26 September 2008 Volume I, revisi 1.0 Oleh Acep Taryana
Wujud Produktifitas Muslim
Kematian untuk menuju ke-hidupan abadi.
Produktifitas Ala Islam
Usaha Meningkatkan Produktivitas
Produktif merupakan salahsatu sifat inti yang sangat didambakan oleh setiap manu-sia. Pengakuan eksistensi individu (juga sebuah kelom-pok) di lingkungan masyara-kat akan ditentukan oleh ada tidaknya produktifitas indi-vidu tersebut. Oleh karena itu, seseorang yang tidak produk-tif biasanya akan digelari wu-juduhu ka „adamihi, ke-beradaannya tidak berpenga-ruh dan tidak menimbulkan perubahan yang signifikan dan ketiadaannya pun tidak men-imbulkan rasa kehilangan serta penurunan etos produkti-fitas yang lainnya.Maka, san-gatlah wajar bila dalam rangka memenuhi keingian manusia untuk menjadi sosok yang produktif, dan eksistensinya secara sosial diakui, banyak konsep-konsep yang ditawar-kan kepada mereka supaya bisa membangun dirinya men-jadi manusia yang produktif. Semua konsep mempunyai misi tertentu, baik dalam pem-bentukan paradigma seseorang
ataupun pembentukan visi dan misi hidupnya
Oleh karena itu, banyak terda-pat perbedaan asasi antara konsep yang ditawarkan oleh Islam (strategi Islam mencip-takan manusia produktif) den-gan konsep-konsep dari luar Islam. Konsep-konsep dari luar Islam biasanya berorien-tasikan materi dan dunia serta menjauhkannya dari nilai-nilai ilahiyyah. Sedangkan konsep Islam adalah penggabungan keduanya. Konsep-konsep Islam mampu menembus di-mensi basyariyah sekaligus dimensi ilahiyah. Oleh karena itu, Islam bukanlah agama yang hanya mengurusi ma-salah-masalah vertikal saja, melainkan juga membahas masalah yang sifatnya hori-zontal.
bali ketitik semula (“back to basic”).
Saat ini sedang ramai pelatihan-pelatihan manajemen seperti ESQ (Emotional Spiritual Quotion). 2 hari pelatihan sangat berdampak sampai nangis-nangis, tetapi mengapa setelah kembali kepada lingkungan bekerjanya maka seperti tidak ada peruba-han.
Tahun delapan puluhan pun sudah terdengar istilah
produktivitas. Teori, konsep pendapat2 ten-tang produktivitaspun sdh cukup banyak, tapi celakanya orang Indonesia masih di-tuduh produktivitas kerja nya rendah. Tapi ada yang lucu, ada seorang direktur produksi di Perusahaan Tekstil terbesar di Negeri ini, paling getol mengirim SDMnya magang
ke Jepang. Diam diam dia mengamati produktivitas sebe-lum berangkat, dan setelah kembali, pun waktu di Jepang diminta laporan dari supervi-sornya. Lucunya apa? Begini! Selama di Jepang Produktivi-tas naik sangat tajam, tidak kalah dengan orang Jepang disana. Tapi begitu kembali ke habitat lama, Produktivitas yg tinggi hanya bertahan be-berapa bulan, sebelum
kem-Point produktifitas Produktif untuk Alloh SWT
Produktif untuk diri sendiri
Produktif untuk sesama manusia.
Miskonsepsi Umat (kesalahan konsep)
Bekerja bukan ibadah. 1
Waktu adalah uang. 2
Rizki itu adalah uang atau materi.
3
Manusia produktif adalah mereka yang memiliki banyak karya, aktif dan enerjik dalam bekerja.
4
Sekolah untuk mencari kerja mendapatkan uang.
5
Hidup berakhir dengan kematian
6
Menuju Sosok Muslim
Produktif
Disampaikan dalam Kultum Tarawih dan Subuh, Ramadhan 1429H malam ke 27 di Darul Arqom Perum GS 2
1
Usaha Meningkatkan Produktivitas
Pemecahan Masalah
ANGKA
PRODUK-TIFITAS
:
Pendapatan minimum bangsa produktif adalah $ 6 -8 per jam.Pendapatan masyarakat konsumtif $ 1- 3 per hari. Jepang adalah bangsa pro-duktif, umur rata-rata orang jepang adalah 83 th untuk wanita dan 80 tahun untuk laki-laki.
Indonesia kurang produktif, umur rata-rata adalah 40-60 tahun. Tetapi umur adalah rahasia Alloh SWT. Pengalaman seorang teman
kuliah di luar negeri. Diantara teman yang pernah mengenyam pen-didikan di luar negeri sering berseloroh, “Gimana sudah kembali kedalam kondisi se-mula ?”. Apa maksudnya? Tern-yata, berhubungan dengan pro-duktivitas bekerja, disana sangat produktif mulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 10 malam. Tetapi disini, cukup [produktif dari pukul 7.30 sampai dengan 13.00.
Sistem pendidikan di pesantren. Sistem di pesantren sangat ketat, mulai pukul 3 pagi harus bangun untuk sholat tahajud, kemudian sholat subuh, talim, sholat dhu-hur, sholat ashar, sholat magrib, talim, sholat isya dst.
Mengapa usaha itu
be-lum memunculkan
dam-pak yang signifikan ?
Indonesia masih
diang-gap negara rendah
pro-duktivitas.
dengan tuntunan Islam, maka peningkatan produktifitas setiap muslim akan mengalami lonjakan kenaikan yang tinggi. Adapun keterbelakangan umat Islam sekarang ini ialah disebabkan oleh salahnya cara pandang mereka terhadap hidup dan ibadah ini, mereka memisahkan wilayah kehidupan dengan agama, dunia dengan akhirat. Padahal sebenarnya Islam merupakan penghubung antara dunia dan akhirat. akhirat. Padahal
Yang pertama, perlu mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam Islam, hidup bukanlah menuju kematian, akan tetapi menuju kehidupan yang abadi. Hidup merupakan ladang yang akan dituai hasilnya di kehidupan abadi nanti. Sehingga hidup ini merupakan durasi penyeleksian manusia dari amalan-amalannya, dari produktifitasnya di pentas dunia. Mana di antara mereka yang tigkat produktifitasnya tinggi dan mana yang tidak.
Allah swt berfirman: “Yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS. 67:2) Juga dalam ayat yang lain; “Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. 51:56)
Apabila paradigma (cara pandang) terhadap hidup dan ibadah mulai diarahkan sesuai
Pemecahan Masalah
beramal lebih banyak dan lebih berkualitas lagi. Produk-tivitasnya akan terjaga bahkan akan terus bertambah sedikit demi sedikit. Dan tidak hanya
itu, „amaliyahnya
(produktifitas) pun akan mem-punyai nilai yang abadi. Nilai ini adalah nilai keikhlasan yang jauh dari kepentingan-kepentingan pribadi dan duniawi. Rasulullah saw ber-sabda: “Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya“.
sebenarnya Islam merupakan penghubung antara dunia dan akhirat.
Yang kedua, memelihara kunci produktifitas, yaitu hati.
Rasulullah saw
bersabda:”Ingatlah dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, itu
tidak lain adalah hati.” Hati merupakan “ruh” bagi semua
potensi yang kita miliki. Pikiran dan tenaga tidak akan tercurahkan serta tersalurkan dalam suatu bentuk „amaliyah khairiyyah (bernilai produktif) jika kondisi hati ini mati atau rusak. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits di atas. Kalaupun ada, maka itu secara dhahir saja dan tidak menyentuh nilai-nilai ilahiyyah. Hati yang terpeli-hara dan terlindungi akan memancarkan energi yang mendorong manusia untuk Anak adalah Amanah, didiklah
anak untuk tidak memboroskan waktu, aturlah waktu bela-jar,bermain, istirahatnya dsb se-cara kontinyu.
Waktu adalah kehidupan
Page 2
Menuju Sosok Muslim Produktif
Ubah Paradigma hidup.
Benahi Qolbu.
Mulai saat ini
Kontinyu
3
Pemecahan Masalah
Prinsip Etos Kerja Seorang Muslim
waktu Rasulullah saw pernah ditanya mengenai amalan yang paling dicintai oleh Allah, Maka Rasul pun spontan menjawab:“Yang
dilakukan secara terus menerus, walaupun
sedikit” (al-Hadits).
Dengan prinsip kontinuitas ini, maka Islam dapat menjaga kestabilan produktivitas seorang muslim. Islam tidak membiarkan seorang muslim beramal “besar” kemudian setelah itu padam dan surut kembali. Dorongan kontinu (dawam) dalam beramal dengan bentuk ahabul a‟mali ilallah (yang paling disukai oleh Allah) merupakan dorongan terbesar bagi setiap muslim untuk senantiasa terus produktif dan menjaga produktivitasnya.
Yang ketiga, bergerak dari sekarang. Seorang sahabat pernah berkata, “Jika engkau di pagi hari maka janganlah menunggu waktu besok, dan jika engkau di sore hari maka janganlah menunggu nanti sore“. Prinsip “bergerak dari sekarang” ini menunjukan
suatu etos kerja yang tinggi dan hamasah (semangat) beramal yang menggebu-gebu. Seorang muslim sangatlah tidak pantas jika menunda-nunda suatu amal, karena waktu dalam pandangan Islam sangatlah mahal (oleh karena itu, dalam Al-Quran Allah swt banyak bersumpah dengan waktu). Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengatakan bahwa “waktu adalah kehidupan” .
sangatlah tidak pantas jika menunda-nunda suatu amal, karena waktu dalam pandangan Islam sangatlah mahal Oleh karena itu, dalam Al-Quran Allah swt banyak bersumpah dengan waktu).
Dari prinsip ini, akan terlahir sosok-sosok manusia „amali. Manusia yang senantiasa menghiasi waktunya dengan lnilai-nilai produktivitas yang tinggi, dan menjauhi nilai-nilai yang tidak akan mengantarkannya kepada suatu yang tidak produktif. Dan inilah sosok muslim yang ideal sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya, ia berkata:
“Di antara tanda bagusnya
Islam seseorang, ia senantiasa meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
dirinya”.
Yang keempat, kontinuitas dalam beramal. Dalam Islam, masa produktif ialah sepanjang hayat, selama ia masih menghirup kehidupan, maka ia dituntut untuk terus beramal dan menjaga produktivitasnya, walaupun amalan itu dilakukan sedikit demi sedikit. Aisyah pernah menceritakan bahwa suatu
Alloh memerintahkan umat islam : kalau sudah selesai satu pekerjaan, maka kerjakan lagi yang lain. Hasil kerja hari ini harus lebih baik dan banyak.
Dengan mengubah cara pan-dang bahwa Waktu adalah bukan sekedar uang maka seo-rang Muslim tidak perlu takut ketika bekerja kemudian menunaikan sholat dhuhur, ashar. Alloh sudah menjamin Rizki kita dalam QS Ath Tha-laq ayat 2-3 : “Barang siapa yang bertakwa kepada Alloh maka niscaya dia akan men-gadakan jalan keluarnya. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka” .
Dengan mengubah cara pan-dang bahwa Produktif bukan sekedar bekerja secara fisik maka seseorang yang sudah sepuh tidak perlu putus asa, mereka masih bisa menyum-bangkan pikiran untuk ke-hidupan ini.
Point ketiga produktifitas adalah “mulai/bergerak dari saat ini”. Point ini akan ber-hubungan dengan masalah etos kerja. Ada lima prinsip etos kerja mencakup:
Pertama : Kerja, aktifitas, amal dalam islam adalah per-wujudan rasa syukur kita kepada ni‟mat Alloh SWT. Kedua : Seorang muslim hen-daknya berorientasi pada pen-capaian di dunia (hasanah fiad -dunyaa) dan akhirat (hasanah fi al-akhirah).
Ketiga : Dua karakter utama yang hendaknya kita miliki : al-qawiyy dan al-amiin. Al-qawiyy merujuk kepada reli-ability, dapat diandalkan. Juga berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental(emosional, intelektual, spiritual). Semen-tara Al-amiin, merujuk kepada integrity, satunya kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah.
Keempat : Kerja keras. Ciri pekerja keras adalah sikap pantang menyerah; terus menerus mencoba hingga berhasil. Kita bias meneladani ibunda Ismal a.s.
Kelima : Kerja dengan cerdas. Cirinya memiliki pengetahuan
dan keterampi-kerja. Jika etos kerja dimaknai dengan semangat kerja maka etos kerja seorang Muslim bersumber dari visinya : meraih hasanah fidunnya dan fi alhkhirat. Jika etos kerja dipahami sebagai etika kerja ; sekumpulan karakter, sikap, mentalitas kerja, maka dalam bekerja, seorang Muslim senantiasa menunjukkan ke-sungguhan.
Knowledge Society merupakan konsep baru dalam peningkatan produktifitas.
Bekerja adalah Ibadah
Page 3
Teori Kemungkinan :
Seandainya Surga dan Neraka itu tidak ada maka tidak menjadi masalah kita tidak makan daging Babi, toh masih banyak daging yang halal. Tidak menjadi masalah tidak minum Khamer, karena kalau kita menyetir mobil minum khamer dapat memabukkan. Tapi apa jadinya jika Surga dan Neraka itu ada ? Setiap amalan akan dapat ganjaran. Dibakar, dipotong, digergaji, direbus, minum nanah. Wawlahu Alam bisowab. (DR Wahyudi Martono, Pengajar UIIM Malaysia)
Kesimpulan
SATU : Jadilan Muslim yang produktif dengan etos kerja yang baik, kerja keras saja tidak cukup tetapi kerja den-gan cerdas. Saatnya menyong-song “Knowledge Society”, yang tadinya mengetik kata langsung melalui papan ketik mesin tik, tetapi sekarang melalui computer terlebih dahulu kita harus memiliki bekal pengetahuan yang cu-kup untuk dapat mengetikkan kata/kalimat. Yang tadinya asset organisasi itu adalah property atau benda-benda fisik tetapi sekarang bergeser menjadi sumber daya manu-sia, sumber daya knowledge baik tacit maupun non tacit.
Ketidakcerdasan dalam bekerja dapat menimbulkan efek fatal seperti halnya Indo-nesia kehilangan pulau Amba-lat karena kalah dipersidangan dan karena kita tidak menga-mankan knowledge berupa dokumen/data tentang kepu-lauan Indonesia, paten-paten seperti tempe, batik, angklung
telah dimiliki oleh Negara lain. Suatu saat kita akan dila-rang untuk memproduksi angklung, tempe, batik karena tidak memiliki hak patennya. Walaupun dalam tulisan terda-hulu digambarkan ukuran Negara produktif itu adalah $, tetapi sebenarnya ironi karena menurut Islam bahwa produk-tifitas bukan diukur dengan materi. Ilmuwan Jepang men-gatakan bahwa sudah saatnya ukuran kekayaan bukan materi tetapi HIT atau jumlah akses, seberapa banyak tetangga yang berkunjung kerumah kita dalam kebaikkan. Teknologi telah memungkinkan kita untuk dapat diakses dari selu-ruh dunia sehingga kita akan sangat terasa bermanfaat un-tuk orang lain.
DUA : Marilah ubah cara pandang tentang Miskonsepsi Umat islam. Tidak hanya produktif untuk dunia saja tetapi produktif untuk akhirat sehingga kita akan menjadi muslim yang produktif
terha-Ramadhan Sebagai Kontrol / Pemacu
:
Melalui Ramadhan ini hendaknya dijadikan sebagai pemacu untuk mengubah diri sehingga menjadi Muslim yang produktif menuju Ridhanya. Ramadhan hanya 30 hari, tetapi Alloh telah menjamin dan berjanji bahwa banyak kebaikkan di dalamnnya. Ibadah sunnah disejajarkan dengan ibadah wajib, banyak pahala yang ditingkatkan derajatnya (bukan kali), ada malam lailatur qodar yang setara dengan kebaikkan 1000 bulan jika mendapatkannya. Semuanya ini adalah janji Alloh dan Alloh tidak pernah bohong. Janji Alloh ini akan sangat logis bagi orang-orang yang selamanya bergelimpangan dosa ingin bertobat. Seandainya orang itu selama 50 tahun berlumuran dosa dan batas kematiannya adalah 55 tahun, maka kalau tidak ada janji Alloh seperti itu dipastikan putus asa. Bagaimana tidak kalau dihitung secara normal waktu tersisa dia hanya 5 tahun untuk bertobat dan mendapatkan pa-hala-pahala, dapat dipastikan jika menggunakan perhitungan normal biasa (linier) maka akan lebih banyak dosanya 50 tahun. Tetapi Alloh maha tahu dan maha per-kasa, Alloh ciptakan pahala yang membuat ketidaklinieran. Sehingga sangat dimungkinkan waktu beribadah 5 tahun akan menyebabkan timbangan kebaikan lebih berat dibanding dengan dosa yang telah dilakukan selama 50 tahun.
Ada 3 hal yang menjadikan Ramadhan istimewa yaitu 1). Sistem yang mendukung : lingkungan mendadak berubah menjadi Islami, dimana-mana gaung ramadhan diku-mandangkan, pertelevisian berubah acaranya menjadi Islami walaupun isinya tidak sesuai dengan judul. 2). Jadwal yang ketat yang senantiasa kita ikuti, bak masuk dalam lingkaran/pusaran air, sekali masuk maka tidak bisa keluar lagi, hati terus terpana dan berusaha mengikuti terus amaliyah Ramadhan. 3). Tarbiah Ramadhan : tajil bersama, kultum taraweh, kultum subuh. Semuanya telah menumbuhkan bakal baru ustad-ustad.
Sehingga jangan heran setelah Ramadhan berakhir ada beberapa teman yang telah mengalami perubahan diri yang tadinya malas berjamaah di mesjid menjadi rajin, yang tadinya pemarah menjadi pemaaf, yang tadinya pendendam menjadi pen-yayang, yang tadinya berwajah kusam menjadi cerah dengan senyumnya yang menawan, yang tadinya suka mengeluh berubah menjadi pemberi solusi. Perubahan ini terjadi tiada lain karena fasilitas yang telah Alloh berikan kepada kita selama Ramadhan.
dap Alloh, produktif terhadap diri sendiri, produktif terhadap orang lain.
TIGA : Melalui Ramadhan yang tersisa 3 hari lagi, mu-dah-mudahan kita bisa men-jadikannya sebagai wahana untuk menggembleng diri, sarana tarbiah. Jangan kha-watir Ramadhan tinggal 3 hari lagi, Alloh telah menyediakan kebaikkan didalamnya, Alloh telah menyediakan ketidak-linieran pahala sehingga san-gat dimungkinkan waktu yang tersisa akan lebih berbobot dibandingkan dengan waktu yang 27 hari yang lalu.
EMPAT : Semoga kita mampu menjadi Muslim yang lebih baik dari hari kemarin.
Mohon maaf bila ada kata yang kurang tepat dan meny-inggung perasaan hadirin. Wasalamua‟laikum wR wB Jl. KH Samsuri Ridwan Blok G18 Perumahan
Griya Satria Indah 2 Kalisari Purwokerto
Phone: 0281-6841573 E-mail: aetthea@yahoo.com;
acep@unsoed.ac.id Homepage:aetthea.blog.unsoed.ac.id
Pengajar di Jurusan Teknik Elektro (dimensi Informasi) Unsoed
Oleh Acep Taryana
Data diolah menjadi informasi, informasi menjadi bahan memben-tuk pengetahuan (Knowledge), Knowledge akan membentuk manusia yang arif/bijak (wise) Sumber Pustaka :
1. Al Qur‟an dan terjemahannya 2. republika.co.id
3. http://adhisaputra.wordpress.co m/2007
4. Gibson,Rowan, Rethinking the Future.London,Nicholas Brealy Publishing, 1997.
5. Ibrahim,Anwar,The Asian Ren-aissance.Singapore, Times BookInternational,1996.