• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Definisi & Pengertian

Menurut Amila, (Dkk, 2013), menyatakan bahwa jumlah penderita stroke yang mengalami kerusakan komunikasi verbal tidak dapat diketahui dengan pasti melalui rekam medis, jurnal dan situs. Klien dengan Disartria berbicara lirih, kesulitan menggerakkan lidah, rahang dan mulut saat ingin berbicara. Selayaknya yang terjadi pada pasien-pasien Disartria dimana Disartria adalah Motor Speech Disorder. Otot-otot mulut, wajah dan sistem pernapasan menjadi lemah, sulit digerakkan atau dapat tidak berfungsi sama sekali (Ghina, 2014).

Seseorang dapat terganggu bicaranya saja atau juga bahasanya saja tergantung pada letak kerusakan saraf-saraf otak. Gangguan bicara biasa dikenal dengan istilah Disartria. Penderita Disartria bisa mengalami gangguan artikulasi, fonasi. Penderita Disartria mengalami kesulitan dalam menggerakkan artikulator yang berperan penting dalam penghasilan bunyi bahasa. Penghasilan bunyi bahasa secara jelas diperlukan cara dan tempat artikulasi yang tepat. Ketidaktepatan cara atau tempat mengartikulasikan suatu bunyi bahasa dapat menghasilkan bunyi yang berbeda dengan bunyi yang ingin dilafalkan. Gangguan artikulasi yang dialami penderita Disartria berpengaruh pada pelafalan bunyi bahasa. Gangguan ini akan menyebabkan pengucapan bunyi bahasa menjadi tidak jelas. Penderita Disartria pada umumnya sulit menggerakkan alat-alat bicara sehingga pembentukan konsonan menjadi tidak tepat.

Disartria adalah gangguan yang berupa lafal yang tidak jelas, tetapi ujarannya utuh. Gangguan seperti ini terjadi karena bagian yang rusak pada otak hanyalah korteks motor saja sehingga mungkin hanya lidah, bibir, atau rahangnya saja yang berubah. Disartria menurut Prins, R (2000), adalah gangguan bicara yang diakibatkan cedera neuromuskuler. Gangguan bicara ini diakibatkan luka pada sistem saraf, yang pada gilirannya mempengaruhi bekerja baiknya satu atau beberapa otot yang diperlukan untuk berbicara. Masih adanya refleks menelan dan menggigit pada penderita Disartria memperlihatkan kurangnya kemampuan dalam mengikuti gerakan mulut, bibir, dan lidah. Kelumpuhan saraf pada Disartria terjadi

(2)

pada lima saraf otak, yaitu N.5 (nervus trigeminus), N.7 (nervus fasialis), N.9 (nervus gloso-faringus), N.10 (nervus vagus), dan N.12 (nervus hipoglosus) (Dharmaperwira, 2000). Disartria adalah gangguan motorik bicara yang disebabkan karena penurunan kemampuan sistem saraf pusat atau perifer. Disartria dapat menyebabkan respirasi, resonansi, fonasi, artikulasi, prosodi terganggu serta juga dapat menyebabkan kemampuan pergerakan otomatis seperti mengunyah dan menelan, pergerakan Disartria dapat disebabkan oleh kerusakan pada otak. Hal ini dapat terjadi saat lahir, seperti pada cerebral palsy atau distrofi otot atau dapat terjadi di kemudian hari karena pukulan, kerusakan otak, tumor, dan penyakit parkinson. Tanda atau gejala Disartria apabila seseorang menunjukkan karakteristik ucapan seperti ucapan yang samar, berombak, bergumam, tingkat bicara lambat, gerakan lidah, bibir, dan rahang terbatas. Hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakjelasan dalam berkomunikasi dan keterbatasan penguasaan bunyi ujaran atau memproduksi bunyi ujaran. Penderita Disartria tidak mengalami kesulitan dalam memahami suatu ujaran, membaca, dan menulis. Mereka hanya mengalami kesulitan dalam mengujarkan suatu ujaran. Disartria adalah gangguan yang dialami oleh karena hilangnya perintah motorik untuk bertutur dengan jelas. Keadaan tersebut menyebabkan suatu pertuturan menjadi tidak fasih (Sastra, 2011:51).

Menurut Prins, R (2000), ada beberapa klasifikasi macam- macam tentang sindroma-sindroma Disartria. Yang pertama ada Disartria lemas, Disartria lemas dibagi antara Disartria Miogen dan Disartria Bulber. Disartria Spastik. Disartria Ataktis. Disartria Hipokinetis. Disartria Hiperkinetis, dan Disartria Campuran.

Disartria Ataktis adalah gangguan bicara motorik perseptual khas yang terkait dengan kerusakan pada sirkuit kontrol serebelar ini mungkin terwujud dalam salah satu atau semua tingkat pernapasan, fonasi, resonansi, dan artikulasi, tetapi karakteristiknya paling jelas dalam artikulasi dan prosodi. kelainan ini mencerminkan efek dari ketidak koordinasian dan pengurangan tonus otot, produk yang lambat dan tidak akurat dalam kekuatan, rentang, waktu, dan arah gerakan bicara.

Disartria Ataktis ditemui sebagai patologi bicara utama dalam praktik medis besar pada tingkat yang sebanding dengan yang untuk sebagian besar jenis Disartria tunggal utama lainnya. Berdasarkan data untuk diagnosis gangguan komunikasi

(3)

primer dalam praktik Patologi terdapat hasi 10,8% dari semua Disartria dan 9,9%

dari semua MSD menurut Joseph R. Duffy. Disartria Ataktis mempunyai ciri-ciri bicara yang lambat dengan tekanan yang rata dan berlebihan pada semua kata dan suku kata, perpanjangan fonem-fonem dan istirahat dengan kenaikan kekerasan suara, di samping itu pemburukan artikulasi konsonan dan vocal yang tidak menentu. Tidak terdapat nasalitas di bagian suara klien.

Terapi Wicara akan membantu pasien stroke meningkatkan kemampuan menelan, berkomunikasi, dan ekspresi verbal mereka. Pasien memiliki masalah psikologis atau emosional, psikolog klinis bisa memberikan bantuan yang diperlukan. Para pekerja sosial medis bisa membantu pasien stroke dan anggota keluarganya dengan memerhatikan kebutuhan mereka yang berkaitan dengan bantuan keuangan, perumahan, bantuan pekerjaan rumah tangga, pengaturan kerja, dan layanan perumahan di sini Terapis Wicara berperan untuk mengembalikan fungsi komunikasi pada klien yang mengalami gangguan bicara (Disartria) Prins, R (2000).

B. Etiologi

Menurut Prins, R (2000) Disartria dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) / Cerebrovascular Accident / Stroke.

Stroke dapat disebabkan karena trombosis, emboli atau pendarahan, saluran darah ke sebagian otak yang terhambat. Stroke yang diakibatkan gangguan aliran darah ke otak mengalami penyumbatan (ischemic stroke) atau pendarahan (hemoragic stroke).

2. Gangguan Biokimia

Pembuatan neurotransmitor tidak cukup atau neutransmitor terlalu cepat dihanyutkan sehingga penyampaian rangsangan terganggu. Penyakit Myasthenia gravis. Misalnya diakibatkan kurangnya asetikolin sehingga otot- otot cepat capai. Penyakit Parkinson disebabkan kekurangan produksi dopamine.

3. Trauma

(4)

Trauma kepala yang mengenai struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Menurut Sastrodiningrat, (2009) Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, Dkk, 2006).

Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per 100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1 per 100.000 populasi di Amerika Serikat. Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:

a. Kecelakaan Lalu Lintas.

b. Jatuh.

c. Kekerasan.

4. Neoplasma (Tumor)

Neoplasma (tumor) yang membuat tekanan pada sebagian sistem saraf.

5. Keracunan

Keracunan dapat disebabkan racun, alkohol atau obat.

6. Radang

Radang di otak (ensefalitis), di saraf (neuritis) atau di otot (miositis).

7. Infeksi virus atau infeksi prion

Sistem saraf diserang virus (misalnya poliomyelitis) atau prion (penyakit Creutzfeldt-Jacob)

8. Degenerasi progresif

Semakin banyak bagian sistem saraf terkena. Bisa menyebabkan keturunan, seperti misalnya “distrofia otot keturunan‟, penyakit Huntington atau penyakit

(5)

Wilson. Pada penyakit Wilson terdapat kekurangan putih telur pengikat tembaga, yang mengakibatkan tembaga terendap di striatum dan di hati. Pada penyakit Multiple Sclerose, oleh karena reaksi oto-imun, terjadi peningkatan demielinisasi (pemecahan lapis pelindung mielin akson).

9. Kelainan Kongenital

Sejak kelahiran sedah terdapat kerusakan di sistem saraf sentral, yang menyebabkan bicara tidak berkembang dengan baik

C. Prevelensi

Duffy (1995) menyebutkan bahwa Disartria sering terjadi pada kondisi gangguan neurologis. Disartria ini terjadi pada klien dengan stroke dan terjadi diantaranya karena Traumatic Brain Injury (TBI). Disartria juga terjadi pada 60% lebih orang dengan kasus Parkinson’s disease. Dalam beberapa waktu gejala tersebut terjadi pada Amyotrophic Lateral Sclerosis. Jumlah kasus Disartria pada tahun 2019 di RSUP Dr. Soeraji Tirtonegoro Klaten adalah sebanyak 15% dari semua kasus.

Kejadian dan prevalensi Motor Speech Disorders ( MSDs ) secara umum populasi tidak pasti, tapi secara umum dalam praktik neurologis dan mungkin mewakili proporsi yang signifikan dari gangguan komunikasi yang terjadi dalam praktik medis khususnya dalam patologi Bahasa Bicara. Telah diperkirakan, bahwa sekitar 60% dari orang-orang noncomatosa telah menderita stroke dari beberapa jenis gangguan bahasa atau bicara. Secara khusus Disartria sering ditemui pada penderita neurologi. Sepertiga dari 25 % klien dengan stroke ringan disebabkan akibat dari cedera otak. Dari 60 % atau lebih orang orang dengan penyakit parkinson dapat meningkatkan prevalensi sebagai masalah bahasa dan bicara.

(6)

Gambar 1.1 Distribution of acquired communication disorder

Sumber : Speech phatology, department Neurology, Mayo Clinic 1987-1990 plus 1993-2001

Representasi MSDs dengan gangguan komunikasi yang diperoleh dalam rawat inap atau rawat jalan sesuai dengan proporsional dari masalah atau penyakit bahasa bicara mereka. Pada gambar 2.1 meringkas tentang distribusi gangguan komunikasi, informasi ini diperoleh dari bagian patologi Wicara yaitu Department of Neurology di Clinic Mayo dari tahun 1987-1990 dan 1993-2001.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa MSDs mewakili sebuah proporsi substansial (41%) diperoleh dari bicara, suara, bahasa, dan gangguan kognitif-komunikasi.

Data diatas mungkin tidak mewakili distribusi gangguan, ini dilihat dalam banyaknya praktek-praktek patologi bicara. Sebagai contoh, sangat mungkin bahwa distribusi dalam gambar 2.1 mewakili jumlah yang tidak proporsional kasus-kasus patologi bahasa bicara masih diperlukan evaluasi agar lebih baik untuk

diagnosis medis atau rekomendasi klinis.

Motor Speech Disorder

41%

Other Neurologic

speech disorders

1%

Aphasia 19%

Other Cognitive -

language disorder

11%

Psycogenic 4%

Anatomic deficiency

8%

Voice ( Non Neurologic nonpsychoge

nic) 8%

Idiophatic 8%

(7)

Gambar 1.2 Distribution of acquired neurologic communication disorders Sumber: Speech phatology, departement Neurology, Mayo Clinic, 1987-1990 plus 1993-2001

Pada gambar 2.2 merupakan ringkasan dari gambar 2.1 tentang gangguan komunikasi neurologis yang diperoleh. MSDs (Dysarthria dan Apraxia) 58%

dari diagnosis utama dan jauh lebih lazim daripada kategori lainnya, termasuk afasia. Sekali lagi, distribusi ini mungkin mencerminkan relatif pentingnya nilai yang akurat tentang diagnosis MSDs dan rekomendasi untuk manajemen. Data ini menunjukkan MSDs memiliki keunggulan dalam gangguan komunikasi hal ini ditemui dalam praktek-praktek patologi bicara medis yang komprehensif.

Mereka memerlukan penelitian berkelanjutan dan keahlian klinis diagnostik dan multi-carrier di area MSDs.

D. Karakteristik

Klien memperlihatkan perbedaan-perbedaan dengan karakteristik Disartria Ataktis dengan Disartria (Disartria Lemas. Disartria Spastis. Disartria Hiperkinetik.

Disartria Hipokinetis. Pasien-pasien yang mengalami gangguan yang semacam yang berkaitan dengan lesi (cedera) tertentu di sistem saraf, memperlihatkan macam disartria yang serupa. Di samping penamaan-penamaan ini terdapat penamaan-

Dysarthria 69%

Apraxia of speech

5%

Other neurologic speech disorders

1%

Aphasia 5%

Other cognitive- laguage disorders

20%

(8)

penamaan lain. seperti Disartria Serebeler untuk Disartra Ataktis atau Disartria Pseudobulbar untuk Disartria Spastik. Penamaan-penamaan ini menunjukan pada kondisi neorologis dan bukan penamaan logopedis secara khusus.

Ada beberapa klasifikasi Disartria menurut Prins, R (2000). Dari masing-masing klasifikasi terdapat beberapa ciri-ciri yang berbeda.

1. Disartria Lemas (Flaccid Dysarthria)

Ciri-ciri gangguan umumnya adalah : kelemahan (lemas), hipotoni, atrofia, kedutan ringan. Sedangkan ciri-ciri kelainan bicaranya yaitu :

a. Hipernasalitas

b. Pembentukan konsonan tidak tepat c. Monoton

d. Peniupan-peniupan nasal e. Pengambilan napas berbunyi f. Suara serak

g. Kalimat-kalimat pendek, sedikit kata dalam satu pernapasan Disartria Spastis (Spastic Dysarthria)

Ciri-ciri gangguan umumnya adalah gerakan Spastis, gerakan terbatas, gerakan pelan. Sedangkan ciri-ciri kelainan bicaranya yaitu :

a. Konsonan tidak tepat b. Monoton

c. Kurang tekanan d. Suara serak

e. Ketinggian suara terlalu rendah f. Nada bicara terlalu pelan g. Hipernasalitas

h. Kalimat-kalimat pendek, sedikit kata dalam satu pernapasan i. Huruf hidup tidak benar

j. Patah suara

k. Tekanan yang berlebihan dan rata 2. Disartria Ataktis (Ataxic Dysarthria)

(9)

Ciri-ciri gangguan umumnya adalah gerakan tidak tepat, hipotoni, gerakan pelan, tremor-tremor karena kehilangan kontrol gerakan. Sedangkan ciri-ciri kelainan bicaranya yaitu :

a. Konsonan tidak tepat b. Monoton

c. Artikulasi yang tidak menentu memburuk d. Suara serak

e. Istirahat diperpanjang f. Nada bicara terlalu pelan g. Huruf hidup tidak benar h. Fonem diperpanjang

3. Disartria Hipokinetis (Hypokinetic Dysarthria)

Ciri-ciri gangguan umumnya adalah kekakuan otot, minimnya gerakan, ekspresi muka yang sedikit, permulaan gerakan pelan, tenaga dan pencapaian gerakan terbatas. Sedangkan ciri-ciri kelainan bicaranya yaitu :

a. Monoton

b. Tekanan yang kurang c. Huruf mati tidak tepat

d. Istirahat pada tempat yang salah

e. Bagian-bagian bicara pendek dan cepat f. Suara serak

g. Nada bicara rendah h. Kecepatan bervariasi.

4. Disartria Hiperkinetik (Hyperkinetic Dysarthria)

Ciri-ciri gangguan umumnya adalah gerakan yang tidak terkontrol misalnya meliuk-liuk, gerakan berulang, distoni. Sedangkan ciri-ciri kelainan bicaranya yaitu :

a. Huruf mati tidak tepat b. Istirahat diperpanjang c. Monoton

d. Suara serak

e. Huruf hidup tidak benar

(10)

f. Istirahat pada waktu yang salah g. Fonem-fonem diperpanjang

h. Kalimat-kalimat pendek tekanan berkurang i. Hipernasalitas

5. Disartria Campuran

Ada ciri-ciri kelainan bicara dari ketiga penyebab Disartria Campuran, yaitu:

1) Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)

Merupakan kombinasi antara disartria lemas dan Disartria Spastis. Ciri- ciri kelainan bicaranya adalah:

a) Artikulasi yang sangat terganggu b) Bicara yang sangat lambat dan sulit c) Hipernasalitas yang jelas

d) Suara yang sangat parau e) Prososdi sangat terganggu 2) Multiple Sklerose (MS)

Merupakan kombinasi antara Disartria Ataksis dan Disartria Lemas dan terkadang Disartria Ataksis-Lemas-Spastis. Ciri-ciri kelainan bicaranya adalah:

a) Pengontrolan kekerasan suara terganggu b) Suara parau

c) Artikulasi terganggu 3) Penyakit Wilson

Komponen yang terutama adalah Disartria Hipokinetis. Ciri-ciri kelainan bicaranya adalah:

a) Tekanan berkurang b) Monoton

c) Kekerasan suara yang rata

Gambar

Gambar 1.1 Distribution of acquired communication disorder
Gambar  1.2  Distribution  of  acquired  neurologic  communication  disorders  Sumber:  Speech  phatology,  departement  Neurology,  Mayo  Clinic,  1987-1990  plus 1993-2001

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian kemampuan penghambatan bakteri simbion lamun dilakukan pada isolat bakteri dan ekstrak isolat bakteri simbion epifit dan endofit terhadap bakteri biofilm dari

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan paradigma fenomenologi dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi, dan memanfaatkan berbagai

Suatu tanah lapang yang sangat luas berbentuk persegi, ditengahnya dibuat kolam berbentuk persegi dengan panjang sisi (2x + 4) dan dipagar keliling kolam tersebut, jika salah

 Dengan bekerjasama secara berkelompok siswa dibimbing dalam proses pengumpulan data tentang pecahan mata uang dalam kehidupan sehari-hari melalui pencarian datadan membaca buku

Dasar hukum yang dipakai dalam mendapatkan dukungan dan jaminan pemerintah pada proyek KPS.. Lembaga atau badan apa (BUPI) yang berkaitan dengan dukungan dan jaminan pemerintah

informasi yang menjelaskan gaya permainan dari sebuah Game, dan sampai dengan sekarang ini sudah banyak kombinasi antara genre Game itu sendiri untuk melabeli sebuah Game..

Pada siswa laki-laki SMP “X” Bandung yang melibatkan kategori mekanisme Minimizing agency dalam perilaku agresifnya akan melemparkan tanggungjawab dan menghindari

Hasil dari penelitian diperoleh bahwa pengukuran kelembaban tanah permukaan di lapangan dengan nilai spektral dari hasil transformasi memiliki hubungan yang