• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010196 12.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010196 12."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

II.

TELAAH PUSTAKA

Limbah cair tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari tahap pengkanjian,

penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan,

pencetakan dan proses penyempurnaan. Tahap tahap tersebut merupakan sumber

limbah cair utama karena menghasilkan limbah cair sekitar 80% dan mengandung

bahan berbahaya seperti logam berat yang banyak berasal dari proses pewarnaan. Di

dalam proses pewarnaan dan penyempurnaan bahan tekstil digunakan zat warna

seperti indigo dan azo yang mengandung logam berat (Pratiwi, 2010). Karakteristik

limbah tekstil adalah mempunyai intensitas warna sebesar 50-2500 skala Pt-Co, hal

ini menyebabkan limbah cair tekstil sebagian besar ditandai dengan tingginya zat

organik, pH serta logam berat (Purwaningsih, 2008).

Salah satu logam berat yang berasal dari zat warna yang digunakan pada industri

tekstil adalah logam berat kadmium (Purwaningsih, 2008). Menurut Pal et al. (2006),

kadmium (Cd) termasuk ke dalam logam berat non esensial, pada konsentrasi yang

tinggi Cd merupakan logam berat yang bersifat karsinogen, mutagenik dan

teratogenik, logam Cd memiliki waktu paruh (biological life) yang panjang dalam

tubuh organisme apabila terakumulasi berkisar 10-30 tahun karena tidak dapat

didegradasi. Kadmium (Cd) termasuk ke dalam salah satu logam berat yang banyak

dijumpai di perairan yang menerima limbah tekstil, pewarna, cat, fotografi dan

pembuatan baterai (Nasution, 2011).

Soemirat (2005) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian pada tanaman

padi yang dilakukan oleh Miller et al. di Toyama Jepang pada tahun 2001, tanaman

padi diambil dari persawahan yang mendapat irigasi dari air buangan penambangan

timah dan bijih seng. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa padi yang dipanen

mengakumulasi logam berat Cd dalam jumlah yang tinggi. Tingginya logam berat

Cd pada padi yang dipanen mengakibatkan penduduk yang mengkonsumsi padi

tersebut menderita penyakit itai-itai yakni tulang mengalami pelunakan, kemudian

menjadi rapuh dan otot mengalami kontraksi karena kehilangan sejumlah kalsium.

Berdasarkan penelitian Widowati (2011) dapat diketahui bahwa keracunan Cd juga

dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kerusakan jaringan testiscular, kerusakan

ginjal dan sel-sel darah merah. Mengingat air limbah yang mengandung logam berat

Cd bersifat berbahaya, maka jika limbah tersebut dibuang ke lingkungan tanpa

(2)

pencemaran yang ditimbulkan dari buangan limbah cair dapat diketahui dengan cara

biomonitoring.

Menurut Rumahlatu (2012), biomonitoring adalah suatu rangkaian proses

evaluasi kualitas lingkungan dengan cara mengukur keberadaan polutan tertentu di

dalam matriks lingkungan. Pengukuran matriks lingkungan dapat dilakukan dengan

memperhatikan keanekaragaman, kepadatan, pola distribusi suatu organisme dan

mengkorelasikan dengan faktor-faktor lingkungan seperti substrat dan pH. Matriks

lingkungan yang diamati dalam sebuah monitoring meliputi matriks lingkungan

sebelum menerima buangan limbah dengan memperhatikan rona lingkungan pada

matriks tersebut, matriks lingkungan tepat limbah tersebut dibuang ke badan perairan

dan matriks lingkungan setelah mendapatkan aliran buangan limbah. Rona

lingkungan pada kawasan tersebut adalah persawahan dan pemukiman penduduk

yang terdapat sungai dan menerima aliran buangan limbah. Analisis polutan juga

dilakukan pada jaringan dan organisme yang terpapar logam berat sehingga dapat

memberikan informasi tentang status atau kualitas suatu lingkungan. Rudiyanti

(2009) telah melakukan penelitian tentang penentuan kualitas perairan Sungai

Banger Pekalongan berdasarkan indikator biologis. Data yang diperoleh dari hasil

analisis menunjukkan bahwa matriks lingkungan yang berada di area setelah

mendapat aliran buangan limbah lebih tercemar dibandingkan matriks lingkungan

yang berada di area sebelum mendapat buangan limbah. Informasi dari hasil analisis

kimia pada jaringan dan molekul organisme dapat memberikan data tentang tingkat

akumulasi suatu senyawa yang keberadaannya dapat membahayakan sistem tubuh

suatu organisme.

Organisme yang dapat dijadikan bioindikator dalam sebuah monitoring

lingkungan dapat berupa organisme yang terdapat di lingkungan tersebut. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa metode monitoring lingkungan telah banyak

digunakan sebagai indikator untuk mengestimasi pencemaran di suatu tempat pada

lingkungan tertentu dengan menganalisis konsentrasi logam berat pada suatu

organisme (Rumahlatu, 2011). Salah satu organisme yang dapat dijadikan

bioindikator adalah tanaman kangkung.

Secara umum, tanaman termasuk kangkung dapat menyerap logam berat dari

media tanah, air maupun udara yang telah tercemar logam berat karena tanaman

memiliki kemampuan untuk menyerap unsur mineral termasuk logam berat (Irwan,

(3)

suatu protein fitokelatin, sejenis metallothionein dalam tanaman yang dapat mengikat

logam (Liong et al., 2009). Fitokelatin dibentuk di dalam nukleus yang kemudian

melewati retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi, vesikula sekretori untuk

sampai ke permukaan sel, apabila bertemu dengan logam berat fitokelatin akan

membentuk ikatan sulfida di ujung belerang pada sistein dan membentuk senyawa

kompleks, sehingga logam akan terbawa menuju jaringan tumbuhan (Salisbury dan

Ross, 1995).

Menurut Priyanto dan Prayitno (2007), mekanisme penyerapan dan akumulasi

logam berat oleh tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yang berkesinambungan

yaitu; 1) penyerapan logam oleh akar, agar tanaman dapat menyerap logam maka

logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer). Senyawa-senyawa

yang larut dalam air biasanya diambil oleh akar bersama air, sedangkan

senyawa-senyawa hidrofobik diserap oleh permukaan akar; 2) translokasi logam dari akar ke

bagian tanaman lain, setelah logam menembus endodermis akar, logam atau senyawa

asing mengikuti aliran transpirasi ke bagian atas tanaman melalui jaringan

pengangkut (xilem dan floem) ke bagian tanaman lain; 3) lokalisasi logam pada

bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tubuh

tanaman dan mencegah tanaman mengalami keracunan logam misalnya dengan

menimbun logam di dalam vakuola. Tanaman yang mampu mengakumulasi logam

berat salah satu diantaranya adalah kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.).

Kangkung air (I. aquatica Forsk.) merupakan genus dari Ipomoea (Lampiran 1);

tanaman tersebut termasuk dalam tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan dan

dapat tumbuh secara liar di perairan yang tidak terlalu dalam atau selokan. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa kangkung air (I.aquatica Forsk.) adalah tanaman

yang mampu menetralkan lingkungan dari pencemaran logam berat karena tanaman

tersebut salah satu tanaman yang hiperakumulator terhadap logam berat (Rukmana,

2004). Berdasarkan penelitian Paramita (2012) dalam Wulandari et al. (2014),

kemampuan kangkung air dalam menyerap logam berat berat Pb adalah sebesar

10,69 ppm dengan konsentrasi penyerapan logam berat Pb pada bagian akar tanaman

ialah 10 ppm, sedangkan berdasarkan penelitian Lestari (2013), I.aquatica adalah

tanaman yang potensial mengakumulasi kadmium (Cd) dibanding tembaga (Cu),

tetapi tidak efektif mengakumulasi arsen (As). Penelitian Liong et al. (2009)

melaporkan bahwa penggunaan tanaman kangkung untuk memonitoring status

(4)

akar merupakan bagian tanaman yang pertama kali berinteraksi dengan Cd yang

banyak terkandung di dalam tanah.

Zhou et al. (2008) menjelaskan bahwa analisis pencemaran lingkungan oleh

logam berat selain menggunakan kompartemen biotik seperti tanaman

hiperakumulator juga dapat menggunakan pendekatan langsung melalui analisis

kompartemen abiotik seperti air dan sedimen. Keberadaan logam berat Cd dalam

sedimen secara alami diduga berasal dari proses-proses alami seperti abrasi dari

sungai dan akivitas masyarakat, seperti pembuangan limbah pasar dan limbah rumah

tangga. Menurut Nordic (2003), sumber - sumber logam berat Cd berasal dari

sumber yang bersifat alami dari lapisan kulit bumi seperti masukan dari

sungai-sungai, abrasi dari pantai akibat aktivitas gelombang, masukan dari laut dalam yang

berasal dari aktivitas geologi gunung berapi laut dalam dan masukan dari udara yang

berasal dari atmosfer sebagai partikel-partikel debu.

Analisis sedimen dan air pada lingkungan yang tercemar dapat digunakan untuk

mengestimasi status pencemaran lingkungan karena logam berat yang masuk ke

dalam lingkungan seperti perairan akan mengalami pengendapan sebanyak 90%

konsentrasi logam berat khususnya logam berat Cd yang masuk ke dalam suatu

lingkungan umumnya akan terendapkan dalam sedimen (Rumahlatu, 2011).

Leiwakabessy (2005) juga melaporkan bahwa logam berat mempunyai sifat yang

mudah mengikat bahan organik, mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan

sedimen, sehingga sedimen sangat representatif untuk merekam akumulasi logam

berat di perairan.

Berdasarkan penelitian Rochayatun et al. (2006) pada distribusi logam berat

dalam air dan sedimen di perairan muara sungai Cisadane, diperoleh hasil bahwa

kadar logam berat Pb, Cd, Cu, Zn, Ni dalam sedimen lebih tinggi daripada di

perairan. Berdasarkan penelitian Edward & Taufik (2006) di perairan Halmahera

Maluku Utara juga menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb, Cd, Cu, Zn, Ni

dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan di perairan. Sedimen berperan penting di

dalam penentuan kualitas air, karena sedimen sebagai tujuan akhir tempat

penampungan dari logam-logam berat. Berdasarkan penelitian Marasabessy et al.

(2010), konsentrasi logam pada sedimen berhubungan langsung dengan fraksi

sedimen, pada umumnya sedimen lumpur memiliki kapasitas lebih besar dalam

mengakumulasi logam. Hal ini dikarenakan substrat yang halus cenderung memiliki

(5)

Kandungan logam di dalam suatu perairan dapat dipengaruhi oleh pH dan

kondisi cuaca lingkungan. Nilai pH air dapat mempengaruhi akumulasi logam berat

dalam air, sedimen dan organisme perairan karena semakin rendah pH air dan pH

sedimen maka logam berat semakin larut dalam air (bentuk ion) sehingga semakin

mudah masuk ke dalam organisme perairan (Manahan, 2002). Kenaikan pH akan

menurunkan kelarutan logam dalam air, karena akan mengubah logam dari bentuk

karbonat menjadi bentuk hidroksi yang membentuk ikatan dengan partikel pada

badan air (Darmono, 1995).

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena ini penata dapatkan saat penata pergi ke pantai Padang Galak pada senja hari, dimana saat itu penata ingin jalan-jalan dan makan-makan bersama keluarga di sebuah

Hasil analisis dengan acuan LRFD 1993 menunjukkan rangka baja aman dan dapat menopang beban yang bekerja terlihat dari rasio gaya aksial dan momen (P-M

Dengan kata lain, dalam masyarakat pra-modern sebagian besar makna disajikan kepada manusia sebagai sesuatu yang dianggap pasti; yaitu biasanya sebagai fakta

Sesuatu yang dimasukkan itu harus sesuai dengan kadar yang dimanfaatkan oleh badan, baik secara kuantitas maupun kualitas (Muhammmad, 2006;483)... Makanan dan

Temuan tersebut secara umum senada dengan teori yang dikemukanan oleh Kompri (2014) intinya menyatakan bahwa dalam pemberian kode barang perlu memperhatikan

Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh al Malik asl-Shalih Najamuddin al-Ayyubi atas bantuan

Berdasarkan nilai tabel signifikan di tabel 4 yang menunjukan 0,003 yang lebih kecil dari pada alpha 0,05 ( sig <α atau 0,003 < 0,05) sehingga Ha

Dalam terminologi hukum islam didefinisikan sebagai tidak taatnya istri kepada suami dengan cara enggan melakukan hak dan kewajiban yang telah ditetapkan syara