• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN REAKTOR PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGUKURAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN REAKTOR PRODUKSI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN REAKTOR PRODUKSI

Joshua Gianfranco1, Muhammad Iqbal Taufik2, Febri Hariadi3, Muchammad Fauzi4

1,2,3,4 Program Studi Teknik Industri Universitas Widyatama Bandung

1joshua.gianfranco@widyatama.ac.id, 2muhammad.iqbal@widyatama.ac.id,

3febri.hariadi@widyatama.ac.id, , 4muchammad.fauzi@widyatamac.id

Abstract

Industry in each country has increased, as well as industry in Indonesia which is experiencing a fairly rapid increase. The improvement of product quality is that it can be done by carrying out maintenance to the machine used by the company. Total Productive Maintenance (TPM) is a process of machine maintenance carried out in industry to maximize and can increase productivity. PT XYZ is a manufacturing company that produces chemicals used for fabric production. This study aims to measure the level of effectiveness of the equipment used in PT. XYZ and measure how effective total equipment production. Determine the causal factors of low Overall Equipment Effectiveness (OEE) value and identify losses incurred, by providing proposed improvements in the factory by applying the TPM method. OEE values obtained in reactor engines at the plant in the period January-October 2021 with an average value reached of 55.63% - 60.60% are still below the overall equipment effectiveness (OEE) standard value caused by Quality Ratio which is still below jipm standard with an average value of 98.54%. Each company can find out the effectiveness of the machine used by using calculations of the level of effectiveness of equipment using the Total Productive Maintenance (TPM) method based on overall equipment effectiveness (OEE)values. Method is used to measure the number TPM by using the Overall equipment effectiveness (OEE) method. The use of this method to provide equipment performance results and accurate calculations to determine the effective engine that will be.

Keywords: Textile, Total Productive Maintenance (TPM), Overall equipment effectiveness (OEE)

Abstrak

Perindustrian di setiap negara mengalami peningkatan, begitu pun perindustrian di Indonesia yang mengalami peningkatan cukup pesat. Peningkatan kualitas produk yaitu dapat dengan melakukan perawatan kepada mesin yang digunakan oleh perusahaan. Total Productive Maintenance (TPM) merupakan proses pemeliharaan mesin yang dilakukan dalam industri untuk memaksimalkan serta dapat meningkatkan produktifitas. PT XYZ merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi bahan-bahan kimia yang digunakan untuk produksi kain. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas dari peralatan yang digunakan di PT. XYZ serta mengukur seberapa efektif peralatan total produksi. Menentukan faktor penyebab dari nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) rendah serta mengidentifikasikan kerugian yang terjadi, dengan memberikan usulan perbaikan dalam pabrik dengan menerapkan metode TPM. Nilai OEE yang didapatkan pada mesin reaktor di pabrik pada periode Januari-oktober 2021 dengan rata-rata nilai yang dicapai sebesar 55.63% - 60.60% masih berada dibawah nilai standar Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang disebabkan oleh Quality Ratio yang masih dibawah standar JIPM dengan nilai rata-rata 98,54%. Setiap perusahaan dapat mengetahui efektifitas mesin yang digunakan dengan menggunakan perhitungan tingkat keefektifan peralatan menggunakan metode Total Productive Maintenance (TPM) berdasarkan nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE). Metode yang digunakan untuk mengukur penerapan TPM yaitu dengan menggunakan metode Overall equipment effectiveness (OEE). Penggunaan metode ini untuk memberikan hasil performa peralatan serta perhitungan yang akurat untuk menentukan seberapa efektif mesin yang digunakan.

Kata kunci: Tekstil, Total Productive Maintenance (TPM), Overall equipment effectiveness (OEE).

Received: January 03, 2022 / Accepted: April 29, 2022 / Published Online: April 30, 2022

(2)

PENDAHULUAN

Perindustrian di Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya, oleh karena itu industri tekstil merupakan salah satu industri yang diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki peran yang penting dalam perekonomian negara yaitu sebagai devisa negara.

Penggunaan mesin yang digunakan pada setiap pabrik tekstil berbeda-beda, hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan dari sebuah perusahaan tersebut. Penggunaan mesin dan perawatan mesin yang teratur maka akan meningkatkan hasil produksi di perusahaan.

Kelancaran produksi tidak terlepas dari kemampuan manajemen perusahaan. Selain sumber daya manusia, peralatan merupakan sumber daya yang paling penting untuk memperlancar proses produksi (Anthara, 2013). PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil auxiliary’s yang berlokasi di Kabupaten Bandung. PT XYZ memiliki berbagai aditif kimia tekstil, termasuk untuk proses sizing, pretreatment, dyeing, dan finishing. Dalam kegiatan produksinya, PT. XYZ tidak terlepas dari peralatan atau mesin produksi yang memiliki ketersediaan waktu dan kinerja yang selalu siap untuk memenuhi pesanan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari kelancaran suatu proses di lantai produksi diantaranya dari sumber daya manusia itu sendiri yaitu operator produksi serta fasilitas yang berada di lantai produksi, seperti mesin dan peralatan pendukung lainnya (Prabowo et al., 2020). Menggunakan peralatan dan mesin secara efisien dan efektif dapat menjaga mesin dalam kondisi kerja yang baik, menjaga produktivitas dan menghindari kerugian bagi bisnis.

Faktor kegagalan atau disebut juga dengan enam kerugian adalah kegagalan, konfigurasi, penyesuaian, idling, stop loss kecil dan kerugian kesalahan (Latief, 2020). PT. XYZ dalam proses produksinya menggunakan reaktor yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pencampuran dari setiap bahan baku guna membuat suatu produk. Dalam pengamatan dan data yang dikumpulkan, diketahui bahwa mesin reaktor M01 mengalami naik turun dalam output produk yang dihasilkan. Dimana pada bulan Agustus sampai Oktober mengalami penurunan kuantitas hasil produksi yaitu 158.725 kg pada bulan agustus, bulan September 132.155 kg dan October 87.837 kg. Hal ini mengakibatkan produktivitas produksi yang tidak stabil. Maka dari itu perlu dilakukan pengukuran produktivitas mesin reaktor dengan menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya melibatkan beberapa aspek seperti kecakapan, usaha, teknologi dan sumber daya lainnya secara terpadu (Dewi, 2015). Perusahaan masih selalu berupaya untuk terus menerapkan dan melakukan setiap inovasi baru yang mendukung produktivitas dalam sistem produksi yang ada dimana salah satu contoh tools yang digunakan yaitu total productive maintenance atau disingkat TPM.

(3)

TPM merupakan suatu pendekatan dengan tujuan yaitu mengurangi dan menghilangkan breakdown yang terjadi pada mesin secara inovatif dalam proses maintenance dengan melakukan optimasi terhadap kefektifan dari setiap peralatan dan juga melakukan perawatan yang dilakukan secara mandiri oleh operator (Muslim, 2020). Optimasi efektivitas perangkat melalui TPM ditunjukkan dengan dua kegiatan. Aktivitas yang pertama yaitu meningkatkan kemampuan secara keseluruhan produktivitas berdasarkan total waktu aktif.

Kegiatan lainnya adalah kualitatif dimana meminimalkan jumlah produk yang cacat (Priyono et al., 2019). Meningkatkan kualitas produk. Salah satu cara pengukuran kinerja dari mesin produksi dalam penerapan Total Productive Maintenance yang digunakan adalah Overall Equipment Effectiveness atau OEE (Wahid, 2020). Pengukuran dengan menggunakan OEE ini terdiri dari tiga factor utama dimana ketiganya memiliki keterkaitan yaitu Availability, Performance dan Quality (Jono, 2015). Penggunaan metode OEE ini merupakan salah satu indikator dari keberhasilan penerapan TPM di perusahaan terutama di lantai produksi (Jono, 2015).

Berdasarkan pemahaman teoritis dan studi pendahuluan yang telah dilakukan secara langsung di lapangan, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu melakukan analisis penerapan TPM di PT. XYZ berdasarkan nilai OEE mesin reaktor M01 yang didasarkan pada factor Availability, Performance dan Quality.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di pabrik Tekstil di Bandung. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan digunakan untuk menganalisa penerapan TPM yang dilaksanakan di PT.

XYZ. Data sekunder penelitian didapatkan dari laporan kerja yang ada di PT. XYZ. Dalam pengamatan dan data yang dikumpulkan, diketahui bahwa mesin reaktor M01 mengalami naik turun dalam output produk yang dihasilkan. Dimana pada bulan Agustus sampai Oktober mengalami penurunan kuantitas hasil produksi yaitu 158.725 kg pada bulan agustus, bulan September 132.155 kg dan October 87.837 kg. Hal ini mengakibatkan produktivitas produksi yang tidak stabil. Data tersebut merupakan penggunaan mesin Reaktor 01 yang didapatkan dari data laporan kerja departemen produksi periode Januari – Oktober 2020, data ditunjukkan dalam tabel 1 sebagai berikut:

(4)

Tabel 1. Data mesin Reaktor 01 bulan Januari – Oktober 2020

Total Productive Maintenance (TPM)

TPM merupakan proses perawatan yang dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dengan membuat proses yang dapat diandalakan dan mengurangi kerugian (Yoshikazu, 2000). Tujuan dari TPM adalah menjaga mesin berada dalam kondisi baik tanpa mengganggu proses yang dilakukan sehari-hari. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan melakukan pemeliharaan secara preventif dan prediktif. TPM terbentuk dari tiga kata pembentuk, yaitu (Nursubiyantoro et al., 2016):

1. Total

Dalam hal ini TPM melibatkan setiap bagian personel di dalam perusahaan, mulai dari tingkatan atas hingga tingkatan yang bawah.

2. Productive

Fokus utama yang dilakukan yaitu melakukan pemeliharaan tanpa mengganggu jalannya produksi dan juga meminimalkan terjadinya masalah pada produksi saat dilakukannya proses pemeliharaan

3. Maintenance

Berarti memelihara dan menjaga peralatan secara menadiri yang dilakukan oleh operator produksi agar kondisi peralatan tetap bagus dan terpelihara dengan jalan membersihkannya, melakukan pelumasan dan memperhatikannya. Proses pemeliharaan terhadap peralatan yang dilakukan secara mandiri oleh operator produksi guna menjaga kondisi peralatan tetap pada kondisi bagus dan layak dengan melakukan pembersihan, pelumasan dan proses lainnya. Maka dari itu TPM sendiri dapat diartikan sebagai hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan organisasi produksi secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan

January 159,49 55,06 38 150.112 1.372 7.125

February 153,19 54,85 35 148.066 1.358 6.350

March 227,82 99,35 46 206.161 1.413 0

April 48,3 18,86 12 51.637 389 4.500

May 8,01 7,5 2 5.000 21 0

June 114,87 40,44 29 129.410 252 0

July 109,48 27,51 28 116.190 1.398 250

August 145,42 41,59 32 158.725 681 43.525

September 122,28 127,91 31 132.155 1.285 15.000

October 90,51 30,16 21 87.837 1.040 560

Defective Periode Total Idle Number of Production

per month Batch Size Gain/Loss

(5)

kualitas produksi, mengurangi waste, mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada perusahaan manufaktur.

Overall Equiptment Effectiveness (OEE)

Overall Equiptment Effectiveness (OEE) merupakan efektivitas peralatan secara keseluruhan untuk mengevaluasi seberapa besar nilai performa dan keandalan suatu mesin(Felecia & Limantoro, 2013).

OEE = Availability x Performance x Quality x 100% (1) 1. Availability Ratio

Availability adalah rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk proses operasi dimana digunakan untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Availability adalah rasio antara waktu operasi, dimana menghilangkan waktu henti perangkat, dan waktu muat (Suliantoro et al., 2017). Dengan rumus sebagai berikut:

Availability Ratio= Operation Time

Loading Time ×100% (2) 2. Performance Ratio

Performance Ratio adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu alat untuk menghasilkan barang. Rasio ini adalah hasil dari rasio kecepatan operasi dan tingkat operasi bersih (Saiful et al., 2014). Dengan rumus sebagai berikut:

Performance Ratio= Jumlah input × Cycle Time

Waktu Operasi ×100% (3) 3. Quality ratio

Quality rate Product merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu mesin untuk menghasilkan suatu produk yang memenuhi suatu standar (Hamda, 2018). Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah:

Quality Ratio= Jumlah input − Jumlah cacat

Jumlah input ×100% (4)

Penerapan TPM di PT.XYZ ini dianalisis melalui pencapaian parameter dari pelaksanaan pilar-pilar TPM. Parameter yang diukur menggunakan parameter OEE adalah Availability Ratio, Performance Ratio dan Quality Ratio, tujuannya untuk mengetahui pencapaian aktual dibandingkan dengan target yang ditetapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

1. Penentuan Availability Ratio

Penentuan dari Availability Ratio didasarkan untuk mengetahui besar ketersediaan daripada mesin yang digunakan dengan memperhitungkan ketersediaan waktu operasi dan waktu loading. Berikut merupakan contoh perhitungan dari Availability Ratio:

Availability Ratio= Operation Time

Loading Time ×100%

Availability Ratio= 159,49

233,55×100%

Availability Ratio=68,29%

Perhitungan Availability Ratio pada mesin Reaktor 01 dari bulan Januari hingga Oktober dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Availability Ratio Mesin Reaktor 01

Period e 2020

Loading Time (hours)

Down time (hours)

Operatio n Time (hours)

Availabilit y (%)

Jan Feb Mar Apr May

Jun Jul Aug Sept Oct

233.55 225.54 350.17 73.16 16.51 169.81 150.99 203.01 265.69 131.17

74.06 72.35 122.35

24.86 8.5 54.94 41.51 57.59 143.41

40.66

159.49 153.19 227.82 48.3 8.01 114.87 109.48 145.42 122.28 90.51

68.29 67.92 65.06 66.02 48.52 67.65 72.51 71.63 46.02 69.00 2. Perhitungan Performance Ratio

Penentuan dari Performance Ratio didasarkan untuk penentuan keefektifan reaktor pada saat melakukan proses produksi. Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah imput, ideal cycle time dan waktu operasi. Berikut merupakan contoh dari perhitungan performance ratio

Performance Ratio= Jumlah input × Cycle Time

Waktu Operasi ×100%

(7)

Performance Ratio= 151,484 × 3,24

159,49 ×100%

Performance Ratio= 85,48%

Perhitungan Performance Ratio mesin Reaktor 01 dari bulan Januari hingga bulan Oktober dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Performance Ratio Mesin Reaktor 01

2020 Perio

d

Ideal Cycle Time (s/Kg)

Processe d Product

(Kg)

Operatio n Time

(hour)

PE (%)

Jan Feb Mar Apr May

Jun Jul Aug Sept Oct

3.24 3.24 3.24 3.24 3.24 3.24 3.24 3.24 3.24 3.24

151,484 149,424 207,574 52,026

5,021 129,662 117,588 159,406 133,440 88,877

159.49 153.19 227.82 48.3 8.01 114.87 109.48 145.42 122.28 90.51

85.48 87.79 82.00 96.94 56.42 101.5

9 96.67 98.66 98.21 88.38 3. Perhitungan Quality Ratio

Penentuan nilai dari Quality Ratio dilakukan dengan tujuan untuk menentukan keefektifan daripada proses produksi berdasarkan kualitas yang dihasilkan. Perhitungan kualitas ini didasarkan pada jumlah input produksi dan jumlah cacat yang terjadi. Berikut merupakan contoh dari perhitungan quality ratio:

Quality Ratio= Jumlah input − Jumlah cacat

Jumlah input ×100%

Quality Ratio= 151,484 − 7,125

151,484 ×100%

Quality Ratio= 95,30%

(8)

Perhitungan Quality Ratio mesin Reaktor 01 dari bulan Januari hingga bulan oktober dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Quality Ratio Mesin Reaktor 01

2020 Perio

d

Processed Amount

(Kg)

Defectiv e Amount

(Kg)

QP (%)

Jan Feb Mar Apr May

Jun Jul Aug Sept Oct

151,484 149,424 207,574 52,026

5,021 129,662 117,588 159,406 133,440 88,877

7,125 6,350

0 4,500

0 0 250 43,525 15,000 560

95.30 95.75 100.00

91.35 100.00 100.00 99.79 72.70 88.76 99.37

4. Penentuan Overall Equipment Effectiveness

Setelah mendapatkan nilai masing-masing dari availability ratio, performance ratio dan quality ratio, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai dari Overall Equipment Effectiveness (OEE) dari mesin reaktor 01. Nilai OEE didapatkan dengan mengalikan nilai dari availability, performance dan quality. Berikut contoh dari perhitungan OEE:

OEE= Availability × Performance × Ratio OEE= 68,29% × 85,48% × 95,30%

OEE= 55,63%

Perhitungan OEE mesin Reaktor 01 periode Januari hingga Oktober, dapat dilihat pada tabel 5:

Tabel 5. Perhitungan OEE Mesin Reaktor 01

Periode Quality (%) OEE (%)

(9)

Availability (%)

Performance (%)

January 68,29% 85,48% 95,30% 55,63%

February 67,92% 87,79% 95,75% 57,09%

March 65,06% 82% 100% 53,35%

April 66,02% 96,94% 91,35% 58,46%

May 48,52% 56,42% 100% 27,37%

June 67,65% 101,59% 100% 68,73%

July 72,51% 96,67% 99,79% 69,95%

August 71,63% 98,66% 72,70% 51,38%

September 46,02% 98,21% 88,76% 40,12%

October 69% 88,38% 99,37% 60,60%

5. Total Productive Maintenance (TPM)

Hasil perhitungan nilai OEE dapat menjadi acuan penelitian guna analisis lebih lanjut.

Nilai OEE dapat dilihat dalam grafik di gambar 1, dimana terlihat bahwa nilai OEE mengalami fluktuasi dari rentang Bulan Januari – Oktober 2020.

Gambar 1. Grafik nilai pencapaian Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Berdasarkan grafik nilai Overall Equipment Effectiveness, diketahui perhitungan sebagai berikut:

1. Periode Januari – Oktober 2020 nilai Overall Equipment Effectiveness berkisar antara 55.63% - 60.60%. Nilai perhitungan Availability Ratio berkisar antara 68.29% - 69%,

(10)

Performance Ratio berkisar antara 85.48% - 88.38% dan Quality Ratio dengan nilai 95.30% - 99.37%.

2. Nilai Overall Equipment Effectiveness tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 69.95

%. Yang didapatkan dari tingkat Availability Ratio sebesar 72.51%, Performance Ratio sebesar 96.67% dan nilai Quality Ratio sebesar 99.79%.

3. Nilai Overall Equipment Effectiveness terendah terjadi pada bulan Mei sebesar 27.73%.

Yang didapatkan dari tingkat Availability Ratio sebesar 48.52%, Performance Ratio sebesar 56.42% dan nilai Quality Ratio sebesar 100%.

Setelah nilai Overall Equipment Effectiveness diketahui, kemudian untuk mengetahui perbandingan nilai Overall Equipment Effectiveness dengan World Standard OEE, berikut tabel 6 untuk melihat perbandingan:

Tabel 6. Perbandingan Nilai Perhitungan Availability Ratio, Performance Ratio dan Quality Ratio dengan standar world classs

Berdasarkan perbandingan nilai Availability Ratio, Performance Ratio dan Quality Ratio terhadap standar World Class dapat diketahui:

1. Berdasarkan hasil tersebut, nilai Availability bulan Januari-Oktober menunjukan hasil Tidak Masuk Standar. Dari perbandingan nilai Availability dengan ketetapan nilai Availability World Class yang lebih besar dari 90%. Dapat disimpulkan bahwa pada mesin Reaktor 01 mempunyai permasalahan terhadap nilai availability yang kurang baik.

2. Nilai Performance Ratio menunjukkan belum standar, karena rentan Bulan Januari- Oktober hasil nilai Performance Ratio berfluktuasi 5 bulan masuk standar dan 5 bulan berada dibawah standar yaitu lebih kecil dari 92%.

Periode Availability% Standar% Ket. Performance% Standar% Ket. Quality% Standar% Ket. OEE% Standar% Ket.

January 68,29 TMS 85,48 TMS 95,3 TMS 55,63 TMS

February 67,92 TMS 87,79 TMS 95,75 TMS 57,09 TMS

March 65,06 TMS 82 TMS 100 MS 53,35 TMS

April 66,02 TMS 96,94 MS 91,35 TMS 58,46 TMS

May 48,52 TMS 56,42 TMS 100 MS 27,73 TMS

June 67,65 TMS 101,59 MS 100 MS 68,73 TMS

July 72,51 TMS 96,67 MS 99,79 MS 69,95 TMS

August 71,63 TMS 98,66 MS 72,7 TMS 51,38 TMS

September 46,02 TMS 98,21 MS 88,76 TMS 40,12 TMS

October 69 TMS 88,38 TMS 99,37 MS 60,6 TMS

90 92 99 85

(11)

3. Nilai Quality Ratio menunjukkan belum standar, karena rentan Bulan Januari-Oktober hasil nilai Quality Ratio berfluktuasi 5 bulan masuk standar dan 5 bulan berada dibawah standar yaitu lebih kecil dari 99%.

4. Overall Equipment Effectiveness Tidak Masuk Standar pada bulan Januari-Oktober karena masih berada dibawah standar 85%. Hal ini disebabkan karena hasil nilai pada tiga variable penentu nilai OEE tidak tercapai.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses kegiatan yang dilakukan terhadap mesin reaktor 01 nilai yang didapat dari Overall equipment effectiveness rata-rata di PT. XYZ dengan rentan waktu bulan Januari sampai dengan bulan oktober masih berada dibawah ambang batas standar dengan nilai di bawah 70% semua. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan meggunakan Overall Equipment Effectiveness (OEE) dalam sistem analisa perawatan terhadap mesin reaktor 01 dengan sistem perawatan yang masih belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan JIPM yaitu >85%. Perhitungan yang dihasilkan terlihat bahwa keseluruhan nilai dari availability rate berada dibawah 75%, performance rate 89,21% serta nilai quality rate sebesar 94,3%.

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai availability rate dan nilai quality rate masih belum memenuhi standar world class OEE. Hasil nilai availability rate didapat karena kinerja dari maintenance masih cukup kurang maksimal sehingga waktu breakdown pada saat jam kerja masih terlihat besar. Sedangkan hasil quality rate didapat karena masih sedikit dari hasil produksi yang berhasil lolos quality control, sehingga reject meningkat. Nilai performance rate sendiri masih belum mencapai nilai standar world class OEE, karena hasil tersebut didapat berdasarkan kecepatan produksi yang melambat dari yang telah direncanakan sebelumnya. Rata-rata hasil dari perhitungan Overall Equipment Effectiveness adalah sebesar 54,3% dengan nilai tersebut maka masih berada dibawah standar world class OOE yaitu 85%. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya nilai OEE yaitu dapat terletak pada faktor manusia itu sendiri yang berupa operator kurang teliti dalam melaksanakan pekerjaannya, kurang disiplin serta kemampuan operator yang kurang terlatih. Sedangkan untuk faktor yang selanjutnya dapat bersumber dari mesin itu sendiri berupa usia mesin yang sudah cukup tua, waktu set up terlalu lama, serta kondisi spare part

(12)

yang menurun. Faktor material pun dapat mempengaruhi merendahnya nilai OEE yang dapat berupa melipatnya kain sehingga menggangu proses produksi selanjutnya. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi menurunnya nilai OEE yaitu faktor lingkungan yang terdapat pada lingkungan kumuh, suhu ruangan yang tidak mendukung proses produksi, dan mesin yang terlalu terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

Anthara, I. M. A. (2013). Analisa Usulan Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di Divisi Mekanik PERUM DAMRI Bandung). Jurnal Majalah Ilmiah Unikom, 7(2), 167–176.

Dewi, N. C. (2015). Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan Perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) dan Six Big Losses Mesin Cavitec PT Essentra Surabaya (Studi Kasus PT Essentra). None, 4(4), 17.

Felecia, & Limantoro, D. (2013). Total Productive Maintenance di PT. X. Jurnal Titra, 1(1), 13–20.

Hamda, P. (2018). Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness (Oee) Untuk Meningkatkan Performa Mesin Exuder Di Pt Pralon. Jurnal Ilmiah Teknologi Dan Rekayasa, 23(2), 112–

121. https://doi.org/10.35760/tr.2018.v23i2.2461

Jono. (2015). Total Productive Maintenance (TPM) pada Perawatan Mesin Boiler Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Jurnal Teknik Industri Dan Informasi, 3(2), 47–62.

Latief, A. (2020). Analisis Total Productive Maintenance (Tpm) Menggunakan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Di Pt. Perkebunan Nusantara Vi Ophir. Jurnal Sains Dan Teknologi: Jurnal Keilmuan Dan Aplikasi Teknologi Industri, 19(2), 86.

https://doi.org/10.36275/stsp.v19i2.204

Muslim, A. C. (2020). Perancangan Strategi Total Productive Maintenance. JITMI (Jurnal Ilmiah Teknik Dan Manajemen Industri), 3(2), 83–90.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.32493/jitmi.v3i2.y2020.p83-90

Nursubiyantoro, E., Puryani, P., & Rozaq, M. I. (2016). Implementasi Total Productive Maintenance (Tpm) Dalam Penerapan Overall Equipment Effectiveness (Oee). Opsi, 9(01), 24. https://doi.org/10.31315/opsi.v9i01.2169

Prabowo, R. F., Hariyono, H., & Rimawan, E. (2020). Total Productive Maintenance (TPM) pada Perawatan Mesin Grinding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Journal Industrial Servicess, 5(2), 207–212.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.36055/jiss.v5i2.8001

Priyono, S., Machfud, M., & Maulana, A. (2019). Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Pada Pabrik Gula Rafinasi di Indonesia (Studi Kasus: PT. XYZ). Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen, 5(2), 265–277. https://doi.org/10.17358/jabm.5.2.265

Saiful, S., Rapi, A., & Novawanda, O. (2014). PENGUKURAN KINERJA MESIN DEFEKATOR I DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS(Studi Kasus pada PT. Perkebunan XY ). Journal of Engineering and

Management Industial System, 2(2), 5–11.

https://doi.org/10.21776/ub.jemis.2014.002.02.2

Suliantoro, H., Susanto, N., Prastawa, H., Sihombing, I., & Mustikasari, A. (2017). Penerapan Metode Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dan Fault Tree Analysis (Fta) Untuk

(13)

Mengukur Efektifitas Mesin Reng. Jati Undip : Jurnal Teknik Industri, 12(2), 105.

https://doi.org/10.14710/jati.12.2.105-118

Wahid, A. (2020). Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Pada Proses Produksi Botol (PT. XY Pandaan – Pasuruan). Jurnal Teknologi Dan Manajemen Industri, 6(1), 12–16.

https://doi.org/10.36040/jtmi.v6i1.2624

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi Lembaga/unit bisnis pada sub- sistem distribusi dari 36 responden benih padi non subsidi diketahui ada tiga toko pengecer yaitu Toko Abadi, Toko

Berikut ini gambaran perubahan logo pada perusahaan perusahaan besar di dunia, serta perusahaan Indonesia yang dipengaruhi oleh tren visual yang hadir pada saat logo

luar daerah pabean sehingga Pemohon Banding memperoleh pembayaran berupa komisi dapat di setarakan dengan ekspor jasa yang tidak terutang PPN dan tidak dikenakan PPN

tidak boleh transparan). 3) Berdasi hitam dan memakai ikat pinggang warna hitam polos. 4) Sepatu pantofel warna hitam tanpa hak berkaus kaki putih 10cm diatas mata kaki. 5) Memakai

Jika ingin menampilkan kata ”alias”, maka Anda tidak perlu mengetik perintah yang panjang lagi, tetapi cukup ketik ^shell^alias^ dan tekan Enter maka akan menggantikan kata

Penilaian karakter yang kedua adalah anecdotal record, yaitu kumpulan rekaman/catatan tentang peristiwa-peristiwa penting yang menonjol dan menarik perhatian

Analisa gugus fungsi dengan FTIR diperoleh pita serapan pada bilangan gelombang 883,25 yang menunjukkan ikatan C-H dan 1612,49 cm -1 yang menunjukkan ikatan C=C yang berasal

kahoot .Dari 34 mahasiswa, hanya 1 orang yang menyatakan tidak berusaha membaca materi terlebih dahulu sebelum mengikuti ujian.Selain itu, responden menjawab dengan