• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANSIA DI DESA MIJEN UNGARAN KELURAHAN GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANSIA DI DESA MIJEN UNGARAN KELURAHAN GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP AKTIVITAS SEHARI-HARI

PADA LANSIA DI DESA MIJEN UNGARAN KELURAHAN GEDANGANAK

KECAMATAN UNGARAN TIMUR

Siti Aisah

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

The older people will suffered impairment especially in physical ability, resulting in insufficient activities daily living (ADL) fulfillment which can lead increased dependency and require the other’s assists. One way to improve the health in the elderly is the geriatric gymnastics. This make the body stays fit and fresh so it is useful to inhibit the degenerative/aging process. This study aims to find the influence of geriatric gymnastics toward activities of daily living of the elderly at Mijen-Gedanganak Village, East Ungaran Sub-district.

This was a quasi-experimental study with non-equivalent control group design. The population in this study was 140 older people at Mijen-Gedanganak Village East Ungaran Sub-district. Data sampling used purposive sampling technique, 20 older people in the intervention group and 20 older people in the control group. Data collected by measuring activities of daily living with ADL instrumental as questionnaires on the control and interventions groups before and after geriatric gymnastics. Data analysis used univariate and bivariate analyses by using the Shapiro-Wilk test (p value> 0.05).

The results of this study indicate that the p value of 0.016 < α (0.05), so that it is concluded that there is an influence of geriatric gymnastics toward the activities of daily living in the older people. The geriatric gymnastics can be used as an alternative for the management of ADL decline in the elderly.

Keywords: Geriatric gymnastics, Elderly, Activities of daily living

PENDAHULUAN

Lanjut usia merupakan suatu anugrah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di Indonesia, istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah usia lanjut ada pula lanjut usia. Atau jompo dengan padanan kata dalam bahasa inggris biasa disebut theaged, the elders, older adult, serta senior citizen (Nugroho, 2008).

Menurut badan kesehatan dunia atau WHO (2000) penggolongan dewasa lanjut atau lansia dibagi menjadi empat kelompok yakni usia pertengahan (middle age) ialah kelompokusia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Padila,2013).

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh,dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Menurunnya fungsi berbagai organ, lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif dan penyakit metabolik (Nugroho, 2008).

Memasuki usia lanjut, secara kejiwaan individu berpotensi mengalami perubahan sifat, seperti : bersifat kaku dalam berbagai hal, kehilangan minat, tidak memiliki keinginan-keinginan tertentu, maupun kegemaran yang sebelumnya pernah ada (Noorkasiani, 2009). Masalah psikologis merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kehidupan lansia, di antaranya kesepian, keterasingan dari

(2)

lingkungan, kurang percaya diri, keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin serta kurangnya dukungan dari anggota keluarga keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain (Maryam, 2011).

Secara individu, Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik sehinggga mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan sehari-harinya (ADL)

yang berakibat dapat meningkatkan

ketergantungan untuk memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2008).

Aktivitas kehidupan harian yang dalam istilah bahasa inggris disingkat ADL (activity of daily living) adalah merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. Aktivitas sehari-hari meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah tempat. Termasuk di sini kegiatan belanja, masak, pekerjaan rumah tangga, mencuci, telpon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat secara benar, serta manajemen keuangan (Noorkasiani,2009). Dari aktivitas sehari-hari tersebut, tidak setiap lansia dapat melakukannya secara mandiri, karena lanjut usia sudah terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial (Nugroho, 2008).

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi sebagai akibat dari perubahan yang dialami lansia salah satunya yaitu perawatan diri sehari-hari, senam atau latihan pergerakan secara teratur, makan makanan yang bergizi, dan pemeriksaan kesehatan secara teratur (Maryam, 2011).

Salah satu upaya menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit bagi lansia, dianjurkan untuk melakukan senam lansia. Senam bagi lansia memiliki gerakan-gerakan yang sederhana dengan tempo yang lambat dan waktu yang diperlukan juga singkat sehingga tenaga yang dikeluarkan tidak terlalu besar, meskipun gerakannya cukup sederhana tetapi olahraga tersebut memiliki manfaat yang begitu besar terutama bagi kaum lansia (Widianti,2010).

Senam lansia dapat mencegah atau memperlambat kehilangan fungsional seperti penurunan masa otot serta kekuatannya, toleransi latihan, dan terjadi penurunan lemak tubuh (Martono, 1992, Whitehead 1995 dalam Darmojo 2009). Orang yang melakukan senam

secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, kardiovaskuler fitness. Apabila orang melakukan senam, Peningkatan denyut jantung selama aktivitas fisik dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik dimulai dari pusat pengatur kardiovaskuler di medulla yang kemudian dijalarkan melalui SNS dan parasimpatetik nerves sistem pada ANS. Ketika cardioaccelerator nerves distimulus, katekolamin (epinefrin dan nor epinefrin) dilepaskan. Hormon ini memacu depolarisasi sinus node, yang menyebabkan denyut jantung lebih kencang (Bullock et al, 2000). Rangsangan pada sistem saraf simpatis meningkatkan aktilitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung, dan menaikkan kekuatan pemompaan (Guyton & Hall, 1997). Peningkatan kemampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen, menyebabkan jantung tidak perlu berdenyut lebih cepat untuk dapat memompa darah dalam jumlah tertentu seperti sewaktu sebelum berolahraga teratur (Sherwood, 2001). Terdapat hubungan langsung antara peningkatan pemasukan oksigen saat mengerahkan tenaga dengan peningkatan denyut jantung. Denyut jantung meningkat pada saat tubuh melakukan aktivitas lebih dan pemafasan juga meningkat untuk

memenuhi kebutuhan oksigen pada

metabolisme tubuh. Pada prinsipnya semakin rendah kecepatan denyut jantung waktu istirahat, maka semakin baik bentuk jantung. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung waktu stirahat harus menurun (Powell, 2000).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardiyanti (2009), lansia yang rutin melakukan senam lansia dapat melakukan aktivitas dasar sehari-hari sebesar 96,23%. Penelitianan Ulliya dkk (2007), bahwa latihan

ROM selama 3 minggu sudah dapat

meningkatkan ROM fleksi sendi lutut pada lansia yang mengalami keterbatasan gerak.

Latihan ROM adalah latihan yang

menggerakkan persendian secara optimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang menyebabkan peningkatan fungsi muskeleskeletal sehingga berpengaruh pada ADL atau aktivitas dasar sehari-hari.

U.S Senate Committe on Aging (1991) mengatakan bahwa 30 juta individu lansia

(3)

yang hidup dalam komunitas di tahun 1990, 4,4 juta diantaranya (14,5%) mengalami kesulitan paling tidak salah satu dari lima aktivitas kehidupan sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, mobilitas, toileting). Hal ini juga dapat diketahui dari survey yang dilakukan oleh NHIS bahwa di Amerika Serikat terdapat 34,2 juta orang mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Ilyas,1997).

Berdasarkan studi WHO pada tahun 2000, penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang diperkirakan mencapai angka 28,8 juta orang atau tercatat 11,34%. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 sekitar 241,97 juta jiwa dengan usia harapan hidup 69,57 tahun, untuk laki-laki 67,3 tahun dan wanita 72,13 tahun. Angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Di Jawa Tengah didapatkan 11,16 % lansia mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dari jumlah lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37% dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau

kelemahan dan mampu melakukan

kegiatannya sehari-hari dengan baik. Ia dapat bekerja tanpa merasa lelah dan masih bersemangat untuk menikmati waktu santai atau kegiatan lain. Menurut sebuah penelitian di Amerika ditemukan hampir 8 juta 35 % persen sampai 45 % orang lansia Amerika masih ketergantungan dalam melakukan aktivitas diakarenakan beberapa faktor yaitu faktor makanan, pola istirahat dan fisik (Wirakartakusuma,1994).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa Mijen Ungaran, Kelurahan Gedang Anak pada tanggal 24 Oktober sampai 30 Oktober 2013. Didapatkan data dari Ketua RT terdapat 140 lansia. Dari 60 lansia didapatkan 28 (23,5%) lansia mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan 32 (26,5%) lansia melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hasil wawancara dengan 6 lansia yang membutuhkan bantuan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, didapatkan 2 lansia dengan skore aktivitas sehari-hari 85, 1 lansia dengan skore 100, 3 lansia dengan skore aktivitas sehari-hari 95. Hasil wawancara juga didapatkan hasil, upaya untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari dari 6 lansia 3 mengatakan kalau pagi hari hanya jalan-jalan disekitar rumah lima sampai 6 menit itupun tidak dilakukan setiap pagi hari, 1 lansia mengatakan dengan memijat-mijat kakinya sehabis bangun pagi dan 2 lansia mengatakan hanya duduk saja dirumah. Dari beberapa upaya yang dilakukan lansia tersebut, tidak ada lansia yang pernah melakukan senam lansia untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas,

peneliti menganggap penting untuk

mengetahui pengaruh senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari lansia tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Lansia terhadap Peningkatan Aktivitas Sehari-hari Lansia di Desa Mijen Ungaran, Kelurahan Gedang Anak”.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperimen), yaitu dengan mengggunakan Non Equavalent Control Group Desain.

Kelompok intervensi dan kelompok kontrol keduanya diukur sebelum dan sesudah intervensi pada waktu penelitian. Setelah dilakukan intervensi diharapkan terdapat pengaruh pada kelompok intervensi.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 140 lansia di Desa Mijen Ungaran, Kelurahan Gedanganak dari bulan Oktober.

Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian dari lansia di Desa Mijen, Gedang Anak, Ungaran.

Jumlah sampel untuk kelompok kontrol maupun kelompok intervensi masing-masing-masing adalah sejumlah 17 responden lansia, sehingga sampel adalah sejumlah 34 lansia.

(4)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara Purposive Sampling, dimana peneliti mengambil sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Adapun kriteria inklusi responden adalah: 1) Lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan; 2) Lansia yang memiliki tingkat ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dengan skore ketergantungan minimal 65; 3) Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian sampai dengan tahap akhir.

Sedangkan Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Lansia yang tidak kooperatif yaitu tidak mengikuti kegiatan secara penuh; 2) Mengalami demensia; 3) Mengalami gangguan jiwa; 4) Lansia dengan fraktur tulang rusuk atau vertebrata, fraktur pada ekstremitas, luka bakar dan luka terbuka. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Mijen Ungaran, Kelurahan Gedanganak dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014.

Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar kuesioner sebagai ADL

instrumental. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur skor tingkat ketergantungan responden dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kuesioner terdiri dari 13 pertanyaan mengenai skor dari tingkatan aktivitas sehari-hari lansia.

Analisa Data Analisa univariate

Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan tiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing variabel. Adapun variabel yang dianalisis adalah aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah diberikan senam lansia.

Analisa bivariate

Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini berguna untuk membuktikan atau menguji hipotesis yang telah dibuat.

Mengetahui adanya pengaruh senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari lansia di Desa Mijen Ungaran sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia, maka menggunakan Uji Shapiro-Wilk untuk jumlah sampel kecil (≤50) dan bila (p value > 0,05) terbukti data berdistribusi normal. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji t.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Gambaran aktivitas sehari-hari lansia sebelum dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi dan kontrol

Tabel 1.

Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas sehari-hari lansia sebelum dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Desa Mijen Ungaran, 2014

Aktivitas sehari-hari Intervensi Kontrol

f (%) f (%)

Bantuan 20 100 20 100

Jumlah 20 100 20 100

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Desa Mijen Ungaran sebelum diberikan senam lansia yaitu keseluruhan dalam kategori

memerlukan bantuan yaitu sejumlah 20 lansia (100%), sedangkan pada kelompok kontrol juga dalam kategori memerlukan bantuan yaitu sejumlah 20 lansia (100%).

(5)

Gambaran aktivitas sehari-hari pada lansia sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi dan kontrol di Desa Mijen Ungaran

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi berdasarkan aktivitas sehari-hari lansia sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi dan kontrol di Desa Mijen Ungaran,2014

Aktivitas sehari-hari Intervensi Kontrol

F (%) F (%) Mandiri Bantuan 4 16 20 80 0 20 0 100 Jumlah 20 100 20 100

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa aktivitas sehari-hari lansia kelompok intervensi sesudah dilakukan senam lansia sebagian dalam kategori mandiri dan memerlukan bantuan, mandiri sebanyak 4 lansia (20%) dan kategori memerlukan bantuan

sebanyak 16 lansia (80%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan senam lansia seluruh lansia masih dalam kategori memerlukan bantuan sebanyak 20 lansia (100%).

Analisa Bivariat

Perbedaan aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi di Desa Mijen Ungaran.

Tabel 3.

Perbedaan aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi di Desa Mijen Ungaran, 2014

Variabel Perlakuan N Mean SD p-value

Aktivitas sehari-hari Sebelum Sesudah 20 20 2,244 2,717 10.036 12,150 0,000

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa kelompok intervensi, rata-rata skor aktivitas sehari-hari lansia sebelum dilakukan senam lansia sebesar 2,244, kemudian bertambah menjadi 2,717 setelah dilakukan senam lansia.

Berdasarkan uji t, diperoleh p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000< (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna tingkat aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi di Desa Mijen Ungaran.

Perbedaan aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada Kelompok Kontrol di Desa Mijen Ungaran

Tabel 4.

Perbedaan aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Desa Mijen Ungaran, 2014

Variabel Perlakuan N Mean SD p-value

Aktivitas sehari-hari Sebelum

Sesudah 20 20 2,035 2,441 9,101 10.915 0,055

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan senam lansia, rata-rata skor tingkat aktivitas sehari-hari lansia sebelum perlakuan sebesar 2.035, setelah perlakuan skor atau tidak jauh berbeda, yaitu sebesar 2,441.

Berdasarkan uji t, diperoleh p-value sebesar 0,055. Terlihat bahwa p-value 0,055> (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna aktivitas sehari hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Desa Mijen Ungaran.

(6)

Pengaruh senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari lansia Tabel 5.

Perbedaan aktivitas sehari-hari Lansia Sesudah Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Desa Mijen Ungaran, 2014

Variabel Kelompok N Mean SD p-value

Aktivitas sehari-hari Intervensi Kontrol 20 20 113.50 104,25 12.150 10.915 0,016

Berdasarkan uji t, didapatkan p-value sebesar 0,016. Karena p-value 0,030< (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara bermakna aktivitas sehari-hari lansia sesudah dilakukan senam lansia antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Desa Mijen Ungaran.

PEMBAHASAN

Aktivitas sehari-hari pada lansia sebelum perlakuan di Desa Mijen Ungaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia kelompok intervensi sebelum dilakukan senam lansia didapatkan bahwa keseluruhan lansia dalam kategori memerlukan bantuan yaitu sebanyk 20 lansia (100%). Begitu juga pada kelompok kontrol di awal penelitian didapatkan bahwa keseluruhan lansia dalam kategori memerlukan bantuan yaitu sebanyak 20 lansia (100%).

Lansia kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol sebagian besar atau secara keseluruhan melakukan aktivitas sehari-hari secara bantuan sebanyak 100% untuk kelompok eksperimen dan untuk lansia pada kelompok kontrol didapatkan 100%. Hasil kuesioner didapatkan untuk aktivitas sehari-hari makan dan minum tidak ada lansia yang tidak bisa makan dan minum, masing-masing lansia yang bisa makan 100%, bisa minum 100%, lansia tidak bisa berpindah dari kursi roda ke tempat tidur/sebaliknya 39%, lansia tidak bisa melakukan personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi sendiri) 50,2%, keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, dan menyiram) dengan bantuan 90%, lansia mandi dengan bantuan 43%, lansia berjalan dengan bantuan di permukaan yang datar 50,5%, lansia bisa naik turun tangga dengan bantuan 88%, lansia memakai pakaian dengan bantuan 51,1%, lansia mengontrol bowel (BAB) dengan bantuan 51,1%, lansia mengontrol Bladder Training (BAK) dengan bantuan 62%, lansia bisa senam atau olahraga dengn bantuan 75%,

dan lansia bisa memanfaatkan waktu/rekreasi dengan bantuan sebanyak 76% .

Aktivitas sehari-hari lansia pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebelum diberikan senam lansia adalah aktivitas sehari-hari dengan bantuan karena sebagian besar lansia sudah tidak mampu beraktivitas secara mandiri. Lansia yang menjadi responden juga tidak pernah mencoba untuk mengatasi keterbatasannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan latihan atau senam lansia selain melakukan jalan-jalan santai dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Dari semua responden terdapat lansia dengan skore aktivitas sehari-hari 85. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena penyakit dan perubahan fungsi fisik pada lansia. Menurut Maryam (2011), perubahan fisik memegang peranan besar terhadap terjadinya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari lansia, seperti penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan menurun, kepadatan tulang menurun dan lain-lain.

Dilihat dari kategori aktivitas sehari-hari lansia sebelum diberikan senam lansia pada kelompok kontrol dan tindakan pada kelompok intervensi didapatkan sebagian besar lansia yang menjadi responden mengalami aktivitas sehari-hari dengan ketergantung sebagian. Aktivitas sehari-hari dapat diartikan suatu ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto, 2005). Rata-rata lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi fisik akan mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya.

Kelenturan: hal ini yang paling mula-mula terasa mundur pada proses menua. Kapsul sendi mulai mengerut, daerah jarak persendian berkurang, terutama sendi bahu. Pembatasan lingkup gerak sendi (range of motion) banyak terjadi pada lansia. kekakuan otot betis memperlambat gerak berjalan pada lansia

(7)

sehingga menjadikan mereka lamban dalam bergerak. Latihan kelenturan sendi-sendi dan otot-otot ini sangat penting untuk dimasukkan dalam program latihan senam pada lansia Kelenturan ini sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas sehari, misalnya membersihkan rumah, memasak, mandi, memakai pakaian, dan lain-lain.

Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa proses menua yang dialami lansia menyebabkan menurunnya aktivitas sehari-hari lansia sehingga lansia mengalami gangguan dalam beraktivitas. Upaya peningkatan aktivitas sehari—hari lansia yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, jalan-jalan santai dan senam. Senam lansia lebih bermanfaat karena akan lebih cepat untuk menstimulasi hormon endorfin yang bisa membuat lansia akan merasa bahagia sehingga akan membuat lansia lebih bugar.

Aktivitas sehari-hari Pada Lansia Sesudah

Perlakuan di Desa Mijen Ungaran

Kelurahan Gedang Anak..

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah diberikan perlakuan maka diketahui bahwa aktivitas sehari-hari lansia sesudah senam lansia yaitu dengan kategori mandiri sebanyak (20,0%) sejumlah 4 lansia, kategori memerlukan bantuan sebnyak (80%) sejumlah 16 lansia. Sedangkan pada kelompok kontrol diketahui bahwa aktivitas sehari-hari lansia sesudah perlakuan sebagian besar dalam kategori memerlukan bantuan sebanyak (100%) sejumlah 20 lansia. Hal ini dikarenakan pada kelompok intervensi yaitu sebanyak 20 lansia dilakukan senam lansia sedangkan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 20 lansia yang tidak dilakukan senam lansia.

Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas sehari-hari lansia pada lansia kelompok eksperimen yaitu kelompok lansia yang dilakukan senam lansia, dimana setelah dilakukan senam lansia didapatkan 4 lansia (20%) dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri, 16 (80%) lansia melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan.

Hasil penghitungan aktivitas sehari-hari lansia menggunakan skore ADL Instrumental setelah dilakkan senam lansia yaitu didapatkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas sehari-hari pada kelompok eksperimen, sedangkan aktivitas sehari-hari pada kelompok kontrol ata

kelompok yang tidak dilakukan senam lansia yaitu tidak mengalami perubahan.

Hasil penelitian aktivitas sehari-hari lansia di Desa Mijen Ungaran sebelum dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi, sebagian besar lansia yang mengalami ketergantungan sebagian atau bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan setelah dilakukan senam lansia, lansia yang melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan sebagian besar skore (ADL) meningkat menjadi mandiri, sedangkan pada kelompok kontrol, sebelum maupun sesudah perlakuan sebagian besar lansia tetap melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan. Terjadinya penurunan tingkat aktivitas sehari-hari lansia pada kelompok kontrol disebabkaan oleh faktor lain seperti penyakit, lansia yang sering tidur yang menjadi pemicu keterbatasan gerak (Sumintarsi,2006).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita, dengan kata lain secara perlahan mengalami kemunduran sruktur dan fungsi organ sehingga

dapat memengaruhi kemandirian dan

kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008). Proses menua pada lansia yang salah satunya adalah Kekuatan, berkurangnya serabut otot pada proses menua menyebabkan menurunnya kekuatan otot. Biasana berjalan menjadi kurang stabil karena lemahnya otot paha bagian depan dan berkurangnya koordinasi antar otot. Penurunan kekuatan kaki lebih jelas terasa menurun dan mungkin mulai terasa osteoporosis(pengeroposan tulang), sehingga kekuatan makin berkurang. Peranan latihan beban sangat penting untuk menguatkan tulang agar tidak mudah jatuh.

Responden kelompok intervensi di Desa Mijen Ungaran dilakukan senam lansia. Senam lansia yaitu bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh yang umumnya dilakukan pada pagi hari dengan waktu 15-30 menit setiap hari untuk mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina dan lain-lain. Senam lansia akan membantu memperlancar metabolisme dalam tubuh. Senam lansia akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi

(8)

keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolik semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang berfungsi memberikan rasa bahagia.

Perbedaan aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada

kelompok intervensi di Desa Mijen

Ungaran, Kelurahan Gedanganak

Senam lansia akan membuat individu mampu menghindari penurunan daya otot. pada lansia yang kurang aktif, penurunan daya otot terjadi dua kali lebih cepat. Latihan daya tahan jelas bermanfaat pada perbaikan fungsi organ tubuh, misalnya pada sistem jantung dan pembuluh darah, pernapasan, otot, sendi, tulang.

Senam lansia dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena Senam membantu meningkatkan daya tahan otot dengan cara melakukan gerakan-gerakan ringan, seperti: mengangkat lutut, dan menendang, sehingga tubuh menjadi kuat. Tubuh yang seimbang akan mengurangi risiko terluka. Senam lansia sangat baik untuk peregangan dan kelenturan otot

Dari hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari lansia di Desa Mijen Ungaran. Hal ini dikarenakan senam yang diberikan kepada kelompok perlakuan merupakan latihan yang menyenangkan yang dapat menstimulasi rasa senang dan bugar yang lebih cepat.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian diatas bahwa lansia mengalami peningkatan aktivitas sehari-hari setelah mengikuti senam lansia.

Perbedaan senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari lansia Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol di Desa Mijen

Berdasarkan uji t, diperoleh nilai t hitung sebesar -2,042 dengan p-value sebesar 0,055. Terlihat bahwa p-value 0,055> (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Desa Mijen Ungaran. Pada kelompok kontrol terdapat lansia yang mengalami penurunan skor aktivitas sehari-hari dimana sebelum perlakuan skor aktivitas

sehari-hari 85, skor aktivitas sehari-hari setelah perlakuan menjadi 80.

Pada lansia yang mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan oleh penurunan fungsi fisik lansia. Gejala ini seiring dengan bertambahnya usia seseorang. senam lansia dapat digunakan sebagai salah satu latihan untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari lansia.

Berdasarkan fakta diatas peneliti menyimpulkan bahwa pada lansia yang tinggal di Desa Mijen Ungaran tidak pernah melakukan senam lansia sehingga tidak mengalami perubahan pada tingkat aktivitas sehari-hari. tidak ada perbedaan signifikan pada tingkat aktivitas sehari-hari.

Pengaruh senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari lansia di Desa Mijen Ungaran

Berdasarkan uji t, didapatkan nilai t hitung = 2,533 dengan p-value sebesar 0,016. Karena p-value 0,030< (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara bermakna aktivitas sehari-hari lansia sesudah dilakukan senam lansia antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Desa Mijen Ungaran. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Mijen Ungaran, Kelurahan Gedanganak. Disini dapat dilihat adanya perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada post-test yaitu adanya peningkatan aktivitas sehari-hari lansia pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan karena lansia tidak dilakukan senam lansia.

Senam lansia yang dilakukan pada kelompok intervensi dapat berpengaruh pada jantung. Ketika beban kerja otot meningkat, tubuh akan menanggapi dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dikirim ke otot dan jantung. Sebagai akibatnya, detak jantung dan frekuensi pernafasan meningkat sampai

memenuhi kebutuhannya. Tubuh akan

berkeringat dan membakar kalori dan lemak. Saat melakukan latihan jantung akan memompa lebih banyak darah pada setiap detakan sehingga membantu mengirim oksigen pada otot yang bekerja. Jaringan-jaringan yang ada di dalam tubuh bekerja sama untuk membantu meningkatkan kondisi kesegaran tubuh. Senam lansia merupakan latihan yang cocok bagi lansia karena gerakannya sederhana namun masih dapat memacu kerja jantung-paru dengan intensitas ringan sedang, bersifat

(9)

menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, serasi sesuai gerakan sehari-hari dan mengandung gerakan-gerakan melawan beban badan dengan pemberian beban antara bagian kanan dan kiri tubuh secara seimbang dan berimbang. Gerakan senam lansia mengandung gerakan-gerakan yang diharapkan dapat meningkatkan komponen kebugaran kardio-respirasi, kekuatan dan ketahanan otot, kelenturan dan komposisi tubuh yang seimbang (Suardo,2001) Dari fakta diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang diberi senam lansia dapat meningkatkan aktivitas sehari-hari lansia, sedangkan lansia yang tidak dilakukan senam lansia hanya mengalami sedikit perubahan, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat aktivitas sehari-hari (ADL). Keterbatasan

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menjumpai suatu keterbatasan selama proses penelitian yaitu keterbatasan komunikasi antara peneliti dan responden karena sebagian besar lansia yang menjadi responden dalam kesehariannya menggunakan bahasa jawa sedangkan peneliti bukan orang jawa

KESIMPULAN

Ada perbedaan aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi. Berdasarkan uji t, diperoleh p-value sebesar 0,055. Terlihat bahwa p-value < (0,05).

Tidak ada perbedaan yang signifikan pada aktivitas sehari-hari lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji t, diperoleh p value sebesar 0,055. Terlihat bahwa p-value 0,055> (0,05).

Ada Pengaruh senam lansia terhadap aktivitas sehari-hari lansia. Berdasarkan uji t, didapatkan p-value 0,016 < α (0,05).

SARAN

Hendaknya Lansia dapat melaksanakan senam lansia secara rutin dan teratur serta tetap melaksanakan pola hidup sehat.

Bagi calon peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam lansia terhadap tingkat aktivitas sehari-hari lansia. Mengingat masih adanya keterbatasan dari penelitian yang

telah dilakukan, maka diharapkan penelitian lebih lanjut dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap faktor yang menyebabkan penurunan aktivitas sehari-hari lansia.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hidayat,A.A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

[2] Ardiyanti. N (2009). Hubungan senam lansia terhadap activity of daily living (ADL) pada lansia di panti sosial tresna wredha unit budi luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Artikel diakses tanggal 17

oktober 2013. dari

http://one.indoskripsi.com Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta [3] Arikunto,S.2010.Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

[4] Bandiyah, S. 2009.Lanjut Usia dan

Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:

Nuha Medika

[5] Brick, L. (2001). Sugar dengan Senam

Lansia. Diakses 20 Januari dari

http://www.sabda.org/c3i/book/export/ html/4830

[6] Bullock et al, 2001. Human on Pathophysiologi.. Retreived21 januari from: http://www.sabda.org/c3i/book/ export/html/4830

[7] Darmojo, B. 2009. Teori Proses Menua. In: H.Hadi Martono dan Kris Pranarka (eds): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

[8] Guyton & Hall 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diakses tanggal 21 januari dari http://www.sabda.org/c3i/book/ export/html/4830

[9] Hardywinoto, S. 2005. Panduan

Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

[10]Ilyas, B. (1997) Profil Penduduk lanjut Usia di Kotamadya Ujung Pandang. Warta Demografi. Th-27, No. 4, diakses 21 Januari dari http://health.kompas.com/ read/2012/04/17/18571099/Beban.Keterg antungan.Lansia.Mengkhawatirkan

(10)

[11]Irianto, J. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi Offset.

[12]Komnas Lansia (2010). Diakses 18 Januari dari http://www.eriktapan.com/ 2013/09/komnas-lansia-ternyata-aturan-ttg.html

[13]Maryam. S. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Keperawatannya. Jakarta: Salemba Medika

[14]Noorkasiani, S. 2009. Kesehatan Usia

Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika [15]Notoatmodjo. S. 2012. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

[16]Nugroho,W.2008.Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta:EGC

[17]Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

[18]Potter dan perry,2005. Fundamental

Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik. Jakarta: EGC

[19]Riwanti,Y.2006. Pengaruh Depresi Pada Awal Stroke (Minggu I) Terhadap Waktu Perbaikan Deficit Neurologi Penderita Stroke Non Hemoragik Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang : UNDIP. [20]Setiono (2007)).senam lansia. Panduan

Senam Lansia. Diakses 18 Januari 1014 dari http://irasuryani5.wordpress.com/ 2013/10/07/senam-lansia-2/

[21]Santoso, H.2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta:Gunung Mulia.

[22]Sugiarto, A. 2005. Penilaian

Keseimbangan Dengan Aktivitas

Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.

[23]Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan

Urutan Gerakan. Semarang: Unit

Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Undip.

[24]Sumintarsih, 2006. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia, Olahraga, edisi Agustus, 147150.

[25]Ulliya, S., Soempeno, B., Kushartanti, W. BM., 2007, Pengaruh Latihan Range Of Motion(ROM) Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia di Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran, Media Ners, Volume 1 Nomor 2, edisi Oktober, 49. [26]U.S.Senate committe on Aging (1991).

Retreived 12 Jnuari, from

http://en.wikipedia.org/wiki/United_State s_House_Permanent_Select_Committee_ on_Aging

[27]Wahyudi,N.2008.Keperawatan Gerontik & Geriatric.Jakarta:EGC

[28]Widianti, T.A dkk.2010.Senam

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka menyambut hari bumi sedunia/ PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta/ akan menggelar lomba memancing lele gratis/ bagi masyarakat umum// Rencananya/

Adanya ikan toman betina yang berada pada TKG IV menandakan bahwa populasi ikan toman di Danau Kelubi akan memasuki masa pemijahan pada bulan Desember. Menurut Makmur

Pengujian penggunaan silase pada beberapa ikan herbivora (bandeng dan baronang) menunjukkan bahwa silase ikan termasuk sumber protein hewani yang baik dan sekaligus dapat

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan dari kegiatan – kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak dan berjalan.berpindah. Pada usia 3 tahun

lahir. Kemudian lakukan cara yang sama untuk melahirkan bahu.. dan lengan depan bayi. Menolong dengan metode muller apabila sulit untuk melahirkan bahu. belakang

pG lO

Berdasarkan hasil dapat diketahui bahwa thitung (4.097) &gt; ttabel (2.048) jadi H0 ditolak dan Ha diterima, berarti profesionalisme guru sekolah minggu (X)

Perlu dilakukan pengujian kemampuan membran selulosa yang dimodifikasi dengan surfaktan kationik seperti senyawa amonium kuartener untuk mengikat limbah bahan obat