• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untari Dewi 1606942501 RESUME PERBANDING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Untari Dewi 1606942501 RESUME PERBANDING"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Untari Dewi (1606942501)

RESUME PERBANDINGAN PROSES TAHAPAN PENELITIAN ANTARA METODE BRYMAN DAN NEUMAN

Sumber Utama:

Neuman, W. Lawrence, (2000), Social Reaserch Methods: Qualitative and Quatitative Approaches, 3rd ed., Boston: Allyn & Bacon, hlm. 11-15.

Bryman, Alan, (2004), Social Research Methods, 2nd ed., Oxford: Oxford University Press,

hlm. 62-65.

---Suatu penelitian merupakan proses pengujian dan penjelasan terhadap suatu masalah, dimana dengan melakukan penelitian, seorang peneliti diharapkan dapat memberikan jawaban atas masalah yang diteliti. Dalam bukunya, Bryman memaparkan tahapan dalam metode penelitiannya kedalam sebelas langkah yang diawali oleh teori karena menurutnya untuk melakukan suatu penelitian diperlukan alat yang tepat agar hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, adapun alat yang digunakan adalah teori yang telah ditemukan oleh peneliti sebelumnya. Bryman juga berpendapat bahwa, penelitian bisa juga dianggap sebagai suatu proses pengujian dari teori yang sudah ada. Adapun proses-proses tahapan penelitian yang dianggap paling mendekati kebenaran oleh Bryman adalah proses yang didasari dengan sebuah teori. Bryman beranggapan bahwa teori merupakan suatu paradigma yang dapat digunakan dalam mengupas masalah yang akan diteliti.

(2)

Adapun Neuman menjabarkan proses metode penelitian kedalam tujuh langkah yang diawali dengan penentuan masalah yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan focus pada masalah tersebut untuk mempersempit ruang lingkup suatu masalah yang akan diteliti. Selanjutnya mulai ditentukan desain penelitian itu sendiri, pengumpulan data, analisa data, penafsiran data, dan publikasi.

Keduanya memiliki tahapan tahapan yang hampir sama dimana keduanya memiliki tahapan proses desain penelitian, pengumpulan data, analisa data, dan juga penulisan data. Akan tetapi ada juga beberapa perbedaan yang terdapat dalam kedua metode tersebut. Dalam metode penelitian Bryman, proses penelitian diawali dengan adanya suatu teori, sementara Neuman mengawali dengan penemuan masalah itu sendiri. Pada tahapan kedua, mereka berdua sama-sama lebih memfokuskan masalah yang diteliti, hanya saja mereka menggunakan terminology yang berbeda dimana Bryman menyebutnya dengan hipotesa, sementara iannya ke dalam 11 langkah yang terdiri peneliti diharapkan untuk membuat suatu prosedur penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk dapat menguji suatu masalah penelitian. lebih mempertegas dengan memberikan gambaran penelitian kuantitatifAdapun tahapan kedua danjadi sebuah instrumen yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kajian ilmu hubungan internasional (HI) sendiri tidak pernah terlepas dari aspek penelitian sosial. Hasil dari penelitian sosial telah banyak digunakan guna menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi pada dunia internasional. Menurut Neuman, hasil dari sebuah penelitian sosial dapat dipakai sebagai bahan penelitian lain dan sebagian lagi dapat langsung memiliki implikasi di dalam praktik. Secara singkat, Neuman menganggap penelitian sebagai suatu cara untuk menemukan jawaban-jawaban dari berbagai pertanyaan yang ada. Penelitian sosial dilakukan oleh para ahli sosiologis untuk menjelaskan situasi sosial dunia. Oleh karena itu, saat membuat penelitian, seorang peneliti harus berpikir secara logis, bertindak mengikuti aturan, dan mengulangi langkah-langkah yang ada berulang kali.

(3)

mengenai dunia sosial. Pandangan ini tentu saja tak serta merta diterima keabsahannya, sebab sebelum adanya penelitian sosial terdapat sejumlah alternatif cara yang telah digunakan untuk menjelaskan apa yang yang diketahui manusia terkait dunia sosial tempatnya hidup. Sejumlah alternatif tersebut meliputi; otoritas (authority), tradisi (tradition), akal sehat (common sense), mitos-mitos media (media myths), dan pengalaman pribadi (personal experiences).1

Neuman menjelaskan satu-persatu tentang alternatif-alternatif ini. Otoritas itu artinya pihak-pihak yang memiliki posisi lebih tinggi (senior) dari seseorang, seperti: orangtua, guru, dan para ahli. Manusia sudah terbiasa untuk menjalankan apa yang diajarkan oleh pihak yang memiliki pengetahuan lebih dahulu atau banyak dari dirinya sendiri karena mereka dianggap memiliki kebijaksanaan. Belajar dari orang yang lebih tua dianggap cara termudah dan paling ideal untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan dalam berkehidupan. Tetapi, bergantung kepada pengetahuan orang yang lebih tua juga ada batasannya. Tidak selalu apa yang mereka ajarkan adalah ajaran yang benar, sebab waktu terus berputar dan pengetahuan manusia akan semakin berkembang. Jadi, bisa saja apa yang dulu dianggap wajar atau benar, bisa jadi sudah tak lagi sesuai dengan pemahaman manusia terhadap dunia yang senantiasa berubah.

Alternatif yang kedua menurut penjelasan Neuman adalah otoritas dari masa lampau, atau yang lebih dikenal dengan tradisi. Pemahaman termudah akan tradisi yakni sesuatu yang telah turun-temurun dipercaya karena memang begitu adanya. Ada banyak tradisi yang punya dasar pengukuhan yang kuat, karena keabsahannya yang sudah tidak terbantahkan oleh waktu dan kerap teruji dari masa ke masa. Hal ini menyebabkan terkadang ada keengganan manusia untuk meninggalkan tradisi karena selain dianggap tidak menghormati warisan terdahulu juga ketakutan akan terkena imbas negatif jika tidak mengikutinya. Padahal, tradisi yang notabene lahir dari tingkat pemahaman manusia yang masih bersifat rendah sebagian besar dimulai dari kepercayaan akan sesuatu yang sifatnya benar/salah dan baik/buruk tanpa disertai pembuktian secara kuat dan mendalam terkait kadar kebasahannya itu sendiri.

Neuman kemudian menempatkan akal sehat sebagai alternatif yang ketiga. Akal sehat berasal dari logika pemahaman manusia terhadap sesuatu yang mereka anggap paling masuk di akal. Karena manusia memiliki kemampuan berpikir dengan akal jernihnya, maka mereka dapat dengan mudah membedakan hal dianggap tak sesuai dan hal yang sepatutnya dilakukan

(4)

dalam menjalani kehidupan. Karena itulah, akal sehat sangat penting untuk diterapkan sehari-hari, terutama di saat akan mengambil sebuah kesimpulan ataupun membuat suatu keputusan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah alternatif ini memilki kecenderungan logical fallacies yang cukup besar serta terkadang mengandung unsur kontradiksi. Hal tersebut dapat tterlihat ketika seseorang berusaha menemukan titik temu di antara akal sehat yang dia punya dengan kepercayaan religiusnya yang terkadang sering bertolak-belakang.

Selanjutnya, alternatif keempat merupakan perwujuan dari mitos-mitos media. Di era yang serba digital seperti sekarang ini, media tentu saja berperan penting di dalam memenuhi kebutuhan manusia akan pengetahuan. Pada masa ketika media massa menjadin sarana untuk menyebarkan informasi secara utuh, media memberikan kontribusi yang amat besar di dalam mengkonsepsi pemahaman manusia tentang banyak hal. Sayangnya, perkembangan teknologi yang ada sekarang justru membuat media menjadi pedang bermata dua, sebab informasi yang ada terkadang telah diputar-balikkan faktanya sedemikian rupa sehingga tak lagi sepenuhnya benar melainkan demi menggiring opini mereka terhadap keabsahan yang sifatnya semu atau sesuai dengan kepentingan pihak tertentu. Hal ini yang menyebabkan munculnya pemahaman yang kurang tepat terhadap isu-isu tertentu yang diberitakan di media saat ini.

Terakhir, alternatif yang disampaikan oleh Neuman adalah yang asalnya dari sendiri, yakni pengalaman pribadi. Seorang individu mungkin berasal dari sebuah keluarga, memiliki pengaruh tradisi yang kuat, berintuisi yang kuat untuk berpikir secara sehat, serta mempunyai akses luas akan media. Namun, salah satu hal yang paling berharga dari hidup seseorang ialah pengalaman yang ia jalani selama masa hidupnya. Pengalaman seseorang bisa berupa banyak hal, mulai dari yang sifatnya positif hingga negatif. Namun, aspek yang paling berbeda yakni dalam suatu pengalaman terdapat komponen pembelajaran (learning process), sehingga dapat mendekati keabsahan yang sesungguhnya. Meski begitu, pengalaman setiap manusia itu bisa berbeda-beda (seeing is believing), sehingga suatu hal yang ditemukan oleh seorang individu belum tentu dapat ditemui juga oleh individu yang berbeda.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka Neuman berkeyakinan bahwa pengetahuan yang didapat lewat cara-cara alternatif tersebut bisa saja benar, namun pengetahuan yang diperoleh dari penelitian kemungkinan besar lebih tepat hasilnya dan memiliki potensi error yang lebih kecil, karena tidak ada pengetahuan sosial yang sifatnya mutlak sempurna.2 Maka dari inilah,

(5)

pendekatan keilmuan memainkan peranan krusial di dalam mengelola suatu penelitian sosial. Peneltian sosial yang didasarkan kepada pendekatan keilmuan yang sesuai, akan menciptakan hasil penelitian yang lebih absah. Peranan teori pada sebuah penelitian adalah untuk mencari keterkaitan antara ide-ide yang ada dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Karena itulah, terlepas dari data kualitatif maupun kuantitatif yang dimilikinya, tak akan ada artinya apabila peneliti belum memiliki bukti-bukti empiris terkait penelitiannya.

Terkait dengan aspek keilmuan dalam sebuah penelitian sosial, Neuman menambahkan pada 5 norma dasar yang disepakati oleh komunitas keilmuan, yakni:3 universalism (siapa & di mana dibuatnya), organized skepticism (bukti dipertanggung-jawabkan), disinterestedness (bersifat netral dan terbuka), communalism (kesadaran berbagi), serta honesty (dibuat dengan jujur). Kelima norma tersebut dipercaya harus dimiliki oleh seorang peneliti di saat membuat penelitian sosialnya. Selain itu, ada juga metode yang harus digunakan oleh seorang peneliti meliputi: ide-ide, peraturan, teknik, dan pendekatan. Neuman berpendapat bahwa, penelitian sosial identik dengan cara untuk mentransformasi hipotesis menjadi suatu ilmu pengetahuan. Itu artinya, sebuah penelitian membutuhkan sebuah proses yang terdiri atas tahapan-tahapan guna menyusun sebuah kesimpulan yang dapat memiliki suatu nilai keabsahan.

Dalam suatu proses penelitian diperlukan beberapa tahapan yang dapat dilakukan agar proses penelitian berjalan dengan baik dan dapat memberikan hasil yang tepat. Adapun proses penelitian yang dilakukan para peneliti mungkin beragam akan tetapi proses yang dilakukan pada dasarnya merujuk pada satu sistem kesatuan yang terdiri dari tujuh tahap secara berurutan. Adapun urutan-urutan tersebut adalah sebagai berikut:4

1. Topik. Dalam proses penelitian, seorang peneliti sebaiknya mulai mencari suatu topik tentang masalah-masalah sosial ataupun hubungan internasional yang terjadi di sekitarnya seperti hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Tiongkok, LGBT, migran, dll. Akan tetapi topik yang dipilih biasanya masih terlalu luas untuk diteliti sehingga seorang peneliti sebaiknya melakukan langkah yang kedua yaitu membuat pertanyaan-pertanyaan yang lebih fokus pada topik penelitian.

2. Fokus. Dalam proses yang kedua ini, peneliti akan membuat satu pertanyaan yang bisa lebih memfokuskan pada hal yang akan diteliti, misalnya dalam penelitian hubungan

3Ibid, hlm. 8.

(6)

diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok bisa lebih dipersempit dengan membuat suatu pertanyaan seperti “Bagaimana perkembangan hubungan dagang antara Indonesia dengan Tiongkok setelah konflik perebutan pulau Natuna?”. Setelah topik yang diteliti menjadi lebih fokus, biasanya akan dilanjutkan dengan proses mempelajari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan supaya dapat membuat suatu kesimpulan ataupun hipotesis dari penelitian tersebut.

3. Rancangan Penelitian. Setelah melakukan kedua langkah diatas, dalam proses ini seorang peneliti akan mulai merancang bentuk penelitian yang akan dilakukan. Penelitian dapat dilakukan dalam bentuk survei ataupun terjun langsung ke lapangan untuk mengamati objek penelitian. Apabila penelitian dilakukan dalam bentuk survei, maka dalam proses ini juga akan ditetapkan jumlah orang yang harus di survei dan pertanyaan—pertanyaan yang harus ditanyakan untuk mendapatkan jawaban atas penelitian tersebut.

4. Pengumpulan Data. Dalam proses pengumpulan data, apabila dalam bentuk survei, daftar pertanyaan yang telah dibuat akan dibagikan kepada responden untuk mengetahui tanggapan mereka tentang hal-hal yang ditanyakan dalam daftar pertanyaan. Dan apabila penelitian dilakukan dalam bentuk pengamatan di lapangan, maka pengumpulan data bisa langsung dilakukan dengan mengunjungi tempat yang akan diteliti dan mendata hal-hal yang bisa mendukung proses penelitian.

5. Data Analisa. Setelah semua data terkumpul maka seluruh data akan dianalisa untuk menghasilkan suatu pola yang dapat dijabarkan dan memberikan hasil akhir yag dapat disimpulkan dari hasil penelitian tersebut.

6. Penjabaran Data. Dalam proses ini, peneliti akan menjabarkan semua data-data berdasarkan bukti-bukti yang berhasil terkumpul dari hasil penelitian tersebut. Penjabaran tersebut memberikan suatu kesimpulan berdasarkan seluruh hasil analisa data yang dapat dijadikan acuan dalam proses pengembangan penelitian.

7. Publikasi. Setelah semua langkah selesai maka seorang peneliti akan membuat tulisan yang memuat semua proses penelitian yang telah dilakukan. Dalam tulisan tersebut akan dijabarkan tentang latar belakang kenapa penelitian ini dilakukan, bagaimana proses penelitian dilakukan, dan hasil akhir yang ditemukan dari penelitian tersebut.

(7)

Review yang berjudul “The Political Economy of Madness; The expansion of Asylum in Progresive America”.5

1. Topik

Topik yang dipilih dalam penelitian tersebut adalah peningkatan yang sangat pesat pada jumlah penghuni rumah sakit jiwa dan hubungannya dengan kebijakan publik.

2. Fokus

Penelitian tersebut lebih difokuskan pada peningkatan yang dramatis pada jumlah penghuni rumah sakit jiwa di Amerika Serikat antar tahun 1880-1920. Penelitian tersebut berdasarkan dua buku tentang sejarah penyakit jiwa di Amerika Serikat yang ditulis oleh Gerald Grob yang mendokumentasikan tentang kondisi penjara, rumah rehabilitasi dan rumah sakit jiwa yang tidak manusiawi yang harus diperbaiki dan tidak adanya perbaikan sistem perundanganan tentang kondisi tersebut yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penghuni rumah sakit jiwa. Ini diperparah dengan kondisi tak adanya sistem kesejahteraan sosial bagi warga tak mampu dan banyaknya penampungan warga tidak mampu yang ditutup, dan satu-satunya institusi yang dapat menampung mereka adalah rumah sakit jiwa sehingga mereka mengklasifikasikan diri mereka sebagai orang sakit jiwa agar mereka bisa mendapatkan makan, tempat tinggal, dan perawatan.

3. Desain Penelitian

Berangkat dari fokus diatas Sutton mulai meneliti tentang konteks bersejarah secara menyeluruh tentang kondisi tersebut dan bagaimana rumah sakit jiwa dioperasikan saat itu. Dia juga memberikan statistik untuk mengukur karakteristik ekonomi dan politik tiap wilayah.

4. Pengumpua n Data

Sutton mulai mempelajari penelitian sejarah ilmu kejiwaan, rumah sakit jiwa & kebijakan pemerintah di masa itu. Ia juga mengumpulkan data kuantitatif tentang ukuran populasi orang sakit jiwa, persaingan politik, kekayaan negara, dan karakteristik negara lainnya.

5. Analisa Data Berdasarkan pengumpulan data yang ada, Sutton berhasil menganalisa bahwa peningkatan jumlah penghuni rumah sakit jiwa terjadi

(8)

berdasarkan karakteristik ekonomi dan politik suatu wilayah. Populasi orang sakit jiwa berkembang pesat di daerah yang memiliki sumber daya yang banyak, persaingan politik yang semakin ketat di kalangan partai politik, jumlah penduduk dan orang lanjut usia yang lebih banyak. Sutton juga menemukan bahwa populasi sakit jiwa tidak terlalu meningkat di wilayah yang mendapatkan bantuan negara.

6. Penjabaran akhirnya dipublikasikan dalam American Sociological Review.

Tahapan-tahapan inilah yang lalu dijadikan acuan oleh Neuman untuk membuat suatu penelitian dalam ilmu sosial. Tahapan yang hampir serupa juga diusung oleh Bailey di dalam

Methods of Social Research, namun lebih disederhanakan lagi menjadi lima tahapan, yaitu:6

memilih masalah penelitian dan menyatakan hipotesis mengenai masalah, membentuk desain penelitian, pengumpulan data, analisa data, serta penjabaran data untuk menguji kebenaran hipotesa yang digunakan. Dalam hal ini, Bailey pun menerangkan bahwa tahapan-tahapan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk memastikan bahwa proses penelitian benar-benar dapat menghasilkan penemuan yang tepat dengan menggunakan tahapan ini.

Lebih lanjut, Neuman juga menjelaskan pembagian bentuk penelitian menjadi dua yaitu, penelitian dengan bentuk Kuantitatif dan Kualitatif dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. Masing-masing bentuk penelitian ini memiliki kekuatan dan kelemahan, dan menurutnya penelitian terbaik adalah penelitian yang menggunakan kombinasi dari bentuk kuantitatif dan kualitatif. Perbedaan yang signifikan antara keduanya diterangkan lebih rinci dalam bentuk tabel7

KUANTITATIF KUALITATIF

Fakta berdasarkan objek yang diteliti Membentuk realitas social, nilai-nilai budaya Fokus pada data variabel Fokus pada proses interaksi, atau peristiwa

6 Bailey, D. Kenneth, (1994), Methodsof Social Research, 4th ed., New York: The Free Pressa, hlm. 65-66.

(9)

Kunci dari penelitian ini dapat diandalkan Kunci dari penelitian ini adalah keasliannya

Konteks nya bebas Tergantung dengan situasi

Bebas dari nilai-nilai Nilai-nilai harus ada dan jelas

Subyeknya banyak Subyeknya sedikit

Analisa secara statistic Analisa secara tematik Peneliti nya tidak terikat dengan obyek yang

diteliti

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern pada

Tenaga atau pancaran yang memancar melalui jari2 kanan itu adalah ia bersifat QUDRAT (kuasa) ILAHIAH,ianya berfungsi mentadbir atau mengadakan sesuatu yang bersifat

Halaman Raport siswa merupakan halam- an yang berfungsi untuk menampilkan ke- seluruhan rekan nilai siswa setiap anak. Pada halaman Raport ini wali kelas dapat me-

a. Kecepatan absorpsi yang tinggi menguntungkan untuk obat lepas terus menerus. Kecepatan pelepasan ini merupakan tahap penentu kecepatan untuk keberadaan obat dalam tubuh.

Kelas yang diobservasi oleh praktikan sebanyak 1 kelas yaitu X TKJ. Guru yang mengajar adalah Bapak Wahyudhi Hatmoko, S.Pd.T. Selaku guru mata pelajaran Pemrograman Dasar

Inko Java Semarang Uji Hipotesis: Uji T, Uji F, Dan Koefisien Determinasi Kerja karyawan; Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas

Berdasarkan data hasil penelitian dari ketiga partisipan terlihat bahwa faktor yang berperan dalam proses terbentuknya harga diri pada mantan pecandu narkoba yang bekerja di

Konsultan harus bekerjasama sepenuhnya dengan pengguna anggaran/pejabat pembuat komitmen dalam melakukan pengawasan teknis / supervisI teknis atas pelaksanaan pekerjaan