• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM AKUNTANSU MANAJEMEN DAN PENGENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM AKUNTANSU MANAJEMEN DAN PENGENDAL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM AKUNTANSU MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN

Hasan Fauzi Fakultas Ekonomi

UNS

A.

Pendahuluan

Akuntansi bisa didifinisikan dari berbagai macam sudur pandang. Ada yang mendifinisikan akuntansi dari sudut pandang seni, sebagaimana difinisi yang populer pada saat akuntansi baru pertama berkembang. Difinisi semacam ini bisa dilihat dari buku, antara lain, Accounting Principle karya McFarlan (1960). Berikutnya, difinisi yang berkembang mengarahkan akuntansi sebagai aktivitas jasa. Hal ini bisa dilihat dari difinisi yang digunakan oleh APB dalam Accounting Principles Board Statements No. 4, sebagaimana dikutip oleh Bekaoui (1981). Dalam perkembangan terakhir, pemikir akuntansi lebih melihat akuntansi sebagai teknologi informasi. Dari sudut pandang manapun, bisa disepakati bahwa hasil akhir proses akuntansi adalah berupa informasi, yaitu informasi akuntansi.

(2)

awal proses akuntansi.

Tujuan suatu organisasi mendisain sistem akuntansi manajemen adalah untuk membantu organisasi tersebut di dalam mencapai tujuannya, sebagai cerminan dari fungsi perancanaan manajemen. Bahwa dalam menjalankan fungsinya, manajemen suatu organisasi membutuhkan sistem akuntansi manajemen adalah benar. Dalam hal ini pertanyaan yang muncul adalah tipe sistem akuntansi manajemen seperti apa yang benar-benar diperlukan manajemen dalam menjalankan fungsinya tersebut. Ada dua tipe ekstrem level disain sistem akuntansi manajemen yang bisa dibuat, yaitu sistem yang bersifat tradisional hingga sistem yang canggih (level tinggi). Tingkatan tradisional dan canggih di atas mengacu pada kompleksitas sistem informasi yang bisa diberikan kepada manajemen. Tipe sistem akuntansi manajemen tradisional biasanya diperlukan untuk manajemen yang tipe organisasinya masih sangat sederhana, yang biasanya ditandai dengan kesederhanaan tipe perencanaan yang dibuat, pengorganisasian unit-unit yang ada, pengarahan dan koordinasi diantara orang yang ada di dalam organisasi, dan dalam hal pengendalian yang dilakukan. Sebaliknya, tipe sistem akuntansi manajemen yang berlevel tinggi (canggih) diperlukan pada saat organisasi mengalami perkembangan yang pesat sehingga pelaksanaan fungsi manajemen menjadi sangat kompleks, yang membutuhkan penanganan khusus dan serius. Dengan demikian sistem akuntansi managemen yang berlevel tinggi diharapkan bisa lebih meningkatkan prestasi organisasi melalui para manajer-manajernya.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi disain sistem akuntansi manajemen. Faktor-faktor tersebut adalah: perceived environment uncertainty, organizational interdependency, dan struktur organisasi.

(3)

manajemen dan hubungan variabel kontekstual dengan disain sistem akuntansi manajemen. Bagian ketiga akan membahas pengaruh sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajer. Tulisan akan diakhiri dengan penutup yang akan menguraikan kesimpulan, yang menjadi sintesa tuliasan ini. Dalam bagian penutup juga akan diuraikan kemungkinan implikasi dari sintesa tulisan ini.

B. Pendekatan Kontinjensi dan Disain Organisasi

Hingga dekade terakhir, para pakar teori organisasi umumnya berpegang pada pan-dangan bahwa setiap organisasi merupakan sistem yang terbuka (open system). Sebagai suatu sistem yang terbuka, suatu organisasi harus berhubungan dengan lingkungannya den-gan cara mendapatkan dan menggunakan sumber daya, serta denden-gan cara memberikan atau mendistribusikan barang atau jasa akhir kepada konsumen/pemakai. Organisasi tidak beroperasi secara terpisah dengan lingkungannya, dan karenanya ia tidak bisa berfungsi se-bagai suatu sistem yang tertutup (closed system).

(4)

1. Sistem Mekanik dan Organik Versi Burns dan Staker

Dalam suatu studi yang dilakukan terhadap dua puluh perusahaan di Inggris, Burs dan Staker (1961) meneliti hubungan antara lingkungan ekstern dan karakteristik struktur organisasi intern. Dengan mendasarkan observasi dan interviu yang tidak terstruktur (pen-dekatan penelitian yang bersifat antropologi), mereka berusaha mengidentifikasi karakter-istik struktur operasi manajemen. Hasil pengamatan mereka adalah bahwa perusahaan yang relatif stabil atau bertahan dalam lingkungan yang relatif tidak berubah cenderung mempunyai operasi manajemen yang terstruktur dan formal. Mereka menandai karakteris-tik demikian dengan istilah organisasi mekanik karena penekanannya pada aturan, prose-dur, dominasi oleh hirarki wewenang. Sebaliknya, perusahaan yang berada di dalam lingkungan yang tidak stabil cenderung mempunyai organisasi yang terdesentralisasi dan lebih adaptif. Karakteristik yang demikian disebut dengan organisasi organik. Tabel berikut menunjukkan perbedaan antara bentuk organisasi mekanik dan organik:

Inti kontribusi Burns dan Staker terhadap disain organisasi adalah bahwa kedua bentuk sistem organisasi akan sangat tepat untuk lingkungan yang berbeda. Sistem organik lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan, sedangkan sistem mekanik tepat untuk situasi yang relatif statis. Sebagai contoh, perusahaan software computer harus survive di dalam lingkungan yang dinamis, berubah dengan cepat, yang ditandai dengan inovasi yang konstan, sehingga ia membutuhkan bentuk organisasi organik. Sebaliknya suatu perusahaan pabrikasi yang beroperasi di dalam lingkungan yang stabil dan yang bisa diprediksi perubahan-perubahannya, membutuhkan bentuk organisasi mekanik.

Tabel 1

Bentuk Organisasi Mekanik dan Organik

ORGANISASI MEKANIK ORGANISASI ORGANIK

 Spesialisasi tugas  Hirarki wewenag

 Komunikasi bersifat hirarki

 Pengendalian dan informasi tersentral

 Penekanan pada loyalitas dan ketaatan pada organisasi  Tingkat formalitas yang tinggi

 Penekanan pada tugas yang bersifat umum

 Tidak terlalu terfokus pada pengendalian dan otoritas formal

 Komunikasi bersifat jaringan

 Pengendalian dan informasi terdensentraliasi

 Loyalitas dan komitmen diberikan kepada proyek atau grup

(5)

Pentingnya variabel lingkungan di dalam menentukan efektivitas sistem organisasi juga ditekankan di dalam studi yang dilakukan oleh Lawrence dan Lorsch (1967). Di dalam studi tersebut, mereka meneliti lingkungan perusahaan di dalam tiga industri: plastik, makanan, dan pengalengan. Berdasarkan interviu dengan para manajer perusahaan, mereka memperoleh temuan bahwa lingkungan perusahaan bisa didifinisikan berdasarkan ketidakteraturan atau perubahan dan ketidakpastian sebagai lawan dari stabilitas dan kepastian. Selanjutnya mereka meneliti sub-lingkungan yang dihadapi oleh tiga divisi dalam masing-masing perusahaan: produksi, pemasaran, penelitian dan pengembangan. Ketidakpastian lingkungan ternyata berbeda untuk masing-masing divisi. Departemen penelitian dan pengembangan menduduki peringkat tertinggi untuk situasi ketidakpastiannya, diikuti secara berturut-turut oleh divisi pemasaran dan produksi. Inti temuan penelitian Lawrence dan Lorsch (1967) adalah bahwa karakteristik struktur dalam ketiga divisi tersebut bervariasi sesuai dengan ketidakpastian lingkungan. Divisi produksi cenderung mempunyai tingkat struktur yang tinggi, diikuti, secara berturut-turut, oleh divisi pemasaran dan penelitian & pengembangan. Masing-masing divisi bisa juga diberi karakteristik berdasarkan tujuan dan orientasi utama. Tabel berikut menjelaskan perbedaan-perbedaan tujuan dan orientasi utama masing-masing divisi:

Tabel 2

Karakteristik Struktur Organisasi Produksi, Pemasaran, dan Penelitian & Pengembangan

(6)

merupakan tingkat spesialisasi tenaga kerja dan orientasi psikologi para manajer di dalam unit organisasi. Ketika para manajer sub-unit organisasi secara psikologi merasa jauh dengan manajer sub-unit organisasi yang lain, diferensiasi lebih besar.

Temuan Lawrence dan Lorsch dalam kaitannya dengan masalah yang terakhir ini adalah bahwa diferensiasi diantara sub-unit organisasi cenderung lebih besar di dalam organisasi yang beroperasi di dalam lingkungan yang komplek dan berubah. Selanjutnya, organisasi tersebut juga membutuhkan mekanisme (sistem) yang didisain untuk mencapai integrasi diantara sub-sub unit organisasi. Perusahaan plastik, misalnya, umumnya didiferensiasi dan karenanya membutuhkan lebih banyak mekanisme untuk mengkoordinasikan berbabagai aktivitas yang telah didiferensiasikan. Di dalam lingkungan yang tingkat ketidakteraturannya paling rendah, seperti perusahaan pengalengan, diferensiasi diantara sub-unit organisasi rendah, demikian juga kebutuhan mekanisme untuk mengintegrasikan sub-sub unit tersebut.

3. Studi Kontinjensi oleh Woodward

Variabel kontekstual lain yang dianggap penting di dalam struktur organisasi adalah teknologi, yang merupakan alat, teknik, dan pengetahuan yang digunakan untuk mentransformasikan bahan mentah ke dalam barang jadi. Studi yang paling penting mengenai pengaruh teknologi terhadap struktur organisasi dilakukan oleh Joan Woodward (1965), seorang pakar sosiologi dari Inggris.

(7)

Perusahaan yang masuk dalam kategori produksi unit membuat produk berdasarkan pesanan pembeli. Yang masuk kategori ini adalah jenis perusahaan furniture, elektronil, dan peralatan konstruksi khusus. Perusahaan yang masuk dalam kategori produksi masa membuat produk-produk standar yang tidak memerlukan perhatian khusus. Contoh perusahaan yang menggunakan teknologi semacam ini adalah jenis perusahaan otomotif. Perusahaan yang menggunakan teknologi long-run process production adalah mekanisasi operasi pabrik secara keseluruhan. Dari awal hingga akhir, proses tersebut sangat terkendali, sehingga kualitas produk akhir bisa dengan mudah diprediksi. Contoh perusahaan yang menggunakan teknologi semacam ini adalah jenis perusahaan penyulingan minyak dan pabrik kimia.

Berdasarkan sistem klasifikasi ini, temuan dalam studi Woordward menunjukkan bahwa struktur dalam perusahaan yang disampel betul-betul berhubungan dengan tipe teknologi yang digunakan. Pada saat kompleksitas teknologi meningkat, terdapat perubahan bentuk organisasi dari produksi unit ke long-run process production. Dalam studi tersebut, Woodward juga mengamati beberapa pola-pola temuan yang lain. Jumlah komunikasi verbal cenderung sangat rendah dalam organisasi yang menggunakan produksi masa, sedangkan jumlah komunikasi tertulis sangat tinggi frekuensinya. Disamping itu, perusahaan yang menggunakan teknologi produksi masa cenderung sangat tersentralisasi dan lebih banyak menggunakan prosedur formal daripada tipe perusahaan-perusahaan yang lain. Secara keseluruhan, perusahaan yang masuk dalam kategori unit dan long-run process production relatif lebih organik, sedangkan perusahaan dengan karakteristik produksi masa relatif lebioh mekanis. Tabel berikut menunjukkan temuan-temuan tersebut:

Tabel 3

(8)

KARAKTERISTIK

C. Model Kontijensi Untuk Disain Sistem Akuntansi Manajemen

Fungsi akuntantasi manajemen sebagai pemberi informasi untuk pengambilan keputusan, pemotivasi perilaku manajer, dan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi organisasi telah dikemukakan oleh Belkaoui [1980]. Konsekuensinya, di dalam memenuhi fungsi tersebut, akuntansi manajemen membutuhkan dukungan dari bidang ilmu perilaku, organisasi, dan pengambilan keputusan [Belkaoui, 1980]. Oleh karena itu tidak mengejutkan apabila penelitian-penelitian dan artikel-artikel di bidang akuntansi manajemen telah dikaitkan dengan bidang-bidang tersebut [Irvine, 1970; Schiff dan Lewin, 1970; Biogioni dan Lvely, 1975; Hayes, 1977; Merchant, 1981; Dunk, 1989; Imoisili, 1989; Mia, 1989].

Pengenalan model kontingensi dari bidang teori organisasi telah memberikan kontribusi pada pengembangan akuntansi menajemen terutama di dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi organisasi. Hayes [1977], mengutip model Thomson [1967] dan Lawrence dan Lorsch [1969], mengemukakan tiga faktor sebagai penentu prestasi organisasi: internal, interdependensi, dan lingkungan. Selanjutnya, beberapa peneliti berusaha mencari penjelasan yang lebih baik terhadap hasil penelitian sebelumnya yang menyangkut hubungan antara aspek anggaran dan prestasi [Milani, 1975; Ivancevich, 1976; Kenis, 1979, Merchant, 1981] dengan menambahkan varibel moderat di dalam model penelitian mereka [Dunk, 1989; Imoisili, 1989, Mia 1989; Kren 1992; Indriantoro, 1993].

1. Variabel Kontekstual/Kontijens i

(9)

interdepedensi organisasi. Desentralisasi merupakan tingkat otonomi yang diberikan oleh manajer atas kepada para manajer yang lebih rendah. Desentralisasi memberikan tanggungjawab yang lebih besar terhadap aktivitas perencanaan dan pengendalian serta akses informasi yang tidak tersedia di manajemen pusat kepada para manajer lebih rendah (Waterhouse and Tiessen, 1978). Pentingnya desentralisasi sebagai elemen variabel kontekstual di dalam mendisain sistem akuntansi manajemen ditekankan oleh Lorsch (1970) dan Watson (1975), yang mengacu kepada mekanisme pendukung yang konsisten dengan tujuan pengaturan struktur formal.

Ketidakpastian lingkungan telah diidentifikasi sebagai variabel kontekstual penting karena variabel tersebut menyebabkan aktivitas perencanaan dan pengendalian manajemen lebih sulit (Burns and Staker, 1961; Lawrence and Lorsch, 1967; Weich, 1969; Duncan, 1972). Perencanaan menjadi komplek di dalam operasi yang penuh ketidakpastian karena ketidakmampuan memprediksi peristiwa yang akan datang. Aktivitas pengendalian kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian. Sebagai contoh, sub-sub unit organisasi yang menghadapi perubahan yang tidak bisa diprediksi bisa dipastikan bahwa penggunaan anggaran statis tidak efektif sebagai alat pengendalian karena standar yang telah ditentukan sebelumnya menjadi tidak valid lagi.

(10)

2. Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen

Chenhall dan Morris (1986) membagi karakteristik informasi akuntansi manajemen ke dalam empat kategori: scope, timeliness, agregation, dan integration. Pemilihan

keempat dimensi informasi di atas di dasarkan hubungan teoritis antara desentralisasi, ketidakpastian lingkungan, interdependensi organisasi, dan kegunanaan keempat informasi tersebut. Ringkasan keempat karakteristik informasi tersebut disajikan di dalam tabel berikut:

Secara teoritis hubungan antara karakteris informasi akuntansi manajemen dan variabel kontekstual bisa disajikan di dalam tabel berikut:

Tabel 5

(11)

2.1 Broad Scope

Di dalam sistem informasi, broad scope mengacu kepada dimensi fokus, kuantifikasi, dan horison waktu (Gorry and Scott Morton, 1971; Lacker, 1981; Gordon and Narayanan, 1984). Sistem akuntansi manajemen tradisonal memberikan informasi yang memfokus pada peristiwa-peristiwa dalam organisasi, yang dikuantifikasi berdasarkan ukuran moneter, dan yang berhubungan dengan data historis. Scope sistem akuntansi manajemen yang luas memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan eksternal yang mungkin bersifat ekonomi seperti Gross National Product, total penjualan pasar, dan pangsa pasar suatu industri, atau mungkin juga bersifat nonekonomi seperti faktor demografi, cita rasa kostomer, tindakan para pesaing, dan perkembangan teknologi. Scope sistem akuntansi manajemen yang luas akan mencakup ukuran-ukuran nonmoneter terhadap karakteristik-karakteristik lingkungan esktern (Gordon dan Miller, 1976). Disamping itu, scope sistem akuntansi manajemen yang luas akan memberikan estimasi mengenai kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa dimasa yang akan datang, di dalam ukuran probabilitas (Asobat, 1967).

Ada beberapa justifikasi mengenai hubungan ketiga variabel kontekstual yang disebutkan di atas dengan persepsi para manajer terhadap scope informasi yang luas. Pertama, di dalam sub-unit organisasi yang terdesentralisasi, informasi yang luas akan bermanfaat dalam memberikan diversitas keputusan yang dihadapi oleh para manajer divisi dan di dalam memberikan informasi lingkungan yang menyangkut divisi tersebut (Horngren, 1982; Lander at.al., 1983). Di salam suatu studinya, Simon et.al. (1954) mengacu scope informasi sebagai informasi yang secara umum bersifat attention directing dan problem solving untuk membantu para manajer divisi dalam hal penentuan harga jual, keputusan pemasaran, pengendalian persediaan, dan negosiasi tenaga kerja.

(12)

Ketiga, kesulitan-kesulitas yang disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan yang dirasakan oleh para manajer baik yang menyangkut aktivitas perencanaan maupun pengendalian bisa dikurangi dengan pemberian scope informasi yang luas. Walaupun tidak bisa dikatakan bahwa pemberian informasi yang berorientasi kedepan dan yang yang bersifat analitis memberikan peningkatan hasil keputusan, namun ada beberapa bukti bahwa para manajer yang menghadapi ketidakpastian lingkungan tugas berpendapat bahwa jenis informasi yang luas sebagai informasi yang bermanfaat. Gordon dan Narayanan (1984) memberikan temuan tentang pentingnya informasi yang beroeriantasi ke depan untuk para manajer yang menghadapi ketidakpastian. Disamping itu, scope informasi yang luas akan membantu pengendalian di dalam situasi ketidakpastian dengan memfokuskan sumber ketidakpastian. Selanjutnya, baik Hayes (1971) maupun Govindarajan (1984) mengatakan bahwa ukuran evaluasi keuangan yang tradisional tidak efektif untuk evaluasi aktivitas-aktivitas yang sensitif terhadap ketidakpastian lingkungan. Hayes menyimpulkan bahwa di dalam departemen riset dan pengembangan, para manajer seharusnya dievaluasi dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berkaitan dengan lingkungan seperti stabilitas, diversitas, pangsa pasar, dan kemampuan perencanaan.

2.2. Timeliness

Kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat terhadap peristiwa-peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timeliness sistem akuntansi manajemen. Timeliness biasanya ditetapkan berdasarkan pemberian informasi yang dihimpun secara otomatis. Informasi yang timeliness meningkatkan fasilitas sistem akuntansi manajemen untuk melaporkan peristiwa-peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara cepat terhadap keputusan yang telah dibuat.

(13)

efektif terhadap ketidakpastian lingkungan. Selanjutnya, menurut Amey, di dalam sistem akuntansi manajemen, informasi yang bersifat timeliness sangat sering diabaikan.

2.3. Aggregation.

Sistem akuntansi manajemen memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi berdasarkan periode waktu atau area tertentu misalnya pusat-pusat pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada berbagai format yang konsisten dengan model-model keputusan formal seperti analisis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan linier programming untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba, dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model-model keputusan formal.

Kombinasi dua variabel kontekstual berikut: desentralisasi dan ketidakpastian akan mempengaruhi agregasi informasi. Agregasi-agregasi yang dipengaruhi oleh desentralisaisi adalah agregasi-agregasi yang berhubungan dengan ukuran prestasi. Para manajer divisi kemungkinan akan lebih suka dievaluasi dengan ukuran-ukuran prestasi yang diagregasi sedemikian rupa sehingga mencerminkan area pertanggungjawabannya (Gordon, 1963; Pick, 1971; Mcnally, 1980; Horngren, 1982). Peningkatan konflik telah terjadi sebagai konsekuensi dari penggunaan ukuran evaluasi yang tidak mencerminkan otonomi, dan integrasi diantara sub-sub unit organisasi (Anshari, 1971; Shilinglaw, 1972).

(14)

lingkungan yang tinggi meningktakan permintaan para manajer terhadap prosedur pengambilan keputusan formal.

2.4. Integration.

Aspek pengendalian suatu organisasi yang penting adalah koordinasi berbagai segmen dalam sub-unit organisasi. Karakteristik sistem akuntansi manajemen yang membantu koordiansi mencakup spesifikasi target yang menunjukkan pengaruh interaksi segmen dan informasi mengenai pengaruh keputusan pada operasi seluruh sub-unit organisasi.

Kegunaan informasi yang terintegrasi akan dipenagruhi oleh dua variabel kontekstual: desentralisasi dan interdependensi. Pada saat sub-unit organisasi menjadi terdesentralisasi, kemungkinan bahwa diversifikasi aktivitas akan meningkat. Apabila ini yang terjadi, maka informasi yang terintegrasi akan sangat membantu dalam mengkoordinasikan diversifikasi keputusan operasi yang semakin meningkat.

Interdependensi organisasi cenderung mempengaruhi aktivitas perencanaan dan pengendalian yang mempunyai tingkat interdependensi yang tinggi, yang bisa menyulitkan tugas koordinasi. Oleh kartena itu, di dalam situasi interdependensi yang tinggi, para manajer akan membutuhkan sistem akuntansi manajemen yang bisa memberikan informasi yang bersifat integrasi, seperti pengaruh keputusan seluruh sub-sub unit organisasi. Sebaliknya, di dalam situasi pooled interdependensi, karakteristik informasi yang terintergrasi tidak begitu relevan (Baumler, 1971; Galbraith, 1973).

3. Variabel Kontekstual dan Disain Sistem Akuntansi Manajemen

(15)

pengaruh variable kontekstual atau kontinjensi terhadap sistem akuntansi dengan memasukkan satu tambahan vatiabel kontingensi: job interdependensi.

Dengan menggunakan variabel: ketidakpastian lingkungan, interdependensi organisasi, dan struktur organisasi dan variabel sistem aluntansi manajemen yang terdiri dari: broad scope, tineliness, aggregation, dan integration, Chenhall dan Morris menyimpulkan bahwa perceived environment uncertainty berkorelasi positif secara signifikan dengan karakteristik sistem akuntansi manajemen: broad scope dan timeliness; organizational interdependency dengan karakteristik sistem akuntansi manajemen: broad scope, aggregation, dan integration; dan struktur organisasi dengan karakateristik sistem akuntansi manajemen: aggregation dan integration. Disamping itu mereka juga menyimpulkan adanya dua efek interaksi: (1) antara ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi dengan karakteristik sistem akuntasi manajemen: broad scope dan aggregation

dan (2) antara organization interdependency dan struktur organisasi dengan karakteristik sistem skuntansi manajemen: broad scope dan integration.

D. Sistem Akuntansi manajemen dan Kinerja Manajer

Sampai di sini, variabel kontekstual atau kontingensi hanya dihubungkan dengan disain sistem akuntansi manajemen. Sangat sedikit para penulis yang mencoba menghubungkan sistem akuntansi manajemen dengan kinerja manajer. Di dalam suatu studi, Woodward [1965] hanya mengkaji hubungan langsung antara variabel kontingensi: perceived environment uncertainty dan struktur organisasi dengan kinerja manajer. Menurut dia, ada hubungan yang kuat antara variabel kontingensi tersebut dengan kinerja manajer. Dengan mendasarkan hasil penelitian Chenhall dan Morris [1986], Gul [1992] mencoba menghubungkan variabel sistem akuntasi manajemen dengan prestasi manajer dengan menggunakan variable kontingensi: perceived environment uncertainty sebagai variabel moderat. Hasilnya adalah di dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, terdapat hubungan positif antara sistem akuntansi manajemen dan prestasi; hubungan yang negatif akan terjadi dalam kondisi ketidakpastian yang rendah.

(16)

manajernya di dalam menjalankan fungsi manajer, yaitu dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Dalam setiap fungsi manajemen tersebut manajer selalu melakukan aktivitas pengambilan keputusan. Dalam rangka itu para manajer membutuhkan dukungan informasi. Seberapa jauh dukungan informasi diperlukan oleh para manajer akan sangat tergantung pada variabel lingkungan tugas yang dihadapinya, karakteristik hubungan antara sub-unit organisasi, dan seberapa luas tingkat desentralisasi yang diberlakukan di suatu organisasi.

Secara umum bisa dikatakan, berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, bahwa kemungkinan disain sistem akuntansi manajemen akan jatuh pada dua level ekstrem: sangat canggih dan tradisional. Dalam hal ini kecanggihan sistem akuntansi manajemen terdiri dari empat elemen: broad scope, timeliness, agregation, dan integration. Karakteristik-karakteristik kecanggihan sistem akuntansi manajemen mana yang dominan akan muncul akan sangat tergantung pada variabel-variabel yang disebutkan di paragraf sebelumnya. Bagi perusahaan yang para manajernya menghadapi lingkungan tugas yang ketidakpastiannya tinggi, kebutuhan informasi mengenai broad scope dan timeliness akan sangat tinggi. Contoh yang lain adalah bagi perusahaan yang sudah menerapkan desentralisasi yang tinggi, kebutuhan informasi yang berkarakteristik agregation dan integration akan sangat tinggi. Dengan menyajikan informasi tersebut, para manajer bisa membuat keputusan yang efektif sehingga dampak kinerja yang ditimbulkan dari pembuatan tersebut akan meningkat. Sebaliknya apabila situasi-situasi yang digambarkan terakhir tidak terjadi, pemberian informasi yang mempunyai tingkat kecanggihan demikian tidak akan relevan dan bahkan akan mengurangi efektivitas keputusan yang dibuat, yang pada akhirnya bisa menurunkan kinerja organisasi dan juga para manajer.

E. Penutup

(17)

demikian bisa digambarkan pada pola pemikiran berikut:

Secara lebih rinci sintesa tulisan ini bisa dirumuskan sebagai berikut:

1. Pada saat terdapat kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, penyajian informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope dan timeliness akan meningkatkan kinerja manajer.

2. Pada saat organisasi mengalami tingkat interdependensi yang tinggi, penyajian informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope, dan integration akan bisa meningkatkan kinerja manajer.

3. Pada saat organisasi mengatlami tingkat desentralisasi yang tinggi,

penyajian informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope, agregation dan integration akan bisa meningkatkan kinerja

4. Pada saat terjadi situasi ketidakpastian lingklungan dan tingkat desentralisasi yang tinggi, penyajian informasi akuntansi yang bersifat broad scope dan agregation akan meingktatkan kinerja

5. Pada saat terjadi tingkat interdependensi dan desentralisasi yang tinggi, penyajian informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope dan intergration akan bisa meningkatkan kinerja manajer.

Kontekstual variabel: Ketidakpastian

Lingkungan Struktur organisasi 3. Interdependensi

Disain Sistem Akuntansi Manajemen:

Scope Timeliness Agregation Integration

(18)

Referensi

Belkaoui, Ahmed. 1980. Conceptual Foundation of Management Accounting. MenloPark: Addison-Wesley Publishing Company.

Biogioni, Louis F. dan Lavely, Josep A. 1975. "The Impact of Accounting on Managerial Performance" dalam William E.Thomas (ed.) Readings in Cost Accounting Budgeting and Control. Cincinnati: South-Western Publishing Co. 1978.

Burns, Tom and Stalker, G. M. 1961. Mechanistic and Organic Sructure. In

Azumi, Koya and Hage, Jerald. Organization System. Lexington: D. C. Heath and Company. 1972 .

Chenhall, Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure, Environment, and Interdependency on the Perceived Usefulness of Management Accounting System". The Accounting Review (January)

Dunk, A. S. 1989. "Budget Emphasis, Budgetary Participation and Managerial Performance." Accounting, Organization, and Society (Volume 14 number 4)

Gordon, L. A. dan Miller, D. 1976. "A Contingency Framework for Design of Accounting Information System". dalam Chenhall, Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure, Environment, and

Interdependency on the Perceived Usefulness of Management Accounting System". The Accounting Review (January).

--- dan Narayanan, V.K. 1984. "Management Accounting System, Perceived

Environment Uncertainty and Organizational Structure: An Empirical Investigation". dalam Chenhall, Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure, Environment, and Interdependency on the Perceived Usefulness of Management Accounting System". The Accounting Review (January).

Gul, Ferdinand A. 1992. "The effect of Management Accounting System and Environment Uncertainty on Samll Business Managers' Performance".

Accounting and Business Research (Winter)

Hayes, David C. 1977. "The Contingency Theory of Managerial Accounting" The Accounting Review (January).

(19)

Imoisili, O. A. 1989. The role of Budget Data in the Evaluation of Managerial Performance". Accounting, Organization, and Society (Volume 14 number 4)

Ivancevich, John. 1976. "The Effect of Goal Setting on Performance and job Satisfaction". Journal of Applied Psychology (October)

Indiantoro, Nur. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Culcural Dimension as Moderating Variabels. Publication No. 18 (disertasi). Jakarta: Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi.

Kenis, Izzettin. 1979. "The Effect of Budgetary Goal Characteristics on

Managerial Attitudes and Performance". The Accounting Review (October).

Kren, Leslie. 1992. "Budgetary Participation and Managerial Performance: The Impact of Information and Environment Volatility". The Accounting Review (July).

Lawrence, Paul R. dan Lorsch, Jay W. 1969. dalam Hayes, David C. 1977. "The

Contingency Theory of Managerial Accounting" The Accounting Review (January).

--- 1969. Differentiation and Integration in Complex Organization. InAzumi, Koya and Hage, Jerald. Organization System. Lexington: D. C. Heath and Company. 1972 .

Merchant, Kenneth A. 1981. "The Design of the Corporate Budgeting System:

Influence on Managerial Behavior and Performance. The Accounting Review

(October)

Mia, L. 1989. The Impact of Participation in Budgeting and Job Difficulty on

Managerial Performance and Work Motivation: A Research Note" Accounting, Organization, and Society (Volume 14 number 4)

Milani, K. W. 1975. "The Relationship of Participation in Budget-Setting to Industrial Supervisor Performance and Attitudes: A Field Study. The Accounting Review (April).

Schiff, Michael dan Lewin, Arie Y. 1970. "The Impact of People on Budgets" dalam William E. Thomas (ed.) Readings in Cost Accounting

Budgeting and Control. Cincinnati: South-Western Publishing Co. 1978.

(20)

Management Accounting System". The Accounting Review (January)

Thompson, James D. 1967. Organization in Action dalam Hayes, David 1977. "The Contingency Theory of Managerial Accounting" The Accounting Review (January).

Waterhouse, J.H. dan Tiessen, P. 11978. "A Contingency Framwork for

Management Accounting System Research". dalam Chenhall, Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure, Environment, and Interdependency on the Perceived Usefulness of Management Accounting System". The Accounting Review (January).

Woodward, Joan. 1965a. Industrial Organization: Theory and Practice. dalam Donnelly, James H., Gibson, James L., dan Ivancevich, John M.

Fundamental of Management. Plano, Texas: Business Publication, Inc.

---.1965b. Technologi, Span of Control and Succes. In

Gambar

Tabel 4Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen

Referensi

Dokumen terkait

mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap skor tingkat kesehatan bank.. umum swasta nasional devisa

Muhammadiyah University of Surabayain Partial Fulfillment of the Requirements for Degree of Sarjana Pendidikan in English Language Education Program.. NILLAH SELVY MAGHFURAH

[r]

Saran untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor psikologis mengenai korelasi atau keterhubungan antara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan supervisi akademik Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Aliyah Kabupaten Sigi berjalan dengan baik karena (a)

Sistem pakar diagnosa penyakit demam panas pada balita dengan menggunakan metode logika fuzzy untuk menentukan jenis penyakit demam panas pada balita ini masih berupa

Laporan akhir ini sendiri disusun sebagai salah satu syarat wajib untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III (D3) pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika

Dengan pengujian invariansi pengukuran gender dan usia, penulis berharap U-MICS versi Indonesia dapat digunakan untuk membandingkan identitas antara remaja laki-laki