• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stimulasi dini pada perkembangan verbal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Stimulasi dini pada perkembangan verbal"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA STIMULASI DINI PADA PERKEMBANGAN VERBAL DAN KOGNITIF ANAK

Oleh : Nunung Cipta Dainy

I. PENDAHULUAN

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock 1980). Untuk mengoptimalkan perkembangan anak sesuai degan usianya diperlukan stimulasi yang tepat. Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak (Herawati 2011). Adapun aspek-aspek perkembangan anak yang perlu untuk di stimulasi adalah sbb :

1. Sensory (vibration, auditory, visual, smell, taste) 2. Motor (locomotion) : gross, fine, vestibular 3. Communication, language & speech

4. Cognitive, intelligence, 5. Creativity, art

6. Self help

7. Emotional, Social,

8. Cooperation & Leadership 9. Moral & Spiritual

(2)

sesuai usiannya akan membentuk multiple intelegences yang sempurna sesuai dengan potensinya.

(3)

II. STIMULASI DINI TERHADAP PERKEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCES

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat.

(4)

dikembangkan terus menerus, anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia).

Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara orang tua ataupun pengasuh dan anak-anak. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak orang tua/pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Orang tua atau pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari akan memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan orang tua/pengasuh (tipe parenting) merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru oleh anak. Temperamen anak akan terbentuk sesuai dengan tipe pengasuhan orang tua, misalnya temperamen easy, slow to warm atau difficult.

Stimulasi perlu dilakukan untuk semua aspek perkembangan anak, otak kiri maupun otak kanan. Waktu yang tepat untuk memulai stimulasi adalah sejak dalam kandungan hingga usia balita, karena pada usia ini mulai terbentuk synaps-synaps pada otak (Gambar 1).

(5)

(Chugani 1999)

Kualitas dan Stabilitas Synaps

Jaringan sypnaps yang stabil akan terbentuk pada anak yang selalu diberikan stimulus pada aktifitas sehari-hari secara terus menerus (konsisten). Selain itu lingkungan yang kaya akan stimulus akan memperbanyak percabangan dendrite sehingga meningkatkan kemampuan kognitif anak. Peran caregivers yang memberikan stimulasi berulang-ulang serta mendukung anak dalam mengeksplorasi hal-hal yang baru sangat berpengaruh terhadap pembentukan pengalaman anak. Anak yang kurang perhatian dari caregivers, kemampuan kognitif dan emosionalnya akan terhambat, hal ini sering terjadi pada anak yatim dan miskin (Kaler et al 1994).

Stimulasi pada Janin

Vibroakuistik dapat meningkatkan irama detak jantung serta pergerakan janin. Sensitifitas janin terhadapa suara vibroakustik dimulai saat janin berusia sekitas 29 minggu, sedangkan pergerakan janian berawal pada usia 26 minggu. Respon tersebut terung meningkat hingga 6 minggu selanjutnya. Respon terhadap sentuhan dan system pendengaran janin mulai usia 26 minggu (Kisilevsky at al., 2004).

Dampak stimulasi pada janin terhadap neonatus

Pengalaman stimulasi pada tahap janin seperti sentuhan, sapaan akan berdampak pada neonates. Beberapa jam setelah bayi dilahirkan ia dengan cepat akan mengenali/membedakan suara ibu dan suara orang lain/asing. Hal ini dapat diketahui dari respon menghisap bayi. Bayi akan mengubah pola hisapannya saat mendengar suara asing. Keakraban yang terjadi selama masa janin juga akan berdampak pada neonatus. Jika saat kehamilan, janin sering berada di lingkungan dengan suara TV dan radio, maka neonatus juga akan merasa nyaman saat mendengar suara-suara TV dan radio, dan akan menangis jika berada di tempat yang sepi (Slater & Muir, 1999).

(6)

Stimulasi sentuhan pada bayi prematur dapat dilakukan dengan menggunakan sikat halus. Cara ini membantu bayi tumbuh lebih cepat dan mempersingkat waktu rawat inap di rumah sakit.

 Stimulasi sentuhan berupa belaian pada neonatus secara

signifikan akan meningkatkan kemampuan motoriknya (Purves, 1994; Field et al, 1986 ; Solkoff et al, 1975).

Stimulasi Intermodal

Stimulasi intermodal adalah stimulasi yang dilakukan untuk lebih dari satu modal sensori. Hal ini perlu dilakukan karena bayi mulai usia dua bulan telah mampu menggunakan lebih dari satu modal sensori. Bayi usia 2 – 5 bulan mampu untuk memahami beberapa hal misalnya : menghubungkan antara wajah dengan suara, gerakan mulut dengan bicara, sinkronisasi waktu dengan ritme (Lewkowicks, 1996), serta bentuk bibir dengan suara huruf vocal (Kuhl & Meltzoff, 1984).. Sedangkan bayi usia 5 – 7 bulan dapat memasangkan wajah dengan suaranya (Bahrick et al. 1998; Walker – Andrew et al. 1991). Stimulasi intermodal juga dapat membentuk hubungan spatial untuk menyerap informasi yang didapatkan dari organ-organ sensori seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa (Gilmore, 1999).

Stimulasi Pendengaran dan Bahasa

System pendengaran telah sempurna saat bayi dilahirkan. Stimulasi pendengaran dapat dilakukan sejak masa janin(Huttenlocher, Juscyk, Kuhl, 1999). Berikut ini tahapan perkembangan pembelajaran bayi untuk system pendengaran :

 Bayi usia 6 – 12 bulan mulai dapat mempelajari pola suara

pengasuh/orang tua (caregiver)

 Bayi usia 7 – 11 bulan mulai mampu untuk mengucapkan satu kata

 Akhir dari tahun pertama usianya, bayi dapat membedakan

(7)

 Input bahasa saat anak-anak usia 16-26 bulan berhubungan

dengan kemampuan kosa kata dan syntax anak ketika usia 5 – 6 tahun.

 Mulai usia 3 tahun, anak-anak yang sering berbicara akan

memperbanyak kosakata yang dimilikinya. Orang tua yang sering mengeksplor apa yang disampaikan oleh anak akan meningkatkan pertumbuhan syntac anak. Kemampuan bahasa dan kosakata anak meningkat sampai usia TK dan SD.

 Sekolah yang kaya akan pembelajaran bahasa dapat

meningkatkan perkembangan bahasa pada anak 1997

 Pembelajaran bahasa kedua dapat dilakukan saat anak mulai

berusia 5 tahun, karena pada usia ini anak mampu mempelajari bahasa kedua lebih mudah dibandingkan dengan orang dewasa. Namun pengenalan bahasa kedua pada anak yang lebih muda belum terbukti dapat meningkatkan kemampuan bahasanya.

 Setelah masa puber kemampuan dalam mempelajari bahasa

menurun, dan lebih sulit dalam menguasai bahasa kedua serta seringkasi tidak sempurna dalam tatabahasa dan aksen (Mills, 1997)

Stimulasi Penglihatan

Organ sensori penglihatan belum sempurna saat bayi dilahirkan, maksimal 17 % yang telah terbentuk. Adapun tahapan perkembangan penglihatan bayi sbb:

 usia 4 bulan, kematangan organ penglihatan bayi sudah mencapai

95 %, dan akan stabil saat usia bayi 4 – 8 bulan.

 usia 4 bulan – 5 tahun organ penglihatan sudah matang sempurna

(Sauer et al, 1983)

 usia 10 tahun organ penglihatan anak telah sama dengan organ

(8)

Saat lahir, bayi lebih tertarik pada wajah seseorang, bayi tersebut belajar menghubungkan informasi melalui modal sensori yang berbeda, misalnya menghubungkan antara penglihatan dengan pendengaran (Karmilff-Smith, 1996; Slater, 2000).

Perceptual, Visual & Later Intelligence

Bayi baru lahir memiliki keterbatasan dalam fungsi dasar penglihatannya seperti : scanning, ketajaman, sensitifitas terhadap kontras, kedalaman persepsi, serta perbedaan warna. Namun walaupun demikiann Pascalis & Schonen (1994) menyatakan bahwa bayi baru lahir dapat mengingat apa yang mereka lihat, dan mereka lebih senang melihat wajah manusia. kecepatan dalam proses informasi melalui penglihatan menandakan IQ bayi, semakin cepat memproses maka pertanda ia memiliki IQ yang tinggi (Sigman, Cohen, Beckwith, 2000).

Infants Learn from Watching and Imitation

bayi belajar sesuatu dari melihat dan menirukan apa yang ia lihat (Gamber 2).

Gambar 2. Bayi mampu meniru

(9)

dalam meniru sesuatu. hal ini perlu stimulasi dan interaksi dari orang tua, karena apa yang dilakukan bayi adalah apa yang dilakukan orang yang ia lihat. meniru kebiasaan, empati dan moral yang baik akan membantu perkembangan social-emosional anak (Meltzoff, 1999; Gopnik et al, 1999).

Infants enjoy being imitated

Setelah masa meniru, ada saat-saat dimana bayi juga senang saat orang lain meniru apa yang dilakukannya. Sejak bayi berusia 14 bulan perhatian dan senyumannya akan lebih terarah pada orang yang menirukan apa yang ia lakukan. pada usia ini bayi lebih menyukai orang yang melakukan apa yang mereka lakukan. Bayi yang vocal akan terbentuk jika orang tua berbicara atau bernyanyi dengan nada tinggi (Meltzoff , 1991).

Watching TV monitor

sebanyak 129 bayi berusia 14-24 bulan yang menonton acara TV dewasa akan meniru apa yang mereka lihat (Meltzoff , 1988). anak usia 23 bulan yang mendengar komersial jingle dapat secara spontan

mengatakan pesan yang ada pada jigle tersebut. anak yang berusia 3 tahun 75% dapat memberikan nama acara TV favorit mereka (Lyle et al, 1992).

Stimulasi Kognitif

Berikut adalah hal yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak :

 Prefrontal cortex

Sejak usia 9-12 bulan, bayi mampu memecahkan masalah spatial dan masalah memory dengan cara kreatif, dan hal ini berlanjut hingga melewati usia 20 tahun (Diamond et al, 1991; 1997; 1999). usia 6 – 8 bulan, bayi mulai bertahan untuk terus mencapai mainan yang terhalang oleh hambatan yang transparan, namun tidak ke bagian yang terbuka. usia 8.5 – 9 bulan, bayi bagian kanan, sedangkan tangan kanan menopang tubuhnya (Diamond, 1999).

(10)

Kemampuan kognitif ditentukan juga berdasarkan pada pengalaman anak terhadap stimulasi, misalnya :

 mendengakan perkataan

 bermain

 bergerak di sekitar lingkungan /aktifitas fisik

 berinteraksi dengan orang lain

 Well-intentioned caregiver

Caregiver yang baik dapat lebih besar mendorong bayi untuk meningkatkan proses pembelajaran dari pengalaman mereka.

 Interaksi dengan bayi. Dalam berinteraksi dengan bayi orang

tua/caregiver perlu memperhatikan isyarat dari bayi untuk terlibat atau tidak terlibat dalam kegiatan si bayi. bayi dapat mengungkapkan kegiatan apa yang mereka siap, bersedia, dan mampu untuk dilakukan

 bayi belajar dengan cara mengamati dan kemudian meniru

apa yang dilakukan oleh orang lain.

 saat usia bayi satu tahun, perlu lingkungan dimana ia dapat

bereksplorasi dan bermain untuk perkembangan spatial

 usia 2 atau 3 tahun anak-anak dapat mulai dikenalkan

dengan budaya serta memahami symbol-simbol (Newcombe, 1999)

 Kebersamaan dan ikatan antara ibu dan bayi

(11)

Bayi dapat menghitung dan berpikir

Hasil penelitian Wynn (1992) & Simon et al (1995) menunjukkan bahwa bayi yang diperlihatkan sejumlah mainan kemudian ditutup oleh layar kemudian mainan tersebut diambil atau ditambahkan (bayi melihat pengambilan atau penambahan mainan tersebut) kemudian layar kembali dibuka, maka bayi akan terkejut dengan jumlah mainan yang tidak sama dengan pada saat awal sebelum di tutp oleh layar. Hal ini menunjukkan bahwa bayi sudah menyadari tentang jumlah suatu benda. Bryant (1995) menyakatan bahwa pemahaman akan jumlah sudah dimiliki sejak masa bayi. Wynn (1995) menyatakan bahwa kompetenci numeric adalah bagian yang melekat pada pikiran manusia.

Bayi mengerti terhadap niat/tujuan kita

Berdasarkan Meltzoff (1995) tahapan pemahaman bayi terhadap apa yang dilakukan sbb :

 usia 18 bulan bayi dapat menyimpulkan tujuan suatu

kegiatan, ia akan tahu jika tujuan tidak akan berhasil walaupun ia tidak pernah melihat atau melakukan sebelumnya.

 usia 18 bulan, bayi mulai mengadopsi dengan sengaja apa

yang dilakukan manusia, misalnya berniat untuk membaca buku

 bayi melakukan apa yang kita lakukan walaupun kita tidak

melakukannya dengan sempurna,

 usia dua tahun bayi tahu arti/tujuan dari kegiatan yang

dilakukan seseorang

 kemampuan dalam membaca niat merupakan langkah

(12)

III. TIPE PENGASUHAN

Diana Baumrind (1978, 1989) dalam Ginintasasi (2009) mengemukakan tiga model pola pengasuhan orang tua, yaitu: Authoritarian, Permissive dan Authoritative. Masing-masing pola pengasuhan tersebut menggunakan cara-cara kontrol yang berbeda dalam keluarga, dan masingmasing menunjukan pengaruh penting yang diramalkan atas perasaan-perasaan dan perilaku anak. Selanjutnya, tipe pola pengasuhan anak ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Model pola pengasuhan authoritarian

 Orang tua bersikap dogmatis, menuntut, mengontrol, berkuasa

dan menghukum

 Tidak memberikan penjelasan yang mereka buat

 Sedikit menerima pandangan anak dan tidak memberikan

kesempatan pada anak untuk mengatur dirinya sendiri 2. Model pola pengasuhan permissive

 Orang tua kurang dalam keterlibatan dan pengawasan terhadap

anak

 Mereka serba memperbolehkan apa yang dilakukan anak

 Cenderung mengabaikan tanggung jawab dan kepedulian

terhadap anak

 Tidak menetapkan standar perilaku yang jelas dan tanpa

(13)

3. Model pola pengasuhan authoritative

 Orang tua menggunakan dirinya sebagai contoh bagi anaknya

 Mengajak berpartisipasi, mendorong diskusi dengan

menggunakan logika

 Membuat standar perilaku serta memeliharanya dengan

konsisten

 Menghargai disiplin dan hangat dalam mengasuh tapi tetap

memelihara otoritas pemuat keputusan terakhir

 Mendorong kebebasan dalam batas-batas wajar

Perangai/Watak Anak

Perangai anak dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu : anak mudah (easy child), slow to warm child, dan anak sulit (difficult child). Ketiga karakter tersebut merupakan karakter dasar (basic character) bayi yang bisa terlihat dari pola tidur, makan, dan kemampuan adaptasi dengan lingkungan baru.

(14)

IV. PRINSIP-PRINSIP STIMULASI DINI 1. Stimulasi semua aspek perkembangan

Dalam memberikan stimulasi dini metode yang dapat dipakai meliputi dengar, lihat, dan tiru/coba. Bagian yang distimulasi adalah otak kanan-kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasi- bahasa, sosio-emosional, kemandirian, dan kreativitas. Cara melakukan stimulasi adalah dengan memberikan rangsangan berupa suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret, menggambar, merangkai, dll.

2. Stimulasi fungsi bagian otak kiri dan kanan

Otak manusia mempunyai dua belahan, yaitu otak kanan dan otak kiri. Kedua belahan otak tersebut mempunyai fungsi dalam proses berpikir. Otak kanan dan otak kiri masing-masing mempunyai spesialisasi kemampuan tertentu, namun terkadang terdapat persilangan fungsi di antara keduanya. Dalam melakukan tugasnya kedua otak ini juga saling bekerja sama.

(15)

untuk melakukan berbagai pekerjaan terutama menulis. Semakin banyak gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan akan semakin meningkatkan dominasi otak kiri dalam proses berpikir.

Di belahan yang lain, otak kanan di samping mengatur kerja organ yang berada di sisi kiri, bagian ini juga mengambil peran dalam mengatur proses berpikir global dan lebih mengutamakan intuisi. Selain itu, kemampuan seni, musik, dan kreativitas juga dikendalikan oleh otak kanan.

Kedua belahan otak ini mempunyai peran yang sama pentingnya. Oleh karena itu, seseorang akan dapat seimbang dalam setiap aspek kehidupannya apabila dapat mengoptimalkan kemampuan kedua belahan otak ini. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir dengan otak kiri hendaknya mengimbangi dengan proses berpikir menggunakan otak kanan untuk mencegah terjadinya stress dan penurunan kesehatan fisik. Sebaliknya, orang yang cenderung menggunakan otak kanannya, sebaiknya berusaha mengimbangi dengan menggunakan pula otak kiri dalam aktivitas berpikirnya.

Berikut ini adalah ciri-ciri anak yang didominasi oleh salah satu belahan otak menurut Joan Freeman dan Utami Munandar:

Otak Kanan:

- Senang belajar kelompok

- Tidak senang duduk dan kurang giat belajar

- Senang bergerak, memegang, menyentuh, dan meng erjakan sesuatu

- Prestasi di sekolah tidak cemerlang

(16)

- Senang pengajaran formal

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya mempunyai kecerdasan yang seimbang, sehingga yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah sejak dini mengasah kemampuan anak untuk menggunakan kedua kemampuan otaknya secara seimbang.

3. Terintegrasi dalam kegiatan sehari-hari, saat berinteraksi dengan anak (sejak bayi)

Stimulasi yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari juga penting dilakukan sejak masa bayi. Waktu melakukan stimulasi adalah setiap kali orang tua berinteraksi dengan anak (menyusui, menidurkan, memandikan, ganti baju, bermain, nonton TV, dsb).

4. Tipe Pengasuhan Authoritative

salah satu ciri dari tipe pengasuhan authoritative adalah sensitive terhadap isyarat dan kebutuhan anak, memiliki toleransi yang tinggi, mengedepankan diskusi dan selalu memberikan dukungan pada anak-anak. Menanamkan kedisiplinan tidak dengan ancaman hukuman, namun dengan memperbaiki kesalahan. Tipe pengasuhan yang authoritative akan membentuk karakter anak yang easy child, hal ini akan membuat anak lebih mudah dalam mempelajari hal-hal baru dan membantu perkembangan cognitive yang lebih tinggi, kreatifitas serta multiple intelegence anak. Selain itu anak-anak juga akan memiliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik

5. Stimulasi sejak dini dan terus menerus

(17)

program-program intensif seperti pre-school atau sekolah taman kanak-kanak, hal ini masih memiliki manfaat yang medium dibandingkan dengan anak yang lebih lambat di berikan intervensi edukasi atau bahkan tidak sama sekali (Ramey et al, 2006).

Anak-anak yang dimasukkan ke taman kanak-kanak / pre-school signifikan memiliki skor yang lebih tinggi pada kemampuan membaca dan wawasan saat usia 12 tahun, serta kemampuan membaca dan mathematics saat usia 15 tahun.

6. Pengaturan waktu stimulasi dan batasannya

Kapan waktu yang tepat untuk sebuah stimulasi sangat tergantung dari pertumbuhan dan pematangan neural circuit pada otak anak. Hal ini menyebabkan diperlukannya beberapa stimulasi yang berbeda di setiap tahap pertumbuhan anak. Pelatihan dan pengalaman yang diberikan memiliki pengaruh yang kecil sampai anak berada di ambang kompetensinya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Overman et al (1992) yang setiap hari melakukan tes sejak bayi berusia 12 bulan, tes tersebut sukses dilakukan saat bayi berusia 21 bulan, namun kesuksesan bayi tersebut sama dengan bayi lain yang baru di lakukan uji pertama kali pada usia 21 bulan. Dapat disimpulkan bahwa setiap tahap pertumbuhan anak memiliki kompetensi yang berbeda, sehingga beberapa tahap perkembangan dapat dicapai tanpa memerlukan pengalaman. Namun latihan – latihan membantu kemajuan dalam mencapai kompetensi anak dan dapat dilakukan dua minggu sebelum masuk ke tingkat kompetensi selanjutnya.

7. Intensitas

(18)

Program intervensi home visit secara dini dilaporkan memberikan efek yang signifikan terhadap kognitif anak dengan tiga kali kunjungan setiap pekan (Powell, et al, 1989). Intervensi yang intensif selama 3 tahun berhubungan linear dengan kemampuan intelektual dan perkembangan perilaku anak di usia 36 bulan.

Kurang berkembangnya kemampuan kognitif anak akan menyebabkan retardasi mental (IQ < 70). Hal ini dapat dicegah dengan melakukan intervensi edukasi sedini mungkin pada anak terutama pada anak yang berasal dari keluarga yang tidak memberikan stimulasi yang cukup. Ramey et al (1992) menyatakan bahwa pada grup yang tinggi partisipasi intervensi menurunkan angka retardasi mental hingga 9 kali, sedangkan cukup partisipasi menurunkan retardasi mental 5 kali, partisipasi rendah menurunkan retarasi mental hanya 1.3 kali dan hal tersebut tidak berhubungan dengan berat saat lahir, pendidikan serta pendapatan orang tua. Seperti terlihat pada Gambar 3, bahwa peningkatan perkembangan syaraf kognitif anak sangat ditentukan pada masa bayi atau usia pre-school. Stimulasi yang diberikan di usia dini meningkatkan perkembangan syarat kognitif anak secara signifikan.

(19)

8. Intervensi Langsung

Intervensi langsung lebih berpengaruh positif dan efeknya tahan lama dibandingkan dengan intervensi tidak langsung, misalnya antara kunjungan kerumah untuk menstimulasi anak (home visit) dibandingkan dengan pelatihan tata cara stimulasi pada orang tuanya saja. Penelitian yang dilakukan Wasik et al (1990) pada anak-anak miskin setelah lahir hingga usia lima tahun mengkombinasikan home visit dengan daily center menghasilkan pertumbuhan kognitif yang lebih baik daripada hanya melakukan home visit saja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Powell et al (1989) menunjukkan bahwa untuk menghasilkan perbaikan yang signifikan terhadap perkembangan kognitif anak diperlukan home visit minimal tiga kali dalam satu pekan.

9. Setiap individu anak berbeda

Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang berbeda-beda bahkan kembar sekalipun. Anak yang lahir prematur memiliki resiko biologis yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang lahir cukup umur. Hal ini dikarenakan organ-organ vital pada bayi premature belum cukup matang sehingga fungsinya masih harus dibantu oleh peralatan medis. Resiko yang paling penting adalah perkembangan jaringan syaraf otak, jika belum optimal maka akan menurunkan potensi kecerdasannya. Adapun potensi kecerdasan diwariskan dari genetic ayah dan ibu, namun untuk factor gen dari ibu memiliki persentase yang lebih besar pengaruhnya daripada gen ayah. Penelitian yang dilakukan oleh Landesman, 1989 ; Garber et al, 1988; Blair et al, 1995, anak yang dilahirkan dari ibu yang mengalami retardasi mental menunjukkan IQ yang lebih tinggi sedikitnya 20 poin dari IQ ibunya. Hal ini tentu didukung dengan asupan gizi ibu yang baik saat kehamilan.

(20)

dengan instruksi langsung, namun anak-anak dengan IQ rendah harus melalui pembelajaran perantara terlebih dahulu (Cole et al, 1996).

Jenis temperamen anak juga mempengaruhi cara pemberian stimulasi. Anak yang easy temperamen dapat dengan mudah mempelajari dan menerima stimulasi yang diberikan, namun untuk anak yang difficult dan slow to warm temperamen perlu waktu adaptasi untuk melakukan suatu pembelajaran.

10.Maintenance

Stimulasi perlu dilakukan terus-menerus secara konsisten sejak bayi hingga minimal usia 8 tahun. Anak-anak yang menerima intervensi selama 8 tahun pada usia 8 tahun memiliki kemampuan terbaik pada bidang matematika dan membaca. Namun jika intervensi hanya dilakukan sampai usia 5 tahun dampaknya lebih rendah (Horacek et al, 1987). Hasil penelitian Garber et al, 1988 : Ramey et al, 1992, menunjukkan bahwa anak-anak yang terus menerima intervensi, pada usia 12 tahun memperlihatkan performa akademik yang baik, serta menurunkan angka “tinggal kelas” hingga 50%.

11.omprehensive

(21)

V. TAHAPAN STIMULASI Stimulasi untuk anak usia 0-3 bulan

Pada usia 0-3 bulan yang diperlukan bayi adalah rasa nyaman, aman, sayang. Untuk itu hal yang dapat dilakukan oleh caregiver adalah :

 Menyentuh, memegang, memeluk, menggoyang, serta

mengayun bayi.

 Melakukan kontak mata, tersenyum, berbicara, menyayikan

lagi, memperdengarkan irama music, bel, atau suara gemerincing pada bayi.

 Memperlihatkan sinar, warna hitam dan putih,

memperlihatkan mainan yang bisa bergerak atau berputar

 melatih untuk berguling dan duduk

Stimulasi untuk anak usia 3-6 bulan

Stimulasi tahap usia 0 – 3 bulan terus dilakukan dengan penambahan kegiatan berikut :

 memanggil nama si bayi

 bermain ciluk ba

 melihat cermin

 melatih untuk berguling dan duduk

(22)

Stimulasi untuk anak usia 6-9 bulan

Stimulasi tahap usia 3 - 6 bulan terus dilakukan dengan penambahan kegiatan berikut

 Memanggil nama si bayi dan gerakan tangan untuk dadah

(bye-bye)

 Menunjuk objek

 Bersalaman, bertepuk tangan

 Memegang cangkir, minum dari cangkir

 Duduk, berdiri dengan berpegangan, melatih untuk berdiri

Stimulasi untuk anak usia 9 - 12 bulan

Stimulasi tahap usia 6 - 9 bulan terus dilakukan dengan penambahan kegiatan berikut

 Melatih berbicara satu kata : mama, papa, bobo, mimi

 Berdiri, berjalan

 Menggelindingkan bola,

 Minum dari cangkir

 Mencorat-coret

 Meniru kegiatan

Stimulasi untuk anak usia 12 - 18 bulan

Stimulasi tahap usia 9 - 12 bulan terus dilakukan dengan penambahan kegiatan berikut

 Menunjuk gambar atau objek

 Menggabungkan kata

 Mencorat-coret

 Menyusun bangunan dari balok, menyusun puzzle

 Menggunakan sendok, dapat dimintai bantuan sederhana

 bermain dengan boneka,

 Meniti tangga, berjalan mundur, membungkuk,

 Berlari, menendang bola,

(23)

Stimulasi tahap usia 12 - 18 bulan terus dilakukan dengan penambahan kegiatan berikut

 Mengenal nama-nama bagian tubuh

 Tahu nama-nama kegiatan sehari-hari, membuat kalimat sederahana

 Bercerita, bermain music

 Bermain lilin mainan

 Mencuci dan mengeringkan tangan, membuka pakaian

 Melempar bola, melompat

 Menggosok gigi

Stimulasi untuk anak usia 2-3 tahun

Stimulasi tahap usia 18 - 24 bulan terus dilakukan dengan penambahan kegiatan berikut

 Tahu nama teman / saudara

 Tahu nama-nama warna

 Menghitung mainan

 Mengetahui sifat,

 Meniru garis vertical

 Bermain boneka, kartu, permainan/games,

 Menggosok gigi

 Membuka t-shirt,

 Membantu pekerjaan rumah,

 Melompat jauh

Stimulasi untuk anak usia 3-5 tahun

Stimulasi tahap usia 2-3 tahun terus dilakukan dengan penambahan kegiatan berikut

 toilet training, berpakaian, mandiri

 meniru lingkaran, plus, kotak, menggambar

 Mengetahui prepositions, opposites

 Melompat, keseimbangan kedua kaki, mampu berjalan jinjit

(24)

 Memegang pensil, menulis

 Berbagi dengan teman, menungkapkan pendapat, membahas

cerita pendek, mengenal program TV

VI. ALAT PERMAINAN STIMULASI

Berikut ini pemaparan mengenai alat permainan untuk anak usia 0-5 tahun berdasarka Kania (2006)

Anak usia 0 – 12 bulan Tujuan :

 Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya

mengisap, menggenggam.

 Melatih kerja sama mata dengan tangan

 Melatih kerja sama mata dengan telinga

 Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan

 Melatih mengenal sumber asal suara

 Melatih kepekaan perabaan

 Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang

Alat permainan yang dianjurkan:

 Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang

(25)

 Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang

 Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara

 Alat permainan berupa selimut dan boneka

 Giring-giring

Anak usia 12 – 24 bulan Tujuan:

 Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara

 Memperkenalkan sumber suara

 Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik

 Melatih imajinasinya

 Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam

bentuk kegiatan yang menarik Alat permainan yang dianjurkan:

 Genderang, bola denga giring-giring didalamnya

 Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik

 Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring,

sendok, botol plastik, ember dll.), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil warna.

Anak usia 25 – 36 bulan Tujuan:

 Menyalurkan emosi/perasaan anak

 Mengembangkan ketrampilan berbahasa

 Melatih motorik halus dan kasar

 Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,

mengenal dan membedakan warna)

 Melatih kerja sama mata dan tangan

 Melatih daya imajinasi

 Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda

(26)

 Lilin yang dapat dibentuk

 Alat-alat untuk menggambar

 Puzzle sederhana

 Manik-manik ukuran besar

 Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda

 Bola

Anak usia 36 – 72 bulan Tujuan:

 Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan

 Mengembangkan kemampuan berbahasa

 Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,

mengurangi

 Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain

pura-pura (sandiwara)

 Membedakan benda dengan perabaan

 Menumbuhkan sportivitas

 Mengembangkan kepercayaan diri

 Mengembang kreativitas

 Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)

 Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus

dan kasar

 Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang

diluar rumahnya

 Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,

misalnya pengertian terapung dan tenggelam

 Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong

Alat permainan yang dianjurkan:

 Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah

anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air

 Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar

(27)

VII. DAFTAR PUSTAKA

Ginintasasi, R. 2009. Kontribusi Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Perkembangan Kemandirian dan Kreativitas Anak. Jurusan Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Bandung

Herawati, T. 2011. Stimulasi Perkembangan Motorik dan Kecerdasan Anak.http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/index.php?

option=com_content&view=article&id=175:stimulasi-pe. Di unduh pada tanggal 18 Desember 2012.

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta

Kania, N. 2006. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak untuk Mencapai Tumbuh Kembang yang Optimal. Makalah yang disampaikan pada Seminar “Stimulasi Tumbuh Kembang Anak” Bandung, 11 Maret 2006.

Ramey, C. T. (1992). High-risk children and IQ: Altering Intergenerational Patterns. Intelligence, 16, 239–256.

(28)

Ramey,C. T;Ramey, S. L; Lanzi R. G. 2006. Handbook of Child Psychology, Chapter 21: Children’s Health and Education. 864-892

Gambar

Gambar 1. Pembentukan synaps-synaps otak berdasarkan umur
Gambar 2. Bayi mampu meniru
Gambar 3. Hipotesis rentang reaksi perkembangan syaraf kognitif

Referensi

Dokumen terkait

Enterprise Architecture Framework pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderan Achmad Yani dan menghasilkan suatu pemodelan sistem informasi dengan.. menggunakan

mengenai Pengaruh Kandungan Pesan Foto, Gaya Komunikasi, dan Kualitas Informasi pada akun Instagram Klinik Kopi terhadap Minat Berkunjung Konsumen ke Klinik Kopi),

Pendeteksian dan analisa terhadap adanya serangan worm dan trojan dalam jaringan internet dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dan menganalisa anomali yang terjadi

diintegrasikan langsung dengan teks; jarak antara baris dengan baris dua spasi (normal); kutipan tidak diapit dengan tanda petik (“---“), kutipan diberi petunjuk dalam

Hasil penelitian menunjukan semakin rendah feed rate yang di gunakan pada proses mesin CNC milling Router 3 axis dengan material acrylic menghasilkan nilai

Untuk menyelesaikan soal cerita dalam kehidupan nyata sehari- hari yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear satu variabel. terlebih dahulu perlu dibuat kalimat matematikanya

pernyataan pada soal tertentu. Metode parafrase untuk memperoleh soal baru dilakukan dengan merumuskan kembali masalah ke domain matematika yang berbeda.

Untuk pengujian goodness of fit yang diukur dengan koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan angka yang cukup besar yaitu sebesar 68,18%, berarti bahwa variasi perubahan