PROSIDINGSEMINARNASIONALSTKIP PGRISUMATERABARAT
WESA ANDRALIA, RADHYA YUSRI, HAFIZAH DELYANA
123 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
KELAS XI IPK MAN 1 PADANG PARIAMAN
Wesa Andralia, Radhya Yusri, Hafizah Delyana
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, Jl. Gunung Pangilun, Padang [email protected]
Abstract. The low understanding of students mathematical concepts and the high individual attitudes of high-ability students are the background of this study. The study aims to determine whether the understanding of students mathematical concepts by applying the cooperative learning model type (TAI) is better than the students ability to understand mathematical concept by applying conventional learning to students of class XI IPK MAN 1 Padang Pariaman. This type of research is an experiment with a random research design on the subject. The population of this study were students of class XI IPK MAN 1 Padang Pariaman. In this study, class XI IPK 2 was selected as the experimental class and class XI IPK 1 as the control class. The instrument used was a final test in the form of as essay containing indicators of concept understanding.
Based on the final test, it is known that the two sample classes are normally distributed and homogeneous. The test statistic used for testing the research hypothesis is the two-party t test.
Therefore, the results of the research hypothesis test , because
then is rejected. So, the hypothesis is accepted. Thus, it can be concluded that the understanding of students mathematical concepts by applying the TAI type of cooperative learning model is better than the understanding of students mathematical concept by applying convensional learning to students of class XI IPK MAN 1 Padang Pariaman.
Keywords : Team Assisted Individualization, Ability to understand mathematical concepts
PENDAHULUAN
Matematika merupakan disiplin ilmu tentang cara berfikir dan mengelolah logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dalam membentuk pola pikir siswa (suherman, erman, 2003). Pola pikir tersebut ditanamkan oleh guru kepada siswa secara bertahap yang sesuai dengan perkembangan pikiran siswa. Sehubung dengan peranan matematika, maka siswa harus menguasai berbagai kemampuan matematis. Tiga aspek kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam mempelajari matematika yaitu kemampuan pemahaman konsep, kemampuan penalaran, serta kemampuan pemecahan masalah (Shadiq, 2009). Melihat pentingnya pemahaman konsep, sudah seharusnya pembelajaran matematika disekolah mampu meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam hal pemahaman konsep. Menyikapi hal tesebut guru hendaknya kreatif dalam memilih metode yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi dan mengaktifkan
124 siswa dalam belajar, sehingga berbagai kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa dengan baik.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di MAN 1 Padang Pariaman, terlihat bahwa kurikulum yang digunakan sudah menggunakan kurikulum 2013 namun dalam proses pembelajarannya belum terlaksana dengan baik, proses pembelajaran matematika masih berpusat pada guru (teacher centered), yaitu guru menjelaskan materi disertai contoh soal dan siswa mencatatnya tanpa adanya umpan balik kemauan atau keinginan siswa untuk mencari dan memahaminya sendiri. Guru mendominasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas, tetapi siswa kurang bertanggung jawab dan kurang mandiri saat mengerjakan tugas tersebut. Siswa terlihat pasif dan kurangnya interaksi kerjasama antar siswa saat tidak mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. Siswa kurang aktif bertanya mengeluarkan pendapat apabila tidak mengerti dengan materi pelajaran yang dijelaskan guru.
Salah satu upaya yang mampu mengatasi berbagai masalah yang telah ditemukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Team Assisted Individualization (TAI). Pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan keunggulan pembelajaran individual (Daryanto, 2013). (Slavin, 2005) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif TAI sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasi pembelajaran dengan perbedaan individual siswa secara akademik. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI siswa dituntut menemukan konsep matematika secara individual didiskusikan kekelompok dan yang mendominasi pembelajaran itu adalah siswa, guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, konsep matematika itu ditemukan sendiri oleh siswa dengan bimbingan dari guru sehingga pembelajaran yang diciptakan akan lebih bermakna (Zendrato, 2018).
Langkah-langkah dari pembelajaran kooperatif tipe TAI menurut (Daryanto, 2013) adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2. Guru memberikan kuis individual kepada peserta didik untuk mendapat skor awal.
PROSIDINGSEMINARNASIONALSTKIP PGRISUMATERABARAT
WESA ANDRALIA, RADHYA YUSRI, HAFIZAH DELYANA
125 3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4-5 peserta
didik dengan kemampuan yang berbeda.
4. Hasil belajar peserta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok.
5. Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pelajaran yang telah dipelajari.
6. Guru memberikan kuis kepada peserta didik secara individual.
7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI IPK MAN 1 Padang Pariaman.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Rika Afriyuni (2012) hasil penelitian yang dilakukan Rika (2012) menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Indivialization (TAI) meningkat.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian yaitu random terhadap subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPK MAN 1 Padang Pariaman. Teknik pengambilan sampel secara acak kelas XI IPK 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPK 1 sebagai kelas kontrol.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Team Assisted Individualization (TAI) kelas eksperimen.
Variabel terikat adalah pemahaman konsep matematis siswa kelas XI IPK MAN 1 Padang Pariaman. Instrument penelitian ini adalah tes akhir yang berbentuk esai yang memuat indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah. Rubrik yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa berpedoman pada (Iryanti, 2004).
126 Berdasarkan analisis soal diperoleh reliabilitas soal ( ) sebesar 0,851 berarti soal reliabel berpedoman pada (Arikunto, 2010). Teknik analisis data tes akhir yang digunakan uji t dua pihak berpedoman pada (Sudjana, 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melihat pemahaman konsep matematis siswa dilakukan tes akhir pada kedua kelas sampel. Hasil tes akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh perhitungan rata-rata ( ̅), simapangan baku , skor tertinggi dan skor terendah . Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil tes akhir pemahaman konsep Kelas
Sampel ̅ S Xmaks Xmin Eksperimen 82,16 17,06 100 52 Kontrol 74,37 20,46 100 40
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan simpangan baku kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen memiliki keragaman yang kecil, sehingga menyebabkan pada umumnya nilai siswa tersebar tidak terlalu jauh dari nilai rata-rata kelas.
Berdasarkan hasil analisis tes akhir diketahui bahwa kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, maka untuk uji hipotesis digunakan uji t. Hasil uji t diperoleh dan , karena maka ditolak. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada kelas XI IPK MAN 1 Padang Pariaman.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dimulai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual dengan menyelesaikan masalah-masalah sehingga, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization banyak dijadikan alternatif pembelajaran disetiap satuan pendidikan (Dahlan, 2016). Pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) siswa akan lebih memahami materi pembelajaran
PROSIDINGSEMINARNASIONALSTKIP PGRISUMATERABARAT
WESA ANDRALIA, RADHYA YUSRI, HAFIZAH DELYANA
127 karena selain belajar secara individual siswa juga belajar dengan bantuan teman satu kelompok. Pada tipe Team Assisted Individualization (TAI) siswa belajar dan bekerja dalam kelompoknya, yang mana di dalam kelompok tersebut siswa saling membantu satu sama lainnya dalam memahami konsep matematika dan menyelesaikan soalsoal matematika serta memberikan dorongan kepada anggota kelompoknya untuk terus berusaha hingga berhasil (Erdriani, Si, Pd, Komputer, & Kunci, 2014). Pembelajaran pada kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) diawali dengan guru memberikan salam, mengajak siswa berdoa dilanjutkan dengan menanyakan kabar serta mengecek kehadiran siswa, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Guru membagikan ringkasan materi kepada siswa guru meminta siswa mempelajari ringkasan materi yang telah dibagikan kepada masing-masing siswa dan meminta siswa mengerjakan kuis secara individu. Kuis bertujuan untuk mendapatkan skor awal atau skor dasar. Setelah selesai mengerjakan kuis guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri 4-5 orang siswa.
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan soal kuis yang dikerjakan diawal. Siswa saling bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Selama berdiskusi siswa yang lebih paham dalam kelompok mengajarkan anggota kelompoknya yang masih kurang paham dengan materi yang telah dipelajari.
Guru membimbing siswa dalam diskusi untuk dapat menyelesaikan soal kuis yang didiskusikan bagi kelompok yang kurang memahami boleh bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dipahaminya tersebut. Setelah selesai diskusi guru meminta salah seorang siswa untuk mempresentasikan jawabannya kedepan kelas. Guru memberikan penegasan pengarahan, dan memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman. Diakhir pertemuan guru memberikan kuis secara individu kepada siswa untuk mendapatkan nilai kuis terkini setelah siswa selesai mengerjakan kuis akhir selanjutnya guru memberikan penghargaan berupa gantungan kunci kepada kelompok berdasarkan perolehan peningkatan hasil belajar dari skor awal ke skor berikutnya.
Gambaran untuk hasil tes akhir dari tiap indikator dapat dilihat dari lembar jawaban siswa dikelas eksperimen dan kontrol yang diambil, dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
128 Gambar 1. Lembar jawaban tes akhir siswa berkemampuan tinggi pada kelas
eksperimen
Berdasarkan lembar jawaban siswa pada Gambar 1 diatas terlihat bahwa siswa berkemampuan tinggi dikelas eksperimen sudah mampu memenuhi atau mengerjakan soal dengan baik sesuai dengan indikator pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang sebuah konsep dan mengaplikasikan algoritma ke pemecahan masalah. Siswa mampu menyelesaikan tes akhir dengan tepat dan benar. Selanjutnya, salah satu jawaban siswa berkemampuan tinggi pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Lembar jawaban tes akhir siswa berkemampuan tinggi pada kelas kontrol.
Berdasarkan jawaban siswa pada Gambar 2, siswa dengan kemampuan tinggi pada kelas kontrol terlihat juga sudah mampu memenuhi indikator pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, tetapi siswa masih bermasalah atau kurang mampu saat mengaplikasikan algoritma ke pemecahan masalah. Sehingga siswa kurang mampu menyelesaikan soal tes akhir dengan baik dan benar.
Gambar untuk tes akhir siswa berkemampuan rendah dapat dilihat dari lembar jawaban siswa dikelas eksperimen dan kontrol yang diambil, dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
PROSIDINGSEMINARNASIONALSTKIP PGRISUMATERABARAT
WESA ANDRALIA, RADHYA YUSRI, HAFIZAH DELYANA
129 Gambar 3. Lembar Jawaban Tes Akhir Siswa Berkemampuan Rendah Pada Kelas
Eksperimen
Pada Gambar 3 terlihat bahwa siswa berkemampuan rendah pada kelas eksperimen masih kurang mampu menyatakan ulang sebuah konsep dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan juga belum bisa mengaplikasikan algoritma ke pemecahan masalah, tetapi siswa tersebut sudah bisa mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatnya tertentu sesuai dengan konsepnya. Sehingga pada soal tersebut tidak terselesaikan dengan baik dan benar. Selanjutnya, salah satu jawaban siswa berkemampuan rendah pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4
Gambar 4. Lembar Jawaban Tes Akhir Siswa Berkemampuan Rendah Pada Kelas Kontrol
Pada Gambar 4 terlihat bahwa siswa berkemampuan rendah pada kelas kontrol juga terlihat siswa masih bermasalah saat menyelesaikan soal yang berindikator menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatnya tertentu sesuai dengan konsepnya dan mengaplikasikan algoritma ke pemecahan masalah. Sehingga pada soal tersebut siswa tidak bisa menjawabnya.
130 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan yaitu pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelarajan kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran konvensional kelas XI IPK MAN 1 Padang Pariaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. (2013). Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya.
Erdriani, D., Si, S., Pd, M., Komputer, F. I., & Kunci, K. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization ( Tai ) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 3. 1(2).
Iryanti, P. (2004). Penilaian Untuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas.
Shadiq, F. (2009). Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning Teory, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
suherman, erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi Revisi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Zendrato, I. (2018). Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Team Assisted Individualization Untuk. 5(3).