• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS EMOSIONAL SPIRITUAL QUOTIENT (ESQ) STUDI KASUS SMP ALAM BONDOWOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS EMOSIONAL SPIRITUAL QUOTIENT (ESQ) STUDI KASUS SMP ALAM BONDOWOSO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS EMOSIONAL SPIRITUAL QUOTIENT (ESQ) STUDI KASUS SMP ALAM BONDOWOSO

Husnul Hotimah, Arini Saadiyah,

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Ishlah Bondowoso Jln. Jember Km. 17-19 Dadapan Grujugan Bondowoso

ABSTRAK

Fase remaja adalah usia munculnya rasa penasaran berlebih untuk mengeksplor diri, maka anak membutuhkan piranti sebagai penyalur self regulasi yang dirasakannya, pada fase ini pula mereka membutuhkan arahan serta bimbingan untuk mengenal dirinya sendiri, dengan harapan mereka dapat menjadi generasi yang berakhlak, beriman dan berprestasi. Hasil dari penelitian yang dilaksankan dapat disampaikan bahwa implementasi pendidikan karakter berbasis emosional spiritual quotient di laksanakan dengan pembiasaan, penerapan suri tauladan, integralisasi konsep alam dan nilai islam serta fokus pada potensi anak. Target kurikulum menjadi acuan dalam pembelajaran yg diintegrasi dengan aktifitas nyata dilapangan sehingga apa yang diharapkan oleh pemerintah dalam pendidikan yaitu pembentukan karakter mampu di terima dan dilaksanakan dengan baik oleh siswa, selain kurikulum pemerintah, SMP Alam juga dikuatkan dengan kurikulum khas sekolah alam.

Kata Kunci : PENDIDIKAN KARAKTER, EMOSIONAL SPIRITUAL QUOTIENT.

ABSTRACT

The adolescent phase is the age of the emergence of excessive curiosity to explore themselves, so childern need to as distributors of the self regulation they feel, at this phase they the also need direction and guidance to know themselves, with this hope that they can become a generation that has character, faith and achievement. The results of the reseaerch carried out can be conveyed that the implementation of character education based on emotional spitual quotient is the carried out by habituation, application of the role models, integreating natural concept and islamic values and focusing on children’s potential. The curriculum target is reference in learning that is integrated with real activities in the field so that what expenced by the goverment in education is that character building can be accepted and implemented well by student, in addition to the goverment curriculum, SMP Alam is also strengthened with a typical natural school curriculum.

Keyword : CHARACTER EDUCATION, EMOSIONAL SPIRITUAL QUOTIENT

PENDAHULUAN

Segala aspek kemajuan bangsa bersumber dari sistem pendidikan , sistem

pendidikan yang apik akan melahirkan generasi yang luar biasa, generasi yang

mampu membawa sebuah negara untuk bersaing dalam kancah dunia. Namun sistem

pendidikan di Indonesia menurut sejumlah pemerhati pendidikan belum mampu

melahirkan pribadi-pribadi unggul, yang jujur, bertanggung jawab, berakhlak mulia.

(2)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

Nilai – nilai karakter mulia seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan dan religius sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing yang cenderung hedonistik, materialistik dan individualistik sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang ingin diperoleh.

1

Pendidikan karakter itu sendiri mengarahkan pada cara berpikir dan perilaku dari peserta didik yang kelak akan menjadi tulang punggung bangsa. Karakter itu sendiri termanifestasi dalam sifat dan perbuatan untuk selaras dengan budaya bangsa Indonesia yang selama ini telah melekat. Pengaruh modernisasi dan globalisasi yang memberikan banyak warna dalam kehidupan remaja memang harus dibentengi dengan pembelajaran karakter. Boleh dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah usaha untuk penanaman nilai-nilai pada peserta didik melalui berbagai macam cara untuk menjadikan mereka sebagai individu yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Maka dari itu dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan yang mampu untuk mengimplementasikan pendidikan karakter, yang dapat menjadi sebuah agen perubahan bagi negara,dan yang mampu melahirkan pemuda yang tidak terbentuk karena sistem untuk hanya sekedar mencerdaskan ranah kognitif tapi mengesampingkan afektif.

SMP Alam Insan Cendekia Bondowoso merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menjadi contoh bagi sekolah sekitar yang menerapkan pendidikan karakter, di sekolah ini pendidikan karakter di implementasikan secara baik dengan mengintegralisasikan kecerdasan Emosional dan Spiritual sehingga dapat menghasilkan generasi berakhlak, bertauhid dan berprestasi.

2

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka saya sebagai peneliti merasa sangat tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam tentang Implementasi pendidikan karakter berbasis Emosional Spiritual Quotient, Studi Kasus di SMP Alam Insan Cendekia Bondowoso.

METODE

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yang artinya data penelitian diperoleh dengan cara mengumpulkan dari pengalaman empiris di lapangan atau ranah penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif (Kualitatif deskriptif) yaitu melakukan penyidikan dengan mengggambarkan keadaan objek atau subjek yang terkait dengan fakta dan data yang tampak pada kondisi saat ini.

2. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini, sumber data digali berdasarkan tiga sumber utama, yaitu:

Pertama; wawancara kepada informan. Kedua; Kepustakaan. Ketiga; Dokumentasi. Dengan

1 Muslich Mansur, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta : PT.

Bumi Aksara), 2015

2Muhammad Wahyudi, wawancara, Bondowoso, 08/03/21

(3)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

objek penelitian sebagai berikut : Kepala sekolah (Ustadz Muhammad Wahyudi. S.Pd.), Waka kurikulum (Ustadzah Arini Saadiyah. M.Pd), Wali Kelas VII (Ustadz Ferdian Aqil Annazal.

S.Pd), Guru PAI dan Tahfidz (Ustadz Hendrik Hermanto Amd), Peserta didik (Abghi dan Hilman), Wali murid (Ibu Lilik dan dr. Umamah. Sp. A)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh informasi dari kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru PAI, serta murid dan wali murid melalui kegiatan wawancara serta observasi dengan mengikuti kegiatan pembelajaran secara langsung dalam rangka memahami, serta menelaah konsep pendidikan karakter berbasis Emosional Spiritual Quotient.

4. Analisis Data Penelitian

Hasil penelitian yangdilakukan dengan metode observasi dan wawacara, yaitu peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang terdapat disekolah. Selanjutnya data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka data perlu dicatat secara teliti dan rinci.

Kemudian data dirangkum, dipilih yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema serta polanya. Hasil reduksi disajikan dalam bentuk display data. Untuk penyajian data, peneliti menggunakan uraian deskriptif dengan tujuan mengetahui data penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan Karakter Berbasis Emosional Spiritual Quotient Di SMP Alam Bondowoso Merujuk pada paparan dan analisis data maka hasil dan pembahasan terkait Pendidikan Karakter berbasis Emosional Spiritual Quotient Studi Kasus di SMP Alam Insan Cendekia Bondowoso, di terapkan dengan berbagai konsep sebagai berikut :

a. Mengasah Self Regulation (Regulasi Diri) anak

Self regulation atau regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan “kontrol” terhadap dirinya. “Kontrol” disini kaitannya erat dengan pengaturan emosi dan perilaku terhadap perubahan situasi apapun, yang mampu dilakukan seseorang secara mandiri.3 Sekolah alam memberikan keleluasaan pada anak untuk memegang kendali terhadap dirinya sendiri, peserta didik dibina untuk belajar mengungkapkan apa

3Muhammad Wahyudi, wawancara, Bondowoso, 21/04/21

(4)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

yang sedang dirasakan oleh dirinya, diberikan kebebasan untuk memilih, berpendapat, dan melakukan atau meluapkan ide yang sedang muncul dalam pikirannya.

Biasanya sekolah alam memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk memilih tempat belajar yang mereka sukai, kemudian setelah itu melakukan refleksi terhadap pilihan yang mereka tentukan, mengajak peserta didik berdiskusi terhadap fenomena, guru pun cenderung bersikap demokratis saat menyampaikan pendapat dengan tujuan menstimulus anak untuk mengungkapkan pendapatnya juga, dalam kegiatan belajar pun guru memberikan ruang bagi mereka untuk melakukan kesalahan, karena melalui kesalahan itu mereka belajar dan itu merupakan latihan regulasi diri yang baik.

Pada usia remaja, mereka lebih menginginkan kemandirian tapi kadangkala adanya kecenderungan droning pada parenting style dari orang tua atau faktor internal dan eksternal lainnya, sehingga anak tidak mampu untuk mandiri dan cenderung takut terhadap pilihannya sendiri, jika sudah demikian maka anak cenderung menjadi pribadi yang pendiam, tertutup dan lebih emosional.

Sekolah alam tidak pernah menitik beratkan bahwa kecerdasan anak hanya melalui nilai akademik yang tinggi atau kecerdasan intelektual yang luar biasa, melainkan sejauh mana mereka dapat mengenali dirinya sendiri, karena tujuan akhir dari proses belajar adalah mereka dapat mengetahui tujuan dari penciptaan manusia.4 Dengan harapan melauli proses self regulation ini mereka dapat mengasah kecerdasan emosional untuk mengenali dirinya sendirinya.

b. Penanaman nilai islam dengan pembiasaan dan suri tauladan

Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa dalam penerapan karakter berbasis kecerdasan emosional dan spritual salah satu faktor nya dengan adanya beberapa kegiatan yang dilaksanakan dengan cara pembiasaan dan suri tauladan.

Penanaman nilai spiritual seperti melaksanakan sholat wajib berjamaah, sholat dhuha sebelum pelajaran serta membaca Al-Qur’an atau memuroja’ah hafalan pada pagi dan siang hari sebelum pulang sekolah, hal ini bertujuan agar peserta didik terbiasa untuk melaksanakan segala aktivitas tanpa melewatkan hubungan dengan Allah, dan ini juga berfungsi untuk menstimulus alam bawah sadar anak agar konsisten terhadap nilai-nilai kebenaran terkait kewajiban dan nilai sunnah yang tidak hanya harus dilaksanakan hanya ketika di sekolah tapi juga dirumah ataupun dimanapun mereka berada.5

4Muhammad Wahyudi, wawancara, Bondowoso, 21/04/21

5Hendrik Hermanto, wawancara, Bondowoso, 28/04/21

(5)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

Selain pembiasaan yang diterapkan, nilai suri tauladan yang seringkali dicontohkan oleh para pendidik dalam penanaman nilai akhlaq sangat berpengaruh dalam diri anak, dari pengamatan peneliti dalam beberapa kegiatan pembelajaran atau aktivitas di lokasi penelitian, kerap kali dapat dilihat pendidik sangat menjaga segala etika dalam pergaulan baik sesama guru maupun terhadap peserta didik, dalam berkomunikasi, menyampaikan pendapat, dan pengontrolan diri. Dalam hal itu sangat berpengaruh terhadap diri anak karena mereka dapat melihat bagaimana adab atau tatakrama yang ada pada para ustadz atau ustadzahnya. Seperti yang dikemukakan oleh Lickona “kita harus mengemukakan apa yang kita ajarkan, tetapi kita juga perlu mengajarkan apa yang kita amalkan. Pengajaran langsung moral membantu untuk membentuk hati nurani anak-anak dan kebiasaan berperilaku”.6 Dalam satu contoh, pada bulan ramadhan kemarin ada kegiatan MABIT yaitu kegiatan untuk bina iman dan takwa, yang dilaksankan dengan cara membersihkan musholla di salah satu desa di Bondowoso, dalam hal ini pendidik mencontohkan bahwa dalam penerapan kebersihan dalam islam itu tidak hanya sebatas teori atau hafalan hadits tentang kebersihan, tapi juga harus diaplikasikan secara nyata.7

Dalam contoh lain, untuk melatih kecakapan bahasa dan tatakrama dalam berkomunikasi dengan orang lain yang lebih dewasa para pendidik mewujudkan nnya dengan cara meminta anak anak untuk mewawancarai masyarakat di sekitar perumahan di salah satu kota Bondowoso. Implementasi pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung seperti yang dapat secara cepat dimengerti oleh peserta didik, maka dari itu SMP Alam Insan Cendekia Bondowoso menjadikan pembiasaan dan suri tauladan sebagai salah satu faktor pembentuk karakterpeserta didik.8

c. Mengintegrasikan pembelajaran alam terbuka

Sesusai dengan filosofi nama sekolah ini yaitu sekolah alam, maka kegiatan pembelajaran mengintegrasikan konsep alam dan juga nilai-nilai Islam, banyak kegiatan yang dilaksanakan untuk melatih kecerdasan emosional dan spiritual anak, karena sekolah alam memiliki prinsip bahwa media belajar yang terbaik adalah alam, alam menyediakan semua perangkat yang dibutuhkan oleh manusia, dan melalui alam manusia dapat belajar

6Thomas Lickona, Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas dan Kebajikan Penting Lainnya, Terjemahan Character Matters (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015)

7Peneliti, observasi, Bondowoso, 27/04/21

8Peneliti, observasi, Bondowoso, 27/04/21

(6)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

serta menelaah pesan tuhan yang seringkali tidak di sadari.9 Ada beberapa kegiatan yang biasa dilaksanakan dalam SMP Alam dan menjadi piranti pendidikan karakter, diantaranya adalah : OTFA (Out Treaking fun Adventure, pendakian dan susur pantai), Local Wisdom (Kearifan Lokal), Tani ternak terpadu, Outbond, Renang, Memanah, Berkuda 10

Semua rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara nyata di lapangan dapat dengan mudah diterima peserta didik dengan tujuan untuk menstimulus kecerdasan emosioanl dan spiritual anak, contohnya dalam kegiatan outbond dan tracking, tidak hanya sekedar mengeksplorasi alam tapi kegiatan ini secara tidak langsung melatih jiwa kepemimpinan, kesabaran, serta tanggung jawab anak, dalam proses kegiatan ini dapat dilihat seperti apa respon anak terhadap kegiatan dan itu menggambarkan karakter atau kepribadiannya.

Pembinaan karakter akan mudah dilaksanakan apabila peserta didik dapat melihat atau membaca karakter dirinya sendiri dan melalui kegiatan ini, karakter lebih mudah untuk dibina atau diarahkan,11 satu contoh misalnya ketika peserta didik pada saat kegiatan mendaki akan terlihat bagaimana ia mengendalikan emosionalnya terhadap lingkungan dan juga terhadap teman dan juga gurunya, dari situ secara perlahan pendidik akan mengarahkan kepada perbaikan dan pembentukan diri. Kegiatan konsep alam ini juga selaras dengan usia dan perkembangan anak dimana pada usia remaja adalah fase manusia untuk mencari jati dirinya, meluapkan rasa penasarannya dan mengendalikan rasa emosional yang seringkali tidak stabil dan biasa muncul dalam tahapan usia remaja, dan respon ini akan lebih mudah terlihat terhadap perangsang eksternal maupun ineternal12 dan sekolah alam dengan fasilitas yg dimiliki memungkinkan pembelajaran dilakukan diarea terbuka, pembelajaran yang diintegrasi dengan aktifitas nyata dilapangan sehingga apa yang diharapkan oleh pemerintah dalam pendidikan yaitu pendidikan berbasis karakter mampu diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh peserta didik.

d. Menyesuaikan dengan potensi anak

Dalam sekolah alam tidak melulu menjadikan kecerdasan intelektual sebagai indikator suksesnya belajar anak, karena menurut Goleman keberhasilan hidup dan

9Muhammad Wahyudi, wawancara, Bondowoso, 21/04/21

10Brosur PPDB SMP Alam Insan Cendekia Bondowoso, 2020/2021

11Hendrik Hermanto, wawancara, Bondowoso, 28/04/21

12Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi remaja, perkembangan peserta didik, (Bumi Aksara, Jakarta 2009)

(7)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

suksesnya manusia tidak hanya bertumpu pada IQ tapi kecerdasan mengelola emosilah yang memegang peranan.13 Dalam sekolah alam kecerdasan tidak melulu masalah value pada mata pelajaran, tapi yang terpenting adalah bagaimana seorang dapat mengenali dan mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya, karena setiap anak itu unik dengan potensinya masing-masing, satu dengan yang lainnya gaya belajar mereka tidak sama dan sekolah alam dapat mewujudkan hal tersebut dengan beberapa piranti yang telah terkonsep.14

SMP Alam dalam pembelajaran tidak mengekang atau mengharuskan peserta didik mencapai Kompetensi dasar ataupun kompetensi inti dalam mata pelajaran, tetapi sekolah alam berusaha menetapkan target sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Dengan hal diharapkan peserta didik dapat percaya pada kemampuan yang ada dalam dirinya masing-masing, ia tidak akan merasa terdeskrimimasi oleh bakat atau potensi berbeda yang ada pada dirinya.

Berdasarkan hal tersebut sehingga sekolah harus menyesuaikan dengan kemampuan anak dan secara bertahap dikembangkan kepada standart yang diharapkan dan tidak menjadi sebuah pemaksaan. Sekolah Alam memiliki prinsip bahwa setiap anak adalah “Khalifatullah fil ardh” dan mereka membawa misi ketuhannya masing-masing yang diwujuddkan dalam potensi yang ada dalam diri setiap anak.15

KESIMPULAN

Pendidikan karakter berbasis Emosional Spiritual Quotient di SMP Alam Bondowoso, dikonsep dengan mengacu pada 4 pilar kurikulum sekolah alam (Akhlaq, Logika Berfikir. Leadership, Enterphrenuer) yang diimplementasikan dengan cara Pembiasaan, Suri Tauladan, Pembelajaran Alam Terbuka, dan menyesuaikan dengan potensi anak. Untuk mewujudkannya terciptanya karakter yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, maka SMP Alam memiliki berbagai piranti pembelajaran yaitu : untuk penanaman Akhlaq dengan proses pembiasaan berupa (Sholat wajib dan Sunnah berjama’ah, Tilawatil Qur’an, Mabit, self regulation) untuk melatih ketajaman Logika berfikir dan melatih jiwa

13Daniel Goleman, Emosional Intelligent, mengapa EI lebih penting daripada IQ, Gramedia pustaka utama, Jakarta 2016

14Ferdian, wawancara, Bondowoso, 21/04/21

15Lendonovo & Team, Blue Print Kurikulum Sekolah Alam, (Bogor, SoU 2014)

(8)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

Kepemimpinan, peserta didik tidak hanya memperoleh teori mata pelajaran di dalam kelas tapi juga di konsep dengan pembelajaran alam terbuka yaitu dengan OTFA (OTFA Out Treaking fun Adventure, pendakian dan susur pantai, Local Wisdom (Kearifan Lokal), Tani ternak terpadu, Outbond, Renang, Memanah, Berkuda serta ICT), dan untuk menumbuhkan jiwa kemandirian dalam hal entherprenuer diwujudkan dengan adanya program Magang dan pemberdayaan pembuatan produk handmade yang kemudian dipasarkan dan dipromosikan oleh peserta didik. Semua serangkaian konsep dan piranti pembelajaran yang diterapkan dalam SMP Alam dilaksanakan secara holistik dan sinergitas antara pihak sekolah dan orang tua, dengan tujuan tidak hanya untuk mencerdaskan ranah Intelektual peserta didik tetapi juga Emosional dan Spiritual nya, maka dengan demikian akan terbentuk karakter anak yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak, beriman dan berprestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi danSpritual(ESQ)

Albertus, Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global (Jakarta: PT.Grasindo, 2010)

(9)

Pengabdian, e ISSN : 2549 – 8347 Vol. ...

Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia,(Bandung:

Mizan, 2009)

Dr. Tutuk Ningsih Implementasi Pendidikan Karakter, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto , Cetakan Pertama, 2015

Goleman, Daniel, Emosional Intelligent, mengapa EI lebih penting daripada IQ, Gramedia pustaka utama, Jakarta 2016

HamdaniBakranAdzZakiy,propeticIntellegence:kecerdasankenabianmenumbuhkanpot ensi haakiki insani melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani, (Yogyakarta:

Islamika, 2004)

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006).

Lickona, Thomas Character Matters; Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas dan Kebajikan Penting Lainnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015).

Marshall, Danah Zohar, Ian, Spiritual Quotient, Mizan (Bandung, Juni 2007)

Mansur, Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta : PT. Bumi Aksara), 2015

Najati, Muahammad Utsman, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah,(terj) Irfan Salim, (Jakarta: Hikmah, 2004), Cet. VII

Sukidi, Kecerdasan Spiritual; Mengapa SQ Lebih Penting dari IQ dan EQ, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2002)

Yaumi , Muhammad, Pendidikan Karakter (Jakarta:Prenadamedia Group,2014)

Referensi

Dokumen terkait

Saran dari peneliti ini untuk wanita-wanita yang bekerja yang sering melakukan social comparison dengan rekan kerja, dengan keluarga, atau dengan lingkungan

Dari pernyataan di atas bahwa hamper semua masyarakat mempunyai e-KTP di Desa Marawan Lama Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan akan tetapi jika ada yang belum

Sekiranya anda memerlukan bantuan pembayaran bagi kemudahan pinjaman/pembiayaan selain yang disenaraikan di atas, anda boleh memohon PBPPM melalui Pengurus

[r]

Tambahan pula, ilmu-ilmu yang dipelajari “ membantu ” mereka “ memperkembangkan lagi ” ilmu pengajian Islam secara “ lebih luas .” Bagi peserta kajian PKK2 pula,

Skripsi ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan tentang seberapa besar minat baca, prestasi akademik, dan pengaruh minat baca terhadap prestasi akademik anggota

Dari gambar 17, terlihat bahwa terdapat perbedaan antara gambar (a) dan gambar (b), dalam pengaturan kontras bernilai 150, berarti proses pengaturan kontras sudah