• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Akhir Adi Putra 15107025 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Akhir Adi Putra 15107025 (1)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KINERJA SOFTWARE ON-LINE PPP

(PRECISE POINT POSITIONING) DALAM

PENGOLAHAN DATA SURVEY GPS

TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Oleh

ADI PUTRA

NIM. 151 07 025

Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir

STUDI KINERJA SOFTWARE ON-LINE PPP (

Precise Point

Positioning

) DALAM PENGOLAHAN DATA SURVEY GPS

Adalah benar dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan

sebelumnya baik sebagian maupun seluruhnya, baik oleh saya maupun oleh orang lain,

baik di ITB maupu n di instansi pendidikan lainnya.

Bandung, Mei 2012

NIM. 151 07 025 Adi Putra

Bandung, Mei 2012

Pembimbing

Pembimbing I

Dr. Ir. Dina Anggreni Sarsito, MT.

Pembimbing II

NIP. 19700512 199512 2 001 NIP. 19780329 201012 1 004 Irwan Gumilar, ST. M.Si

Disahkan Oleh :

Ketua Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Institut Teknologi Bandung

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “STUDI

KINERJA SOFTWARE ON-LINE PPP (Precise Point Positioning) DALAM PENGOLAHAN DATA SURVEY GPS” Tak lupa juga penulis memanjatkan shalawat

serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarganya, seluruh sahabatnya,

dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman kelak. Tugas Akhir ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Teknik Geodesi

dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung. Pada Tugas Akhir ini penulis

memanfaatkan teknologi website-GPS-online processing untuk mendapatkan

perbandingan dari beberapa website terkait parameter yang digunakan serta koordinat

yang dihasilkan. Hasil dari Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi salah satu

alternatif dari pengolahan data Precise Point Positioning (PPP) data GPS yang cepat dan

presisi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Dina Anggreni Sarsito, MT. dan Irwan Gumilar, ST. M.Si. selaku dosen pembimbing. .

2. Dr. Ir. Kosasih Prijatna, M.Sc. selaku ketua program studi sarjana Teknik

Geodesi dan Geomatika.

3. Seluruh dosen di lingkungan Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika

yang telah memberikan ilmunya dan seluruh karyawan yang telah banyak

membantu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata

(4)

iii

LEMBAR PENGHARGAAN

Penghargaan dan penghormatan penulis sampaikan kepada semua yang telah berjasa dan

menginspirasi, tidak hanya dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, melainkan dalam

kehidupan penulis sehari-hari:

1. Allah SWT atas segala nikmat, karunia, dan izin-Nya yang telah diberikan dan juga

kepada kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW.

2. Kedua orang tuaku dan keluargaku tercinta.; Ayahandaku, Yaumal Ikhlas;

Ibundaku, Ineng Naini akan kupersembahkan yang terbaik. Adikku, Eka Putri;

berikan yang terbaik untuk kedua orang tua kita.

3. Buk Dr. Ir. Dina Anggreni Sarsito, MT, dosen pembimbing I, untuk segala

kesabaran, bimbingan, dan pembelajarannya.

4. Pak Irwan Gumilar, ST. M.Si., dosen pembimbing II, juga untuk segala bimbingan dan pembelajarannya, terutama selama di survey-survey lapangan.

5. Kepada semua akademisi di Prodi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB.

6. Kepada GD 2007, seperjuangan kuliah dan paling dikenang masa-masa ospek.

7. Kepada teman-teman di IMG, yang memdidik saya menjadi dewasa.

8. Keada teman-teman sekontrakan. Hidup susah senang sama-sama selama kuliah.

9. Kepada teman-teman Lab GD, seperjuangan mengerjakan Tugas Akhir ini.

10. Kepada semua yang berpengaruh dan membantu saya dalam pengerjaan Tugas

(5)

iv

ABSTRAK

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit.

Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini,

didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga

informasi mengenai waktu, secara teliti di seluruh dunia (Abidin, 2007). Banyak

aplikasi dalam navigasi, survei tanah, definisi tanah dan sejumlah pemetaan telah

dibuat lebih sederhana dan lebih tepat karena aksesibilitas data Global Positioning

System (GPS), dan dengan demikian permintaan untuk menggunakan teknik-teknik

canggih GPS di survei aplikasi telah menjadi penting Teknik diferensial adalah

satu-satunya sumber posisi yang akurat selama bertahun-tahun, dan tetap digunakan

meskipun biaya.

Precise point positioning (PPP) adalah teknik alternatif untuk metode penentuan

posisi diferensial yang pengguna dengan penerima tunggal dapat mencapai akurasi

posisi pada skala sentimeter atau decimeter. Belakangan ini banyak website yang

menawarkan pengolahan data PPP secara online dan gratis. Sehubungan dengan itu

maka perlu dilakukan penelitian tentang kinerja dan hasil dari beberapa website yang

memberikan layanan tersebut. Penelitian ini melakukan pencaritahuan tentang parameter

yang digunakan dan koordinat yang dihasikan pada website tersebut. Data CORS dari

stasiun ITB, UPI, Ceremai, Alaska, dan Pago dipotong menjadi data pengamatan yang

bervariasi, yaitu 2 jam, 4 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam.

Data pengamatan tersebut dikirimkan dengan cara menggungah data tersebut

pada masing-masing website. Hasil pengiriman data CORS dengan lama pengamatan 2,

4, 6, 12, 24 jam menghasilkan koordinat dan strandar deviasi yang dikirimkan ke-email

pengguna. Koordinat yang dihasilkan ditransformasikan pada bidang proyeksi

(Universal Trasversal Mercator) UTM yang selanjutnya dilihat pengaruh repeatibilitas

pada masing-masing website. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini website OPUS

lebih baik digunakan pada titik pengamatan di Indonesia. Koordinat yang dihasilkan dari

(6)

v

ABSTRACT

GPS is a system of satellite navigation and positioning using satellites. Systems

that an be used by many people at once in all this weather, is designed to

providethree-dimensional position and velocity of a thorough examination, as well asinformation

on time, be careful around the world (Abidin, 2007). Many applications in navigation,

land surveying, mapping and a number of definitions of land have beenmade simpler

and more precise because of the accessibility of data Global PositioningSystem (GPS),

and thus the demand for the use of advanced techniques in surveying GPS has

become an important application is the differential technique the only sourceof accurate

positions for many years, and remained in use despite the cost.

Precisepoint positioning (PPP) is analternative technique for differential positi

oning method that users with a single receiver can achieve position accuracy at the

centimeter ordecimeter scale. Lately a lot of websites that offer online data processing

and free PPP. In that regard it is necessary to research on performance and results

of several websites that provide such services. This study did pencaritahuan about the

parameters used andthe coordinates of the dihasikan on the website.

Data from the station ITB Cors, UPI,Ceremai, Alaska, and Pago cut into a

variety of observational data, which is 2 hours, 4hours, 6 hours, 12 hours, and 24 hours.

Observational data are transmitted by way of upload data on each website. The results

of the data transmission with a longobservation Cors 2, 4, 6, 12, 24 hours produces the

coordinates and deviationstrander-mail sent to users. The resulting transformed

coordinates of the projection (Universal Trasversal Mercator) UTM is next seen

repeatibilitas influence on eachwebsite. Results obtained from this study OPUS website

are better used at the point of observation in Indonesia. The resulting coordinates of the

(7)

vi

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Terimakasih pada Papa, Mama, Adek Putri

Keluargaku yang tersayang

Semua ini bisa saya selesaikan berkat doa dari orang-orang yang tersayang

Sosok yang saya sangat rindu untuk bertemu.

Nabi Muhammad saw

Beliau berkata:

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

LEMBAR PENGHARGAAN ...iii

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 2

1.4 Kemanfaatan Tugas Akhir ... 4

1.5 Metodologi Penelitian ... 5

BAB 2 DASAR TEORI ... 8

2.1 GPS (Global Positioning System) ... 8

2.2 Metode Penentuan Posisi dengan GPS ... 9

2.2.1 Metode Penentuan Posisi Absolut ... 10

BAB 3 PEMBAHASAN ... 25

3.1 Data Pengamatan ... 25

3.2 Pemotongan Data ... 25

3.3 Pengiriman Data ... 28

3.4 Penerimaan Hasil Pengolahan Data ... 31

BAB 4 ANALISIS ... 38

4.1 Hasil Pengolahan dan Analisis ... 38

4.2 Perbandingan Antar Website ... 38

4.3 Perbandingan Parameter yang Digunakan ... 39

4.4 Perbandingan Hasil Pengolahan Data ... 41

4.4.1 Perbandingan Repeatibilitas ... 41

(9)

viii

4.4.3 Perbandingan Hasil Koordinat ... 57

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR REFERENSI ... 63

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Halaman website GAPS, http://gaps.gge.unb.ca/ ... 3

Gambar 1.2 Halaman website OPUS, http://www.ngs.noaa.gov/OPUS/opus.jsp ... 3

Gambar 1.3 Halaman website APPS, http://apps.gdgps.net/apps_file_upload.php ... 4

Gambar 2.1 Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)... 8

Gambar 2.2 Metode penentuan posisi absolut ... 10

Gambar 2.3 Hasil dari GPS Precise Point Positioning (PPP), [El-Rabbany,2003] ... 14

Gambar 2.4 Ilustrasi Geometri Satelit Terhadap Kualitas DOP (http://lazarus.elte.hu/tajfutas/magyar/archiv/dg/3.htm)... 15

Gambar 3.1 Tampilan dari software SKI-pro ... 26

Gambar 3.2 Pemilihan data yang akan dipotong ... 26

Gambar 3.3 Menyimpan data sesuai pilihan jam ... 27

Gambar 3.4 Pilihan strategi pengolahan data GAPS ... 29

Gambar 3.5 Tampilan halaman pengunggahan pada website OPUS... 30

Gambar 3.6 Tampilan halaman website APPS ... 31

Gambar 3.7 Contoh informasi pengolahan data pada website GAPS ... 32

Gambar 3.8 Contoh koordinat yang dihasilkan ... 33

Gambar 3.9 Contoh grafik yang diberikan oleh website GAPS ... 34

Gambar 3.10 Hasil dari OPUS ... 35

Gambar 3.11 Contoh hasil pengolahan dari website APPS ... 37

Gambar 4.1 Penyimpangan koordinat hasil website GAPS pada CORS ITB ... 41

Gambar 4.2 Penyimpangan koodinat hasil website GAPS pada CORS UPI ... 42

Gambar 4.3 Penyimpangan koodinat hasil website GAPS pada CORS Ceremai ... 43

Gambar 4.4 Penyimpangan koodinat hasil website GAPS pada CORS Alaska ... 44

Gambar 4.5 Penyimpangan koodinat hasil website GAPS pada CORS Pago ... 45

Gambar 4.6 Penyimpangan koodinat hasil website OPUS pada CORS ITB ... 46

Gambar 4.7 Penyimpangan koodinat hasil website OPUS pada CORS UPI ... 47

Gambar 4.8 Penyimpangan koodinat hasil website OPUS pada CORS Ceremai ... 48

Gambar 4.9 Penyimpangan koodinat hasil website OPUS pada CORS Alaska ... 49

(11)

x

Gambar 4.11 Penyimpangan koodinat hasil website APPS pada CORS ITB... 51

Gambar 4.12 Penyimpangan koodinat hasil website APPS pada CORS UPI ... 52

Gambar 4.13 Website APPS tidak dapat memberikan hasil dari data yang dikirimkan. 52 Gambar 4.14 Persebaran koodinat hasil website APPS pada CORS Ceremai ... 53

Gambar 4.15 Persebaran koodinat hasil website APPS pada CORS Alaska ... 53

Gambar 4.16 Persebaran koodinat hasil website APPS pada CORS Pago ... 54

Gambar 4.17 Pebedaan nilai tinggi yang dihasilkan pada CORS ITB ... 55

Gambar 4.18 Pebedaan nilai tinggi yang dihasilkan pada CORS UPI ... 55

Gambar 4.19 Pebedaan nilai tinggi yang dihasilkan pada CORS Ceremai ... 56

Gambar 4.20 Perbedaan nilai tinggi yang dihasilkan pada CORS Ceremai ... 56

Gambar 4.21 Pebedaan nilai tinggi yang dihasilkan pada CORS Pago ... 57

Gambar 4.22 Perbandingan persebaran ketiga website pada CORS ITB ... 57

Gambar 4.23 Perbandingan persebaran ketiga website pada CORS UPI ... 58

Gambar 4.24 Perbandingan persebaran ketiga website pada CORS Ceremai ... 58

Gambar 4.25 Perbandingan persebaran ketiga website pada CORS Alaska... 59

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor dan parameter yang mempengaruhi ketelitian penentuan posisi dengan

GPS (Abidin, 2007)... 9

Tabel 2.2 Metode-metode penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007) ... 10

Tabel 2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi kesalahan data GPS (Abidin, 2007) ... 15

Tabel 2.4 Karakteristik Komponen Kering dan Komponen Basah dari Bias Troposfer (El-Arini, 2008) ... 20

Tabel 2.5 Formula Matematis Model Hopfield (Abidin, 2006). ... 22

Tabel 2.6 Nilai Tipikal Kesalahan Orbit GPS [IGS 2008]... 24

Tabel 3.1 Data yang Digunakan ... 25

Tabel 3.2 Pembagian Data Berdasarkan Lama Pengamatan ... 28

Tabel 4.1 Perbandingan pilihan yang tersedia ... 38

Tabel 4.2 Parameter yang di gunakana pada setiap website ... 40

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi menggunakan wahana

satelit. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca

ini, didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga

informasi mengenai waktu, secara teliti di seluruh dunia (Abidin, 2007).

Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi jarak,

yaitu pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit yang koordinatnya diketahui

(Abidin, 2007). Posisi dalam GPS diberikan dalam datum WGS 84 yang didefinisikan

dan dipelihara oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Ketelitian posisi yang

didapat dengan pengamatan GPS secara umum akan tergantung pada empat faktor yaitu:

metode penentuan posisi yang digunakan, geometri dan distribusi dari satelit-satelit yang

diamati, ketelitian data yang digunakan, dan strategi/metode pengolahan data yang

diterapkan. Masing-masing faktor tersebut mempunyai beberapa parameter yang

berpengaruh pada ketelitian posisi yang akan diperoleh dari GPS (Abidin, 2007).

Pada aspek strategi/metode pengolahan data, ada beberapa perangkat lunak

(software) pengolahan data GPS yang beredar di pasaran pada saat ini. Secara umum

perangkat lunak GPS dapat dikelompokkan atas dua jenis, yaitu perangkat lunak

komersil dan perangkat lunak ilmiah. Perangkat lunak komersil umumnya berhubungan

dengan suatu merek receiver GPS tertentu, sedangkan perangkat lunak ilmiah umumnya

dibangun oleh suatu lembaga atau institusi ilmiah. Perangkat lunak komersial umumnya

ditunjukkan untuk melayani pengolahan data survei GPS untuk keperluan pengadaan

titik-titik kontrol pemetaan, serta relatif mudah untuk di operasikan dan juga tidak terlalu

banyak menawarkan pilihan-pilihan dalam strategi pemodelan dan pengestimasian

kesalahan dan bias. Sedangkan perangkat lunak ilmiah umumnya lebih canggih, baik

dalam strategi pengolahan data maupun dalam strategi penanganan kesalahan dan bias.

Perangkat lunak ilmiah umumnya digunakan untuk mengolah data survei geodesi yang

menuntut ketelitian relatif lebih tinggi, dan memiliki cakupan jaringan yang umumnya

(14)

2

Semakin meningkatnya kebutuhan akan penentuan posisi, maka banyak instansi

yang membutuhkan pengolahan data yang cepat dan efisien. Sekarang sudah ada

beberapa situs-situs yang menyediakan pengolahan data GPS on-line. Pengolahan data

GPS secara on-line dianggap solusi tepat, karena dapat diakeses oleh semua pengguna.

Permasalahan yang timbul akhir-akhir ini adalah ketelitian dan kepresisian dari hasil

pengolahan dari web-base GPS data processing service tersebut. Maka pada Tugas

Akhir ini akan meneliti selisih koordinat yang dihasilkan dari pengolahan data beberapa

web-base GPS data processing service yang mengunakan metode Precise Point

Positioning. Membandingkan paremeter dan pilihan yang diberikan oleh beberapa

web-baseGPSdata processing service yang tersedia.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Tugas Akhir ini adalah melakukan perbandingan dari hasil pengolahan

data GPS on-line dari beberapa web-baseGPSdata processing service yang terdapat di

dunia internet. Penelitian ini bertujuan mendapatkan perbedaan antara hasil on-linedata

processing dari beberapa web-base GPS data processing service yang menngunakan

metode Precise Point Positioning. Koordinat yang dihasilkan pada masing-masing

stasiun CORS yang sama dengan lama pengamatan yang berbeda-beda juga turut

dibandingkan kepresisiannya. Perbandingan juga dilakukan terhadap hasil dari on-line

data processing dari beberapa web-base GPS data processing service yang berupa

koordinat dan kepresisian yang dikirim melalui email yang dimiliki pengguna layanan

web-baseGPSdata processing service.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian ini, adalah :

1. Data hasil pengamatan GPS CORS ITB, UPI, Gn. Ceremai, Alaska, dan Pago selama

1 hari.

2. Data yang digunakan dengan lama pengamatan 2, 4, 6, 12, dan 24 jam.

3. Solusi GPS precise point positioning ( PPP) eksternal yang digunakan berasal dari

web-based GPS dan data processing service di situs situs internet yang diberikan

(15)

3

a) Canada (GPS Analysis and Positioning Software (GAPS)) dari University of New

Brunswick Canada..

Gambar 1.1 Halaman website GAPS,

b) Amerika Serikat, National Geodetic Survey (OPUS)

(16)

4

c) Auto-Gipsy (The NASA Global Differential GPS (APPS)

Gambar 1.3 Halaman website APPS,

4. Membahas dan menganalisa parameter yang digunkan, kecepatan pengolahan,

pilihan yang diberikan, kepresisian solusi dan posisi pada semua web-based GPS

data processing service.

5. Pada penelitian ini tidak membahas algoritma dari proses pengolahan data pada

masing-masing website.

6. Menyimpulkan dari analisa tersebut sesuai tujuan penelitian.

1.4 Kemanfaatan Tugas Akhir

a. Secara ilmiah, mengetahui tingkat kepresisian dan keakurasian solusi dari ke 3

web-based GPSdata processing service di atas

b. Secara rekayasa, memudahkan pengguna yang membutuhkan penentuan posisi

(17)

5

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang akan dilakukan dala Tugas Akhir ini adalah:

a. Studi literatur, meliputi kajian mengenai website pengolahan data GPS secara online

dan kajian jurnal metode Precise Point Positioning

b. Pengumpulan data hasil pengamatan CORS ITB, UPI, Ceremai, Alaska dan Pago.

c. Melakukan pemotongan data CORS menjadi 2, 4, 6, 12, dan 24 jam dengan

perangkat lunak Skipro.

d. Mengunggah setiap data ke tiga web-based GPS data processing service dan

mengunduh hasil pengolahan data GPS tersebut dari email pengguna.

e. Melakukan transformasi koodinat hasil pengolahan pada koordinat proyeksi UTM

dengan datum WGS84.

f. Menganalisa parameter yang digunakan pada setiap webseite tersebut.

g. Proese algoritma pengolahan data nya tidak di bahas pada penelitian ini, di

karenakan setiap website tidak memberikan informasi pemrosesan data tersebut.

h. Membandingkan paremeter yang digunakan oleh setiap web-based GPS data

processing service pada pengolahan data PPP (Precise Point Positioning), koordinat

hasil pengolahan pada masing-masing web-based GPS data processing service

dengan berbagai lama pengamatan data GPS yang diunggah dan menentukan

(18)

6

APPS GAPS-PPP

Skema dari metodologi dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Ket: Tidak dibahas

Gambar 1.4. Alur kerja penelitian

Pemotongan data GPS CORS dengan perangkat lunak Skipro menjadi 2,4,6,12,24

Submit ke Web-based GPS data processing

Hasil Koordinat dan kepresisian Algoritma

Mentranformasi koordinat hasil ke sistem koordinat UTM ,

Membandingkan presisi dalam sistem koordinat UTM

Repeatabilitas 3 software/potongan jam

software terbaik Analisis

OPUS

Parameter

Kesimpulan

(19)

7

1 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menjelaskan latar belakang penelitian, maksud dan tujuan

penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB 2DASAR TEORI

Pada bab ini akan dibahas definisi GPS, serta kajian tentang Precise Point

Positioning, dan web-based GPS processing service

BAB 3 PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas proses kegiatan yang dilakukan dalam penelitian yang

mencakup tahapan penelitian dan penjelasan proses yang dilakukan pada tiap

tahapan kegiatan tersebut beserta hasil yang diperoleh pada setiap tahapan

kegiatan tersebut.

BAB 4 ANALISIS

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai analisis dari data yang diperoleh dari

hasil pengolahan data. Analisis ini menyangkut analisis terhadap hasil

pengolahan data web-based GPS processing service membandingkan dan

menampilkan dalam bentuk grafik.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan hasil pengolahan dan

analisis yang telah didapatkan dan saran-saran yang berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian

(20)

8

BAB 2

DASAR TEORI

Bab ini berisi rangkuman referensi dari studi literatur untuk pengerjaan

penelitian ini. Menjelaskan tentang GPS, metode penetuan posisi, Precise Point

Positioning, koreksi-koreksi yang berpengaruh dalam pengolahan data GPS.

2.1 GPS (Global Positioning System)

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi menggunakan

satelit.Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini,

didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga

informasi mengenai waktu, secara teliti di seluruh dunia (Abidin, 2007).

Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi jarak,

yaitu pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit yang koordinatnya diketahui

(Abidin, 2007).Ilustrasi dari prinsip penentuan posisi dengan GPS dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)

Ketelitian posisi yang didapat dengan pengamatan GPS secara umum akan

tergantung pada empat faktor yaitu: metode penentuan posisi yang digunakan, geometri

dan distribusi dari satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang digunakan, dan

strategi/ metode pengolahan data yang diterapkan. Masing-masing faktor tersebut

(21)

9

diperoleh dari GPS (Abidin, 2007). Contoh beberapa parameter tersebut diberikan pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Faktor dan parameter yang mempengaruhi ketelitian penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)

Faktor Parameter

Ketelitian data • Tipe data yang digunakan (pseudorange, fase)

• Kualitas receiver GPS

• Level dari kesalahan dan bias

Geometri satelit • Jumlah satelit

• Lokasi dan distribusi satelit

• Lama pengamatan

Metode penentuan posisi

Absolut & differential positioning

Static, rapid static, pseudo-kinematic, stop-and-go,

kinematic

One & multi station referensis

Strategi pemrosesan data

• Real time & post processing

• Strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias

• Metode estimasi yang digunakan

• Pemrosesan baseline dan perataan jaringan

• Kontrol kualitas

2.2 Metode Penentuan Posisi dengan GPS

Pada dasarnya tergantung pada mekanisme pengaplikasiannya metode penentuan

posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas beberapa metode yaitu: absolute,

differential, static, rapid static, pseudo-kinematic, dan stop-and-go, seperti ditunjukkan

(22)

10

Tabel 2.2 Metode-metode penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)

Metode ABSOLUT DIFFERENSIAL Titik Receiver

STATIC   Diam Diam

KINEMATIK   Bergerak Bergerak

RAPID STATIC  Diam Diam (singkat)

PSEUDO-KINEMATIC

 Diam Diam dan

bergerak

STOP-AND-GO  diam Diam dan

bergerak

2.2.1 Metode Penentuan Posisi Absolut

Penentuan posisi secara absolut adalah metode penentuan posisi yang paling

mendasar dari GPS.Bahkan dapat dikatakan bahwa metode ini adalah metode penentuan

posisi dengan GPS yang direncanakan pada awalnya oleh pihak militer Amerika untuk

memberikan pelayanan navigasi terutama bagi personil dan wahana militer mereka.

Metode enentuan posisi ini, dalam moda statik dan kinemati, diiliustrasikan pada gambar

berikut:

(23)

11

Berkaitan dengan penentuan posisi secara absolut, ada beberapa catatan yang perlu

diperhatikan yaitu (Abidin, 2007):

• Metode ini kadang dinamakan juga metode point positioning, karena penentuan posisi dapat dilakukan per titik tanpa tergantung pada titik lainnya.

• Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 terhadap pusat massa bumi.

• Prinsip penentuan posisi adalah reseksi jarak ke beberapa satelit secara simultan.

• Untuk penentuan posisi hanya memerlukan satu recceiver GPS, dan tipe receiver

yang umum digunakan untuk keperluan ini adalah tipe navigasi atau kadang

dinamakan tipe genggam (hand held).

• Titik yang ditentukan posisi bisa dalam keadaan diam (moda statik) maupun

dalam keadaan bergerak (moda kinematik) seperti ditunjukan pada gambar 1.2.

• Biasanya menggunakan data psudeorange. Perlu juga dicatat bahwa dalam moda

statik, meskipun jarang sekali digunakan, data fase sebenarrnya juga bisa

digunakan yaitu dengan mengestimasi ambiguitas fase bersama-sama dengan

posisi.

• Ketelitian posisi yang diperoleh sangat tergatung pada tingkat ketelitian data

serta geometri satelit.

• Metode ini tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi yang teliti.

• Aplikasi utama dari metode ini adalahuntuk keperluan navigasi atau

aplikasi-aplikasi lain yang memerlukan informasi posisi yang tidak perlu terlalu teliti tapi

tersedia secara instan (real-time), seperti untuk keperluan reconnaissance dan

(24)

12

2.2.1.1 Metode Penentuan Posisi Absolut Teliti (Precise Point Positioning)

Metode penentuan posisi Precise Point Positioning adalah metode penentuan posisi

yang berkembang belakangan ini. Metode ini pada dasarnya adalah metode penentuan

posisi absolut yang menggunakan data one-way fase dan psedorange dalam bentuk

kombinasi bebas ionosfer. Metode ini umumnya dioperasionalkan dalam metode stastik

dan memerlukan data GPS dua frekuensi yang diamati menggunakan reciver GPS tipe

geodetik.

Dalam penentuan posisi absolute suatu stasiun pengamatan, persaman pengamataan

dari one-way fase dan pseudorange bebas ionosfer yang umumnya digunakan pada

metode PPP dapat difomulasikan sebagai berikut [Gao and Shen, 2002, 2004; Kouba

and Heroux, 2001]:

Pif = k1.P1 - k2.P2

= ρ + dtrop + dt + MPif + ϑPif (2.1)

Lif = k1.L1 - k2.L2

= ρ + dtrop + dt + MCif – ( k1. λ1.N1 – k2.λ2.N2 ) + ϑCif (2.2)

Keterangan:

Pif = Pseudorange bebas ionosfer

Lif = Fase bebas ionosfer

P = Pseudorange pada frekuensi fi (m)

L = Jarak fase pada frekuensi fi (m)

ρ = Jarak geometris antara pengamat (x,y,z) dengan satelit (m)

dtrop = Bias yang disebabkan oleh refraksi troposfer(m)

dt = Kesalahan dan offset dari jam receiver dan jam satelit(m)

MP, MC = Efek multipath pada hasil pengamatan (m)

(25)

13

Dimana faktor k1 dan k2 adalah fungsi dari frekuensi sinyal-sinyal GPS f1 dan f2 sebagai

berikut:

Pada persamaan (2.1) dan (2.2) di atas, parameter kesalahan orbit serta kesalahan

dan offset jam setelit tidak muncul dalam persamaan, dengan asumsi bahwa orbit teliti

(Precise orbit) serta informasi jam satelit dari IGS akan digunakan [IGS, 2005]. Oleh

sebab itu parameter yang ditentukan dalam pengolahan data metode PPP adalah: tiga

komponen koordinat, offset jam reciver, bias troposfer basah di arah zenith, dua

parameter gradient troposfer serta nilai real sejumlah ambiguitas fase dari data fase

bebas ionosfer yang terlibat [Gao and Shen, 2004]. Kesalahan multipath harus direduksi

dengan menggunakan antena GPS yang baik seta pemilihan lokasi yang memadai.

Disamping itu menurut [Kouba and Heroux, 2001], untuk penentuan posisi absolute

menggunakan data fase, beberapa parameter koreksi tambahan harus diperhitungkan

dalam pengolahan data, yaitu antara lain: efek pergerakan satelit (satellite attitude

effects), efek pergerakan lokasi pengamatan (site displacement effects), serta

pertimbangan kompatibilitas (compatibility considerations). Efek pergerakan satelit

mencakup offset antenna satelit dan koreksi phase wind-up. Sedangkan efek pergeseran

lokasi pengamat mencakup pasang surut Bumi (solid earth tides), pasang surut laut serta

Earth Rotation Parameters (ERP) yang terdiri dri presisi, nutasi, pergerakan kutub dan

perubahan panjang hari. Sedangkan pertimbangan kompatibilias mancakup pembobotan

yang konsisten dari kesalahan orbit dan jam satelit serta model dan konvensi yang

diimplementasikan dalam pengolahan data.

Metoda PPP sangat cocok bagi peneliti karena tidak membutuhkan dua atau lebih

receiver GPS yang simultan. Hal ini tidak terbatas untuk keberhasilan solusi guna

(26)

14

peneliti telah menggunakan metoda ini untuk penentuan posisi orbit rendah [Bisnath dan

Langley, 2002].

2.2.1.2 Komponen-komponen PPP (Precise Point Positioning)

Tidak seperti halnya pada penentuan posisi secara relative, beberapa bentuk

kesalahan atau bias tidak dapat dihilangkan pada penentuan posisi absolute teliti atau

Precise Point Positioning (PPP). Pergerakan stasiun atau receiver yang merupakan hasil

dari fenomena geofisik seperti pergerakan lempeng tektonik, pasang surut bumi dan

pembebanan samudera. Pendekatan ini dikenal dengan nama Precise Point Positioning.

Gambar 2.3 Hasil dari GPS Precise Point Positioning (PPP), [El-Rabbany,2003]

Untuk mendapatkan posisi yang teliti dari pengamatan GPS, maka dilakukan

penghilangan dan perudiksaan dari beberapa bentuk kesalahan yang mempengaruhinya..

Penentuan posisi secara Precise Point Positioning lebih teliti daripada penetuan posisi

geodetik secara absolut.

Dengan melakukan penentuan posisi secara Precise Point Positioning, maka dapat

dilakukan pengeliminasian dan pereduksian bias dan kesalahan sehingga akan

meningkatkan akurasi dan presisi data, dan selanjutnya akan meningkatkan tingkat

akurasi dan presisi posisi yang diperoleh. Dalam penentuan posisi secara Precise Point

Positioning ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian posisi yang

dihasilkan. Berikut faktor-faktor penentu dalam penentuan posisi secara Precise Point

(27)

15

Tabel 2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi kesalahan data GPS (Abidin, 2007)

Kesalahan dan Bias Dapat dieliminasi

Geometri satelit dilihat dari aspek kekuatan geometri satelit yang dapat dilihat dari

distribusi satelit selama pengamatan. Distribusi satelit yang baik adalah

terdistribusi merata pada empat kuadran di titik pengamatan. Untuk merefleksikan

kekuatan geometri dari konstelasi satelit, digunakan suatu bilangan yang disebut

dengan Dilution of Precision (DOP). Nilai DOP yang kecil akan menunjukkan

geometri satelit yang baik dan begitu sebaliknya. Ilustrasi dari geometri satelit

terhadap nilai DOP dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.4 Ilustrasi Geometri Satelit Terhadap Kualitas DOP (http://lazarus.elte.hu/tajfutas/magyar/archiv/dg/3.htm)

Karena satelit GPS selalu bergerak, maka konstelasi geometri satelit akan berubah

yang mengakibatkan nilai DOP akan bervariasi secara spasial maupun temporal.

(28)

16

a. GDOP = Geometrical DOP (posisi 3D dan waktu)

b. PDOP = Positional DOP (posisi 3D)

c. HDOP = Horizontal DOP (posisi horizontal)

d. VDOP = Vertical DOP (posisi vertikal)

e. TDOP = Time DOP (waktu)

f. RDOP = Relative DOP (posisi 3D secara diferensial)

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan GPS secara diferensial, maka DOP yang

perlu diperhatikan adalah RDOP. Pengamatan GPS secara diferensial akan

mengeliminasi kesalahan jam sehingga pada RDOP tidak terdapat DOP untuk

komponen waktu. Nilai dari RDOP dapat diestimasi sebelum pengukuran

dilaksanakan. Nilai RDOP dihitung berdasarkan matrik ko-faktor dari parameter

yang diestimasi melalui matriks desain pengamatan (A). Komponen dari matriks A

dihitung menggunakan koordinat pendekatan dari pengamat serta koordinat

pendekatan satelit yang umumnya dihitung menggunakan data almanak satelit. Jika

matriks A telah dibentuk, maka dapat dihitung matriks ko-faktor (Qxx)

menggunakan persamaan 2.8 berikut.

Qxx = (ATA)−1 (2.8)

Q𝑥𝑥𝑥𝑥 =�

qxx qxy qxh qxy qyy qyh qxh qyh qhh

� (2.9)

Keterangan:

Qxx = Matriks ko-faktor

A = Matrik desain

Dari matriks Qxx diatas dapat dihitung nilai RDOP menggunakan

(29)

17

RDOP =qxx + qyy + qhh (2.10)

Penentuan nilai RDOP sangat bergantung dari hasil perhitungan matriks Qxx.

Kualitas dari matriks Qxx dapat dilihat dari nilai condition number dari matriks

tersebut. Nilai dari condition number dari sebuah matriks akan mengindikasikan

kualitas dari pemecahan persamaan linear. Jika nilai condition number dari sebuah

matriks bernilai besar, maka matriks tersebut badly conditioned dan jika nilainya

kecil (mendekati satu) maka matriks tersebut well conditioned. Nilai condition

number ini akan terkait dengan nilai RDOP. Nilai RDOP akan bernilai kecil jika

nilai condition number-nya juga bernilai kecil dan sebaliknya. Nilai RDOP yang

bernilai besar mengindikasikan bahwa matriks Qxx yang dihasilkan close to

singular akibat dari geometri satelit yang tidak baik. Geometri satelit yang

direpresentasikan dalam RDOP untuk penentuan posisi GPS diferensial akan

mempengaruhi kualitas dari perataan dalam melakukan estimasi parameter.

2. Multipath

Permukaan yang dapat memantulkan sinyal GPS dapat mengakibatkan sinyal GPS

mencapai antena dimana sinyal tersebut tidak berada pada jalur langsung antara

satelit dan antena. Hal ini mengakibatkan jarak pengamatan antara satelit ke antena

menjadi lebih panjang dari seharusnya. Adanya kesalahan data pengamatan akan

mempengaruhi kualitas parameter posisi horizontal maupun vertikal. Efek dari

multipath dapat mencapai level desimeter secara bidang 3 dimensi [Higgins,1999].

Sampai saat ini belum ada suatu model matematis umum yang dapat memodelkan

efek multipath. Beberapa investigasi menunjukkan bahwa kesalahan pada

komponen tinggi yang disebabkan oleh multipath, dapat mencapai besar sekitar 15

cm [Geordiadou & Kleusberg, 1988,1990; Seber, 1992, pada Abidin 2006]. Efek

multipath pada data pengamatan bersifat periodik mengikuti pola sinusoidal,

sehingga efek multipath ini dapat direduksi dengan menggunakan data yang

(30)

18

metoda pengamatan survey statik dengan lama pengamatan yang panjang dapat

dilakukan untuk meminimalkan efek multipath pada hasil estimasi posisi. Selain

itu penggunaan antena GPS yang memiliki stabilitas pusat fase (phase center)

yang tinggi serta “daya tolak” terhadap multipath juga dapat digunakan. Ada

beberapa jenis antena GPS yang dikenal, yaitu [Seeber, 1993 pada Abidin, 2006]:

monopole atau dipole, quadrifilar helix, spiral helix, microstrip, dan choke ring.

3. Bias Atmosfer

Bias yang disebabkan oleh lapisan atmosfer terjadi pada lapisan ionosfer dan

troposfer. Bias ini mempengaruhi jarak ukuran dimana bias ini dapat

memanjang-mendekkan jarak ukuran dari satelit ke stasiun pengamat. Bias dari lapisan ionosfer

akan memperlambat pseudorange dan mempercepat fase, sedangkan bias pada

lapisan troposfer akan memperlambat pseudorange dan fase. Jika dikaitkan dengan

frekuensi sinyal, bias karena refraksi ionosfer akan bergantung pada frekuensi

sinyal sedangkan bias karena refraksi troposfer tidak bergantung pada frekuensi

sinyal. Dengan sifat ini, penggunaan dual frekuensi akan dapat digunakan untuk

mereduksi bias ionosfer. Penggunaan data dari dual frekuensi (L1 dan L2) dapat

dikombinasikan untuk memperoleh suatu kombinasi bebas ionosfer. Sedangkan

untuk bias karena refraksi troposfer tidak dapat direduksi dengan menggunakan

kombinasi data dari dual frekuensi karena bias troposfer tidak tergantung terhadap

frekuensi sinyal.

a. Bias Ionosfer

Ionosfer adalah bagian dari atmosfer yang berada pada ketinggian 50km hingga

1000km diatas permukaan bumi (Langley, 1998). Pada lapisan ini terdapat

sejumlah elektron dan ion bebas yang dapat mempengaruhi perambatan gelombang

radio. Satelit GPS berada kira-kira 20.000 km, sehingga sinyal dari satelit GPS

harus melewati lapisan ionosfir untuk dapat mencapai permukaan bumi. Propagasi

dari sinyal GPS akan terpengaruhi oleh elektron bebas yang ada di lapisan ionosfir

yang mengakibatkan berubahnya kecepatan, arah, polarisasi, dan kekuatan dari

(31)

19

Besarnya efek ionosfer pada perambatan sinyal GPS tergantung dari jumlah

elektron sepanjang lintasan sinyal. Jumlah elektron ini dinamakan Total Electron

Content (TEC) yang dinyatakan dalam unit elekton/m2 dan frekuensi dalam unit

Hertz. Efek dari ionosfir bervariasi secara spasial dan temporal. Pada daerah

ekuator, bias ionosfir umumnya mempunyai nilai yang relatif besar tetapi relatif

stabil [Abidin, 2006]. Efek ionosfer yang bersifat harian, secara empirik

didapatkan sesuai dengan aktifitas matahari yang direpresentasikan dari nilai TEC.

Nilai TEC terbesar biasanya terjadi pada tengah hari, dan nilai TEC relatif kecil

pada pagi hari dan malam hari. Dalam kasus penentuan posisi dan survei dengan

GPS ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mereduksi efek bias ionosfer,

yaitu [Abidn,2006]:

a. Gunakan data GPS dari dua frekuensi, L1 dan L2.

b. Lakukan pengurangan (differencing) data pengamatan.

c. Perpendek panjang baseline pengamatan

d. Lakukan pengamatan pada pagi atau malam hari.

e. Gunakan model prediksi global ionosfer (untuk data GPS satu frekuensi)

f. Gunakan parameter koreksi yang dikirimkan oleh sistem Wide Area

Differential GPS (WADGPS)

b. Bias troposfer

Lapisan troposfer adalah lapisan atmosfer terendah yang bersinggungan dengan

permukaan bumi dan memiliki ketebalan 9-16 km diatas permukaan bumi.

Lapisan troposfer dapat mengganggu perambatan sinyal GPS yang

mengakibatkan berubahnya kecepatan (pseudorange dan fase diperlambat) dan

arah dari sinyal GPS, sehingga mempengaruhi jarak ukuran. Akibatnya,

komponen yang paling terpengaruh dalam penentuan posisi menggunakan GPS

adalah komponen tinggi geodetik. Ketebalan troposfer yang paling tinggi

terdapat di daerah katulistiwa, yaitu sebesar 16 km dan ketebalan paling kecil

terjadi di daerah kutub yaitu 9 km [Prawirowardoyo, 1996 pada Soetriyono,

(32)

20

troposfer yang ada di Indonesia menjadi lebih besar dari bias troposfer di lintang

menengah atau di daerah kutub.

Bias troposfer pada pengamatan GPS merupakan fungsi dari ketinggian lokasi

titik dan ketinggian zenith dari satelit, serta bergantung dari beberapa faktor,

seperti tekanan atmosfer, suhu, dan kelembaban [Satirapod, 2004]. Bias troposfer

umumnya dipisahkan menjadi komponen kering dan komponen basah, dimana

komponen kering memberikan kontribusi bias sekitar 90% dari bias total dan

komponen basah memberikan kontribusi sekitar 10% dari bias total. Komponen

basah memang memberikan kontribusi bias yang kecil dari total bias

dibandingkan komponen kering, akan tetapi magnitude dari komponen basah

umumnya lebih sulit diestimasi dari komponen kering. Komponen basah dari

bias troposfir bergantung dari jumlah kandungan uap air sepanjang lintasan

diatas stasiun pengamatan. Untuk dapat mengestimasi komponen basah secara

baik, dapat digunakan peralatan WVR (Water Vapour Radiometer) yang dapat

mengukur kandungan uap air diatas stasiun pengamat. Berikut karakteristik dari

komponen kering dan basah dalam bias toposfer pada Tabel 2.4

.

Tabel 2.4 Karakteristik Komponen Kering dan Komponen Basah dari Bias Troposfer (El-Arini, 2008)

Keterangan Komponen Kering Komponen Basah

Total bias (dari total bias) 90% 10%

ketelitian estimasi ≈ ± 1%

dalam beberapa jam

(33)

21

Tidak seperti halnya bias ionosfer, bias troposfer tidak dapat dieliminasi

menggunakan kombinasi linear L1 dan L2 karena magnitude dari bias troposfer

tidak tergantung pada frekuensi sinyal GPS. Akibatnya, penggunaan dual

frekuensi tidak dapat mengestimasi besarnya magnitude dari bias troposfer. Bias

troposfer dapat direduksi dengan melakukan diferensial, tetapi akan masih

terdapat bias troposfer untuk baseline yang panjang karena proses diferensial

tidak dapat mereduksi bias troposfer secara optimal untuk baseline yang panjang.

Untuk melakukan koreksi terhadap bias troposfer tersebut, umumnya digunakan

beberapa model koreksi standar troposfer dalam melakukan pengolahan data

GPS seperti model Niell, Saastamoinen, Hopfield, dan lain sebagainya. Dari

beberapa model tersebut yang cukup banyak digunakan dalam pengolahan data

GPS adalah model Hopfield dan Saastamoinen [Abidin,2006]. Pada penelitian ini

digunakan model troposfer global Niell, Saastamoinen, dan Hopfield. Pada

umumnya, model koreksi standar troposfer diperoleh secara empirik dari

ketersediaan data radiosone yang kebanyakan diambil di daerah Eropa dan

Amerika Utara [Satirapod, 2004].

Pada persamaan diatas, mf (e) merupakan mapping function dengan sudut elevasi

e. Koefisien a, b, dan c dianggap cukup dalam memetakan zenith delays dibawah

elevasi 3°. Koefisien ini ditentukan dari raytracing dimana parameter yang

dimasukkan adalah berupa nilai sudut elevasi, nilai tinggi stasiun diatas geoid,

suhu, tekanan, dan tekanan uap air. Untuk menghitung bias troposfer

menggunakan model Saastamoinen dapat menggunakan persamaan 2.11 berikut

(34)

22

B dan δR = Koreksi dari fungsi ketinggian pengamat (tabel koreksi)

Z = sudut zenit

E = sudut elevasi

D = 0.0026 cos (2z) + 0.00028 h, dimana h = ketinggian pengamat

Untuk formula matematis dari model Hopfield dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Formula Matematis Model Hopfield (Abidin, 2006).

Bias Troposfer: dtrop = ddry + dwet

Komponen Kering Komponen Basah

ddry = mfd. ddryz

Ndry,0 dan Nwet,0 = refraktivitas kering dan basah di permukaan bumi

Bias troposfer sangat mempengaruhi perjalanan sinyal sehingga akan

(35)

23

penentuan posisi, terutama komponen tingginya. Dalam konteks penentuan

posisi atau survey dengan GPS, ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk

mereduksi besarnya efek troposfer, yaitu [Abidin, 2006]:

a. Lakukan differencing hasil pengamatan.

b. Perpendek panjang baseline.

c. Usahakan kedua stasiun pengamat berada pada ketinggian serta

kondisi meteorologis yang relatif sama.

d. Gunakan model koreksi standar troposfer seperti model Hopfield

dan Saastamoinen.

e. Gunakan model koreksi lokal troposfer.

f. Gunakan pengamatan Water Vapour Radiometer (WVR) untuk

mengestimasi besarnya komponen basah.

g. Estimasi besarnya parameter bias troposfer, biasanya dalam bentuk

zenith scale factor untuk setiap lintasan satelit.

h. Gunakan parameter koreksi yang dikirimkan oleh sistem Wide Area

Differential GPS (WADGPS).

4. Kesalahan ephemeris (orbit)

Kesalahan orbit mengakibatkan adanya kesalahan dalam pelaporan posisi satelit

GPS dan berakibat pada hasil pengolahan data GPS. Kesalahan ini akan

mempengaruhi ketelitian dari koordinat yang ditentukan. Dalam penentuan posisi

secara relatif, semakin panjang baseline yang diamati maka efek bias ephemeris

satelit akan semakin besar. Efek kesalahan orbit pada panjang vektor baseline

dapat dilakukan dengan rumus pendekatan (rule-of-thumb) berikut

[Abidin,2006]:

db =�b

r�. dr (2.12)

(36)

24

db = besarnya efek kesalahan orbit pada panjang baseline

b = panjang vektor baseline

r = jarak rata-rata pengamat ke satelit (≈20.000km).

Besarnya kesalahan orbit akan tergantung dari jenis orbit yang digunakan.

Berikut beberapa jenis informasi serta nilai tipikal kesalahan orbit, Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Nilai Tipikal Kesalahan Orbit GPS [IGS 2008]

Ephemeris Ketelitian Latency Update

Almanak beberapa km Real time -

Broadcast (SA off) ≈160 cm Real time -

Ultra Rapid (predicted half) ≈10 cm Real time empat kali sehari Ultra Rapid (observed half) <5cm 3 jam empat kali sehari

Rapid <5cm 17 jam harian

Precise <5cm ≈13 hari mingguan

5. Tinggi antena GPS

Adanya kesalahan pada pengukuran tinggi antena GPS akan mempengaruhi nilai

koordinat dalam pengolahan data GPS, terutama dalam hal nilai tinggi. Adanya

kesalahan dalam melakukan input tinggi antena akan mengakibatkan adanya

offset (pergeseran vertikal) antara tinggi geodetik titik sebenarnya terhadap tinggi

geodetik titik yang didapatkan. Akibatnya nilai tinggi geodetik yang dihasilkan

tidak sesuai dengan nilai tinggi geodetik titik yang sebenarnya. Kesalahan ini ini

dapat dihindari dengan melakukan pengukuran tinggi antena yang teliti oleh

surveyor sewaktu pengatamatan GPS dilakukan dan melakukan pemotretan

ketika pengukuran tinggi dilakukan sebagai dokumentasi agar tidak terjadi

(37)

25

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil rekaman CORS

(Continuously Operating Reference Station) diperoleh dari Kelompok Keahlian Geodesi

Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB dan mengunduh dari situs on-line

yang menyediakan data CORS. Keterangan data yang digunakan pada penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Data yang Digunakan

Nama Titik Lokasi Waktu Pengamatan

ITB1 ITB 29 Juni 2010

UPI1 UPI 29 Juni 2010

POSC Gn. Ceremai 29 Juni 2010

BRW1 Alaska , USA 16 Januari 2011 ASPA Pago Pago, USA 16 Januari 2012

Data pengamatan CORS GPS yang digunakan berlokasi di Institut Teknologi

Bandung (ITB1), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI1), dan Gn. Ceremai (POSC)

didapat dari data yang telah tersedia di Kelompok Keahlian Geodesi Progam Studi

Teknik Geodesi dan Geomatika, ITB. Data CORS GPS yang berlokasi Alaska (BRW1)

dan Pago Pago, USA (ASPA) didapat dengan cara mengunduh dari situs on-line yang

menyediakan secara gratis pada

3.2 Pemotongan Data

Data CORS berformat RINEX durasi lama pengamatan 24 jam dilakukan

pemotongan data menjadi 2, 4, 6, 12, dan 24 jam untuk melihat repeatibilitas data demi

mendapatkan koordinat yang baik. Pemotongan data dilakukan dengan mengunakan

perangkat lunak SKI-Pro. Langkah pengerjaannya seperti bertikut:

(38)

26

Gambar 3.1 Tampilan dari software SKI-pro

Langkah awal dari pemotongan data dengan menggunakan software Skipro,

dengan membuat project di program SKI-pro dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Pada pembuatan awal dari project tersebut pengguna diminta memilih zona

waktu lokasi pengamatan dan datum yang digunakan.

b. Pemilihan data yang akan dilakukan pemotongan

Gambar 3.2 Pemilihan data yang akan dipotong

Setelah membuat project, pengguna dapat memilih data yang akan dilakukan

(39)

27

pemotongan dapat berformat RINEX, terlihat pada Gambar 3.2. Hal yang

dilakukan selanjutnya adalah pemotongan menjadi data pengamatan 2, 4, 6, 12,

dan 24 jam

c. Menyimpan data sesuai potongan jam yang di inginkan.

Gambar 3.3 Menyimpan data sesuai pilihan jam

Pemotongan data pengamatan dapat dilakukan secara otomatis yang disediakan

oleh software SKI-pro,terlihat pada Gambar 3.3. Hasil dari pemotongan di

simpan kembali dalam format RINEX sesuai lama pengamatan yang dihasilkan.

Pemotongan data terpendek adalah dua jam dikarenakan minimal data yang di

submit pada situs tersebut untuk data static adalah dua jam pengamatan.

Pembagian data berdasarkan lama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.2

(40)

28

Tabel 3.2 Pembagian Data Berdasarkan Lama Pengamatan

Nama Titik CORS

Jumlah Data Lama Pengamatan 2 jam 4 jam 6 jam 12 jam 24 jam

ITB1 12 6 4 2 1

UPI 12 6 4 2 1

POSC 12 6 4 2 1

BRW1 12 6 4 2 1

ASPA 12 6 4 2 1

3.3 Pengiriman Data

Pengiriman data pada web-base GPSdata processing service dilakukan dengan cara

mengunggah data pada tombol pengunggahan yang disediakan oleh situs tersebut.

Dalam proses pengunggah data tersebut di berikan banyak pilihan dalam strategi

pengolahan data. Pilihan-pilihan strategi pengolahan yaitu:

1. GAPS ,

koordinat yang dilakukan pengamatan, Neutral Atmosphere Delay yang bisa di

tentukan sendiri, serta disediakan juga untuk pengunggahan Ocean Tidal

Loading dari Site Displacement Effects tempat pengamatan. Jika pengguna tidak

mengetahui dan tidak memiliki referensi tentang tempat pengamatan maka situs

ini setting secara standar. Tampilan strategi pengolahan data dengan situs ini

secara standar bisa dilihat pada Gambar 3.4. Situs ini juga akan menayakan

alamat email pengguna untuk mengirimkan hasil dari pengolahan dari data yang

telah dikirimkan. Pengguna bisa menuliskan alamat email pada kolom yang

telah disediakan. Pada webite ini juga menyediakan pilihan data yang di akan

diproses berdasarkan lama pengamatannya, disediakan kolom pilihann mulai

pengamatan dan akhir pengamatan untuk RINEX yang didikirimkan. Pengguna

(41)

29

Gambar 3.4 Pilihan strategi pengolahan data GAPS

2. OPUS, memberikan pilihan frame

yang digunakan yaitu frame baru dan lama. Frame lama menggunakan ITRF00

Epoch 1997.00 serta NAD 83 (CORS96), NAD 83 (MARP00), dan NAD 83

(PACP00) masing-masing Epoch 2002.00. Frame baru menggunakan IGS08

Epoch 2005.00 serta NAD 83 (2011), NAD (MA11), dan NAD 83 (PA11)

masing-masing Epoch 2010.00. Berbeda dengan GAPS, situs ini tidak

memberikan pilihan stategi pengolahan data seperti yang ada di GAPS, hanya

menanyakan kelengkapan file yang dikirimkan, seperti jenis dan tinggi antenna

yang digunakan dalam pengamatan titik tersebut. Pengiriman hasil dari

pengolahan data terhadap file yang diunggah akan dikiriman melalui email yang

dituliskan oleh pengguna pada pada kolom email address, terlihat pada Gambar

(42)

30

.

Gambar 3.5 Tampilan halaman pengunggahan pada website OPUS

Pada situs ini juga memberikan pilihan pada pengguna untuk pengolahan data

rapid-static, pengamatan dibawah 2 jam. Pada kesempatan ini, pengolahan data

pada penelitian ini hanya melakukan static, pengamatan lebih dari dua jam.

3. APPS, memberikan kepraktisan

pada pengguna dalam mengunggah data yang akan dilakukan perhitungan.

Pilihan dalam pengolahan datas sudah di atur secara standar seperti, processing

mode hanya static, measurement type menggunakan dual frequency, orbit

menggunakan data JPL Final tanggaal 31 Maret 2012. Penggungahan data pada

situs ini membatasi besar size dari file yang dikirim tidak lebih dari

5Mb(MegaByte). Tampilan layar penggungahan pada situs APPS ini dapat

(43)

31

Gambar 3.6 Tampilan halaman website APPS

3.4 Penerimaan Hasil Pengolahan Data

Hasil pengolahan data dari GAPS dan OPUS dikirimkan pada email pengguna

yang telah di tuliskan pada kolom ketika penggungahan data tersebut. Hasil yang

dikirimkan kepada pengguna adalah semua keterangan dari proses pengolahan data

solusinya berupa koordinat goedetik, kartesian, dan juga proyeksi. GAPS mengirimkan

link dari alamat .html yang berisikan hasil dari pengolahan data dan .zip format utunk

dapat mengunduh hasil dari tersebut. Berbeda dengan dua situs tadi, APPS menampilkan

hasil pengolahanan data disitus tersebut, dan menyediakan dalam format .zip untuk

mengunduh keterangan dari pengolahan data tersebut.

1. GAPS

Situs website ini memberikan hasil dari pengolahan data yang telah di diunggah

pada alamat email pengguna sesuai yang dituliskan pada kolom yang disediakan saat

pengunggahan data. Pada email pengguna akan dikirimkan berupa alamat .html yang

berisi hasil dari pengolahan data tersebut, dan juga file berupa .zip yang dapat diunduh.

Informasi yang diberikan pada pengguna berupa nama file yang telah diproses, lama

pengamatan yang terbaca oleh software website tersebut yang ada pada Header RINEX.

(44)

32

satelit yang digunakan, kalibrasi antena, model Neutral Atmosphere Delay, A-priori

NAD, estimasi gradient, gelombang pasut, tipe receiver, dan jenis data yang diproses.

Gambar 3.7 Contoh informasi pengolahan data pada website GAPS

Koordinat yang diberikan kepada pengguna berupa koordinat kartesian (XYZ),

beserta standart deviasinya, dan juga koordinat geodetik (LBH). Selain itu juga

dicantumkan apriori yang digunakan dalam pengolahan data tersebut, serta residu dari

data fase dan pseudorange. Contoh koordinat yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar

3.7. Hasil tersebut juga ditampilkan dalam bentuk grafik yang melihatkan intensitas dan

ketabilan dari data yang diproses. Grafik yang yang ditampikan berupa ketasbilan

koordinat, Neutral Atmosphere Zenith delay, Vertical Ionospheric delay, dan residu dari

(45)

33

Gambar 3.8 Contoh koordinat yang dihasilkan

Hasil tersebut juga ditampilkan dalam bentuk grafik yang melihatkan intensitas dan

ketabilan dari data yang diproses. Grafik yang yang ditampikan berupa ketasbilan

koordinat, Neutral Atmosphere Zenith delay, Vertical Ionospheric delay, dan residu dari

(46)

34

Gambar 3.9 Contoh grafik yang diberikan oleh website GAPS

2. OPUS

Website ini mengirimkan hasil yang begitu beragam. Situs ini mengirimkan

(47)

35

pada pengguna dapat dilihat pada Gambar 3.11.. OPUS juga mengirimkan Base yang

digunakan dalam pengolahan data tersebut.

OPUS solution : ITB11809.10o OP1333022016300

Hide Details

FROM:

opus

TO:

[email protected]

Message flagged Thursday, March 29, 2012 6:54 PM

FILE: ITB11809.10o OP1333022016300

1008 NOTE: Antenna offsets supplied by the user were zero. Coordinates

1008 returned will be for the antenna reference point (ARP).

NGS OPUS SOLUTION REPORT

========================

All computed coordinate accuracies are listed as peak-to-peak values.

For additional information: http://www.ngs.noaa.gov/OPUS/about.jsp#accuracy

USER: [email protected] DATE: March 29, 2012

RINEX FILE: itb1180s.10o TIME: 11:54:28 UTC

SOFTWARE: page5 1108.09 master85.pl 082511 START: 2010/06/29 18:00:00

EPHEMERIS: igs15902.eph [precise] STOP: 2010/06/29 19:59:00

NAV FILE: brdc1800.10n OBS USED: 5303 / 5376 : 99%

ANT NAME: LEIAX1202GG NONE # FIXED AMB: 23 / 30 : 77%

ARP HEIGHT: 0.0 OVERALL RMS: 0.010(m)

REF FRAME: IGS08 (EPOCH:2010.4926)

X: -1916225.416(m) 0.062(m)

Y: 6036318.403(m) 0.241(m)

Z: -760324.252(m) 0.154(m)

(48)

36

LAT: -6 53 29.50059 0.124(m)

E LON: 107 36 43.22708 0.040(m)

W LON: 252 23 16.77292 0.040(m)

EL HGT: 816.537(m) 0.264(m)

UTM COORDINATES

UTM (Zone 48)

Northing (Y) [meters] 9237452.393

Easting (X) [meters] 788662.799

Convergence [degrees] -0.31363335

Point Scale 1.00063145

Combined Factor 0.00000000

BASE STATIONS USED

PID DESIGNATION LATITUDE LONGITUDE DISTANCE(m)

XMIS 446812.7

COCO 1317678.6

KARR 1857476.1

This position and the above vector components were computed without any

knowledge by the National Geodetic Survey regarding the equipment or

field operating procedures used.

Gambar 3.10 Hasil dari OPUS (Lanjutan)

Sama seperti website GAPS, pada OPUS juga diberi informasi kepada pengguna

software yang digunakan, nama file, satelit orbit yang digunakan, lama pengamatan data

yang dilakukan proses penghitungan. Selain itu, OPUS memiliki kelebihan dari yang

lain yaitu, memberikan koordinat dalam bentuk proyeksi yaitu UTM, beserta keterangan

(49)

37

digunakannya. Maksud dari base yang digunakan adalah website ini melakukan

penghitungan dan meningkatkan keakurasian datanya dengan meninjau data 3 CORS

terdekat dari titik pengamatan dan melakuakn pengkoreksian gelombang fase nya dari 3

base tersebut, cara tersebut dinamakan as peak-to-peak.

3. APPS

Berbeda dengan kedua situs di atas, situs ini menampilkan hasil pengilahan pada

situs itu sendiri, dan kita dapat menyalin hasil pengolahan tserbut. Hasil yang dikirimkan

dari situs ini berupa koordinat geodetik yang dimana keterangan dalam pengolahan data

nya di simpan dalam format .zip dan bisa diunduh oleh pengguna. Situs ini cukup praktis

dan cepat dalam penyajian hasil dari data yang olah. Hasil dari pengolahan dari situs ini

dapat dilihat di Gambar 3.11. Walaupun website ini cukup cepat dalam melakukan

pengolahan data tetapi, terkadang website ini tidak bisa melakukan pengolahan data

yang dikirimkan. Website tersebut akan mebarikan layar error pada pengguna, dan

mengatakan harap menghubungi admin dari website tersebut. Koordinat yang dihasilkan

oleh website ini sering kali sama setiap pengunggahan data. Data dengan lama

pengamatan 2 jam diberikan terkadang sama dengan data yang lama pengamatannya 6

jam, dan begitu juga dengan yang lain.

(50)

38

BAB 4

ANALISIS

4.1 Hasil Pengolahan dan Analisis

Ada beberapa aspek-aspek umum yang harus dipertimbangkan dalam penilaian

setiap layanan seperti pendekatan pengiriman dan penerimaan data, waktu tunda dalam

hasil menerima, pilihan diakses dan layanan keterbatasan. Selain itu aspek khusus yang

harus juga di pertimbangkan adalah koreksi yang digunakan pada masing-masing

website yang berdampak pada hasil koordianat dan kepresisiannya.

4.2 Perbandingan Antar Website

Pebandingan secara umum dapat dilhat dari setiap website adalah pilihan yang

diberikan kepada pengguna dan karakteristik data yang dapat diolah serta berapa lama

penerimaan hasil dari pengolahan data tersebut. Ketiga website tersebut memiliki

kesamaan pada proses pengiriman data yaitu dengan cara mengunggah data.

Masing-masing website memberikan pilihan yang berbeda-beda kepada pengguna.

Tabel 4.1 Perbandingan pilihan yang tersedia

Nama

GAPS Unggah Koordinat A-priori Dan pasut

<5 menit Minimum 2 jam

Dual frekuensi UNB, Canada

Meninjau dari pilihan yang diberikan dan lama waktu untuk mendapatkan hasil

pengolahan, OPUS cukup praktis dan cepat dalam mengeluarkan hasil di bandingkan

(51)

39

mengunggahan adalah 5 MB, hal tersebut membuat pengguna harus memperhitungkan

data rekam dari reciever. Terlihat ada Tabel.4.1, website GAPS banyak memberikan

pilihan kepada penggunna dalam stategi pengolahan data yang diunggah.

4.3 Perbandingan Parameter yang Digunakan

Pada masing-masing website menggunakan software yang berbeda-beda untuk

melakukan pengolahan data. Parameter yang digunakan pada setiap software juga

berbeda-beda, sesuai terlihat pada Tabel 4.2. Data pengamatan yang dapat diolah oleh

website OPUS lebih banyak yang menyebabkan solusi yang dihasilkan akan lebih baik.

OPUS menggunakan koreksi dari base solution terdekat dari titik pengamatan, yang

menjadikan koordinat yang dihasilakan cukup baik. Pada website OPUS software yang

digunakan juga dapat berubah-ubah. Hal tersebut dapat dilihat pada data contoh yang

ditampilkan pada halaman website tersebut tidak sama dengan software untuk

pengolahan data yang diunggah pada penelitian ini.

Datum yang digunakan oleh setiap website berbeda-beda. Hal ini menyebabkan,

pengguna harus cermat dan cerdas untuk mengguanakan website sesuai kebutuhan.

Kesamaan dari ketiga website tersebut adalah bisa mengolah dengan metode statik dan

hanya bisa mengolah data pengamatan GPS. Datum yang digunakan oleh website GAPS

hingga sekarang ini belum diketahui. Skema dari pengolahan data pada masing-masing

(52)

40

Tabel 4.2 Parameter yang digunakan pada setiap website

GAPS OPUS APPS

Nama Perangkat

lunak

GAPSv5.0 Belum diketahui JPL's GIPSY-OASIS V.5

Metode

Jika menjadi anggota dapat memilih L1 yang digunakan = C/A code atau P code

Datum WGS84 International Terrestrial Reference Frame (ITRF) dan

The North American Datum of 1983 (NAD83)

ITRF08

Zenith Zenith delay: ECMWF aprioi penundaan jika tersedia UNB3m (Leandro dk

k, 2008.)

Pengolahan statis menyediakan

peak to peak kesalahan untuk setiap koordinat (X, Y, Z, Φ,λ,

h, danH).

Ini menggambarkan berbagai kesala han, perselisihan antara 3 Base

Solution

Penundaan zenith basah sebagai random walk dengan variansi 3mm2 per jam

Troposfer VMF1 (Boehm et al, (. 2006) untuk komponen kering

dan basah bila tersedia. NMF lain

Keterlambatan basah gradien sebagai random walk dengan varians dari 0,3 mm2per jam (untuk

penerima tanah)

Orbit products Produk IGS final jikaada, dengan interval 15 menit

precise atau rapid > 90% observations used

> 50%ambiguitas fix

1. Produk final JPL (juga dikenal sebagai FlinnR), tersedia sekitar 10 hari setelah data

dikumpulkan, dan User Range Error (URE) sekitar 3 cm RMS ..

2. Produk Cepat JPL (juga dikenal sebagai

QuickLookR), tersedia kira-kira 1 hari setelah data dikumpulkan

3. Produk Real Time JPL itu, tersedia 1 menit setelah data dikumpulkan,

Clock products IGS akhir produk bila tersedia interval, 5 menit, 30

clks kedua untuk kinematik

(53)

41

4.4 Perbandingan Hasil Pengolahan Data

Setiap website dikirimkan data masing-masing CORS dengan lama pengamatan

yang sama. Hasil dari pengelohan website tersebut di klasifikasikan sesuai lama

pengamatannya. Maka koordinat yang dihasilkan ada 12 koordinat untuk data 2 jam, 6

koordinat untuk data 4 jam, 4 koordinat untuk data 6 jam, 2 koordinat untuk 12 jam, dan

1 koordinat untuk data 24 jam.

4.4.1 Perbandingan Repeatibilitas

Data stasiun CORS yang sama dengan lama pengamatan yang beragam

dikirimkan pada masing-masing website dan menghasilkan koordinat yang

berbeda-beda. Dilakukan perhitungan dari simpangan setiap koordinat yang dihasilkan ke

koordinat hasil dari pengamatan 24 jam. Simpangan yang dihasilkan ditampilkan dalam

bentuk grafik penyimpangan koordinat.

1. GAPS

a. CORS ITB

Gambar 4.1 Penyimpangan koordinat hasil website GAPS pada CORS ITB

Terlihat pada gambar di atas, bahwa pengamatan yang 2 jam mengalami

penyimpangan cukup jauh di banding 4, 6, dan 12 jam. Data pengamatan dua jam

(54)

42

memberikan hasil yang paling tidak presisi. Jarak terjauh yang dihasilkan website ini

pada CORS ITB pada data pengamatan 2 jam terhadap data pengamatan 24 jam adalah

0.0381 m. Jarak terjauh yang dihasilkan website ini pada CORS ITB pada data pengamatan 4 jam terhadap data pengamatan 24 jam adalah 0.0217 m. . Jarak terjauh yang dihasilkan website ini pada CORS ITB pada data pengamatan 6 jam terhadap data

pengamatan 24 jam adalah 0.0116 m. Jarak terjauh yang dihasilkan website ini pada

CORS ITB pada data pengamatan 12 jam terhadap data pengamatan 24 jam adalah

0.0028 m.

b. CORS UPI

Gambar 4.2 Penyimpangan koodinat hasil website GAPS pada CORS UPI

Terlihat pada gambar di atas, bahwa pengamatan yang 2 jam mengalami

penyimpangan cukup jauh di banding 4, 6, dan 12 jam. Data pengamatan dua jam

memberikan hasil yang paling tidak presisi. Jarak terjauh yang dihasilkan website ini

pada CORS UPI pada data pengamatan 2 jam terhadap data pengamatan 24 jam adalah

3.737 m. Jarak terjauh yang dihasilkan website ini pada CORS ITB pada data pengamatan 4 jam terhadap data pengamatan 24 jam adalah2.185 m. Jarak terjauh yang

dihasilkan website ini pada CORS ITB pada data pengamatan 6 jam terhadap data

pengamatan 24 jam adalah 2.016 m. Jarak terjauh yang dihasilkan website ini pada

Gambar

Gambar 1.4. Alur kerja  penelitian
Tabel 2.1 Faktor dan parameter yang mempengaruhi ketelitian  penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)
Gambar  3.2 Pemilihan data yang akan dipotong
Gambar  3.3 Menyimpan data sesuai pilihan jam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Waktu yang tepat untuk menggunakan AKDR adalah dilakakuan pada saat Hari pertama sampai ke-7 siklus haid, setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien

dan Sugesti (Jakarta: PT. 58 Uraian tentang sketsa perkembangan pendidikan dalam uraian ini disarikan dan diadaptasikan dari M.. Periode Kedua adalah periode

Tata Kelola dan Akuntabilitas: 1) RSBI yang belum memenuhi ketentuan kurikulum perlu segera memperkaya kurikulum dengan cara adopsi atau adaptasi kurikulum

drag polar dengan koefisien gaya angkat aerodinamika, CL dan koefisien gaya hambat aerodinamika, CD pada pasangan sudut serang alpha, α = -2o ke 16o dengan

kita pada luka “Segalanya terbuka untuk luka.” Tantangan untuk hidup yang ironis, total, untuk hidup yang setiap saat kreatif, adalah sesuatu kegairahan yang perih, membawa kita

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian diatas bahwa masyarakat di daerah tersebut memiliki pengetahuan dan kearifan lokal yang masih tetap eksis dan belum

Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan isolasi senyawa etil para-metoksi sinamat (EPMS) dari rimpang kencur, selanjutnya dipelajari reaksi perubahan senyawa