• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah sistem sosial pendekatan stuktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah sistem sosial pendekatan stuktur"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Sistem Sosial

“ Pendekatan Struktural Fungsional Dalam Sistem Sosial “

Pembimbing : “ Taufik Lubis,M.pd

Disusun oleh :

NO NAMA NMP

1. CHUSNUL MILA AROPAH 158610039

2 DELA APRILIA 158610041

3. EVI SULISTIA 158610395

4. MITA HANIFA 158610393

Program studi : PGSD

Semester : VI (Siang)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) ARRAHMANIYAH DEPOK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia –

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Sistem Sosial “ Pendekatan

Stuktural Fungsional Dalam Sistem Sosial ’’ dengan baik.

Makalah Sistem Sosial ini memberikan informasi tentang menjelaskan

bagaimana struktur yang ada itu berinteraksi dan berfungsi sesuai dengan peranan

masing-masing lembaga tersebut dengan mengedepankan integrasi, Sehigga jika terjadi

konflik sosial maka akan dengan mudah diselesaikan.

Penulis berharap Makalah Sistem Sosial ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,

namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saran

dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan ini.

Depok, 8 April 2018

Tim Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Masalah ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 Pengetian Struktural Fungsional ... 4

2.2 Sejarah Singkat Teori Struktural Fungsional ... 7

2.3 Perkembangan Teori Perkembangan Struktual Fungsional ... 7

2.4 Hubungan Antara Sistem Sosial Dan Prndekatan Stuktural Fungsional ... 12

2.5 Pendidikan dalam teori stuktural fungsional ... 13

BAB III PENUTUP ... 23

3.1 Kesimpulan ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang :

(4)

Orang-orang dan kegiatannya tersebut saling berhubungan secara timbal balik dan, Hubungan yang bersifat timbal balik tersebut bersifat tetap,maka dari itu perlu adanya pengkajian didalam sistem social. Pada pembahasan kali ini kami menggunakan metode pendekatan structural fungsional.

Pendekatan structural fungsional mengkaji sistem sosial dalam masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian yang saling berhubungan , fungsional menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen konstituennya.

Dengan menggunakan pendeketan structural fungsional maka dapat mengkaji sistem sosial dalam masyarakat secara berkaitan.

Fenomena perubahan sosial kehidupan masyarakat cukup kompleks. Fenomena sosial yang ada seringkali mengacu pada adanya indikasi-indikasi yang rentan sekali melahirkan perbedaan dan bahkan perselisihan dalam hal persepsi dan interpretasi. Hal ini dikarenakan persoalan kemanusiaan sangat erat hubungannya dengan perubahan dan perkembangan sosial.

(5)

Dalam kerangka premis tersebut, berbagai usaha telah dilakukan, bahkan ada sebagian yang terkesan berlebihan dalam mengkaji dan mengadakan penelitian social. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan waktu, sampai saat ini belum selesai perjalanan menemukan sebuah teori kehidupan sosial yang mapan dan jitu, kendati telah banyak teori yang kita telah pelajari.

Berangkat dari asumsi diatas, penulis mencoba memberikan informasi melalaui bahasan berikut yang akan menganalisis tentang teori struktural fungsional dan mencoba mengangkat sisi pendidikan dari teori tersebut.

1.2 Rumusan masalah:

1. Apakah pengertian pendekatan structural fungsional dengan sistem social?

2. Bagaimana perkembangan teori pendekatan structural fungsional? 3. Bagaimana Sejarah terjadinya struktural fungsional ?

4. Bagaimanakah hubungan antara sistem sosial dengan pendekatan structural?

(6)

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk memahami pengertian dari struktural fungsional dengan sistem sosial

2. Untuk mengetahui perkembangan teori pendekatan struktural fungsional

3. Untuk Memenuhi Tugas mata kuliah Sistem Sosial

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian fungsional struktural

1 Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar

pengaruhnya dalam ilmu sosial pada abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama

(7)

kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Émile Durkheim dan Herbet

Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran

biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri

dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan

hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama

halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga

bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini

awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, di mana pemikiran Durkheim

ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan

pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh

Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara

masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang

disebut dengan requisite functionalism, di mana ini menjadi panduan bagi analisis

substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua

orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut.

Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan di mana di

dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem

tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi

seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional,

sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem.

Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan

(8)

fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif

fungsional modern.

Teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber.

Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

 Visi substantif mengenai tindakan sosial dan

 Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Pemikiran Weber mengenai tindakan sosial ini berguna dalam perkembangan

pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai tindakan aktor dalam

menginterpretasikan keadaan.

Inti dasar dari Parsons tentang pendekatan fungsional structural yaitu suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari pada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan, melainkan tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum tersebut, adalah apa yang kita kenal sebagai norma-norma sosial ( yang membentuk struktur sosial). Parsons lebih menekankan anggapan-anggapan dasarnya pada peranan unsur-unsur normatif dari tingkah laku sosial, khususnya pada proses-proses di mana hasrat-hasrat perorangan diatur secara normatif untuk menjamin terpeliharanya stabilitas sosial.

(9)

Menurut pendekatan fungsional structural, disfungsi, ketegangan-ketegangan, dan penyimpangan-penyimpangan sosial merupakan penyebab terjadinya perubahan-perubahan kemasyarakatan dalam bentuk diferensiasi sosial yang semakin kompleks, adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang datang dari luar. Tetapi hal tersebut mengabaikan kenyatan-kenyatan sebagai berikut:

1) Setiap struktur sosial, di dalam dirinya sendiri, mengandung konflik-konflik dan kontradiksi-kontradiksi yang bersifat internal, yang pada gilirannya justru menjadi sumber bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial.

2) Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar (extra-systemic change) tidak selalu bersifatadjustive.

3) Suatu sistem sosial, di dalam waktu yang panjang dapat juga mengalami konflik-konflik sosial yang bersifat visious circle.

4) Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi secara gradual melaului penyesuaian-penyesuaian yang lunak, akan tetapi dapat juga terjadi secara revolusioner.

2.2 Sejarah singkat teori fungsional stuktural

Pasca perang dunia II

(10)

neofungsionalisme, sebagai contoh gerakan menuju analisis sintesis dalam teori sosiologi. Selama beberapa tahun, alternatif utama untuk structural fungsionalisme ialah teori konflik. Menurut Thomas Bernard (1983) fungsionalisme struktural memiliki domain di teori Konsensus.

2.3 Perkembangan teori perkembangan struktual fungsional

Hingga pertengahan abad, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh lain,

Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad sejak ia mempublikasikan The Structure of Sosial Action pada tahun 1937.

Sistem tindakan diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tindakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai.

(11)

ini pada akhirnya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori

Merton mengkritik beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang besar dan mencakup seluruhnya sedangkan Merton lebih terbatas dan menengah

Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsionalbeberapa postulat tersebut antara lain:

 Kesatuan fungsi masyarakat, berarti sistem sosial yang ada pasti

menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar.

 Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki

fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , adat istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif.

 Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hany amemiliki

(12)

dengan parson bahwa ada berbagai alternative structural dan fungsional yang ada di dalam masyarakat yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik.

Awalnya aliran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok.

Merton mengemukakan bahwa para ahli sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori besar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamati dalam perilaku social

(13)

pada awalnya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu ada konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang ada tidaklah positif tetapi ada negatifnya

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten. Maka dalam stuktur yang ada, hal-hal yang tidak relevan juga disfungsi laten dipengaruhi secara fungsional dan disfungsional

Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme.

(14)

cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut.

Dari berbagai penajabaran yang ada Pemahaman Merton membawa pada tantangan untuk mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah ada. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh berbeda dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Tiga paradigma yang bertahan dalam penyelidikan fenomena sosial adalah paradigma fungsional-struktural, paradigma konflik, dan paradigma interaksi-simbolik. Kajian sistem sosial dan budaya Indonesia di dalam ... ini tidak terlepas dari berkembangnya tiga paradigma. Paradigma adalah cara berpikir mengenai suatu masalah. Paradigma terdiri atas teori-teori sejenis, yang secara umum memiliki kesamaan dalam memandang dan memposisikan subyek, obyek, dan gejala yang diteliti.

2.4 hubungan antara sistem sosial dan prndekatan stuktural fungsional

(15)

Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat sebagai suatu sistem fungsional yang terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Fungsional struktur memandang masyarakat layaknya organisme biologis yang terdiri dari komponen-komponen atomitis dan memelihara hubungan integratif sistemik, agar metabolisme kehidupan masyarakat tetap terjaga.

Artinya sebuah sistem sosial merupakan sistem dari tindakan-tindakan manusia yang terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi antara individu, yang tumbuh dan berkembang dalam standard penilaian yang mendapat kesepakatan bersama.

Penilaian atau norma itulah yang membentuk struktur sosial dalam masyarakat. Zamroni (2001) menyatakan bahwa pendekatan microcosmis melihat sekolah sebagai suatu dunia sendiri yang di dalamnya memiliki unsur unsur untuk bisa disebut sebagai masyarakat. Sesuai dengan pendekatan struktural fungsional lembaga sekolah di ibaratkan sebagai masyarakat kecil yang memiliki kekuatan organis untuk mengatur dan mengelola berbagai komponen yang ada didalamnya.

Bagian-bagian tersebut diatur dan terintegrasi dalam naungan sistem kendali sosial berwujud formal. Pendekatan struktural fungsional pada hakikatnya merupakan susunan dari peran dan status berbeda-beda dimana masing masing bagian tersebut terkonsentrasi pada satu kekuatan legal struktural yang menggerakkan laju orientasi demi mencapai tujuan tertentu.

(16)

fungsional seluruh masyarakat telah terisolir norma atau nilai kaedah yang terjadi dalam sebuah masyarakat .

2.5 Pendidikan dalam teori stuktural fungsional

` Sebagaimana telah dijelaskan diawal makalah, bahwa teori struktural fungsional tidak bisa terpisahkan. Stratifikasi yang ada dalam masyarakat mempunyai peran atau fungsi. Ekstrimisme toeri ini adalah mendarah dagingnya asumsi bahwa semua even dalam tatanan adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Berbicara tentang masyarakat maka hal tersebut tidak bisa dipisahkan dengan “integrasi” (satu kesatuan yang utuh, padu)[6] seperti dikemukakan Parson, yang berarti bahwa struktur dalam masyarakat mempunyai keterkaitan atau hubungan satu dengan yang lain. Pendidikan khususnya, tidak bisa dipisahkan dari struktur yang terbentuk dalam masyarakat. Kita tidak bisa pungkiri bahwa terbentuknya stratifikasi dalam masyarakat salah satunya dibentuk oleh pendidikan itu sendiri. Demikian sebaliknya Durkheim(1858-1917) berpendapat bahwa masyarakat secara keseluruhan dan lingkungannya akan menentukan tipe-tipe pendidikan yang diselenggarakan. Demikian pula, pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri dan kesadaran sosial.

(17)

fungsionalisme struktural secara implisit memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-ketentuan yang telah dirancang sebelumnya, sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan masyarakat. Didalam tradisi pemikiran Durkheim untuk menghindari reduksionisme (fenomena alamiah yang diciutkan dalam suatu hal yang lebih kecil) psikologis, para anggota masyarakat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh norma-norma dan lembaga-lembaga yang memelihara norma-norma itu.

Parsons melihat masyarakat adalah sistem sosial yang dilihat secara total. Bilamana sistem sosial sebagai sebuah sistem parsial, maka masyarakat itu dapat berupa setiap jumlah dari sekian banyak sistem yang kecil-kecil, misalnya keluarga, sistem pendidikan, dan lembaga-lembaga keagamaan.

Kita dapat menghubungkan individu dengan sistem sosial dan menganalisanya melalui konsep status (struktur) dan peranan (fungsi). Status adalah kedudukan dalam sistem sosial, seperti guru, ibu , atau presiden, dan peranan adalah perilaku yang diharapkan atau perilaku normatif yang melekat pada status guru, ibu, atau presiden itu. Dengan kata lain dalam sistem sosial, individu menduduki suatu tempat (status), dan bertindak (peranan) sesuai dengan norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh sistem. Misalnya, status sebagai seorang suami mengandung peranan normatif yakni mencari nafkah yang baik. Peranan sebagai suami adalah statusnya sebagai suami dari istri.

(18)

senantiasa terlihat didalam peranan-peranan tersebut. Bagaimana misalnya fungsi seorang suami mendidik istri dan anak-anaknya selalu membangun integritas (keutuhan) sebuah keluarga dan bagaimana seorang suami menjadi sosok panutan baik secara langsung ataupun tidak langsung dan menjadi teladan bagi istri dan anak-anaknya.

Pendidikan dalam peranan masyarakat dapat dilihat pada

ketentuan berikut;

a. Bagaimana seharusnya melangkah dan bertindak sebagai seorang yang

mengemban tugas dan pemeran sehubungan dengan beberapa kemungkinan, prestise atau kepemimpinannya;

b. Bagaimana ia berbuat sebagai seorang anggota suatu bagian dari status

kelembagaan dan perkumpulan-perkumpulan.

Peranan-peranan anggota masyarakat yang demikian akan membatasi peranan (fungsi): sebagai penduduk, konsumen, anggota militer, usahawan, pembentuk serikat sekerja, dan sebagai orang tua. Kesemuanya sangat bermamfaat dalam pengendalian masyarakat, masing-masing akan mengetahui batas-batas kewenangannya, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat tidak terjadi benturan-benturan antara peranan yang satu dengan peranan yang lainnya.

Pendidikan dalam peranan-peranan kelompok

(19)

masyarakat, suku atau golongan kedaerahan, kasta, dan lain-lain sejenisnya dalam lingkungan masyarakat. Kelompok-kelompok sosial seperti ini dalam menciptakan suatu lingkungan masyarakat yang stabil, lancar, dan tertib, para pemimpin dan masing-masing anggotanya darus dapat bertindak memainkan peranan-peranan antara lain:

a) Memainkan peranan kelompok sepenuhnya dalam kelompok masing-masing,

tanpa kehendak untuk memaksakan peranan-peranan itu kepada para anggota kelompok lainnya;

b) Dapat memainkan peran kelompoknya bersama-sama kelompok lain, apabila

diantara kelompok-kelompok itu telah terjadi kesepakatan bersama atau penyilangan kultur, biasanya dalam rangka penggabungan menjadi kelompok besar yang menghendaki perkembangan;

c) Sama sekali membatasi peranan-peranan kelompoknya dan menyusuaikan dengan

pernanan sosial dalam mengadakan interelasi atau hubungan-hubungan antar kelompok dalam lingkungan masyarakat, mencegah benturan-benturan dengan cara lebih menghargai atau menghormati peranan sosial.

Pendidikan dalam status kelompok dalam struktur sosial

Dalam status kelompok-kelompok masyarakat, struktur masyarakatnya cenderung untuk membentuk tiga kelompok yang lebih besar ditinjau dari persilangan-persilangan yang terjadi, yaitu;

(a) Kesukuan---kedaerahan,

(b) Kelas sosial---strata (struktur/lapisan) masyarakat,

(20)

Dalam suatu masyarakat kerap hidup beberapa suku, karena masing-masing merasakan adanya ikatan kebudayaan dan geografis atau kebudayaan yang mirip yang berlaku secara turun temurun serta para anggotanya dilahirkan, dikembangkan dan bertahan dalam kelangsungan hidupnya (viabilitas) persilangan-persilangan yang terjadi akan mewujudkan rasa kedaerahan. Demikian pula kelas-kelas sosial karena merasakan adanya keterikatan (kesamaan jenjang, gerakan, tuntutan dan tujuan), mereka akan mengadakan persilangan antara masing-masing kelas dan terwujudlah segmentasi atau pembentukan bagian yang lebih besar, dalam hal ini berbentuk lapisan masyakat. Lapisan masyarakat (strata) banyak berpengaruh pula dalam kelansungan hidup masyarakat.

Orang-orang dalam mempertahankan hidupnya dalam masyarakat haruslah bekerja. Adanya interelasi antara mereka yang mempunyai status pekerjaan yang sama atau mirip akan terjadi pertukaran pendapat, pengalaman, pikiran dan gagasan. Persilangan-persilangan status pekerja/pekerjaan akan melahirkan jenjang pekerjaan yang lebih besar dalam masyarakat.

Pendidikan Terintegrasi dalam Fungsi-fungsi Lembaga dalam Masyarakat

Adalah tak perlu diperkirakan bahwa suatu lembaga hanya menyelenggarakan satu fungsi. Kita perhatikan sekarang yang sederhana saja, seperti keluarga;

a. Memperhatikan anak-anaknya,

b. Para anggota keluarga satu dan lainnya saling membantu dan memberikan rasa

(21)

c. Menyelenggarakan fungsi-fungsi ekonomi serta membawasertakan pada upacara

keagamaan dan anggota keluarganya (ayah-ibu-kakak) sering bertindak sebagai pengganti guru dirumah,

d. Menyehatkan anak-anak, memberi gizi dan obat-obatan dan pelayanan-pelayanan

sosial lainnya.

Lembaga-lembaga itupun mempunyai fungsi-fungsi lainnya yang tidak jauh berbeda dengan fungsi-fungsi keluarga terhadap para anggotanya. Dalam lembaga, fungsi-fungsi itu dipisah-pisah-dibagi-bagi. Tidak dapat diperkirakan bahwa suatu fungsi sosial tertentu diselenggarakan secara eksklusif oleh suatu lembaga. Jika kita memahami pendidikan dengan seluruh kegiatan-kegiatannya, dimana anak-anak belajar dan dipelajari teknik-teknik, kebiasaan-kebiasaan serta perasaan-perasaan pada masyarakat dimana mereka hidup, adalah nyata bahwa sekolah tidak melakukan monopoli atas pendidikan.

Yang dimaksud dengan pendidikan dalam lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat umumnya adalah bagaimana lembaga itu memberikan keteladanan, profesionalisme, jauh dari kolusi-korupsi-nepotisme (KKN) serta mejalankan birokrasi sesuai prosedur dan proporsional. Fungsionaris yang ada pada lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsinya sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada sehingga akan melahirkan strukturisasi dan fungsionaris yang istiqamah serta citra lembaga sebagai institusi yang intelek dan berakhlak.

(22)

Dalam buku Manajemen Pendidikan Mutu berbasis Sekolah yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas (1999:6-7) diungkapkan beberapa indikator yang menjadi karesteristik dari konsep MPBS sekaligus mereflaksikan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak antara lain;

(1) lingkungan sekolah yang aman dan tertib,

(2) sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (3) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,

(4) adanya harapan yang tinggi dari personil sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya, termasuk siswa) untuk berprestasi,

(5) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK,

(6) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan dan atau perbaikan mutu,

(7) adanya komunikasi dan dukungan insentif dar orang tua siswa dan masyarakat lainnya.

(23)

Anilisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk membantu sekolah mengungkapkan dan mengidentifikasi permasalahan. Pentingnya analisis SWOT dilakukan agar dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang melekat dlam lingkungan internal sistem itu sendiri, serta peluang dan tantangan yang dating dari lingkungan eksternal sistem tersebut. Berbagai hasil studi empirik menunjukkan bahwa suatu manajemen itu akan berhasil jika mampu mengoptimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang dimilikinya serta mampu meminimalkan intensitas pengaruh factor kelemahan dan hambatan disertai upaya untuk memperbaiki atau mengatasinya (syamsuddin, 2000:5).

Dalam makalah ini, penulis perlu menjelaskan juga bahwa untuk membahas lebih rinci sejauh mana sosiologi mambahas tentang kependidikan dan begitu juga sebaliknya, maka dalam makalah ini kami sedikit akan memberikan informasi mengenai pendidikan dalam sosiologi. Namun ruang lingkup bahasannya terbatas pada lembaga pendidikan itu sendiri.

Menurut Stalcup:

1. Educational sociology; yakni merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan

(24)

2. Sociology educational, merupakan analisis terhadap proses-proses sosiologi yang

berlangsung dalam lembaga pendidikan. Takanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan itu sendiri.

Berikut defenisi sosiologi pendidikan menurut pakar sosilogi;

a. Fairchild, sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk

memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.

b. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki

stuktur dan dinamika proses pendidikan.

c. Ellwood, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari/menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.

(25)

yang mesti dibayar mahal menjadi agak terjangkau dengan terjalinnya hubungan antara lembaga-lembaga tersebut.

BAB III

PENUTUP

(26)

Teori Struktural fungsional adalah teori yang membahas tentang stratifikasi dan peranan (fungsi) yang ada didalam masyarakat. Teori ini menjelaskan bagaimana struktur yang ada itu berinteraksi dan berfungsi sesuai dengan peranan masing-masing lembaga tersebut dengan mengedepankan integrasi, Sehigga jika terjadi konflik sosial maka akan dengan mudah diselesaikan.

Pendidikan dalam teori ini bisa dilihat pada penjelasan singkat ini, bahwa setiap sturkturisasi jika berfungsi sesuai dengan stratifikasi yang diperankan maka akan membentuk lembaga-lembaga yang paradigmatis untuk mendidik masyarakat istiqama dan menjadi panutan. Artinya, fungionaris yang ada pada lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi serta peranannya yang sesuai oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Fungsionaris yang ada di birokrasi menjalankan fungsinya sebagai pelayan masyarakat, fungsionaris yang ada dalam lembaga adat, kultur dan budaya bahkan agama juga menjalankan perannya sesuai dengan amanah leluhur, pemuka agama dan lain-lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Nasikun.2011. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta : Rajawali press Guntur Petrus, ITB Bandung, www.edidbloger.blogspot.com/2008 Wahyu, Prof, makalah sosiologi pendidikan, 2006, hal. 5

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mahasiswa dapat melaksanakan dengan baik karena sekolah sudah memiliki kurikulum yang sudah ditetapkan oleh sekolah tersebut,

[r]

lebih dari 0,05 tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan buah jeruk. pada tingkat

Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun jeruk purut ( Citrus hystrix DC) dan jeruk nipis ( Citrus aurantifolia (christm) Swingle) diuji degan menggunakan

KOMPETENSI KEAHLIAN ( SKILL COMPETENCE ): TEKNIK GAMBAR BANGUNAN ( DRAWING BUILDING TECHNOLOGY )... Teknologi

Hasil dari program ini berupa suatu aplikasi berbasis web yang menampilkan suatu tampilan website mengenai penjualan pakaian yang ditunjukkan bagi masyarakat, dan layanan

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Iklan di Televisidan Kualitas Produk secara bersama- sama (Simultan) Terhadap Motivasi Pembelian Pelanggan Shampo Sunsilk Pada