• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalisasi Transportasi Massal untuk M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Revitalisasi Transportasi Massal untuk M"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

SISTEM TRANSPORTASI-01

Revitalisasi Transportasi Massal untuk Mengurangi

Kemacetan Lalu Lintas Kota Jakarta

Disusun oleh :

Desvira Natasya / 1106011360

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

Pendahuluan...1

Dasar Pemikiran ...1

Latar Belakang Masalah...2

Kondisi Terkini...3

Pengertian Komponen Transportasi...9

Solusi Terdahulu...10

Solusi alternatif...12

Kesimpulan...14

Sumber Pustaka...15

PENDAHULUAN

(3)
(4)

Latar Belakang Masalah

Gambar 1. Transportasi DKI Jakarta

DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki fungsi dan peran penting sebagai tempat kedudukan lembaga pusat baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, tempat kedudukan perwakilan negara asing, dan tempat kedudukan kantor perwakilan lembaga internasional. DKI Jakarta juga ditetapkan sebagai daerah otonom yang memiliki tugas, hak, wewenang, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut dalam bidang transportasi. Penyelenggaraan bidang transportasi tersebut diharapkan dapat mewujudkan tujuan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan:

1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

(5)

Bercermin terhadap norma di atas, pada kenyataannya penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di DKI Jakarta belum mampu mewujudkan tujuan tersebut. Beragam masalah transportasi di kota Jakarta, antara lain:

1. Kemacetan lalu lintas,

2. Pelayanan dan kondisi angkutan umum yang masih belum memenuhi harapan masyarakat,

3. Masalah tarif angkutan umum yang seringkali kontradiktif,

4. Tingkat pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang relatif masih tinggi, 5. Perilaku sebagian besar pengguna jalan yang belum tertib/tidak disiplin, 6. Masalah parkir kendaraan yang belum memadai dan tidak tertib,

7. Penyalahgunaan badan jalan untuk parkir dan pedagang kaki lima,

8. Masalah aksesibilitas bagi penyandang cacat pada sarana prasarana transportasi, dll.

Dari berbagai masalah transportasi tersebut, yang paling ekstrim kerugiannya hingga saat ini adalah masalah kemacetan lalu lintas. Dengan terjadinya kemacetan setiap hari, total kerugian materilnya dapat mencapai Rp. 12,8 triliun per tahun (sumber: Direktur Utama PT MRT Jakarta, Dono Boestami). Perbaikan sistem transportasi merupakan sebuah keharusan yang harus segera disikapi. Karena jika tidak, kemacetan ini dapat terus berlangsung dan kerugiannya pun akaan semakin melambung tinggi.

(6)

Gambar 2. Kemacetan Lalu Lintas DKI Jakarta

Jakarta merupakan kota metropolitan dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian negara, Jakarta menjadi daya tarik masyarakat untuk melakukan urbanisasi. Tingginya jumlah penduduk berimplikasi terhadap pemanfaatan sumber daya kota Jakarta yang terbatas sehingga pelayanan kota di sektor transportasi pun menurun. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga dapat menyebabkan mobilitas seseorang meningkat sehingga kebutuhan untuk bergerak pun meningkat melebihi kapasitas prasarana transportasi yang ada.

Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengendalian kemacetan lalu lintas, seperti antara lain :

1. Pemberlakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu di ruas jalan tertentu, 2. Pembangunan simpang susun (fly over) dan under pass di persimpangan jalan, 3. Penyelenggaraan angkutan massal dengan sistem jalur khusus bus (bus way), 4. Penyesuaian jam masuk kerja dan jam masuk sekolah, dll.

Namun, upaya-upaya diatas belum mampu mengendalikan kemacetan lalu lintas kota Jakarta bahkan yang terjadi sebaliknya, tingkat kemacetan lalu lintas tampaknya semakin parah.

Secara eksplisit, penyebab utama kemacetan lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor pribadi yang semakin banyak dan mobilitasnya yang semakin tinggi dari segi ruang dan waktu. Sementara, secara faktual instrument penunjang lalu lintas, terutama kondisi dan pertumbuhan jaringan jalan tidak seimbang dengan pertambahan jumlah dan mobilitas kendaraan yang ada. Selain itu, kurang baiknya pelayanan angkutan umum dan tidak disiplinnya pengguna jalan raya di Jakarta dapat menjadi penyebab kemacetan.

Gambar 3 Ilustrasi Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Kendaraan terhadap Luas Jalan DKI Jakarta

(7)

Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun 2007, panjang jalan hanya

bertambah sekitar 1% per tahun sedangkan penambahan jumlah kendaraan rata-rata 11% per tahun

Tabel 1. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta

Dengan rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor 9% per tahun di wilayah DKI Jakarta, beberapa pengamat memperkirakan pada tahun 2014 akan terjadi stagnasi lalu lintas di DKI Jakarta akibat kemacetan yang sangat akut jika tidak ada perubahan keseimbangan pertumbuhan antara jumlah kendaraan dan jaringan jalan. Kerugian yang ditimbulkan kemacetan lalu lintas tidak hanya material namun juga non material yakni dampak sosial karena dapat menurunkan kualitas sosial (social quality) masyarakat perkotaan.

Faktor-faktor Penyebab Kemacetan Lalu Lintas di DKI Jakarta

Masalah transportasi kota Jakarta bersifat multidimensi dan lintas sektoral yang berarti bahwa akar masalah kemacetan lalu lintas tidak hanya dipengaruhi faktor fisik namun juga dipengaruhi faktor non fisik, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kebijakan Tata Ruang DKI Jakarta

(8)

2. Kondisi Angkutan Umum DKI Jakarta

Ekspetasi masyarakat terhadap pelayanan dan kondisi angkutan umum sebagai bagian dari pelayanan dasar (public service) tentu sangat maksimal, yaitu : aman (safety and secure), nyaman (bersih, tidak pengap, dan tidak berdesakan), tarif terjangkau (tarif yang pantas), tepat waktu (on schedule), bahkan door to door (sedikit mungkin pergantian moda angkutan). Namun, secara faktual kondisi angkutan umum di Jakarta masih belum memenuhi harapan masyarakat tersebut.

3. Karakter Sosial Budaya Masyarakat

Masalah transportasi tidak terlepas dari karakter masyarakat perkotaan yang heterogen dan kompleks dimana demand masyarakat sangat beragam sedangkan sumberdaya di perkotaan cenderung terbatas sehingga terjadi perebutan pemanfaatan. Kemacetan lalulintas merupakan contoh nyata perebutan pemanfaatan infrastruktur transportasi perkotaan dan berdampak buruk terhadap perilaku masyarakat kota. Dengan kondisi sarana angkutan umum yang belum memadai, mendorong masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Sementara dari sisi sosial budaya, keinginan seseorang untuk memiliki kendaraan pribadi sedikit banyak dipengaruhi adanya pandangan bahwa memiliki kendaraan bermotor mencerminkan status sosial di masyarakat. Memiliki mobil pribadi menjadi tolok ukur kesuksesan dalam bekerja. Akibatnya, ruas-ruas jalan lebih banyak dipenuhi oleh kendaraan pribadi yang hanya mengangkut penumpang jauh lebih sedikit dibandingkan daya angkut saranan angkutan umum.

4. Kurangnya Penerapan Prinsip Insentif dan Disinsentif Lalu Lintas (Masalah Penegakan Hukum)

Masalah penegakan hukum tata tertib lalu lintas sulit untuk diatasi, hal ini juga terkait dengan pola prilaku masyarakat kota. Pemberian insentif bagi masyarakat pengguna bus Trans Jakarta dengan adanya jalur khusus bus (bus way) tidak tepat sasaran yang ditandai dengan terjadinya antrian penumpang yang panjang pada saat peak hours dan bahkan tingkat pelanggaran terhadap jalur bus way relatif tinggi. Selain itu, disentif berupa pemberlakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu di ruas jalan tertentu dalam praktiknya masih terjadi manipulasi dengan kehadiraan joki three in one.

(9)

Untuk memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat, pemerintah menyediakan angkutan massal sebagai sarana angkutan perkotaan. Keberadaan angkutan umum diharapkan dapat membantu manajemen lalu lintas dan angkutan jalan.

1. Angkutan Kota (Angkot)

Gambar 4 Angkutan Kota

Angkutan kota adalah moda transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Moda ini tidak memiliki halte sebagai tempat pemberhentian sehingga angkutan kota dapat berhenti dimana saja untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Selain itu, tidak ada pula sistem yang mengikat angkutan kota untuk berhenti di suatu tempat.

Pemberhentian angkutan kota yang sesuka hati sering menjadi salah satu penyebab antrian panjang di jalan terutama jika moda ini berhenti di jalan yang tidak terlalu lebar. Angkutan kota biasanya mulai beranjak pergi jika semua tempat duduk telah terisi dengan penumpang, hal ini menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan penumpang angkutan kota karena harus menunggu.

(10)

Gambar 5 Bus Kota Kopaja

Bus kota adalah sarana transportasi massal yang mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah perkotaan yang terikat dalam trayek angkutan tetap dan teratur. Kondisi bus kota yang beredar saat ini sangat memprihatinkan dan sebagian besar tidak mengutamakan kenyamanan penumpang. Oleh karena tarifnya yang murah, peminat bus kota masih tinggi bahkan tidak sedikit penumpang yang rela berdiri sepanjang perjalanan karena tidak ada tempat duduk yang tersisa. Bus kota ini juga dapat berhenti dimana saja di sepanjang rutenya.

3. Kereta Api

(11)

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Oleh karena kereta api hanya dapat bergerak pada lintasan/jaringan rel yang sesuai dengan peruntukanya, kereta api dijadikan alternatif solusi pengurangan kemacetan di Jakarta karena dapat memuat penumpang maupun barang dalam skala besar dan tidak terganggu dengan lalu lintas lainnya. Selain itu, dengan menggunakan kereta, waktu tempuh perjalanan menjadi lebih cepat. Akan tetapi dilain pihak, kereta api jaringannya terbatas sehingga tidak fleksibel dan kurangnya maintenance dari badan pengawas yang kurang menjamin kenyamanan dan keamanan penumpang. Meskipun kereta api dapat memuat jumlah penumpang yang besar, masih terdapat penumpang yang duduk di atas kereta, berdesak-desakan di dalam kereta dan berdiri di tepian pintu kereta. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan kereta api sangat tinggi.

4. Trans Jakarta

Gambar 7 Busway Trans Jakarta

Transjakarta/Busway adalah sebuah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT)

pertama di Asia Tenggara dan Selatan yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibukota yang padat. Transjakarta dioperasikan oleh Unit Pengelola Transjakarta Busway (UPTB) dibawah DInas Perhubungan DKI Jakarta yang bertanggungjawab penuh kepada Gubernur DKI Jakarta.

(12)

Ada 2 jenis kategori untuk komponen utama dalam transportasi. Komponen yang dimaksud adalah seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

Komponen utama dalam transportasi menurut Morlok (1991) adalah: 1. Manusia dan barang, sebagai objeknya atan komponen yang diangkut. 2. Kendaraan, sebagai alat dalam mengangkut objek.

3. Jalan, sebagai sarana bagi kendaraan yang terdiri dari jaringan-jaringan untuk mencapai suatu tempat

4. Terminal, bertindak sebagai titik simpul dalam suatu jaringan transportasi

5. Sistem pengoperasian, adalah sebagai suatu kontrol yang mengatur 4 sistem supaya dapat bekerja dengan baik

Sedangkan komponen utama dalam transportasi menurut Menheim (1979) lebih membatasinya sehingga hanya dalam dalam transportasi, yaitu :

1. Jalan dan terminal 2. Kendaraan

3. Sistem pengelolaan/pengoperasian

Dari pendapat ahli diatas, sistem transportasi dalam suatu kota dapat diartikan sebagai sebuah sistem jaringan yang terdiri dari dari jalan dan terminal, kendaraan, dan sistem pengoperasian yang bertujuan untuk mengangkut manusia dan barangdimana masing-masing saling terkait dan harus berada dalam keadaan seimbang.

Solusi yang telah diterapkan oleh DKI Jakarta yang belum optimal

Pemerintah DKI Jakarta telah menerapkan beberapa solusi dalam mengatasi berbagai masalah mengenai transportasi kota. Namun sebagian besar dari upaya ini belum mampu memberikan hasil yang diinginkan. Berikut ini adalah solusi yang diberikan oleh pemerintah DKI Jakarta terhadap permasalahan transportasi di kota Jakarta.

(13)

Gambar 8 Skematik dari sistem ATCS

Merupakan sistem yang bertujuan untuk mengoptimalkan lalu lintas dengan cara memberikan gelombang hijau (green wave) untuk setiap persimpangan. Dengan metode ini apabila seorang penumpang mendapatkan lampu hijau di satu persimpangan, maka ia pun akan mendapatkan lampu hijau untuk persimpangan berikutnya selama kecepatan kendaraannya memenuhi.

Metode ini merupakan metode yang baik selama jumlah kendaraan masih dalam batas wajar pada suatu jalan. namun menjadi gagal bila volume lalu lintasnya tinggi, adanya hambatan pada samping ruas jalan dan persimpangan (misal: penjual), dan kondisi teknis infrastruktur ATCS yang kurang memadai.

2. Aturan 3 in 1

Gambar 9 Area berpenumpang 3 atau lebih

(14)

Kelemahan dari metode ini adalah tidak ada manajemen dan aturan yang melarang penggunan jalan-jalan lokal (gang, jalan tikus) mengakibatkan pengguna jalan yang ada menghindari daerah 3 in 1 ini memindahkan kemacetan ke daerah lain. Selain itu muncul juga penyedia jasa ilegal yang dapat berperan sebagai penumpang (jockey) bila dibayar dengan sejumlah uang, sehingga menjadikan mobil berpenumpang 3. Kelemahan lainnya adalah terbatasnya aturan ini pada satu koridor dimana skema manajemen permintaan lain serta sistem angkutan umum tidak mendukung dengan baik.

3. Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT)

Pengembangan BRT atau yang biasa disebut Busway telah dibuat di beberapa lokasi penting di Jakarta. Diharapkan dengan adanya Busway ini, pengguna kendaraan pribadi akan lebih tertarik dalam menggunakan sarana transportasi umum ketimbang menggunakan kendaraan sendiri. Dengan begitu, kemacetan bisa berkurang.

Adanya busway terbukti telah memberikan hasil yang lebih baik, meskipun tidak optimal. Keberadaan busway memang telah memberikan kesadaran akan transportasi umum bagi beberapa pengguna kendaraan pribadi, namun belum cukup untuk menarik minat banyak orang. Hal ini terjadi karena opportunity cost serta standar kebutuhan dan kenyamanan busway tidak memenuhi kriteria yang diinginkan bagi pengguna kendaraan pribadi. Kelemahan lainnya adalah area pelayanan busway di Jakarta masih terbatas, belum dapat menjangkau area pinggiran Jakarta.

4. Penertiban Parkir dan Pedagang Kaki Lima

Gambar 10 penertiban pedagang kaki lima oleh pemerintah

(15)

Dampak dari upaya ini tidak begitu efektif dan tidak terlalu terlihat hasilnya terhadap perbaikan lalu lintas. Hal ini terjadi karena tidak adanya konsistensi kebijakan, penegakan aturan, serta masih banyak area on-street parking yang diijinkan.

5. Pembangunan Ruas Jalan Toll Dalam Kota

Gambar 11 Pembangunan salah satu ruas jalan tol

Salah satu cara dalam mengatasi kemacetan adalah dengan membangun beberapa ruas tol baru di Jakarta sekaligus sebagai upaya dalam menambah kapasitas jaringan jalan di Jakarta.

Ironisnya dengan menambah ruas jalan tol baru di Jakarta justru turut menambah minat pengguna kendaraan pribadi untuk memakai kendaraannya sendiri.

Revitalisasi Tranportasi Massal sebagai Solusi Mengurangi Kemacetan Lalu Lintas

1. Penegakkan Hukum

Minimnya penegakkan hukum memicu tidak disiplinnya para pengemudi angkutan umum. Para pengemudi menjadi biasa dan bebas melakukan pelanggaran aturan lalu lintas. Kebebasan itu dapat diketahui pada saat angkutan kota/bus kota (metromini/kopaja) menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat tanpa mempertimbangkan kemanan penumpangnya. Begitu pula sulitnya mencari penumpang dan mengejar target setoran harian, membuat para pengemudi angkutan umum berhenti dan menjadikan setiap jalan sebagai terminal liar. Akibatnya adalah penumpukan kendaraan lain di belakang yang menimbulkan kemacetan serius karena berkurangnya kapasitas jalan dikarenakan adanya terminal liar.

2. Mengadakan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bagi angkutan umum di Jakarta

(16)

kriminalitas serta pelecehan di angkutan umum. Dalam UU No. 22 tahun 2009 tertulis bahwa perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal, memenuhi bagi penggunanya berupa: keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, keteraturan dan mengakomodir kebutuhan penyandang cacat. 3. Evaluasi trayek angkutan umum eksisting

Evaluasi atau restrukturisasi trayek dengan berorientasi sebagai feeder untuk kereta api dan Transjakarta perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan tidak sehat. Evaluasi trayek (semacam re-routing) harus dilakukan secara menyeluruh terhadap operasional angkutan umum existing di Jakarta mengingat kondisi nyata sekarang sudah banyak trayek angkutan umum terutama bus besar yang mati. Tujuan evaluasi trayek adalah untuk mengetahui kebutuhan armada dalam trayek, membatasi pemberian izin trayek baru secara selektif, melakukan pengalihan kendaraan dari rute “kecil” ke rute “besar” dan memulai system pemberian ijin trayek berdasarkan “Quality Licencing” atau Lelang.

4. Memperbaiki layanan kereta api komuter Jabodetabek

Angkutan kereta api menjadi sarana angkutan umum massal utama di Jakarta dan sekitarnya. Revitalisasi ini merupakan wujud satu kesatuan dari revitalisasi angkutan umum berbasis jalan raya serta berbasis rel yakni kereta api sehingga operasional kereta api tetap terkontrol.

5. Memberhentikan operasi angkutan umum yang kondisinya sudah tidak layak pakai

“Suansa di dalam Metromini jurusan Roxy-Cileduk, tampak sudah sangat tua dan tidak layak pakai. Kondisi kaca pecah, bangku penumpang beberapa yang sudah tidak ada, atap kendaraan sudah memburuk, Metromini yang sangat tidak layak pakai masih

(17)

Kesimpulan

Dalam memperbaiki sistem tranportasi di kota Jakarta bukanlah hal yang mudah. Telah banyak sistem yang tidak berjalan dengan baik akibat dari pertambahan penduduk di kota Jakarta, munculnya ketidaktertiban yang telah mengakar menjadi kebiasaan, dan masih banyak lagi. Solusi telah diterapkan namun hanya berhasil dalam jangka waktu pendek saja.

Untuk mengatasi hal ini memang diperlukan tinjauan baik langsung maupun tak langsung. Tinjauan ini harus dengan benar-benar matang, dan diperlukan komitmen baik dari pemerintah maupun dari pihak masyarakat itu sendiri. Bila hal ini berjalan dengan baik, maka permasalahan transportasi di Jakarta dapat berjalan dengan lebih baik meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama.

(18)

Sumber Pustaka

http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=130

http://adityakusuma27.blogspot.com/2010/11/transportasi-berkelanjutan_23.html

http://id.wikibooks.org/wiki/Pembenahan_Transportasi_Jakarta/Transportasi_Kota_Jakarta

Gambar

Gambar 1. Transportasi DKI Jakarta
Gambar 3 Ilustrasi Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Kendaraan terhadap Luas Jalan DKI
Gambar 4 Angkutan Kota
Gambar 5 Bus Kota Kopaja
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister pada program Magister Ilmu Adminstrasi Kekhususan Administrasi dan Kebijakan

Apabila ditinjau dari sudut pandang pengguna jasa akuntansi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu dan atau aktivitas jasa yang menyediakan

[r]

Cara kerja perubah arah putaran sistem hidrolik (Sumber Yanmar Diesel, 1980 ).. Perlengkapan pada sistim hidrolik reduksi/perubahan arah. Dalam operasinya handle maju/mundur, alat

We prove an existence theorem for a quadratic functional-integral equation of mixed type. The functional-integral equation studied below contains as spe- cial cases numerous

a series of quantum integrable systems, including some new models like two-mode q -bosonic model leading to a coupled two-component derivative NLS model, wide range of q

Kata Kunci : Indikator Makro Ekonomi, Foreign Direct Investment (FDI), dan Vector Error Correction Model (VECM)... commit

Melihat kenyataan dilapangan dengan menkompersikan pada persepsi responden kepemimpinan pendidikan kecakapan hidup menyumbangkan pengaruh yang paling tinggi terhadap