• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Sosiologis dan Filosofi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Yuridis Sosiologis dan Filosofi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Yuridis, Sosiologis dan Filosofis Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Aspek Yuridis

 Bahwa menurut norma hukum yang berlaku di Indonesia, landasan yuridis tertinggi ialah terdapat dalam Undnag-Undang Dasar 1945 yakni Pasal 27 Ayat 1. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa segala warga negara Indonesia bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada pengecualiannya. Pasal tersebut pada dasarnya memberi landasan konstitusional bagi perlindungan konsumen di Indonesia karena dalam ketentuan tersebut sangat jelas dinyatakan bahwa kedudukan hukum semua warga negara adalah sama atau sederajat. Sebagai warga negara, kedudukan hukum konsumen tidak boleh lebih rendah daripada produsen, karena keduanya memiliki hak-hak yang seimbang satu sama lain.

 Sebelum diundangkannya UUPK sebetulnya sudah ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen. Bahkan sebelum Indonesia merdeka, yaitu peraturan perundang-undangan zaman Hindia Belanda yang saat ini sebagian besar sudah tidak berlaku lagi. Selain itu, dalam Burgerlijk Wetboek (BW/KUH Perdata) juga terdapat ketentuan-ketentuan yang bertujuan melindungi konsumen, seperti tersebar dalam beberapa pasal Buku III, bab V, bagian II yng dimulai dari pasal 1365. Dalam KUH Dagang, juga diatur tentang pihak ketiga yang harus dilindungi, tentang perlindungan penumpang/barang muatan pada hukum maritim, ketentuan-ketentuan mengenai perantara, asuransi, surat berharga, kepailitan, dan sebagainya. Demikian pula dalam KUH Pidana, misalnya tentang pemalsuan, penipuan, persaingan curang, dan sebagainya. Dalam hukum adatpun, ada dasar-dasar yang menopang hukum perlindungan konsumen seperti prinsip kekerabatan yang kuat dari masyarakat yang tidak berorientasi pada konflik, yang memposisikan setiap warganya untuk saling menghormati sesamanya.

(2)

tentang Ketenagalistrikan, Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

 Seperti halnya perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur dalam UUPK, karena telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut memuat aturan-aturan mengenai kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Selain itu, dikemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya Undang-undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen, meskipun secara umum dikatakan bahwa UUPK merupakan payung yang mencoba mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen. Sebagai paying hukum, UUPK mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan untuk memenuhi hak-hak konsumen serta tidak memiliki kedudukan yang lebih tinggi namun sama dan tidak saling mengalahkan dengan undang-undang lainnya yang mengatur perlindungan konsumen. Sehingga dalam mengimplementasikannya, harus melibatkan undang-undang lain.

Aspek Sosiologis

 Pengaturan hak-hak konsumen di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan bagian dari implementasi sebagai negara kesejahteraan, yaitu negara mengutamakan kepentingan rakyat, negara campur tangan dalam semua lapangan kehidupan masyarakat, negara menganut sistem ekonomi yang lebih dipimpin oleh pemerintah pusat, bukan ekonomi liberal, negara menjaga keamanan dalam arti luas di segala lapangan kehidupan masyarakat. Peran pelaku ekonomi mempunyai tempat yang sangat signifikasi dalam pembangunan negara secara umum.

 Adanya hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya, perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyedian barang dan/jasa yang berkualitas.

(3)

bahwa setiap masyarakat baik secara individual maupun komunal merupakan konsumen yang selalu menikmati barang/jasa. Motivasi ini dilatarbelakangi pemahaman bahwa filosofi pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen untuk membentuk bangsa Indonesia seutuhnya. Maka dengan adanya undang-undang ini konsumen dapat terlindungi haknya.

Aspek Filosofis

 Perlindungan konsumen merupakan konsekuensi dari kemajuan teknologi dan industri, karena perkembangan produk-produk industri di satu pihak, pada pihak lain memerlukan perlindungan terhadap konsumen. Filosofi yang melatarbelakangi terbentuknya Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah bahwa konsumen pada umumnya berada pada posisi yang lemah di hadapan para pelaku usaha, dan oleh sebab itu maka ia harus dilindungi dari tindakan kesewenangan pelaku usaha. Secara normatif landasan idiil perlindungan konsumen di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Hal ini berkaitan dengan sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan Pancasila, (Pasal-pasal 23, 27 Ayat 2 dan 34 Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945). Dengan demikian maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etika dan moral agama, bukan materialisme), Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan atau eksploitasi); Persatuan Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dalam ekonomi), Kerakyatan (mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak); serta keadilan sosial (persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama bukan kemakmuran orang-seorang).

(4)

dalam kasus-kasus yang merugikan banyak konsumen. Hadirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan perlindungan baik bagi konsumen juga bagi pelaku usaha.

Analisis Kekurangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen

a. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlidungan Konsumen diatur mengenai hak konsumen antara butir (a), (b), (c), antara ketiganya sama-sama menjelaskan tentang perilaku yang sama yakni hak yang harus didapatkan oleh seorang konsumen. Butir (a) menjelaskan bahwa konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, yang apabila dikaitkan dengan butir (b), (c) adalah mempunyai inti dan maksud yang sama yakni kenyamanan, keamanan, dan keselamatan yang harus didapatkan oleh konsumen. Saran atas hal tersebut yaitu dilakukannya perubahan pada pasal tersebut agar mudah dipahami dan efisien.

b. Butir (d) menjelaskan konsumen berhak didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; dalam butir ini tidak dijelaskan kepada siapa pertama kali konsumen harus mengeluarkan uneg-uneg atau keluhan-keluhannya apakah kepada pelaku usaha, kepada pihak yang berwajib, atau kepada khalayak umum, apabila ini tidak dijelaskan dihawatirkan akan terjadi kesalahan penyaluran aspirasi atau pendapat yang nantinya akan merugikan konsumen pula. Saran atas hal tersebut yaitu adanya penambahan isi pasal yang memperjelas pihaknya.

c. Butir (f) menjelaskan bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; Disini tidak dijelaskan secara detail tentang pembinaan dan pendidikan konsumen itu yang bagaimana, seharusnya semua yang berkaitan dengan hal ini dijelaskan dengan baik agar memudahkan pemahaman bagi khalayak umum yang membacanya dan melakukannya. Saran atas hal tersebut yaitu menambahkan pada penjelasan tentang pembinaan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan konsumen atas hak informasi sudah dijamin didalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun pada kenyataannya masih banyak

Hasil uji statisik yang diperoleh p=0,003 (p<0,05) dari uji tersebut dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara paritas dengan. kejadian abortus

Saat ini sudah di era digital, perkembangan teknologi yang sudah semakin modern, maka untuk memudahkan dalam proses wawancara atau calon mahasiswa dalam memilih

1. Bagaimana kebiasaan mengonsumsi minuman ringan pada siswa/i kelas VIIIdi SMPDharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun. a)

Dari hasil penelitian didapati nilai koefisien kompensasi yang positif dan menunjukkan jika kompensasi ditingkatkan atau dilakukan dengan tepat maka akan dapat meningkatkan

c) Setelan proteksi saluran utama dari hubung pendek bila sirkit cabang itu disuplai oleh satu saluran utama yang juga menyuplai motor rotor lilit dengan arus pengenal beban penuh

Menggunakan modifier yang sama mengambil sesuatu tanpa diduga pada kecepatan eksekusi program Anda karena hal tersebut menimbulkan beberapa ukuran tambahan sehingga itu tidak

tanpa tanda tangan sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara lisan. i) Apabila jumlah suara setuju dan tidak setuju sama berimbang, maka usul