Fakultas Ilmu Komputer
90
Kualitas dan Kesuksesan Implementasi Layanan
E-Learning
Berbasis
Moodle
dengan Menggunakan
Expectation
–
Confirmation
Model dan
Delone
and Mclean's
Model
Aryanti Dyah Ayu Dwi Putranti1, Admaja Dwi Herlambang2, Mochamad Chandra Saputra3
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1aryantidyah@student.ub.ac.id, 2herlambang@ub.ac.id, 3andra@ub.ac.id
Abstrak
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi ada empat fakultas di Universitas Brawijaya yang telah memanfaatkan e-learning berbasis moodle, yaitu Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Ilmu Akuntasi (FIA), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), dan Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kondisi kualitas dan kesuksesan implementasi e-learning berbasis moodle. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua model yaitu Expectation-Confirmation Model (ECM) untuk mengetahui kualitas implementasi e-learning danDeLone & McLean model untuk mengetahui kesuksesan implementasi e-learning. ECM memiliki empat variabel, yaitu perceived usefullness, confirmation, satisfaction, dan continuance intention. DeLone & McLean model memiliki enam variabel, yaitu system quality, information quality, service quality, use, user satisfaction, dan net benefits. Data yang digunakan sebanyak 148 responden yang dipilih dengan stratified cluster sampling.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner online. Hasil pengolahan data yang dilakukan yaitu variabel confirmation, service quality, dan user satisfaction masuk ke dalam kategori cukup tinggi, dan variabel lainnya masuk ke kategori tinggi. Rekomendasi yang diberikan berdasarkan indikator tiap variabel yang memiliki nilai di bawah rata-rata total sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas dan kesuksesan implementasi e-learning.
Kata kunci: Kualitas, Kesuksesan, E-learning, Expectation-Confirmation Model, Delone and Mclean Model.
Abstract
Based on the data obtained from the observation of four faculties in Brawijaya University that have utilized moodle-based e-learning, namely the Faculty of Agriculture (FP), the Faculty of Accounting (FIA), the Faculty of Agricultural Technology (FTP), and the Faculty of Computer Science (FILKOM). This research has purpose to know condition of quality and success of moodle based e-learning implementation. The research was conducted by using two models: Expectation-Confirmation Model to know the quality of learning implementation and DeLone & McLean model to know the success of e-learning implementation. ECM has four variables, namely perceived usefullness, confirmation, satisfaction, and continuance intention. DeLone & McLean model has six variables, namely system quality, information quality, service quality, use, user satisfaction, and net benefits. The data used were 148 respondents selected with stratified cluster sampling. Data collection techniques were conducted through an online questionnaire. The result of the data has been collected, service quality, and user satisfaction was high enough category, and other variables was high category. The recommendations given based on indicators of each variable that has a value below the total average, so it can improve the quality and success of e-learning implementation.
Keywords: Quality, Success, E-learning, Expectation-Confirmation Model, Delone and Mclean Model.
1. PENDAHULUAN
E-learning adalah salah satu dampak dari perkembangan teknologi pada bidang pendidikan. Sistem pembelajaran secara
elektronik ini dapat meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia. E-learning
E-learning memungkinkan mahasiswa mendapatkan produktivitas dan pengetahuan melalui komputer di tempat masing-masing tanpa harus datang ke ruangan kelas sehingga dapat melakukan sistem pembelajaran jarak jauh.
Dampak dari perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan pada suatu universitas sudah banyak diimplementasikan. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran untuk mahasiswa dan dosen, karena bisa dengan menggunakan metode pembelajaran jarak jauh (e-learning) tentu akan memberikan kemudahan serta dapat mengefesienkan waktu. Salah satu universitas yang menggunakan metode ini adalah Universitas Brawijaya (UB).
Fakultas dan program studi di Universitas Brawijaya Malang ini tidak semua menggunakan
e-learning pusat yang dapat diakses pada vlm.ub.ac.id. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi sebanyak empat fakultas yang telah memanfaatkan e-learning berbasis moodle
yaitu Fakultas Pertanian (FP) melalui alamat elearning.fp.ub.ac.id, Fakultas Ilmu Akuntasi (FIA) melalui alamat elearning.fia.ub.ac.id, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) melalui alamat elearning.tp.ub.ac.id, dan Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) melalui alamat elearning-filkom.ub.ac.id.
Dalam pengoperasiannya, masih terdapat keluhan terkait pemanfaatan e-learning di tiap fakultas di Universitas Brawijaya yang didapatkan dari Pusat Informasi, Dokumentasi dan Keluhan (PIDK) di tiap fakultasnya. Rata-rata menyebutkan bahwasanya data dari Sistem Informasi Akademik Mahasiswa (SIAM) tidak terintegrasi secara otomatis dan harus memasukkan data secara manual yang akhirnya menyebabkan banyak mahasiswa nya tidak bisa
login, kemudian beberapa bahasa yang digunakan tidak awam, dan beberapa settingan yang belum diatur sebagaimana mestinya yang mengharuskan mahasiswa mengganti password
akibat tidak terintegrasi langsung dengan Sistem Informasi Akademik Mahasiswa (SIAM) daripada itu berdasarkan wawancara yang dilakukan tampilan e-learning dinilai tidak menarik oleh mahasiswa.
Dengan uraian permasalahan tersebut, diperlukan suatu model untuk mengetahui kondisi kualitas dan kesuksesan implementasi penggunaan e-learning, dalam teori Expectation Confirmation Model/ ECM mengidentifikasi adanya empat konstruk yang memengaruhi
keinginan seseorang untuk menentukan hubungan antara faktor kegunaan, kepuasan dan konfirmasi atas harapan yang mampu memengaruhi intensi seseorang untuk melanjutkan perilaku menggunakan sebuah sistem informasi yaitu perceived usefullness, confirmation, satisfacation, dan continuance intention. Model lain yang digunakan untuk mengetahui kesuksesan implementasi sistem informasi adalah DeLone & McLean berdasarkan enam pengukuran, yaitu system quality, information quality, service quality, use, user satisfaction, dan net benefits.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kualitas e-learning Fakultas di Universitas Brawijaya pada aspek perceived usefulness, confirmation, satisfaction, dan
continuance intention, untuk mendeskripsikan kesuksesan pada e-learning Fakultas di Universitas Brawijaya pada aspek service quality, information quality, system quality, use, user satisfaction, dan net benefits, dan untuk mendeskripsikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas dan kesuksesan implementasi pada layanan e-learning Fakultas di Universitas Brawijaya.
Penelitian ini mengacu pada penelitian (Bhattacherjee, 2001) dalam penelitiannya yang
berjudul “Understanding Information Systems Continuance: An Expectation-Confirmation Model” melakukan pengembangan teori dari Expectation-Confirmation Theory dan menemukan bahwa faktor perceived usefullness, confirmation, dan satisfaction, berpengaruh pada continuance intention. Penelitian lain dengan DeLone & McLean model dilakukan oleh (Widya, 2017) dengan objek website
STIKOM library. Hasil dari penelitian bahwa variabel yang lebih berpengaruh terhadap kesuksesan website STIKOM Library adalah kualitas sistem, kualitas layanan, pengguna, dan kualitas sistem yang dimediasi oleh kepuasan pengguna memiliki pengaruh kuat terhadap manfaat bersih. Hal ini menjelaskan bahwa
website STIKOM Library masih memiliki kualitas sistem dan kualitas layanan yang kurang optimal dalam layanannya.
didefinisikan oleh Davis (Davis, 1989) yaitu sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem akan meningkatkan kinerja pada pekerjaannya dan dapat digunakan secara menguntungkan. Kemudian variabel berikutnya didefinisikan oleh (Bhattacherjee, 2001) yaitu 1)
confirmation merupakan persepsi dari pengguna atas kesamaan antara ekspektasi penggunaan sistem informasi dengan kenyataannya; 2)
satisfaction suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau positif, yang dihasilkan dari penilaian terhadap performa sesuatu produk atau jasa; 3) continuance intention digambarkan bahwa seseorang yang harapan dengan pengalamannya setelah menggunakan sistem informasi terkonfirmasi, maka orang tersebut akan mengambil keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan perilakunya untuk menggunakan teknologi informasi di masa mendatang.
Pada tahun 2003, DeLone & McLean memperbarui model kesuksesan sistem informasinya yang dijelaskan bahwa system quality, information quality, dan service quality
saling berpengaruh terhadap intention to use atau
use serta user satisfaction. Penggunaan (use) dan kepuasan pengguna (user satisfaction) memberikan pengaruh pada seberapa besar manfaat-manfaat bersih (net benefits) yang diperoleh.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1 Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Sumber data penelitian terbagi mejadi dua, yaitu: 1) data primer yang diperoleh dengan wawancara ke pihak e-learning dan penyebaran kuesioner ke pengguna; 2) data
sekunder diperoleh melalui studi literatur, artikel, dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian.
Tahap pertama pada penelitian dengan merumuskan masalah berdasarkan wawancara dengan pihak e-learning. Selanjutnya, melakukan studi literatur mengenai teori kualitas dan kesuksesan berdasarkan jurnal, buku, dan penelitian sebelumnya. Kemudian, penulis menentukan model yang digunakan yaitu
Expectation-Confirmation Model (ECM) dan DeLone & McLean model. Model ECM menjelaskan hubungan antara faktor kegunaan, kepuasan dan konfirmasi atas harapan mampu memengaruhi intensi seseorang untuk melanjutkan perilaku. Sementara, model (DeLone & McLean, 2003) merupakan model kesuksesan sistem informasi yang mendapatkan tanggapan positif karena model ini merupakan model yang sederhana tetapi dianggap cukup valid.
Tahap selanjutnya, yaitu penyusunan kuesioner dengan menetapkan indikator-indikator setiap variabel pada model ECM dan
DeLone & McLean Model berdasarkan penelitian terdahulu dan objek penelitian. Penelitian menggunakan skala likert lima poin, yaitu: 1) sangat tidak setuju; 2) tidak setuju; 3) ragu-ragu; 4) setuju; 5) sangat setuju. Setelah penyusunan kuesioner maka melakukan pengujian melalui penilaian ahli (expert judgement) yang dilakukan oleh tiga dosen ahli. Hasil dari penilaian ahli akan dihitung
menggunakan formula Aiken’s V. Hasil dari penilaian ahli adalah nilai koefisien Aiken’s.
Nilai yang dihasilkan antara 0,5 – 1 dengan ketentuan pernyaatan dinilai valid jika >0,69. Terdapat empat pernyataan yang memiliki nilai <0,69 maka pernyataan tersebut diperbaiki sesuai saran dari ahli.
Pilot test dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden. Pilot test
tersebut menghasilkan nilai validitas tiap butir pernyataan dan nilai reliabilitas. Pernyataan yang tidak valid memiliki nilai koefisien korelasi kurang dari 0,361 akan dikeluarkan dari kuesioner. Sementara untuk uji reliabilitas dengan melihat nilai Alpha Cronbach. Hasil yang diperoleh keseluruhan variabel memiliki nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,6 sehingga kuesioner dapat digunakan untuk pengambilan data selanjutnya dengan total 24 pernyataan.
dipilih karena dianggap paling tepat di antara teknik pengambilan sampel yang lain, karena populasi pada penelitian ini merupakan pengambilan beberapa fakultas pada Universitas Brawijaya yang mempunyai e-learning fakultas dan mempergunakanya dan kluster yang digunakan adalah fakultas. Sampel yang digunakan pada penelitian berjumlah 100 orang. Pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner melalui media sosial.
Setelah data terkumpul maka akan diuji terlebih dahulu melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas. Selanjutnya, data diolah dengan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2016). Hasil nilai mean setelah diubah menjadi persentase akan digolongkan ke enam kategori menurut Azwar (2012).
Tabel 1 Kategori Nilai
Rentang Nilai Kategori
83,35 < x ≤ 100 Sangat tinggi
66,68 < x ≤ 83,35 Tinggi
50,01 < x ≤ 66,68 Cukup tinggi
33,34 < x ≤ 50,01 Cukup rendah
16,67 < x ≤ 33,34 Rendah
0 < x ≤ 16,67 Sangat rendah
Langkah selanjutnya, yaitu melakukan evaluasi dari hasil pengolahan data dengan melakukan pembahasan. Pembahasan dilakukan dengan memberikan rekomendasi perbaikan terhadap indikator tiap variabel yang memiliki nilai di bawah rata-rata total. Rekomendasi yang diberikan penulis dapat digunakan oleh pihak fakultas. Tahap terakhir pada penelitian ini yaitu menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah berdasarkan pengolahan dan pembahasan data. Sedangkan saran berdasarkan evaluasi pada penelitian yang telah dilakukan sehingga menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.
3. HASIL
Sebelum melakukan pengolahan data statistik deskriptif maka dilakukan terlebih dahulu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas.
Tabel 2 Statistik Deskriptif Perceived Usefulness
Modus Median Std. Deviasi
Varians Mean %
4 4 0,797 0,636 3,60 72
Kriteria Tinggi
Hasil analisis data pada variabel perceived usefulness disajikan pada Tabel 2. Rata-rata total secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 71%. Variabel
perceived usefulness memiliki rata-rata di atas rata-rata total sehingga tetap direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan agar dapat mencapai kategori sangat tinggi.
Tabel 3 Statistik Deskriptif Confirmation
Modus Median Std. Deviasi
Varians Mean %
2 3 1,015 1,032 2,72 54,4
Kriteria Cukup
Tinggi
Hasil analisis data pada variabel
confirmation disajikan pada Tabel 3. Rata-rata total secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup tinggi dengan persentase sebesar 54,4%. Variabel confirmation memiliki rata-rata di atas rata-rata total sehingga tetap direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan agar dapat mencapai kategori sangat tinggi
Tabel 4 Statistik Deskriptif Satisfaction
Modus Median Std. Deviasi
Varians Mean %
2 2 1,038 1,079 2,37 47,4
Kriteria Cukup
Rendah
Hasil analisis data pada variabel
Tabel 5 Statistik Deskriptif Continuance Intention
Kriteria Cukup
Renda h
Hasil analisis data pada variabel
continuance intention disajikan pada Tabel 5. Rata-rata total secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup rendah dengan persentase 40,2%. Variabel continuance intention memiliki rata-rata kurang dari rata-rata total sehingga menjadi prioritas utama yang direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan agar mencapai kategori sangat tinggi.
Tabel 6 Statistik Deskriptif System Quality
Indi
Jumlah Total 75,4
8
Kriteria Ting
gi
Pada variabel system quality terdapat lima indikator, yaitu ease of use, response time, flexibility, reliability, dan security. Hasil analisis data system quality disajikan pada Tabel 6. Nilai variabel system quality secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 75,48%. Indikator response time dan flexibility memiliki rata-rata kurang dari rata-rata total sehingga keduanya direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan
Tabel 7 Statistik Deskriptif Information Quality
Pada variabel information quality terdapat lima indikator, yaitu completeness, format, accuracy, timeliness, dan relevance. Hasil analisis data information quality disajikan pada Tabel 7. Nilai variabel information quality
secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 70,16%. Indikator completeness dan format memiliki rata-rata kurang dari rata-rata total sehingga keduanya direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan.
Pada variabel service quality terdapat tiga indikator, yaitu responsiveness, assurance, dan
emphaty. Hasil analisis data service quality
disajikan pada Tabel 8. Nilai variabel service quality secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup tinggi dengan presentase sebesar 64,8%. Indikator assurance dan emphaty
memiliki rata-rata kurang dari rata-rata total sehingga keduanya direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan.
Tabel 8 Statistik Deskriptif Service Quality
Indi
Jumlah Total 70
,1 6
Kriteria Ti
Tabel 9 Statistik Deskriptif Use variabel use secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi dengan presentase sebesar 69,5%. Indikator frequency of use memiliki rata-rata dibawah rata-rata total sehingga direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan.
Pada variabel user satisfaction terdapat dua indikator, yaitu information satisfaction dan
repeat purchase. Hasil analisis data user satisfaction disajikan pada Tabel 10. Nilai variabel user satisfaction secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup tinggi dengan persentase sebesar 59%. Indikator information satisfaction memiliki rata kurang dari rata-rata total sehingga direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan.
Tabel 10 Statistik Deskriptif User Satisfaction
Tabel 11 Statistik Deskriptif Net Benefits
Indikato indikator, yaitu improved knowledge sharing, improved individual prouctivity, dan
communication effectiveness. Hasil analisis data
net benefits disajikan pada tabel 11. Nilai variabel net benefits secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 70,1%. Indikator improved knowledge sharing dan communication effectiveness memiliki rata kurang dari rata-rata total sehingga keduanya direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan.
4. PEMBAHASAN
Variabel perceived usefulness dalam
Indika
Kriteria Cukup
penelitian ini untuk mengetahui meningkat atau tidaknya produktifitas dan kualitas pekerjaan (kerja jadi lebih mudah) pengguna saat menggunakan sistem layanan e-learning oleh pengguna yaitu mahasiswa pada empat Fakultas di Universitas Brawijaya; sebagaimana pernyataan Darmawan (2012:9) disitasi dalam (Ihwanah, 2016), ada sejumlah masalah lain dalam upaya implementasi e-learning salah satu penyebab utama adalah kurangnya sumber daya manusia dalam proses transformasi teknologi, infrastruktur, dan perangkat hukum yang mengaturnya. Hal yang perlu diperhatikan bahwa Universitas Brawijaya tentu juga perlu mentransformasi cara pengajaran dan proses pembelajarannya yaitu dengan cara memaksimalkan penggunaan e-learning tiap fakultas agar mahasiswa dapat merasakan kegunaan dari e-learning; tentu perkuliahan di kelas dinilai terbatas waktunya karena hanya sekitar dua jam; sehingga pemahaman mahasiswa masih kurang. Oleh karena itu diberikan faktor pendukung untuk menunjang perkuliahan yang salah satunya mengoptimalkan penggunaan e-learning. Karena terkait fasilitas e-learning itu sendiri selain dapat mengumpulkan tugas, mahasiswa juga bisa mengunduh materi perkuliahan. Sehingga mahasiswa tidak perlu repot mencatat ketika perkuliahan berlangsung dan lebih fokus mengikuti perkuliahan. Kemudian menjadikan
e-learning sebagaimana fungsinya dalam pembelajaran yaitu subtitusi atau pengganti; tujuannya untuk membantu mempermudah mahasiswa mengelola kegiatan pembelajaran/perkuliahan sehingga mahasiswa dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas lainnya dengan kegiatan perkuliahan.
Variabel confirmation dalam penelitian ini untuk mengetahui sesuai atau tidaknya harapan dan kesesuaian pada realita pengguna dalam segi pengalaman dan tingkat layanan terhadap sistem layanan e-learning oleh pengguna yaitu mahasiswa pada empat Fakultas di Universitas Brawijaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa user
tersebut akan merasa puas karena konfirmasi yang terpenuhi; hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghasemaghaei & Hassanein (2015); pengguna akan mengunjungi situs web apabila merasa situs web tersebut akan membantu dalam menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, tiap fakultas perlu meningkatkan penggunaan e-learning, dikarenakan masih banyak dosen yang tidak menggunakan e-learning fakultas dengan semestinya; maka tiap
fakultas tentu perlu mengeluarkan kebijakan terkait penggunaan e-learning. Kebijakan yang tepat tentunya adalah kebijakan top-down.
Kebijakan top-down sendiri yaitu pendekatan dari atas ke bawah, pada pendekatan ini asumsi yang terjadi adalah para pembuat keputusan merupakan aktor kunci dalam keberhasilan implementasi, sedangkan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses implementasi dianggap menghambat. Hal ini tentu akan sangat meningkatkan minat penggunaan e-learning
secara signifikan
.
Variabel satisfaction dalam penelitian ini untuk mengetahui perasaan terhadap pengalaman secara umum mengenai program e-learning yang telah digunakan, seperti senang, kecewa, dan buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Ghasemaghaei & Hassanein (2015) menyatakan bahwa information quality
memengaruhi secara kuat kepuasan pengguna. Rekomendasi yang diberikan adalah menyediakan informasi yang lengkap, tepat, dan
up to date seperti misalnya materi kuliah yang di upload secara berkala untuk meningkatkan minat menggunakan e-learning dan kepuasan penggunananya. Sistem informasi e-learning
yang memuaskan tentu akan digunakan oleh mahasiswa dan dosen apabila sistemnya mudah digunakan, memberi banyak informasi, sesuai dengan keinginan pengguna, dan memberi layanan interaktif.
Variabel continuance intention dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana niat pengguna dalam keberlangsungan penggunaan sistem layanan e-learning. Niat perilaku untuk menggunakan e-learning fakultas di Universitas Brawijaya tersebut dipengaruhi oleh sikap pengguna yang merupakan ketertarikan untuk menggunakan e-learning. Persepsi kegunaan dipengaruhi oleh fungsionalitas sistem yang merupakan kemampuan dari suatu e-learning
untuk menyediakan akses yang fleksibel. Fungsionalitas sistem merupakan faktor utama berjalan atau tidaknya suatu e- learning. Perbaikan infrastruktur perlu dilakukan agar layanan sistem dapat berjalan dengan lancar. Pemakaian fitur juga perlu dimaksimalkan untuk meningkatkan fungsionalitas sistem dan meningkatkan kepuasan pengguna, fitur yang bisa lebih ditingkatkan kegunaannya adalah forum diskusi agar mahasiswa dan dosen dapat berinteraksi.
pengguna yaitu mahasiswa pada empat Fakultas di Universitas Brawijaya. Jika sistem memiliki kecepatan akses atau waktu respon yang optimal maka dapat dikatakan bahwa sistem yang diterapkan memiliki kualitas yang baik.
Response time juga dapat dilihat dari kecepatan pengguna dalam menelusuri informasi yang dibutuhkan (DeLone & McLean, 2016). Hal yang perlu diperhatikan website e-learning
fakultas adalah menghapus elemen website yang dirasa tidak penting dan menyewa hosting yang lebih cepat seperti vps atau dedicated server agar pengguna lebih cepat dalam menemukan konten yang diinginkan.
Variabel information quality dalam penelitian ini untuk mengetahui kualitas output
dari e-learning pada perspektif pengguna yaitu mahasiswa pada empat Fakultas di Universitas Brawijaya. Semakin jarang informasi diperbarui maka semakin kecil kemungkinan informasi tersebut berguna bagi pengguna (Bovee, Srivastava, & Mak, 2003) maka rekomendasi yang diberikan adalah menyediakan informasi yang lengkap, tepat, dan up to date seperti misalnya materi kuliah yang dibutuhkan di
upload secara berkala untuk meningkatkan minat menggunakan e-learning. Sesuai dengan rujukan menurut (Tam & Oliveira, 2016) pembaruan informasi secara berkala dan lengkap sesuai yang dibutuhkan oleh pengguna dapat meningkatkan kualitas informasi.
Variabel service quality dalam penelitian ini untuk mengetahui kualitas dukungan yang diberikan e-learning terhadap pengguna yaitu mahasiswa pada empat Fakultas di Universitas Brawijaya. Menyediakan bantuan online, karyawan IT yang mudah dihubungi ketika pengguna membutuhkan bantuan, menyediakan pelatihan, sosialisasi, dan edukasi untuk menggunakan e-learning pun direkomendasikan untuk meningkatkan pelayanan. Hal ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh (Alaan, 2016) terkait dengan peningkatan kualifikasi sumber daya manusia; menurutnya bahwa peningkatan kualifikasi dapat dilakukan dengan pemberian pelatihan dan pengembangan bagi karyawan, sehingga peningkatan dalam pelayanan yang cepat dalam menangani masalah pengguna akan menunjukkan bahwa penyedia benar-benar memahami kebutuhan pengguna.
Variabel use dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa sering mahasiswa di empat Fakultas pada Universitas Brawijaya menggunakan e-learning berbasis moodle.
Seiring dengan munculnya berbagai kendala
yang timbul dalam implementasi e-learning di empat Fakultas di Universitas Brawijaya, bukan berarti penerapannya ditunda dan tidak segera dimulai. Namun, harus dicarikan upaya agar penerapannya bisa optimal dengan segala keterbatasan yang ada. Adapun upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah seperti yang diketahui bahwa semua sumber daya manusia memiliki pengaruh yang besar dalam e-learning, tetapi komponen yang mendasar adalah dosen dan mahasiswa, sehingga karakteristik atau budaya yang menjadi kebiasaan dosen dan mahasiswa perlu diubah serta disesuaikan melalui berbagai pendekatan, pelatihan dan sosialisasi dari karakteristik dosen dan mahasiswa secara konvensional ke modernisasi. Tentunya setelah itu pengguna akan merasakan kegunaan pada e-learning yang pastinya akan meningkatkan minat penggunaan pada e-learning.
Variabel user satisfaction dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui respon yang diberikan mahasiswa pada empat Fakultas di Universitas Brawijaya setelah menggunakan e-learning berbasis moodle. Kepuasan pemakai (user satisfaction) merupakan respon pengguna terhadap penggunaan keluaran dari sistem informasi. Kepuasan pemakai merupakan respon langsung terhadap hasil keluaran dari sistem informasi, beberapa peneliti seperti EinDor dan Segev serta Hamilton dan Chervany dalam Jogiyanto (2007) disitasi dalam (Widodo, Handayani, & Saifi, n.d.) mengusulkan bahwa kepuasan pemakai adalah satu-satunya faktor penentu keberhasilan suatu sistem informasi. Maka seperti pada pembahasan sebelumnya, kredibilitas situs dapat diamati dari aspek konten informasi. Kredibilitas informasi merupakan kunci sukses dari situs dan berdampak pada loyalitas pengguna (McKnight & Kacmar, 2007: 423) disitasi dalam (Rusfian, Irwansyah, & Ernungtyas, 2014), terkait hal ini maka masih ada yang perlu diperbaiki seperti menyediakan informasi yang lengkap, tepat, dan up to date.
Sehingga pengguna tidak hanya mengunjungi website e-learning berulang hanya untuk mengumpulkan tugas namun juga untuk mencari informasi yang dibutuhkan secara berulang
.
oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan improved knowledge sharing
(meningkatkan berbagi pengetahuan) dan
communication effectiveness (efektivitas komunikasi) adalah dengan menerapkan case-based learning yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan kasus. Secara metodologis, case-based learning adalah proses pembelajaran bertingkat dengan menggunakan kasus sebagai media pembelajarannya. Terdapat tiga tingkatan dalam sebuah case-based learning, yakni tingkat individu, kelompok dan kelas. Pada tingkat individu, seseorang diberikan tugas untuk menganalisis sebuah kasus seorang diri. Individu tersebut akan menggunakan pengetahuannya dan sumber-sumber rujukan yang dimilikinya untuk melakukan tugasnya tersebut. Individu ini akan melakukan analisis secara sistematis, mulai dari perumusan masalah, analisis, hingga menemukan solusinya, setelah melalui fase pembelajaran individu, mulailah pembelajaran di tingkat kelompok, dengan demikian keberlangsungan improved knowledge sharing (meningkatkatkan berbagi pengetahuan) dan communication effectiveness
(efektivitas komunikasi) terjamin akan meningkat, hal ini merujuk pada penelitian (Astuti Maria Hanim, Pripadi Apol Dr., 2013) bahwa case-based learning dapat meningkatkan
improved knowledge sharing dan
communication effectiveness.
5. SIMPULAN
Hasil statistik deskriptif pada model expectation-confirmation menunjukkan bahwa kondisi variabel perceived usefulness termasuk kategori tinggi, confirmation termasuk kategori cukup tinggi, satisfaction termasuk kategori cukup rendah, dan continuance intention
termasuk kategori cukup rendah. Secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup tinggi, aspek yang perlu diperhatikan adalah variabel satisfaction dan continuance intention.
Sedangkan hasil statisitik deskriptik pada model delone and mclean menunjukkkan bahwa kondisi variabel system quality termasuk dalam kategori tinggi, information quality termasuk dalam kategori tinggi, service quality termasuk dalam kategori cukup tinggi, use termasuk dalam kategori tinggi, user satisfaction termasuk dalam kategori cukup tinggi, dan net benefits termasuk dalam kategori tinggi. Secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi, aspek yang perlu diperhatikan adalah variabel service
quality dan user satisfaction. Rekomendasi yang diberikan kepada empat Fakultas di Universitas Brawijaya untuk meningkatkan kualitas dan kesuksesan implementasi e-learning berbasis
moodle yaitu memperhatikan tampilan design agar lebih menarik, melakukan kegiatan evaluasi secara rutin, meningkatkan penggunaan e-learning, memperbarui informasi secara rutin, dan melakukan perawatan pada website.
Penelitian selanjutnya bisa dengan memperbesar jumlah sampel agar hasilnya lebih representatif sehingga dapat menggeneralisir kondisi yang sebenarnya di lapangan, kemudian menggunakan metode selain
Expectation-Confirmation’s Model dan Delone and Mclean’s
Model untuk mengukur kualitas dan kesuksesan seperti UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology)dan Seddon Model, dan disarankan membuat sistem yang bisa menampung informasi dari pengguna sehingga dari sistem tersebut bisa dijadikan dasar evaluasi terkait kualitas informasi yang disajikan e-learning.
6. DAFTAR PUSTAKA
Alaan, Y. (2016). Pengaruh Service Quality (Tangible,Empathy,Reliability,Responsive ness dan Assurance) Terhadap Customer
Satisfaction : Penelitian Pada Hotel Selera
Bandung. Jurnal Manajemen, 15(2), 255– 270.
Astuti Maria Hanim, Pripadi Apol Dr., K. A. (2013). Analisis Kualitas Sistem Informasi Terhadap Peningkatan Produktivitas Dan Pengetahuan Mahasiswa Sebagai Pengguna Media Pembelajaran Berbasis
E-Learning (Studi Kasus : Jurusan Sistem
Informasi ITS Surabaya). Teknik Pomits, 1–8.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas (4th ed.). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bhattacherjee, A. (2001). UNDERSTANDING INFORMATION SYSTEMS
CONTINUANCE: AN
EXPECTATIONCONFIRMATION MODE, 25(3), 351–370.
Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness , Perceived Ease of Use , and User Acceptance of lnformation Technology.
MIS Quarterly, 13(3), 319–340. https://doi.org/10.2307/249008
DeLone, W. H., & McLean, E. R. (2003). The DeLone and McLean model of information systems success: A ten-year update.
Journal of Management Information Systems, 19(4), 9–30. https://doi.org/10.1080/07421222.2003.11 045748
DeLone, W. H., & McLean, E. R. (2016).
Information Systems Success Measurement.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1561/2 900000005 Information
Ghasemaghaei, M. & Hassanein, K., 2015.
Online information quality and consumer satisfaction: The moderating roles of contextual factors – A meta-analysis. Information & Management, Volume 52, pp. 965-981.
Ihwanah, A. I. (2016). Implementasi E-Learning Dalam Kegiatan Pembelajaran Pgmi Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Cakrawala, XI(1), 76–91.
Rusfian, Z. E., Irwansyah, & Ernungtyas, F. N. (2014). USABILITAS , DESAIN DAN INFORMASI KONTEN SITUS BURSA. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Tam, C., & Oliveira, T. (2016). Performance impact of mobile banking: using the task-technology fit (TTF) approach.
International Journal of Bank Marketing,
34(4), 434–457. https://doi.org/10.1108/IJBM-11-2014-0169
Widodo, T. W., Handayani, S. R., & Saifi, M. (n.d.). Pengaruh aplikasi sistem informasi manajemen (sim) terhadap kinerja karyawan, 87–100.