• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA KARYAWAN PT LONDON

SUMATERA TBK KEBUN BUNGARA

Iwan Kesuma Sihombing1* & Deffisyah Tritanti 1 1Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Medan

*E-mail: Iwan070383@gmail.com

ABSTRAK

Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan sangat dibutuhkan pada saat karyawan melakukan aktifitas kerja. terutama pada karyawan yang bekerja di lapangan yang sangat rentan terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, keselamatan kerja pada suatu perusahaan bukan hanya ditimbulkan dari sistem yang telah diterapkan perusahaan melainkan kesadaran dari setiap karyawan bahwa keselamatan dalam bekerja sangat dibutuhkan agar terhinar dari kecekaan kerja. Dalam melakukan penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data perimer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan kuantitatif yang telah diperoleh langsung dari Kebun Bungara PT PP London Sumatra ,Tbk Medan. Hasil penelitian mengenai menemukan faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yang indikatornya keadaan lingkungan kerja, pemakaian peralatan kerja, Kondisi fisik dan Mental karyawan. Dalam penelitian ini faktor yang paling dominan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu keadaan tempat lingkungan kerja dengan nilai faktor 0.912, pemakaian peralatan kerja dengan nilai faktor 0.942, kondisi fisik dan mental dengan nilai faktor 0.912.

Kata Kunci : Keselamatan, Kesehatan Kerja,

PENDAHULUAN

PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, Perusahaan Dalam menjalankan pekerjaannya para pekerja atau buruh perkebunan tersebut bekerja di areal perkebunan yang jauh dari pemukiman. Pekerja sangat mungkin rentan mengalami kecelakaan kerja, Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja akan menimbulkan korban jiwa dan juga akan memberikan kerugian material bagi pekerja dan pengusaha. oleh Karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Karena karyawan juga merupakan asset SDM yang harus di jaga, baik itu dalam keselamatan dan kesehatannya sangat di pentingkan agar mereka mampu bekerja tanpa mengkawatirkan kesehatan mereka, yang dimana telah di rancang dalam suatu organisasi perusahaan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dahlawy (2009) yang berjudul “Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan dan kesehatan kerja” penelitian ini menyatakan bahwa hubungannya perilaku k3, hanya persepsi dan sikap yang mempunyai hubungan atau dapat perbedaan bermakna dengan perilaku k3 di area pengolahan, meningkatnya kecelakaan angka kecelakaan kerja juga di sebabkan oleh perilaku yang tidak aman di dalam bekerja.

Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut kelangsungan hidup sumber daya manusia yang bekerja di dalamnya, karyawan yang bekerja dengan rasa aman dan nyaman akan memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Di dalam suatu perusahaan sangat di butuhkan yang namanya kenyamanan dalam bekerja terutama jaminan pada kesehatan dan keselamatan yang di berikan PT PP London Sumatera Tbk. dalam penelitian ini penulis melihat banyak terjadi kecelakaan didalam bekerja, kecelakaan kerja yang terjadi banyak di sebabkan kondisi fisik yang kurang baik di dalam melakukan pekerjaan, dan kurangnya kesadaran dari karyawan untuk menggunakan pelindung saat melakukan pekerjaan. Walaupun penerapan yang di rancang oleh perusahaan sudah baik tetapi masih di dapatkannya karyawan yang mengalami penyakit akibat kerja (PAK), dan juga terjadinya kecelakaan kerja (KK).

(2)

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Mangkunegara (2013:2) dapat didefenisikan pula sebagai suatu pengelolahan dan pendayaguaan sumber daya yang ada pada individu pegawai. Pengelolahan dan pendayagunaan tersebut di kembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu pegawai.

Menurut Hasibuan (2010:10) Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. MSDM yaitu sebagai sebuah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan manajemen sumber daya tidak hanya bagaimana seseorang pimpinan mengetahui potensi pegawainya, namun lebih pada bagaimana seorang pemimpin mendesain sebuah formulasi tertentu dalam mengaplikasikan para sumber daya pegawai yang ada sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Desain yang telah dibuat tersebut diharapkan mampu mengkoordinir keinginan-keinginan para pegawai serta koordinasi antara pegawai dan pimpinan serta antar pegawai.

Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Rival (Subekhi dan Jauhar, 2012:42) adapun fungsi dari operasional manajemen sumber daya manusia,yaitu :

a. Pengadaaan Tenaga Kerja

Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan industry , dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

b. Kompensasi

Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atar barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang di berikan keperusahaan.

c. Pengintergrasian

Integrasi adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. d. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar terjalinnya kerja sama hingga karyawan tersebut pensiun. e. Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan hubungan adalah putusnya hubungan kerja seseorang dengan suatu perusahaan. Pemberhentian ini di sebabkan oleh kegiatan kainginan karyawan, keinginan

perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab – sebab lainnya.

Pemeliharaan Tenaga Kerja

Pemeliharaan (maintenance) merupakan salah satu satu MSDM yaitu fungsi operasional. Pemelihaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar terjalinnya kerja sama hingga karyawan tersebut pensiun. Adapun tujuan dari pemeliharaan adalah

1. Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

2. Meningkatkan disiplin dan menurunkan absensi karyawan

3. Meningkatkan loyalitas dan turn-over karyawan.

4. Memberikan ketenangan, kesehatan, keamanan karyawan

5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya.

6. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan

7. Mengurangi konflik serta menciptakan suasana yang harmonis

8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.

Pemeliharaan (maintenance) tenaga kerja mancakup komunikasi kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja. Fungsi ini membahas bagaimana memelihara para karyawan sehingga karyawan betah dan mampu bekerja dengan baik, salah satunya adalah tingkat labour turnover yang rendah. Dua hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam memelihaara karyawan adalah pemeliharaan kondisi fisik dan sikap karyawan.

Metode - Metode Pemeliharaan Karyawan

Pemilihan metode yang sangat penting, supaya pelaksanannya efektif dalam mendukung tercapinya tujuan organisasi perusahaan. Manajer yang cakap akan menerapkan metode yang sesuai dan efektif dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Pemeliharaan kemanan, kesehatan dan sikap loyal karyawan hendaknya dengan metode yang efektif dan efisien supaya tercapai manfaat yang optimal.

1. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu alat pengalihan dari komunikator kepada komunikan agar antara mereka terdapat interaksi, ineteraksi terjadi jika komunikasi efektif dan dipahami. Simbol – symbol komunikasi adalah suara, tulisan, gambar, warna, mimik, kedipan mata, dan lain-lain

2. Insentif

(3)

berdasarkan prestasi kerjanya agar karyawan terdorong meningkatkan prokduktivitas kerjanya. Metode yang adil dan layak dan saatnya yang tepat, serta diberikan secara terbuka akan menciptakan pemeliharaan yang baik, dengan demikian siikap loyal karyawan semakin baik, gairah kerja meningkat, absensi dan turn over menurun.

3. Kesejahteraan

Kesejahteraan karyawan adalah balas jasa pelengkap (material dan non material) yang diberikan berdarasarkan kebijaksanaan. Begitu besarnya arti dan manfaat kesejahteraan karyawan sehingga mendorong pimpinan menetapkan program kesejahteraan karyawan, program kesejahteraan harus disusun berdasarkan peraturan legal, berdasarkan keadilan dan kelayakan dan berpedoman kepada kemampuan perusahaan serta harus Selektif dan efektif mendorong terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan beserta keluarga.

4. Keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan kesehatan karja akan menciptakan terwujudnya pemeliharan karyawan yang baik. keselamatan dan kesehatan kerja (KKK) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinan yang baik agar merak menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. ini merupakan tindakan kontrol preventif yang mendorong terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik.

5. Hubungan Industrial Pancasila (HIP)

HIP adalah hubungan antara para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (buruh, pengusaha dan pemerintah) didasarkan atas nilai yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila-sila Pancasila dan Undang-Undang Dasar yang tumbuh dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional. HIP sebagai wahana menuju ketenangan kerja dan stabilitas sosial ekonomi untuk pembangunan nasional.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Menurut Mangkunegara (2013:161) kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang di akibatkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor – faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan lingkungan yang dapat membantu stres emosi atau gangguan fisik.

Menurut Mangkunegara (2013:161) keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan

atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek – aspek lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, pendengaran, semua itu sering berhubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas – tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan pelatihan.

“Menurut Pasal 86 ayat 2 angka 31 UU Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyi hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal di selenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”

Tujuan dan Manfaat Menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:162) bahwa tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara

keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja ini tidak dapat terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja

saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.

Faktor – Faktor Terjadinya Kecelakaan Dan Gangguan Kesehatan

Menurut Mangkunegara (2013:162) dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai.

a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja, Terkait : 1) Penyusunan dan penyimpanan barang –

barang yang berbahaya kurang di perhitungkan keamannya.

(4)

3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

b. Pengaturan Udara, Terkait :

1) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang

kotor, berdebu, dan berbau tidak enak) 2) Suhu udara yang tidak dikondisikan

pengaturannya.

c. Pengaturan Penerangan, Terkait :

1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang – remang.

d. Pemakaian Peralatan Kerja, Terkait :

1) Pengaman peralatan kerja yang sudah using atau rusak.

2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

e. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai, Terkait : 1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai

yang tidak stabil

2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 indikator, yakni keadaan tempat lingkungan kerja, pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik dan mental pegawai. Sedangkan pengaturan udara dan penerangan tidak di masukkan kedalam salah satu indikator karena di sebabkan tidak di dapatkannya di dalam penelitian ini, karena penelitian dilakukan di perkebunan.

Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Sunyoto dikutip oleh Ryakha Rahman (2013:16) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja:

1. Berdasarkan Perikemanusiaan

Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan. 2. Berdasarkan undang-undang

Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang-undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.

3. Ekonomis

Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.

Pencegahan kecelakaan kerja

Menurut Komang dikutip oleh Sunyoto (2012:242) Departemen tenaga kerja republik indonesia mengharapkan bahwa upaya pencegahan kecelakaan adalah merupakan program terpadu koordinasi dari berbagai aktivitas, pengawasan yang terarah yang didasarkan atas sikap, pengetahuan, dan kemampuan.

Beberapa ahli telah mengembangkan teori pencegahan kecelakaan dikenal 5 tahapan yaitu :

1. Organisasi

keselamatan dan kesehatan kerja

Pada era industrialisasi dengan kompleksitas permasalahan dan penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang per orang atau secara pribadi, namun memerlukan banyak orang, berbagai jenjang dalam organisasi yang memadai.

2. Menemukan fakta dan masalah

Dalam kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui survei, inspeksi, observasi, investigasi, dan review of record.

3. Analisis

Tahap ini terjadi proses bagaimana fakta atau masalah ditemukan dapat dicari solusinya. Fase ini, analisis harus dapat dikenali berbagai hal antara lain: sebab utama masalah tersebut, tingkat kekerapannya, loksi, kaitannya dengan manusia maupun kondisi. Analisis ini bisa saja menghasilkan satu atau lebih alternatif pemecahan.

4. Pemilihan atau penetapan alternatif (pemecahan)

Dari berbagai alternatif pemecahan perlu diadakan seleksi untuk ditetapkan satu yang benar-benar efektif dan efisiensi.

5. Pelaksana

Jika sudah dipilih alternatif pemecahan maka harus diikuti dengan tindakan dari keputusan penetapan tersebut. Dalam proses pelaksanaan dibutuhkan adanya kegiatan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan.

Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja

(5)

tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan intruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode :

a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,

ventilasi, higiene dan sanitasi.

1) Eliminasi : menghilangkan bahan-bahan yang mengandung potensi bahaya.

2) Subtitusi : mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang berbahaya atau tidak behaya sama sekali.

3) Ventilasi : mengalirkan udara kedalam ruang kerja agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya lebih rendah dari kadar yang berbahaya yaitu kadar NAB. 4) Higene dan Sanitasi : dengan mencari

faktor-faktor penyebab terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginnya dan pengolahan air buangan agar tidak mencemari lingkungan. b. Pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan

pelatihan ditujukan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja di bidang K3.

c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan dan motivasi diri.

d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.

1) Internal audit dengan mengidentifikasi setiap kejadian-kejadian hamper celaka di dalam perusahaan untuk selanjutnya diambil tindakan koreksi agar prosedur-prosedur yang ditetapkan secara terprogram dapat lebih efektif.

2) Penyelidikan insiden mengidentifikasi setiap kejadian hampir celaka di dalam perusahaan.

3) Etiologi : mencari sumber (asal usul) terjadinya penyakit akibat kerja.

e. Penegakan hukum Yaitu dengan membuat aturan-aturan dan norma – norma kerja seperti lebih mempertegas tentang pemberian sanksi kepada pekerja yang melanggar peraturan perusahaan.

Sistem Pada Manajemen Keselamatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:163) tujuan keselamatan harus integral dengan bagian dari setiap manajemen dan pengawasan kerja. Begitu pula peran kepegawaian sangat penting dalam

mengaplikasikan pendekatan sistem pada keselamatan perusahaan.

a. Melibatkan para pengawas dan sistem pelaporan

Bilamana terjadi kecelakaan harus dilaporkan kepada pengawas langsung dari bagian kerusakan, dan laporan harus pula mengidentifikasi kemungkinan penyebab kecelakaan.

b. Mengembangkan manajemen prosedur keselamatan kerja

Pendekatan sistem yang esensi adalah Menetapkan sistem komunikasi secara teratur dan tidak lanjut pada setiap kecelakaan pegawai.

c. Menjadikan keselamatan kerja sebagai tujuan kerja

Membuat kartu penilaian keselamatan kerja. Setiap kesalahan yang dilakukan pegawai dicatat oleh pengawas dan dipertanggung jawabkan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian prestasi kerja, kondite pegawai yang bersangkutan.

d. Melatih pegawai dan pengawasan dalam manajemen keselamatan kerja

Melatih pegawai untuk dapat menggunakan peralatan kerja dengan baik. Begitu pula pegawai – pegawai di latih untuk dapat menggunakan alat keamanan jika terjadi kecelakaan di tempat kerja.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metoda statistik serta menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

Metode Analisa Data

(6)

a. Nilai KMO dan Bartlestt’s Test

Nilai statistika KMO untuk mengetahui indikasi kecukupan jumlah sampel yang dapat dilihat nilai KMO minimum sebesar 0,5. Dan uji Bartlett dilakukan untuk mengetahui apakah matrik korelasi merupakan matrik identitas atau tidak. Apabila Sig = 0,000. Karena α = 0,05 > 0,000 maka uji Bartlett bukan merupakan uji matrik identitas, sehingga dengan kata lain analisis faktor dapat digunakan.

b. Measurement System Analisis

Pengukuran analisis sistem (MSA) merupakan metode untuk mengindentifikasi komponen – komponen variasi dalam pengukuran dengan memilih alat ukur yang tepat sesuai variable yang diukur

c. Anti image Matrices

Merupakan untuk mengetahui kecukupan jumlah sampel pervariabel. Anti image matrices disarankan nilai diatas 0,5 yang dapat dilihat pada autput yang bertanda “a” pada kolom anti image.

d. Scree plot

Merupakan gambaran grafik yang menunjukan faktor / komponen yang saling terhubung satu dengan yang lainnya, dan untuk mengindikasikan titik belok pada plot. e. Componen Matrix

Merupakan komponen untuk mengetahui faktor mana yang menjadi dominan. Sebelum melakukan rotasi matrik. Matrik ini berisi loading setiap variabel pada tiap faktornya diketahui hanya satu mengekstrak 1 faktor. Menurut kriteria hasil ekstrasi 1 faktor ini dikatakan akurat jika :

- Variabel yang diambil kurang dari 30 variabel

- Communalities setelah ekstrasi sebesar 0,7 atau lebih

- Dari interpretasi sebelumnya diketahui rata – rata communalities lebih besar dari 0,6 sehingga ekstrasi satu faktor pada analisis ini bersifat akurat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja, maka dilakukan analisis faktor dengan menggunakan alat uji statistik SPSS 21, berikut adalah langkah-langkahnya :

Tabel 1 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

.743

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

103.901

df 3

Sig. .000

Pada tabel KMO and Barlett’s Test dapat dilihat bahwa nilai KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin of Sampling Adequacy) kurang dari 0.5, maka proses analisis faktor tidak dapat dilanjutkan. Pada hasil perhitungan diperoleh nilai KMO MSA adalah 0.743, artinya lebih dari 0.5, maka proses analisis dapat dilanjutkan. Sehingga dilakukannya tahap pemilihan variabel hingga nilai KMO MSA lebih dari 0,5. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel yaitu di atas 0,5

Tabel 2 Anti-image Matrices Keadaan Tempat

Lingkungan Kerja Peralatan KerjaPemakaian Kondisi Fisik danMental

Anti-image Covariance

Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

.338 -.158 -.077

Pemakaian

Peralatan Kerja -.158 .254 -.157

Kondisi Fisik dan Mental

-.077 -.157 .339

Anti-image Correlation

Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

.774a -.537 -.228

Pemakaian Peralatan Kerja

-.537 .691a -.536

Kondisi Fisik dan Mental

-.228 -.536 .775a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Pada tabel Anti-image Matrix diatas maka dapat diketahui variabel-variabel yang layak digunakan untuk analisis lanjutan. Pada tabel tersebut dapat dilihat pada output yang bertanda

(7)

Berdasarkan teori, variabel yang layak dianalisis adalah bila nilai MSA lebih dari 0,5. Dari data hasil analisis diatas yang diperoleh dari 3 variabel. Dapat dilihat bahwa nilai anti- image correlation memiliki korelasi nilai yang cukup

tinggi yang menyatakan bahwasanya semua nilai MSA-nya lebih dari 0.5. maka semua nilai dari setiap pertanyaan pervariabel dapat digunakan semua.

Tabel 3 Scree Plot Component Number

Scree Plots menunjukkan jumlah faktor yang terbentuk, dengan melihat ada berapa slope dengan kemiringan yang berbeda. Pada gambar di atas ada 3 titik yang dihubungkan oleh 2 garis yang memiliki kemiringan yang berbeda.

Tabel 4 Component Matrix

Component 1 Keadaan Tempat Lingkungan Kerja .912 Pemakaian Peralatan Kerja .942

Kondisi Fisik dan Mental .912

Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.

Component Matrix menunjukkan besarnya nilai korelasi tiap variabel dengan faktor yang terbentuk. Nilai-nilai korelasi antara variabel dengan faktor-faktor yang terbentuk (loading factor) dapat dilihat pada tabel Component Matrix Kedua faktor tersebut menghasilkan matrik loading factor yang nilainya merupakan koefisien korelasi antara variabel dengan faktor-faktor tersebut. Bila dilihat variabel –variabel yang berkorelasi terhadap setiap faktornya, ternyata loading factor yang dihasilkan sudah mampu memberikan arti sebagaimana yang diharapkan. Karena dari sumber yang didapat menyatakan bahwa variable yang di ambil hanya 3 variabel dan setiap variable yang berada di table 4.9 memiliki nilai diatas 0,7 dari interpretasi sebelumnya diketahui bahwa rata – rata

communalities lebih besar dari 0,6 sehingga ekstrasi satu faktor pada fariabel ini sudah bersifat akurat.

Setelah dilakukan uji faktor dengan menggunakan component matrix, maka di dapat keterangan sebagai berikut :

1. Variabel Keadaan Tempat Lingkungan Kerja Pada variabel keadaan tempat lingkungan kerja nilai faktor dominannya adalah 0.912. 2. Variabel Pemakaian Peralatan Kerja

Pada variable pemakaian peralatan kerja nilai faktor yang dominan adalah 0.942 yang menyatakan dari 3 variabel yang memiliki dominan faktor nilai yang tertinggi berada di pemakaian peralatan kerja

3. Variabel Kondisi Fisik dan Mental

Pada variabel kodisi fisik dan mental peran nilai faktor dominan adalah 0.912.

(8)

dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu keadaan tempat lingkungan kerja dengan nilai faktor 0.912, pemakaian peralatan kerja dengan nilai faktor 0.942, kondisi fisik dan mental dengan nilai faktor 0.912.

Dengan demikian faktor dominan pertama yang paling mempengaruhi adalah Keadaan tempat lingkungan kerja yang bahaya dan rawan terjadinya kecelakaan kerja, Pemakaian peralatan kerja adalah kurang mampunya pengeporasia peralatan kerja sesuai SOP, Kondisi fisik dan mental karyawan adalah kurangnya ketelitian dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan faktor dominan yang kedua Pemakaian peralatan kerja adalah ketidak sesuaian APD pada saat melakukan aktifitas kerja, Kondisi fisik dan mental adalah rendahnya pengetahuan karyawan.

Dalam teori dan penelitian sebelumnya hasil yang penulis dapatkan memiliki sedikit perbedaan yang dimana faktor keselamatan dan kesehatan kerja bahwa dari enam variabel yang diteliti tentang hubungannya dengan perilaku k3 hanya persepsi atau terdapat perbedaan perilaku k3. Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja karyawan PT PP London Sumtra Tbk Kebun Bungara, yang memiliki faktor dominan dengan variabel pemakaian peralatan kerja dengan nilai faktor 0.942. berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa keselamatan dan kesehatan kerja memiliki pengaruh yang paling besar pemakaian peralatan kerja memang sangat dibutuhkan pada saat melakukan kegiatan pekerjaan agar terhindar dari kecelakaan kerja alat pelindung diri yang baik dan benar, penggunaan APD pada saat melakukan kegiatan kerja merupakan sarat utama yang harus dipatuhi karena dengan menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan SOP dapat menghindarkan karyawan dari kecelakaan kerja KK atawpun penyakit akibat kerja PAK.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran mengenai analisis faktor – faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT PP London Sumatra ,Tbk Medan diperkebunan bungara sebagai berikut : 1. Secara menyeluruh hasil yang didapat dalam

penelitian ini dengan menggunakan variabel bebas tiga indikator yaitu keadaan lingkungan kerja, pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik

dan mental pegawai. menunjukkan bahwa dari 3 indikator tersebut memiliki faktor – faktor yang saling berhubungan dapat dilihat dari analisis faktor yang memiliki nominal nilai yang semua faktor menjadi faktor dominan agar terhindarnya dari kecelakaan kerja bahwa faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dibuat oleh perusahaan sudah cukup baik dapat dilihat dari jawaban responden yang lebih banyak menyatakan pemakaian peralatan kerja merupakan hal utama yang dibutuhkan agar terhindarnya dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja terutama pada memahami cara penggunaan peralatan kerja sesuai SOP.

2. Dari uji statistik dengan 52 responden menyatakan bahwa faktor dominan pertaman berada pada pemakaian peralatan kerja yang memiliki korelasi nilai yang cukup tinggi 0.942 yang artinya bila menurut kriteria penafsiran menunjukan hasil yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Jaenudin (2013), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Lentera Ilmu Cendekia

Mangkunegara, Anwar Prabu (2013), Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan keduabelas, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Pramesti Getut (2014), Data Penelitian dengan SPSS 22, Cetakan pertama, Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Sumamur (2009), Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Jakarta: CV Sagung Seto

Sugiyono (2010), Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta

Dahlawy, Akhmad Dharief (2009), Faktor – factor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja Online Jurnal, diakses pada 20 Maret 2015 (Online).

(https://repository.uinjkt.ac.id/.../AHMAD

%20 DHARIEF%20)

Hasibuan (2010), Pengertian MSDM , diakses

pada 10 Maret 2015 (Online), pukul 14 .00 WIB (https:// wordpress.comdefinisi-

manajemen-sumber-daya-manusia-menurut-para-ahli/)

Rival (2014), Fungsi MSDM, Analisis

Gambar

Tabel 3 Scree Plot Component Number

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model think talk write berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

HASIL OBSERVASI LANJUT USIA DI PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA) SENJARAWI BANDUNG HASIL OBSERVASI LANJUT USIA DI.. PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA)

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap