Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII Semester I (Ganjil), SMP Negeri 1 Kemtuk Gresi dengan Menerapkan Metode Problem Base Learning
pada Materi Things Around In The Bedroom Peni Ekawati, S.Pd
Jumat, 16 September 2022
Sejak di SD sebagian besar siswa banyak yang belum bisa menguasai kemampuan dasar membaca dan menulis, sehingga siswa kesulitan mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu banyak SD yg tidak mengajarkan Bahasa Inggris, sehingga kurang/tidak ada kosa kata Bahasa inggris yang dikuasai siswa.
Siswa “malas berfikir lebih” dan sudah menutup diri kalau pelajaran itu sulit. Dan motivasi siswa dalam belajar rendah.
Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini.
Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang. Penguasan materi pelajaran bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: listening (mendengar), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis). Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu:
kosa kata, tata bahasa dan pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari keempat keterampilan berbahasa di atas, speaking (berbicara) merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk ditindaklanjuti mengingat kemampuan berbicara (speaking ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul pada saat belajar
membaca dan menulis. Kemampuan mengungkapkan makna baik secara tersurat maupun tersirat dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk prosedur adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Salah satu upaya guna meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah menggunakan metode Problem base learning. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas sehingga bisa memotivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris. Karena kurangnya hal yang menarik perhatian siswa dalam belajar sehingga siswa tidak semangat dalam proses pembelajaran.
Dan juga siswa merasa bosan pada saat pembelajaran dikelas karena terbiasa bermain dan bekerja membantu orang tua mencari nafkah dirumah, perubahan yang terjadi seperti:
a. malas mengerjakan soal yang diberikan guru b. sering bolos pada saat pelajaran
c. malu dan merasa tidak percaya diri saat mengungkapkan pendapat d. lebih senang bermain diluar daripada mengikuti pelajaran.
e. siswa ingin cepat pulang saat berada disekolah.
Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya pemanfaatan media ajar dan model pembelajaran inovatif dan menyenangkan yang diimplementasikan guru di kelas.
Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan refleksi diri, wawancara guru, kepala sekolah dan pakar serta komunikasi dengan orang tua siswa, maka beberapa tantangan yang terjadi yaitu:
a. orang tua yang sibuk bekerja dikebun
b. jarak antara rumah dengan sekolah yang lumayan jauh dan ditempuh dengan berjalan kaki
c. jarang atau tidak pernah sarapan.
d. tidak ada motivasi ataupun perhatian orang tua kepada anaknya
e. orang tua merasa bahwa anak yang sudah disekolahkan adalah tanggung jawab sekolah semuanya
f. siswa merasa tidak ada gunanya apa pentingnya belajar bahasa inggris g. hilangnya rasa percaya diri yang timbul dari dalam diri siswa.
Tantangan dari sisi siswanya berdampak sekali pada proses pembelajaran disekolah.
Ada juga tantangan yang ada disekolah seperti:
a. faktor cara mengajar guru yaitu teacher centered
b. guru hanya menggunakan metode ceramah dan metode lain yang digunakan kurang menarik.
c. kurangnya pemanfaatan TPACK di kelas
d. model pembelajaran yang belum relevan dengan kebutuhan siswa.
e. ruang kelas yang tidak nyaman ketika digunakan belajar siswa f. kurang pemanfaatan sarana dan prasana yang ada di sekolah
g. aliran listrik dan jaringan internet di sekolah yang sering tidak stabil.
h. guru kurang menguasai IT dengan baik
Tantangan itu yang menyebabkan seorang guru harus melewatinya dengan berbagai cara seperti menerapkan media yang sesuai dengan gaya belajar.
Tantangan yang ada harus segera diselesaikan dengan baik oleh seorang guru profesional, diantaranya yaitu:
1. Berkaitan dengan teacher centered.
Guru harus meninggalkan cara mengajar dengan metode ceramah, karena di pembelajaran era Abad 21,bukan guru menjadi sumber belajar siswa, namun sumber belajar bisa diakses secara luas dan bebas melalui internet, sehingga diharap pembelajaran generasi Z sekarang menjadi students centered dan guru sebagai fasilitator dan membimbing agar siswa terarah pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru merubah cara mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah yang akan membuat siswa berpikir kritis untuk mencari solusi dari masalah yang diberikan guru, sehingga motivasi siswa untuk belajar bisa tumbuh dan meningkat.
2. Berkaitan dengan Media ajar
Guru bisa menggunakan media kongkrit yang ada disekitar sekolah dan kehidupan nyata siswa, sehingga siswa bisa lebih mengenal media yang ada.
Jika media konkrit sudah ada, bisa dikolaborasikan berbasis TPACK sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Kali ini menggunakan media pembelajaran berbasis bermain peran, video konstektual, materi disajikan dengan menggunakan power point, dengan pendekatan scientifik.
3. Berkaitan dengan model pembelajaran
Guru juga diharap sudah memahami model model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disajikan dan menghafal syntax- syntax model pembelajaran yang dipilihnya, dari mulai tahap satu sampai akhir yang dituangkan dalam kegiatan pembuka, inti, dan penutup. Untuk itu guru harus menambah pengetahuan dengan membaca dan menguasai model model pembelajaran yang bisa merangsang cara berpikir kritis siswa. Untuk metode Problem Base Learning yang guru pilih diharapkan bisa meningkatkan motivasi belajar siswa, syntaknya adalah;
Mengorientasi peserta didik pada masalah
Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Analisis dan evaluasi pemecahan masalah
Tujuan secara umum yang ingin guru capai dengan menggunakan metode Problem Base Learning adalah:
1. Melakukan perbaikan proses belajar mengajar sehingga siswa lebih dengan mudah mengerti dan memahami pokok bahasan yang diajarkan.
2. Menemukan metode yang tepat untuk siswa dalam proses belajar.
3. Level HOTS pada taxonomi Bloom bisa dicapai
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah:
1. untuk siswa: siswa dapat mengikuti proses belajar dengan menyenangkan sehingga siswa dapat menyerap materi dengan baik.
2. untuk guru: memberikan pengalaman dan meningkatkan kemampuan guru dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Dengan suasana belajar yang menyenangkan akan membuat siswa aktif dalam kegiatan belajar .Karena guru akan mencapai tujuan pada level HOTS di materi things around in the bedroom, guru mempersiapkan materi tersebut dalam dua kali pertemuan.
Dipertemuan pertama guru memberikan materi things around in the bedroom dengan metode discovery guru akan mencapai level LOTS terlebih dahulu, yaitu dengan menyajikan meteri dasar tentang cara menyebutkan benda- benda disekitar, yaitu vocabularies benda- benda di sekitas kamar tidur, membaca, menghafal dan mengartikan, juga memberikan pemahaman tentang cara menyebutkan benda tunggal dan jamak, ( singular and plural of objects) serta bagaimana mengungkapkan posisi sebuah benda tersebut. Dengan LKPD yang disiapkan guru, siswa bisa memahami materi dipertemuan pertama sehingga siswa mampu melanjutkan kepertemuan kedua yang dimana siswa diharapkan mampu mencapai pembelajaran pada level HOTS, yaitu siswa mampu menganalisis, menyusun, dan mendemonstrasikan LKPD yang disediakan guru di depan kelas bersama kelompoknya.
Selanjutnya dipertemuan kedua guru menyajikan materi dengan menerapkan metode Problem Base Learning, di pertemuan kedua ini guru tidak terlalu banyak menjelaskan tetapi guru sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran, tetapi sebelumnya guru mengajak siswa mengingat pembelajaran sebelumnya kemudian guru memberikan LKPD 1 untuk dikerjakan secara kelompok yaitu menganalisis sebuah gambar kamar yang diberikan guru untuk dikerjakan siswa dalam sebuah kelompok. Siswa bisa menyebutkan benda- benda, jumlah benda dan letak benda yang ada didalam kamar yang disajikan dalam LKPD 1 oleh guru.
Kemudian di LKPD 2 guru memberikan satu text yang berisi masalah dan siswa diminta menjawab pertanyaan dari teks tersebut. Dan di LKPD ke 3 guru memberikan masalah tentang benda- benda dikamar anak laki- laki (lukas) yang berantakan karena Lukas baru pindahan rumah, dari masalah tersebut diminta siswa membuat desain kamar anak laki- laki dengan mencari contoh desain kamar dari internet atau dari sumber lain, boleh dengan menggambar manual sendiri desain kamar tersebut kemudian menjelaskan posisi benda, jumlah benda yang ada di gambar yang diambil, setelah itu siswa diminta mempersentasikan desain kamar tersebut di depan kelas bersama kelompoknya, dan kelompok yang lain mengamati dan diberi kesempatan untuk bertanya jawab. Dalam menyajikan penjelasan desain yang diambil di depan kelas, siswa diberikan kebebasan sesuai kemampuannya yaitu boleh membawa teks dan boleh tidak membawa teks bagi siswa yang merasa mampu menyajikan desain kamar anak laki- laki tersebut didepan kelas. Disini akan nampak bahwa anak merdeka dalam belajar karena memuat diferensiasi dalam proses pembelajaran, tidak memaksa siswa yang berkemampuan berbeda untuk melakukan hal yang sama.
Dengan metode pembelajaran PBL diharapkan siswa belajar dalam kelompok dan aktif dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya siswa bisa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok lain menanggapinya. Sehingga nampak tercipta suasana belajar yang akti, kreatif dan menyenangkan.
4. Berkaitan dengan penilaian
Guru dituntut untuk menilai secara keseluruhan dari ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotik. Tentunya harus ada instrumen yang lengkap mulai dari kisi- kisi, indikator ketercapaian setiap ranah, dan rubrik penilaian untuk melengkapi penilaian diakhir pembelajaran. Kegiatan penilaian yang dilakukan pada materi yang guru sajikan dengan 2 cara yaitu penilaian lisan dan tertulis.
Pada saat peserta didik aktif menjawab ketika guru memberi pertanyaan tentang materi yang disajikan, keaktifan berdiskusi dalam kelompok, ketepatan waktu menyelesaikan dan mengumpulkan LKPD, serta struktur kalimat yang tepat dalam menyajikan presentasi.
5. Berkaitan dengan kondisi ruangan
Guru bisa mengelola dan mendesain ruangan dengan baik mulai dari kebersihan, kerapian, dan keindahan sehingga siswa memiliki minat dan motivasi untuk belajar yang baik baik serta pembelajaran yang nyaman. Untuk itu sebelum pembelajaran dimulai, guru mempersiapkan ruangan dengan baik
6. Berkaitan dengan sarana dan prasana
Guru bisa mulai memanfaatkan sarana dan prasana yang disediakan untuk menunjang pembelajaran agar menarik dan menyenangkan dan tidak membosankan. Selain buku penunjang guru menggunakan media in focus, laptop, papan tulis untuk menyajikan materi.
Hasil yang nampak pada pembelajaran yang tersistem dengan baik adalah pada pembelajaran di pertemuan pertama dan pertemuan kedua, karena guru benar- benar mempersiapkan lesson plan dengan baik sehingga pembelajaran berpusat kepada siswa, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok terlihat semangat dan betul- betul mengerjakan, kelompok belajar bersaing untuk tampil yang menarik dengan kalimat bahasa Inggris yang disajikan. Guru sebagai fasilitator lebih mudah dalam mengambil penilaian pada saat proses pembelajaran. Dengan pembelajaran yang berpusat kepada siswa, tercipta suasana kelas yang menyenangkan, tidak kaku dalam proses pembelajaran, dan terlihat komunikasi antara guru dengan siswa, juga hubungan belajar sesama teman. Karena dalam melayani siswa di generasi Z ini memang guru harus memahami dalam menfasilitasi dan membimbing siswa dalam proses belajar di kelas.
Dengan menggunakan pembelajaran PBL ini siswa lebih berfikir kritis dan menemukan solusi dari internet dan sumber belajar lainnya. Siswa lebih semangat dan mendapat hal yang menarik untuk dipresentasikan, sehingga siswa lebih termotivasi daripada model pembelajaran yang konvensional terlihat dari indikator keaktifan siswa dari sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Base Learning.
Dampak dari penerapan media berbasis TPACK yang diimplementasikan yaitu berbasis kontekstual learning serta dipadukan dengan model pembelajaran Problem Base Learning membuat siswa lebih bersemangat dan tidak cepat bosan dalam pembelajaran, karena pada saat proses pembelajaran siswa dibuat kerja dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah yang diberikan guru.
Penguasaan ICT bagi guru sangat penting di era internet sekarang ini, supaya bisa mengatasi kendala kendala yang terjadi pada saat menyajikan materi dengan TPACK, sehingga pembelajaran berjalan lancar dan cukup waktu yang disediakan tidak ada hambatan.
Kesimpulan yang didapat dari pengalaman tersebut adalah:
1. Guru harus mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
2. Guru bisa memilih metode pembelajaran yang akan digunakan dan sesuai dengan kondisi sekolah, siswa, dan pokok bahasan.
3. Guru harus mau merubah cara berpikir lama yang mengajar dengan model ceramah dengan cara mengajar yang inovatif dan TPACK
Saran yang bisa penulis berikan adalah:
1. Guru harus selalu belajar untuk meningkatkan kompetensinya sehingga menjadi guru yang professional.
2. Selalu mengikuti kegiatan keprofesian seperti MGMP untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
3. Bertukar ide dan berdiskusi dengan teman sejawat satu mata pelajaran untuk saling memberi masukan saran dalam menggunakan metode pembelajaran dikelas, agar selalu tercipta suasana kelas yang baik dan menyenangkan.
4. Guru harus bisa mengikuti perubahan perkembangan jaman sehingga tidak ketinggalan informasi dan up to date dalam memberikan materi dengan baik dan menantang.
5. Guru harus belajar Meningkatkan penggunaan ICT agar pembelajaran bisa dilakukan dengan lancar dan baik.