• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU TEMPERATUR DAN JENIS PELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH WAKTU TEMPERATUR DAN JENIS PELA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 1

PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR, DAN

JENIS PELARUT TERHADAP EKSTRAKSI PEKTIN

DARI KULIT JERUK BALI (

CITRUS MAXIMA

)

Andreas Sulihono, Benyamin Tarihoran, Tuti Emilia Agustina

* Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662 Email: tuty_agustina@unsri.ac.id

Abstrak

Pelaksanaan penelitian menggunakan metode ekstraksi dengan memvariasikan waktu operasi (30 ; 60 ; 90 ; 120 menit), temperatur pemanasan (60oC ; 70oC ; 80oC) dan jenis pelarut yaitu asam klorida dan asam asetat. Kulit jeruk bali yang telah kering dan dihaluskan, di ekstraksi sesuai variabel yang ditentukan lalu bahan disaring dengan kertas saring dalam keadaan suhu kamar. Filtrat dari hasil penyaringan ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan volume 1: 1 sehingga terbentuk endapan. Setelah itu, endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 45oC selama 24 jam. Pektin kering ditimbang sebagai hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar metoksil pektin yaitu 8,74 %, dengan rendemen pektin 7,83 % - 26,70 % untuk ekstraksi dengan asam klorida dan 4,99 % - 19,84 % untuk ekstraksi dengan asam asetat, kadar air sebesar 14,6 %, kadar abu sebesar 3,4 %, berat ekivalen 2083,33, kadar asam galakturonat 58,08 %, dan derajat esterifikasi 85,44 %. Kadar pektin terbaik yang dihasilkan sebesar 26,70 % diperoleh dari ekstraksi dengan asam klorida 0,2 N dan waktu = 120 menit, temperatur = 80oC

Kata kunci: ekstraksi, jeruk bali, pektin

Abstract

The research are using extraction method by varying operation time (30 ; 60; 90 ; 120 minutes), heating temperature (60oC ; 70oC ; 80oC), acetic acid and chloride acid solvent. Extraction did for dried and refined in certain variable screened while in room temperature conditions. Add 96% of ethanol to filtrate with 1:1 volume ratio until the sediment appear. And then dried at 45 oC in the oven for 24 hours. Dried pectin weighed as a product. The result, showed that the percentage of metoxyl is 8.74 %, with % yield of pectin 7.83 % - 26.70 % for extraction with chroride acid and 4.99 % - 19.84 % for extraction with acetic acid, percentage of water 14.6 %, percentage of ash 3.4 %, equivalent of mass 2083.33, percentage galacturonic acid 58.08 %, and degree of esterification 85.44 %. The best result pectin percentage is 26.70% when condition extraction of chroride acid 0.2 N and time = 120 minutes, temperature 80oC. Keywords: extraction, citrus maxima, pectin

1. PENDAHULUAN

Salah satu manfaat kulit jeruk adalah untuk membuat pektin. Pektin adalah senyawa polimer yang dapat mengikat air, membentuk gel atau mengentalkan cairan. Sifat inilah yang dapat dimanfaatkan sehingga selain untuk jelly, pektin juga dipakai dalam industri daging dan produk pangan lainnya yang membutuhkan pengikat air.

Selama ini, untuk mencukupi kebutuhan pektin dalam negeri, Indonesia masih mengimpor pektin. Indonesia merupakan negara pengimpor dan pemakai pektin yang cukup besar. Banyak industri di Indonesia yang menggunakan pektin, mulai dari industri makanan dan minuman hingga industri tekstil. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk menghasilkan pektin. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar kandungan pektin yang ada

(2)

Page 2 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 didalam buah Kulit jeruk bali, setidaknya dengan

memanfaatkan kulit jeruk bali sebagai bahan baku pembuatan pektin dapat mengurangi impor pektin dan sekaligus memanfaatkan kulit jeruk bali yang belakangan ini sudah mulai kurang populer di kalangan masyarakat menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis lebih tinggi.

Jeruk Bali

Jeruk Bali (Citrus grandis L.) merupakan jenis tanaman jeruk dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan jeruk biasa yang kita temui dipasar. Jeruk bali dapat tumbuh subur di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman ini tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan.

Ekstraksi Pektin

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material yang lainnya.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses bersifat fisik, karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke dalam semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi :

1. Tipe persiapan sampel; 2. Waktu ekstraksi; 3. Kuantitas pelarut; 4. Suhu pelarut; dan 5. Tipe pelarut. Pektin

Dalam jaringan tanaman pektin berada sebagai protopektin yang bersifat tidak larut dalam air karena berada sebagai garam kalsium dan magnesium. Teori ini diperkuat dengan adanya kemampuan pektin membentuk garam yang tidak larut dalam Ca dan Mg. Hidrolisis protopektin dalam air yang diasamkan akan menghasilkan pektin yang bersifat larut dalam air. Hal ini terjadi karena adanya substitusi ion hidrogen pada Ca dan Mg.

Kadar pektin pada setiap tanaman berbeda – beda. Pektin bersifat mudah menjadi jelly jika ditambahkan gula dan air dalam keadaan asam. Namun sifat mudah menjadi jelly ini sangat tergantung pada jumlah gugus metoksil dalam molekulnya. Semakin tinggi

kadar metoksilnya, maka semakin cepat pektin menjadi jelly.

Untuk mengetahui kandungan pektin pada buah – buahan dapat dilakukan dengan cara sederhana, yakni test alkohol. Buah – buahan yang akan di uji diperas air buahnya, lalu ditambahkan 3 – 4 sendok alkohol ke dalam satu sendok sari buahnya. Jika pada campuran banyak terdapat gumpalan kental, maka kandungan pektin pada buah tersebut tinggi. Sedangkan jika gumpalan yang terbentuk sedikit dan agak cair berarti kandungan pektinnya sedikit.

Menurut Dudung Muhidin (1999) pada buah muda, perekat sel disebut dengan protopektin atau bakal pektin. Sementara pada buah matang, protopektin tersebut berubah menjadi pektin. Pektin ini berupa protopektin yang memecah karena pengaruh hormon kematangan buah. Protopektin bersifat tidak dapat larut di dalam air buah, sedangkan pektin larut dalam air buah. Oleh karena itu buah mentah selalu bertekstur keras yang setelah itu menjadi lunak. Apabila buah terlalu matang pektin akan berubah menjadi asam pektat yang sangat mudah larut yang sangat mudah larut dalam air buah sehingga menjadi lunak. Itulah sebebnya untuk pembuatan pektin digunakan buah matang karena kandungan pektinnnya tinggi.

Senyawa kimia pektin ditemukan pertama kali oleh Vaugeulin pada tahun 1970. Bracconot pertama kali memberikan istilah pektin untuk substansi pektin yang diperoleh dari buah – buahan dan ekstraknya. Substansi pektin ditemukan sebelum perkembangan organik modern dan kimia makromolekul, maka nama struktural yang dipakai ialah pektin polisakarida. Pektin berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengental atau menjadi padat (HUI , 1992).

Pektin merupakan grup polisakarida yang tejadi di dalam dinding sel dan lapisan intraseluler pada semua tanaman. Diekstrak dengan air panas, larutan asam yang encer atau larutan ammonium oksalat. Pektin diendapkan dari larutan encer dengan alkohol. Secara komersil digunakan untuk pembuatan gel yang terbaik (Mc Graw Hill ; 175).

Pektin adalah polimer dari asam galakturonat dengan sebagian gugus karboksilnya teresterifikasi (Pigman, 1946). Ikatan yang terdapat didalam polimer pektin

merupakan ikatan α-1,4 glikosida.

(3)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 3 pendek yang terpecah dan memisahkan diri

(HUI; 2004)

Menurut Karjono (1991) pektin adalah senyawa polimer yang dapat mengikat air, membentuk gel atau mengentalkan cairan. Sifat inilah yang dapat dimanfaatkan sehingga selain untuk jelly, pektin juga dipakai dalam industri daging dan produk pangan lainnya yang membutuhkan pengikat air.

Gambar 1. Struktur molekul pektin

Monomer penyusun pektin merupakan asam galakturonat dan metil-α-galakturonat yang dapat dilihat pada struktur berikut :

Gambar 2. (a) Struktur kimia asam galakturonat

Gambar 2. (b) Struktur kimia metil-α -galakturonat

Beberapa definisi yang berhubungan dengan pektin :

1. Asam pektat

Asam pektat merupakan senyawa poligalakturonat yang gugus karboksilnya tidak terseterifikasi. Asam pektat memiliki berat molekul ( BM ) tinggi. Monomer asam pektat

adalah asam α-galakturonat yang saling terikat

dengan α-1,4-glikosida (Pigman, 1946). Bentuk struktur asam pektat dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3. Struktur molekul asam pektat

2. Asam pektinat

(4)

Page 4 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Gambar 4. Struktur molekul asam pektinat

3. Protopektin

Protopektin merupakan senyawa pektat yang terdapat pada bagian hijau tanaman atau pada buah yang belum masak ( Winarno, 1983 ). Protopektin tidak larut didalam air karena kehadiran garam kalsium atau magnesium yang tidak larut. Penyebab lain ketidaklarutan protopektin adalah karena berikatan dengan selulosa atau beberapa polisakarida dengan berat molekul tinggi yang tidak larut (Pigman, 1946). Protopektin dapat dibuat menjadi pektin yang larut dalam air dengan cara mengekstraksinya dalam larutan asam panas. (Wong, 1989).

Protopektin merupakan senyawa pektat yang terdapat pada bagian hijau tanaman atau pada buah yang belum masak ( Winarno, 1983 ). Protopektin tidak larut didalam air karena kehadiran garam kalsium atau magnesium yang tidak larut. Penyebab lain ketidaklarutan protopektin adalah karena berikatan dengan selulosa atau beberapa polisakarida dengan berat molekul tinggi yang tidak larut (Pigman, 1946). Protopektin dapat dibuat menjadi pektin yang larut dalam air dengan cara mengekstraksinya dalam larutan asam panas. (Wong, 1989). Manfaat pektin

a. Industri makanan dan minuman

Dalam industri makanan, pektin sering

4. Bahan pengawet pada produk susu yang akan menstabilkan keasaman susu. 5. Mengontrol pembentukan kristal es

pada pembuatan es krim dan dapat mempertahankan warna dan aroma es krim tersebut. (Muhidin, 2003)

b. Industri farmasi

Dalam industri farmasi, pektin sering digunakan sebagai :

1. Pengemulsi bagi preparat cair dan sirup. 2. Obat diare pada bayi dan anak – anak seperti dextrimaltose, kapoec, nipektin dan intestisan.

3. Obat penawar racun logam.

4. Bahan penurun daya racun dan menaikkan daya larut obat – obatan.. 5. Bahan kombinasi untuk memperpanjang

kerja hormon dan antibiotika.

6. Bahan pelapis perban untuk menyerap selanjutnya kulit jeruk tersebut dibersihkan kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari. Kulit jeruk yang telah kering kemudian dicincang dan dihaluskan.

b. Ekstraksi Sampel

Sebanyak 50 gram sampel yang sudah ditambah air 500 ml lalu ditambahkan pelarut HCl 0,2 N . Kemudian dipanaskan pada suhu yang ditentukan (60oC ,70oC, 80oC) selama waktu yang ditetapkan(30 , 60, 90, 120 menit). Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain blacu dan filtrat diambil. Filtrat ini disebut filtrate pektin.

c. Pengendapan Pektin

Filtrat hasil penyaringan dituang kedalam gelas beker . Filtrat didinginkan lalu ditambahkan alkohol 96% dengan perbandingan volume 1:1 dan diendapkan selama 24 jam. Endapan dipisahkan dari larutan dengan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan dicuci lagi dengan etanol 96% untuk menghilangkan sisa asam.

d. Gel pektin kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 45oC selama 24 jam. Gel pektin yang telah kering kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.

(5)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 5 Analisa Pektin

a. Yield pektin

Pektin kering yang diperoleh ditimbang beratnya untuk diketahui banyaknya pektin yang dapat di ekstraksi.

% yield pektin = x 100 hasil campuran ditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak 5 tetes dan ditritasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna, volume titrasi dicatat. Untuk menentukan berat ekivalen digunakan rumus :

Berat Ekivalen =

c. Kadar Metoksil

Larutan netral dari penentuan berat ekivalen ( BE ) ditambah 25 ml larutan NaOH 0,2 N diaduk dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar pada keadaan tertutup. Kemudian ditambahkan 25 ml larutan HCl 0,2 N dan ditetesi dengan fenolftalein sebanyak 5 tetes kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan volume titran.

% Metoksil = x 100 %

d. Kadar Asam Galakturonat

Pengaruh kadar asam galakturonat dihitung dari mili ekivalen ( mek ) NaOH yang diperoleh dari penentuan bilangan ekivalen dan kadar metoksil.

Kandungan asam galakturonat = x 100 %

e. Kadar Air

0,25 gram sampel dalam cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC sampai 105oC selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang. Sampel dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit lalu didinginkan dan ditimbang.

% Air = x100 %

f. Kadar Abu

0,25 gram pektin diletakkan dalam crucible + tutup. Lalu dimasukkan dalam furnace pada suhu 600oC selama 90 menit, lalu abu didinginkan sampai temperature kamar dan ditimbang beratnya.

% abu = x 100 %

g. Derajat esterifikasi

Pengukuran derajat esterifikasi dihitung dari kadar metoksil dan kadar asam galakturonat yang dihasilkan.

% Esterifikasi= x100 %

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Yield Pektin

Pektin dalam jaringan tanaman terdapat sebagai protopektin yang tidak larut dalam air (insoluble) karena berada sebagai garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu, dilakukan hidrolisis protopektin dalam air yang diasamkan untuk mengubah protopektin menjadi pektin yang bersifat larut dalam air, dimana ion H+ pada air akan menggantikan ion kalsium dan ion magnesium pada molekul protopektin.

Kandungan ion hidrogen yang lebih banyak menyebabkan laju hidrolisis protopektin semakin cepat karena akan menambah seringnya tabrakan antar molekul – molekul yang berarti kemungkinan tabrakan yang berhasil sehingga pektin yang diperoleh akan bertambah.

Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan yield pektin yang berbeda – beda pada setiap perlakuan yang diberikan. Pada percobaan ini, jumlah perlakuan sebanyak 24 sampel dengan menggunakan tiga variabel yaitu jenis pelarut, temperatur pemanasan, dan waktu kontak antara bahan yang di ekstraksi dengan pelarut. Perbandingan hasil percobaan pada setiap perlakuan dapat kita dilihat pada tabel berikut :

(6)

Page 6 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Tabel 2. Yield Pektin Yang Terbentuk dengan

pelarut Asam Asetat

Variabel Yield Pektin (% berat kering) Suhu

(0C)

Waktu (menit)

60 30 4,9924

60 10,3732

90 11,9548

120 13,3784

70 30 8,0504

60 9,6096

90 14,8744

120 16,8579

80 30 12,2096

60 15,7628

90 16,6136

120 19,8361

Yield yang dihasilkan dengan perlakuan yang berbeda akan menghasilkan berat yang berbeda. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa berat pektin kering yang dihasilkan akan bertambah dengan adanya kenaikan temperatur pemanasan dan waktu pemanasan. Sampel terbaik yang didapatkan dari penelitian ini adalah sampel dengan menggunakan pelarut Asam Klorida (HCL) ,waktu pemanasan 120 menit dan temperatur 80oC. Hal ini menunjukkan bahwa telah tercapainya kondisi maksimum pada proses ekstraksi.

3.1 Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Yield Pektin

a. Untuk pelarut HCl

Gambar 5. Temperatur Pemanasan Vs Yield Pektin untuk Pelarut HCl

Berdasarkan grafik di atas ditinjau dari temperatur pemanasan maka dapat disimpulkan bahwa yield pektin meningkat seiring dengan kenaikan temperatur pemanasan . Yield pektin terbesar dihasilkan pada saat temperatur pemanasan 80oC dan waktu pemanasan 120 menit dengan yield pektin sebesar 26,6954%,sedangkan yield pektin terkecil diperoleh pada saat temperatur pemanasan 60oC dan waktu pemanasan 30 menit dengan yield pektin sebesar 7,8260%.

b. Untuk pelarut CH3COOH

Berdasarkan grafik berikut ini (gambar 6), ditinjau dari temperatur pemanasan maka dapat disimpulkan bahwa yield pektin meningkat seiring dengan kenaikan temperatur pemanasan. Jika dibandingkan dengan pelarut asam klorida maka dapat dikatakan bahwa yield pektin yang dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan jenis pelarut yang digunakan mempengaruhi hasil ekstraksi yang didapatkan. Semakin tinggi derajat keasaman suatu pelarut maka yield pektin yang dihasilkan akan semakin besar.

Gambar 6. Temperatur Pemanasan Vs Yield Pektin untuk Pelarut CH3COOH

(7)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 7 3.2. Penentuan Sifat Fisika dan Sifat Kimia

Pektin yang diperoleh dalam penelitian memiliki warna kecoklatan dan tidak berbau . Dalam menentukan sifat fisika dari pektin seperti kelarutan, viskositas dan kemampuan membentuk gel biasanya tergantung dari karakteristik kimia pektin seperti kadar metoksil dan derajat esterifikasi. Oleh karena itu, pektin yang dianalisa untuk menentukan sifat – sifat ini adalah pektin yang dihasilkan pada kondisi optimum dari penelitian ini yaitu sampel dengan pelarut HCl pada temperatur pemanasan 80oC dan waktu pemanasan 120 menit. Hasil analisa sifat – sifat pektin dapat dilihat pada tabel berikut dan perhitungan pada lampiran C.

Tabel 3. Hasil Analisa Sifat – Sifat Pektin

Galakturonat 58,08 % Berat ekivalen merupakan ukuran terhadap kandungan gugus asam galakturonat bebas (tidak teresterifikasi) dalam rantai molekul pektin (Ranganna, 1977). Nilai berat ekivalen ini ditentukan berdasarkan reaksi penyabunan gugus karboksil oleh NaOH. Banyaknya volume NaOH yang digunakan dalam analisa berbanding terbalik dengan nilai berat ekivalen. Semakin besar volume NaOH yang digunakan maka semakin kecil berat ekivalen yang akan didapat sehingga jumlah gugus karboksil yang tak teresterifikasi semakin banyak. Semakin kecil berat ekivalen maka akan semakin besar kadar metoksil pektin. Pada hasil analisa, didapat berat ekivalen pektin jeruk bali (Citrus Maxima) sebesar 2083.33.

Kadar metoksil pektin memiliki peranan penting dalam menentukan sifat fungsional pektin dan dapat mempengaruhi struktur dan tekstur dari gel pektin (Constenla dan Lozano, 2003). Kadar metoksil merupakan faktor yang penting dalam penentuan penggunaan pektin terutama dalam bidang industri pangan. Pektin banyak digunakan dalam industri pangan karena pektin mempunyai kemampuan untuk membentuk gel yang merupakan bahan dasar pembuatan jelly dan pengawetan buah. Kemampuan pektin membentuk gel ini tergantung dari kadar metoksilnya. Berdasarkan analisa yang dilakukan, didapatkan kadar metoksil 8,74 %. Pektin yang mempunyai kandungan metoksil lebih dari 7 % merupakan pektin bermetoksil tinggi yang dapat membuat jelly lebih cepat.

Asam poligalakturonat merupakan kerangka dasar senyawa pektin yang menggambarkan kemurnian pektin. Semakin besar kandungan asam poligalakturonat maka semakin tinggi kemurnian pektin karena semakin kecil kandungan organik seperti arabinosa, galaktosa, rhamnosa dan jenis gula lainnya. Banyaknya kandungan poligalakturonat ini juga berpengaruh dalam pembentukan gel, karena semakin banyak kandungan asam galakturonat maka jaringan tiga dimensi akan semakin kokoh terbentuk sehingga semakin mampu menjebak seluruh cairan didalamnya dan berakibat makin kuatnya gel yang terbentuk. Kandungan asam galakturonat bervariasi yaitu antara 30 – 95 % (Kertez, 1951). Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan didapatkan kandungan asam galakturonat pada pektin jeruk bali (Citrus Maxima) sebesar 58,08 %. Hal ini berarti kemurnian pektin cukup untuk membentuk gel dengan baik.

Selain analisa sifat – sifat fungsional dari pektin tersebut, penelitian ini juga menganalisa kadar air, kadar abu dan derajat esterifikasi. Hasil analisa yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran C.

Tabel 4. Hasil Analisa Pektin Kulit Jeruk Bali No. Sifat Jumlah (%)

Kadar air menyatakan banyaknya air yang terdapat dalam pektin. Kadar air bahan berpengaruh terhadap masa simpan. Kadar air yang tinggi menyebabkan kerentanan terhadap aktivitas mikroba. Dari analisa yang dilakukan, kadar air pektin kulit jeruk bali ini adalah sebesar 14,6 %.

(8)

Page 8 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Derajat esterifikasi merupakan

persentase jumlah residu asam D-galakturonat yang gugus karboksilnya teresterifikasi dengan etanol (Whistler dan Daniel, 1985). Semakin tinggi derajat esterifikasi maka kemampuan pembentukan gel semakin baik. Dari hasil analisa, pektin kulit jeruk bali (Citrus Maxima) memiliki derajat esterifikasi sebesar 85,44 %.

`3.3 Standar Pektin Komersial

Pektin yang diproduksi pada industri kimia sebagai zat aditif memiliki standarisasi. Terdapat beberapa hal yang diperhatikan sehubungan dengan standar pektin komersial yaitu kadar air, kadar metoksil, dan kadar asam galakturonat.

Tabel 5. Standar Pektin Komersial

Sumber: Herbstreith & Fox

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka ditarik disimpulkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Yield pektin yang didapatkan semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya waktu pemanasan.

2. Yield pektin yang diperoleh dari penelitian semakin besar seiring dengan bertambahnya temperatur pemanasan.

3. Persen yield pektin lebih besar dihasilkan dengan pelarut asam klorida dibandingkan dengan pelarut asam asetat. Hal ini disebabkan semakin tinggi derajat keasaman pelarut yang digunakan maka yield pektin yang diperoleh semakin besar.

4. Pektin dari buah jeruk bali (Citrus Maxima) yang diperoleh dari penelitian pada kondisi optimum (temperatur 80oC,waktu pemanasan 120 menit, pelarut HCl) memiliki berat ekivalen 2083,33 , kadar metoksil sebesar 8,74 %, kadar asam galakturonat sebesar 58,08 %, kadar air sebesar 14,6 %, kadar abu sebesar 3,4 % dan derajat esterifikasi sebesar 85,44 %.

DAFTAR PUSTAKA

Bernard. 2005. “Pembudidayaan Jeruk di pot

dan di kebun”. Agromedia Pustaka :

Jakarta.

Food Chemical Codex. 1996. Pektins. http://arjournals.annual

Kertesz, Z. I.,(1951), “The Pectic Substances”, Interscience Publisher Inc., New York. Muhidin, dudung. 2003. Agroindustri Papain

dan Pektin. Penebar Swadaya : Jakarta. Pigman, W. W. 1946. Advance In Carbohydrat

Chemistry, Vol. 2. London Academic Press.

Othmer, Kirk, 1967, “Encyclopedia of Chemical Technolog”,Edisi 2, vol 14, John Wiley and Sons, Inc.

Rati dan Ria. 2007. Ekstraksi Pektin dari Umbi Wortel. Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

Wong, Dominic W. S. 1989. Mechanisme and Theory in Food Chemistry. New York Van nostrad Reinhold.

International Specification EU WHO FDA USP IPPA

Kadar Air Max 12% Max 12% Max 12% Max 10% Max 12%

Kadar Asam Galakturonat Min 65% Min 65% Min 65% Min 74% Min 65%

Gambar

Gambar 2. (b)  Struktur kimia metil-α-galakturonat
Gambar  4. Struktur molekul asam pektinat
Tabel 1. Yield Pektin Yang Terbentuk dengan pelarut Asam Klorida
Gambar 6.  Temperatur Pemanasan Vs Yield Pektin untuk Pelarut CH3COOH
+2

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak—Optimal reactive power dispatch bertujuan untuk memperoleh operasi yang aman dan ekonomis dari sistem tenaga listrik dengan mengatur alokasi daya reaktif pada sistem

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan  prinsip

Menurut pendapat Mashuri (2008), adapun empat hal yang bisa memberi kesenangan dalam menjalankan bisnis rumahan, antara lain :.. 1) Dengan menjadikan tempat usaha dirumah,

Menurut peneliti dari kelima hakim mediator secara umum menyatakan bahwa yang paling dominan tidak berhasil didamaikan itu karena adanya pihak ketiga atau masalah perselingkuhan

Variasi laju scan yang digunakan pada karbon aktif tempurung kemiri modifikasi HNO 3 adalah 50 mV/s dan 250 mV/s dengan nilai kapasitansi spesifik yang berbeda

„ Sarjana Muda Pendidikan Pengkhususan Multimedia Interaktif (PKPG) Bagi program-program pengajian Program Pensiswazahan Khas Pendidikan Guru (PKPG) seperti di atas, struktur

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh dosis kapur dan pupuk kandang kambing dan untuk menentukan dosis kombinasi kapur dan pupuk kandang

Konveyor belt membutuhkan penopang antara head dan tail pulley yang berada berdekatan. Saat belt bergerak, penopang ini harus berada.. dalam bentuk roller