SEDER PESAKH DAN MAKNA KEMATIAN YESUS SANG MESIAS
BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT MANUSIA
Teguh Hindarto
Latar Belakang Historis
Membaca perikop Lukas 22:14-23, tanpa memahami latar belakang sejarah dan keagamaan serta kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms akan membuat kita kehilangan akar historis dan essensi dibalik peristiwa tersebut. Kekristenan Barat menyebut peristiwa tersebut dengan Last Supper (Perjamuan Terakhir).
Seolah-olah Yesus Sang Mesias makan malam terakhir sebelum Dia ditangkap oleh prajurit Romawi untuk dihukum, disiksa dan disalibkan.
adalah, Tata Cara, namun istilah ini menunjuk pada tata cara
makan dan perayaan yang
dilaksanakan saat Pesakh. Hari ini, bagian-bagian dari peristiwa Paskah, doa-doa, cerita dan berbagai hidangan yang dimakan
dipersiapkan dalam bentuk
Haggadah (penceritaan) yang mengumpulkan cerita Kitab Suci
mengenai keluarnya Bangsa
Israel dari Mesir dengan
tambahan-tambahan Rabinik.
Banyak dari ciri-ciri dalam Seder
Modern tetap dilaksanakan
dimasa hidup Yeshua”1. Untuk dapat memahami makna yang terkandung dalam Seder Pesakh, maka perlu mengkaji unsur-unsur liturgis dan berbagai hidangan yang tersedia selama pelaksanaan Seder Pesakh, yaitu :
1
DR. David Stern, Jewish New
Testament Commentary, JNTP, 1998, p.78
Cawan Berkat/Pengudusan
Meminum anggur pertama, dengan terlebih dahulu mengucap syukur dan mengucapkan Berakhah (berkat). Anggur yang diminum bukanlah anggur berfermentasi sebagai lambang tanpa dosa dan cela.
Cawan Tulah
Meminum anggur kedua, sebagai lambang peringatan terhadap peristiwa YHWH membebaskan Bangsa Israel dari Mesir. Nama-nama tulah disebutkan sambil mencelupkan jari kelingking kedalam cawan sebagai simbol berkurangnya sukacita.
Shulen Orekh
penderitaan di Mesir. Namun demikian ada rencana yang indah dan manis dibalik berbagai penderitaan yang pahit. Ini dilampangkan dengan Kharoset.
Maror : Rempah pahit
Karpas : Selada
Kharoset: Campuran kacang
tanah, apel dan madu
Memakan Afikomen
Ada tiga Matsah (roti tidak beragi) yang ditaruh dalam kantung. Matsah yang ditengah diambil dan dipatahkan. Matsah yang dipatahkan, dibungkus dengan kain putih dan disembunyikan. Nama Matsah yang dipatahkan dan dibungkus kain putih disebut dengan Afikomen yang artinya „hidangan penutup‟. Afikomen inilah yang dipergunakan oleh Yesus saat melaksanakan Seder Pesakh, untuk melambangkan tubuh-Nya yang akan dipecah-pecah dan diserahkan bagi penebusan manusia dari kutuk dosa. 11:23-24).
Cawan Penebusan
melambangkan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk menebus manusia dari kutuk dosa.
Cawan Pujian
Meminum anggur keempat yang merupakan penutup sebagai simbol ucapan syukur kepada Bapa Sorgawi yang telah mengaruniakan segala sesuatu yang baik.
Cawan Elia
Meminum anggur kelima sebagai tambahan. Dalam tradisi Yahudi Ortodox, yaitu yang belum menerima Yesus Sang Mesias anggur kelima ini berisikan pengharapan erhadap Elia yang akan datang untuk meratakan jalan Mesias (Mal 4:5-6). Sampai hari ini, mereka mengharapkan kedatangan Nabi Elia. Namun bagi orang-orang Yahudi pengikut Mesias, tradisi ini dipelihara dengan pemahaman baru bahwa Elia sudah datang, yaitu Yohanes Pembaptis namun diakhir zaman, Elia akan datang kembali untuk mempersiapkan
kedatangan Yesus yang kedua kali.
Makna Teologis Unsur-unsur dalam Seder Pesakh
Cawan apa? Roti apa? Dengan mengikuti latar belakang historis dan keagamaan Yudaisme paska pembuangan Babilonia, maka cawan yang dimaksud adalah cawan berisi anggur dan roti yang dimaksud adalah roti tidak beragi (Ibr: matsah). Gereja dan Kekristenan pada umumnya yang tidak memiliki pemahaman terhadap akar Ibrani sebagai akar Kekristenan, memaknai roti dan anggur sebagai unsur utama yang harus ada dalam Pesakh namun melepaskan dua unsur tersebut dari unsur-unsur yang lain (maror, kharoset, matsah). Bahkan roti yang dipergunakan oleh Gereja dan Kekristenan pada umumnya dipergunakan roti biasa yang beragi.
Pemahaman tentang Roti Tidak Beragi (matsah) didasarkan atas perintah YHWH di Sinai untuk dilakukan Bangsa Israel turun temurun sebagaimana dikatakan dalam Imamat 23:5-8 sbb: “Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan
mengadakan pertemuan kudus,
janganlah kamu melakukan
sesuatu pekerjaan berat. Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada (YHWH) tujuh hari lamanya; pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan
kudus, janganlah kamu
melakukan sesuatu pekerjaan berat."
Perintah YHWH di Sinai untuk mereklamasi peristiwa historis keluarnya Bangsa Israel dari Mesir untuk menerima pembebasan dan penebusan YHWH sebagaimana dikatakan dalam Keluaran 12:1-15 sbb: “Berfirmanlah (YHWH) kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama
bagimu tiap-tiap tahun.
jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh
masing-masing seekor anak
domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga. Teta pi jika rumah tangga itu terlalu kecil
jumlahnya untuk mengambil
seekor anak domba, maka ia
bersama-sama dengan
tetangganya yang terdekat ke rumahnya haruslah mengambil seekor, menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu, kamu
buatlah perkiraan menurut
keperluan tiap-tiap orang. Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu
boleh ambil domba atau
kambing. Kamu harus
mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang
berkumpul, harus
menyembelihnya pada waktu
senja. Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya. Dagingnya
harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur
pahit. Janganlah kamu
memakannya mentah atau
direbus dalam air; hanya
dipanggang di api, lengkap dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya. Janganlah kamu tinggalkan apa-apa dari daging itu sampai pagi; apa ya ng tinggal sampai pagi kamu bakarlah habis dengan api. Dan beginilah kamu
memakannya: pinggangmu
berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu;
buru-burulah kamu memakannya;
itulah Paskah bagi (YHWH). Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang,
akan Kubunuh, dan kepada
tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi (YHWH) turun-temurun.
Kamu harus merayakannya
sebagai ketetapan untuk
selamanya. Kamu makanlah roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya; pada hari pertama pun kamu buanglah segala ragi dari rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sa mpai hari
ketujuh, orang itu harus
dilenyapkan dari antara Israel.
Dengan pemahaman historis dan keagamaan Yahudi Abad I Ms yang merupakan kelanjutan keturunan Israel yang mengalami pembebasan dari perbudakan Mesir dan yang telah menerima Torah di Sinai, maka konteks peristiwa ritual yang dilaksanakan Yesus dalam Lukas 22:14-23 menjadi utuh. Yesus dan para murid-murid-Nya melaksanakan Seder Pesakh pada
petang hari saat memasuki Tgl 14 Nisan.
Dalam Seder Pesakh malam itu, Yesus memberikan makna baru dalam setiap unsur-unsur di dalamnya. Khususnya simbolisasi matsah ( roti tidak beragi) dan kos (cawan) berisi pri hagafen (hasil buah anggur).
Mengenai cawan berisi anggur, Yesus berkata dalam Matius 22:17 dan 20 sbb: “Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.
Demikian juga dibuat-Nya
dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
Mengenai roti tidak beragi, Yesus berkata dalam Lukas 22:19 sbb: ”Lalu Ia
mengambil roti, mengucap
syukur, memecah-mecahkannya
dan memberikannya kepada
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
Yesus menghubungkan matsah dengan tubuh-Nya yang akan diserahkan untuk untuk semua orang. Artinya, diri-Nya akan ditangkap, disiksa dan dibunuh di kayu salib untuk menggenapkan rencana Bapa-Nya, penebusan manusia dari kutuk dosa yaitu maut. Dan cawan berisi anggur dihubungkan dengan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk membasuh dosa semua orang. Darah ini menjadi meterai “perjanjian yang diperbarui” (Ibrμ brit khadasha). Perjanjian pertama dimeteraikan oleh darah, demikian pula perjanjian yang diperbarui dimeteraikan oleh darah, sebagaimana dikatakan Ibrani 9:22 sbb: “Dan hampir segala
sesuatu disucikan menurut
(Torah) dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”
Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min. menjelaskan sbb:
“Yesus memulai Perjamuan
Malam Terakhir menurut tata cara Taurat dan tradisi Yahudi. Namun ada yang tidak lazim pada Perjamuan Malam Terakhir
di Yerusalem itu: Yesus
memaknai roti dan anggur secara
baru, memberi perspektif
eskatologis yang baru dan
menetapkan perjamuan
malam...Perjamuan yang Yesus inginkan adalah seperti pada perayaan Paskah Yahudi, suatu peringatan akan Keluaran, tetapi yang ditarik lebih jauh sampai pada peristiwa Salib yang pada waktu itu masih akan terjadi, dan
dalam pengharapan akan
kedatangan Kerajaan (Tuhan) di masa depan”2
Ada beberapa catatan penting berkaitan dengan meminum anggur dan roti tidak beragi. Pertama, sebelum meminum anggur dan memakan
Dinamika Perayaan-Pelayanan,
Jakarta: Unit Publikasi dan
Dalam teks Yunani digunakan
kata ε α ι η α
(eucharistesas) yang merupakan bentuk orang pertama tunggal lampau dari kata ε α ι εω (eucharisteoo). Dari kata ini kelak kita mengenal istilah Ekaristi dalam Gereja Katholik yang dilaksanakan setiap moment penting dalam peribadahan dan hari raya. Namun pengertian Ekaristi akhirnya menjadi istilah dan ritual yang terlepas dari Seder Pesakh dan menjadi sebuah ritual yang bersifat magis dan eksklusif. Jika kita memahami budaya dan keagamaan Yahudi, maka kata “mengucap syukur” disana adalah ucapan berakah yang ditandai dengan mengucapkan, “Baruk Atta YHWH Eloheinu hu Melek ha
Olam bore pri hagaven”
(Diberkatilah Engkau YHWH Tuhan kami Raja Alam Semesta yang telah menciptakan buah anggur) dan ucapan “Baruk Atta YHWH Eloheinu Hu Melek ha Olam we tsiwanu al akelat matsah” (Diberkatilah Engkau YHWH Tuhan kami Raja Alam
Semesta yang telah memerintahkan kami makan roti tidak beragi). Namun Lukas 22:17 ini tidak tercantum dalam Peshitta Aramaik. Tidak jelas mengapa demikian.
Kedua, kalimat “memecah roti”. Dalam Kitab Perjanjian Baru, ada beberapa kali kalimat “memecah roti” muncul. Saat Yesus memberi makan 4000 orang (Mat 14:19), saat Yesus melakukan perjamuan malam sebelum Pesakh yang jatuh tgl 14 Nisan (Mat 26:26) dan saat paska kenaikan Yesus ke Sorga. Para rasul dan murid-murid Yesus bertekun dalam persekutuan, doa, pengajaran dan memecah roti dirumah-rumah (Kis 2:42, 46, Kis 20:7).
Melekh ha Olam ha Motsi Lehem min ha Arets” (diberkatilah Engkau ya YHWH Tuhan Raja Alam Semesta yang telah memberikan kami roti dari bumi). (2) Memecah roti dalam Matius 26:26 merupakan bagian dari Seder Pesakh. (3) Memecah roti dalam Kisah Rasul 2:42,46, Kis 20:7, menunjuk pada tata cara makan dan pengucapan syukur Ibrani setiap hari atau pada harihari khusus seperti Sabat atau pada waktu hari raya. Kisah 20:7 merupakan kegiatan Havdalah atau penutupan Sabat yang ditandai dengan makan khallah (Roti Beragi) dengan anggur. Kisah Rasul 2:42,46 dapat juga dimaknai sebagai perluasan Seder Pesakh secara praktis untuk mengingat Mesias (1 Kor 11:25-26).
Ketiga, kata “pokok
anggur” dalam Lukas 22μ18 dalam teks Yunani digunakan kata γε η α ο (genematos) bukan οι ο (oinos). Apa artinya? Kata genematos dipergunakan untuk buah anggur yang telah mengalami pemerasan dan belum
mengalami fermentasi atau peragian. Sementara oinos adalah anggur yang berfermentasi. Ketika Rasul Paul mengatakan, “janganlah kamu mabuk oleh anggur” (Ef 5μ18) kata yang digunakan adalah oinos bukan genematos. Kitab Hebrew New
Testament yang merupakan
terjemahan Ibrani dari naskah Yunani, menggunakan ןפג ירפ (pri hagaven) untuk menerjemahkan genematos dan ןיי (yayin) untuk oinos. Penggunaan anggur tidak berfermentasi ini sebagai konsekwensi penggunaan roti tidak beragi sebagai lambang kesucian, tanpa dosa.
Keempat, kalimat
otak. Seder Pesakh dilaksanakan satu tahun sekali saat jatuh Tgl 14 Nisan untuk mengingat dan merenungkan karya Mesias yang telah menumpahkan darah dan menyerahkan tubuh-Nya bagi dosa-dosa manusia. Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min mengatakan, “Selanjutnya ajaran Yesus kepada murid-murid-Nya yaitu “...perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” yang sampai kepada gereja melalui tulisan Lukas dan Paulus, telah membuat Liturgi Meja suatu
ibadah yang dilaksanakan
selama-lamanya olreh gereja”3
Apakah Easter = Pesakh? Kata Easter dipergunakan untuk mengistilahkan “Paskah”. 3
Ibid., hal 21
Dalam terjemahan versi King James, ayat tersebut disematkan satu kali dalam Kisah Rasul 12:4, “And when he had apprehended him, he put him in prison, and delivered him to four quaternions of soldiers to keep him; intending after Easter to bring him forth to the people”.
yang penuh cinta dan dihubungkan dengan kesuburan yang dilambangkan dalam bentuk telur atau kelinci” (C.J. Koster, Come Out of Her My People, Institute For Scriptures Research, 1998, p.25).
Apakah Eukaristi=Pesakh? Kata Ekaristi lazim dilaksanakan dalam Gereja Katholik. Kata Ekaristi sendiri berasal dari kata Yunani
Eucharisteo yang bermakna
“ucapan syukur” (Mat 15:36, 1 Kor 10:30), “berterimakasih” (Rm 16:4). Karakteristik dalam Ekaristi adalah :
Memakan Roti
Mayoritas Kekristenan saat Ekaristi atau Perjamuan Kudus, memakan roti bundar tipis (wafer yang di press) atau roti biasa yang beragi. Penggunaan wafer atau roti tidak beragi, membuang makna yang terdalam dalam Seder Pesakh. Matsah, roti tidak beragi, melambangkan membuang dosa dan kenajisan. Rasul Paul menggunakan
lambang Matsah dalam pengajarannya (1 Kor 5:7-8).
Dalam naskah Yunani, kata ARTOS selalu dipergunakan baik untuk roti yang beragi (Mat 14:17, Mat 6:11, Kis 2:42, Kis 20:7), roti yang dipersembahkan secara khusus (Mat 12:4, Ibr 9:2) maupun roti yang tidak beragi saat Pesakh (Mat 26:26, 1 Kor 11:23-24). Jika secara khusus menyebut roti tidak beragi, biasanya digunakan kata AZUMOIS (1 Kor 5:7-8).
Meminum Anggur
Beberapa istilah untuk anggur dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani adalah :Gennema (Luk 22:14-20), Oinos (Mrk 15:22-23), Oxos (Mat 27:33, Luk 23:36, Yoh 19:28-30).
Saat Yesus melaksanakan Seder dan menggunakan anggur dalam Cawan Penebusan, naskah Yunani tidak menuliskan Oxos atau Oinos yang dapat memabukkan, melainkan dipergunakan Gennema yang bermakna “anggur asli yang diperas”. τnggur yang diperas melambangkan kemurnian, tanpa dosa dan cela.
Dengan melihat
pemahaman di atas, maka Ekaristi dan Perjamuan Kudus disatu sisi dapat disebut sebagai distorsi (kerusakan) atas pelaksanaan Seder Pesakh Yahudi yang dilepaskan dari keseluruhan rangkaian dan hanya difokuskan pada makna roti dan anggur sebagai tubuh dan darah Yesus Sang Mesias.
Namun demikian, sekalipun terjadi distorsi bukan
berarti Ekaristi dan Perjamuan Kudus tidak sah dan tidak layak dilaksanakan. Kita dapat tetap melaksanakan Ekaristi atau Perjamuan Kudus namun tentunya dengan roti yang tanpa ragi sebagai lambang tanpa dosa serta anggur tidak berfermentasi sebagai lambag darah yang murni.
Adalah lebih baik lagi dapat melaksanakan Seder Pesakh dalam bingkai yang utuh tanpa melepaskan unsur Ibrani dan Yahudi dalam ritual tersebut, sebagaimana pernah dilakukan Yesus Sang Mesias.
yang tubuhNya dipecah-pecah dan darahNya yang ditumpahkan, bagi pengampunan dosa umat Israel dan umat manusia.
Meredefinisi Unsur Liturgi Kekristenan
Pemahaman terhadap kajian historis dan keagamaan Yudaisme Abad I Ms terkait pelaksanaan Seder Pesakh yang juga dilaksanakan oleh Yesus Sang Mesias sebagai perlambang yang menunjuk peranan Mesianisnya, sudah selayaknya unsur-unsur Seder Pesakh dimasukkan dalam Liturgi Gereja saat melaksanakan Perjamuan Paskah. Gereja dan Kekristenan hanya melaksanakan unsur-unsur meminum anggur dan memakan roti namun melepaskan unsur-unsur yang lain (empat cawan anggur, matsah, maror, karpas, kharoset). Bahkan anggur yang diminum pun anggur berfermentasi yang justru mendistorsi makna Perjamuan Paskah yang tanpa ragi sebagai simbolisasi membuang dosa. Ragi adalah lambang dosa dan
kejahatan. Demikian pula roti yang dimakan justru roti yang mengandung ragi padahal Pesakh jauh dari ragi dalam segala aspek kehidupan dan makanan. Matsah bermakna roti yang tidak beragi. Yesus menggunakan lambang roti tidak beragi untuk melambangkan dirinya, tubuhnya yang dipecah dan dipersembahkan bagi pengampunan dosa. Jika unsur-unsur teologis utama yang merefleksikan karya Yesus Sang Mesias direpresentasikan oleh sesuatu yang secara simbolik tidak akurat, lalu bagaimana pesan Mesianis kematian dan kebangkitan Yesus dapat dihayati dengan benar?
Meredefinisi Terjemahan Kitab Suci
peristiwa yang dilakukan oleh Yesus dan para murid-Nya dengan setting historis kultur semitik hebraik. Contoh The Yeshua, because they were afraid of the people” (Luk 22:2 CJB) gave it to them and said, "This is my body, which is being given for you; do this in memory of me." (Luk 22:19 CJB).
Perhatikan terminologi semitik yudaik seperti matzah, pesakh, kohanim, torah teacher,
seder berakhah akan
mendekatkan pembaca non Yahudi kepada kultur dan pemahaman yang benar terhadap pelaksanaan Seder Pesakh.
Nilai dan Makna Kematian Yesus
Sebelum kita mengupas makna kematian Yesus bagi penghapusan dosa umat manusia, kita akan mengkaji terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan Dosa Asal (Original Sin). Saya lebih memilih istilah ini karena memang istilah inilah yang lebih tepat dan dipergunakan untuk menjelaskan asal usul dosa dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris. Tidak ada istilah Dosa Waris kecuali penafsiran beberapa golongan Kristen yang membuat istilah tersebut menjadi rancu. Karena memang dosa tidak diwariskan sebagaimana dikatakan dalam Yekhezkiel 18:20, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut
ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan
anaknya. Orang benar akan
menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”.
Dosa Asal (Original Sin)
Dosa berawal ketika manusia melanggar perintah Tuhan YAHWEH agar tidak memakan buah Pohon Pengetahuan Baik dan Pengetahuan Jahat sebagaimana dikatakan: “Lalu YHWH Tuhan ( י א י) memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau
memakannya, pastilah engkau mati”(Kej 2μ16-17).
Namun ular membisikkan kata-kata dusta dengan memutarbalikkan apa yang dilarang oleh Yahweh kepada manusia, menjadi diperbolehkan, “Ular itu berkata kepada
perempuan itu: "Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1) dan
ketika manusia perempuan
(ishah) menjawab: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."(Kej 3:2-3),
maka ular kembali
memutarbalikkan larangan YHWH dengan mengatakan, “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Elohim mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti (Tuhan), tahu tentang yang baik dan yang jahat."
Ketika manusia
laki-laki untuk memakannya. Apa terjadi kemudian? Pertama, Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (Kej 3:7).
Manusia laki-laki dan perempuan menyadari bahwa kemuliaan sebagai ciptaan telah lenyap dengan ditandai kesadaran bahwa diri mereka telanjang.
Kedua, Ketika mereka
mendengar bunyi langkah Tuhan YHWH, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk (Ibr: leruakh hayom, saat hari bertiup angin), bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan YHWH di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kej 3μ8). Manusia laki-laki dan perempuan mengalami ketakutan terhadap Tuhan YHWH akibat telah melakukan pelanggaran. Tidak heran jika sampai sekarang apabila manusia berbuat pelanggaran, selalu dikejar rasa takut dan bersalah.
Inilah saat pertama kalinya DOSA itu masuk dalam kehidupan manusia. Apakah dosa itu? Dalam 1 Yohanes 3:4 naskah Yunani dikatakan, “hamartia estin he anomia”. Dalam Hebrew New Testament (Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani sebagai terjemahan Kitab Perjanjian Baru
berbahasa Yunani)
bukanlah robot yang dimainkan semau Tuhan. Tuhan memberikan kehendak bebas (free will) dalam diri manusia untuk mengambil pilihan antara yang baik dan yang buruk. Manusia pertama mengambil pilihan yang buruk, pilihan yang keliru. Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran manusia pertama? Tuhankah atau manusia? Karena Tuhan telah memberikan kehendak bebas, maka manusia yang bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Tuhan tidak menyebabkan manusia berdosa namun manusialah yang melakukan dosa.
Dampak Dosa Asal (Effect of Original Sin)
Seberapa jauhkan dampak dosadalam kehidupan manusia pertama? Dosa menimbulkan kutuk dan kutuk yang tidak teratasi adalah maut. Kutuk dosa dapat kita lihat secara terinci sbb:
Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia
kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan Permusuhan manusia
dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus ekologis
dimana manusia
memangsa hewan dan sebaliknya
Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk Permusuhan manusia
dengan manusia (Kej 4:1-16), Qayin membunuh Qabel.
Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)
hilangnya kemuliaan Tuhan dalam diri manusia. Semua manusia mewarisi upah dosa yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan, yaitu maut. Maut, bukanlah takdir Tuhan melainkan buah dosa manusia.
Dalam perspektif Kristen, dibedakan antara dosa mula0mula (Original Sin) dan dosa perbuatan (Behaviour Sin). Dosa mula-mula dilakukan oleh Adan dan Hawa. Sementara dosa perbuatan adalah turunan dari dosa mula-mula. Darimana manusia bisa berbuat dosa perbuatan? Bukan karena Tuhan menakdirkan dengan memberi kemampuan berbuat dosa pada manusia melainkan akibat manusia pertama, Adam dan Hawa telah berbuat dosa maka potensi dosa itu masuk dalam kehidupan keturunan Adam dan Hawa termasuk kita, apapun agamanya.
Maka seorang anak kecil berusia 7 tahun tidak perlu diajari berbohong, jika dia memecahkan sebuah gelas tanpa sepengetahuan kita, dalam sejumlah kasus ditemukan
mereka berbohong dan mengatakan bukan mereka yang memecahkan gelas, ketika ditanyai orang tuannya. Berbohong adalah dosa perbuatan sebagai sebuah turunan dari potensi dosa yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Dan masih begitu banyak lagi dosa perbuatan yang dapat kita daftarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Qur‟an pun menyitir soal kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa sebagaimana dikatakan: “Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang zalim. Lalu
keduanya digelincirkan oleh
syaitan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman:
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian
Adam menerima beberapa
kalimat dari Tuhannya, maka
Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Qs 2:35-37)
“Kemudian syaitan
membisikkan pikiran jahat
kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan
kerajaan yang tidak akan
binasa?" Maka keduanya
memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada
Tuhan dan sesatlah ia.
Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Qs 20:120-123).
Mengapa mengutip ayat dalam Qur‟anς Pengutipan ayat Qur‟an dimaksudkan sebagai pembanding fakta bahwa manusia pertama telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan (sebagaimana diakui dalam Torah dan Qur‟an) sehingga tidak ada alasan bagi Muslim yang kerap menyangkal dosa asal dan dampaknya yaitu kefanaan yang menghinggapi umat manusia semesta.
1. Adam dan Hawa berdosa 2. Adam dan Hawa
meminta pengampunan Tuhan
3. Adam dan Hawa menanggung hukuman Tuhan
Penghapusan Dosa
Bagaimana Tuhan YHWH mengatasi dosa yang masuk dalam dunia dan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta? Kejadian 3:15 menyatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,
antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya
akan meremukkan kepalamu, dan
engkau akan meremukkan
tumitnya."
Oleh para Bapa Gereja (Church Fathers), ayat ini disebut sebagai proto evangelium atau Injil mula-mula, karena di dalamnya dideklarasikan bahwa keturunan manusia perempuan yang jatuh, akan melahirkan seorang anak yang akan meremukkan kepala ular. Secara
teologis, ayat ini menunjuk pada karya Mesias yang mengalahkan maut sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus 15:25-26, ”Karena Ia harus memegang
pemerintahan sebagai Raja
sampai Tuhan meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut”.
Namun Secara universal, ayat ini merupakan suatu wewenang yang diberikan kepada orang-orang yang telah mengalami penebusan di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paul dalam Roma 16μ20, “Semoga Tuhan, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Shatan di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Junjungan Agung kita, menyertai kamu!”. Dan juga dikatakan dalam Wahyu 12:17, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti
hukum-hukum Tuhan dan memiliki
Yahweh telah MENJANJIKAN mengalami penebusan saat itu. Darimana kita memperoleh fakta ini? Kejadian 3:17 melaporkan,
“Dan YHWH Tuhan membuat
pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu,
lalu mengenakannya kepada
mereka” (Kej 3μ21). Kata “pakaian dari kulit binatang” (Ibrμ katnot o‟r/Septuaginta: khitonas
dermatinous) menunjukkan
adanya suatu hewan yang dikorbankan. Korban adalah lambang penebusan yang kelak akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias. Kulit hewan yang telah dikorbankan, dipakai menjadi pakaian atau jubah yang menutupi ketelanjangan manusia.
Qur‟an pun memberikan konformasi mengenai
pengampunan Tuhan.
Redaksional Qs 2:37 mengatakan, “Kemudian Adam
menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima
taubatnya. Dan Qs 20:122,
“Kemudian Tuhannya
memilihnya maka Dia menerima
taubatnya dan memberinya
petunjuk”. Orang yang bertobat artinya orang yang telah berdosa. Adam dan Hawa telah mengawali sebuah perbuatan berdosa.
beroleh penebusan dan kehidupan kekal.
Sampai di sini, baik Torah, Injil dan Qur‟an mulai bersimpangan menjelaskan mengenai Penebusan. Sejak manusia pertama Adam dan Hawa terjatuh dalam dosa, dan setelah Tuhan YHWH memberikan contoh mengenai pengorbanan hewan sebagai penghapus dosa, maka tradisi pengorbanan hewan menjadi sebuah kebiasaan di Timur Tengah kuno. Bahkan Tuhan YHWH mengatur secara detail pengorbanan hewan tersebut dalam Torah (Kitab Imamat).
Dalam perspektif iman Kristen, pengorbanan hewan dan penumpahan darah hewan adalah bayangan dari wujud sejati yang akan datang yaitu Mesias yang telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15. Kitab Ibrani 10:1-4 dikatakan: “Di dalam Torah hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena
itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, Torah tidak
mungkin menyempurnakan
mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau
darah domba jantan
menghapuskan dosa”.
Wujud sejati dari bayangan yang akan dan sudah datang itu adalah Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 10:10-14 berikut ini:
“Dan karena kehendak-Nya
inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Sang Mesias. Selanjutnya setiap imam
melakukan tiap-tiap hari
pelayanannya dan
yang sama, yang sa ma sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
Tetapi Ia, setelah
mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di
sebelah kanan Tuhan, dan
sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”
Pernyataan dalam Kitab Ibrani tersebut menggemakan sabda Yesus Sang Mesias dalam kesadaran dirinya yang mengemban tugas sebagai Mesias, Anak Tuhan yang menyerahkan dirinya untuk menghapus kutuk dosa seluruh umat manusia yaitu maut sebagaimana dikatakan: “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya
lalu memberikannya kepada
murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia
mengambil cawan, mengucap
syukur lalu memberikannya
kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:26-28).
Sabda Yesus di atas menepis dugaan dan tuduhan bahwa ajaran penghapusan dosa (ini istilah yang lebih tepat tinimbang penebusan dosa) tidak berasal dari Yesus Sang Mesias melainkan dogma Gereja atau penafsiran murid-murid Yesus belakangan. Ajaran mengenai penghapusan dosa dan penebusan kutuk dosa yaitu maut berasal dari sabda Yesus itu sendiri dan memiliki latar belakang dalam Torah mengenai kejatuhan manusia.
sebagaimana disabdakan Yesus sbb: “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa
mendengar perkataan-Ku dan
percaya kepada Dia yang
mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.
Sebab sama seperti Bapa
mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:24-26).
Tidak ada satupun manusia yang dapat membebaskan dirinya dari kutuk dosa yaitu maut. Semua manusia bahkan bayi sekalipun yang belum tahu berbuat dosa perbuatan mewarisi kutuk dosa yaitu maut. Semua manusia berpotensi mengalami maut.
Maut tidak bisa diatasi dengan perbuatan baik, ibadah, kesalehan, sedekah dll. Maut hanya bisa dibebaskan oleh Tuhan sendiri Sang Pemiliki Kehidupan. Dengan cara apa? Dengan cara mengutus Putra-Nya, Sang Firman menjadi manusia untuk membebaskan dari kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan: “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3μ16).
Pertanyaannya, jika orang yang menerima Yesus Sang Mesias sebagai Anak Tuhan diyakini akan terbebas dari maut/kematian, namun faktanya sampai hari ini orang-orang Kristen/Nasrani masih mengalami kematian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita simak sabda Yesus sbb: “Jawab Yesus: „Akulah
kebangkitan dan hidup;
ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh 11:25)
Kematian fisik adalah pintu mengalami kehidupan sejati, kehidupan kekal sebagaimana dijanjikan Yesus Sang Mesias. Kehidupan kekal milik Tuhan YHWH telah dilimpahkan pula kepada Putra-Nya yaitu Yesus Sang Mesias sebagaimana sabda Yesus, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga
diberikan-Nya Anak mempunyai
hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:26)
Pengampunan Dosa Akibat
Ketidaksempurnaan Manusia
Apakah manusia yang telah mengalami penghapusan dosa dan penebusan dari kutuk dosa melalui keimanan kepada karya pengorbanan Yesus Sang Mesias dan Juruslamat, lalu kemudian tidak bisa berbuat dosa kembali dan menjadi sempurna? Tidak! Manusia yang telah mengalami penebusan kutuk dosa memang telah dijadikan manusia
baru dan diberikan Roh Kudus yang akan menuntun dia selalu dalam jalan yang benar sebagaimana konsekwensi kehidupan baru sebagaimana dikatakan Rasul Paul sbb: “Dan Mesias telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka.
Sebab itu kami tidak lagi menilai
seorang juga pun menurut
ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Mesias menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Mesias, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:15-17).
INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan dengan maksud dan tujuan sbb:
1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan (Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)
2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi
3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci dengan pola pikir Ibrani
4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya terhadap Kekristenan masa kini
5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal dengan kebudayaan Semitik
7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya
Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM). Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012 lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg.
Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan pembelajaran anggota IJI.
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)
Email: [email protected]
Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za)
Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)