• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KARAKTERISTIK ANAK DAN KARAKTERISTIK KELUARGA ANAK MALNUTRISI DI WILAYAH PERKOTAAN KOTA SURAKARTA Listyani Hidayati, Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Siti Zulaekah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammady

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN KARAKTERISTIK ANAK DAN KARAKTERISTIK KELUARGA ANAK MALNUTRISI DI WILAYAH PERKOTAAN KOTA SURAKARTA Listyani Hidayati, Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Siti Zulaekah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammady"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

12 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20

GAMBARAN KARAKTERI STI K ANAK DAN KARAKTERI STI K KELUARGA ANAK MALNUTRI SI DI W I LAYAH PERKOTAAN

KOTA SURAKARTA

Listyani Hidayati, Setiyo Purwanto

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Siti Zulaekah

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta

ABSTRAK

Malnutrisi merupakan masalah utama yang menimpa anak-anak di dunia, yang membahayakan baik bagi anak-anak tersebut maupun negara. Beberapa akar permasalahan malnutrisi adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, serta rendahnya akses ke pusat-pusat pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik anak dan karakteristik keluarga anak malnutrisi di kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crossectional. Populasi pada penelitian ini yaitu anak batita yang mengalami malnutrisi atau beresiko malnutrisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian merupakan wilayah padat penduduk dengan tingkat ekonomi berada pada tingkat ekonomi yang rendah. Pola makan dan pola asuh ibu terhadap anak di wilayah ini masih kurang baik.. Selain itu rata-rata tingkat konsumsi energi, vitamin C, besi dan seng anak tidak baik, sedangkan tingkat konsumsi protein dan vitamin A anak sudah baik. Hasil pemeriksaan menunjukkan 25 % anak malnutrisi menderita anemia dan frekuensi sakit pada anak malnutrisi masih sering terutama frekuensi batuk pilek.

Kata kunci: anak malnutrisi, karakteristik anak, karakteristik keluarga, Surakarta

ABSTRACT

(2)

that the study locationwasoverpuppulation areas with economic levels are at a low level. Food Style and parenting style of children in the region was still not good. In addition the average rate of energy consumption, vitamin C, iron and zinc of children were not good, while the rate of consumption of protein and vitamins A child had been good. Test results showed 25% of malnutrition children wereanemia and frequency of pain in malnutrition children was often especially the frequency of cough and cold.

Keywords: malnutrition child, child characteristics, family characteristics, Surakartas

PENDAHULUAN

Malnutrisi merupakan masalah utama yang menimpa anak-anak di dunia, yang membahayakan baik bagi anak-anak tersebut maupun negara. Malnutrisi dapat membebani sebuah negara miskin hingga 3% dari pendapatan kotor negara. Akar permasalahan malnutrisi adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, serta rendahnya akses ke pusat-pusat pelayanan kesehatan (Khan, et al., 2007). Fakta menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit infeksi pada anak yang malnutrisi 3 hingga 27 kali lebih besar daripada anak-anak yang gizinya baik, sehingga malnutrisi merupakan faktor risiko yang signifikan penyebab kematian pada anak (UNS/SCN, 2005).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan malnutrisi sangat berkaitan dengan defisiensi berbagai mikronutrien, baik vitamin maupun mineral. Kekurangan mikronutrien ini secara bersama-sama merupakan sebuah masalah kesehatan yang sangat besar kontribusinya terhadap siklus terjadinya penurunan perkembangan dan pertumbuhan. Salah satu tanda-tanda kurang gizi adalah lambatnya pertumbuhan yang dicirikan dengan kehilangan lemak tubuh dalam jumlah berlebihan, baik

pada anak-anak maupun orang dewasa. Malnutrisi pada anak dicirikan oleh 3 bentuk yaitu stunting, wasting dan undernutrition berat badan kurang menurut tinggi badan (BB/TB) (Gibson, 2005).

Malnutrisi tingkat berat bermula dari kejadian kurang gizi tingkat ringan dalam waktu yang lama dan tidak mendapatkan penanganan yang baik, sehingga menangani anak yang kurang gizi adalah masalah yang sangat penting dan harus ditangani secara serius. Selain itu masa anak-anak adalah masa pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt), yang sangat membutuhkan zat-zat gizi baik makronutrien maupun mikronutrien dalam jumlah maupun kualitas yang memadai.

(3)

Crawinkel (2005) menyebutkan bahwa pengenalan awal terhadap makanan pertama yang rendah kulaitas dan kuantitasnya, rendahnya pemberian ASI eksklusif dan tingginya frekuensi penyakit pada masa awal bayi merupakan alasan-alasan sebab terjadinya lambatnya pertumbuhan.

Pemilihan anak usia dini di wilayah Surakarta sebagai subjek dalam penelitian ini, didasarkan pada penelitian sebelumnya bahwa tingkat konsumsi zat gizi Fe, vitamin C dan vitamin B1, dan Zn masih rendah yaitu dibawah 80% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Selain itu jumlah anak yang mengalami malnutrisi dengan kategori stunted sebesar 57,61%, underweight 46,74%, wasted 9,78%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik anak dan karakteristik keluarga anak malnutrisi di kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crossectional. Penentuan populasi dilakukan secara purposive dengan kriteria inklusi yaitu anak mengalami malnutrisi atau beresiko malnutrisi : berat badan kurang menurut umur, berdasarkan kriteria dari WHO-NCHS, anak tidak cacat secara fisik, tidak ada kelainan kongenital serta ada pernyataan kesediaan dari responden untuk menjalani pemeriksaan atau wawancara selama penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi ditetapkan bila terdapat tanda-tanda yang berkaitan dengan mata pada xerophthalmia, kadar Hb<7,5mg/dL, mengalami sakit kronis, anak meninggal atau pindah. Jumlah

sampel semuanya adalah 80 anak. Pemilihan lokasi penelitian di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data antropometri berupa timbangan dacin untuk mengukur berat badan anak, microtoise yang merupakan alat pengukur tinggi badan anak yang berusia di atas 2 tahun, dengan cara mengukur anak dalam keadaan berdiri. Baby board/wooden height board digunakan untuk mengukur panjang badan anak yang berumur kurang dari 2 tahun, yaitu dengan cara anak berbaring. Semua alat mempunyai ketelitian 0.1.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan instrumen kuesioner. Kuesioner yang telah dibuat diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian yang sebenarnya.

Data sosial ekonomi yang akan dikumpulkan meliputi: data pendapatan keluarga, umur ayah umur ibu dan jumlah anak. Data ini diperoleh melalui wawancara dari rumah ke rumah dengan menggunakan pedoman pertanyaan atau kuesioner. Data Kadar Hb Anak diperoleh berdasarkan pengukuran hemoglobin dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin. Pembacaan kadar Hb dilakukan dengan menggunakan alat Hemolyzer. Data Status Besi dan Vitamin A Anak. Status Fe diperoleh melalui pengukuran kadar serum ferritin dalam darah dengan metode ELISA. Status vitamin A diperoleh melalui metode penentuan serum retinol dengan cara HPLC (High Performance Liquid Chromatography).

(4)

pilek dan batuk pilek. Data dikumpulkan melalui metode wawancara terstruktur.. Pengumpulan data ini akan dilakukan oleh peneliti dari rumah ke rumah. Data Pertumbuhan (Status Gizi) Anak diperoleh melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan pada saat awal penelitian. Timbangan yang digunakan untuk menimbang anak adalah timbangan injak digital dengan ketelitian 0.1 kg, sedangkan untuk pengukuran panjang badan anak usia 1-2 tahun digunakan babyboard dengan ketelitian 0,1 cm dan untuk anak yang berusia >2-3 tahun digunakan alat microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Data Psikomotor Anak. diukur dengan menggunakan test Denver II yang dilakukan oleh peneliti Kemampuan perkembangan diukur berdasarkan kemampuan motorik kasar, motorik halus dan perkembangan bahasa.

Hasil survei konsumsi makanan dengan metode multiple 24 hour recall diolah dengan program Nutrisurvey, kemudian dikonversikan ke dalam unsur kalori dan zat gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Untuk menilai tingkat konsumsi, data asupan ini dibandingkan dengan RDA (Recommended Dietary Allowances). HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Penelitian

Kecamatan Pasar Kliwon merupakan sebuah kecamatan di wilayah Kota Surakarta yang terletak

121 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah 1.923 Ha. Jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten Sukoharjo kurang lebih 23 Km. Kecamatan Pasar Kliwon terbagi menjadi 9 Kelurahan, yaitu : Gajahan, Kedung Lumbu, Semanggi, Sangkrah, Buluwarti, Pasar Kliwon, Kauman, Kampung Baru, dan Joyosuran

Jumlah penduduk di Kelurahan Semanggi pada Tahun 2009 sebanyak 33.572 jiwa, terdiri dari 16.727 (49,8%) jiwa laki-laki dan 16.845 (50,2%) jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 8.567 KK, dengan rata-rata per KK terdiri dari 4 jiwa. Kelompok umur terbesar adalah umur 0-4 tahun sebanyak 3.906 jiwa dan terkecil adalah umur 50-59 tahun sebanyak 2.847 jiwa. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah sebagai pedagang 25,6%, diikuti dengan pensiunan sejumlah 19,3% dan buruh bangunan 16,8%.

Karakteristik Keluarga

(5)

Tabel 1.

Diskripsi Karakteristik Keluarga

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi

Pendapatan Keluarga (Rp) 400.000,00 2000.000,00 861.337,50 381.124,35 Umur Ibu (tahun) 19,00 53,00 31,34 6,78 Umur Ayah (tahun) 20,00 60,00 34,36 7,41 Status Gizi Ibu (IMT) 14.95 34,48 23,42 4,70

Jumlah Anak 1 7 2,56 1,34

Jumlah keluarga 3 12 5,58 1,93

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan keluarga subjek penelitian adalah Rp 816.333,50, nilai ini masih dibawah nilai Upah Minimal Regional (UMR) Kota Surakarta yaitu Rp 915.900,- . Hal ini berarti tingkat ekonomi subjek penelitian yaitu anak-anak malnutrisi di Kecamatan Pasar Kliwon berada pada tingkat ekonomi yang rendah. Apabila dilihat dari karakreristik umur ayah dan ibu serta jumlah anak, menunjukkan bahwa usia rata-rata mereka berada pada kisaran usia produktif dan tergolong usia dewasa dengan rata-rata jumlah anak antara 2 sampai 3. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa wilayah ini merupakan wilayah padat penduduk,hal ini terlihat dari jumlah keluaraga rata-rata 5 – 6 orang dalam satu rumah. Apabila dilihat dari status gizi ibu tampak bahwa rata-rata ibu mempunyai status gizi yang normal.

Karakteristik Anak Malnutrisi

Malnutrisi merupakan akibat dari multifaktor. Menurut Pongou, et al. (2006), kebijakan ekonomi makro tentang pangan merupakan faktor mendasar penyebab malnutrisi pada anak. Hal yang sama terjadi di negara Indonesia, krisis ekonomi yang terjadi beberapa tahun yang lalu sangat berdampak pada status ekonomi keluarga dan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, demikian pula dengan akses untuk memperolah pangan yang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Subjek dalam penelitian ini adalah anak yang berumur 1-3 tahun yang mengalami malnutrisi dan beresiko malnutrisi dengan indeks BB/U (Zscore kurang dari -1,0 SD. Gambaran karakteristik anak malnutrisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Diskripsi Karakteristik Anak Malnutrisi

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Umur anak (bulan) 12,85 36,30 25,23 7,02 Berat Badan Lahir Kg) 1,25 4,00 2,90 0,47 Frekuensi makan (kali) 1 5 2,76 0,66 Usia mendapatkan MPASI (bulan) 0 28,00 4,47 3,99 Usia Berhenti minum ASI (bulan) 0 30,00 15,90 9,57

Apabila dilihat dari Tabel 2, tampak bahwa umur rata-rata subjek yang mengalami malnutrisi di lokasi

(6)

pola asuh terlihat bahwa frekuensi makan subjek rata-rata 2,76 kali sehari. Angka ini masih kurang apabila dibandingkan dengan frekuensi makan yang seharusnya untuk anak balita yaitu 3-5 kali sehari. Usia mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) juga relatif lebih awal yaitu pada usia 4,47 bulan dari usia yang seharusnya 6 bulan. Selain itu usia dihentikannya pemberian ASI juga relative lebih awal yaitu pada usia anak 15,90 bulan dari usia yang seharusnya yaitu 24 bulan.

Hasil ini menunjukkan bahwa pola makan dan pola asuh ibu terhadap anak masih kurang baik, sehingga memerlukan beberapa upaya untuk memperbaikinya diantaranya dengan pemberian pendidikan gizi. Penelitian ini memberikan indikasi bahwa pola makan anak dan pola asuh ibu terhadap anak mempunyai peran dalam terjadinya malnutrisi di lokasi ini. Hasil kajian Muller and Crawinkel (2005) menyebutkan bahwa pengenalan awal terhadap makanan pertama yang rendah kulaitas dan kuantitasnya, rendahnya pemberian ASI eksklusif dan tingginya frekuensi penyakit pada masa awal bayi merupakan alasan-alasan sebab terjadinya lambatnya pertumbuhan.

Bloss,et al., (2004) menyatakan bahwa di Kenya, prevalensi anak yang malnutrisi: stunting 47%, undernutrition30% dan wasting7%, dan faktor-faktor yang menjadi prediktor bagi terjadinya malnutrisi di Kenya adalah pemberian makanan yang lebih awal pada saat bayi, vaksinasi memproteksi stunting,

tinggal bersama orang tua angkat, faktor-faktor ini secara signifikan dapat meningkatkan risiko stunting. Hasil penelitian Deolalikar (2005) menemukan bahwa ada perbedaan yang cukup besar tentang kejadian malnutrisi pada anak berdasarkan gender, wilayah geografis dan status ekonomi,sedangkan hasil kajian Gur, et al (2006) beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian malnutrisi di Istanbul adalah yaitu faktor umur, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga.

Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak Malnutrisi

Gizi kurang adalah bentuk dari malnutrisi sebagai akibat kekurangan ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh (WHO, 2004). Tubuh membutuhkan mikronutrien dari makanan karena tubuh tidak dapat membuat seluruh mikronutrien ini untuk kenormalan fungsi tubuh. Mikronutrien ini termasuk vitamin A, vitamin B, vitamin C, folat, seng, kalsium, iodium dan besi.

(7)

Tabel 3.

Deskripsi Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak Malnutrisi

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Tingkat konsumsi energi (%) 24,38 227,89 86,09 29,55 Tingkat konsumsi protein (%) 22,80 252,00 101,80 43,23 Tingkat konsumsi Vitamin A (%) 9,63 297,77 122,66 75,72 Tingkat konsumsi Vitamin C (%) 2,75 218,25 63,41 48,21 Tingkat konsumsi Besi (%) 5,00 175,00 60,27 42,37 Tingkat konsumsi Seng (%) 6,10 91,46 37,66 22,36

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat konsumsi energi, vitamin C, besi dan seng anak tidak baik, sedangkan tingkat konsumsi protein dan vitamin A anak sudah baik.

Gambaran Status Besi Dan Vitamin A Pada Subjek

Pada penelitian ini status besi dinilai melalui pemeriksaan kadar hemoglobin dan kadar feritin darah subjek, sedangkan status vitamin A dinilai melalui pemeriksaan kadar retinol darah. Hasil pemeriksaan Hb

menunjukkan bahwa 25 % anak malnutrisi menderita anemia.

Selain kadar Hb, indikator untuk menentukan status besi adalah melihat kadar feritin dalam plasma atau serum. Penentuan kadar feritin merupakan indikator awal yang cukup memuaskan dalam memberikan gambaran cadangan zat besi dalam tubuh. Bila cadangan besi dalam darah menurun, maka dapat dipastikan kadar Hb akan berkurang, karena ada dugaan hubungan bahwa ada hubungan yang erat antara kadar Hb dan kadar feritin (Franchini,et al., 2007).

Tabel 4.

Gambaran Status Besi dan Vitamin Subjek

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Kadar Hemoglobin (mg/dL) 9,00 13,50 11,50 0,93 Kadar Feritin (umol/dL) 1,91 54,49 17,19 10.89 Kadar Retinol (umol/dL) 0,49 2,51 1,61 0,47

Hubungan antara anemia dengan status vitamin A/retinol juga telah diungkapkan oleh beberapa kajian penelitian. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa anemia dapat disebabkan oleh karena kekurangan vitamin A, yang dalam hal ini vitamin A berperan dalam modulasi eritropoiesis. Vitamin A berperan menstimulasi transkripsi eritropoietin yaitu hormon yang berperan merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor yang terikat untuk

eritropoiesis (Neumann, et al., 2003; Ramakrishnan, et al.,2004, Thurlow, et al., 2005).

Gambaran Tingkat Morbiditas Subjek

(8)

lamanya sakit batuk, pilek dan batuk pilek

Tabel 5.

Diskripsi Lama Sakit Anak Malnutrisi

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi

Batuk (hari) 0,00 11,00 0,80 1,95 Pilek (hari) 0,00 21,00 4,35 5,17 Batuk pilek (hari) 0.00 17,00 5,06 4,82

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi sakit pada anak malnutrisi masih sering terutama frekuensi batuk pilek. Menurut Victora et al. (1999) menyatakan bahwa kurang gizi pada anak menurunkan sistem imun yang akhirnya akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi. Keadaan kurang gizi mempunyai efek terhadap mekanisme pertahanan terhadap antigen, serta berpengaruh juga terhadap respon imun yang lebih khusus. Penurunan respon seperti itulah yang menyebabkan virus dengan mudah menginfeksi dan bereplikasi, sehingga timbullah penyakit infeksi pada anak tersebut.

Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi (Supariasa, 2001). Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yoon et al. (1997) yang menyatakan bahwa penurunan berat badan (berdasarkan indeks berat badan menurut umur) meningkatkan risiko terkena ISPA sebesar 1,7 kali.

Beberapa faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap tingkat morbiditas balita adalah tingkat pendapatan orang tua, lingkungan

fisik, konsumsi zat gizi, jarak kelahiran anak. Selain itu tingkat pendiidkan orangtua dan perawatan balita juga berpengaruh terhadap tingkat morbiditas balita (Rahayu, 2009; Citra, 2003).

SIMPULAN DAN SARAN

Wilayah penelitian merupakan wilayah padat penduduk dengan tingkat ekonomi berada pada tingkat ekonomi yang rendah. Pola makan dan pola asuh ibu terhadap anak di wilayah ini masih kurang baik.. Selain itu rata-rata tingkat konsumsi energi, vitamin C, besi dan seng anak tidak baik, sedangkan tingkat konsumsi protein dan vitamin A anak sudah baik. Hasil pemeriksaan menunjukkan 25 % anak malnutrisi menderita anemia.dan frekuensi sakit pada anak malnutrisi masih sering terutama frekuensi batuk pilek.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Bloss, E., Wainaina, F., Bailey, RC. Prevalence and Predictors of Underweight, Stunting, and Wasting among Children Aged 5 and Under in Western Kenya. Journal of Tropical Pediatrics; 50(5):260-270.

Citra,P; Yusuf, IM; Facthan,ACH. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat morbiditas balita di wilayah kelurahan Jodipan Kecamatan Blimbing Kota Malang, Skripsi. Universitas Negeri Malang.

Deolalikar, AB. 2005. Poverty and Child Malnutrition in Bangladesh . Journal of Developing Societies, Vol. 21, No. 1-2, 55-90

Franchini, M., Salvagno, GL., Montagnana, M., Lippi, G., 2007. Serum ferritin levels correlate with haemoglobin concentration: a report on 589 outpatients from a single centre. Blood Transfus ; 5:244-245

Hardinsyah, Dodik, B., Retnaningsih, Tin, H. 2004. Modul Pelatihan Ketahanan Pangan ”Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan”. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

Gibson. 2005. Only A Small Proportion Of Anemia In Northeast Thai Schoolchildren Is Associated With Iron Deficiency. Am. J. Clin. Nutr.; 82: 380 - 387.

Gür, E., Can, G., Akku, S., Ercan, G., Arvas, A., Güzelöz, S., and Çifçili , S. 2006. Undernutrition a Problem among Turkish School Children?: Which Factors have an Influence on It? Journal of Tropical Pediatrics; 52(6):421-426.

Kaur, PRD ;Garg,B.S. 2006. Epidemiological correlates of nutritional anemia in adolescent girls in rural wardha. Indian Journal of Community Medicine. (Serial online) 31(4): 155-8

Khan, AA., Bano, N.,Salam, A. 2007. Child Malnutrition in South Asia, A comparative Perspective. South Asian Survey; 14(1): 129-145.

Müller, O., Krawinkel, M. 2005. Malnutrition and health in developing countries. Can. Med. Assoc. J., 173: 279 - 286.

Neumann, CG., NO.Bwibo, SP. Murphy,M Sigman, 2003. Animal Source Foods Improve Dietary Quality, Micronutrient Status,Growth and Cognitive Function in Kenyan School Children: Background, Study Design and Baseline Findings J. Nutr. 133: 3941S–3949S.

(10)

trends in Cameroon. International Journal of Epidemiology , 35:648– 656

Rahayu,R. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Morbiditas Balita di Wilayah Desa Pagerjo Kecamatan Ngadirojo kabupaten Malang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UM.

Ramakrishnan, U., Nancy Aburto, George McCabe, and Reynaldo Martorell. 2004. Multimicronutrient Interventions but Not Vitamin A or Iron Interventions Alone Improve Child Growth: Results of 3 Meta-Analyses. J. Nutr. 134: 2592–2602.

Ramakrishnan, U., Neufeld, LM., Flores, R., Rivera,J., Martorell, R. 2009. Multiple micronutrient supplementation during early chilhood increase child sizeat2 y of age among high compliers. Am J Clin Nutr;89:1125-31.

Supariasa, IDN; Bakri, B; Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Tarleton, JL., Haque, R., Mondal, D., Shu, J., Farr, BM., Petri, WA. 2006. Cognitive Effects Of Diarrhea, Malnutrition, And EntamoebaHistolytica Infection On School Age Children InDhaka, Bangladesh. Am. J. Trop. Med. Hyg., 74(3): 475–481.

Thurlow, RA., Pattanee Winichagoon, Timothy Green, Emorn Wasantwisut, Tippawan Pongcharoen, Karl B Bailey, And Rosalind S

UNS/SCN. 2005. 2005. Crisis Situations Report n° 6 – Summary. United Nations System Standing Committee on Nutrition. Geneva.

UNICEF. 2004. Micronutrient Initiative: Vitamin and Mineral Deficiency. A Global Progress Report. Ottawa.

Victora, CG; Kirkwood, BR; Ashworth, A; Black, RE; Rogers, S; Sazawal, S; Campbell, H; and Gove, S. 1999. Potential interventions for the prevention of childhood pneumonia in developing countries: improving nutrition. American Journal of Clinical Nutrition. 70: 309-320.

WHO. 2004. Malnutrition: The Global Picture. WHO. Geneva.

Yoon, PW; Black, RE; Moulton, LH and Becker, S. 1997. The Effect of Malnutrition on the Risk of Diarrheal and Respiratory Mortality in Children < 2 Y Of Age In Cebu, Philippines. American Journal of Clinical Nutrition. 65: 1070-1077.

Referensi

Dokumen terkait

Studi terhadap diversifikasi pendapatan rumah tangga petani penyewa lahan surutan menunjukkan bahwa bahwa (1) rumahtangga responden pada umumnya lebih besar ketergantungannya

Penjaga gerbang yang dibutuhkan untuk satu periode penjadwalan ialah sebanyak 78 penjaga gerbang tol dengan rincian 26 penjaga wanita bertugas pada shift pagi dan 52 penjaga

di dalam Lembaga Permasyarakatan ini tidak ada yang bisa diajak bicara, apalagi sesama narapidana, pastinya mereka memiliki masalah yang sama lagipula bercerita

Tingginya skor norma sosial ini ditunjukkan oleh adanya hubungan kepercayaan dan kerja sama antar masyarakat untuk mewujudkan pengelolaan lahan hutan yang lestari

Most Merciful, Allah SWT for blessing the writer in performing this research paper, under the title of “ The Power To Fulfil The Destiny Of Eli Reflected In Albert Hughes’s The

Ekstrak kulit kacang hijau dan air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai penyiraman tanaman.Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penyiraman ekstrak kulit

[r]

Beberapa masalah yang dihadapi dalam pem- bangunan pertanian ialah (1) laju perubahan lahan pertanian menjadi non-pertanian masih cukup tinggi, (2) penurunan