• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh proposal dan skripsi. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "contoh proposal dan skripsi. docx"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran dan

pelatihan.

Dalam pengertian agak luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah

proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak

hanya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan

disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga

ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Menurut Zakiah

Darrajat, pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu

kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi

dalam cara-cara mengajar.

Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh

terbina dalam kepribadian guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga

kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat mengarahkan segala kemampuan

dan keterampilannya dalam mengajar secara profesional dan efektif. Mengenai

kompetensi dalam cara-cara mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu

(2)

mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih

metode yang bervariatif dan efektif.

Sebagimana tujuan pendidikan nasional, yang tercantum dalam

Undang-Undang republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang sisitem pendidikan nasional

yaitu:

“mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”1

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, harus ditempuh melalui proses

pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal, yaitu dengan mengikuti

proses interaksi belajar mengajar.

Menciptakan suatu pendidikan yang baik dan efektif tidak akan terlepas

dari kegiatan belajar mengajar yang dirumuskan oleh guru untuk menyampaikan

materi pelajaran, dalam kegiatan belajar mengajar perlu perhatikan tingakat

keberhasilan (prestasi) peserta didik dalam menangkap ilmu yang disampaikan

oleh pendidik agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan atau diberikan.

Dengan demikian tujuan yang akan dicapai atau diinginkan dalam pengajaran

tersebut mudah tercapai.

Selain itu perlu di perhatikan agar apa yang didapatkan siswa dari hasil

belajar lebih permanen atau bertahan lama dalam ingatannya. Maksudnya, siswa

tidak mudah melupakan apa yang diperolehnya sebagai hasil belajar. Hal ini,

(3)

sangat penting karena materi pelajaran yang disusun berdasakan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya telah dibuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah tersusun dan sistematis.

Pendidkan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki

peranan pokok sebagai pembentukanmanusia menjadi insan yang sempurna

(insan kamil) atau memiliki keperibadian yang utama. Berdasarkan asumsi tersebut maka diperlukan pendidikan anak yang dapat membantu menyelesaikan

problem yang dihadapi masyarakat muslim dewasa ini. Semisal semakin

gencarnya pengaruh moderenisme yang menuntut lembaga pendidikan formal

untuk memberikan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan

sebanyak-banyaknya kepada peserta didik yang menyebabkan terdesaknya mereka

(khususnya umat Islam) untuk memperoleh bekal keagamaan yang cukup

memadai.

Maka dari itu, hendaknya pendidikan menyentuh seluruh aspek yang

bersingungan langsung dengan kebutuhan perkembangan individu anak-anak baik

itu dari ilmu agama maupun ilmu umum agar mereka dapat hidup dan

berkembang sesuai dengan ajaran agama Islam yang kaffah.

Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar

salah satu yang disoroti adalah segi metode yang digunakan. Sukses tidaknya

suatu proses pembelajaran salah satunya tergantung pada ketepatan metode yang

digunakan. Demikian juga dengan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI)

juga membutuhkan metode yang tepat. Sebab metodelah yang menentukan isi dan

(4)

demikian metode merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan dan direncanakan. Selain itu ketepatan memilih metode

dalam penerapanya juga harus diperhatikan. Seperti halnya pengunaan metode

menghapal dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam.

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara kesesuaian

metode dengan perkembangan yang terjadi. Diantaranya :

1. Kesesuaian antara metode pembelajaran dengan materi ajar,dengan

kemampuan dan kebutuhan peserta didik, dengan budaya dan kondisi yang

melingkari baik lokal, maupun global dan tujuan yang akan dicapai.

2. Kesesuain dan kemampuan metode pembelajaran dengan tumbuh kembangnya

budaya dilingkungan sekolah.

3. Kesesuaian antara metode belajar dengan kemampuan peserta didik dalam

menyelesaikan studinya dengan bagus.2

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa disekolah-sekolah Islam, perhatian

yang cukup besar diberikan terhadap sejarah kebudayaan Islam mengingat betapa

pentingnya yaitu sebagai sumber ajaran serta ibrah dan nilai bagi umat Islam.

Dalam mempelajari sejarah kebudayaan Islam tersebut tidak hanya memfokuskan

pada membaca saja, akan tetapi melibatkan murid dalam mencontoh atau

mentauladani serta mengambil hikmah dari pelajaran sejarah kebudayaan Islam

itu sendiri. Sebenarnya untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan untuk

menghapal nama-nama tokoh serta kejadian-kejadian dalam pelajaran sejarah

kebudayaan Islam adalah mudah. Akan tetapi mudah juga untuk lupa.oleh karna

(5)

itu ketekunan dan keuletan sangat diperlukan, hal ini merupakan salah satu contoh

kendala tersendiri yang memerlukan penyelesaian yang tentunya tidak semudah

yang kita bayangkan. Sehinga inilah yang membuat penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dalam hal ini lebih mempokuskan pada tingkat Madrasah

Aliyah, adapun pokok pembahasan mengenai: Penerapan Metode Menghafal dan problematikanya dalam pembelajran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul Amini NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015.

Kajian ini akan menjadi pertimbangan para pengajar dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah khususnya bagi pengajar yang menerapkan metode

menghafal.

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang dan beberapa kerangka pemikiran di atas, ada

beberapa permasalahan yang merupakan agenda penelitian yang akan dikaji yaitu:

1. Bagaimana penerapkan metode menghafal dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam pada siswa kelas X di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW

Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015?

2. Apa saja problematika dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada

siswa kelas X di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran

2014-2015?

3. Bagaimana solusi yang dilakukan dalam mengatasi problematika dalam

pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada siswa kelas X di Madrasah

(6)

C. Tujuan penelitian

Dari permasalahan-permasalahan yang dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan metode menghafal dalam pembelajaran sejarah

kebudayaan Islam pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul Amini NW

Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015.

2. Untuk mengetahui problematika apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran

sejarah kebudayaan Islam pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul Aminin

NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015 dengan mengunakan metode

menghafal.

3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam mengatasi problematika dalam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Siswa kelas X Madrasah Aliyah

Darul Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015..

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

 Menambah khasanah pustaka kependidikan atau memberikan sumbangan

informasi yang selanjutnya dapat memeberi motivasi penelitian khususnya

yang berkaitan dengan penerapan Metode menghafal dan problematikanya

dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas X Madrasah

Aliyah Darul Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014/2015.

(7)

b. Manfaat Praktis

 sebagai tanbahan refsensi bagi guru serta orang tua siswa Madrasah Aliyah

Darul Aminin NW Aikmual tentang penerapan metode menghafal dan

problematikanya dalam pembelajran Sejarah Kebudayaan Islam.

 dapat menjadi acuan bahan rujukan dan pertinbangan bagi sekolah dan

Madrasah Aliyah lainya.

c. Bagi Peneliti

 sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi atau sarjana Pendidikan

Agama Islam (S.Pd.I) fakultas Tarbiyah di Institut Agama Islam

(8)

BAB II

Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemangilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan saraf internal. Penyimpanan (strorage) yakni menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita baik dalam bentuk apa dan dimana. Penyimpanan ini bisa aktif, bila kita menanbahkan informasi tanbahan. Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan. Pemangilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari mengingat lagi, adalah mengunakan informasi yang disimpan.3

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa proses yang

dilalui seseorang dalam menyimpan sesuatu diotaknya sehinga apa bila salah satu

alur proses tersebut kurang optimal maka akan mempengaruhi tingkat hafalan

seseorang.

Begitu pula dalam proses menghafal pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

dimana informasi yang baru saja diterima melalui membaca ataupun teknik-teknik

dalam menghafal yang juga melalui tiga tahapan yaitu Perekaman, perekaman ini

saat siswa mencoba untuk menghafal tugas yang berupa nama tokoh, tempat

kejadian ataupun tahun terjadinya, yang dilakukan secara terus menerus, sehinga

(9)

akhirnya masuk dalam tahap penyimpanan pada otak (memori) dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kemudian ketika fase pemangilan memori yang telah

tersinpan yaitu disaat tes evaluasi menghafal dihadapan Guru.

Adapun teori yang membahas tentang bagaimana sistem atau sistematiaka

kerja memori salah satunya adalah sebagai berikut:

Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada Sensory Storage (gudang indrawi), kemudian masuk Short Term Memory (STM, memori jangka pendek) lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan kedalam Long Term memory (LTM, memori jangka panjang) otak dianalogikan dengan Komputer, sensory strorage lebih merupakan proses perceptual dari pada memori. Ada dua macam memori , memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara Visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyinpanan disini berlansung cepat, hanya berlansung sepersepuluh sampai seperempat detik. Sensory storage yang menyebabkan kita melihat rangkaian gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film. Supaya dapat diingat informasi ini harus disandi (encoded) dan masuk pada short term memory. Inipun berlansung singkat. Yang perlu diingat adalah bahwa tahapan memory ini adalah tidak terlepas dari sudut pandang piskologi, hal ini sesuai ungkapan Hermann ebbinghaus yang dikutif oleh

Donald J Fos dalam bukunya berjudul Psycholinguistics: “The Study of memory has been area of active interest to psychology” belajar tentang memori sudah jadi bagian dan menarik perhatian para psikologi. Bila informasi ini berhasil dipertahankan STM, ia akan masuk LTM. Inilah yang umum kita kenal sebagai Ingatan.4 LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan(membagi beberapa”chunk”), rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan mengulangnya),

clustering (mengelompokkan dalam konsep-konsep) atau

method of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).5

4 Donald J Fos dan David T. Hakes,Psycholinguistics An Introduction to The Psychology of Language, (Londen, Prentice Hall,1978),hal.133

(10)

Long-term Memory (LTM) is memory that can last as little 30 second or as long as decades.6 Yang dimaksud memori jangka panjang (LTM) adalah memori yang dapat bertahan paling sedikit 30 detik atu bisa bertahan paling lama sampai

puluhan tahun. Berbeda dengan bentukdan fungsi dari kerja memori biasa atau

memori jangka pendek, yang hanya menyimpan materi sekitar 30 detik.

Secara ilmu Biologi memori jangka pendek adalah suatu kemampuan

penyimpanan sementara pada syraf otak yang berhubungan, yang dapat menjadi

memori jangka panjang melalui proses latihan dan gabungan yang berarti.

Mekanesme yang diusulkan dalam proses penyimpanan memori jangka pendek

berpindah ke memori jangka panjang yang penyimpananya melalui potensi jangka

panjang, yang meminpin ke arah fisik perubahan dalam struktur neurons,

khususnya, tingkat waktu yang meliputi pada masing-masing tingkatan memori

yang memproses sisi di bawah pemeriksaan.

2. Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pengertian metode menghafal Sejarah Kebudayaan Islam

Sesuai dengan pemaparan dalam pendahuluan diatas bawa dalam

mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar bejalan secara efektif maka perlu

menerapkan berbagai metode mengajar sesuai dengan tujuan situasi dan kondisi

yang ada, guna meningkatkan pengajaran dengan baik, karna berhasil tidaknya

suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh metode pengajaran yang merupakan

bagian integral dalam sistem pengajaran.

(11)

Dari sinilah penulis akan mencoba menguraikan beberapa pengertian tentang

metode menghafal Sejarah Kebudayaan Islam dengan beberapa pendapat para

tokoh yang bersangkutan, diantaranya:

Pengertian Metode Menghafal

Metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.7

Selain itu Zuhairi juga mengungkapkan bahwa metode berasal dari kata yunani (Greeka) yaitu dari kata “metha” dan “hodos”. Metha berarti melalui atau melewati, sedangkan kata hodos berarti jalan atau cara yang harus dilalui atau dilewati untuk mencapai suatu tujuan tertentu.8

Dari pendapat diatas dapat disimpulakn bahwa metode dapat diartikan sebagai

cara yang tepat dan cepat dalam menerapkan metode menghafal dalam

pengajaran, jadi faktor metode ini tidak boleh diabaikan begitu saja, karna metode

disini akan berpengaruh pada tujuan pengajaran.

Sedangkan menghafal berasal dari

kata...

yang berarti menjaga, memelihara dan melindungi.9Didalam kamus yang sama juga

7 Ahmad Tafsir,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1995)Cet.1,hlm.9 8 Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani,1993)hal.66.

(12)

mengungkapkan bahwa menghafal dituliskan dengan lafaz: yang diartikan menghafal al-Qur’an.10Adapun menghafal menurut kamus Bahasa Indonesia bahwa menghafal berasal dari kata dasar

hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang sesuatu, pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku atau catatan lainya. Kemudian mendapatkan awalan me menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat.11 Selain itu menghafal juga dapat diartikan dari kata memory yang artinya ingatan, daya ingatan, juga mengucapkan diluar kepala.12

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari metode menghafal

adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada

bidang pelajran dengan menerapkan menghafal yakni mengucapkan diluar kepala

tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran tersebut.

Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejrah kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata peljaran yang terhinpun dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan diberbagai

jenjang pendidikan yang bernafaskan islam. Sejarah memiliki peranan penting

dalam kehidupan. Dengan sejarah seseorang dapat mengetahui keadaan masa lalu

yang mengandung banyak nilai dan pelajaran hidup bagi seseorang. Sejarah tidak

hanya sekedar untuk mengenang masa lalu, sejarah diharapkan mampu

memberikan sumbangan yang besar terhadap realitas kehidupan sekarang ini.

Selain itu, diharapkan kehidupan yang dijalani sekarang dan yang akan datang

dapat berkaca pada peristiwa masa lalu. Itulah yang disebut rekonstruksi sejarah

10 Ibid.hlm. 297

11 Hasan Alwi,Kamus besar Bahasa Indonesia,ed III,(Jakarta:Balai Pustaka,2003),Cet.3. hal.381 12 John M.Echols dan Hassan Shadli, Kamus Inggris Idonesia An English Indonesian Dicionary,

(13)

oleh Kuntowijoyo dalam bukunya Metode Sejarah.13Dudung Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Sejarah juga mengatakan hal yang sama, yaitu:

“seiring perkembangan dan kemajuan Ilmu pengetahuan, sejarah sebagai sebuah disiplin Ilmu lain bagi kehidupan umat manusia kini dan masa yang akan datang. Kecendrungan demikian akan semakin nyata apabila sejarah bukan hanya sebatas kisah biasa, melainkan didalamya terkandung eksplanasi kritis dan kedalaman pengetahuan tentang “bagaimana” dan”mengapa” peristiwa-peristiwa masa lampau terjadi”14

Dari uraian diatas jelaslah bahwa sejarah bukan hanya semata mata

kisah/dongeng dimasa lalu akan tetapi sejarah penuh dengan ibrah atau contoh

yang bisa kita jadikan rujukan untuk kemajuan serta meningkatkan keimanan kita.

Oleh karna itu, Sejarah Kebudayaan Islam sangat penting untuk diberikan dan

diajarkan dengan baik kepada setiap satuan pendidikan yang bernapaskan Islam

mulai dari Madrasah Ibtidakyah (MI) sampai perguruan tingi dengan tujuan

sejarah akan dapat direkonstruksi oleh umat Islam pada Zaman modern ini.

Mata pelajaran Sejarah Peradaban Islam dirasakan telah menjadi mata

pelajaran yang dianaktirikan dari pada mata pelajaran yang lainya sehinga dalam

kenyataanya dilapangan, banyak peserta didik yang merasa pembelajaran Sejarah

kebudayaan Islam yang diajarkan guru hanya menjadi mata pelajaran yang

membosankan karna hanya dikemas dalam penyajian yang kurang menarik.

Dengan adanya KTSP yang lebih domonan memberikan kebebasan kepada guru

(14)

didalam menjabarkan standar kompetisi dan kompetisi dasar,15maka seorang guru

dituntut untuk dapat mengolah pembelajaran dengan mengunakan metode dan

media secara tepat, termasuk dengan metode menghafal. Oleh karna itu

diharapkan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat dikemas menjadi

matapelajaran yang tidak monoton sehinga nilai didalam mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dapat direkonstruksi dengan baik didalam kehidupan Siswa.

Kita kembali sedikit didalam pendidikan dijaman Rasullulah, dimana

Rasullulah dalam mendidik para sahabat-sahabat untuk mempelajari al-Qur’an

Rasullulah setiap setiap menrima wahyu, beliau menyarankan para sahabat

damengingatnya atau menghafalnya. Dan kita ketahui juga didalam al-Qur’an

banyak sekali terdapat kisah-kisah atau sejarah dari para Nabi dan Orang-orang

terdahulu yang membutuhkan kemampuan untuk dihafalkan. Dari sini dapat kita

ketahui bahwa metode menghafal merupakan salah satu metode yang dipakai oleh

Rasullulah, tentunya juga akan relevan jika metode tersebut digunakan pada saat

ini, khususnya dalam mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.

Pada dasarnya pendidikan dan pengajaran yang dilakukan melalui praktek atau

amplikasi lansung, akan membiasakan kesan khusus dalam diri anak didik sehinga

kekokohan Ilmu pengetahuan dalam jiwa anak didik akan semakin terjamin.

3. Dasar dan tujuan metode menghafal dalam pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(15)

a. Dasar Metode Menghafal

Didalam menerapakan metode pada proses belajar mengajar tentunya ada

dasar atau sandaran yang menjadi pinjakan dalam menerapkan metode

tersebut,hal ini tidak jauh berbeda dengan metode menghafal yang sudah barang

tentu memiliki dasar baik itu dalil-dalil al-Qur’an maupun as-Sunah.

Adapun dasar yang dijadikan sebagai landasan pengunaan metode menghafal

mengacu pada nash dan Hadist diantaranya:

1. Surat al Hijr ayat 9 yang berbunyi:



























artinya: Sesunguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesunguhnya kami benar-benar memelihara.(Q.S. al-hijr:9) 16

perlulah adanya pengkajian ulang bahwa dalam menjaga al-Qur’an ini Allah

mengunakan kata ganti



yang artinya kami, dengan keterwakilan orang Banyak. Disinilah dalam menjaga al-Qur’an allah juga melibatkan manusia.

(16)

Perlibatan disini lebih dimaknai untuk mempelajari, mempelajari al-Qur’an bisa

dengan jalan menghafal, membaca dan meresapi bacaan al-Qur’an.

2. Hadist Nabi Muhamad SAW

Di dalam kitab Irsadul Ibad yang diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami

dipaparkan keutamaan menghafal al-Qur’an yang berbunyi:

Artinya : dan Ad-Dailami meriwayatkan dari Abi Umamah: “orang yang hafal al-Qur’an itu bagaikan memegang panji Islam dan barang siapa memuliakan orang yang menghafal al-Qur’an maka Allah akan memuliakannya dan barang siapa menghina orang yang hafal al-Qur’an tersebut maka akan mendapatkan laknat dari Allah”

Dari sini dapatlah kita ketahui bahwa sesunguhnya orang yang hafal al-Qur’an

sangat dimuliakan Allah dan mendapat posisi lebih, yakani bagaikan memegang

panji Islam. Dan sebaliknya orang yang menganiaya ataupun menghina yang

menghafal al-Qur’an akan mendapat laknat dari Allah.

(17)

Rasulullah menerapkan metode menghafal dengan cara menyimak ulang

doa-doa dan ayat-ayat al-Quran yang pernah diberikan kepada para sahabat.

Darisini bahwasanya metode yang dipakai Rasulullah juga tepat digunakan

pada proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam pada masa sekarang

ini. Dalam mengimplementasikan pada kurikulum, guru sebagai salah satu

komponen pelaksana kurikulum juga memperhatikan siswa sebagai subyek

pembelajaran yang juga merupakan komponen pelaksanaan kurikulum

pendidikan. Abdurrahman Mas’ud juga menekankan bahwa guruhendaknya

memperlakukan siswa sebagai subyek dan mitra belajar bukan obyek

belajar.Bahwa pendidikan orang dewasa adult education yang menekankan belajar mandiri, kemampuan membaca, berfikir tertib perlu ditingkatkan

secara konsinsten dalam proses belajar mengajar.17

Interaksi belajar mengajar akan lebih bermakna, apabila pengajar menjadikan

siswa sebagai subyek belajar dalam melakukanya. Sebaiknya guru tidak

mendominasi kegiatan belajar tersebut akan tetapi lebih diarahkan untuk memberi

motivasi serta bimbingan kepada siswa dengan tujuan lebih efektif dalam belajar.

Adapun tujuan pengunaan metode menghafal dalam pengajaran Sejarah

Kebudayaan Islam adalah:

a. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan tepat dan benar.

(18)

b. Kemampuan dalam mengimplestasikan serta mentauladani sifat-sifat

rasullulah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mampu mengulang isi pelajaran tanpa melihat catatan ataupun buku

pelajaran.

d. Kemampuan memperbaiaki tingkah laku murid melalui metode pengajaran

yang tepat.

e. Menumbuhkan rasa cinta terhadap rasullulah dan para sohabatnya.

f. Menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri bahwa peradaban Islam dimasa

lampau begitu kaya dan besar.

B. Problematika Metode Menghafal Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam menerapkan metode menghafal tentunya akan menemukan kendala atau problematika pada kegiatan belajar mengajar, hal ini tentu saja tidak lepas

dari aspek kelebihan dan kekurangannya dari metode tersebut, kedua aspek ini

tentu saja sudah diperhitungkan sejak awal oleh guru.

Kalau dilihat dari sifat maupun bentuknya metode menghafal ini bias

dikatagorikan sebagai pekerjaan rumah yang sering disebut sebagai metode

resitansi, hal ini berdasarkan waktu pelaksanaan menghafal ini dimana siswa

(19)

 Adapun kelebihan dari metode menghafal adalah:

1. Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar.

2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tidak mudah hilang karena sudah

dihafalnya.

3. Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian,

bertangung jawab serta mandiri.18

 Sedangkan kekurangan metode ini adalah:

1. Menghafal yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental

2. Kurang tepat atau membutuhkan perhatian yang lebih bila diberikan kepada

siswa yang mempunyai latar belakang berbeda-beda.

Selain asfek kelebihan dan kekurangan di atas, ada juga beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam pengunaan metode menghafal yaitu:

a. Apa saja yang harus dihafal siswa sebaiknya terlebih dahulu difahami betul

oleh guru, jangan sampai siswa menghafal yang belum jelas baginya. Dalam

hal ini banyak kesalahan yang dilakukan oleh guru.

(20)

b. Menghafal harus diberi latar belakang yang cukup, dengan demikian bahan

tersebut akan lebih mudah dihafal dan mudah diingat.

c. Memeriksa menghafal jangan sampai hanya menyuruh siswa mengucapkan

nya kembali.

d. Untuk menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan keinginan untuk

mengingat sesuatu.

e. Metode manakah yang lebih efektiv? Metode keseluruhan atau bagian.

f. Bahan pelajaran banyak yang dilupakan maka diperlukan peninjauan

kembali(active recall dan review).19

Active recall maksudnya adalah menyatakan kembali sesuatu yang baru saja

dipelajari tanpa melihat buku. Adapaun maksud dari review adalah untuk

mengingat kembali pelajaran-pelajaran yang lampau untuk mencegah dilupakan

pekerjaan itu. Review ini dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, selain itu

sebaiknya pada review ini diutamakan pokok-pokok dan buah-buah pikiran yang

penting serta sesuatu yang belum dipahami dapat dibicarakan kembali.

Ada beberapa manfaat active recall dalam pengajaran Sejarah Kebudayaan

Islam yakani membangkitkan aktifitas dalam belajar, memberi latihan untuk

mengingatnya, merupakan tes untuk mengetahui sampai mana bahan dikuasai, dan

menunjukkan kelemahan dan kekurangan agar nantinya diperbaiki.

(21)

C. Solusi Metode Menghafal

Ada beberapa solusi yang penulis angkat sebagai rujukan baik itu rujukan dari hadist maupun rujukan secara Umum. Dari hadist misalnya yang penulis kutip

dari Kitab Hosoisul Ummatil Muhamadiyah karangan (sayid Muhamad bin Alawi bin Abbas al-Maliki, Hal. 138-140)20 yang diterjemahkan oleh TGH. Qomaruddin

Hadi Mapong, didalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ketika sayyidina Ali RA

menghadap rasullulah mengeluhkan tentang hafalan al-Qur’an beliau yang kurang

lama bertahan maka rasullulah menyuruh sayyidina Ali untuk:

1. sholat sunat hajad empat rakaat di sepertiga malam atau dipertengahan

malam, ataupun diawal malam pada malam Jum’at.

2. Setelah selesai dari sholat Membaca hamdalah, puji-pujian kepada allah serta

ber sholawat kepada Nabi dan semua para Nabi serta memintakan ampunan

bagi Mukminin dan Mukminat, lalu ber do’a yang rasullulah ajarkan kepada

Sayyidina Ali ra.

3. Dikerjakan berturut-turut selama tiga kali atau lima kali setiap malam Jum’at.

Sedangkan dalam proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam ada dua

tahap yang biasanya dilakukan oleh para guru yang mungkin cocok dalam

pelaksanaan metode menghafal tersebut, diantaranya:

1. Tahap Pra Instruksional

(22)

Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh guru dalam tahap ini adalah:

a. Guru menanyakan siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir

b. Dengan cara memangil satu persatu dari awal hinga akhir.

c. Langkah selanjutnya adalah guru bertanya kepada siswa sampai dimana

pembahasan pelajaran sebelumnya juga menanyakan apakah ada tugas

menghafal.

d. Mengajukan pertanyaan pada siswa ataupun salah satu perwakilan tentang

bahan pelajaran yang disampaikan pada pertemuan yang lalu.

e. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang bahan pelajaran yang

disampaikan pada pertemuan lalu yang belum dikuasai.

f. Mengulang kembali bahan pelajaranyang lalu secara singkat tetapi

mencakup semua aspek pembahasan sebelumnya sehinga menjadi dasar

bagi pelajaran yang akan dibahas hari ini.

2. Tahap Instruksional

(23)

“Bahwasanya strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar”21

Pengunaan metode menghafal ini prof. Dr, S Nasution mengungkapkan bahwa mungkin sekali belajar bersifat menghafal ini paling banyak digunakan di senkolah, sebab tujuanya belajar adalah menempuh ujian, untuk itu diperlukan penguasaan sejumlah pengetahuan siap. Memang banyak hal yang harus di hafal dan harus segera diketahui bila diperlukan salah satunya seperti kata-kata. Tanpa sejumlah pengetahuan siap kita mungkin sukar mengatasi masalah-masalah dalam hidup kita.22

Kita tidak bisa memungkiri bahwa menghafal merupakan suatu metode belajar

yang hampir disetiap mata pelajaran akan membutuhkan yang namanya

menghafal.

Proses belajar mengajar Sejarah Peradaban Islam dengan menerapkan metode

menghafal mendorong siswa agar dapat mengingat dengan baik juga dapat

mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung didalam pelajaran SKI. Selain itu

alasan mengapa siswa lebih senang belajar dengan cara menghafal ada beberapa

hal, diantaranya:

(24)

1. Karna belajar dengan cara menghafal adalah yang paling sederhan dan mudah.

2. Karna adanya kecemasan /perasaan tidak mampu menguasai bahan, sebagai pemecahanya maka bahan dicoba dikuasai dengan menghafalkanya.

3. Karena ada tekanan pada jalanya pelajaran, untuk menutupi kekurangan-kekurangan diatas dengan menghafalkanya.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel atau lokasi penelitian di

Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual karena disamping madrasah ini

adalah satu-satunya yang paling dekat dan paling mudah mendapatkan informasi

oleh peneliti dan madrasah ini juga mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.

B. Definisi Konsep

Agar memberikan pemahaman yang tepat serta untuk menghindari

keslahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka perlu untuk

mempertegas istilah dalam judul tersbut, juga memberikan batasan-batasan istilah.

Adapun penjelasan istilah tersebut ialah:

1. Penerapan

Penerapan berasal dari kata dasar “terap” yang artinya berukir kemudian

mendapat imbuhan pe-an. Sehingga kata tersebut menjadi penerapan yang berarti proses, cara atau perbuatan menerapkan.23

2. Metode

Metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.Metode di

sini menurut peneliti diartikan sebagai cara yang tepat dan cepat dalam

melakukan metode menghafal dalam pembelajaran Sejarah Kebudayan Islam.

(26)

3. Menghafal

Kata menghafal di sini berasal dari kata yang berarti menjaga, memelihara,

dan melindungi.24

Menghafal berasal dari hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang

pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau

catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.25

4. Pemeblajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran adalah operasionalisasi dari kurikulum pembelajaran di

sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan

belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.26

Sedangkan definisi Sejarah adalah segala peristiwa yang telah lalu baik yang

ditulis maupun tidak, Sejarah juga sering dipakai sebagai rujukan untuk masa

kini dan akan datang.

Kebudayaan islam sering identik dengan peradaban islam jadi kebudayaan

Islam adalah termasuk dari Peradaban Islam itu sendiri.

Selain itu Sejarah Kebudayaan Islam ini merupakan salah satu mata

pelajaran yang masuk dalam kurikulum pembelajaran yang diajarkan dalam

madrasah. Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual merupakan salah

satu pendidikan formal yang menerapkan metode menghafal dalam proses

belajar mengajar, maka dari itu peneliti menjadikannya sebagai sumner data

24 Ahmad Tafsir,Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Bandung:Remaja Rosda Karya,1995,Cet.1.hlm.9 25 Hasan Alwi,Kamus besar Bahasa Indonesia edisi3,(Jakarta, Balai Pustaka,2003)cet,3.hlm.381

(27)

dan infromasi pelaksanaan penerapan metode menghafal dalam pembelajaran,

khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Jadi secara garis besar dapat ditegaskan bahwa penerapan metode dalam

pembelajaran yang akan diangkat adalah berhubungan dengan penerapan metode

menghafal dan problematika yang dihadapi dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam mulai dari perencanaan metode, pelaksanaan dan penilaian hasil di

Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

C. Jenis dan Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Setiap penelitian akan memerlukan suatu pendekatan atau desain, yang

menunjukkan cara mengumpulkan dan enganalisa data, agar penelitian dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien, secara serasi denga tujuan penelitian.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang bersifat

kualitatif, karena data yang akan diperoleh di lapangan lebih banyak yang bersifat

informasi dan keterangan-keterangan bukan dalam bentuk simbol atau angka.

Adapun pendapat yang lain menyatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”27

Dengan demikian dalam menggunakan metode yang bersifat kualitatif,

peneliti hanya mengharapkan apa adanya arti ucapan atau tulisan dari perilaku

dan orang-orang atau subjek yang diteliti. Dalam memaparkan data dari temuan

serta dalam membahas ini, penulis mengemukakaknnya secara deskriptif, yaitu

mengggambarkan dengan kata-kata semua data yang diperoleh serta diuraikan

(28)

secara ilmiah (apa adanya). Demikian juga analisanya menggunakan analisa data

secara induktif, sedangkan dalam proses pengumpulan data peneliti lebih banyak

berhubungan dengan responden.

Adapun ciri-ciri penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif.

1. Melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu

keutuhan (entity).

2. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul

data utama.

3. Menggunakan metode kualitatif.

4. Menggunakan analisis data secara induktif.

5. Lebih menghendaki arah bimbingan penyususnan teori substantif yang

berasal dari data

6. Deskriptif.

7. Lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil.

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus.

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.

10. Desain yang bersifat sementara.

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.28

Berdasarkan ciri-ciri pendekatan kualitatif di atas, maka dalam penelitian ini,

penulis mengkaji setiap peristiwa, aktifitas-aktifitas dan program-program kerja

maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan partisipasi

(29)

masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah Darul

Aminin NW Aikmual .

2. Objek Penelitian dan Ruang Lingkup

a. Objek Penelitian

Dalam menentukan data apa saja yang dibutuhksn dan objek penelitian

dalam penelitian ini, penulis mengacu pada point-point tujuan penelitian.

Oleh karena objek penelitian ini adalah:

1. Keterangan tentang penerapan metode menghafal dalam pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

2. Aktifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dalam hal ini, kaintannya

dengan penerapan metode menghafal di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW

Aikmual .

3. Aktifitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yakni kaitannya

penggunaan metode menghafal di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW

Aikmual .

4. Bagaimana cara dan bentuk belajar yang dilakukan siswa dalam pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dalam penggunaan metode menghafal di

Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

b. Ruang Lingkup

Kajian tentang metode menghafal merupakan obyek penelitian yang sangat

luas, untuk memberikan pemahaman yang mendalam peneliti menfokuskan pada

penerapan metode dan problematikanya. Dalam hal ini peneliti mengambil kancah

(30)

Menghafal ini menitikberatkan pada pembelajaran yang diterapkan oleh guru

kepada siswa di sekolah. Selanjutnya pembahasan ini tentang problematika yang

dihadapi juga bagaimana mengatasi problematika tersebut.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan

pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini dimaksud untuk eksplorasi dan

klarifikasi mengenai suatu fenomena dan kenyataan yang terjadi yaitu dengan

jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang

diteliti.29

Yakni mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan kegiatan belajar

mengajar dengan menggunakn metode menghafal dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam bagi siswa-siswi di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW

Aikmual .

Sedangkan tujuan yang diinginkan yaitu siswa-siswi mampu menghafalkan

Nama-nama tokoh, Tempat serta Tahun kejadian sesuai kurikulum yang dipakai

dan materi yang diajarkan.

Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kat-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang bersangkutan

dan perilaku yang dapat diamati, diarahkan pada latar alamiah dan individu

tersebut secara holistik (menyeluruh)

Penelitian deskriptif (descriptive research) ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena dan kenyataan yang terjadi.

3. Metode Pengumpulan Data

(31)

Di dalam penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga

perlu memilih tehnik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan tehnik

dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan tehnik dan alat

pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif.

Sedangkan dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan beberapa metode

diantaranya:

a. Metode observasi

Metode observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan sebagai

pengamatan melalui pemutusan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan

menggunakan sebuah alat indera.30

Observasi diartikan sebagai pengamat dan pencatatan secara sistemik terhadap

gejalla yang tampak pada obyek penelitian, pengamatan dan pencatatan ini yang

dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsunya peristiwa, sehingga

berada besama obyek.31

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data bagaimana proses

penerapan metode menghafal dalam pelaksanaan proses belajar mengajar Sejarah

Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

b. Metode interview

Interview merupakan alat untuk mengumpulkan informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

30 20, Ibid, hlm,146

(32)

Dimana pencari informasi (interviewer) mengadakan kontak langsung dan tatap

muka langsung dengan sumber infromasi (interview). 32

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang cara

menerapkan metode menghafal di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual ,

baik itu guru maupun siswa. Selain itu dengan metode ini pula peneliti akan

menggali informasi tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dan problematika apa saja yang dihadapi dalam proses

belajar mengajar tersebut.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang menggunakan bahan klasik untuk

meneliti perkembangan yang khusu yaitu untuk menjawab pertanyaan atau

persoalan-persoalan tentang apa, mengapa, kenapa, dan bagaimana.33

Adapun menurut Suharsimi Arikunto bahwa metode dokumentasi adalah cara

mencari tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, dan sebagainya.34

Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai

metode menghafal yang digunakan. Dengan metode ini peneliti akan menganalisa

hasil belajar berupa menghafal siswa yang sudah diberikan oleh guru.

D. Kehadiran Peneliti

32 Ibid, hlm.165

33 Sutrisno Hadi,Metedologi Research I,(Yogyakarta:A

(33)

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci

yang langsung melibatkan diri dalam kehidupan subyek, dalam semua hal-hal

yang berkaitan dengan subyek penelitian yang telah ditetapkan atau yang telah

ditentukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan jadwal penelitian. Dalam hal ini

kehadiran peneliti bukan ditunjukkan untuk mempengaruhi subjek penelitian,

tetapi untuk mendapatkan data-data yang akurat dan sewajarnya dengan ikut

terlibat langsung dalam aktivitas - aktivitas mereka.

Untuk mendapatkan data-data yang akurat dan sesuai dengan tujuan

penelitian, maka hal-hal yang perlu dilaksanakan oleh peneliti di lapangan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi yang sedalam-dalamnya tentang objek penelitian.

2. Mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait, antara

lain kepala sekola, guru-guru serta masyarakat sekitar.

3. Disamping mengadakan observasi dan wawancara, peneliti melakukan

pencatatan data-data terutama data yang berkaitan dengan fasilitas serta

tentang keadaan guru, siswa/siswi, dan keadaan lingkungan sekitar Madrasah

Aliyah Darul Aminin NW Aikmual Kecamatan Praya.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian skripsi ini bertempat di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW

Aikmual Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah.

(34)

Yang dimaksud dengan sumber data ialah subjek dimana data dapat diperoleh

(Arikunto, 1998 : 114). Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam

pengumpulan data, maka yang menjadi sumber data ialah:

1. Kepala Madrasah, untuk mendapatkan data tentang kondisi riil madrasah dari

berbagai aspeknya terutama terutama dari segi kualitas pembelajarannya.

2. Tokoh masyarakat, untuk mendapatkan data tentang partisipasi masyarakat

dan cara meningkatkan pendidikan di madrasah tersebut.

3. Guru-guru, untuk mendapatkan data tentang bagaimana sikap atau perilaku

anak didik dalam mengikuti pelajaran di kelas.

4. Siswa/siswi, untuk mendapatkan data tentang bagaimana kualitas pengajaran

pendidikan di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Srikunto bahwa sumber data dapat

diklasifikan menjadi 3 yaitu:

1. Person, yaitu data yang biasa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak

3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angkagambar, atau simbol-simbol lain (Arikunto: 114-115)

(35)

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.35 Dari rumusan

tersebut langkah awal dalam analisa data adalah mengnorganisasikan data, yaitu

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan mengkode dan mengkategorikan

semua data yang sudah terkumpul.

Dalam penelitian ini akan dianalisa melalui dua tahap yaitu:

a. Analisa data ketika peneliti masi di lapangan.

b. Analisa data ketika peneliti menyelasikan tugas pendataan.36

Ketika peneliti masih pada masa-masa pendataan, usaha penghalusan data

telah diusahakan melalui:37

1. Meringkas data kontak langsung dari orang, kejadian dan lokasi penelitian.

2. Memberi kode pada data yang diperoleh.

3. Membuat catatan obyektif yang berisi catatan, klasifikasi, dan pengeditan

jawaban sebagaimana adanya.

4. Membuat catatan reflektif yaitu apa yang terangan dan terpikirkan oleh

penulis dalam sangkutpautnya dengan catatan obyektif.

5. Menyiapkan data.

Ketika penulis sudah kembali ke lookasi penelitian, tahap-tahap analisis

nantinya adalah:

35 Lexi J moleong, Op,cit.hlm.103

36 Sudarwan Danim,menjadi Peneliti Kualitatif,(Bandung:Pustaka Setia,2002)hlm.210

(36)

1. Membuat analisis secara keseluruhan dan secara langsung ketika kembali dari

lapangan.

2. Mengklasifikasikan semua data yang sudah terhimpun.

Sedangkan metode yang digunakan dalam menganalisis adalah Metode

Induktif.

Dari sekian macam teknik keabsahan data pada metode indukatif, peneliti

menggunakan empat cara yang sesuai dengan fokus penelitian:

1. Triangulasi, penggunaan triangulasi ini yaitu dengan berusaha menyeleksi

keabsahan data yang diperoleh peneliti di lokasi penelitian. Penggunaan

teknik ini pada fokus yang akan diteliti yaitu dengan memperdalam

obsservasi di lapangan khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan

pengajaran dalam kaitannya dengan mutu pendidikan di Maddrasah Aliyah

Darul Aminin NW Aikmual.

2. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, bertujuan untuk memperoleh kritikan

pertanyaan yang dapat menguji kebenaran peneliti, sehingga data-data yang

diperoleh benar-benar teruji keabsahannya. Disamping itu juga penggunaan

teknik ini untuk mencari kelemahan yang kurang jelas pada data-data yang

tela terkukmpul untuk didiskusikan dengan pihak yang memiliki keahlian

yang relevan seperti pembimbing, teman sejawat dan sebagainya yang

menguasai masalah ini untuk didiskusikan guna mendapatkan kebenaran data

yang diperoleh.

3. Kecukupan referensi,penggunaan teknik ini dimaksudkan sebgai bahan

(37)

catatan-catatan lapangan, surat-surat, arsip penting yang adak kaitanyya

dengan penelitian dan mendukung terlaksananya penelitian.

4. Pengecekan anggota, pengecekan ini untuk menginnformasikan kembali

informasi penelitian dengan memandang kembali subyek penelitian maupun

Referensi

Dokumen terkait