BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Desa Kelitu adalah desa yang berada di Kecamatan Bintang Kabupaten
Aceh Tengah Provinsi Aceh, Desa Kelitu memiliki luas wilayah pemukiman
penduduk sekitar 2000 Ha, dan desa Kelitu adalah sebuah desa yang terletak di
lereng pengunungan dan pinggiran Danau Lut Tawar. Desa ini memilik jumlah
penduduk yang terdiri dari laki-laki berjumlah 218 orang dan perempuan
berjumlah 210 orang jumlah kepala keluarga yaitu 119 dan 90% masyarakat Desa
Kelitu memiliki pekerjaan sebagai petani kopi. Kehidupan masyarakat Petani kopi
di desa ini pada masa di mana sebelum konflik terjadi kehidupan masyarakat di
desa ini tergolong sejahtera khusus nya petani kopi karena mereka memiliki kebun
kopi yang dapat menghidupi keluarga mereka dan kondisi ekonomi petani pada
saat itu cukup baik. Jika dilihat dari segi pendidikan petani kopi di desa ini
tamatan SD, SMP, dan SMA. Tetapi mereka mampu memenuhi setiap kebutuhan
sandang dan pangan sehari-hari tanpa perlu mencari profesi pendamping pada saat
sebelum konflik terjadi di Desa Kelitu kehidupan masyarakatnya tidak
berkembang. Pola pikir masyarakat yang kurang luas kerena kurang nya fasilitas
kebersihan seperti kamar mandi dan tidak ada saluran air yang mengalir ke setiap
rumah penduduk dan penduduk harus mengambil air untuk minum dari air sungai
yang berada tidak jauh dari pemukiman penduduk dan untuk mengambil air
menggunakan fasilitas umum hampir rata-rata rumah penduduk terbuat dari papan
kehidupan masyarakat di desa berlangsung hingga masyarakat merasakan konflik
memasuki daerah mereka.
Pada saat konflik GAM-RI kondisi kehidupan masyarakat khusus nya
kondisi sosial ekonomi petani kopi mulai terpuruk. Untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, petani kopi di Desa Kelitu mulai menjual sedikit-demisedikit harta
benda seperti emas, kebun dan lain-lain yang telah di kumpulkan pada saat
sebelum konfik memasuki desa ini. Petani kopi yang berada di Desa Kelitu harus
mecari profesi pendamping untuk melanjutkan kehidupan keluarga mereka
kebanyakan profesi pendamping yang di lakukan adalah dengan mencari ikan di
Danau Lut Tawar, menjadi tukang bangunan dan lain-lain. Karena pada saat
konflik berlangsung di desa ini petani tidak di ijinkan oleh pihak aparat (TNI)
untuk terlalu sering dan berlama-lama berada di kebun khusus nya masyarakat
yang berjenis kelamin laki-laki jika hendak pergi ke kebun harus melapor ke
pihak aparat setempat dan meninggalkan KTP mereka dan tidak di ijinkan untuk
berada lama di kebun karena ada batas waktu yang ditentukan untuk harus pulang
dan melapor kembali kepada pihak aparat. Jika masyarakat terlambat melapor dan
terlambat pulang dari kebun akan mendapat hukuman, masyarakat harus
mematuhi segala peraturan yang di buat oleh pihak aparat karena jika tidak maka
akan dicurigai bersekongkol dengan anggota GAM dan masyarakat yang telah
dicurigai akan di selidiki bahkan pihak aparat tidak segan-segan melakukan
kekerasan kepada masyarakat yang melanggar peraturan yang telah di buat oleh
Tidak hanya kondisi sosial ekonomi petani kopi yang terganggu bahkan
juga kondisi psikologi mereka juga terganggu karena sering mendengarkan kontak
bersenjata dan perampasan benda-benda yang dilakukan oleh orang tidak
dikenal(OTK) yang mengaku sebagai pihak GAM. Pada saat konflik tidak hanya
anggota GAM yang ditakuti oleh masyarakat tetapi juga, pihak aparat karena
pihak aparat yang menjaga desa mereka juga ikut menggunakan fasilitas yang
masyarakat miliki seperti sepeda motor yang jika di pinjam kepada masyrakat
maka tidak akan dikembalikan jika tidak di minta bahkan ada juga aparat yang
memakai sepeda motor hingga rusak dan pihak aparat sering sekali bertindak
sesuka hati kepada masyarakat. Maka dari itu tidak ada masyarakat yang
menonjolkan harta benda yang ia miliki karena dicurigai ada mata-mata yang akan
menyampaikan kepada pihak OTK untuk merampas harta benda, dan sering kali
yang menjadi incaran OTK adalah masyarakat yang memiliki uang lebih. Pada
saat konflik hubungan masyarakat dengan tetangga mulai tertutup dalam hal apa
saja kecuali para ibu-ibu yang memiliki kelompok berkebun karena mereka harus
pergi kekebun bersama kelompok dan tidak memiliki keberanian untuk pergi
kekebun sendiri karna adanya ancaman-ancaman dan sering sekali ada kontak
senjata yang terdengar pada saat mereka berada di kebun.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga perkerjaan sebagai petani kopi
diambil alih oleh para istri pada saat konflik terjadi peran istri menjadi peran
ganda peran ganda yang mereka alami seperti para istri harus mengerjakan
perkerjaan nya menjadi ibu rumah tangga dan harus pergi kekebun untuk mencari
nafkah untuk keluarga. Untuk pembagian hasil dari kelompok tersebut mereka
muliki satu dari anggota kelompok tersebut tidak ada pembagian upah dalam
kelompok ini hanya saja mereka menggunakan sistem balas jasa seperti, jika hari
senin mereka pergi untuk mengurus kebun anggota A maka di hari selasa mereka
harus pergi juga ke kebun yang dimiliki anggota B begitu juga seterusnya hingga
giliran anggota C dan D. Dan jika memasuki masa panen kopi mereka juga
melakukan sistem balas jasa dan uang hasil panen diberikan kepada pemilik kebun
bahkan untuk bekal mereka tidak masak di kebun melainkan mereka membawa
bekal dari rumah masing-masing. Karena tidak di ijinkan aparat untuk masak di
kebun dan harus membawa bekal peraturan yang diberikan pihak aparat juga
berlaku kepada ibu-ibu tetapi jika ibu-ibu melakukan pelanggaran tidak diberikan
hukuman hanya saja di introgasi dan diberi peringatan.
Hal ini yang menjadi salah satu penyebab kondisi sosial ekonomi petani
kopi menjadi terpuruk bahkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga jika tidak ada
buah kopi maka petani kopi akan meminjam uang kepada toke kopi yang berada
di desa tersebut dengan syarat harus menjual hasil panen kopi mereka kepada toke
kopi tempat mereka meminjam uang dengan harga jual lebih murah. Pada saat
konflik berlangsung sebahagian petani kopi pindah dari Desa Kelitu dan
melanjutkan kehidupan di kota dengan menjalani profesi yang berbeda seperti
menjadi tukang bangunan, pedagang, dan bercocok tanam di lahan yang berada di
kota untuk melanjutkan kehidupan mereka.
Bahkan pada saat konflik berlangsung kebanyakan anak-anak para petani
kopi dan masyarakat sekitar tidak sekolah berjauhan dari orang tua mereka karena
banyak terjadi penindasan, perampasan dan pembunuhan di jalan lintasan seperti
untuk menempuh perjalanan bagi masyarakat yang tinggal di Kabupaten Aceh
Tengah harus pergi pada pagi hari dan sangat berhati-hati dengan pihak OTK
yang mengaku sebagai anggota GAM. Maka dari itu pada saat konflik banyak
anak-anak yang putus sekolah.
Rendahnya produksi dan produktivitas perkebunan kopi di desa ini.
Gangguan keamanan membuat masyarakat tidak berani pergi ke kebun,
perkebunan kopi produktif milik masyarakat terlantar dan menjadi belukar karena
kebun kopi jika tidak di rawat dapat dikalahkan oleh gulma sehingga batangnya
dapat mati atau buahnya sangat kurang. Namun demikian kopi tetap menjadi
komoditas unggulan dalam perdagangan dunia, hanya saja tidak bisa
dipertahankan baik dari segi kualitas karena tidak adanya perawatan maupun
kuantitas karena banyaknya perkebunan kopi rakyat yang terlantar.
Kehidupan petani kopi yang berada di Desa kelitu berubah menjadi
Nelayan Jika pagi sampai sore hari mereka pergi ke kebun untuk mengurus kopi
maka malam hari warga yang berjenis kelamin laki-laki akan mencari ikan di
danau lut tawar yang lokasi nya tidak jauh dari pemukiman masyarakat
penghasilan yang di dapatkan dari hasil tangkapan mereka di konsumsi untuk diri
sendiri dan jika hasil tangkapan banyak makan hasil tangkapan akan di jual
kepada tetangga dan ada juga toke ikan yang membeli hasil tangkapan nelayan
dan dijual kembali ke desa-desa lain.
Kesulitan yang dirasakan masyarakat berubah di tahun-tahun berikutnya
setelah terjadinya bencana alam yang ada di provinsi aceh yaitu tsunami pada
tanggal 26 desember 2004 telah menyebabkan hilangnya hampir 200.000 nyawa
perdamaian di Aceh berhasil. Tsunami menciptakan kesamaan pandangan yang
memungkinkan Pemerintah Indonesia dan GAM untuk memulai negosiasi
perdamaian. Kedua belah pihak merasa prihatin terhadap mereka yang menderita.
Kedua belah pihak menyadari bahwa menolong korban Tsunami jauh lebih
penting daripada melanjutkan konflik. Selain itu, komunitas International hadir di
Aceh untuk tujuan-tujuan kemanusiaan, jadi kedua belah pihak enggan untuk terus
berperangkesedihan sepertinya mengubur keinginan untuk bertempur.
Tabel 1
Luas daerah dan peggunaannya menurut kecamatan di kabupaten Aceh TengahTahun 2014
No Kecamatan Tanah Sawah Tegal / Kebun
Ladang /
Huma
1 Linge 1.640 370 450
2 Atu Lintang 0 887 359
3 Jagung Jeget 0 10 246
4 Bintang 1.225 2.844 1.243
6 Kebayakan 330 325 106
Sumber : Dinas pertanian tanaman pangan kab. Aceh Tengah
Tabel 2
9 Atu Lintang 523 5.041 3.522 9.086 3.554
Sumber : Dinas perkebunan dan kehutanan kabupaten Aceh Tengah
Tabel 3
11 Kuala I 10 192 180
12 Kala Segi 16 91 150 8 95 2 0 2 0
13 Kelitu 20 113 60 6 40 7 0 2 0
14 Syiah Utama 15 45 122 2 15 1 0 0 40
15 Wihlah Setie 10 55 127 4 1 0 0 0
16 Atu Payung 45 48 43 3 1 0 0 0
17 Wakil Jalil 8 123 348 10 7 0 0 0
18 Genuren 8 113 90 9 5 14 2 2 0
19 Kala Bintang 6 86 180 4 4 8 0 2 3
20 Jamur Konyel 16 62 58
21 Merodot 8 62 9104
22 Gegarang 15 34 16 0 15 3 0 0 0
23 Sintep 27 31 87
24 Gele Pulo 6 94 228 6 6 0 1 0
25 Hakim 15 104
Jumlah 430 2316 12631 112 287 85 4 13 385
Sumber : kantor camat Bintang
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melihat bagaimana kondisi
sosial ekonomi petani kopi pasca konflik GAM – RI di Desa Kelitu Kecamatan
Bintang Kabupaten Aceh Tengah.
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani kopi pada saat konflik di Desa
Kelitu kecamatan Bintang kabupaten Aceh Tengah ?
2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani kopi pasca konflik GAM – RI
di Desa Kelitu kecamatan Bintang kabupaten Aceh Tengah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang
bertujuan untuk lebih mendalami aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan
sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun
praktis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menginterprestasi kondisi sosial ekonomi petani
kopi pada saat konflik di Desa Kelitu kecamatan Bintang kabupaten Aceh
Tengah.
2. Untuk mengetahui dan menginterprestasi kondisi sosial ekonomi petani
kopi pasca konflik GAM – RI di Desa Kelitu kecamatan Bintang
kabupaten Aceh Tengah.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
khususnya pada mata kuliah Perubahan Sosial dan Sosiologi
Ekonomi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi,
menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui kondisi
sosial ekonomi petani kopi pasca konflik GAM – RI.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
a. Bagi masyarakat petani kopi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu kesejahteraan dan pendapatan petani kopi.
b. Bagi pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan untuk mempertimbangkan pendekatan yang tepat
dalam usaha penanggulangan kemiskinan petani kopi, sehingga
program – program atau proyek – proyek yang di tawarkan bagi
masyarakat petani kopi benar – benar efektif untuk meningkatkan
kesejahteraan petani kopi.
1.5Definisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi abstrak
mengenai gejala atau realita suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan
suatu gejala (Meleong, 1997). Di samping mempermudah dan memfokuskan
penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak
lanjuti penelitian tersebut serta menghindar timbulnya kekacauan akibat
1.5.1 Kondisi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengamati adanya perbedaan
kondisi antar warga baik di lingkungan keluarga maupun masyarakatyang lebih
luas perbedaan mencakup berbagai aspek kehidupan, misalnya ada orang kaya dan
ada orang miskin, ada orang berkuasa dan ada orang yang tidak berkuasa, serta
ada orang yang di hormati dan ada orang yang tidak dihormati. Kondisi cendrung
merujuk pada keadaan ekonomi dan sosial seseorang status atau kondisi cendrung
memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan orang
lain berdasarkan suatu ukuran tertentu.
1.5.2 Ekonomi
Ekonomi adalah pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam
pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan
pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai
anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan
masing-masing.
1.5.3 Masyarakat Petani kopi
Masyarakat petani ialah sekelompok orang yang hidup bersama dalam
suatu tempat yang memiliki sikap saling membutuhkan satu dengan yang lain dan
bermata pencaharian sebagai petani atau sekelompok orang yang hidup bersama
di suatu desa dan masih memelihara budaya nenek moyang (hidup bergotong
royong).
1.5.4 Konflik
Dalam hal ini antara dua pihak yang berupaya keras mempertahankan apa
keras untuk mendapatkan nilai-nilai yang sama dan pihak yang sama-sama
mempertahankan nilai-nilai yang selama ini mereka kuasai. Perdebatan pendapat,
perbedaan, persaingan, bahkan pertentangan dan perebutan dalam upaya
mendapatkan dan mempertahankan nilai-nilai disebut konflik.
1.5.5 Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM adalah sebuah organisasi separatis
yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesiakehawatiran terhadap aturan islam yang akan musnah, elit lokal dan,
khususnya ulama Islam Aceh yang berpengaruh mendukung pemberontakan