• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efficacy Test of Mosquito Coil Formulation Containing 0,2 D-Allethrin for Malaria Vector In Gembong Village Kandangserang Subdistrict of Pekalongan District

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efficacy Test of Mosquito Coil Formulation Containing 0,2 D-Allethrin for Malaria Vector In Gembong Village Kandangserang Subdistrict of Pekalongan District"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Efikasi Obat Nyamuk Bakar dengan

D-Allethrin

0,2% terhadap Vektor Malaria di Desa Gembong,

Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan

Efficacy Test of Mosquito Coil Formulation Containing 0,2% D-Allethrin

for Malaria Vector In Gembong Village Kandangserang Subdistrict of

Pekalongan District

Alexander Alif Nu’man1

ABSTRACT

Background: Malaria becomes health problem in Pekalongan district, especially in the malaria endemic subdistricts, including Kandangserang subdistrict, which area is hared to reach and it influences the attempt to eradicate malaria, especially through vector controlling. The study was carried out to investigate the efficacy of the use of mosquito coil containing 0.2% d-Allethrin and the effectiveness in controlling the malaria vector at Gembong village of Kandangserang subdistrict of Pekalongan regency.

Design and Methods:This study was quasi experiment with control time series design. Respondents were divided into 3 treatments groups of mosquito coil Containing 0,2% d-Allethrin, control and placebo, with 50 respondents for each group the in-field test is conducted by paying special attention to Anopheles aconitus mosquito, which is the malaria vector in the village simultaneously with the effectiveness test of the uses of the repellent considering the criteria of rational, effective, efficient, sustainable, acceptable and affordable (REESAA). The data was collected using a questionnaire and analyzed by Kruskal-Wallis test.

Results: The mosquito bite and the mosquito density were reduced as 77.15%, 88%, 17%, 11.4%, 40%, 30% for each treatment group, the control and the placebo using the mosquito coil respectively. The effectiveness of REESAA criteria, has significant value (p < 0.005).

Conclusions: The mosquito coil containing 0.2% d-Allethrin was effective for controlling malaria vector at Gembong village of Kandangserang subdistrict of Pekalongan regency, (Sains Medika, 1 (1) : 44-52).

Keywords: anopheles aconitus, d-Allethrin, malaria, mosquito coil, REESAA

ABSTRAK

Pendahuluan: Malaria merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Pekalongan, terutama di 7 kecamatan endemis malaria, termasuk di Kecamatan Kandangserang, yang wilayahnya sangat sulit dijangkau, sehingga mempengaruhi kelancaran dari upaya–upaya pemberantasan Malaria terutama melalui pengendalian vektornya. Penelitian ini bertujuan untuk uji efikasi obat nyamuk bakar dengan d-allethrin 0,2% terhadap vektor malaria di Desa Gembong, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan.

Metode Penelitian: Pada penelitian quasiexperiment dengan control time series design ini, responden dibagi menjadi 3 kelompok (penggunaan obat nyamuk bakar dengan 0,2% d-Allethrin, kontrol, dan plasebo) yang masing-masing kelompok terdiri atas 50 orang responden. Uji dilakukan terhadap nyamuk Anopheles aconitus yang merupakan vektor utama di desa tersebut. Data efektifitas penggunaan ONB yang terkait dengan kriteria Rational, Effective, Efficient, Sustainable, Acceptableand Affordable (REESAA) dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan penurunan gigitan nyamuk dan penurunan densiti nyamuk pada kelompok perlakuan, kontrol, dan plasebo yaitu berturut-turut 77,15%; 88%; 17%; 11,4%; 40%; dan 30%. Kriteria efektifitas REESA menunjukkan nilai yang signifikan (p < 0.005).

Kesimpulan: Penggunaan obat nyamuk bakar dengan 0,2% d-Allethrin efektif untuk mengontrol vektor Malaria di desa Gembong, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, (Sains Medika, 1 (1) : 44-52).

Kata kunci: anopheles aconitus, d-Allethrin, obat nyamuk bakar,malaria, REESAA

Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, ([email protected])

(2)

PENDAHULUAN

Malaria masih merupakan masalah penyakit tropis di dunia. Penduduk yang

berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia.

Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 s/d

2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara. Wilayah di dunia yang kini sudah bebas

dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar Timur Tengah, sebagian besar

Karibia, sebagian besar Amerika Selatan, Australia, dan Cina (WHO, 1997).

Di Indonesia, malaria juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting, terutama di luar pulau Jawa, Bali dan daerah transmigrasi. Lebih dari setengah

penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga

beresiko tertular malaria (Laihad dan Gunawan, 1999).

Situasi malaria di Kabupaten Pekalongan sejak tahun 1997 sampai tahun 2003

tidak jauh berbeda dengan kondisi Nasional jumlah kasus malaria anak tahun 1997 sampai

tahun 2003 ada kecenderungan meningkat dari 0,6 pada tahun 1997 menjadi 1,11 kasus

per 1.000 penduduk pada tahun 2003 atau terjadi peningkatan kasus sebanyak 2 kali

lipat. Selama tahun 1997-2003 terjadi KLB sebanyak satu kali pada bulan Januari tahun

2000 di Desa Lambur Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan dengan jumlah

kasus 46 kasus dan tidak ada yang meninggal (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003).

Di Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan, vektor utama yang

berperan dalam penularan malaria adalah Anopheles aconitus. Vektor sekunder yang

berperan adalah Anopheles maculatus, konfirmasi vektor ini dengan uji ELISA di NAMRU

2 Jakarta (Baroji et al., 2001).

Desa Gembong adalah salah satu desa di Kecamatan Kandangserang Kabupaten

Pekalongan. Desa Gembong mempunyai kasus malaria tertinggi di bandingkan desa lain

di Kecamatan Kandangserang. Berdasarkan penilaian situasi malaria di Desa Gembong.

Nilai Annual Parasite Incidence (API) yaitu kasus Malaria yang dikonfirmasikan dalam 1

tahun di Desa Gembong dibandingkan jumlah per 1000 penduduk periode semester I

tahun 2002 adalah 11,33. Nilai ini mengalami peningkatan menjadi 12,39 pada periode

semester II tahun 2002 (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003).

Salah satu pengendalian secara kimiawi adalah Obat Nyamuk Bakar (ONB), ONB

(3)

gigitan nyamuk dan mengurangi kepadatan nyamuk baik oleh peneliti maupun msyarakat,

ONB termasuk yang mudah digunakan, efektif, dan murah (Rozendaal, 1997).

Obat Nyamuk Bakar bisa dimanfaatkan untuk perlindungan diri dari gigitan

nyamuk vektor malaria. Pemanfaatan ONB dengan cakupan tinggi di tingkat komunitas

yang tinggal di daerah endemik malaria bisa mengurangi insidensi dengan mengurangi

tingkat penularannya (Mardihusodo, 2004).

Salah satu penyusun komposisi ONB adalah pyrethrins. Pyrethrins menyusun

sekitar 0,3-0,4% dari ONB. Pyrethrins merupakan komponen yang dapat menolak nyamuk

dan mempunyai kadar toksik rendah (Lukwa dan Chandiwana, 1998).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi lapangan ONB dengan

kandungan d-Alletrin 0,2%, dengan parameter penurunan jumlah gigitan nyamuk

An.aconitus/Man Biting Rate (MBR) dan jumlah kepadatan nyamuk An.aconitus/Man

Hour Density (MHD).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yaitu, menggunakan

Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design)

(Notoatmodjo, 2002).

Penelitian dilakukan di Dusun Sigong Desa Gembong Kecamatan Kandangserang

Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, pada bulan Mei sampai September 2005.

Populasi penelitian adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di Dusun Sigong Desa

Gembong Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan, sampel penelitian ini adalah

seluruh populasi yaitu seluruh Kepala Keluarga (KK) yang ada di Dusun Sigong sejumlah

150 KK.

Subyek penelitian adalah seluruh KK sebanyak 150 KK di Dusun Sigong Desa

Gembong Kecamatan Kandangserang Pekalongan. Obyek penelitian adalah ONB merk

Kingkong yang berisi d-allethrin 0,2%.

HASIL PENELITIAN

a. Karakteristik responden dan lingkungan tempat tinggal responden

Responden yang terbagi dalam 3 kelompok perlakuan mempunyai gambaran

(4)

laki-laki, dengan 80% adalah lulusan SD. Yang diwawancarai adalah kepala keluarga,

namun pada Desa Gembong I, jumlah KK atau ibu yang menjadi responden hampir

seimbang (40%). Pekerjaan responden 70% diantaranya adalah petani, dengan tingkat

pendapatan per bulan adalah Rp.100.000 – Rp.500.000.

Kondisi karakteristik yang hampir seragam, juga berpengaruh pada kondisi

tempat tinggal yang juga seragam di antara 3 kelompok perlakuan. Kepadatan rumah di

antara ketiga kelompok desa adalah sama yaitu 88% padat. Lebih dari 60% rumah

responden telah permanen, dengan lantai terbuat dari semen/keramik. Sedangkan 40%

masih berupa tanah, sebesar 50% dinding rumah terbuat dari kayu (belum permanen),

sudah berventilasi (70%) dan ditutup pada malam hari (75%) untuk mengurangi nyamuk.

Di Desa Gembong I sebesar 93% responden selalu menutup ventilasi pada waktu malam

hari.

Pengukuran suhu dan kelembaban di Desa Gembong Kecamatan Kandangserang

Kabupaten Pekalongan pada bulan Mei 2005 dilakukan setiap jam dan diperoleh hasil

bahwa suhu tertinggi (26 ºC) pada waktu malam hari yaitu pukul 18.00–19.00 WIB, dan

suhu terendah adalah 22 ºC pada pukul 21.00–06.00 WIB, suhu rata–rata 22,6 ºC,

Kelembaban tertinggi 65% pada pukul 18.00–19.00 dan kelembaban terendah adalah

50% pada pukul 21.00–06.00, kelembaban rata–rata 52,5%.

Sebelum kuisioner digunakan untuk menggali data, maka kuisioner tersebut

perlu diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, sehingga informasi yang didapat

benar–benar diperoleh dari kuisioner yang valid dan reliable. Uji validitas kuesioner

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson (Sugiyono, 1999) (Tabel 1). Item

pertanyaan yang dinyatakan Valid tetap dipakai dalam kuesioner pada saat pengambilan

informasi. Untuk variabel yang tidak valid juga tetap dipakai dalam penggalian informasi,

namun dengan modifikasi pertanyaan dan ataupun cara menanyakannya pada responden

(Notoatmodjo, 2002).

Hasil uji reliabilitas kuosioner diperoleh koefisien agreement kappa sebesar 0,684

yang berarti kesepakatan cukup kuat (Murti, 1999). Hal ini berarti bahwa kuesioner

mampu digunakan sebagai alat ukur yang cukup reliabel dalam menggali informasi tentang

efektifitas penggunaan ONB terhadap pengendalian vektor malaria di Desa Gembong

(5)

ekperimental ini (pre and post treatment) dibagi menjadi tiga kelompok, seperti terlihat

dalam Tabel 2.

Kelompok eksperimen dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu Gembong

I kelompok perlakuan menggunakan ONB dengan zat aktif d–Allethrin 0,2 %, Gembong II

yaitu kelompok tanpa perlakuan disebut juga kelompok kontrol I dan Gembong III yaitu

kelompok perlakuan dengan menggunakan ONB tanpa zat aktif disebut juga dengan

kontrol II. Masing–masing kelompok berjumlah 50 rumah dengan tiap–tiap rumah 1

responden dan total rumah yang pakai dalam penelitian ini 150 rumah.

Tabel 1. Rangkuman hasil uji validitas

(6)

Tabel 2. Pembagian kelompok eksperimen

b. Uji Efikasi ONB pada kelompok perlakuan ONB, kontrol, dan plasebo

Efikasi ONB dinilai dari nilai MBR dan MHD pada masing-masing kelompok

perlakuan. Nilai MBR dan MHD yang diperoleh disusun dari nilai minimal, nilai maximal

dan Mean ± SD. Hasil dari sebaran data MBR dan MHD ditampilkan dalam Tabel 3. Hasil

uji Kruskall-Wallis pada perbedaan efikasi ONB di antara 3 kelompok perlakuan disajikan

pada Tabel 4.

Tabel 3. Hasil MBR dan MHD Pre treatment dan Post treatment pada 3 Kelompok Perlakuan

Tabel 4. Efikasi ONB pada 3 kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Kruskall-Wallis

PEMBAHASAN

a. Karakteristik responden dan lingkungan tempat tinggal responden

Karakteristik suhu lingkungan tempat tinggal responden pada penelitian ini

sesuai dengan Gomes (1998) yang menyatakan suhu optimum bagi kelangsungan hidup

nyamuk adalah 20 ºC – 30 ºC dan di atas 35 ºC nyamuk susah untuk bertahan hidup.

Kondisi kelelembaban lingkungan responden berbeda dengan Faye et al. (1995) yang

(7)

malaria di Sinegal adalah 63%, perbedaan ini dikarenakan nyamuk yang menjadi vektor

malaria di Sinegal dan di Gembong beda, di Gembong Vektor malaria An.aconitus,

sementara di Sinegal adalah An. letifer.

b. Uji Efikasi ONB pada kelompok perlakuan ONB, kontrol

Pada kelompok perlakuan ONB, nilai MBR (Man Biting Rate)post treatment

mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 77,15%, ini berarti ONB mampu

mengurangi gigitan nyamuk sebesar 77,15%. Hal ini sesuai dengan penelitian Yap (1990)

yang meneliti efikasi lapangan ONB yang mengandung d-Allethrin 0,19% dan 0,28%,

d-Transalletrin 0,12% dan 0,16% dan Blank coil yang rata-rata penurunan gigitan nyamuk

adalah 71,7;70,9;75;72,6 %. Nilai MHD post treatment pada kelompok ini mengalami

penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 88%, ini artinya ONB mampu mengurangi

kepadatan nyamuk sebesar 88%, hal ini juga sesuai dengan penelitian Jensen (2000) di

Amerika yang menyatakan ONB mampu mengurangi kepadatan nyamuk.

Pada kelompok perlakuan kontrol, nilai MBR pada pre treatment dannilai MBR

post treatment tidak mengalami penurunan yang berarti, yaitu dengan nilai penurunan

sebesar 17%, hal ini menunjukkan bahwa ONB mempunyai pengaruh terhadap penurunan

gigitan nyamuk, karena terbukti pada perlakuan dengan ONB penurunan gigitan nyamuk

sebesar 77,15%. Nilai MHD pada pre treatment dan nilai MHD post treatment pada

kelompok ini mengalami penurunan sebesar 11,4%, hal ini menunjukkan bahwa ONB

mampu menurunkan kepadatan nyamuk, karena terbukti pada kelompok perlakuan

dengan ONB, MHD post treatment turun sebanyak 88%.

Pada kelompok perlakuan ONB plasebo, nilai MBR pada pre treatment dannilai

MBR post treatment mengalami penurunan sejumlah 40%, bila dibandingkan dengan

penurunan MBR pada perlakuan dengan ONB sebesar 77,15%, maka hal ini menunjukkan

adanya pengaruh yang nyata dari ONB. Nilai MHD pada pre treatment dannilai MHD

post treatment kelompok perlakuan ONB plasebo mengalami penurunan sebesar 36 %,

bila dibandingkan dengan penurunan MHD pada perlakuan dengan ONB sebesar 88 %,

hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari ONB dalam menurunkan MHD.

Perbedaan nilai MBR dan MHD yang mencolok pada tiga kelompok perlakuan,

baik pada pre treatment maupun post treatment. Pada kelompok perlakuan ONB nilai

(8)

MBR pada tiga kelompok perlakuan adalah 5:1:3 dan perbandingan nilai MHD adalah

8:1: 3. Nilai MBR terendah adalah 80 dan tertinggi 100 dengan mean 94 dan standar

deviasi 8,8, sedangkan nilai MHD terendah adalah 91 dan tertinggi 100 dengan nilai

rata-rata 98 dan standar deviasi 4. Hal ini berarti bahwa range pada nilai MHD lebih kecil

dari nilai MBR.

Pada kelompok perlakuan ONB plasebo, nilai MBR rata-rata adalah 44 dengan

standar deviasi 18. Nilai MHD rata-rata adalah 37 dengan standar deviasi adalah 13,

sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata MBR adalah paling kecil dibandingkan

kelompok perlakuan lainnya, yaitu 17 dengan standar deviasi 5. Nilai MHD rata-rata adalah

11 dengan standar deviasi 7.

Nilai signifikansi MBR dan MHD pada 3 kelompok perlakuan menunjukkan

perbedaan yang signifikan secara statistik (p < 0,05), masing-masing sebesar 0,004 dan

0,009. Hal ini berarti bahwa pemakaian ONB dengan kandungan d-allethrin 0,2%

efficacious dalam upaya pengendalian vektor malaria di Desa Gembong Kecamatan

Kandangserang Kabupaten Pekalongan.

KESIMPULAN

Penggunaan ONB dengan kandungan d–Allethrin 0,2% mampu mengurangi

gigitan nyamuk An.aconitus sebesar 77,15% dan mengurangi kepadatan sebesar 88%,

sehingga ONB dengan kandungan d–Allethrin 0,2% Efficasious dalam pengendalian vektor

malaria nyamuk An.aconitus di Desa Gembong Kecamatan Kandangserang.

SARAN

Uji efikasi lapangan terhadap zat aktif ONB perlu dilakukan sebelum menerapkan

penggunaan ONB di masyarakat, sehingga ketepatan formulasi zat aktif bisa disesuaikan

dengan kondisi di lapangan. Manfaat penggunaan ONB dalam pegendalian vektor malaria,

serta penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi dan cara mengatasi

timbulnya efek samping perlu disosialisasikan di masyarakat. Diperlukan penelitian lanjut

tentang efektifitas penggunaan ONB terhadap penurunan insiden malaria. Pemikiran

untuk dapat membuat ONB dengan komposisi tertentu yang dapat mengurangi timbulnya

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Baroji., Boewono, D.T., dan Sumardi, 2001, Konfirmasi Vektor Malaria dan Beberapa Aspek

Bionomiknya di Daerah Endemis Malaria Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.

Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003, Data Malaria Kabupaten Pekalongan 1997-2003.

Faye, O.H.B., Gaye, D, Fontenille, L, hebrad, G, Herve, J.P., Trouillet, J., Dialo, S., and Mouchet, J., 1995, Comparations of the transmition of malaria in 2 epidemiological paterns in Sinegal, Dakar Med 40 (2): 3-6.

Gomes, M., 1998, More crops more dieses, Word Health Forum (19) : 274-75.

Jensen, T., Lampman, R., Slamecha, M.C., Novak, R.J., 2000, Field efficacy of commercial antimosquito product in Illenois. J. Am Mosquito Control Asooc.

Laihad, F.J. dan Gunawan, S., 1999, Malaria di Indonesia, Dalam Harijanto P.N (eds),

Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, manifestasi Klinis dan Penanganan, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta 17-25.

Lukwa, N. and Chandiwana, S.K, 1998, Efficacy of mosquito coils containing 0.3% and 0.4% pyrethrins against An. gambiae sensu lato mosquitoes. Cent Afr J Med

44(4):104-107.

Mardihusodo, S.J., 2004, Nilai Pemanfaatan ONB Untuk Pengurangan Penularan Malaria,

Makalah pada Confention of International Mosquito Spiral Manufactures

Association, Yogyakarta.

Murti, B. ,1999, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, UGM, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Rozendaal, A., 1997, Vector Control, Methods For Use Individuals And Comunities Geneva; WHO.

Sugiyono, 1999, Metodologi Penelitian, Rineka Tjipta, Jakarta.

WHO, 1997, World Malaria Situation1994. Weekly Epidemiological Record No.36, 5 September.

Yap, Tan, Abdul Malik, and Rohaizat, 1990, Field efficacy of mosquito coil formulations containing D-allethrin and D-transsallethrin againt indoor mosquitos espescially Culex Quinquefasciatus Say, Vector Control Research Project, Southeas Asian J

Gambar

Tabel 1. Rangkuman hasil uji validitas
Tabel 2. Pembagian kelompok eksperimen

Referensi

Dokumen terkait