S K R I P S I
Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
SHERINA CAROLINE NAINGGOLAN 170200565
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 2 1
ANALISIS YURIDIS HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA DI MASA PANDEMI VIRUS CORONA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
SHERINA CAROLINE NAINGGOLAN 170200565
Disetujui Oleh
KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H NIP: 195603291986011001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn NIP: 19590511198 6011001 NIP. 19840215201 4042002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2 0 2 1
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA DI MASA PANDEMI VIRUS CORONA
Sherina Caroline Nainggolan*) Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.M.Hum**) Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn***)
Covid-19 adalah penyakit Coronavirus Disease-2019 yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019.
Covid-19 memiliki penyebaran yang lebih luas dan sangat cepat ke hampir semua Negara termasuk Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini pertama tanggung jawab negara atas warga negara. Pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara. Hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, deskriptif analitis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka.
Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif analitis kualitatif.
Tanggung jawab negara atas warga negara, terhadap pemenuhan hak atas pangan rakyat adalah tanggung jawab negara. Ketahanan pangan hanya bisa dicapai jika ada kecukupan lahan bagi produksi pangan, distribusi yang baik, produksi pangan dan ketersediaan pangan yang dikonsumsi. Sementara ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik mutu dan jumlahnya, aman, merata dan terjangkau. Pemenuhan hak atas pangan rakyat adalah tanggung jawab negara. Ketahanan pangan hanya bisa dicapai jika ada kecukupan lahan bagi produksi pangan, distribusi yang baik, produksi pangan dan ketersediaan pangan yang dikonsumsi. Sementara ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik mutu dan jumlahnya, aman, merata dan terjangkau.Pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara, Hak konstitusional adalah hak warga negara yang dijamin dalam UUD 1945. Hak warga negara timbul karena adanya jaminan UU dan peraturan dibawah UU. Dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.Hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona, di masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat dan pemerintah memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Pemerintah memiliki hak untuk membuat dan melaksanakan peraturan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Kata Kunci :Hak Pangan, Warga Negara, Masa Pandemi, Virus Corona.1
*)Farra Fathia, Mahasiswi FH USU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Hak Atas Pangan Bagi Warga Negara Di Masa Pandemi Virus Corona”
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moral maupun materil. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin SH, M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Dr. Jelly Leviza S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
***)Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn. Dosen Pembimbing II
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH.,MH selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas masukan dan arahan yang telah meluangkan waktunya.
7. Ibu Tri Murti Lubis, SH.MH, Selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Ibu Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.
9. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
10. Kedua orang tua saya, Ayahanda Henri Nainggolan dan Ibunda Ernawati Sitanggang
yang telah dengan sabar dan penuh kasih sayang memberikan yang terbaik selama masa perkuliahan dan doa-doa dan nasehatnya yang sangat berguna.
11. Keluarga Besar yang selalu memberikan perhatian dan semangat dalam mendukung
tidak hanya dalam menyelesaikan skripsi tetapi juga untuk banyak hal dalam hidup saya, terutama untuk Jhordy Moses H Nainggolan, Richard J Nainggolan dan Bebby Nasution selaku Abang dan Kakak kandung penulis.
12. Ara, Ewik, Katila, Payi, Meli, Iki, Ayuk yang selalu menemani selama masa perkuliahan dan mendukung dalam menyelesaikan penyusunan skripsi penulis.
13. Didi, Biu, Bang Bebek, dan Keluarga Besar Manusia Serigala lainnya yang selalu menemani selama masa perkuliahan dan mendukung dalam menyelesaikan penyusunan skripsi penulis.
14. Melva Nava yang sudah seperti saudara untuk penulis, yang selalu mendengar cerita
penulis semasa perkuliahan dan mendukung dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi penulis.Semua teman-teman Stambuk 2017 yang dengan caranya tersendiri telah membantu penulis dalam masa perkuliahan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuan yang diberikan, penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua, terima kasih.
Medan, Desember 2020 Penulis
Sherina Caroline Nainggolan
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR ISTILAH ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Keaslian Penelitian ... 11
E. Tinjauan Pustaka ... 13
F. Metode Penelitian ... 21
G. Sistematika Penulisan ... 34
BAB II TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS WARGA NEGARA ... 25
A. Kewajiban Negara Atas Warga Negara ... 25
B. Ruang Lingkup Tanggungjawab Negara Atas Warga Negara 35 C. Bentuk Tanggung jawab negara atas Warga Negara ... 39
BAB III PENGATURAN DAN PENJABARAN HAK ATAS PANGAN WARGA NEGARA ... 46
A. Peraturan Perundang-undangan ... 46
B. Pengaturan Kebijakan Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga Negara Indonesia ... 49 C. Pengaturan Keputusan Terhadap Pemenuhan Hak Atas
Pangan Warga Negara Indonesia ... 54
BAB IV HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA DI MASA PANDEMI VIRUS CORONA ... 61
A. Hak Atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi Virus Corona ... 61
B. Kewajiban HAM Negara Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan ... 63
C. Kewajiban Negara atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi Virus Corona ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menganut faham negara hukum.
Hukum dibuat sebagai perwujudan guna mencapai kesejahteraan, ketertiban, kedamaian dan keadilan. Dalam pembentukannya, sudah sepatutnya produk hukum dibuat berdasarkan dari kumpulan pemikiran yang rasional dan mendalam sehingga produk hukum yang dihasilkan sesuai dengan tujuan itu ditegakkan.
Hukum akan dipersepsikan dalam bentuk tertulis yaitu peraturan perundang- undangan. Positivisme hukum dikenal juga sebagai teori yang memisahkan antara hukum dan moral. Apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan merupakan peraturan yang sifatnya mengikat dan memaksa, dan sudah tentu harus ditegakkan meskipun seringkali bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Karena sifatnya itulah, produk hukum yang buruk tetaplah disebut hukum yang sah jika tidak melanggar konstitusi.2
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang melekat pada diri seorang manusia sejak ia lahir dan merupakan anugrah Tuhan yang Maha Esa.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa mengabaikan bahkan mencabut hak asasi ini, HAM ini merupakan pemberian Tuhan yang diberikan pada makhluknya sejak dalam kandungan ibu sampai dia terlahir dalam keadaan hidup. HAM bersifat universal artinya semua manusia memilikinya. Kemudian hak ini lalu
2 Sudiyana, Suswoto. Kajian Kritis Terhadap Teori Positivisme Hukum Dalam Mencapai
diturunkan ke dalam hak dasar di mana hak dasar ini dilakukan penegakan dan pemenuhan serta perlindungannya harus diserahkan pada negara. Negara yang memegang peranan dalam mengatur hak-hak dasar ini dalam kehidupan warga negaranya untuk memastikan hak-hak ini bisa terpenuhi dengan baik serta tidak ada pelanggaran di dalamnya karena itu dibuatkan dalam instrumen hukum baik instrumen hukum internasional maupun instrumen hukum nasional.3
Awal tahun 2020, semua negara di dunia mengalami hal yang sama yaitu menghadapi virus yang disebut dengan virus Corona. Virus ini mulai menyebar ke beberapa negara, dimana awalnya hanya berada di China tepatnya di kota Wuhan, yang pertama kali merasakan adanya virus ini kemudian akhirnya satu persatu negara di dunia, baik di Eropa, Amerika, Asia juga menjadi tempat penyebarannya Virus ini. Saat ini hampir bisa dikatakan tidak ada satupun negara yang tidak terkena dengan virus yang menular dan mematikan ini, di mana penyebaran virus ini sangat cepat dapat menyerang beberapa orang sekaligus bahkan seluruh penduduk atau masyarakat yang ada di dalamnya.4Krisis pangan ini diperparah dengan krisis energi yang menyebabkan sektor industri dan ekonomi menurun. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran dan kemiskinan meningkat. Hal ini merupakan fenomena sebab-akibat yang saling berhubungan satu sama lain.
Berbicara pangan tidak dapat dilihat dari sisi ketersediaan dan keterjangkauan saja, menyerahkan persoalan pangan pada mekanisme pasar secara langsung ataupun tidak menyerahkan kedaulatan ke tangan pihak lain. Pada sisi
3 Iin Karita Sakharina, Hak Atas Pangan di Masa Pandemi Coronavirus Disease Covid- 19, Jurnal Legislatif, Vol. 3 No. 2 Tahun 2020, hlm 367-368
4 Ibid, hlm 368
lain produsen seperti petani, Nelayan, masyarakat adat, serta masyarakat desa, baik laki-laki dan perempuan sering kali tidak menjadi faktor penting yang dipertimbangkan, hal tersebut bisa terlihat bagaimana kebijakan menekan harga pangan lebih mendapatkan banyak perhatian dari pada pemenuhan harga pangan yang layak untuk produsen. Memahami bagaimana kedaulatan pangan bisa dilihat dari sisi keadilan tata ruang, baik di darat dan di laut. Ancaman kedaulatan pangan terlihat dari alih fungsi lahan pertanian.
Krisis pangan berkala terjadi, karena misalnya ada bencana alam konflik sosial, fluktuasi harga dan sebagainya, adapun krisis pangan kronis adalah krisis yang terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus krisis ini ditengarai adanya akses terbatas terhadap persediaan pangan serta harga pangan yang melambung tinggi.5
Pemenuhan kebutuhan pangan ini menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara, melalui tidak tergantung pada impor pangan dari negara maju. Ketergantungan suatu negara akan impor pangan (apalagi dari negara maju), akan mengakibatkan pengambilan keputusan atas segala aspek kehidupan menjadi tidak bebas atau tidak merdeka, dan karenanya negara menjadi tidak berdaulat secara penuh.6
Tepat pada tanggal 10 April 2020 merupakan hari ke 40 setelah Presiden mengumumkan adanya pasien yang terjangkit COVID-19 untuk pertama kalinya di Indonesia. Kasus Positif COVID19 terus mengalami peningkatan seperti yang
5 Adrianus Suyadi , “Krisis Pangan dan Solidaritas”, Kompas No. 43, Th. XLIII, Sabtu, 14 Juni 2008, hlm. 8.
6 Bustanul Arifin, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. (Jakarta: Buku Kompas, 2004),
telah terkonfirmasi bahwa jumlah kasus positif mencapai 4.557 kasus. Dari jumlah tersebut menunjukkan adanya lonjakan terus menerus di setiap harinya.
Kini jumlah pasien meninggal dunia mencapai 399 orang.7
Lambannya Pemerintah dalam mengantisipasi virus menimbulkan permasalahan di setiap aspek, baik sosial, ekonomi dan politik. Pada tanggal 10 Maret 2020 Direktur Jenderal World Health Organization telah mengirim surat kepada Presiden Republik Indonesia untuk mempertanyakan tingkat kesiapan Indonesia dalam menghadapi pandemi global. Keterbukaan pemerintah dalam menangani kasus hingga menyoroti pendekatan dalam melacak dan mendeteksi kasus COVID-19. Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 diteken oleh Presiden pada 13 April 2020. Penetapan ini tentu sangat terlambat karena negara asal virus telah mengumumkan 4 bulan akan bahayanya virus ini. WHO sendiri telah memberikan peringatan keras dan jelas dengan menetapkan Corona Virus sejak 12 Maret 2020.8
Covid-19 adalah penyakit Coronavirus Disease-2019 yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019.
Covid-19 memiliki penyebaran yang lebih luas dan sangat cepat ke hampir semua Negara termasuk Indonesia. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu, sakit tenggorokan, batuk, dan demam.
Namun virus ini bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti infeksi paru-
7 Latipah Nasution, Hak Kesehatan Masyarakat dan Hak Permintaan Pertanggungjawaban Terhadap Lambannya Penanganan Pandemi Global Coranavirus Covid-19, Buletin Hukum dan Keadilan Volume 4 Nomor 1 (2020), hlm 20
8 Ibid
paru (pneumonia) dan sesak nafas. Virus ini bisa menyerang siapa saja, termasuk kelompok rentan mulai dari bayi, anak-anak, orang dewasa, ibu hamil dan menyusui, dan paling beresiko adalah lansia. Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin.9
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah Covid-19, itulah sebabnya mengapa dianjurkan melakukan pencegahan penyebaran covid-19 dengan menggunakan masker, rajin cuci tangan, tingkatkan daya tahan tubuh, bahkan kita dianjurkan untuk menerapkan social distancing dan physical distancing yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan tidak keluar rumah kecuali ada keperluan mendesak atau stay at home. Situasi terkini perkembangan Covid-19, total kasus konfirmasi secara global adalah 3.356.205 kasus dengan 238.730 kematian (CFR 7%) di 212 Negara Terjangkit. Sementara situasi di Indonesia terdapat 11.587 kasus konfirmasi positif Covid-19 di 34 Provinsi (1.954 sembuh dan 864 meninggal). Dan untuk Provinsi Gorontalo terdapat 15 jumlah kasus (2 sembuh dan 1 meninggal). (Sumber Data WHO dan PHEOC Kemenkes tanggal 5 Mei 2020).10
Dengan perkembangan cepat pandemi ini, timbul kebutuhan untuk memastikan bahwa informasi yang akurat dan kredibel dapat diakses oleh pengusaha pangan dan masyarakat luas. Otoritas yang berwenang perlu memiliki strategi komunikasi yang kuat untuk mencegah rumor dan informasi yang salah serta untuk memberikan informasi terkini yang andal kepada semua pemangku
9https://kabarpublik.id/2020/05/06/opini-ketersediaan-pangan-di-tengah-pandemi-covid- 19-refleksi-pemberlakuan-psbb-di-provinsi-gorontalo/diakses tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 21.07 Wib
10
kepentingan. Penting bagi otoritas yang berwenang untuk menegaskan kembali kepada masyarakat bahwa sementara tidak ada kasus COVID-19 yang dilaporkan yang ditularkan melalui konsumsi makanan dan bahwa COVID-19 sangat tidak mungkin ditularkan melalui makanan. Rekomendasi kebersihan yang disediakan oleh otoritas kesehatan berwenang untuk menghindari transmisi SARS-CoV-2 juga harus diterapkan oleh konsumen saat berbelanja atau mengolah makanan.
Rekomendasi dan pesan yang diterbitkan oleh WHO dapat diadaptasi dan disebarluaskan untuk konteks nasional.11
Kepanikan masyarakat yang berlebihan terhadap pandemi global ini tidak luput dari sikap pemerintah yang cenderung lamban. Ketidaksigapan pemerintah salah satunya terlihat dari tidak cekatannya pemerintah dalam membentuk Gugus Tugas Nasional Penanggulangan Virus Corona. Pemerintah pusat baru selesai membentuk tim tersebut pada 14 Maret 2020, yang artinya Pemerintah membutuhkan waktu hampir dua minggu hanya untuk membentuk tim penanggulangan virus tersebut. Hal tersebut telah mendorong pemerintah daerah terpaksa terlebih dahulu mengambil langkah mitigasi tanpa melibatkan pemerintah pusat. Polemik baru pun muncul, karena berdasarkan hukum yang berlaku penanganan pandemi global ini berada di bawah satu kordinasi dan pemerintah pusatlah yang berwenangan menentukan kebijakan.12
Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyatakan pandemi Covid-19 yang bermula dari Provinsi Hubei di RRC dapat memengaruhi
11 https://www.who.int/docs/default-source/searo/ indonesia/covid19/covid-19-dan- keamanan-pangan.pdf/diakses tanggal 1 Desember 2020, Pukul 20.21 Wib
12 Siti Nurhalimah, Covid-19 dan Hak Masyarakat atas Kesehatan , Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 7 Nomor 6 (2020), hlm 544
perekonomian dan ketahanan pangan global. Dampaknya antara lain telah menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia dan di sejumlah negara, mengganggu ketersediaan tenaga kerja, distribusi barang termasuk pangan, dan rantai pasokan (perdagangan luar negeri). Ada risiko terjadinya krisis pangan global kecuali diambil tindakan cepat untuk melindungi mereka yang paling rentan dan miskin, menjaga rantai pasokan pangan global tetap berjalan dan mengurangi dampak pandemi terhadap sektor pangan di seluruh sistem pangan.13
Negara memiliki kewajiban untuk menjamin terpenuhinya hak atas pangan bagi warga negaranya. Negara dalam memenuhi hak atas pangan bagi warga negara, terdapat empat tipe kewajiban negara. Pertama ialah “respect”, yaitu negara harus menghormati hak asasi manusia dengan mengurangi kekuasaan negara. Yang kedua ialah “protect”, yaitu negara harus melaksanakan kebijakan yang mengatur keterlibatan pihak bukan negara. Kewajiban ketiga ialah “fulfill”
ialah negara wajib melakukan realisasi yang menitikberatkan pada kelompok yang paling rentan. Kewajiban keempat ialah “promote” yang berarti pemerintah harus membuat, melaksanakan dan mengawasi kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi akses terhadap sumber produksi pangan.14
Ketentuan tentang hak atas pangan dan kewajiban negara untuk memenuhinya diatur dalam banyak instrumen hukum internasional. Tidak disebutkan secara spesifik apakah hak tersebut harus terpenuhi pada saat terjadi
13Tri Rini Puji Lestari , Upaya Penerapan Protokol Kesehatan dalam Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19, Parliamentary Review, Vol. II No. 3 (September 2020), hlm 106
14 Amalia Zuhra, Ketahanan Pangan Dan Tanggung Jawab Negara Saat Konflik
konflik bersenjata. Kerawanan pangan dan kurang gizi meningkat jumlahnya di negara-negara yang mengalami konflik sehingga menimbulkan dampak yang merugikan orang dalam jumlah besar. Konflik bersenjata memperburuk kerawanan pangan dan gizi. Rusaknya infrastruktur dan sulitnya akses atas bahan baku dan pangan menyebabkan harga menjadi tinggi dan sering kali tidak tersedia.15
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam Pasal 27 Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi.16
Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Ketahanan pangan sangat urgen untuk di penuhi oleh pemerintah mengingat bahwa pangan merupakan kebutuhan basis bagi setiap warga negara sekalipun. Indonesia dengan hanya pertumbuhan ekonomi secara prediktif hanya di kisaran 5 % (lima persen) masih harus berjuang untuk dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Salah satu unsur utama
15 Ibid, hlm 100
16 Anururrochman/ https://www.kompasiana.com/00472/5f0c0992d541df563e5c6b84/
ketahanan-pangan-untuk-kesejahteraan-di-masa-pandemi-covid-19/diakses tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 20.01 Wib.
adalah terhadap pemenuhan kebutuhan dasar utama yaitu pangan. Ketersediaan dan Kecukupan pangan saat musim pandemi ini merupakan sebuah "senjata biologis" pertahanan sebuah negara yang artinya bahwa kebutuhan terhadap ketahanan pangan menjadi urgen dan mendesak bagi Indonesia.
Membangun Ketahanan pangan sebagai instrumen persenjataan baru bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri menjadi sebuah keniscayaan oleh pemerintah saat ini. Kedaulatan pangan menjadi modal penting negara untuk melindungi negaranya. Hal ini berarti bahwa modal utama sebuah negara saat ini adalah memberikan kekuatan bagi setiap warga negara untuk memenuhi kebutuhan dasar utama yaitu pangan yang berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, Indonesia memerlukan ketersediaan pangan dalam jumlah mencukupi dan tersebar, yang memenuhi kecukupan konsumsi maupun stok nasional yang cukup sesuai persyaratan operasional logistik yang luas dan tersebar. Indonesia harus menjaga ketahanan pangannya.17
Peran pemerintah, masyarakat juga dapat ikut andil dalam menjaga ketahanan pangan untuk menghindari adanya krisis pangan. Masyarakat memiliki peluang untuk membangun kedaulatan dan kemandirian pangan. Dalam masa pandemi seperti ini, masyarakat cenderung menjadi lebih kreatif dan bisa berkreasi untuk mengakali situasi yang ada. Termasuk halnya dalam menjaga akses terhadap pangan. Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk melakukan penanaman mandiri minimal untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Ada banyak sekali cara untuk melakukan penanaman mandiri seperti
17
misalnya urban farming dan juga melakukan penanaman dengan metode hidroponik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada di rumah.18
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan penelitian lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Hak Atas Pangan Bagi Warga Negara Di Masa Pandemi Virus Corona.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah digunakan untuk menegaskan masalahmasalah yang akan diteliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam penelitian yang dilakukan dan akan sesuai sasaran yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggung jawab negara atas warga negara?
2. Bagaimana pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara?
3. Bagaimana hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab negara atas warga negara.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara.
18 https://www.umy.ac.id/ketahanan-pangan-indonesia-di-masa-pandemi.html/diakses tanggal 9 Oktober 2020.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu :
a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan dan akademis Khususnya.Untuk menambah literatur dalam bidang hukum ekonomi pada umumnya hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona sehingga dapat lebih mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan.
b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan bagi pembaca, dan pemahaman hukum mengenai hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona bagi pemerintah.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelesuran yang telah dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera dan Fakultas Hukum yang ada di Indonesia, baik secara fisik maupun online, judul tersebut tidak ditemukan namun ada beberapa penelitian yang membahas hak atas pangan bagi warga negara, antara lain:
1. Iin Karita Sakharina, Fakultas Hukum Universitas Universitas Hasanudin (2020), dengan judul penelitian Hak Atas Pangan di Masa Pandemi Coronavirus Disease Covid-19. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
a. Hak Atas Pangan
b. Kewajiban HAM Negara Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan
Kesimpulan dalam penelitian Hak atas pangan merupakan hak dasar yang harus dipenuhi oleh negara demi menjamin terpenuhinya Hak Asasi Manusia bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali. Terpenuhinya hak atas pangan di masa pandemi covid-19 ini adalah menjadi bagian dari kewajiban HAM Negara. Negara harus memastikan di masa pandemi yang juga melanda ini tidak akan ada masyarakat yang menderita kelaparan atau tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya akan hak atas pangan sehingga diperlukan langkah-langkah serta kebijakan yang diambil negara untuk pemenuhan hak atas pangan di masa pandemi ini, jika Negara gagal maka itu berarti dapat disebut sebagai pelanggaran HAM. Tulisan ini bertujuan untuk melihat upaya yang dilakukan oleh Negara dalam implementasi kewajiban Negara terhadap hak atas pangan.
2. Amalia Zuhra, Fakultas Hukum, Universitas Trisaksi (2019), judul penelitian Ketahanan Pangan DAN Tanggung Jawab Negara Saat Konflik Bersenjata:
Sebuah Tinjauan Hukum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah a. Ketahanan Pangan dalam Konflik Bersenjata
b. Kewajiban Negara atas Hak Atas Pangan saat Konflik Bersenjata
3. Dyana Lifiani Patriana Bhakti. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (2016), judul penelitian Pemenuhan Hak Ekosob Dibidang Pekerjaan, Pangan Dan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini :
a. Pengaturan Pemenuhan Hak Ekosob Dibidang Pekerjaan, Pangan dan Perumahan dalam Peraturan Perundangan di Daerah Kota Surakarta.
b. Pemenuhan Hak Ekosob di Bidang Pekerjaan, Pangan dan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Pucang Sawit Kota Surakarta Hak Atas Pekerjaan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat perbedaan skripsi yang diteliti dengan penelitian sebelumnya. Bahan skripsi ini terdiri atas pendapat para ahli, jurnal, website dan masukan dari dosen pembimbing.
E. Tinjauan Pustaka 1. Hak Atas Pangan
Pangan menurut Pasal 1 angka 1 UU Pangan menentukan bahwa pangan adalah: Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan adalah hak yang harus dijamin pemenuhannya. Kedua, gerakkan Bulog untuk siaga nasional penyangga pangan. Ketiga, penyiapan pangan untuk wilayah yang ditutup maksimal. Keempat, stabilitas harga pangan.19
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusianuntuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber
19 https://www. mongabay.co.id/2020/04/15/ pandemi-corona-akankah-terjadi-krisis-
zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja.20
Hak atas pangan merupakan hak yang melekat pada diri setiap manusia yang tidak dapat dicabut oleh siapapun. Selanjutnya, United Nations Special Rapporteur on The Right to Food mendefinisikan hak atas pangan “the right to have regular, permanent and unrestricted access, either directly or by means of financial purchases, to qualitatively adequate and sufficient food corresponding to the cultural traditions of the people to which the costumer belongs, and which ensure a physical and mental, indiviual and collective, fulliling and dignified life free of fear”.21
Pasal 11 Ayat (1) ICESCR menyatakan bahwa hak pangan merupakan hak asasi. Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh negara dalam menciptakan kebebasan dari kelaparan ditegaskan dalam Pasal 11 Ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara Pihak pada Kovenan ini, dengan mengakui hak mendasar dari setiap orang untuk bebas dari kelaparan, baik secara individual maupun melalui kerjasama internasional, harus mengambil langkah-langkah termasuk program- program khusus yang diperlukan untuk:
20 ES. Karsin, Peranan Pangan dan Gizi dalam Pembangunan dalam Pengantar Pangan dan Gizi. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004), hlm 1.
21 Ibid
a. Meningkatkan cara-cara produksi, konservasi dan distribusi pangan, dengan sepenuhnya memanfaatkan pengetahuan teknik dan ilmu pengetahuan, melalui penyebarluasan pengetahuan tentang asas-asas ilmu gizi, dan dengan mengembangkan atau memperbaiki sistem pertanian sedemikian rupa, sehingga mencapai suatu perkembangan dan pemanfaatan sumber daya alam yang efisien;
b. Memastikan distribusi pasokan pangan dunia yang adil yang sesuai kebutuhan, dengan memperhitungkan masalah-masalah Negara-negara pengimpor dan pengekspor pangan.22
Komite hak-hak ekonomi, sosial dan budaya beranggapan bahwa inti dari hak atas bahan pangan yang layak adalah (a) Ketersediaan bahan pangan dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makanan individu, bebas dari substansi yang merugikan, serta bisa diterima dalam budaya setempat; (b) Aksesibilitas bahan pangan itu berkesinambungan dan tidak mengganggu pemenuhan Hak Asasi Manusia lainnya.
Keluar dari kegiatan ini adalah bantuan raskinda untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak tercover oleh Raskin dari pemerintah pusat, selain adanya bantuan pangan beras, terdapat kegiatan pembagian sembako.
Namun program raskin tersebut kurang tepat sasaran yang mestinya diperuntukkan bagi warga yang benar-benar miskin. Banyak warga yang benar-
22 Ismail Hasani, Dinamika Perlindungan Hak Konstitusional Warga: Mahkamah Konstitusi Sebagai Mekanisme Nasional Baru Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia, (Jakarta, Pustaka Masyarakat Setara, 2013), hlm 383
benar miskin akan tetapi tidak mendapatkan bantuan Raskin. Kualitas raskin bantuan dari pemerintah sangat tidak layak untuk di konsumsi sehingga masyarakat menjual kembali raskin tersebut agar bisa membeli beras dengan kualitas yang lebih baik.
Alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan untuk mencapai prioritas pada bidang ketahanan pangan pada tahun 2014 menunjukkan kondisi meningkat tajam. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014, realisasi anggaran mencapai 9,85 milyar, dan tahun 2015 realisasi anggaran mencapai sebesar 10,01 milyar rupiah.
Berdasarkan penjelasan di atas pangan dapat diartikan sebagai kebutuhan pokok bagi setiap manusia dalam memenuhi kelangsungan hidup. Pangan yang dikonsumsi harus pangan yang aman, bermutu dan bergizi. Pangan yang aman akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan, bermutu artinya pangan yang dikonsumsi mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia, sedangkan pangan yang bergizi adalah pangan tersebut bermanfaat bagi pertumbuhan maunusia dan kesehatan manusia.
2. Warga Negara
Pasal 26 ayat (1) UUD 1945, ditegaskan bahwa yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undnag sebagai waega negara. Ketentuan ini menegaskan bahwa untuk orang-orang bangsa Indonesia asli secara otomatis merupakan Warga Negara, sedangkan bagi orang-orang bangsa lain untuk
menjadi Warga Negara Indonesia harus disahkan terlebih dahulu dengan undang- undang
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan pengertian warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Yang menjadi warga negara Indonesia menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Hak dan kewajiban warga negara ini diatur dalam Pasal 27 – Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak dan kewajiban warga negara Indonesia yaitu :
a. Hak warga negara
Pengaturan Undang-Undang Dasar Negara Republik Imdonesia tahun 1945 telah dinyatakan hak warga negara sebagai berikut:
1) Warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
2) Setiap warga negara berhak ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
3) Berhak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetetapkan dengan undang-undang.
4) Berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya
5) Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
6) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
7) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia.
8) Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya 9) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.
10) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
11) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
12) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
13) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
14) Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
15) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
16) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
17) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
18) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlaskuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik negara lain.
19) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
20) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai guna mencapai persamaan dan keadilan.
21) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
22) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
23) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
24) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
25) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
b. Kewajiban warga negara adalah:
1) Wajib menjunjung hukum dan pemerintah 2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
3) Setiap warga negara wajib ikut serta dalam pembelaan negara
4) Setiap orang wajib menghomati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5) Setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
6) Tiap warga negara wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
7) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar.
3. Pandemi Virus Corona
Covid-19 merupakan penyakit yang diidentifikasikan penyebabnya adalah virus Corona yang menyerang saluran pernapasan. Penyakit ini pertama kali dideteksi kemunculannya di Wuhan, Tiongkok.23 Karena COVID-19 merupakan pandemi global yang belum ditemukan vaksinnya hingga saat ini, maka pembiayaan perawatan dan penyembuhan pasien harus ditanggung oleh negara.
Seluruh provinsi telah terdampak wabah, maka layanan kesehatan juga harus menyeluruh dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia, baik yang potensial terdampak maupun yang telah dinyatakan sebagai zona merah penyebaran virus.
Jakarta memang menjadi episenter (lebih dari 40% kasus ada di sana), namun ada potensi pergerakan orang dari Jakarta ke berbagai wilayah di Indonesia. Ketiga, pemerintah wajib memastikan bahwa layanan dan fasilitas kesehatan memenuhi standar (quality) kesehatan. Dokter, perawat, obat, alat kesehatan, termasuk alat pelindung diri yang berkualitas perlu dijaga.24
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan sifat penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dibangun adalah mengenai asas-asas,
23 Heldavidson ,First Covid-19 case happened in November, China government records show – report2020, diakses dari https://www.theguardian.com/world/2020/mar/13/first-covid-19- case-happened-in-november-china-government-records-show-report Pada 20 Maret 2020/diakses tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 20.07 Wib
24 https://theconversation.com/yang-luput-dari-psbb-kewajiban-pemerintah-untuk-penuhi-
norma, kaidah dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, peranjian, serta doktrin (ajaran).25
Sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitis, yaitu dengan menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang berkaitan dengan permasalahan.26 Penelitian deskriptif analitis sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, karena dalam penelitian ini penulis berusaha menguraikan kenyataan-kenyataan yang ada atau fakta yang ada dan mendeskripsikan sebuah masalah yang terdapat pada Analisis Yuridis Hak Atas Pangan Bagi Warga Negara Di Masa Pandemi Virus Corona.
2. Sumber data
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian.27
a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang- undangan, yurisprudensi, atau putusan pengadilan. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas.28 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
25 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Cetakan IV, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm.33
26 Ronny Haniatjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001),hlm. 97-98
27 Mukti Fajar, Yulianto Achmad, Op. Cit., hlm. 156.
28 Ibid
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
b. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder tersebut adalah Buku-buku ilmiah yang terkait dan hasil penelitian.29 c. Bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier tersebut adalah media internet.30
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan. Data sekunder sebagai data utama dalam penelitian, dilakukan dengan studi dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian, didapat dari perpustakaan serta dokumen ataupun artikel melalui penelusuran internet.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu metode analisis data dengan cara mengelompokkan dan menseleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menuru tkualitas dan kebenarannya kemudian disusun secara sistematis, yang selanjutnya dikaji dengan
29 Roni Hanitjo Soemitro, Op.Cit, hlm 20
30
metode berfikir secara deduktif dihubungkan dengan teori-teori dari studi kepustakaan (data sekunder).31
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis, yang mana antar bab demi bab saling terkait sehingga merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan. Untuk mengetahui isi dari penulisan skripsi ini, dengan demikian disusunlah sistimatis penulisan skripsi yang terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:
Bab I, Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta sistematika penulisan
Bab II, tanggung jawab negara atas warga negara, bab ini kewajiban negara atas warga negara. Ruang lingkup tanggungjawab negara atas warga negara dan bentuk tanggung jawab negara atas warga negara.
Bab III, pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara, bab ini berisikan Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Ketahanan Pangan.
Pengaturan Kebijakan Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga Negara Indonesia dan Pengaturan Keputusan Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga Negara Indonesia.
Bab IV, hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona, bab ini berisikan Hak Atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi Virus
31 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 50
Corona. Kewajiban Negara Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga Negara dan Kewajiban Negara atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi Virus Corona.
Bab V, Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil analisis yang dilakukan.Kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini, sedangkan saran yang ada diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat berguna bagi pemerintah.
Sebagai subjek hukum, negara merupakan suatu organisasi besar dan kompleks, terdiri atas unsur-unsur yang membentuknya, meliputi (a) adanya unsur wilayah negara, (b) unsur warga negara dan penduduk, dan (c) unsur pemerintahan yang sah dan efektif menjalankan tugasnya, serta (iv) unsur pengakuan internasional atas kemerdekaan dan kedaulatan negara yang bersangkutan. Status kewarganegaraan merupakan hak asasi manusia yang bersifat universal yang dalam Pasal 28D ayat (4) UUD 1945 juga diakui sebagai hak setiap orang.
Negara memiliki kewajiban untuk menjamin terpenuhinya hak atas pangan bagi warga negaranya. Dalam memenuhi hak atas pangan bagi warga negara, terdapat empat tipe kewajiban negara. Yang pertama ialah “respect”, merupakan negara harus menghormati hak asasi manusia dengan mengurangi kekuasaan negara. Yang kedua ialah “protect”, yaitu negara harus melaksanakan kebijakan yang mengatur keterlibatan pihak bukan negara. Kewajiban ketiga ialah “fulfill”
ialah negara wajib melakukan realisasi yang menitikberatkan pada kelompok yang paling rentan. Kewajiban keempat ialah “promote” yang berarti pemerintah harus kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi akses terhadap sumber produksi pangan.32 Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi amat penting untuk dikaji lebih mendalam mengingat negara kita sedang
32 Amalia Zuhra, Op.Cit, hlm 991-100
menumbuhkan kehidupan demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator keberhasilan tumbuhnya kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu negara yang menjalankan sistem pemerintahan demokrasi, hak asasi mnusia maupun hak dan kewajiban warga negara dapat terjamin. Hak asasi manusia marupun hak dan kewajiban warga negara sebagai salah satu elemen penting dari demokrasi disamping supremasi hukum, telah diatur dalam UUD 1945. Pengaturan tersebut bersifat pokok-pokok saja sehingga memerlukan penjabaran baik melalui ketetapan Majelis Permusyarakatan Rakyat (MPR) maupun peraturan perundang-undangan sebagai produk bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden.33
Hak atas pangan dalam hukum internasional diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang dibuat tahun 1948. Deklarasi ini diratifikasi oleh hampir semua negara di dunia.34
Hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan kenegaraan maupun hak dan kewajiban seseorang dalam kehidupan pribadinya, secara historis tidak pernah dirumuskan secara sempurna, karena organisasi negara tidak bersifat statis.
Artinya organisasi negara itu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia. Kedua konsep hak dan kewajiban warga negara/manusia berjalan seiring. Hak dan kewajiban asasi marupakan konsekwensi logis dari pada hak dan kewajiban kenegaraan juga manusia tidak dapat mengembangkan hak asasinya tanpa hidup dalam organisasi negara.35
33 Ibid, hlm 2-3
34 Amalia Zuhra, Loc.Cit.
35
Hak asasi manusia marupun hak dan kewajiban warga negara sebagai salah satu elemen penting dari demokrasi disamping supremasi hukum, telah diatur dalam UUD 1945. Pengaturan tersebut bersifat pokok-pokok saja sehingga memerlukan penjabaran baik melalui ketetapan MPR maupun peraturan perundang-undangan sebagai produk bersama DPR dan Presiden.36
Pengaturan HAM di dalam konstitusi menunjukkan bahwa HAM sudah menjadi materi muatan konstitusi, sehingga mengikat semua pihak terkait terutama penyelenggara negara dan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Dalam hal ini, pemenuhan HAM bukan hanya tanggung jawab penyelenggara negara dan pemerintahan tersebut, tetapi juga semua orang dan warga negara. Namun demikan, di dalam UUD 1945 sudah ditegaskan bahwa tanggung jawab dalam pelaksanaan HAM berada pada pemerintah.37
Hak dan kewajiban warga negara dalam batas-batas tertentu telah dipahami orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang beraneka ragam dalam kehidupan kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan kewajibannya seringkali terlupakan. Kehidupan kenegaraan kadang kala hak warga negara berhadapan dengan kewajibannya. Bahkan tidak jarang kewajiban warga negara lebih banyak dituntut sementara hak-hak warga negara kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Banyak sekali kewajiban negara yang merupakan bagian tidak terpisahkan hak dari pada warga negara (rakyat Indonesia) yang terjamin/tergaransi dalam
36 Ibid.
37Hernadi Affandi, Hak Asasi Manusia, Pemerintahan yang Baik, dan Demokrasi di Indonesia (Bandung: Kancana Salakadomas, 2013), hlm. 34.
Konstitusi Republik Indonesia, terkait penyebaran hak-hak yang dimiliki oleh warga negara, maka negara harus melaksanakan kewajiban tersebut, paling tidak ada 2 (dua) mekanisme/jalur dalam melihat hak-hak warga negara untuk dijadikan indikator parameter implementasi dalam kerangka HAM38
Agar hak atas pangan dapat dipenuhi, dibutuhkan akses fisik dan ekonomi.
Aksesibilitas fisik berarti bahwa makanan harus dapat diakses oleh semua orang, termasuk anak-anak, orang tua atau orang cacat, serta orang-orang yang tinggal di tempat terpencil. Akses ekonomi berarti bahwa makanan harus terjangkau tanpa mengorbankan kebutuhan dasar lainnya seperti biaya pendidikan, layanan medis, atau perumahan. Namun, harga makanan terus meningkat sehingga banyak orang Indonesia tidak selalu dapat menikmati makanan bergizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi minimum. Ini terutama berlaku untuk kaum miskin di perkotaan, nelayan tradisional, masyarakat adat, dan petani subsisten.
Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam UU Nomor 39 Tahun 1999
No Pasal/Ayat Butir Pasal/Ayat
1 Pasal 8 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi kewajiban Pemerintah 2 Pasal 71 Pemerintah wajib dan bertanggungjawab menghormati,
melindungi, menegakan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang Undang ini, peraturan per undang undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik Indonesia
3 Pasal 72 Kewajiaban dan tanggung jawab pemerintah
38 Naya Amin Zaini, Politik Hukum Dan Ham (Kajian Hukum Terhadap Kewajiban Pemenuhan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia), Jurnal Panorama
sebagaimana tercantum dalam pasal 71, meliputi langkah yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, soial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain
Kewajiban negara yang merupakan bagian tidak terpisahkan hak dari pada warga negara yang terjamin/tergaransi dalam konstitusi republik Indonesia, terkait penyebaran hak-hak yang dimiliki oleh warga negara, maka negara harus melaksanakan kewajiban tersebut, paling tidak ada dua mekanisme/jalur dalam melihat hak-hak warga negara untuk dijadikan indikator parameter praktik dalam kerangka hak asasi manusia39, yaitu paradigma HAM melihat hak sebagai nilai yang harus dipenuhinya dalam hal ini adalah hak-hak dasar yang berkaitan dengan hak ekonomi, sosial, budaya dengan mengandung konsekuensi apabila tidak dipenuhi, maka akan sangat mempengaruhi kualitas hidup warga negara, hak ekonomi, sosial, budaya yang harus dipenuhi paling tidak ada beberapa contoh yang fundamental yakni: hak mendapatkan pendidikan yang terjangkau, hak mendapatkan/menyediakan lapangan pekerjaan untuk bekerja yang terserap dan layak di dalam negeri, hak mendapatkan kesehatan yang terjangkau/murah/gratis, hak mendapatkan kemakmuran, kesejahteraan dari sumber daya alam yang kaya dan “ruah melimpah” di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Paradigma HAM melihat hak sebagai nilai yang harus dilindunginya, dilindungi dalam hal ini adalah hak-hak dasar yang berhubungan/berkaitan dengan hak sipil dan politik, dengan mengandung konsekuensi jika tidak dilindungi maka akan tercipta.40
39 Ibid.
40 Ibid.
Kewajiban melindungi berarti negara harus mengeluarkan peraturan- peraturan atau instrumen-instrumen hukum berkaitan pemenuhan hak atas pangan warganya yang berwawasan pada kepentingan masyarakat secara umum, bukan hanya menguntungkan individu atau kelompok tertentu, serta melaksanakannya dengan dengan konsisten. Kewajiban guna memenuhi, secara singkat berarti negara harus berperan aktif membantu warganya dalam upaya memenuhi hak atas pangannya, dengan tidak mengurangi hak atas pangan warganya yang lain.
Negara harus memastikan setiap individu dalam wilayah hukumnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan mereka sendiri.41
Kovenan internasional hak-hak Ekosob, terdapat empat kategori utama pemegang kewajiban pemenuhan hak atas pangan yang layak, yaitu (a) negara- negara dalam kaitannya dengan kewajiban domestik mereka; (b) negara-negara dalam kaitannya dengan kewajiban eksternal mereka; (c) individu, dan (d) komunitas internasional. Bila mengikuti kategori kewajiban tersebut, maka dapat dikategorikan jenis kewajiban dalam konteks hak atas pangan ini. Pertama, kewajiban untuk tidak meniadakan satu-satunya sarana penghidupan yang tersedia bagi seseorang, atau kewajiban untuk menghindari perampasan hak. Kedua, kewajiban untuk melindungi orang-orang dari perampasan oleh orang lain atas satu-satunya sarana penghidupan yang ada, atau kewajiban untuk melindungi dari perampasan hak. Ketiga, kewajiban untuk menyediakan sarana
41 https://binadesa.org/ kewajiban-negara-dalam-hak-atas-pangan/diakses tanggal 21
bagi penghidupan masyarakat yang tidak mampu menyediakan untuk diri sendiri, atau kewajiban membantu yang terampas haknya.42
Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu undang-undang terutama melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup bersama.43
Tujuan negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam alenia keempat Pembukaan UUD 1945, adalah: “…Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan keteriban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…” Negara Indonesia sebagai negara hukum kesejahteraan adalah tidak jauh berbeda dengan negara kesejahteraan pada umumnya. Untuk mencapai tujuan negara sebagai organisasi kekuasaan, pemerintah menempati kedudukan yang istimewa. Hal ini di sebabkan pemerintah diatur oleh hukum khusus yaitu hukum administrasi sebagai instrumen pemerintah untuk secara aktif turut campur dalam kehidupan bersama masyarakat sekaligus hukum yang memberikan perlindungan kepada anggota kehidupan bersama itu.
Negara hadir dan memiliki sebuah fungsi. Fungsi tersebut untuk menertibkan kekacauan (chaos) dalam masyarakat. Walaupun negara adalah bentukan dari suatu rakyat, namun kedudukan negara adalah sebagai penyelenggara ketertiban dalam masyarakat agar tidak terjadi konflik dalam
42 Ibid.
43 Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Paradigma, 2007, hlm. 103.
kehidupan masyarakat. Untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat maka hak dan kewajiban harus dijalankan secara seimbang.
Seseorang tidak bisa meminta haknya apabila ia belum melaksanakan kewajibannya.44
Negara dan warga negara memiliki hak dan kewajiban masing-masing di antara keduanya. Persoalan yang paling mendasar adalah bagaimana hak dan kewajiban itu terpenuhi oleh masing-masing pihak,baik oleh negara dan warga negara serta hubungan timbal balik diantara keduanya. Banyak tipe-tipe kepribadian orang yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terpenuhinya hak dan kewajiban seseorang. Hak dan kewajiban negara beserta warga negara di atur dalam Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 yakni; hak asasi merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati,, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, dan pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta untuk melindungi harkat dan martabat manusia.45
Di dalam UUD 1945 tersebut, terselip konsepsi tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia, sebagaimana terlihat dalam Pasal 28I (4) dan (5), yang menyatakan “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah dan untuk menegakkan dan melindungi HAM sesuai dengan prinsip negara hukum yang
44Gustiayuoktavianihttps://www.kompasiana.com/9853/5eb28b1ed541df5dd602f262/hak -dan-kewajiban-negara-beserta-warga-negara?page=all/diakses tanggal 1 November 2020. Pukul 20.10 Wib.
45
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.” Keduanya, merupakan kunci dalam melihat tanggung jawab konstitutional yang harus dilakukan oleh negara, dalam hal ini pemerintah, guna melaksanakan upaya-upaya pemajuan hak asasi manusia.46
Kewajiban melindungi berarti negara harus mengeluarkan peraturan- peraturan atau instrumen-instrumen hukum berkaitan pemenuhan hak atas pangan warganya yang berwawasan pada kepentingan masyarakat secara umum, bukan hanya menguntungkan individu atau kelompok tertentu, serta melaksanakannya dengan dengan konsisten. Kewajiban untuk memenuhi, secara singkat berarti negara harus berperan aktif membantu warganya dalam upaya memenuhi hak atas pangannya, dengan tidak mengurangi hak atas pangan warganya yang lain.
Negara harus memastikan setiap individu dalam wilayah hukumnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan mereka sendiri.47
Sebagaimana yang diuraikan dalam Kovenan Internasional Hak-hak Ekosob, terdapat empat kategori utama pemegang kewajiban pemenuhan hak atas pangan yang layak, yaitu (a) negara-negara dalam kaitannya dengan kewajiban domestik mereka; (b) negara-negara dalam kaitannya dengan kewajiban eksternal mereka; (c) individu, dan (d) komunitas internasional. Bila mengikuti kategori
46R.Herlambang Perdana Wiratraman, Konstitusionalisme dan Hak Asasi Manusia (Konsepsi Tanggung Jawab Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia)‖ , dalam Jurnal Hukum Yuridika Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Vol. 20 No. 1, Januari-Februari 2005, hlm 9
47 https://binadesa.org/kewajiban-negara-dalam-hak-atas-pangan/diakses tanggal 1 November 2020. Pukul 21.06 Wib
kewajiban tersebut, maka dapat dikategorikan jenis kewajiban dalam konteks hak atas pangan ini. Pertama, kewajiban untuk tidak meniadakan satu-satunya sarana penghidupan yang tersedia bagi seseorang, atau kewajiban untuk menghindari perampasan hak. Kedua, kewajiban untuk melindungi orang-orang dari perampasan oleh orang lain atas satu-satunya sarana penghidupan yang ada, atau kewajiban untuk melindungi dari perampasan hak. Ketiga, kewajiban untuk menyediakan sarana bagi penghidupan mereka yang tidak mampu menyediakan untuk diri sendiri, atau kewajiban membantu yang terampas haknya.48
Kewajiban HAM atas pangan ini meliputi menghormati, melindungi, dan memenuhi. Pada gilirannya, kewajiban untuk memenuhi mencakup kewajiban untuk memfasilitasi serta kewajiban menyediakan. Kewajiban melindungi berarti negara harus mengeluarkan peraturan-peraturan atau instrumen-instrumen hukum berkaitan pemenuhan hak atas pangan warganya yang berwawasan pada kepentingan masyarakat secara umum bukan hanya menguntungkan individu atau kelompok tertentu, serta melaksanakannya dengan dengan konsisten. Kewajiban untuk memenuhi, secara singkat berarti negara harus berperan aktif membantu warganya dalam upaya memenuhi hak atas pangannya, dengan tidak mengurangi hak atas pangan warganya yang lain. Negara harus memastikan setiap individu dalam wilayah hukumnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan mereka sendiri.49
Pengaturan HAM maupun hak dan kewajiban warga negara secara lebih operasional ke dalam pelbagai peraturan perundang-undangan amat bermanfaat.
48 Ibid.
49