• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKNIK SELF CONTROL UNTUK MENGURANGI PERILAKU BULLYING PADA SISWA TUNALARAS DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TEKNIK SELF CONTROL UNTUK MENGURANGI PERILAKU BULLYING PADA SISWA TUNALARAS DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Nurlaela Damayanti, 2013

No. Daftar FIP: 012/Skripsi/PKH-FIP-S1/Oktober 2013

PENGARUH TEKNIK SELF CONTROL UNTUK MENGURANGI

PERILAKU BULLYING PADA SISWA TUNALARAS DI SLB E

PRAYUWANA YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh:

Nurlaela Damayanti 0908919

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Nurlaela Damayanti, 2013

PENGARUH TEKNIK

SELF CONTROL

UNTUK

MENGURANGI PERILAKU

BULLYING

PADA

SISWA TUNALARAS DI SLB E PRAYUWANA

YOGYAKARTA

Oleh

Nurlaela Damayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nurlaela Damayanti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Nurlaela Damayanti, 2013

NURLAELA DAMAYANTI

PENGARUH TEKNIK SELF CONTROL UNTUK MENGURANGI PERILAKU BULLYING

PADA SISWA TUNALARAS DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Sunardi, M. Pd

NIP. 196002011987031002

Pembimbing II

Drs. Irham Hosni, Dipl. S. Ed

NIP. 195106211985031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd

(4)

Nurlaela Damayanti, 2013

ABSTRAK

PENGARUH TEKNIK SELF CONTROL UNTUK MENGURANGI PERILAKU BULLYING PADA SISWA TUNALARAS DI SLB E

PRAYUWANA YOGYAKARTA

Bullying merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun

verbal, yang dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri. Perilaku bullying dapat dikurangi dengan menggunakan teknik self control. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan teknik self control memberikan pengaruh terhadap penurunan perilaku bullying siswa tunalaras di SLB E Prayuwana Yogyakarta. Tujuan yang ingin di peroleh dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan teknik self control pada siswa tunalaras dengan perilaku bullying dan untuk mengetahui frekuensi perilaku

bullying siswa tunalaras sebelum, saat dan setelah diberikan intervensi berupa

penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan disain A-B-A. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pedoman observasi yang dilakukan selama 16 sesi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan frekuensi perilaku bullying yang dibuktikan dengan perubahan rata-rata frekuensi perilaku bullying subyek. Frekuensi rata-rata perilaku bullying siswa tunalaras sebelum diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran adalah sebesar 12,75 poin. Sedangkan frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras selama diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran mengalami penurunan dari 12,75 poin menjadi 9,25 poin. Frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras setelah diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran mengalami penurunan kembali dari sebelumnya 9, 25 poin menjadi 4 poin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan teknik self control berpengaruh terhadap penurunan perilaku bullying pada siswa tunalaras. Berdasarkan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penurunan perilaku bullying, diharapkan sekolah menggunakan teknik self control untuk mengurangi perilaku bullying pada siswa tunalaras.

(5)

Nurlaela Damayanti, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR PERYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Pertanyaan Penelitian ... 5

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Deskripsi Teori 1. Konsep Tunalaras ... 8

a Definisi Tunalaras ... 8

b Klasifikasi dan Karakteristik Tunalaras ... 9

2. Perilaku Bullying ... 14

(6)

Nurlaela Damayanti, 2013

b Kaitan Teknik Self Control terhadap Perilaku

Bullying ... 24

c Penerapan Teknik Self Control pada Siswa dengan Perilaku Bullying ... 25

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... 25 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... a. Definisi Konsep Variabel ... b. Definisi Operasional Variabel ... 33 33 36 D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Analisis Data ... 39

1. Analisis Data dalam Kondisi ... 41

2. Analisis Data antar Kondisi ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Analisis Data dalam Kondisi ... 46

2. Analisis Data antar Kondisi ... 57

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...…... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

(7)

Nurlaela Damayanti, 2013

LAMPIRAN ... RIWAYAT PENULIS

(8)

Nurlaela Damayanti, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel

4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline

2 (A2) Frekuensi Perilaku Bullying ... 45

4.2. Panjang Kondisi (Condition Length) ... 47

4.3. Estimasi Kecenderungan Arah (Estimate of Trend Direction) 49

4.4. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) ... 53

4.5. Jejak Data (Data Path) ... 54

4.6. Level Stabilitas dan Rentang (Level Stability and Range) ... 55

4.7. Level Perubahan (Level Change) ... 55

4.8. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 56

4.9. Jumlah Variabel yang Diubah (Number of Variabel Changed) 57 4.10. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya (Change in Trend Variable and Effect) ... 58

4.11. Perubahan Stabilitas (Change in Trend Stability) ... 59

4.12. Perubahan Level (Change in Level) ... 59

4.13. Persentase Overlap ... 62

(9)

Nurlaela Damayanti, 2013

DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1. Disain A-B-A ... 41 4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline

2 (A2) Frekuensi Perilaku Bullying ... 46 4.2. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 1 (A1) ...

48 4.3. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Intervensi (B) ...

48 4.4. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 2 (A2) ...

49 4.5. Trend Stability Kondisi Baseline 1 (A1) ...

50 4.6. Trend Stability Kondisi Intervensi (B) ...

51 4.7. Trend Stability Kondisi Baseline 2 (A2) ...

52 4.8. Data Overlap Kondisi Baseline 1 (A1) dengan Kondisi

Intervensi (B) ... 60 4.9. Data Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Kondisi

(10)

Nurlaela Damayanti, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pengangkatan Pembimbing

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (FIP) Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (BAAK) Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (Kesbangpol

Linmasda)

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (Badan Kesbanglinmas Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Mengadakan penelitian (Biro Administrasi Pembangunan Setda Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Mengadakan penelitian (Dinas Perizinan Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lampiran 8 Surat Keterangan Mengadakan Penelitian SLB E Prayuwana Yogyakarta

Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 10 Hasil Pengamatan Perilaku Bullying Kondisi Baseline 1 sesi 1 Lampiran 11 Hasil Pengamatan Perilaku Bullying Kondisi Baseline 1 sesi 2 Lampiran 12 Hasil Pengamatan Perilaku Bullying Kondisi Baseline 1 sesi 3 Lampiran 13 Hasil Pengamatan Perilaku Bullying Kondisi Baseline 1 sesi 4 Lampiran 14 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control

sesi 5

Lampiran 15 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control sesi 6

Lampiran 16 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control sesi 7

Lampiran 17 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control sesi 8

Lampiran 18 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control sesi 9

Lampiran 19 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control sesi 10

Lampiran 20 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control sesi 11

Lampiran 21 Hasil Pengamatan Intervensi Penerapan Teknik Self Control sesi 12

(11)

Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.

Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitar, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Kondisi seperti ini mempengaruhi emosi dan perilaku remaja. Beberapa perilaku yang dilihat belum tentu bersifat positif. Banyak perilaku negatif yang dilihat para remaja seiring dengan pencarian jati dirinya, salah satunya adalah perilaku

bullying. Bullying merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial,

ataupun verbal, yang dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui kata-kata, ataupun kombinasi dari ketiganya. Hal itu bisa dilakukan oleh kelompok atau individu. Pelaku mengambil keuntungan dari orang lain yang dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa dengan memukul, mengejek nama, korban diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan korban.

Bullying juga dikenal sebagai masalah sosial yang terutama ditemukan di

(12)

2

Nurlaela Damayanti, 2013

Anak tunalaras terkadang berperilaku tidak pada tempatnya atau berperilaku tidak umum dengan lingkungannya, salah satu contohnya adalah berperilaku

bullying. Seperti yang terjadi pada salah satu siswa di SLB E Prayuwana

Yogyakarta yang bernama SR. SR adalah seorang anak laki-laki yang berusia 14 tahun yang kini duduk di kelas enam sekolah dasar luar biasa. Berdasarkan hasil pengamatan, SR merupakan anak yang suka menganggu. SR juga dikenal sebagai

siswa yang suka mengejek teman dengan perkataan yang menyakitkan, mengatakan hal yang menyakitkan tentang teman-temannya, berbicara sinis, menyebarkan berita bohong tentang teman-temannya. Perilaku yang demikian dinamakan perilaku bullying secara verbal.

Selama pengamatan terhadap keseharian SR di sekolah, SR belum mendapatkan penanganan yang tepat untuk mengurangi perilaku bullying. Ketika SR mulai mengganggu temannya dan mengejek temannya di muka umum, SR hanya diberi peringatan saja. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran di kelas, SR hanya diberi penjelasan dengan maksud untuk mengurangi perilakunya yang suka menganggu dan mengejek teman dikelasnya. Perilaku bullying diulangi karena SR merasa dia lebih dominan, pintar dan siswa yang dibulinya itu dianggap lemah.

Riauskina (Mudjijanti, 2011:1) menjelaskan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa atau siswi lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Dampak perilaku bullying dialami korban

bullying tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga dampak psikis. Hilda, et al

(2006; dalam http:// www.psychologymania.com /2012/06/ dampak-bullying.html, 2012) menjelaskan bahwa bullying tidak hanya berdampak

terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas.

Bullying bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang akan berlalu dengan

(13)

3

Nurlaela Damayanti, 2013

bullying ditempat kerja, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan atau kekerasan

terhadap anak, kekerasan terhadap orang tua sendiri. Anak dengan perilaku

bullying ini jelas harus ditangani sejak dini, karena perilaku semacam ini akan

berubah menjadi kenakalan remaja yang sulit ditangani sehingga perlu adanya suatu tindakan penanganan, salah saatunya adalah dengan menggunakan pendekatan modifikasi perilaku.

Modifikasi perilaku merupakan salah satu pendekatan pengubahan perilaku yang biasa digunakan oleh para pendidik maupun psikolog. Pendekatan ini sering dipakai karena keberhasilannya mudah diamati dan diterapkan ke perilaku lain yang karakteristiknya sama dari perilaku yang akan diubah dengan perilaku yang telah berhasil diubah.

Purwanta (2005: 1) menjelaskan bahwa modifikasi perilaku secara mendasar bertujuan dalam dua hal. Pertama, mendukung dan mempromosikan perilaku-perilaku anak yang adaptif yang diterima oleh lingkungan dan bermanfaat untuk perkembangan dirinya. Kedua, modifikasi perilaku bertujuan menekan perilaku yang tidak adaptif yang tidak diterima oleh masyarakat dan akan merugikan perkembangan anak itu sendiri.

Pemilihan pendekatan modifikasi perilaku sangat bergantung pada jenis perilaku yang akan diubah dan tujuan yang akan dicapai dalam pengubahan serta kemampuan pelaksana dalam melaksanakan modifikasi perilaku. Penerapan modifikasi perilaku pada anak berkebutuhan khusus bergantung pada kondisi perilaku anak. Maka, pemilihan modifikasi perilaku yang diterapkan pada anak haruslah tepat. Ada berbagai teknik dalam modifikasi perilaku yang dapat diterapkan, contohnya adalah teknik self control atau pengendalian diri.

Teknik self control dirasa cocok untuk menangani perilaku bullying, karena anak dengan perilaku seperti ini memiliki gangguan dalam pengendalian diri.

Anak seperti ini mengalami kegelisahan emosional, salah memahami segala bentuk interaksi dengan orang lain dan tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan keras yang sering muncul. Anak-anak yang mengalami gangguan self

(14)

4

Nurlaela Damayanti, 2013

ini sering melanggar peraturan, memulai tindakan yang agresif, dan bahkan merusak barang milik orang lain.

Soekardji (Purwanta, 2005: 205) menjelaskan bahwa self control dalam arti luas ialah prosedur di mana seseorang mengarahkan atau mengatur perilakunya sendiri. Pada prosedur ini biasanya subjek terlibat langsung minimal pada beberapa kegiatan atau seluruh kegiatan (komponen) lima dasar yaitu:

menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap penerapan teknik self control untuk mengurangi perilaku bullying. SR belum mendapatkan penanganan yang tepat untuk mengurangi perilaku bullying. Banyak sekali teknik untuk mengurangi perilaku

bullying namun dalam penelitian ini akan difokuskan pada penerapan teknik self

control melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini terfokus untuk

mengetahui pengaruh penerapan teknik self control untuk mengurangi perilaku

bullying pada subjek tunalaras di SLB E Prayuwana Yogyakarta.

Keuntungan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui pengaruh penrapan teknik self control untuk mengurangi perilaku

bullying pada siswa tunalaras. Kerugian apabila penelitian ini tidak dilakukan

adalah tidak akan pernah diketahuinya teknik yang berpengaruh untuk dapat mengurangi perilaku bullying pada siswa tunalaras di SLB E Prayuwana Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian adalah sebagai

berikut.

(15)

5

Nurlaela Damayanti, 2013

2. Perilaku bullying sangat merugikan bagi pelaku, korban, dan lingkungan, maka perilaku bullying harus ditangani.

3. Terdapat beberapa pendekatan-pendekatan yang diduga mampu mengurangi perilaku bullying.

4. Pendekatan modifikasi perilaku melalui prosedur self control diduga mampu mengurangi perilaku bullying.

C. Batasan Masalah

Dalam sebuah penelitian, bidang kajian yang diteliti haruslah dapat dibatasi sesuai prosedur yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar sebuah penelitian tidak keluar dari koridor atau objek kajian yang diteliti. Objek yang diteliti dapat dijadikan keterwakilan sebuah penelitian. Penelitian tersebut dibatasi agar lebih rinci dan fokus terhadap kajian penelitian yang komprehensif dan efektif.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan teknik self control untuk mengurangi perilaku bullying pada siswa tunalaras di SLB E Prayuwana Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan teknik self control memberikan

pengaruh terhadap penurunan perilaku bullying siswa tunalaras SLB E Prayuwana Yogyakarta?”

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

(16)

6

Nurlaela Damayanti, 2013

2. Bagaimanakah frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras selama diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran?

3. Bagaimanakah frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras setelah diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran?

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan

Dalam tujuan diarahkan pada jenis penelitian yang akan dilakukan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Secara Umum

Tujuan yang ingin di peroleh dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan teknik self control pada siswa tunalaras dengan perilaku bullying di SLB E Prayuwana Yogyakarta.

b. Secara Khusus

1) Untuk mengetahui frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras sebelum diberikan intervensi berupa penerapan teknik self

control dalam kegiatan pembelajaran.

2) Untuk mengetahui frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras selama diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control

dalam kegiatan pembelajaran.

3) Untuk mengetahui frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras

(17)

7

Nurlaela Damayanti, 2013

2. Kegunaan

Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru dan orang tua untuk mengurangi perilaku bullying pada siswa tunalaras.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang pendidikan khusus tentang pengaruh

penerapan teknik self control pada siswa tunalaras dengan perilaku

(18)

Nurlaela Damayanti, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Lokasi Penelitian

1. Subyek Penelitian

Nama : SR

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat

Tanggal Lahir : Surabaya, 19 April 1999

Usia : 14 tahun

Agama : Islam

Alamat : Perum Puri Balecatur Asri No. 50 Gamping Sleman Yogyakarta

Kelas : VI SDLB

Sekolah : SLB E Prayuwana Yogyakarta

SR adalah seorang anak laki-laki yang berusia 14 tahun yang kini duduk di kelas enam sekolah dasar luar biasa. Berdasarkan hasil pengamatan, SR merupakan anak yang suka menganggu dan suka membuli temannya dengan perkataan atau ucapan yang menyakitkan,

menghina, dan menyebarkan berita negatif tentang temannya.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di SLB E Prayuwana Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan Ngadisuryan No. 2 Yogyakarta. Pengamatan perilaku

bullying akan dilakukan di dalam kelas subjek. Menurut Sunanto (2006: 45)

(19)

30

Nurlaela Damayanti, 2013

Mengacu pada pernyataan di atas maka peneliti melakukan penelitian dan treatmen dengan jumlah sebagai berikut:

a. Empat sesi untuk melakukan pengamatan pada kondisi baseline (A1) atau kondisi sebelum diberikan intervensi.

b. Delapan sesi untuk pemberian intervensi (B)

c. Empat sesi untuk melakukan pengamatan pada kondisi baseline (A2)

atau kondisi setelah diberikan intervensi.

Pengamatan akan dilakukan dengan alokasi waktu 2 × 30 menit (dua jam pelajaran).

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk memperoleh pengetahuan atau pemecahan suatu permasalahan yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan logis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (20102: 107) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Metode ini digunakan karena peneliti ingin meneliti suatu perubahan yang muncul secermat mungkin, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat munculnya perubahan tersebut.

Metode eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik self

control dalam mengurangi perilaku bullying pada siswa tunalaras. Metode

eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah Single Subject

Research (SSR) atau subyek tunggal yang memfokuskan pada data individu

sebagai sampel penelitian. Pada metode subjek tunggal pengukuran variabel terikat dilakukan berulang-ulang dalam periode waktu tertentu. Perbandingan dilakukan pada subjek yang sama dengan kondisi berbeda. Yang dimaksud kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi eksperimen (intervensi).

(20)

31

Nurlaela Damayanti, 2013

natural sebelum diberikan kondisi apapun. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut. Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain reversal yaitu desain A-B-A yang bertujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan terhadap variabel tertentu yang diberikan kepada individu.

Desain A-B-A menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Mula-mula target behavior diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Pada desain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi, pengukuran pada kondisi baseline kedua diberikan. Penambahan pada kondisi baseline yang kedua ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat.

Untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan penelitian dengan disain A-B-A, peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:

a. Mendefinisikan perilaku sasaran (target behavior) dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat.

b. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil.

c. Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi

baseline stabil.

d. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B)

dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

e. Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline (A2).

(21)

32

Nurlaela Damayanti, 2013

kali suatu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu.” Frekuensi perilaku subyek bullying dicatat dengan sistem observasi langsung pada lembar pengamatan yang telah disediakan sebelumnya selama 2x30 menit. Pengisian lembar pengamatan dilakukan dengan mencatat tally setiap perilaku bullying yang muncul. Hal ini dilakukan pada fase baseline 1 (A1), intervensi (B), dan

baseline 2 (A2).

Pada fase baseline 1 (A1) frekuensi perilaku bullying subyek diukur dalam kondisi natural sebelum diberikan intervensi. Pada fase baseline 1 (A1) ini pengamatan dilakukan didalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar dimulai.

Pada fase intervensi (B) frekuensi perilaku bullying subyek diukur dalam pengaruh pemberian intervensi. Pada fase intervensi (B) peneliti memberikan intervensi berupa penerapan teknik self control. Self control adalah prosedur untuk mengarahkan atau mengatur perilakunya sendiri. Peneliti membantu mengarahkan subyek untuk mengurangi perilaku bullying, sehingga perilaku

bullying dapat berkurang atau bahkan hilang. Teknik ini hanya diberikan ketika

pembelajaran di kelas berlangsung. Hal ini dilakukan karena perilaku bullying yang dilakukan subyek lebih sering dilakukan di kelas. Perilaku bullying yang dilakukan lebih kepada bullying secara verbal seperti mengejek dan merendahkan teman, serta mengatakan hal yang menyakitkan tentang temannya. Subyek termasuk siswa yang pandai, sehingga subjek merasa unggul dibanding teman sekelasnya. Karena itulah subyek sering mengatakan hal yang menyakitkan tentang temannya.

Pada fase baseline 2 (A2) frekuensi perilaku bullying subyek diukur setelah diberikan intervensi sebagai kontrol terhadap fase intervensi. Pada fase

baseline 2 (A2) ini peneliti tidak lagi menerapkan teknik self control dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui frekuensi

(22)

33

Nurlaela Damayanti, 2013

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 38) variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Konkritnya adalah konsep operasional, dimana penjelasan dari tiap variabel tergantung pada jenis penelitian yang dilakukan. Variabel

dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas (independent variabel) adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Variabel ini merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik dalam penelitian. “Variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2012: 39). Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian. “Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2012: 39).

1. Definisi Konsep Variabel

a. Teknik Self Control

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik self control. Self

control mengandung arti mengatur sendiri tingkah laku yang dimiliki.

Self control juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau

merintangi impuls-impuls atautingkah laku impulsif.

Menurut Soekardji (Purwanta, 2005: 205) pengendalian atau

(23)

34

Nurlaela Damayanti, 2013

sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Suatu perilaku menghasilkan konsekuensi yang positif akan tetapi juga menghasilkan konsekuensi yang negatif. Oleh karenanya self

control selain berupa kemampuan untuk mendapatkan konsekuensi

positif juga merupakan kemampuan untukmengatasi konsekuensi

negatif.

Menurut Averill (2012) self control merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan perilaku, kemampuan dalam mengendalikan stimulus yang tidak diinginkan, kemampuan dalam mengantisipasi peristiwa, kemampuan dalam menafsirkan peristiwadan kemampuan dalam mengambil keputusan. Self control berperan dalam hubungan seseorang dengan orang lain, selain itu self control berperan dalam pencapaian tujuan pribadi.

b. Perilaku Bullying

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku bullying. Keashly (Parsons, 2009: 9) meendefinisikan tentang perilaku bullying sebagai serangkaian perilaku verbal dan non verbal atau penyiksaan emosi. Randall (Parsons, 2009: 9) merumuskan perilaku bullying sebagai perilaku agresif yang muncul dari suatu maksud yang disengaja untuk mengakibatkan tekanan kepada orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Definisi Pusat Keamanan Sekolah Nasional (Parsons, 2009: 9) menambahkan satu unsur lain yang disepakati oleh para

peneliti yakni perilaku yang agresif dan menyakitkan ini dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang. Kunci utama dari semua definisi ini

(24)

35

Nurlaela Damayanti, 2013

jawab. Biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang. Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban bullying apabila dia diperlakukan negatif dengan jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering atau menjadi sebuah pola oleh seseorang atau lebih.

Negatif di sini artinya secara sengaja membuat luka atau ketidaknyamanan melalui kontak fisik, melalui perkataan atau dengan

cara lain. Riauskina (Mudjijanti, 2011:1) mengelompokkan perilaku

bullying ke dalam 5 kategori, yaitu:

1) Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci, seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain).

2) Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan (put-down), mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), mencela atau mengejek, memaki, menyebarkan gosip).

3) Perilaku non verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal).

4) Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng). 5) Pelecehan seksual (kadang-kadang dikategorikan perilaku

agresi fisik atau verbal).

Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor

(25)

36

Nurlaela Damayanti, 2013

1) Keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada

konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.

2) Sekolah. Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah. 3) Faktor kelompok Sebaya. Anak-anak ketika berinteraksi dalam

sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Teknik Self Control

(26)

37

Nurlaela Damayanti, 2013

membimbing tingkah laku sendiri. Dalam teknik self control hampir seluruh kegiatan dapat diserahkan kepada subjek, terapis berperan sebagai pencetus gagasan, fasilitator yang membantu merancang perilaku yang akan dikukuhkan, memberikan pengukuhan dan motivator gagasan. Adapun dalam latihan self control ini, subjek akan berlatih melalui kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan target behaviornya.

Langkah-langkah dalam teknik self control: 1) Spesifikasi Masalah

a) Tentukan tujuan perilaku dengan rinci, konkrit, dan wajar b) Buat daftar perilaku yang dapat membantu tercapainya tujuan. 2) Membuat Komitmen Untuk Berubah

a) Buat daftar keuntungan apabila program ini berhasil b) Atur lingkungan : ada orang lain yang mengingatkan 3) Mengambil Data dan Analisis Penyebab

a) Ambil data tentang munculnya masalah : kapan, dimana, seberapa sering?

b) Catat frekuensi permasalahan 4) Merancang Program

a) Mengatur lingkungan

b) Mengurangi kontak dengan orang lain c) Menentukan waktu.

b. Perilaku Bullying

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku bullying. Perilaku

bullying adalah sebuah tindakan berulang terhadap seseorang atau

beberapa orang yang takut akan kekuasaan pelaku bullying. Bullying

(27)

38

Nurlaela Damayanti, 2013

D. Instrumen penelitian

Penelitian membutuhkan data untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat terdapat hubungan yang fungsional. Data ini diperoleh dari mengumpulkan data dengan teknik pengumpulan data seperti tes, wawancara atau observasi. Dalam pengumpulan data dibutuhkan suatu alat untuk mengumpulkan data. Alat pengumpul data ini disebut instrumen.

Menurut Arikunto (2010: 203):

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah alat berupa pedoman observasi yang dirancang dari target behavior berupa pencatatan frekuensi kejadian. Dalam pelaksanaan teknik self control diterapkan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Sebelum melakukan pembelajaran, peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu teknik self control, membuat kesepakatan dengan siswa tentang konsekuensi yang dihadapinya jika siswa melakukan bullying, dan kesepakatan tentang alternatif perilaku pengganti bullying. Jika siswa melakukan perilaku bullying menghina teman ketika pembelajaran berlangsung, maka siswa akan menanggung konsekuensi yang sebelumnya telah disepakati.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik self control untuk mengurangi perilaku bullying

pada siswa tunalaras ini akan menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi (pengamatan).

(28)

39

Nurlaela Damayanti, 2013

adalah kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu panca indra lainnya (Bungin, 2010:115). Menurut Arikunto (2010: 200) observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi sistematis dimana akan digunakan instrumen pengamatan pada saat observasi. Adapun alasan pemilihan metode pengumpulan data berupa observasi adalah karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi perilaku bullying dalam kelas pada subjek. Tentunya dalam pelaksanaannya perilaku bullying dapat diamati dengan melakukan observasi atau pengamatan. Melalui observasi atau pengamatan ini akan terlihat frekuensi subjek melakukan perilaku

bullying pada periode waktu tertentu. Untuk itu, kegiatan observasi atau

pengamatan adalah hal yang dirasa tepat untuk mengamati perilaku bullying pada subjek. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.

F. Analisis Data

Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu intervensi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu

intervensi, maka dilakukan pengamatan dengan membandingkan hasil subjek penelitian pada waktu sebelum, selama, dan sesudah mendapatkan intervensi.

(29)

40

Nurlaela Damayanti, 2013

a. Untuk membantu mengorganisasikan data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi.

b. Untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membantu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Menurut Sunanto et al (2005: 37) terdapat beberapa komponen penting dalam penyajian data berbentuk grafik, yaitu:

a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang

menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal).

b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang

menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi).

c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y

sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang

menunjukkan ukuran (misalnya 0%, 25%, 50%, 75%).

e. Label Kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi

eksperimen misalnya baseline atau intervensi.

f. Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan

adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

g. Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar

(30)

41

Nurlaela Damayanti, 2013

Grafik 3.1. Disain A-B-A

Setelah data di lapangan diperoleh, selanjutnya data tersebut divisualisasikan ke dalam bentuk grafik yang dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut. Menurut Sunanto (2006) komponen-komponen analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Analisis Data dalam Kondisi

Analisis data dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.

1) Panjang Kondisi

Panjangnya kondisi dilihat dari banyaknya data point atau skor setiap kondisi. Panjang kondisi ini menggambarkan banyaknya sesi pada setiap kondisi.

2) Kecenderungan Arah

(31)

42

Nurlaela Damayanti, 2013

berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Menentukan estimasi kecenderungan arah menggunakan metode split-middle. Metode split-middle adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data poin nilai ordinatnya. Langkah-langkah untuk menentukan kecenderungan arah dengan menggunakan metode split-middle adalah sebagai berikut.

a) Membagi data menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.

b) Membagi data bagian kanan dan bagian kiri masing-masing menjadi dua bagian.

c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.

d) Menarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara median data bagian kanan dan data bagian kiri.

3) Tingkat Stabilitas

Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat stabilitas ini berdasarkan jumlah data point yang berada dalam rentang diantara batas atas, mean dan batas bawah.

4) Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Terdapat tiga kemungkinan dalam jejak data ini yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Menentukan kecenderungan

jejak data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.

5) Rentang

(32)

43

Nurlaela Damayanti, 2013

6) Tingkat Perubahan

Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Langkah-langkah untuk menentukan tingkat perubahan adalah sebagai berikut.

a) Menentukan data point pertama dan data point terakhir dalam suatu kondisi.

b) Kurangi data point yang besar dengan data point yang kecil. c) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah membaik atau

memburuk sesuai dengan tujuan intervensi.

b. Analisis Data antar Kondisi

Analisis data antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Menurut Sunanto (2006) komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

1) Variabel yang diubah

Analisis data antar kondisi sebaiknya difokuskan pada satu variabel terikat dan ditekankan pada efek intervensi terhadap perilaku sasaran.

2) Perubahan Kecenderungan Arah Dan Efeknya

Perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran (target

behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Perubahan kecenderungan

arah dan efeknya ditentukan dengan cara mengambil data estimasi

kecenderungan arah pada analisis visual dalam kondisi.

3) Perubahan Stabilitas Dan Efeknya

(33)

44

Nurlaela Damayanti, 2013

mengambil data kecenderungan stabilitas pada analisis visual dalam kondisi.

4) Perubahan level data

Perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah. Perubahan level data ini ditunjukkan dengan selisih antara data point

terakhir dalam kondisi baseline dengan data point pertama dalam kondisi

intervensi.

5) Data yang Tumpang Tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Langkah-langkah untuk menentukan persentase overlap adalah dengan cara sebagai berikut. a) Melihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline 1 (A1). b) Menghitung banyaknya data pada fase intervensi (B) yang berada

pada rentang fase baseline 1 (A1).

c) Banyaknya data yang diperoleh pada langkah b dibagi banyaknya data dalam fase intervensi (B) kemudian dikalikan 100%.

(34)

Nurlaela Damayanti, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian pada subjek berinisial SR di SLB E Prayuwana Yogyakarta, diperoleh hasil bahwa terdapat penurunan frekuensi perilaku

bullying ketika intervensi, dan sesudah intervensi. Hal tersebut dapat dilihat

dari beberapa grafik yang ada di bab sebelumnya bahwa frekuensi perilaku subjek telah menurun.

Menurut perhitungan kecenderungan stabilitas mean level untuk pencatatan kejadian sebelum intervensi (A1) sebesar 12,75, kondisi intervensi (B) sebesar 9,25, dan setelah intervensi (A2) 4. Frekuensi rata-rata SR melakukan perilaku bullying pada kondisi baseline 1 (A1) sebesar 12,75 yang menurun pada kondisi intervensi (B) sebesar 9,25 dan menurun kembali pada kondisi baseline 2 (A2) sebesar 4. Selain itu, estimasi kecenderungan arah pada kondisi intervensi (B) dan baseline 2 (A) menunjukkan kecenderungan arah menurun. Persentase data overlap sebesar 0% yang berarti adanya pengaruh dari kegiatan intervensi ini terhadap target behavior.

Berdasarkan data pada bab sebelumnya maka penulis menyimpulkan

bahwa teknik self control dapat mengurangi frekuensi perilaku bullying subjek. Hal ini dibuktikan dengan frekuensi rata-rata perilaku bullying subyek mengalami penurunan dari kondisi baseline 1 ke intervensi, dan dari kondisi intervensi ke baseline 2. Frekuensi rata-rata perilaku bullying siswa tunalaras sebelum diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran adalah sebesar 12,75 poin. Sedangkan frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras selama diberikan intervensi berupa penerapan teknik self control dalam kegiatan pembelajaran mengalami penurunan dari 12,75 poin menjadi 9,25 poin. Frekuensi perilaku bullying siswa tunalaras setelah diberikan intervensi berupa penerapan teknik self

control dalam kegiatan pembelajaran mengalami penurunan kembali dari

(35)

68

Nurlaela Damayanti, 2013

teknik self control dapat mengurangi perilaku bullying secara verbal. Hasil kesimpulan ini sekaligus menjawab pertanyaan penelitian dalam penelitian ini.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian yang diperoleh, maka penulis

menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penurunan perilaku bullying, diharapkan sekolah menggunakan teknik

self control untuk mengurangi perilaku bullying pada siswa tunalaras.

2. Bagi Orang Tua

Kepada orang tua hendaknya mempelajari tentang teknik self control dan menggunakan teknik self control sebagai upaya penanggulangan perilaku bullying yang di rumah. Selain itu orang tua perlu mengawasi tontonan di rumah seperti televisi, games, film bioskop, internet dan lain sebagainya, karena siswa memiliki kecenderungan mengimitasi apa yang dilihatnya dari tayangan yang ditonton.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian ulang terhadap teknik self control untuk mengurangi perilaku bullying.

Namun penelitian dilakukan dengan menambah sampel, menggunakan metode penelitian yang berbeda, dan teknik pengumpulan data yang

(36)

68

Nurlaela Damayanti, 2013

4. Bagi Jurusan Pendidikan Khusus

(37)

Nurlaela Damayanti, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ariesto, Asdrian. (2009). Pelaksanaan Program Anti-Bullying Teacher

Empowerment Program di Sekolah. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Indonesia: Tidak Diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Darmawan, Made Yoga. (2012). Penerapan Konseling Realita dengan Teknik Self

Control Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Siswa Kelas X TK 1 SMK Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Hapsari, Ayu Dyah. (2009). Hubungan antara Social Interest dengan Self Control

pada Remaja Pelaku Index Offenses di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Skripsi. Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan Konseling

dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Tidak Diterbitkan.

Mudjijanti, Fransisca. (2011). School Bullying dan Peran Guru Dalam

Mengatasinya. Naskah Krida Rakyat: Tidak diterbitkan.

Parsons, Les. (2009). Bullied Teacher Bullied Student, Guru dan Siswa yang

Terintimidasi, Mengenali Budaya Kekerasan di Sekolah dan Mengatasinya. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Purwanta, Edi. (2005). Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak Luar

Biasa. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian dengan

(38)

70

Nurlaela Damayanti, 2013

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek

Tunggal. Bandung : UPI Press

Sunardi. (1995). Ortopedagogik Anak Tunalaras I. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Sumber Internet:

. (2012). Beberapa Penyebab Bullying di Kalangan Anak-Anak dan Remaja. [Online]. Tersedia: http://female.kompas.com/read/2012/08/0714121459 [30 Maret 2013]

. (2012). Dampak Bullying.

[Online]. Tersedia: http://www.psychologymania. com/2012/06/dampak-bullying.html. [30 Maret 2013]

. (2012). Definisi Bullying.

[Online]. Tersedia: http://www.psychologymania. com/2012/06/definisi-bullying.html [30Maret 2013]

. (2012). Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying.

[Online]. Tersedia : http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-faktor-penyebab-terjadinya.html [30 Maret 2013]

. (2009). Kontrol Diri atau Self Control. [Online]. Tersedia:

http://atpsikologi.blogspot.com/2009/11/kontrol-diri-atau-self-control.html [5 Oktober 2013]

. (2013). Teknik Teknik dalam Modifikasi Perilaku.

Gambar

Tabel
Grafik
Grafik 3.1. Disain A-B-A

Referensi

Dokumen terkait

Observasi atau pengamatan terhadap aktivitas peneliti oleh kolaborator dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik self management yaitu pada setiap

Topik-topik layanan a bimbingan kelompok a dengan menggunakan teknik a role playing untuk mengurangi a perilaku bullying a dalam penelitian ini yaitu sebab-sebab

Observasi atau pengamatan terhadap aktivitas peneliti oleh kolaborator dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik self management yaitu pada setiap

Teknik ini dilakukan peneliti dengan berbagai pertimbangan yakni dengan alasan keterbatasan waktu, tenaga dan kebutuhan yang menunjang kegiatan dalam bimbingan kelompok.Adapun sampel