tt.), hlm.

24.

14 Mairead Murphy, Emerging Adulthood in Ireland: Is The Quarter-life Crisis a Common Experience? (Department of Social Science Dublin Institute of Technology, 2011), hlm. 12.

15 Sumanto, “Kajian Psikologis Kebermaknaan Hidup”, Buletin Psikologi UGM, 14 (2016), hlm. 119.

(20)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kebermaknaan hidup milenial masyarakat industri dalam menghadapi quarterlife crisis di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan kebermaknaan hidup generasi milenial masyarakat industri di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, khusunya pada mata kuliah Kesehatan Mental dan Pekerjaan Sosial Industri.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan refleksi dan rekomendasi kepada generasi milenial di Indonesia pada umumnya dan di Desa Margoyoso pada khususnya serta bagi pihak pemerintah dan profesional yang memiliki fokus pada pada masalah krisis, makna hidup dan pekerjaan pada generasi milenial.

(21)

7

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang kebermaknaan hidup dan generasi milenial sudah cukup banyak dilakukan. Penulis melakukan peninjauan pustaka berupa skripsi dan jurnal dalam kurun waktu lima tahun ke belakang untuk menyampaikan ketegasan penelitian dilakukan. Beberapa hasil penelitian yang menjadi bahan tinjaun pustaka di antaranya:

Pertama, penelitian Fakhri Ramadhan yang berjudul “Makna Bekerja bagi Barista”. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran profesi barista dan gambaran makna bekerja bagi barista. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratif dengan mengambil sembilan informan di tiga tempat yang berbeda, Jakarta, Yogyakarta dan Semarang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa barista adalah sebuah pekerjaan pembuat kopi. Akan tetapi barista berbeda dengan tukang kopi yang lebih konvensional. Perbedaannya berada pada tanggungjawabnya bahwa barista memiliki tuntutan berpengetahuan tentang kopi. Sedangkan makna bekerja bagi barista menunjukkan bahwa melakukan sebuah pekerjaan bukan sematan ingin mendapatkan gaji saja. Pertimbangan dalam bekerja sebagai barista adalah kesempatan untuk berkembang dan suasana lingkungan kedai yang nyaman16.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya, penelitian ini memiliki fokus pada objek makna bekerja dan pada pekerjaan yang digeluti oleh muda milenial.

16 Fakhri Ramadhan, Makna kerja bagi barista (2017).

(22)

8

perbedaannya adalah sudut pandang makna bekerja bagi seorang yang berprofesi sebagai barista.

Kedua, penelitian Nina Zulida Situmorang dan Fatwa Tentama yang berjudul “Makna Kebahagiaan pada Generasi Y”. Penelitian ini bertujuan memahami dan mendeskripsikan makna kebahagiaan mahasiswa pascasarjana generasi milenial dengan pendekatan Psikologi Indigenous dalam upaya membuat suatu teori psikologi menjadi relevan apabila diterapkan di daerah atau konteks budaya lain. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif dengan prinsip constructive realism.

Hasil penelitian ini menunjukkan enam kategorisasi tentang makna kebahagiaan generasi Y menurut subjek yaitu sehat secara emosi sebesar 28.6%, hubungan positif dengan keluarga dan orang lain sebesar 21.4%, materi sebesar 14.3%, melakukan kegiatan positif sebesar 14.3%, sehat secara jasmani sebesar 10.7% dan kebersyukuran sebesar 10.7%. kesimpulannya, Generasi Y pada pada penelitian ini menunjukkan bahwa makna kebahagiaan yakni dalam kondisi sehat secara emosi, memiliki hubungan positif dengan keluarga dan orang lain, memiliki materi, melakukan kegiatan positif, memiliki kesehatan jasmani dan selalu bersyukur untuk setiap hal yang dimiliki17.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini sama halnya memilih subjek generasi milenial namun lebih spesifik yang berstatus mahasiswa pascasarjana. Kemudian yang

17 Nina Zulida Situmorang dan Fatwa Tentama, “Makna kebahagiaan pada generasi Y”, disampaikan pada Temu Ilmiah Psikologi Positif I. Seminar dan Call for Paper“ Positive Psychology in Dealing with Multigeneration”. Universitas Pertamina Jakarta (Universitas Pertamina Jakarta, 2018).

(23)

9

menjadi perbedaan ialah penggunaan metode penelitian yang digunakan, objek penelitian dan tempat penelitian yang dilakukan.

Ketiga, penelitian Anggit Kusumaningtiyas yang berjudul “Proses Kebermaknaan Hidup Remaja yang menikah di usia dini”. Penelitian ini berupaya menggambarkan proses kebermaknaan hidup remaja yang menikah di usia dini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan informan 3 informan utama dan 3 informan pendukung. Informan utama ditujukan pada remaja yang menikah sebelum usia 18 tahun. Informan pendukung adalah orang terdekat dari informan utama, yaitu keluarga atau pasangan informan utama.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses remaja yang menikah di usia dini dikarenakan merasa dibandingkan dengan saudara kandungnya, orang tua yang broken home dan hamil di luar nikah. Sehingga menimbulkan merasa putus asa, cemas, rasa bersalah, ingin mati, dan hidup tidak berarti. Karena kejadian tersebut individu belum bisa memahami dirinya sendiri. Setelah menikah ia sadar sudah menjadi istri. Ia mulai mengubah sikapnya, menerima kenyataan jika sudah memiliki keluarga. Sudah bertanggung jawab mengurus rumah tangga, seperti menyapu, mencuci, mengurus anak dan suami. Namun ia belum memiliki inisiatif untuk melakukan kegiatan yang bisa menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. Ia merasa hidupnya bermakna jika bisa

(24)

10

membahagiakan orangtua, hidup tentram, kebutuhan tercukupi, dan hidup mandiri18.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan dari penelitian ini adalah fokus objek penelitian yang digunakan oleh peneliti, yaitu kebermaknaan hidup. Akan tetapi yang membedakan akan adalah penentuan subjek penelitian, yaitu remaja dengan batas 18 tahun dan lebih spesifik remaja yang menikah di usia dini.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki fokus penelitian yang serupa dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Namun, sejauh ini penulis belum menjumpai penelitian mengenai makna bekerja bagi milenial dengan tempat wilayah industri dan dengan menggunakan teori kebermaknaan hidup.

Maka, penelitian ini difokuskan pada makna bekerja pada generasi milenial di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori ini dipaparkan sebagai acuan sekaligus bekal dalam memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam19. Kerangka teori ini akan memaparkan tiga teori yang relevan dengan pembahasan penelitian.

18 Anggit Kusumaningtyas dan Setia Asyanti S. Psi, Proses Kebermaknaan Hidup Remaja Yang Menikah Di Usia Dini (2016).

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 213.

(25)

11

Ketiga teori yang penulis gunakan adalah teori mengenai kebermaknaan hidup, generasi milenial dan industrialisasi.

1. Kebermaknaan Hidup

Dunia psikologi telah mengalami dua masa dalam perkembangannya.

Masa pertama adalah masa di mana dunia keilmuan psikologi cenderung memiliki fokus pada aspek negatif kehidupan manusia. Sesuatu perhatian pada aspek negatif ini dicontohkan seperti kecemasan, kejiwaan, ketakutan, perilaku agresi dan sebagainya. Sedangkan masa kedua ini adalah masa di mana keilmuan psikologi merespon pada aspek positif kehidupan manusia.

Masa ini melahirkan satu aliran dalam dunia psikologi yang disebut dengan psikologi positif.

Psikologi positif ini adalah suatu ilmu yang memberikan perhatian pada suatu model sehat guna melengkapi pendapat ahli psikologi yang terdahulu20. Tujuan psikologi positif ini menurut Diener & Diener adalah memahami, membangun, dan memberdayakan kekuatan‐kekuatan manusia. Salah satu bagian dari kajian psikologi positif termasuk di dalamnya adalah kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar, dan didambakan serta memberikan nilai-nilai khusus bagi individu21.

a. Karakteristik Makna Hidup

20 Sumanto, “Kajian Psikologis Kebermaknaan Hidup”, hlm. 116.

21 Hanna Djumhana Bastaman, Meraih hidup bermakna: Kisah pribadi dengan pengalaman tragis (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 14.

(26)

12

Karakteristik makna hidup di antaranya; Pertama, makna hidup bersifat unik, personal dan temporer. Karakteristik ini memiliki arti bahwa makna hidup individu memiliki kebebasan menentukan cara untuk menemukan makna hidup. Begitu juga, pemaknaan akan suatu hal berbeda-beda dari satu individu ke indivdu yang lain pada momen tertentu. Kedua, makna hidup bersifat spesifik dan konkrit.

Karakteristik ini berarti bahwa makna hidup tujuan yang masih abstrak dan nyata. Misalnya, individu memiliki sebuah impian ingin bekerja, yang diungkapkan individu adalah bekerja sebagai guru. Ketiga, makna hidup bersifat memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan yang dilakukan dan membuat seseorang memenuhinya22.

b. Tiga Nilai Makna Hidup

Kegiatan yang berpotensi akan kebermaknaan hidup seseorang menurut Victor Frankl mengandung nilai-nilai tertentu. Terdapat tiga nilai-nilai dalam kebermaknaan hidup.

1) Nilai-nilai Kreatif

Nilai-nilai kreatif ini adalah nilai-nilai yang memotivasi individu untuk berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab.

Kegiatan berkarya dapat ditunjukkan dengan menekuni sebuah pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan diri dengan sebaik- baiknya. Suatu Pemaknaan dan penghayatan hidup dapat diraih

22 Ibid., hlm. 14–5.

(27)

13

melalui karya dan kerja. Bekerja akan menimbulkan pemaknaan pada hidup seseorang dikarenakan pekerjaan tersebut dapat menjadi hal yang sangat berarti bagi individu walaupun upah atau gaji dari pekerjaan tersebut tidak sepadan dengan yang dikerjakan23.

2) Nilai-Nilai Penghayatan

Nilai-nilai pengalaman adalah penemuan akan kebenaran, kebajikan, keindahan, keagaaman dan cinta kasih24.

3) Nilai-Nilai Bersikap

Nilai-nilai bersikap adalah sikap yang ditunjukkan oleh individu terhadap situasi dan kondisi yang tidak dapat diubah25. c. Komponen Kebermaknaan Hidup

1) Pemahaman Diri (self insight)

Pemahaman diri berkaitan dengan bagaimana seseoang menyadari atas kelemahan kondisi dan situasi diri pada saat ini dan keinginan untuk melakukakn sebuah perubahan yang lebih baik.

2) Makna Hidup (the meaning of life)

Makna hidup adalah sebuah hal yang dipercayai memiliki nilai-nilai penting dan begitu berarti bagi kehidupan seseorang.

Makna hidup tersebut memiliki fungsi sebagaimana halnya tujuan hidup yang harus dipenuhi dan menjadi arah kegiatan apa oun yang akan dilakukan.

23 HD Bastaman, Logoterapi; Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna, Jakarta (2007), hlm. 47–8.

24 Ibid., hlm. 48.

25 Ibid., hlm. 49–50.

(28)

14

3) Pengubahan Sikap (changing attitude)

Pengubahan sikap adalah transformasi sikap yang semula kurang atau tidak tepat menjadi lebih baik dalam menghadap tekanan yang dihadapi.

4) Keikatan diri (self comitment)

Keikatan diri adalah sebuah komitmen atas makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang telah ditetapkan.

5) Kegiatan terarah (directed activities)

Kegiatan teraraha adalah upaya-upaya dengan sadar untuk melakukan pengembangan potensi diri baik bakat, kemampuan maupun keterampilan. Upaya-upaya tersebut tentu mengarah pada upaya yang positif untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.

6) Dukungan sosial (social support)

Dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang akrab, dapat dipercaya dan selalu memberi bantuan ketika dibutuhkan.26 2. Generasi Milenial

a. Siapa Milenial?

Penelitian mengenai perbedaan generasi pertama kali digagas oleh Mainhem pada tahun 1952. Generasi menurut pengungkapan Mainhem

26 Bastaman, Meraih hidup bermakna: Kisah pribadi dengan pengalaman tragis, hlm. 132.

(29)

15

adalah sebuah konstruk sosial di dalamnya termasuk sebuah komunitas yang memiliki kesamaan berdasarkan umur sekaligus pengalaman hsitoris. Defini tersebut kemudian dilengkapi oleh Ryder bahwa generasi adalah sekelompok atau komunitas berdasarkan kesamaan peristiwa-peristiwa dalam satu kurun waktu.

Kemudian teori generasi ini dikembangkan lagi menjadi sebuah teori turunan teori generasi yaitu teori perbedaan generasi. Beberapa ahli telah banyak menemukan gagasan tentang teori perbedaan generasi akan tetapi salah satu di antara yang terpopuler adalah teori perbedaan generasi yang dikemukakan oleh Neil Howe dan William Strauss pada tahun 1991. Neil Howe dan William Strauss membagi generasi di antaranya generasi pendiam, generasi boomer, generasi ketigabelas dan generasi milenial. Konsep generasi milenial oleh kedua ahli tersebut adalah setiap warga atau penduduk yang lahir pada tahun 1982 hingga 200027.

b. Karakteristik Milenial

Generasi milenial memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Milenial memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Milenial memiliki mental bekerja bahwa mereka bekerja untuk hidup dan tidak tertarik menghabiskan di tempat kerja terus menerus. Mereka bekerja semaunya dan tidak mau bekerja di kantor

27 KPPPA dan BPS, Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial, hlm. 14.

(30)

16

dari pagi hingga malam. Mereka mempertimbangkan kehidupan sosial mereka.

2) Generasi Milenial meyakini bahwa produktivitas dan hasil harus memiliki keseimbangan. Jika mereka dapat memenuhi tugas lebih cepat dari yang lain, mereka tidak mau tetap di kantor atau di tempat kerja. Lebih lanjut, karena mereka percaya karyawan harus dievaluasi hanya berdasarkan produktivitas, bukan bagaimana, kapan, atau di mana mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, mereka percaya mereka harus dapat melakukan pekerjaan mereka di mana pun mereka merasa nyaman. Tidak masalah jika mereka ada di kantor, di rumah, atau di kedai kopi lokal.

3) Milenial mengutamakan kualitas bekerja. Generasi Millenial tidak termotivasi pada gaji semata. Meskipun menerima kenaikan gaji dari sebuah penghargaan, mereka juga suka dengan adanya cuti, bekerja dari rumah, dan terlibat dalam proyek-proyek penting.

4) Meskipun banyak generasi Millenial menghargai kepemimpinan yang baik, beberapa di antara mereka cukup berani untuk meyakini bahwa mereka harus mengambil alih tanggungjawab tersebut.

Alasannya sangat beragam, tetapi seringkali dikaitkan dengan transformasi operasi bisnis karena kemajuan teknologi yang kemudian hal ini tidak sepenuhnya dipahami oleh manajemen.

Selain itu, Milenial tidak suka terhadap mereka yang bertindak

(31)

17

secara otoriter dan/atau berharap dihormati hanya karena kekuasaan posisional.

5) Generasi Millenial lebih cenderung suka bekerja secara tim dan berkembang dalam lingkungan kerja yang kolaboratif.

6) Milenial sangat suka banyak informasi sehingga mereka merasa khawatir jika ketinggalan informasi. Penggunaan media sosial, gawai, dan kontak terus-menerus dengan hampir semua orang yang ingin mereka ajak berkomunikasi setiap saat ingin mengetahui segala sesuatu yang sedang terjadi.

7) Milenial mengutamakan inovasi dan berusaha memaksimalkan kesempatan pekerjaan di tempat kerja sehingga tetap dapat menjaga kualitas diri.

8) Milenial dekat dengan Teknologi. Generasi Millenial percaya bahwa teknologi adalah segalanya dan tertarik untuk terus belajar cara menggunakan program baru dalam meningkatkan keterampilan mereka. Generasi Millenial suka menguasai teknologi baru dan menghargai bagaimana kemajuan memungkinkan mereka menjadi fleksibel dengan cara mereka menjalanan tugas.

9) Milenial memiliki banyak pilihan terhadap pekerjaan. Milenial tidak menolak hubungan jangka panjang dengan pengusaha, ini hanya berlaku jika itu sesuai dengan keinginan mereka. Mereka akan mengubah perusahaan dalam sekejap jika ada kesempatan

(32)

18

menarik yang menunggu mereka. Milennial lebih tertarik pada pekerjaan yang menarik dan berpeluang untuk berkembang.

10) Milenial memiliki kecenderungan memilih pekerjaan dengan pakaian yang santai: Generasi Millenial menghargai kesempatan untuk bekerja di lingkungan santai di mana mereka tidak perlu mengenakan seragam.28.

c. Periode Quarterlife Crisis 1) Konsep quarterlife crisis

Usia milenial atau individu dengan rentang usia 20 hingga 38 tahun menurut E. Hurlock adalah fase dewasa awal atau young adult. Fase ini adalah tahap di mana individu sedang dalam masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu sebuah masa menghadapi berbagai masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan periode ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri dengan hidup yang baru.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Blake bahwa individu dalam usia rentang 21 hingga 29 tahun memiliki sebuah gejala psikis yaitu quarterlife crisis. Quarterlife crisis yaitu suatu kondisi krisis di mana individu merasa lebih emosional dan merasa tidak nyaman dalam waktu yang cepat (insecure) diikuti dengan

28 E. Phillips Kevin, Managing Millenials: The Ultimate Handbook for Productivity, Profitability, and Professionalism (ttp: Productivity Press, 2018), hlm. 14–6.

(33)

19

perubahan besar masa dewasa awal. Pengalaman-pengalaman psikis yang dialami pada fase quarterlife crisis ialah seperti frustasi pada sebuah relasi, dunia pekerjaan, dilema identitas, ketidaknyamanan terhadap kondisi saat ini, tujuan hidup jangka pendek dan jangka panjang29.

2) Fase quarterlife crisis

Individu pada tahap perkembangannya ketika menghadapi quarterlife crisis akan menghadapi lima fase sebagaimana yang disebutkan oleh Robbins (2016), yaitu:

a) Pertama, tahap merasa terjebak dalam berbagai pilihan sehingga tidak mampu membuat keputusan yang harus dijalani,

b) Kedua, dorongan kuat untuk mengubah situasi, c) Ketiga, melakukan sebuah hal yang bersifat krusial,

d) Fase keempat, membangun pondasi baru guna mengendalikan arah tujuannya,

e) Kelima, perjalanan baru pada hal yang lebih tertuju kepada minat dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.30

3. Industrialisasi

a. Konsep Industrialisasi

29 Murphy, “Emerging Adulthood in Ireland: Is The Quarter-life Crisis a Common Experience?”, hlm. 12.

30 Oliver C. Robinson, “A longitudinal mixed-methods case study of quarter-life crisis during the post-university transition: Locked-out and locked-in forms in combination”, Emerging adulthood, 7: 3 (2019), hlm. 5.

(34)

20

Industrialisasi merupakan suatu tahap pemajuan perekonomian negera melalui sektor sekunder dan tersier karena ekonomi sektor primer menurun nilai tambahnya31. Sebagaimana ringkasan Nasrullah, bahwa terdapat dua pandangan mengenai konsep indutrialisasi.

Pertama pandangan neo klasik bahwa konsep industrialisasi tidak saja menggeser kegiatan ekonomi melainkan hal-hal yang meliputi tenaga kerja, modal dan pendapatan nasional sebagai faktor perekonomian.

Pandangan kedua yaitu pandangan ekonom bahwa perkembangan pada sektor industri memiliki keterkaian dengan perkembangan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi pondasi pembangunan negara dibantu dengan sektor industri dan sektor pendukung lainnya32.

Kedua pandangan tersebut bagai sebuah pandangan yang berlawanan namun dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi pemangku kebijakan. Pandangan neo klasik merupakan pandangan pesimistik akan adanya industrialisasi. hal tersebut menjadi pertimbangan akan konsekuensi industrialisasi. Sedangkan pandangan kedua adalah pandangan optimistik. pandangan ekonom mengenai industrialisasi adalah generalisasi akan dampak yang baik bahwa industrialisasi yang memiliki kecenderungan kepada ekonomi sektor sekunder dan tersier akan berimbas pada ekonomi sektor primer yang melemah. Usut tarik

31 Jamaludin, Sosiologi perkotaan: memahami masyarakat kota dan problematikanya, hlm.

209.

32 Ibid., hlm. 209–10.

(35)

21

kesimpulan dari adanya fenomena industrialisasi memiliki konsekuensi atas satu sisi dan sisi yang lainnya.

b. Konsekuensi Industrialisasi

Lahirnya industrialisasi tepat berada di masa era revolusi industri 4.0 dimana penggunaan teknologi ini lebih canggih daripada teknologi- tekologi pada sebelum jamannya. Industrialisasi membawa kesadaran setiap individu bahkan masyarakat terhadap teknologi, yang oleh Juergen Habermas (1962) disebut dengan kesadaran teknokratis.

Kesadaran teknokratis ini yang kemudian merupakan cikal bakal sistem lima hari kerja33.

Adanya industrialisasi juga membentuk adanya perubahan sosial dalam hubungan kerja bagi masyarakat kawasan desa. Hubungan kerja semula yang terjadi di desa merupakan hubungan kerja berdasarkan sifat kekeluargaan. Hubungan kerja berubah menjadi antar atasan dan bawahan (pemilik dan pekerja) seiring adanya industrialisasi.34

Namun, dalam hal yang lebih menggembirakan dari adanya industrialisasi adalah kemunculan peningkatan pendapatan masyarakat.

Hal ini karena industrialisasi di samping memberikan pengaruh sosial juga memberikan pengaruh ekonomi masyarakat. Masyarakakat lebih

33 Kuntowijoyo, Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas Esai-Esai Budaya dan Politik (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), hlm. 45.

34 Jamaludin, Sosiologi perkotaan: memahami masyarakat kota dan problematikanya, hlm.

215.

(36)

22

terbuka terhadap berbagai mata pencaharian ekonomi di mana banyak terbuka kemungkinan akan kesempatan bekerja dan berusaha.35

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah sebuah langkah guna mencapai penelitian yang taat sistematika prosedur penelitian dan cara yang terukur dalam penelitian.

Metode penelitian ini sangat penting. Menurut Arief Furchan metode penelitian merupakan bagian rencana yang strategis dalam pengumpulan dan analisis data dalam menjawab permasalahan yang dihadapi36.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Connole adalah penelitian yang mempriotitaskan pada pengungkapan dan penginterpretasian makna pada objek berdasar sudut pandang partisipan penelitian dengan mengacu pada aktivitas sosial37. Unsur pengungkapan dibutuhkan penulis untuk mengeksplorasi sebuah fenomena sehingga sifatnya menjadi deskriptif.

Sedangkan unsur interpretasi adalah proses menelaah permasalahan dalam penelitian melalui berbagai metode yang lazim, yaitu triangulasi.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Penelitian dengan pendekatan fenomenologi memiliki

35 Ibid.

36 Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praksis (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 18.

37 Fattah Hanurawan, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, 1st edisi (Jakarta:

Rajawali Pers, 2016), hlm. 25.

(37)

23

tujuan mencari makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari sebuah pengalaman hidup38. Makna tentang sesuatu pada diri seseorang bergantung bagaimana orang itu berhubungan dengan sesuatu sehingga yang akan dilihat oleh peniliti adalah hubungan antara subjek dengan suatu fenomena yang dialaminya39. Penulis dalam penelitian ini akan menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman hidup subjek40.

Fokus dari penelitian terdiri dua hal yaitu tekstural dan struktural deskripsi. Tekstural deskripsi adalah sesuatu yang dialamai oleh informan dalam sebuah fenomena.41 Hal ini kaitannya dengan pengalaman dunia pekerjaan dalam fenomena industrialisasi. Struktural deskripsi mengenai pemaknaan atas pengalaman yang dialami oleh informan.42 Pemaknaan pengalaman informan dikupas dengan teori Frankl dan Bastaman.

2. Lokasi Penelitian

Setiap penelitian memiliki pemilihan setting tempat atau lokasi yang berbeda-beda. Lokasi menjadi salah satu pembeda di antara satu penelitian dengan penelitian yang lainnya. Lokasi atau tempat (place) menurut

38 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2017), hlm. 57.

39 O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi”, MediaTor, 9 (2008), hlm. 166.

40 Ghony dan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 57.

41 Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi”, hlm. 171.

42 Ibid.

(38)

24

Spradley merupakan bagian dari situasi sosial (social situation)43. Lokasi atau tempat penelitian yang akan dilakukan yaitu di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek menurut Amirin adalah seseorang atau sesuatu yang mengenainya dapat diperoleh suatu keterangan44. Subjek penelitian ini adalah generasi milenial di Desa Margoyoso. Adapun teknik yang digunakan oleh penulis dalam menentukan subjek adalah teknik purposive.

Teknik purposive adalah suatu teknik pemilihan sampling dengan pertimbangan tertentu45. Subjek penelitian ini terdiri dari 6 informan. 5 informan utama ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Berusia 21 hingga 29 tahun

2. Sedang bekerja formal maupun informal atau usaha sendiri 3. Sedang mencari pekerjaan

Sedangkan seorang informan pendukung adalah salah seorang yang paham betul dengan kondisi masyarakat Desa Margoyoso, yaitu Kepala Desa Margoyoso.

Objek penelitian kualitatif dapat berupa peristiwa alam, tumbuh- tumbuhan, binatang, kendaraan dan sejenisnya46. Objek dalam penelitian

43 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 215.

44 Muhammad Idris, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Penelitian Kualitatif &

Kuantitatif) (Yogyakarta: UII Press, 2007), hlm. 121.

45 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 218–9.

46 Ibid., hlm. 215.

(39)

25

kualitatif ini adalah tentang makna hidup generasi milenial di Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.

4. Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dalam proses penelitian47. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang ditemukan peneliti selama melaksanakan penelitian dengan informan.

b. Sedangkan data sekunder adalah data pendukung pada data primer48. Data sekunder ini berupa data kuantitif maupun kualitatif dari berbagai sumber yang telah ada seperti Badan Pusat Statistik (BPS), data dari pemerintah Desa Margoyoso terkait maupun data kualitatif dari website atau situs internet dinas pemerintahan di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara alami guna menggali makna atas fenomena yang ada pada diri subjek penelitian49. Adapun observasi yang digunakan

47 Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praksis, hlm. 31.

48 Ibid., hlm. 32.

49 Hanurawan, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, hlm. 117.

(40)

26

adalah observasi non-partisipan. Observasi non-partisipan adalah di mana peneliti tidak terlibat secara langsung dengan informan namun tetap memberikan pengawasan sehingga tetap dapat memahami gejala- gejala yang ada50. Peneliti melakukan observasi guna pengumpulan data yang dibutuhkan baik data terkait Desa Margoyoso maupun data berkaitan dengan pengalaman informan.

b. Wawancara

Wawancara menurut Berg adalah suatu teknik dalam pengumpulan data dalam rangka mencapai tujuan tertentu51. Tujuan penulis dalam melakukan wawacara adalah untuk menggali informasi berkenaan dengan pengalaman kebermaknaan hidup kepada beberapa informan milenial di Desa Margoyoso. Beberapa informan yang diwawancarai sebagai berikut;

Tabel 1 Jumlah Informan Penelitian

Informan Jumalal (orang)

Kepala Desa 1

Milenial Pencari Kerja 2

Milenial Bekerja Industri 2

Milenial Memiliki Usaha 1

50 Ghony dan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 166.

51 Hanurawan, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, hlm. 110.

(41)

27

Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur atau wawancara mendalam yang sifatnya lebih informal.

Penulis sebagai peneliti tetap menyiapkan butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan walaupun sifatnya tidak formal. Hal ini dilakukan penulis supaya lebih mudah untuk melakukan penggalian informasi, keterangan, dan data52. Wawancara juga akan dilaksanakan secara terbuka dikarenakan setiap informan menggunakan pendefinisian tentang pengalaman yang sifatnya unik dan berbeda- beda53.

Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara mengacu pada enam pembagian jenis wawancara menurut Molleong. Pertama, pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman. Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami subjek dalam hidupnya. Kedua, pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat. Ketiga, pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan. Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang. Keempat, pertanyaan tentang pengetahuan. Kelima, pertanyaan yang berkenaan dengan indera. Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan melihat, mendengarkan, meraba, dan mencium suatu peristiwa. Keenam, pertanyan berkaitan dengan latar belakang atau demografi. Pertanyaan ini digunakan untuk

52 Ghony dan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 177.

53 Ibid., hlm. 178.

(42)

28

mengungkapkan latar belakang subjek informan yang dipelajari yang meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan, dan lain-lain54.

Adapun, wawancara dilakukan dengan menggunakan beberapa alat pendukung. Alat-alat wawancara tersebut di antaranya buku catatan, tape recorder dan kamera55.

c. Dokumen

Dokumen adalah data berupa catatan peristiwa yang telah berlalu.

Dokumen dalam penelitian ini meliputi data yang berbentuk tulisan, gambar ataupun karya monumental yang dihasilkan oleh seseorang atau kelompok56. Dokumen yang dimaksud dapat berupa foto, video, film, rekaman dan lain-lain yang di dapatkan dari observasi dan wawancara mendalam57. Penulis dalam penelitian ini melakukan interpretasi melalui foto kegiatan bekerja informan dan dokumen berupa data potensi desa, data statistik Kabupaten jepara; Kecamatan Kalinyamatan; dan Desa Margoyoso yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik.

6. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dilakukan adalah triangulasi data. Triangulasi adalah teknik dalam keabsahan data dengan melakukan peninjauan kembali

54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 235–6.

55 Ibid., hlm. 239.

56 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 326.

57 Ghony dan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 199.

(43)

29

atau cross and check. Peninjauan kembali ini dilakukan dengan menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada58. Dalam penelitian ini, sumber data yang berasal dari informan utama akan ditinjau kembali kepada informan pendukung.

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain59. Penulis dalam penelitian ini akan menggunakan model analisis data Berg, yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi60.

a. Reduksi Data

Setelah data ditemukan melalui observasi; wawancara dan dokumen, peneliti melakukan reduksi data. Reduksi dilakukan guna menyederhanakan dan mentransformasikan data mentah ke dalam bentuk yang lebih teratur61. Hal tersebut dilakukan demi menimbang keterkaitan antara tujuan penelitian dan bobot informasi dalam temuan penelitian62.

58 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 241.

59 Ibid., hlm. 244.

60 Hanurawan, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, hlm. 129.

61 Ibid.

62 Ghony dan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 308.

(44)

30

b. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam rangka mendeskripsikan ide-ide utama dalam data yang disajikan secara rapi dan hasil gabungan informasi yang memungkinkan dapat diambil kesimpulan. Pemaparan data berbentuk tabel tentang data, serangkaian bagan yang berisi tema- tema, ringkasan proposisi dan narasi tema-tema yang telah dikelompokkan secara jelas63.

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Setelah dilakukan penyajian data, peneliti akan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan ini merupakan pemaknaan atas pola yang muncul selama analisis data.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.

Penarikan kesimpulan yang pertama sebagai bentuk proposisi atau kesimpulan awal dan sifatnya sementara. Sedangkan penarikan kesimpulan kedua adalah penarikan kesimpulan akhir atau proses verifikasi64.

63 Hanurawan, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, hlm. 129–30.

64 Ibid., hlm. 130.

(45)

31

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam proses penelitian, penulis membagi penelitian ini membagi empat bab dalam sistematika pembahasan:

Bab I merupakan pendahuluan penelitian. Bab ini berfungsi sebagai pengantar dan pengarah kajian bab-bab selanjutnya yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II membahas gambaran situasi Desa Margoyoso yang diulas dari kondisi geografis, kependudukan dan ketenagakerjaan secara deduktif dari Kabupaten Jepara, Kecamatan Kalinyamatan hingga Desa Margoyoso sebagai lingkung terkecil khusus dalam kajian karya skripsi ini.

Bab III ini berisi tentang pembahasan inti yang di dalamnya terdapat profil singkat milenial beserta pengalaman quarterlife crisis di dalamnya dan kebermaknaan hidup generasi milenial berdasarkan aspek-aspeknya yang diturunkan menjadi subjudul dari pembahasan bab ini.

Bab IV merupakan bagian penutup dari penelitian ini yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian tentang kebermaknaan hidup generasi milenial masyarakat industri di Desa Margoyoso serta saran-saran dari penulis yang diperlukan guna penelitian berikutnya.

(46)

77

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Informan pertama ini memiliki sebuah pengalaman yang belum beruntung bagi dirinya. Pada masa di mana ia mencoba melamar pekerjaan, dirinya tidak kunjung mendapatkan pekerjaan sehingga merasa mencari pekerjaan begitu susaha apalagi di masa pandemi. Akhirnya dirinya menemukan sebuah bayang masa depan tentang dunia bisnis makanan.

Informan pertama sebagai orang yang belum puas akan kondisi saat ini di mana dirinya belum mendapatkan pekerjaan akhirnya berusaha dengan membangun usaha berjualan sosis. Tujuan yang semula ingin menjadi guru kini beralih menjadi seorang pemilik di antara kafe atau pun distro pada tahun 2024. Optimis adalah sebuah pandangan hidup yang ia pegang sebagai makna hidup. Kemudian dirinya mengubah sikap untuk fokus pada hal yang sekarang ia kerja yaitu kegiatan berjualan sosis. Adapun pihak- pihak yang memberikan dukungan kepadanya selama dirinya mengupayakan tujuannya dengan berjualan adalah teman-temannya dan guru mengajinya.

Informan kedua merasakan hal yang sama dengan informan pertama bahwa dirinya belum kunjung mendapatkan pekerjaan. Informan kedua tidak kunjung mendapatkan pekerjaan dikarenakan lokasi pekerjaan yang jauh sehingga tidak dijinkan oleh orang tua dan beberapa pengalaman gagal

(47)

78

dalam proses interview. Namun, akhirnya dirinya berupaya membangun sebuah studio art di atas usahanya sendiri.

Informan kedua memiliki tujuan hidupnya adalah membangun sebuah usaha studio art di sebelum usianya menginjak 30 tahun. Hal yang mendasari impiannya tersebut adalah ia berpandangan bahwa dia memahami bahwa dirinya harus bekerja sesuai dengan bidangnya yaitu seni rupa Desain Komunikasi Visual (DKV). Begitu juga ia berpandangan bahwa dirinya tidak begitu mengejar untuk bekerja dengan orang atau instansi. Lebih baik baginya bisa bekerja sendiri untuk memajukan Indonesia. Untuk sementara ini kegiatannya tetap berkarya dan menerima jasa desain melalui online maupun offline.

Informan ketiga berada pada masa di mana ia merasa tertekan dengan lingkungan kerja. Tugas selama bekerja dirasakannya sebagai beban.

Namun, itu hanya terjadi di awal dirinya bekerja. Kondisi saat ini berbeda dengan kondisi awal bekerja.

Informan ketiga sebagai pekerja HRD di sebuah perusahaan berpandangan bahwa dirinya bekerja untuk menghidupi orangtuanya.

Dirinya merasa senang memahami seluk beluk dunia HRD di sebuah perusahaan sehingga ingin naik status mulai dari staff menuju ke manajer.

Hal tersebut begitu menggebu-gebu dengan adanya adanya hubungan asmara yang terjalin antara dirinya dengan koleganya dan hal ini menjadi dukungan sosial selama ia bekerja untuk mencapai makna hidupnya.

(48)

79

Informan keempat berada pada fase di mana ia merasa tertekan dalam dunia pekerjaanya. Peraturan perusahaan yang mekanis dan sistematis membuatnya terkadang berpikir bahwa itu membosankan sehingga terpikirkan untuk berpindah tempat kerja. Namun, dirinya juga enggan untuk mencari pekerjaan baru dan memilih mengkomunikasikan kegelisahannya terhadap HRD di perusahaannya.

Kebermaknaan hidup informan keempat ditunjukkan bahwa ia berpandangan dirinya sebagaimana bagi keluarga dan orang lain dalam hidupnya. Dirinya memahami kondisi keluarga yang masih memiliki dua adik sehingga pada tahun 216 ia memilih untuk bekerja di perusahaan yang gajinya lebih menjanjikan. Dorongan yang memotivasi untuk dirinya bekerja sesuai dengan pandangan hidupnya adalah adanya dukungan sosial yaitu keluarga dan teman-teman koleganya.

Begitu juga dengan informan yang lain, informan kelima memiliki kebermaknaan hidup pada nilai-nilai spiritual keagamaan yaitu idabah haji.

Walaupun masih muda informan kelima sangat ingin bisa berangkat haji.

Tekadnya untuk pergi berangkat haji ia mulai dengan membangun sebuah usaha menerima pesanan makanan berupa roti, kue, snack dan nasi kotak.

Keinginan berangkat hajinya begitu kuat dengan didukung orang-orang yang berada di sekitarnya seperti kedua orang tuanya yang memberikan dukungan dirinya dalam membangun usaha dan pengurus TPQ yang memberikan dirinya kesempatan mengaji dan mengajar kepada anak-anak di bawah bimbing yayasan TPQ.

(49)

80

B. Saran

Pertama, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan referensi mengenai kesejahteraan secara psikologis milenial masyarakat industri bagi civitas akademik ilmu kesejahteraan sosial baik mahasiswa maupun dosen.

Kedua, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan tambahan referensi baik bagi masyarakat pada umum dan milenial pada khususnya.

Ketiga, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan penelitian selanjutnya mengenai makna hidup milenial masyarakat industri dalam pandangan yang lebih berbeda.

(50)

81

DAFTAR PUSTAKA

Afkhari, Muhammad Yazid, wawancara, 10 Juli 2020.

Afyudin, Ariza, wawancara, 3 Juli 2020.

----, wawancara, 11 Agustus 2020.

Amelia, Mila, wawancara, 14 Juli 2020.

----, wawancara, 30 Juli 2020.

Bastaman, Hanna Djumhana, Meraih hidup bermakna: Kisah pribadi dengan pengalaman tragis, Jakarta: Paramadina, 1996.

Bastaman, HD, Logoterapi; Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna, Jakarta, 2007.

BPS Kabupten Jepara, Kecamatan Kalinyamatan dalam Angka 2019, Jepara: tp, tt.

“Daftar UMK Kabupaten dan Kota Di Jateng 2016”, Tribun Jateng,

https://jateng.tribunnews.com/2015/11/21/daftar-umk-kabupaten-dan-kota- di-jateng-2016, diakses pada 26 Agustus 2020.

Data Potensi dan Kelurahan Desa Margoyoso Tahun 2019 Semester II,

Pemerintah Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, 2020.

Dinas Penanaman Modan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2018, Rencana Tahunan Penanaman Modal Jawa Tengah Tahun 2019, ttp: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah, 2019.

Diskopukmnakertrans - Organizations - opendata.jepara.go.id,

https://opendata.jepara.go.id/organization/diskopukmnakertrans, diakses pada 29 Juni 2020.

Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.

Hanurawan, Fattah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, 1st edisi, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Hasbiansyah, O., “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi”, MediaTor, 9, 2008, hlm. 163–80.

(51)

82

Hasil Pencarian - KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/komitmen, diakses pada 9 September 2020.

Huda, Miftakhul, wawancara, 29 Juni 2020.

Idris, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Penelitian Kualitatif &

Kuantitatif), Yogyakarta: UII Press, 2007.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2019, ttp: Badan Pusat Statistik, 2019.

Jamaludin, Adon Nasrullah, Sosiologi perkotaan: memahami masyarakat kota dan problematikanya, 2015.

Kabupaten Jepara dalam Angka 2020, Kabupaten Jepara: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2020.

Kevin, E. Phillips, Managing Millenials: The Ultimate Handbook for

Productivity, Profitability, and Professionalism, ttp: Productivity Press, 2018.

KPPPA dan BPS, Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial, Jakarta:

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2018.

Kuntowijoyo, Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas Esai-Esai Budaya dan Politik, Yogyakarta: IRCiSoD, 2019.

Kusumaningtyas, Anggit dan Setia Asyanti S. Psi, Proses Kebermaknaan Hidup Remaja Yang Menikah Di Usia Dini, 2016.

Maylani, Tika Rizka, wawancara, 7 Juli 2020.

Murphy, Mairead, Emerging Adulthood in Ireland: Is The Quarter-life Crisis a Common Experience?, Department of Social Science Dublin Institute of Technology, 2011.

Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa, tt.

Perindustrian, Kementerian, “Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035”, Jakarta (ID): Kemenperin, 2015.

Prastowo, Andi, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praksis, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Ramadhan, Fakhri, Makna kerja bagi barista, 2017.

Gambar

Tabel 1 Jumlah Informan Penelitian ....................................................................
Gambar 1 Catatan Tika Rizka Maylani ................................................................
Tabel 1 Jumlah Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan, sama-sama

mendapatkan data yang obyektif peneliti akan membandingkan data yang peneliti peroleh dari dokumentasi dan wawancara Hamdy Salad sebagai penulis naskah dan beberapa pemain yang

Peluang dakwah digital ini telah dibaca oleh Arus Informasi Santri Nusantara (AIS Nusantara) yang merupakan komunitas digital atau komunitas virtual 9 yang menjadi wadah

Keberagamaan seseorang memiliki varian-varian yang berbeda. Generasi Milenial ditandai dengan meningkatnya penggunaan media dan teknologi digital. Dengan kemajuan

Untuk menunjang hasil hipotesis yang telah diuji, maka digunakan refrensi penelitian lain untuk menunjang hasil tersebut.Dari penelitian yang dilakukan Xu yang

AJK : En Mohd Nazri b Abd Rauf (Ketua Keselamatan) En Mohd Isha b Mohd Tahir (Penyelaras Disiplin) Pn Halimah bt Abd Hamid (Penyelaras B&K) Pn Mariam bt Chik

bahwa penetapan daerah pemilihan dan alokasi kursi masing- masing daerah pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat

Langkah awal dalam menganalisis single normal Distribution adalah menghitung mean, standar deviasi dan varian terhadap rasio tertinggi dan rasio terendah.