• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN WISATA MALAM KOTA BERASTAGI BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL TESIS OLEH SELLY VERONICA /AR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN WISATA MALAM KOTA BERASTAGI BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL TESIS OLEH SELLY VERONICA /AR"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL

TESIS

OLEH

SELLY VERONICA 177020014/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur Jurusan

Manajemen Pembangunan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

SELLY VERONICA 177020014/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

KAJIAN WISATA MALAM KOTA BERASTAGI BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 8 Agustus 2019

( Selly Veronica )

(4)

BERASTAGI BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL

NAMA MAHASISWA : SELLY VERONICA NOMOR POKOK : 177020014/AR

PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR

BIDANG KEKHUSUSAN : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing,

( Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM ) Ketua

( Amy Marisa S.T., M.Sc., Ph.D. ) Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

( Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM ) Ketua

(Ir. Seri Maulina, M.Si, Ph.D.)

Tanggal Lulus : 8 Agustus 2019

(5)

Tanggal 8 Agustus 2019

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM Anggota Komisi Penguji : 1. Amy Marisa, S.T., M.Sc., Ph.D.

2. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., IPM 3. Beny OY Marpaung, S.T.,M.T., Ph.D., IPM 4. Dr. Imam Faisal Pane, S.T., M.T.

(6)

ABSTRAK

Pariwisata menjadi isu yang sangat penting dalam pengembangan kota-kota di dunia. Salah satu tren baru yang menjadi kebiasaan wisatawan adalah wisata malam. Pengembangan wisata malam tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran kearifan lokal yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat. Berastagi merupakan salah satu destinasi wisata populer di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang mampu menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Kota Berastagi sudah memiliki tujuan wisata malam yang dapat dikunjungi wisatawan, namun masih berupa wisata kuliner yang dikenal dengan Pasar Kaget. Pada penelitian sebelumnya, masih sangat sedikit yang mengkaji wisata malam dalam kaitannya terhadap kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan aktivitas wisata malam Kota Berastagi yang berdasarkan kearifan lokal.

Terdapat dua teori utama yang menjadi landasan dalam penelitian ini yaitu wisata malam dan kearifan lokal dalam pariwisata. Berdasarkan kajian wisata malam terdapat empat aspek utama yaitu ekonomi, sosial, lingkungan dan suasana malam. Sedangkan berdasarkan analisa kearifan lokal pada pariwisata terdapat dua elemen yang penting yaitu nilai kepercayaan dan budaya kehidupan yang terbentuk dalam suatu komunitas. Jenis penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penentuan data yang dibutuhkan berlandaskan pada kajian teori yang telah dilakukan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan dua metoda yaitu wawancara dan observasi lapangan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menginterpretasikan kondisi yang ada dengan literatur untuk menghasilkan temuan, kesimpulan, dan saran dari penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak ekonomi dari wisata malam di Kota Berastagi sudah dapat dirasakan oleh masyarakat.

Menampilkan kesenian budaya Karo sebagai bagian dari wisata malam akan membuka peluang usaha yang lebih besar bagi masyarakat. Persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan wisata malam menjadi salah satu penghambat dalam pengembangannya. Adanya nilai-nilai kehidupan masyarakat suku Karo ditambah dengan kehadiran lembaga adat Karo di Kota Berastagi menjadi kekuatan lokal dalam perlindungan sosial pada kegiatan wisata malam. Masih banyak hal yang perlu dibenahi pada aspek lingkungan dalam pengembangan wisata malam di Kota Berastagi. Pemusatan kawasan wisata malam dan menerapkan ornamen tradisional suku Karo dapat menjadi upaya dalam meningkatkan citra kawasan dan fungsi lahan Kota Berastagi. Suasana malam dapat dibangun di Kota Berastagi untuk memberikan kesan yang berbeda antara wisata malam dan siang hari dengan menjadikan wisata kuliner dan budaya Karo sebagai brand yang melekat.

Kata Kunci : Pariwisata, Wisata Malam, Kearifan Lokal

(7)

ABSTRACT

Tourism becomes a critical issue in urban development throughout the world. A new trend for tourists now is enjoying night tourism which cannot be separated from local wisdom. Berastagi is one of the popular tourist destinations in Karo Regency, North Sumatera, which can attract domestic or foreign tourists.

Night tourism in Berastagi is only concerned culinary tourism with is known as Pasar Kaget (small market without permanent location). In the previous research, only a few have examined night tourism in concerning with the local wisdom. The objective of this research was to find out the activity of Berastagi night tourism based on local wisdom.

Two theories which became the basis of this research were night tourism and local wisdom. Based on the study of night tourism, there are four main aspects, i.e., economic, social, environmental, and night atmosphere. Meanwhile, the analysis of local wisdom on tourism has two essential elements, namely the local belief and the cultural behavior formed in a community. The research used descriptive qualitative method. The determination of the data needed is based on the literature review. Data collection is done by two methods, namely interviews and field observations. The data obtained were analyzed by interpreting the existing conditions with the literature that was reviewed to to get finding, conclusion, and recommendation.

The conclusion was that there was the economic effect night tourism in Berastagi on the people’s life. Applying Karonese cultural arts performance as part of the night tourism attraction can create more extensive business opportunities for the community. The community's negative perception of night tourism activities is one of the obstacles to its development. However, the existence of the Karonese life values and the presence of the Karonese customary institution in Berastagi would become a social strength in the night tourism activity. There are still many things which be improved in the environmental aspect for its development. The centralizing of the night tourism area and applying the Karonese traditional ornaments can increase the image of the area and the land use of the Berastagi. The night atmosphere can be developed in Berastagi to give a different impression between night and day tours by using Karonese culinary and cultural tourism as an attached brand.

Keywords : Tourism, Night Tourism, Local Wisdom

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tesis yang berjudul “KAJIAN WISATA MALAM KOTA BERASTAGI BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL”.

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang-benderang. Tesis penelitian ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknik dari Program Studi Magister Teknik Arsitektur dengan bidang kekhususan Manajemen Pembangunan Kota pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM dan Ibu Amy Marisa S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing sekaligus menjadi Ibu bagi penulis, atas segala bimbingan, perhatian dan ilmu berharga yang telah beliau berikan.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., IPM; Ibu Beny OY Marpaung, S.T.,M.T., Ph.D., IPM; dan Bapak Dr. Imam Faisal Pane, S.T., M.T. selaku komisi pembanding dan penguji yang telah memberi saran dan masukan dalam penyempurnaan isi dari tesis ini.

Ucapan terimakasih dari hati yang terdalam juga penulis sampaikan kepada kedua Orang Tua penulis, Ibunda Nurnasni Hanum dan Ayahanda Alm. Sariadi

(9)

serta Abangda tercinta Dedy Prasetiady, atas segala doa dan dukungannya yang tidak pernah berhenti kepada penulis, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman Magister Teknik Arsitektur USU angkatan 2017, yang menjadi rekan seperjuangan, yang saling membantu dan menyemangati satu sama lain. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Kakanda Novi Yanthi yang telah banyak membantu penulis mulai pada awal masa perkuliahan hingga penulis selesai menjalani studi di Magister Teknik Arsitektur USU. Terimakasih pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat terbaik (yang tidak dapat disebutkan satu-persatu), yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa hasil laporan penelitian tesis ini belum sempurna, masih terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan tesis ini. Penulis berharap penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat dalam kehidupan akademis maupun praktis bagi para penentu kebijakan dalam mengembangkan wisata malam suatu kawasan.

Medan, 8 Agustus 2019 Penulis,

Selly Veronica 177020014/AR

(10)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Selly Veronica

Tempat/Tanggal Lahir : Berastagi, 25 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Abdi No. 141 Kel. Gundaling I, Kec. Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara

Golongan Darah : B+

NIK : 1206026509940001

Email : [email protected]

[email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN

2000-2006 : SDN 040457 Berastagi Kab. Karo 2006-2009 : SMPN 1 Berastagi Kab. Karo 2009-2012 : SMAN 1 Berastagi Kab. Karo

2012-2016 : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

PENGALAMAN PEKERJAAN

2016 : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM Research Tim (Research Assistant)

2017-2018 : CV. DNA Consultant (Engineering Staff)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Batasan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Berfikir ... 6

1.7 Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Wisata Malam ... 9

2.2 Kearifan Lokal dalam Pariwisata ... 18

2.3 Wisata Malam Berdasarkan Kearifan Lokal ... 21

2.3.1 Ekonomi Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal ... 21

(12)

2.3.2 Sosial Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal ... 25

2.3.3 Lingkungan Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal ... 28

2.3.4 Suasana Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal ... 31

2.4 Kesimpulan ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Variabel dan Indikator Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.4 Metoda Pengumpulan Data ... 37

3.4.1 Observasi Lapangan ... 41

3.4.2 Wawancara... 42

3.5 Metoda Analisa Data ... 43

BAB IV KAWASAN PENELITIAN ... 45

4.1 Kawasan Penelitian ... 45

4.2 Pariwisata Malam Kota Berastagi ... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

5.1 Pendahuluan ... 53

5.2 Kajian Aspek Ekonomi pada Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal ... 53

5.2.1 Peluang Usaha ... 53

5.2.2 Keterlibatan Masyarakat ... 57

5.2.3 Kekhasan ... 61

5.2.4 Event-Event ... 65

5.2.5 Pertumbuhan Ekonomi ... 69

5.3 Kajian Aspek Sosial pada Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal . 72 5.3.1 Proteksi Sosial ... 73

5.3.2 Budaya Lokal... 75

5.3.3 Pengalaman Baru ... 76

(13)

5.3.4 Aktivitas Wisatawan ... 78

5.4 Kajian Aspek Lingkungan pada Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal ... 81

5.4.1 Fungsi Lahan ... 81

5.4.2 Pencahayaan ... 84

5.4.3 Keamanan ... 87

5.4.4 Citra Kawasan ... 89

5.4.5 Perencanaan ... 91

5.5 Kajian Aspek Suasana Malam pada Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal ... 93

5.5.1 Inovasi ... 93

5.5.2 Gambaran Khas ... 96

5.5.3 Atraksi ... 98

5.5.4 Brand ... 100

5.6 Rangkuman ... 101

BAB VI PENUTUP ... 110

6.1 Kesimpulan ... 110

6.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN ... 119

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Aspek yang Mempengaruhi Pengembangan Wisata Malam ... 12

2.2 Sub-Aspek pada Aspek Ekonomi ... 14

2.3 Sub-Aspek pada Aspek Sosial ... 15

2.4 Sub-Aspek pada Aspek Lingkungan ... 16

2.5 Sub-Aspek pada Aspek Suasana Malam ... 17

2.6 Elemen-Elemen Pembentuk Kearifan Lokal ... 20

2.7 Ekonomi wisata malam berbasis kearifan lokal ... 24

2.8 Sosial wisata malam berbasis kearifan lokal ... 27

2.9 Lingkungan wisata malam berbasis kearifan lokal... 30

2.10 Suasana wisata malam berbasis kearifan lokal ... 33

3.1 Variabel Pengembangan Wisata Malam... 36

3.2 Data Narasumber ... 37

3.3 Metoda pengumpulan data primer ... 38

3.4 Data yang diperlukan dalam observasi lapangan ... 41

3.5 Daftar pertanyaan wawancara ... 42

5.1 Penemuam Penelitian Aspek Ekonomi... 102

5.2 Penemuam Penelitian Aspek Sosial ... 104

5.3 Penemuam Penelitian Aspek Lingkungan ... 106

5.4 Penemuam Penelitian Aspek Suasana Malam ... 108

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Berfikir dalam Penelitian ... 7

2.1 Kerangka Teori Wisata Malam berdasarkan Kearifan Lokal ... 34

3.1 Metoda Analisa Data ... 44

4.1 Kawasan Kajian ... 46

4.2 Tujuan Wisata Malam Kota di Berastagi ... 48

4.3 Kafe yang terdapat di Kota Berastagi ... 49

4.4 Pedagang di Pasar Kaget yang menyiapkan stan usahanya ... 50

4.5 Pasar Kaget di Kota Berastagi ... 51

4.6 Taman Mejuah-juah di Kota Berastagi ... 52

5.1 Usaha kafe khas Karo ... 55

5.2 Usaha kuliner di sepanjang Jl. Veteran ... 56

5.3 Souvenir khas yang ditawarkan di Pasar Buah ... 61

5.4 Kopi khas Kabupaten Karo... 64

5.5 Event Pesta Bunga dan Buah pada malam hari ... 66

5.6 Fungsi jalur pedestrian pada siang dan malam hari ... 82

5.7 Desain elemen pencahayaan yang menerapkan unsur budaya Karo ... 85

5.8 Pencahayaan di Taman Mejuah-juah saat ada event ... 87

5.9 Pembentuk Citra Kawasan Wisata Malam Kota Berastagi ... 90

5.10 Atraksi Wisata Malam Kota Berastagi ... 98

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan sumber ekonomi terbesar pada beberapa negara yang ada di dunia. Aktivitas pariwisata memiliki keuntungan ekonomi dan sosial yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut mengapa pariwisata menjadi isu yang sangat penting dalam pengembangan kota- kota di dunia (Diniz et all. 2014; Goh, 2015; Bălan & Burghelea, 2015; Ginting &

Wahid, 2015). Salah satu jenis pariwisata yang menjadi perhatian para peneliti dunia sejak tahun 1970, 1980, 1990, dan hingga saat ini adalah pariwisata di wilayah pedesaan. Pengembangan pariwisata pada wilayah pe desaan bahkan menjadi prioritas pada sebagian besar negara yang berada di Benua Eropah dan Amerika (Lane & Kastenholz, 2015). Manusia, alam, dan manifestasi fisik budaya merupakan unsur-unsur kesatuan budaya yang tersaji dalam pariwisata pedesaan.

Pengembangan pariwisata pada wilayah pedesaan tidak dapat dilepaskan dari kompleksitas yang menjadi bagian dari kearifan lokalnya (Vitasurya, 2016).

Terdapat berbagai aktivitas wisata yang ditawarkan pada pariwisata pedesaan seperti kegiatan agrowisata, wisata alam, wisata minat khusus, wisata kehidupan pedesaan, bersepeda, dan lain sebagainya. Salah satu kegiatan wisata yang menjadi kebiasaan baru bagi wisatawan adalah wisata malam (Aytuğ &

Mikaeili, 2017; Lee et al, 2008). Aktivitas wisata malam hari yang dilakukan wisatawan di tempat yang dikunjunginya biasanya berupa berbelanja, mencari

(17)

makanan, atau hanya sekedar berjalan-jalan (Wolifson & Drozdzewski, 2017).

Pariwisata yang berada di wilayah pedesaan sebaiknya mengembangkan wisata malam yang dapat mengakomodasi kebiasaan baru wisatawan tersebut.

Pengembangan wisata malam juga menjadi salah satu produk baru dalam strategi mempertahankan pariwisata suatu daerah terhadap pesatnya persaingan (Rodrigues et al, 2015).

Pengembangan wisata malam yang berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki wilayah pedesaan akan memberikan daya tarik bagi wisatawan yang dapat meningkatkan ekonomi (Baker, 2015). Dalam mengembangkan wisata malam harus memperhatikan kearifan lokal yang menjadi unsur-unsur yang membentuk pariwisata pedesaan. Kearifan lokal merupakan merupakan kebiasaan positif yang muncul saat terjadinya interaksi antara manusia dengan alamnya. Pola interaksi tersebut terwujud dalam bentuk nilai-nilai kepercayaan yang diyakini, petuah-petuah leluhur, ataupun budaya lokal yang secara alamiah tumbuh dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat (Vitasurya, 2016).

Kota Berastagi merupakan tujuan pariwisata pedesaan yang menjadi andalan Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Tiga dari lima tujuan wisata yang paling terkenal di Kabupaten Karo berada di Kota Berastagi. Kota ini dikenal dengan hasil pertaniannya seperti buah-buahan dan sayuran yang berkualitas.

Selain hasil pertaniannya Kota Berastagi juga memiliki keindahan alam dan budaya (Ginting, Rahman, & Nasution, 2017). Terletak di dataran tinggi dan diapit oleh dua gunung yaitu Gunung Sibayak dan Sinabung menyebabkan Kota ini memiliki pemandangan alam yang begitu indah dan udara yang sejuk.

(18)

Keunikan budaya yang lahir dari kebudayaan Suku Karo yang menempati wilayah ini juga menjadi daya tarik sendiri bagi Kota Berastagi. Tidak hanya kekayaan alam dan budayanya saja, Kota Berastagi juga memiliki atraksi wisata yang lainnya seperti Bukit Gundaling, Pasar Buah, Taman Mejuah-juah, Taman Hutan Raya, dan yang lainnya.

Beragam atraksi wisata yang ditawarkan Kota Berastagi menyebabkan kota ini menjadi tujuan wisata pedesaan yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara (Ginting et all. 2018). Kota Berastagi juga sudah memiliki tujuan wisata malam yang dapat dikunjungi wisatawan. Namun wisata malam yang ditawarkan hanyalah wisata kuliner yang terdapat di sisi kiri dan kanan jalan utama Kota Berastagi yang disebut dengan Pasar Kaget. Dengan intensitas kunjungan wisatawan yang tinggi, sudah selayaknya wisata malam Kota Berastagi menjadi perhatian untuk dikembangkan. Pengembangan yang akan dilakukan seharusnya selaras dengan kearifan lokal yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kota Berastagi.

Pada dasarnya peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian berkaitan dengan wisata malam (Lee et al, 2008; Baker, 2015; Ngesan & Karim; 2012; Zaki

& Ngesan, 2012; Guo et al. 2011; Evans, 2012; Huang & Wang; 2018).

Umumnya penelitian sebelumnya mengkaji wisata malam dalam kaitan dengan pencahayaan malam dalam membentuk suasana lansekap malam hari kawasan (Baker; 2015), perilaku masyarakat dalam menikmati wisata malam (Ngesan &

Karim, 2012) dan potensi ekonomi dari wisata malam (Wolifson & Drozdzewski, 2017). Masih sangat sedikit penelitian sebelumnya yang mengkaji wisata malam

(19)

dalam kaitannya terhadap kearifan lokal. Hal tersebut menjadi alasan mengapa penelitian “Kajian Wisata Malam Kota Berastagi Berdasarkan Kearifan Lokal” Ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan menemukan aktivitas wisata malam Kota Berastagi yang berdasar pada kearifan lokalnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu bagaimana aktivitas wisata malam yang ditinjau berdasarkan kearifan lokal pada Kota Berastagi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang akan dijawab, maka tujuan penelitian ini adalah menemukan aktivitas wisata malam yang ditinjau berdasarkan kearifan lokal pada Kota Berastagi.

1.4 Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji pengembangan wisata malam yang berkaitan dengan kearifan lokal yang berlaku di Kota Berastagi berdasarkan empat aspek yaitu, ekonomi, sosial, lingkungan, dan suasana malam. Batasan lokasi kajian adalah wilayah pusat Kota Berastagi yang melingkupi Kelurahan Gundaling I, Kelurahan Gundaling II, dan Kelurahan Tambak Lau Mulgap I.

(20)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

a. Universitas Sumatera Utara, sebagai salah satu penelitian yang mendukung Rencana Strategis USU. Dimana pariwisata merupakan bagian topik utama bidang Natural Resources (biodiversity, forest, marine, mine, tourism) pada tujuh bidang TALENTA (Tropical Science , Agroindustry, Local Wisdom, Energy, Natural Resources, Technology dan Arts).

b. Magister Teknik Arsitektur FT USU, sebagai penelitian kearifan lokal yang menjadi langkah nyata pelaksanaan visi program studi yaitu

“Menjadi Program Magister Teknik Arsitektur yang Mampu Bersaing secara Global dan unggul dalam Pengembangan Ipteks dan Riset terapan berbasis kearifan lokal, pada tahun 2021”.

c. Akademisi, sebagai kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan terkait perencanaan dan pengembangan potensi wisata suatu kawasan melalui wisata malam berdasarkan kearifan lokalnya. Serta dapat menjadi referensi ilmiah bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengembangan wisata malam dan kearifan lokal.

d. Pemerintah, sebagai pertimbangan dalam mengembangkan wisata malam Kota Berastagi dan sebagai konsep yang dapat diaplikasikan dalam penentuan kebijakan yang berkaitan pada industri pariwisata.

(21)

e. Pelaku Industri Pariwisata, sebagai pendorong para pelaku industri dalam mengembangkan usaha dan promosi wisata malam yang berdasarkan kearifan lokal Kota Berastagi.

f. Masyarakat Lokal, sebagai upaya memajukan usaha wisata malam berdasarkan kearifan lokal yang bermanfaat bagi peningkatan pemasukan masyarakat serta peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal.

1.6 Kerangka Berfikir

Penelitian ini melalui beberapa tahapan proses berfikir, dimana penentuan lokus penelitian merupakan tahapan awalnya. Berdasarkan penentuan lokasi kajian dapat dirumuskan terdapat permasalahan penelitian yang potensial di kaji pada kawasan tersebut, yaitu pada pengembangan wisata malam di Kota Berastagi. Selainhal tersebut, masih sedikitnya kajian pengembangan wisata malam berdasarkan kearifan lokal menjadikan penelitian di Kota Berastagi ini penting untuk dilakukan. Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah di rumuskan maka ditentukan tujuan yang menjadi dasar dalam melakukan kajian teori dan pelaksanaan penelitian. Proses analisa dilakukan secara kualitatif untuk menghasilkan jawaban terhadap permasalahan penelitian. Tahapan kerangka berfikir menggambarkan proses yang dilakukan mulai dari awal penelitian hingga menadpatkan temuan dan kesimpulan penelitian (Gambar 1.1).

(22)

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir dalam Penelitian

1.7 Sistematika Pembahasan

Adapun urutan pembahasan yang digunakan dalam menerangkan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

(23)

BAB PERTAMA

Merupakan bagian yang menjelaskan Latar Belakang, Permasalahan Penelitian, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Berfikir serta Sistematika Pembahasan.

BAB KEDUA

Merupakan bagian Tinjauan Pustaka yang mengemukakan dasar teori yang menjadi landasan kajian yang digunakan peneliti. Pada bagian ini akan dibahas dua teori utama yaitu Wisata Malam dan Kearifan Lokal untuk menemukan rumusan teori yang menjadi landasan dalam penelitian.

BAB KETIGA

Merupakan bagian yang menjelaskan Metodologi berupa tahapan dan proses penelitian yang digunakan dalam penulisan ini.

BAB KEEMPAT

Merupakan bagian yang menjelaskan Kawasan Kajian yang digunakan peneliti untuk memaparkan tentang gambaran umum lokus penelitian.

BAB KELIMA

Merupakan bagian yang menjelaskan Hasil dan Pembahasan dalam bentuk hasil kajian dan analisa terhadap landasan teori dan rumusan temuan penelitian.

Pembahasan akan dilakukan berdasarkan empat variabel utama yaitu Ekonomi, Sosial, Lingkungan, dan Suasana Malam.

BAB KEENAM

Merupakan bagian yang menjelaskan Kesimpulan dan Saran yang didapat dari pembahasan pada tahap-tahap sebelumnya.

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata Malam

Pariwisata merupakan isu hangat yang sedang dikembangkan di berbagai Negara dunia. Hal ini dikarenakan industri pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu memberikan pemasukan devisa yang besar bagi Negara.

Dalam beberapa dekade terakhir, industri pariwisata gobal mengalami kontinuitas pertumbuhan dan pendalaman diversifikasi yang menjadikannya sebagai media pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia (Diniz et all. 2014; Goh, 2015; Ginting &

Wahid, 2015; Glaesser et al, 2017). Khususnya pada wilayah pedesaan, pariwisata dapat menjadi industri yang dapat menghidupkan nilai kawasan. Pariwisata pada wilayah desa yang menarik kunjungan wisatawan lokal dan internasional akan memberikan pemasukan bagi masyarakat serta mendukung pertumbuhan dan peluang pekerjaan (Park &Yoon, 2009; Olivieri, 2014).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Aytuğ & Mikaeili (2017) ditemukan bahwa pengembangan pariwisata pedesaan merupakan hal yang sangat didukung di seluruh negara di Eropah. Pengembangan wisata di wilayah pedesaan menjadi isu yang hangat karena berkaitan dengan biodiversity, ekonomi pertanian, bangunan vernakular, proteksi sosial-budaya dan nilai lingkungan yang dimilki kawasan pedesaan. Wisatawan yang berasal dari tempat yang berbeda akan menikmati keseharian pedesaan dan suasana malamnya. Salah satu atraksi wisata

(25)

yang diminati wisatawan adalah wisata malamnya dimana wisatawan akan mendapatkan pengalaman baru dari pedesaan.

Wisata malam menjadi sangat potensial untuk dikembangkan karena kebiasaan unik wisatawan yang baru adalah melakukan perjalanan malam ditempat wisata yang dikunjungi. Aktivitas wisata malam yang umumnya dilakukan wisatawan memiliki tujuan berbelanja, mencari makanan, atau hanya seekedar berjalan-jalan (Lee, Chang, Hou, & Lin, 2008). Pengembangan wisata malam akan berdampak positif pada peningkatan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat. Ketiga faktor tersebut juga merupakan tiga dimensi dari pengembangan pariwisata (Amir et al, 2015).

Menghidupkan suasana malam juga merupakan salah satu inovasi dalam memanfaatkan wilayah yang menjadi solusi dalam perencanaan kembali suatu kota. Peruntukan wilayah pusat kota yang difungsikan sebagai wisata pada malam hari juga dapat menjadi upaya dalam meningkatkan fungsi lahan (Zaki & Ngesan, 2012). Peningkatan kualitas Kota melalui wisata malamnya memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif wisata malam adalah memberikan keuntungan ekonomi dalam pembangunan kota. Sedangkan dampak negatifnya adalah persepsi wisata malam yang identik dengan kegiatan yang tidak sesuai dengan masyarakat kota (Ngesan & Karim, 2012). Mempertimbangkan potensi pariwisata malam dalam perencanaan kota akan menambah fungsi lahan suatu kawasan.

Dimana pemanfaatan lahan tidak hanya berfokus pada aktifitas-aktifitas siang hari, namun masih berlanjut hingga malam hari. Secara tidak langsung hal

(26)

tersebut juga dapat meningkatkan keamanan kota yang disebabkan masih tingginya aktifitas hingga malam hari dengan didukung pencahayaan yang baik.

Pengembangan wisata malam dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, (1) lingkungan dan cuaca yang mendukung aktifitas wisata malam; (2) kekayaan atraksi wisata malam; (3) kekayaan budaya dan atmosfir kebidupan malam; serta (4) kehadiran tempat berbelanja pada malam hari yang menarik (Guo et al. 2011).

Pada malam hari merupakan waktu yang tepat untuk dioptimalkan sebagai hiburan dan wisata. Terpisah dari aktivitas harian menyebabkan wisata malam menjadi tujuan yang dapat dilakukan dengan lebih optimal. Suasana malam memberikan gambaran yang berbeda dari suasana siang hari (Evans, 2012).

Kondisi fisik dan sosial wisata malam mempengaruhi pandangan wisatawan terhadap citra kawasan tersebut (Lee, Chang, Hou, & Lin, 2008). Hal ini juga di dukung oleh Huang dan Wang (2018) bahwa pengembangan wisata malam dapat menjadi sarana pembentuk gambaran pemikiran wisatawan terhadap kawasan.

Lahan kosong seperti tempat parkir yang terpusat, lapangan terbuka hijau, dan ruangan terbuka merupakan kawasan strategis yang dapat diolah menjadi wisata malam kota. Keberlangsungan kawasan wisata malam yang membentuk suatu jaringan akan mampu terwujud sebagai gambaran wujud kota yang berkelanjutan. Keterkaitan antara kenampakan ciri khas wilayah, kegiatan belanja wisatawan dan ruang yang terbentuk diantara bangunan yang ada akan menghasilkan aktifitas yang mampu menghidupkan kawasan tersebut (Zaki &

Ngesan, 2012). Wisata malam dan siang memberikan gambaran kawasan yang

(27)

berbeda bagi wisatawan yang berkunjung. Susana malam hari yang ditawarkan menghasilkan kesan yang lembut dan mempesona (Huang, & Wang, 2018).

Manfaat ekonomi yang didapatkan dari wisata malam menyebabkan aktifitas ini menjadi kunci elemen pengembangan pariwisata oleh pemerintah.

Untuk mendapatkan keuntungan maksimal bagi masyarakat lokal dan juga wisatawan maka perlu adanya suatu perencanaan dalam mengembangkan wisata malam (Wolifson, 2017). Aktifitas pariwisata pada malam hari yang mampu menarik minat wisatawan akan meningkatkan nilai ekonomi wilayah tersebut.

Wisatawan yang membelanjakan uang pada saat menikmati wisata malam akan memberikan keuntungan ekonomi yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota (Zaki & Ngesan, 2012).

Kekhasan suau kawasan wisata juga merupakan alasan utama wisatawan dalam melakukan wisata malam. Pengalaman baru dari budaya lokal yang berbeda dari kegiatan sehari-hari para wisatawan merupakan hal yang mereka cari saat mengunjungi suatu kawasan. Tujuan wisata yang memiliki wisata malam yang khas akan menarik minat wisatawa, meningkatkan keinginannya untuk kembali lagi, dan menstimulasi keinginan mereka untuk membelanjakan uangnya (Chang et al., 2007). Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait wisata malam maka dapat disimpulkan beberapa aspek dalam mengukur pengembangan wisata malam (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Aspek yang Mempengaruhi Pengembangan Wisata Malam

Referensi Aspek

(Zaki & Ngesan, 2012) Ekonomi

Sosial Lingkungan

(28)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Referensi Aspek

(Lee et al, 2008) Kebiasaan Wisatawan Lingkungan

(Amir et al, 2015) Ekonomi

Sosial Lingkungan

(Wolifson, 2017) Ekonomi

Keterlibatan Masyarakat (Chang et al., 2007). Suasana Malam

Ekonomi (Huang, & Wang, 2018) Lingkungan

Suasana Malam (Aytuğ & Mikaeili, 2017) Suasana Malam

Lingkungan Sosial-budaya

(Evans, 2012) Suasana Malam

Berdasarkan rangkuman dari aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan wisata malam, peneliti menyimpulkan beberapa aspek yang dominan. Aspek-aspek wisata malam tersebut adalah 1) Aspek Ekonomi, 2) Aspek Sosial, 3) Aspek Lingkungan, dan 4) Aspek Suasana Malam.

a. Aspek Ekonomi

Atraksi wisata malam pada wilayah pedesaan akan membuka peluang pekerjaan baru bagi masyarakat lokal. Kunjungan para wisatawan mampu menghidupkan ekonomi kawasan yang mendorong pertumbuhan (Olivieri, 2014). Manfaat ekonomi wisata malam merupakan elemen penting dalam pengembangan pariwisata kota. Dalam upaya menghidupkan wisata malam dapat dilibatkan komunitas-komunitas lokal yang mendukung serta

(29)

dengan diadakannya event-event pada malam hari yang dapat menarik minat wisatawan (Wolifson, 2017).

Aktifitas pariwisata pada malam hari yang mampu menarik minat wisatawan akan meningkatkan nilai ekonomi wilayah tersebut. Wisatawan yang membelanjakan uang pada saat menikmati wisata malam akan memberikan keuntungan ekonomi yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota (Zaki & Ngesan, 2012). Tujuan wisata yang memiliki wisata malam yang khas akan menarik minat wisatawa, meningkatkan keinginannya untuk kembali lagi, dan menstimulasi keinginan mereka untuk membelanjakan uangnya (Chang et al., 2007).

Berdasarkan kajian, maka sub-aspek dalam aspek ekonomi dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Sub-Aspek pada Aspek Ekonomi

Aspek Sub-Aspek

Ekonomi Peluang Usaha

Keterlibatan masyarakat Pertumbuhan Ekonomi Event-event

Kekhasan

b. Aspek Sosial

Sosial budaya memiliki peran penting dalam regenerasi dan revitalisasi kota-kota dieropah. Pemanfaatan kota sebagai tujuan wisata terutama pada wisata malam tidak terlepas dari perannya sebagai pembangun spasial, sosial, dan kultural kota (nofre et al. 2018). Proteksi sosial budaya memiliki kaitan yang sangat erat dalam pengembangan wisata malam pada wilayah pedesaan. Kehidupan wilayah pedesaan pada umumnya memiliki

(30)

budaya yang berbeda dengan wisatawan yang berasal dari berbagai wilayah (Aytuğ & Mikaeili 2017).

Pengalaman baru dari budaya lokal yang berbeda dari kegiatan sehari-hari merupakan hal yang dicari oleh saat mengunjungi suatu kawasan (Chang et al., 2007). Wisata malam merupakan wujud dari kebiasaan unik wisatawan yang baru dengan melakukan aktivitas wisata pada malam hari.

Kegiatan-kegiatan ringan seperti berbelanja, mencari makanan, atau hanya seekedar berjalan-jalan menjadi pilihan wisatawan pada malam hari.

Waktu malam menjadi saat yang paling tepat untuk beristirahat dan menikmati hiburan (Lee, 2008; Ngesan & Karim, 2012). Berdasarkan kajian, maka Sub-Aspek yang terdapat pada askpek sosial dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Sub-Aspek pada Aspek Sosial

Aspek Sub-Aspek

Sosial Proteksi sosial

Budaya Lokal Aktivitas Wisatawan Pengalaman Baru

c. Aspek Lingkungan

Peruntukan wilayah pusat kota yang difungsikan sebagai wisata pada malam hari juga dapat menjadi upaya dalam meningkatkan fungsi lahan.

Mempertimbangkan potensi pariwisata malam dalam perencanaan kota akan menambah fungsi lahan suatu kawasan. Dimana pemanfaatan lahan tidak hanya berfokus pada aktifitas-aktifitas siang hari, namun masih berlanjut hingga malam hari. Secara tidak langsung hal tersebut juga dapat

(31)

meningkatkan keamanan kota yang disebabkan masih tingginya aktifitas hingga malam hari dengan didukung pencahayaan (Zaki & Ngesan, 2012).

Lahan kosong seperti tempat parkir yang terpusat, lapangan terbuka hijau, dan ruangan terbuka merupakan kawasan strategis yang dapat diolah menjadi wisata malam kota. Keberlangsungan kawasan wisata malam yang membentuk suatu jaringan akan mampu terwujud sebagai gambaran wujud kota yang berkelanjutan. Keterkaitan antara kenampakan ciri khas wilayah, kegiatan belanja wisatawan dan ruang yang terbentuk diantara bangunan yang ada akan menghasilkan aktifitas yang mampu menghidupkan kawasan tersebut (Zaki & Ngesan, 2012). Kondisi fisik dan sosial wisata malam mempengaruhi pandangan wisatawan terhadap citra kawasan tersebut (Lee, Chang, Hou, & Lin, 2008; Huang, & Wang, 2018).

Dalam pengembangan wisata malam perlu adanya suatu perencanaan yang mendasar. Karena aktivitas pariwisata pada suatu kawasan dapat menjadi faktor yang membentuk citra kawasannya. Perencanaan pariwisata yang tepat akan menghasilkan citra kawasan yang baik terhadap kotanya (Wolifson, 2017; Nofre et al. 2018). Berdasarkan kajian, maka Sub-Aspek yang terdapat pada askpek lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Sub-Aspek pada Aspek Lingkungan

Aspek Sub-Aspek

Lingkungan Fungsi Lahan

Pencahayaan Keamanan Citra kawasan Perencanaan

(32)

d. Aspek Suasana Malam

Menghidupkan suasana malam juga merupakan salah satu inovasi dalam memanfaatkan wilayah yang menjadi solusi dalam perencanaan kembali suatu kota (Zaki & Ngesan, 2012). Pada malam hari merupakan waktu yang tepat untuk dioptimalkan sebagai hiburan dan wisata. Suasana malam memberikan gambaran yang berbeda dari suasana siang hari. Hal yang menjadi sangat penting dalam pengembangan wisata malam adalah pencahayaan dan keamanan yang ditawarkan (Evans, 2012).

Wisatawan yang berasal dari tempat yang berbeda akan menikmati keseharian pedesaan dan suasana malamnya. Salah satu atraksi wisata yang diminati wisatawan adalah wisata malamnya. Nlai lingkungan yang dimilki kawasan pedesaan juga merupakan atraksi yang memberikan pengalaman baru bagi wisatawan (Aytuğ & Mikaeili 2017). Susana malam hari yang ditawarkan pada wisata malam menghasilkan kesan yang lembut dan mempesona. Hal tersebut menjadikan wisata malam memiliki brand tersendiri (Huang, & Wang, 2018). Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka Sub-Aspek yang terdapat pada askpek suasana malam dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Sub-Aspek pada Aspek Suasana Malam

Aspek Sub-Aspek

Suasana Malam Inovasi

Gambaran khas Atraksi

Brand

(33)

2.2 Kearifan Lokal dalam Pariwisata

Kearifan lokal merupakan merupakan kebiasaan positif yang muncul saat terjadinya interaksi antara manusia dengan alamnya. Pola interaksi tersebut terwujud dalam bentuk nilai-nilai kepercayaan yang diyakini, petuah-petuah leluhur, ataupun budaya lokal yang secara alamiah tumbuh dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. Kearifan lokal dapat berupa budaya ataupun pola perilaku masyarakat terhadap kondisi tertentu. Nilai-nilai dalam kearifan lokal dapat membentuk karakteristik pariwisata pada wilayah pedesaan yang menjadi cirikhas kawasan tersebut. Selain itu, kearifan lokal yang ramah terhadap alam juga dapat menjadi tameng pelindung dalam menjaga kelestarian wilayah yang menjadi tujuan wisata (Vitasurya, 2016).

Hubungan antara alam dan manusia yang menjadi awal terbentuknya kearifan lokal sering dianggap sebagai budaya primitif oleh masyarakat luas.

Namun kearifa lokal merupakan kekuatan kuat yang mampu menjaga keseimbangan alam. Dengan menerapkan cara-cara berbasis kearifan lokal, maka manusia dapat mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan lebih bijak.

Merupakan suatu kewajaran jika setiap pengembangan dalam suatu wilayah harus mempertimbangkan kearifan lokal yang ada (Farhan & Anwar, 2016).

Atraksi wisata alam bukan satu-satunya asset pariwisata yang ada pada suatu wilayah. Kearifan lokal masyarakat setempat merupakan aset lain dari suatu tempat yang sangat potensial dalam pariwisata. Budaya yang merupakan bagian dari kearifan lokal menjadi manifestasi dalam beragam bentuk antara lain adalah pengetahuan setempat, sistem kepercayaan, ritual budaya dan kesenian. Budaya

(34)

menjadi bagian yang melekat dalam pariwisata, aktivitas pariwisata yang berbasis pada kearifan lokal akan memberikan buansa khas yang melekat pada komunitas tertentu. Warisab budaya tersebut dapat menjadi alat dalam upaya pelestaran dan pemanfaatan yang positif. Kearifan lokal dapat menjadi dasar yang dapat di promosikan sebagai daya Tarik pada destinasi tersebut (Jupir, 2013).

Kearifan lokal merupakan pengetahuan tentang lingkungan manusia yang tumbuh melalui pengalaman yang membentuk perilaku yang diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Kearifan lokal dalam pembentukannya mengalami fase penyesuaian, diterima, diubah, dan dikembangkan oleh masyarakat lokal. Terkadang kearifan lokal mengalami bagian yang hilang, atau mengalami penambahan akan pemahaman yang baru dalam suatu masa. Kearifan lokal juga dapat disimpulkan sebagai cara bijak dalam menerapkan pemahaman dalam mengelola dan mengembangkan suatu komunitas yang menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang baru. Kearifan lokal dapat digolongkan dalam empat tipe yaitu, 1) kearifan lokal sebagai bentuk abstrak dari keyakinan; 2) kearifan lokal sebagaipotensi dalam melindungi komunitas; 3) kearifan lokal sebagai wujud dari pengetahuan; dan 4) kearifan lokal sebagai modal intelektual (Singsomboon, 2014).

Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan keragaman budayanya yang menggambarkan keragaman kearifan lokal yang dimilikinya. Kearifan lokal tersebut berbentuk kepercayaan, system pemerintahan, kesehatan, subsistensi, dan system garis keturunan yang berakar pada berbagai budaya etnik individu.

Keragaman kearifan lokal muncul sebagai jawaban atas permasalahan komunitas

(35)

terhadap perbedaan persepsi dalam melihat fenomena atau realitas sosio-politik, perilaku sosio-budaya, nilai-nilai tertentu yang datang dari latar belakang budaya yang berbeda, dan hal-hal lain. Permasalahan yang beragam tersebut membentuk suatu pola pemikiran dan perilaku yang menjadi satu kesatuan dalam kehidupan masyarakat yang rukun (Meliono, 2016).

Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti mengenai kearifan lokal dalam pariwisata maka dapat disimpulkan elemen-elemen yang menjadi pembentuk dari kearifan lokal (Tabel 2.6).

Tabel 2.6 Elemen-Elemen Pembentuk Kearifan Lokal

Referensi Aspek

(Vitasurya, 2016)

Kebiasaan positif dari interaksi manusia dan alamnya

Nilai-nilai kepercayaan Petuah-petuah leluhur Budaya lokal

(Jupir, 2013) Pengetahuan lingkungan setempat System kepercayaan

Ritual budaya dan kesenian (Singsomboon,

2014)

Perilaku turun-temurun

Bentuk abstrak dari keyakinan Pengetahuan lingkungan sekitar Mengalami penyesuaian yang diterima (Meliono,

2016)

Wujud dari kepercayaan System pemerintahan lokal Terbentuk menjadi budaya

Bentuk dari pola pemikiran dan perilaku

Kearifan lokal merupakan wujud dari jawaban komunitas dalam menghadapi permasalahan yang mereka alami. Kearifan lokal juga merupakan hasil yang terbentuk dari hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

(36)

Bagian-bagian dari kearifan lokal adalah nilai-nilai kepercayaan dan budaya kehidupan masyarakat lokal yang terbentuk dalam suatu komunitas.

2.3 Wisata Malam Berdasarkan Kearifan Lokal

Pada sub-bab ini peneliti akan melakukan kajian literature yang mengaitkan antara landasan teori wisata malam dan kearifan lokal. Melalui kajian literature sebelumnya telah didapatkan aspek-aspek wisata malam dan elemen- elemen yang membentuk kearifan lokal. Dalam pembahasan sub-bab ini akan dibagi menjadi empat bagian yaitu, 1) ekonomi wisata malam berbasis kearifan lokal, 2) sosial wisata malam berbasis kearifan lokal, 3) lingkungan wisata malam berbasis kearifan lokal, dan 4) suasana wisata malam berbasis kearifan lokal.

2.3.1 Ekonomi Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal

Kegiatan ekonomi pada wisata malam merupakan hal yang sangat vital dalam bagian kreativitas kota. Perubahan budaya konsumsi masyarakat yang menyukai aktivitas hiburan pada malam hari menjadi awal dari wisata malam (Wolifson & Drozdzewski, 2017). Kegiatan ekonomi dari pariwisata mampu memberikan peningkatan pemasukan masyarakat lokal, keragaman aktivitas ekonomi, terbukanya peluang pekerjaan, dan menjadi sarana pengentas kemiskinan. Tujuan wisata yang terdapat diwilayah pedesaan menjadi peluang untuk menghadirkan berbagai kegiatan wisatawan. Kunjungan para wisatawan akan menghidupkan ekonomi yang mendorong pertumbuhan kawasan (Olivieri, 2014; Shaffril et all. 2015; Matei, 2015).

(37)

Aktifitas wisata pada suatu wilayah memiliki kontribusi dalam mempengaruhi jumlah pendapatan perkapita, khususnya bagi mereka yang terlibat. Hal tersebut mempengaruhi dalam jangka panjang terhadap pemasukan dan peningkatan standar hidup suatu negara. Dampak ekonomi tersebut menyebabkan suatu tujuan wisata harus memiliki daya saing yang dapat menarik minat wisatawannya. Dalam mendapatkan keuntungan ekonomi wisata yang maksimal perlu disertai dengan sumber daya yang handal, pengelolaan tujuan, serta peningkatan infrastruktur wisata (Knežević Cvelbar et al, 2016).

Industri kerajinan tangan, industri kuliner, dan penampilan budaya tradisional merupakan industri lokal yang dapat menjadi atraksi wisata. Industri lokal akan memberikan ke khasan pada produk yang ditawarkan pada wisatawan (Vitasurya, 2016). Memasukan budaya lokal dalam produk yang ditawarkan kepada wisatawan akan menambah nilai jual produk tersebut. Pada pariwisata segala hal yang berkaitan dengan budaya lokal akan menarik bagi wisatawan.

Produk yang berkarakter budaya lokal juga akan menjadi barang yang spesial yang di dapatkan wisatawan dari suatu tempat (Markwick, 2018)

Wisatawan yang membelanjakan uang pada saat menikmati wisata di wilayah pedesaan akan memberikan keuntungan ekonomi yang mampu meningkatkan pemasukan dan kualitas hidup masyarakatnya (Park, & Yoon, 2009; Zaki & Ngesan, 2012). Namun, aktivitas ekonomi malam seringkali memiliki gambaran yang negatif. Hal ini dikarenakan aktivitas wisata malam identik dengan kehadiran hiburan malam berupa pub, diskotik, dan tempat penjualan minuman keras. Hiburan malam tersebut umumnya disediakan hanya

(38)

untuk memenuhi kebutuhan para profesional muda, pendatang, dan wisatawan.

Sedangkan aktivitas malam tersebut seringkali tidak sesuai dengan masyarakat lokal (Ngesan & Karim, 2012). Kebiasaan tersebut harus disesuaikan dengan nilai-nilai kebudayaan lokal yang ada. Untuk mengatasi kegiatan ekonomi malam tersebut dapat dilakukan dengan pembetasan-pembatasan yang sesuai dengan budaya lokal (Roberts & Eldridge, 2007).

Dalam pengelolaan potensi ekonomi wisata malam berbasis kearifan lokal, maka kearifan lokal akan menjadi pelindung bagi kawasan. Kearifan lokal merupakan kekuatan kuat yang mampu menjaga keseimbangan alam. Dengan menerapkan cara-cara berbasis kearifan lokal, maka manusia dapat mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan lebih bijak (Farhan & Anwar, 2016).

Dalam mengelola potensi ekonomi malam yang dimiliki suatu wilayah sangat dibutuhkan keterlibatan masyarakat lokal. Pengelolaan ekonomi wisata yang dilakukan langsung oleh masyarakat akan lebih sesuai dengan lingkungannya.

Tidak hanya dalam upaya melindungi lingkungannya, keterlibatan masyarakat akan menciptakan pertumbuhan sosial ekonomi mereka (Ezeuduji, 2015;

Vitasurya, 2016).

Keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pariwisata akan memberi dampak positif dalam peningkatan nilai ekonomi mereka (Amir et al, 2015). Dalam upaya menghidupkan wisata malam dapat dilibatkan komunitas lokal yang mendukung serta dengan diadakannya event- event pada malam hari yang dapat menarik minat wisatawan (Wolifson, 2017).

(39)

Kesenian lokal merupakan bagian autentik yang dimiliki komunitas yang potensial dikembangkan sebagai atraksi wisata. Perayaan-perayaan lokal, kesenian tarian, musik, dan kerajinan tangan dan makanan lokal merupakan bagian dari kearifan lokal yang dapat disajikan dalam pengembangan pariwisata. Festival dan event yang diselenggarakan juga dapat menjadi branding bagi kawasan (Mercer &

Mayfield, 2015; Farhan & Anwar, 2016). Penampilan kesenian budaya lokal tidak hanya berupa ritual masyarakat saja, namun hal ini dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata yang mampu menarim perhatian wisatawan.

Event-event pada wisata malam yang dapat menarik perhatian dunia tidak hanya bermanfaat pada peningkatan ekonomi malamnya. Namun event-event tersebut juga dapat digunakan sebagai ajang promosi pariwisata daerah tersebut kepada dunia. Menghidupkan ekonomi dalam wisata malam bukan hanya dibangun pada saat ada agenda penting saja namun harus memiliki keberlangsungan yang rutin (Yeo & Heng, 2014). Keterkaitan antara kearifan lokal dan aspek ekonomi dalam pengembangan wisata malam dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Ekonomi wisata malam berbasis kearifan lokal

ASPEK SUB-ASPEK KETERANGAN

Ekonomi

Peluang Usaha Ketersediaan peluang kerja baru bagi masyarakat

Pengembangan budaya lokal sebagai peluang usaha wisata malam

Keterlibatan masyarakat

Masyarakat terlibat dalam ekonomi wisata malam melalui industri lokal

Pembatasan aktivitas ekonomi berdasarkan nilai kehidupan lokal

(40)

Tabel 2.7 (Lanjutan)

ASPEK SUB-ASPEK KETERANGAN

Ekonomi

Kekhasan Produk lokal yang ditawarkan pada wisata malam

Event-event Event-event budaya lokal yang dijadikan atraksi dalam wisata malam

Event-event wisata malam sebagai ajang promosi daerah

Keterlibatan komunitas lokal dalam event yang diadakan

Pertumbuhan Ekonomi

Manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat

keuntungan ekonomi yang di dapatkan pemerinah melalui pengembangan wisata malam

2.3.2 Sosial Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal

Pariwisata merupakan salah satu industri dunia terbesar selain minyak yang memiliki skala yang besar dalam finansial dan ketenaga kerjaan. Setelah perang dunia ke-2 pariwisata menjadi wadah dunia dalam mempromosikan kedamaian dunia (Bishop & Robinson, 1999). Sosial masyarakat seperti budaya lokal, keramahan penduduk, dan suasana yang diciptakan menjadi kekuatan dalam pengembangan wisata di pedesaan. Keunikan budaya dan sosial masyarakat lokal tersebut menjadi unik karena akan sulit untuk ditemukan hal yang sama ditempat yang lain (Ezeuduji, 2015).

Kehadiran aktivitas pariwisata pada wilayah pedesaan juga dapat membentuk pola sosial baru bagi masyarakat lokal. Pariwisata akan membentuk persepsi masyarakat lokal untuk terbuka dan lebih menerima hal-hal baru. Dengan adanya pariwisata, masyarakat lokal juga dapat berbagi dengan wisatawan terkait

(41)

budaya yang mereka miliki dan menerima budaya baru yang dimiliki oleh wisatawan (Lane & Kastenholz, 2015; Xue, Kerstetter, & Hunt, 2017).

Pengalaman baru dari budaya lokal yang dimiliki suatu komunitas merupakan hal spesial yang dicari wisatawan saat mengunjungi suatu kawasan.

Tujuan wisata yang memiliki wisata malam yang khas akan menarik minat wisatawan dan meningkatkan keinginannya untuk kembali lagi (Chang et al., 2007; Markwick, 2018). Nuansa budaya merupakan identitas yang melekat pada suatu komunitas dalam mengembangkan pariwisata berbasis kearifan lokal.

Budaya merupakan modal dalam mempromosikan pariwisata pada sebuah daerah.

Budaya menjadi daya tarik yang mampu mendorong minat wisatawan untuk berkunjung, karena budaya memiliki nilai pengalaman di dalamnya (Jupir, 2013).

Kebiasaan unik wisatawan yang baru adalah melakukan perjalanan malam ditempat wisata yang dikunjungi. Aktivitas malam ini pada umumnya dilakukan dengan tujuan berbelanja, mencari makanan, atau hanya seekedar berjalan-jalan (Lee, Chang, Hou, & Lin, 2008). Eksistensi wisata malam dapat menjadi sarana menumbuhkan keberlanjutan sosial masyarakat lokal. Aksesibilitas yang memungkinkan menampung populasi yang lebih luas, adanya toleransi pada norma-norma kehidupan, keragaman orang yang datang, bisnis, dan desain estetika serta partisipasi masyarakat memiliki dampak positif bagi sosial masyarakat (Yeo & Heng, 2014).

Faktor sosial merupakan aspek yang mendukung perkembangan pariwisata berbasis kearifan lokal pada wilayah pedesaan. Keterlibatan masyarakat lokal yang menarik bagi wisatawan, pengetahuan masyarakat tentang pengembangan

(42)

pariwisata, dan menerapkan nilai-nilai kehidupan lokal dalam pengembangannya adalah bagian dari aspek sosial. Penerapan kearifan lokal akan menjadi proteksi sosial masyarakat dalam melindungi kawasan dari dampak negatif wisata (Vitasurya, 2016). Budaya lokal terkadang memiliki budaya yang berbeda denga wisatawan yang datang. Tidak seluruhnya budaya yang dimiliki wisatawan memiliki dampak positif bagi lingkungan wisata. Kehidupan malam wisatawan terkadang tidak sejalan dengan budaya dan kehidupan masyarakat lokalnya.

(Nofre, 2018).

Salah satunya adalah alkohol yang tidak jarang menjadi kebiasaan wisatawan. Wisatawan yang berasal dari Eropah umunya memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada malam hari. Minuman beralkohol menjadi sesuatu yang wajar bagi mereka, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan (Eldridge & Roberts, 2008; Yeo & Heng, 2014). Selain alkohol, wisata malam juga sering dikaitkan dengan wisata, perdagangan, dan prostitusi. Seperti di Thailand, ketiga aktivitas tersebut dianggap sebagai sesuatu yang lumrah (Bishop

& Robinson, 1999). Sosial dan budaya lokal akan menjadi identitas dan proteksi kawasan dalam pengembangannya sebagai wisata malam (Tabel 2.8).

Tabel 2.8 Sosial wisata malam berbasis kearifan lokal

ASPEK SUB-ASPEK KETERANGAN

Sosial

Proteksi sosial Masyarakat memproteksi sosial wisata malam dengan nilai kehidupan lokal

Budaya Lokal Pengaruh dari aktivitas ataupun kebiasaan wisata malam pengunjung terhadap budaya lokal

Keterlibatan budaya lokal dalam pengembangan wisata malam

(43)

Tabel 2.8 (Lanjutan)

ASPEK SUB-ASPEK KETERANGAN

Sosial

Pengalaman Baru Pengalaman baru yang dapat dirasakan wisatawan

Kegiatan yang unik yang ditawarkan wisata malam pada pengunjung

Aktivitas Wisatawan

Jenis-jenis kegiatan pengunjung pada wisata malam

waktu wisatawan memulai perjalanan wisata malamnya

2.3.3 Lingkungan Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal

Wisata malam merupakan bagian dari upaya peningkatan peruntukan lahan suatu kawasan. Potensi pariwisata malam dalam perencanaan kota akan mengoptimalkan fungsi lahan yang tidak hanya terbatas pada siang hari saja, namun masih berlanjut hingga malam hari. (Zaki & Ngesan, 2012). Aktivitas wisata pada malam hari yang didukung dengan pencahayaan yang baik juga akan bermanfaat pada peningkatan keamanan kota. Hal ini dikarenakan wisata malam akan menimbulkan aktivitas kota yang masih tinggi hingga malam hari (Evans, 2012). Waktu malam yang gelap sangat rawan dengan tindakan kriminal, hal ini mengapa keamanan menjadi perhatian yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi malam (Bromley, Thomas, & Millie, 2000; Mercer & Mayfield, 2015).

Pencahayaan pada malam hari bukan hanya berfungsi sebagai pemberi rasa aman, namun pencahayaan dapat menjadi bagian dari estetika. Kegelapan malam yang disajikan dengan pencahayaan yang dirancang dapat merubah gambaran malam tersebut dan memberikan nilai estetika terhadap lingkungan kota. Pengolahan budaya lokal dalam perencanaan pencahayaan wisata malam

(44)

yang diolah sebagai elemen pembentuk rancangan pencahayaan wisata malam akan memberikan keindahan pada kawasan tersebut. Terdapat empat faktor dalam perencanaan pencahayaan malam dengan melibatkan estetika budaya yaitu, (1) meningkatkan perhatian, (2) kolektivitas, (3) ilusi optik dan (4) kelonggaran imajinatif. Sebagai contoh, pariwisata di India menggunakan pencahayaan api yang disandingkan dengan cahaya bintang. Dimana hal ini merupakan bagian dari budaya lokal yang digunakan sebagai pencahayaan wisata malamnya yang dapat memberikan pengalaman dan interpretasi bagi wisatawan (Baker, 2015).

Penerapan kearifan lokal pada pengembangan lingkungan wisata berarti melakukan pengembangan yang tidak merusak alam. Kearifan lokal adalah memanfaatkan alam tanpa merusaknya. Dalam kata lain kearifan lokal merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sebagai upaya perlindungan keseimbangan kebutuhan manusia dan alam (Vitasurya, 2016). Kebijakan pengembangan lingkungan dengan penerapan pariwisata berbasis kearifan lokal adalah upaya pengembangan dengan menonjolkan budaya dan nilai-nilai kehidupan yang terdapat pada suatu komunitas (Jupir, 2013).

Lahan kosong seperti tempat parkir yang terpusat, lapangan terbuka hijau, dan ruangan terbuka merupakan kawasan strategis yang dapat diolah menjadi tujuan wisata malam. Keterkaitan antara kenampakan ciri khas wilayah, kegiatan belanja wisatawan dan ruang yang terbentuk diantara bangunan akan menghasilkan aktifitas yang mampu menghidupkan kawasan tersebut (Zaki &

Ngesan, 2012). Dimana kondisi fisik dan sosial wisata malam akan

(45)

mempengaruhi pandangan wisatawan terhadap citra kawasan (Lee, Chang, Hou,

& Lin, 2008; Huang, & Wang, 2018).

Untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari wisata malam maka perlu adanya suatu perencanaan dalam mengembangkannya (Wolifson, 2017).

Pengembangan pariwisata dengan disertai perencanaan akan mampu mengatasi dampak buruk pariwisata terhadap lingkungan. Pada La Barceloneta, Barcelona pariwisata menjadi momok bagi kehidupan masyarakat lokal. Kawasan wisata malam yang tidak terencana dapat menyebabkan aktivitas para wisatawan yang mengganggu masyarakat lokal. Untuk mengatasi dampak negatif ini maka dalam pengembangan pariwisata malam sudah seharusnya didasari dengan perencanaan yang mempertimbangkan nilai-nilai kehidupan masyarakat lokal (Nofre et al, 2018). Dengan menerapkan budaya lokal dalam perencanaannya maka aktivitas wisata akan menyatu dengan keindahan yang terdapat di lingkungan sekitarnya (Bălan & Burghelea, 2015). Implementasi budaya lokal dapat memberikan cirikhas lingkungan pada kawasan wisata malam (Tabel 2.9).

Tabel 2.9 Lingkungan wisata malam berbasis kearifan lokal

ASPEK SUB-ASPEK KETERANGAN

Lingkungan

Fungsi Lahan perubahan peruntukan lahan pada kawasan wisata malam

nilai lahan yang semakin meningkat sebagai dampak dari wisata malam

pemanfaatan waktu operasional kawasan Pencahayaan Kondisi pencahayaan yang terdapat di wisata

malam

Suasana yang ditawarkan melalui pencahayaan buatan pada wisata malam Penerapan estetika budaya lokal dalam perencanaan pencahayaan wisata malam

(46)

Tabel 2.7 (Lanjutan)

ASPEK SUB-ASPEK KETERANGAN

Lingkungan

Keamanan keamanan yang ditawarkan dengan cukupnya pencahayaan pada malam hari

Perlindungan keamanan wisata malam yang dilakukan dengan nilai kehidupan lokal Citra kawasan Citra kawasan yang terdapat pada lingkungan

wisata malam

Implementasi budaya yang menonjol dalam membentuk citra kawasan wisata malam Perencanaan Perencanaan lokasi wisata malam

Penerapan nilai kehidupan lokal dalam perencanaan wisata malam

2.3.4 Suasana Wisata Malam Berbasis Kearifan Lokal

Suasana malam suatu kota dibentuk oleh pengalaman ruang kota, festival, regenerasi skema, wisata malam, dan gagasan teoritis yang diwujudkan dalam suatu bentukan nyata. Menghidupkan suasana malam juga merupakan salah satu inovasi dalam memanfaatkan wilayah yang menjadi solusi dalam perencanaan kembali suatu kota (Zaki & Ngesan, 2012; Baker, 2015). Wisatawan yang berasal dari tempat yang berbeda akan menikmati keseharian pedesaan dan suasana malamnya. Salah satu atraksi wisata yang diminati wisatawan adalah wisata malamnya. Bangunan vernakular dan nilai lingkungan yang dimilki kawasan pedesaan juga merupakan atraksi yang memberikan pengalaman baru bagi wisatawan (Aytuğ & Mikaeili 2017).

Berbelanja, mencari makanan, dan berjalan-jalan pada malam hari menjadi atraksi dalam wisata malam. Kegiatan wisata malam yang disertai dengan budaya kehidupan masyarakat lokal menjadi atraksi wisata yang menarik. Kegiatan bisnis yang beragam dan suasana yang bersahabat menjadi faktor utama wisatawan

(47)

untuk memilih tempat memanjakan dirinya. Berbelanja, makan, bermain game, dan merasakan adat istiadat dan budaya asli memberikan pengalaman baru bagi wisatawan dengan menjadi bagian dari masyarakat lokal (Hsieh & Chang 2006).

Wisata malam menjadi produk baru yang terbentuk dari pengolahan cakrawala dan fenomena malam. Suasana yang tercipta pada malam hari memberikan nilai tambah bagi destinasi wisata. Penerapan pariwisata malam yang bertanggung jawab akan menjadi perlindungan bagi kelestarian suasana malamnya. Pemangku kepentingan pariwisata, masyarakat lokal, dan para akademisi menjadi pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangannya (Rodrigues, Rodrigues, & Peroff, 2015).

Pencahayaan yang terang, bayangan deretan bangunan, serta pemandanga malam kota menjadi daya tarik banyak wisatawan sehingga wisata malam menjadi topik yang hangat dalam pariwisata. Pengembangan yang tepat akan meningkatkan aktifitas wisata malam seperti, melihat suasana malam dan keindahan alam, menikmati cerita rakyat, wisata kuliner, menikmati hiburan, dan berbelanja. Aktivitas wisata malam yang beragam akan memberikan berbagai pilihan bagi wisatawan. Penampilan budaya pada wisata malam juga dapat menjadi atraksi yang menarik (Guo et al. 2011; Farhan & Anwar, 2016;

Markwick, 2018).

Pada malam hari merupakan waktu yang tepat untuk dioptimalkan sebagai hiburan dan wisata. Pada saat siang hari suatu kota akan disibukan dengan aktivitas perdagangan dan perkantoran sedangkan malam hari menjadi waktu yang tepat untuk hiburan dan bersenang-senang. Terpisah dari aktivitas harian

(48)

menyebabkan wisata malam dapat dilakukan dengan lebih optimal dalam menikmati suasana berbeda (Bromley, Thomas, & Millie, 2000; Evans, 2012).

Budaya kehidupan masyarakat yang sudah melekat menjadi identitas dalam bentukan ruang sekitarnya (Vitasurya, 2016). Hal ini menjadi keistimewaan dalam mengembangkan suasana pada wilayah pedesaan. Budaya yang terdapat pada tujuan wisata di pedesaan menjadi tujuan bagi mereka yang penat dengan kehidupan yang menekan di perkotaan (Matei, 2015). Susana malam hari yang ditawarkan pada wisata malam menghasilkan kesan yang lembut dan mempesona.

Hal tersebut menjadikan wisata malam memiliki brand (Huang, & Wang, 2018).

Siapa saja yang datang dan mengunjungi suasana malam kota, seberapa sering dan mengapa mereka datang merupakan bagian dari kehidupan wisata malam (Bromley, Thomas, & Millie, 2000). Rumusan keterkaitan kehidupan dan budaya lokal masyarakat dalam menciptakan suasana wisata malam yang khas dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Suasana wisata malam berbasis kearifan lokal

ASPEK SUB-ASPEK KETERANGAN

Suasana Malam

Inovasi Inovasi yang dilakukan untuk menciptakan suasana malam

Gambaran khas Suasana malam yang khas yang berbeda dengan siang hari

Budaya lokal yang terbentuk sebagai gambaran khas suasana

Atraksi Jenis-jenis atraksi wisata budaya yang ada pada wisata malam

intensitas kehadiran pengunjung pada kawasan wisata malam

Brand Branding yang melekat pada kawasan

wisata malam

(49)

2.4 Kesimpulan

Melalui kajian literatur yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan terdapat 18 sub aspek dari 4 Aspek utama wisata malam yaitu (1) Ekonomi; (2) Sosial; (3) Lingkungan; dan (4) Suasana wisata malam. Aspek wisata malam yang berdasarkan pada kearifan lokal dapat disimpulkan menjadi kerangka teori yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Teori Wisata Malam berdasarkan Kearifan Lokal

(50)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian kajian wisata malam Kota Berastagi berdasarkan Kearifan Lokal ini dilakukan untuk menemukan aktivitas wisata malam yang ditinjau berdasarkan kearifan lokal pada Kota Berastagi. Untuk mendapatkan gambaran yang tepat, Farhan & Anwar (2016) pada penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang mampu menyimpulkan gambaran hasil dari sampel yang digunakan (Newman & Benz, 1998). Langkah-langkah pada penelitian deskriptif akan menghasilkan penemuan penelitian dari data analisa yang jelas. Hal ini dikarenakan data yang digunakan dalam analisa melalui tahap pembersihan data (Creswell, 2002). Dengan menggunakan metoda deskriptif, peneliti akan dapat mendeskripsikan bagaimana aktivitas wisata malam di Kota Berastagi yang berdasarkan kearifan lokal.

3.2 Variabel dan Indikator Penelitian

Penentuan variabel penelitian ini didahului dengan melakukan kajian literatur terkait pengembangan wisata malam dan kearifan lokal. Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan terdapat empat variabel yaitu 1) Ekonomi, 2) Sosial, 3) Lingkungan, dan 4) Suasana Malam. Indikator yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan simpulan dari indikator yang didapat melalui

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Teori Wisata Malam berdasarkan Kearifan Lokal
Tabel 3.4  Data yang diperlukan dalam observasi lapangan  VARIABEL  INDIKATOR  DATA YANG DIPERLUKAN
Gambar 4.1  Kawasan Kajian
Gambar 4.3  Kafe yang terdapat di Kota Berastagi
+7

Referensi

Dokumen terkait