• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 319 ISSN:2338-1183

Pengaruh Model

Discovery Learning

Terhadap Pemahaman

Konsep Matematis Siswa

Mohamad Ghozali1, Sri Hastuti Noer2, Pentatito Gunowibowo2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lampung 2Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lampung 1,2FKIP Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung

1e-mail: Mohamadghozali99@gmail.com / Telp.: +6285768788796

Received: May 28th 2018 Accepted: May 30th 2018 Online Published: June 5th 2018 Abstract: The Influence of Discovery Learning Models Toward to Student’s

Understanding of Mathematical Concept. This quasi experimental research

aimed to find out the influence of discovery learning models toward to student’s understanding of mathematical concept. The population of this research was all students of grade VIII of SMPN 22 Pesawaran in academic year of 2017/2018 that were distributed into 7 classes. The sampling was done by purposive sampling technique and it was chosen students of VIII-E and VIII-F as samples. The design which was used was the pretest-posttest control group design. The data of student’s understanding of mathematical concept obtain using test technique. The analysis of mean comparison shows that the increasing of student’s understanding of mathematical concept ability using discovery learning models is higher than conventional models. It indicated that discovery learning models influence on student’s understanding of mathematical concept.

Abstrak: Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

model discovery learning terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 22 Pesawaran tahun pelajaran 2017/2018 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling dan terpilih siswa pada kelas VIII-E dan

VIII-F sebagai sampel. Desain yang digunakan adalah pretest-posttest control group

design. Data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperoleh menggunakan tehnik tes. Analisis uji perbandingan rata-rata menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang menggunakan model

discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional. Dengan

demikian, model discovery learning berpengaruh terhadapan pemahaman konsep

matematis siswa.

(2)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 320 ISSN:2338-1183

Pendahuluan

Pendidikan memegang peran-an penting untuk kemajuperan-an dperan-an perkembangan suatu bangsa, karena dengan pendidikan manusia dapat memaksimalkan kemampuan mau-pun potensi dirinya baik sebagai

pribadi maupun sebagai warga

masyarakat. Tujuan pendidikan nasi-onal sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, ber-akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta ber-tanggung jawab. Untuk mewujud-kan tujuan pendidimewujud-kan nasional terse-but, maka di sekolah-sekolah diada-kan suatu pembelajaran pada berba-gai bidang studi, salah satunya adalah bidang studi matematika.

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peran besar dan memiliki manfaat dalam berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang utama pada setiap jenjang pendidikan (Afrilianto dan Tina, 2014:45). Oleh karena itu, diperlukan penguasaan

matematika di semua jenjang pendidi kan, termasuk pada jenjang pendidi-kan menengah.

Menurut Hutagalung (2017), ber-dasarkan karakteristiknya, mate-matika merupakan keteraturan ten-tang struktur yang terorganisasikan, kon-sep-konsep matematika tersusun se-cara hirarkis dan sistematik, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa pemahaman konsep meme-gang peranan penting dalam pem-belajaran matematika. Sehingga, sa-ngat sulit bagi siswa untuk menuju ke proses pembelajaran yang lebih tinggi jika siswa sendiri belum

memahami konsep (Hutagalung,

2017). Oleh karena itu, dengan pemahaman konsep yang baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

Pemahaman konsep sangat penting karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa

dalam mempelajari matematika.

Menurut Zulkardi (Murizal, 2012) mata pelajaran matematika menekan-kan pada konsep, artinya dalam mempelajari matematika siswa harus terlebih dahulu memahami konsep

(3)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 321 ISSN:2338-1183

matematika agar dapat menyelesai-kan soal-soal dan mampu meng-aplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis dari yang paling sederhana ke yang pa-ling kompleks.

Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep materi matematika saat ini masih lemah bahkan terdapat konsep materi yang dipahami dengan keliru. Masih terdapat banyak siswa yang setelah belajar matematika, mereka tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang tergolong sukar, ruwet, dan sulit (Ruseffendi, 2006:156).

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru SMP Negeri 22 Pesawaran diketahui bahwa pada pembelajaran matematika guru cen-derung menggunakan pembelajar-an konvensional. Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru dan siswa juga diperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa mengerti pada saat guru menjelaskan, tetapi siswa sulit untuk menyatakan ulang dari apa

yang telah dipelajari. Siswa menger-ti pada saat guru memberikan contoh -contoh soal dan penyelesaiannya, namun ketika dihadapkan pada suatu masalah ataupun soal-soal yang ber-beda dari contoh-contoh yang di-berikan guru, siswa sulit untuk me-nentukan langkah-langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Informasi-informasi yang didapat tersebut mengindikasikan bahwa pe-mahaman konsep matematis siswa di SMP Negeri 22 Pesawaran masih be-lum terkatagori baik.

Salah satu penyebab rendah-nya pemahaman konsep matematis siswa adalah ada pada pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Menurut Yuwono (Noer, 2009:334)., ditinjau dari pendekatan mengajar pada umumnya guru hanya mengajarkan materi yang terdapat di buku paket dan kurang mengakomodasi kemam-puan siswanya Hal ini tidak mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide atau gagasan yang dimilikinya sehingga pemahaman konsep matematis yang dimiliki siswa masih rendah. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan pemahaman konsep matematis siswa.

(4)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 322 ISSN:2338-1183

Pembelajaran yang dapat di-terapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam mengekspolarasi jawabannya sendiri, dan juga siswa dapat mengungkap-kan ide atau gagasan yang dimiliki-nya. Selain itu, siswa diberi kesem-patan untuk dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan guru maupun teman-temannya. Pembela-jaran yang tepat untuk mengatasi masalah pemahaman konsep

mate-matis siswa adalah model discovery

learning.

Discovery learning adalah model pembelajaran yang proses pembelajarannya terjadi bila siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diha-rapkan mengorganisasi sendiri.

Da-lam mengaplikasikan model

disco-very learning, seorang guru harus da-pat menemda-patkan siswa pada ke-sempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri. Menurut Sardiman (Setiawan, 2017: 1031) peran guru

pada model discovery learning

ada-lah sebagai pembimbing dengan

memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar secara aktif, guru juga harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Menurut Anitah (Arinawati, 2014) bahwa belajar penemuan atau

discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan ke-terampilan yang dimilikinya. Sela-ma proses pembelajaran, guru akan berperan sebagai fasilitator yang memimbing siswa untuk memahami konsep-konsep matematis. Proses be-lajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesem-patan kepada siswa untuk mene-mukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman yang ditemukan

sendiri. Dengan demikian, discovery

learning dapat memberikan kesem-patan kepada siswa supaya aktif dan mandiri serta dapat memahami konsep matematis dengan bimbingan guru.

Berdasarkan uraian tentang masalah-masalah tersebut khususnya mengenai pemahaman konsep mate-matis siswa, maka tujuan dari pene-litian ini adalah untuk mengetahui apakah discovery learning berpenga-ruh terhadap pemahaman konsep matematis pada siswa kelas VIII di

(5)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 323 ISSN:2338-1183

SMP Negeri 22 Pesawaran tahun pelajaran 2017/2018

Metode Penelitian

Penelitian ini telah dilaksa-nakan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 di SMP Negeri 22 Pesawaran. Populasi dalam pene-litian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 22 Pesawaran yang terdiri dari 183 siswa dan terdis-tribusi dalam tujuh kelas mulai dari VIII-A hingga VIII-G. Dari tujuh kelas tersebut, dipilih dua kelas sebagai sampel yang mewakili popu-lasi, yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen

digunakan model discovery learning,

sedangkan pada kelas kontrol digu-nakan pembelajaran konvensional. Pengambilan sampel menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel atas dasar pertimbangan bahwa kelas yang dipilih adalah kelas yang diajar oleh guru yang sama.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

dengan menggunakan

pretest-post-test control group design. Data yang digunakan dalam penelitian ini

ada-lah data skor pemahaman konsep matematis awal yang diperoleh mela-lui pretest, data skor pemahaman konsep matematis setelah

pembela-jaran yang diperoleh melalui posttest,

dan data skor peningkatan (gain). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes.

Prosedur penelitian ini dilak-sanakan dalam tiga tahap. Yang per-tama tahap persiapan, yaitu observasi ke sekolah, menentukan sampel, me-nentukan materi, membuat proposal penelitian, membuat perangkat pem-belajaran dan mengembangkan ins-trumen. Yang kedua tahap

pelak-sanaan, yaitu memberikan pretest,

melaksanakan pembelajaran

meng-gunakan model discovery learning

pada kelas eksperimen dan pembe-lajaran konvensional pada kelas

kon-trol, serta memberikan posttest. Yang

ketiga tahap akhir, yaitu mengum-pulkan data, mengolah dan mengana-lisis data serta menyusun laporan penelitian.

Data penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa

yang dicerminkan oleh skor pretest

dan skor posttest. Instrumen yang

digunakan adalah instrumen tes berupa soal uraian yang disusun

(6)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 324 ISSN:2338-1183

berdasarkan indikator pemahaman konsep matematis dan materi ling-karan. Sebelum dilakukan pengambi-lan data, dilakukan uji validitas isi yang didasarkan pada penilaian guru

matematika SMP Negeri 22

Pesawaran. Setelah semua butir soal dinyatakan valid selanjut-nya soal tes tersebut diujicobakan untuk menge-tahui reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Hasil uji coba instrumen tes diperoleh reliabilitas dengan kriteria sangat tinggi, daya pembeda dengan kriteria baik dan cukup baik, serta tingkat kesukaran dengan kriteria sedang dan sukar, sehingga instrumen tes yang disusun layak digunakan. Kemudian, instru-men digunakankan kepada siswa sebelum dan setelah pembelajaran sehingga diperoleh skor awal dan skor akhir. Selanjutnya kedua data tersebut diolah untuk mendapatkan

data gain pemahaman kosep

mate-matis siswa.

Analisis data bertujuan untuk

mengetahui apakah peningkatan

pemahaman konsep matematis siswa

yang menggunakan model discovery

learning lebih tinggi daripada

peningkatan pemahaman konsep

matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Sebelum melakukan analisis

data gain, dilakukan uji prasyarat

yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa

ke-dua data gain pemahaman konsep

matematis siswa berasal dari popu-lasi yang berdistribusi normal, kemu-dian setelah dilakukukan uji homo-genitas, diketahui bahwa kedua po-pulasi data bersifat homogen. De-ngan demikian, analisis data yang digunakan adalah analisis sta-tistik

parametrik menggunakan uji 𝑡.

Hasil dan Pembahasan

Setelah dilakukan pretest dan

posttest diperoleh data skor awal dan skor akhir yang selanjutnya diolah

untuk mendapatkan data gain

pemahaman konsep matematis siswa.

Data gain pemahaman konsep

matematis siswa diperoleh dari

selisih antara skor akhir (posttest)

dan skor awal (pretest) kemudian

dibagi selisih antara skor maksimal

dan skor awal (pretest). Rekapitulasi

data statistik gain pemahaman

konsep matematis siswa yang

(7)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 325 ISSN:2338-1183

dan siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Statistik Gain

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas E K Rata-rata 0,66 0,54 Simpangan Baku 0,25 0,20 Gain Terendah 0,22 0,16 Gain Tertinggi 1 1 Keterangan:

E : Kelas menggunakan model

discovery learning

K : Kelas menggunakan pembelaja-ran konvensional

Berdasarkan Tabel 1,

rata-rata gain pemahaman konsep

matematis siswa yang menggunakan

model discovery learning lebih tinggi

daripada rata-rata gain pemahaman

konsep matematis siswa yang meng-gunakan pembelajaran konvensio-nal. Diketahui pula, simpangan baku

gain pemahaman konsep matematis

siswa menggunakan model discovery

learning lebih tinggi daripada

simpangan baku gain pemahaman

konsep matematis siswa menggu-nakan pembelajaran konven-sional. Hal ini menunjukkan bahwa

pe-nyebaran gain pemahaman konsep

matematis siswa yang menggunakan

model discovery learning lebih

beragam dibadingkan dengan

penye-baran gain pemahaman konsep

mate-matis siswa yang menggunakan

pem-belajaran konvensional. Artinya,

peningkatan pemahaman konsep

matematis siswa yang menggunakan

model discovery learning lebih

hete-rogen jika dibandingkan dengan

peningkatan pemahaman konsep

matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Pada sampel terlihat bahwa

peningkatan pemahaman konsep

matematis siswa pada kelas yang

menggunakan model discovery

learning lebih tinggi daripada peni-ngkatan pemahaman konsep pada kelas yang menggunakan pembela-jaran konvensional.

Karena data gain pemahaman

konsep matematis siswa yang telah

menggunakan model discovery

lear-ning berdistribusi normal, maka

untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan uji parametrik yaitu uji t. Berdasarkan hasil pengujian proporsi dengan taraf signifikan 5% diperoleh

data bahwa 𝑡 = 6,53 dan t0,95 = 1,65,

yang menunjukan bahwa 𝑡 > t0,95

sehingga H0 ditolak. Artinya,

(8)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 326 ISSN:2338-1183

siswa dengan menggunakan model

discovery learning lebih tinggi dari

peningkatan pemahaman konsep

matematis siswa menggunakan pem-belajaran konvensional.

Apabila ditinjau dari penca-paian indikator pemahaman konsep matematis siswa terdapat perbedaan persentase setiap indikator pada tes kemampuan awal dan kemampuan akhir pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rekapitulasi penca-paian indikator pemahaman konsep matematis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pencapaian Indikator

Indi- ka-tor Pencapaian Awal (%) Pencapaian Akhir (%) E K E K 1 32,60 29,00 87,80 82,00 2 46,73 50,00 100 100 3 71,33 52,22 100 100 4 0,00 0,00 56,00 52,00 5 0,57 0,95 57,71 28,81 6 0,00 0,00 26,00 13,33 Keterangan:

1 : Menyatakan ulang suatu

konsep.

2 : Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsepnya. 3 : Memberi contoh dan non

contoh konsep.

4 : Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

5 : Menggunakan, memanfaatkan,

dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

6 : Mengaplikasikan konsep atau

algoritma ke pemecahan masalah.

Terlihat bahwa rata-rata pen-capaian indikator kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas eksperimen dan rata-rata pencapaian indikator kemam-puan akhir pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eks-perimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Demikian pula jika dilihat dari peningkatan pencapaian setiap indikator kemampuan pemahaman konsep matematis pada kelas

eks-perimen mengalami peningkatan

yang lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil analisis

data dan pengujian hipotesis

diketahui bahwa rata-rata pema-haman konsep matematis siswa

dengan model discovery learning

lebih tinggi daripada rata-rata

pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan

bahwa model discovery learning

berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

(9)

bebe-Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 327 ISSN:2338-1183

rapa hasil penelitian yang berhu-bungan dengan pemahaman konsep

matematis siswa dan discovery

learning. Hasil penelitian Mawaddah (2015) menunjukkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran matematika de-ngan menggunakan model penemuan

terbimbing (discovery learning)

se-cara keseluruhan berada pada kate-gori baik. Selain itu Nurmalasari (2015) dalam penelitiannya

menyim-pulkan bahwa model discovery

learning yang diterapkan membe-rikan pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa.

Siswa yang mengikuti model

discovery learning mempunyai pemahaman konsep yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pem-belajaran konvensional karena

sela-ma proses model discovery learning,

siswa dibentuk menjadi beberapa ke-lompok diskusi untuk memudahkan membimbing siswa. Kelompok dis-kusi berjumlah 6 kelompok dengan anggota 4 - 5 siswa. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat bekarja sama dalam anggota kelompoknya, serta memiliki kesempatan untuk mene-mukan dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya melalui aktivitas dan

permasalahan-permasalahan dalam

LKPD. Sounders (Komalasari, 2010: 8-10) menyatakan bahwa penga-laman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran, tetapi juga memberikan wawasan pada

kehi-dupan sehari-hari bahwa untuk

menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara ber-sama-sama.

Kemudian siswa diajak untuk mengambil model sehari-hari sebagai contoh yang berkaitan dengan materi

yang sedang dipelajari. Siswa

menyelesaikan permasalahan yang

berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari dengan cara menemukan dan mengonstruksi pengetahuan me-lalui diskusi dan proses tanya jawab dengan masing-masing kelompok-nya. Tahapan selanjutnya yaitu ma-sing-masing kelompok mempresen-tasikan hasil diskusi di depan kelas, sementara itu kelompok lainnya menanggapi. Kemudian guru mem-bimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan kesimpulan yang sebenarnya dari materi yang dipelajari.

Pada pertemuan pertama,

(10)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 328 ISSN:2338-1183

Pada saat kegiatan diskusi menger-jakan LKPD, siswa diharapkan untuk bertanya kepada guru saat meng-alami kesulitan, namun banyak siswa yang sibuk saling bertanya kepada kelompok lain. Banyak pula siswa yang tidak termotivasi untuk belajar atau mengerjakan LKPD, sehingga hanya cenderung mengandalkan te-mannya. Siswa juga mengalami ke-sulitan untuk memahami aktivitas dan permasalahan yang diberikan pada LKPD karena kurangnya minat untuk membaca LKPD de-ngan cermat. Kendala tersebut dise-babkan karena siswa belum terbiasa bahkan belum pernah mengerjakan LKPD secara berkelompok. Hal ini mengakibatkan hasil diskusi yang tidak optimal, sehingga un-tuk mengatasi masalah tersebut guru memberikan pertanyaan-per-tanyaan penuntun pada setiap ke-lompok dan membimbing untuk da-pat membaca dengan cermat.

Kendala lain pada proses

pembelajaran kelas eksperimen

ada-lah pada tahap pemodelan dan reflek-si. Pada tahap pemodelan, setiap kelompok masih sungkan dan malu untuk mempresentasikan hasil dis-kusi di depan kelas, hal ini

dikare-nakan mereka belum terbiasa untuk menyampaikan hasil kerja kelom-pok di depan kelas. Selain itu, pa-da saat salah satu kelompok mempre-sentasikan hasil diskusi di depan kelas, kelompok yang lain kurang memperhatikan informasi yang di-sampaikan. Pada tahap refleksi, guru berperan membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengeta-huan yang dimiliki sebelumnya de-ngan pengetahuan-pengetahuan baru agar siswa lebih memaknainya. Na-mun dalam proses pembelajaran, guru masih memiliki peranan yang dominan karena masing-masing sis-wa belum terbiasa menyampaikan pendapatnya. Oleh karena itu, guru memberikan stimulus-stimulus agar siswa sedikit demi sedikit mampu menyampaikan pendapatnya secara lisan. Pada pertemuan pertama ini,

pelaksanaan model discovery

learn-ing belum berjalan berjalan baik.

Pada pertemuan selanjutnya siswa mulai terlihat lebih siap untuk

mengikuti model discovery learning.

Hal ini terlihat dari kondisi kelas yang sudah mulai sedikit lebih kondusif, yaitu pada saat guru mema-suki kelas, siswa sudah duduk ber-sama dengan masing-masing

(11)

kelom-Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 329 ISSN:2338-1183

poknya. Proses diskusi kelompok juga sudah mulai berjalan dengan baik, masing-masing kelompok sa-ling bekerjasama dalam menye-lesaikan LKPD. Ketika mengalami kesulitan mengerjakan LKPD, siswa tidak lagi saling bertanya kepada kolompok lain melainkan menanya-kan langsung kepada guru. Selain itu, pada saat salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi, ke-lompok lain sudah mulai memperha-tikan dan menanggapi.

Kendala selanjutnya adalah pengaturan waktu yang kurang opti-mal, sehingga sering mengambil waktu pelajaran berikutnya 5-10 me-nit. Selain itu pada tahap pemodelan masih terdapat siswa yang mengob-rol, hal tersebut mengganggu kon-sentrasi penyaji dan teman lain yang sedang memperhatikan. Kurangnya latihan-latihan yang mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan kon-sep yang telah dipelajari menyebab-kan pencapaian indikator pema-haman konsep kurang optimal.

Meskipun tahapan-tahapan

model discovery learning belum

ter-laksana secara optimal, namun sangat membantu siswa dalam memahami

konsep yang sedang dipelajari.

Model discovery learning

meru-pakan pembelajaran yang baik kare-na menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, sehingga siswa men-jadi lebih aktif. Hal tersebut berbeda dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional

diawali dengan guru memberikan penjelasan terkait materi yang akan dipelajari. Pada proses ini siswa akan mendengarkan dan mencatat penje-lasan dari guru, sehingga siswa hanya memperoleh pemahaman dan informasi dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru mem-berikan contoh-contoh soal beserta cara penyelesaiannya. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk ber-tanya jika ada yang belum dipahami dan diberikan latihan soal. Dalam proses pembelajaran konvensional tersebut, siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman konsep yang dimiliki se-hingga sudah sewajarnya pemaham-an konsep siswa ypemaham-ang mengikuti

pembelajaran konvensional tidak

(12)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 330 ISSN:2338-1183

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa model discovery learning

berpengaruh terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII SMP Negeri 22 Pesawaran tahun ajaran 2017/2018.

Daftar Rujukan

Afrilianto, M. dan Tina R. 2014.

Strategi Thinking Aroud Pair

Problem Solving Untuk

Meningkatkan Kemampuan

Kelancaran Berprosedur Dan Kompetensi Strategis

Mate-matis Siswa SMP. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 02 Hlm.45-53,

(http://publikasi.stkipsiliwangi. ac.id/files/2014/12/ProsidingSe mnas-STKIP-2014.pdf), diakses 20 Mei 2018.

Arinawati, E., Slamet, St. Y., dan

Chumdari. 2014. Pengaruh

Model Pembelajaran Discovery

Learning terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Motivasi Belajar. Jurnal Diktatika Dwija Indria (Solo). (Online), Vol. 2, No. 8, (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/ind ex.php/pgsdsolo/article/view/3 634/2583), diakses 20 Mei 2018.

Depdiknas. 2003. UU Nomor 20

tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas.

Hutagalung, R. 2017. Peningkatan

Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa

melalui Pembelajaran Guided

Discovery Berbasis Budaya Toba di SMP Negeri 1 Tukka.

Journal of Mathematics Education and Science. (Online), Vol. 2, No. 2, (http://jurnal.uisu.ac.id/index.p hp/mesuisu/article/view/133/11 0), diakses 20 Mei 2018.

Mawaddah, S. dan Ratih M. 2016. Kemampuan Pemahaman Kon-sep Matematis Siswa SMP dalam Pembelajaran

Meng-gunakan Model Penemuan

Terbimbing (Discovery

Learning). Jurnal Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 4,

No. 1, hal. 7685,

(http://ppjp.unlam.ac.id/journal /index.php/edumat/article/view /2292), diakses 20 Mei 2018

Murizal, A., Yarman, dan Yerizon.

2012. Pemahaman Konsep

Matematis dan Model

Pem-belajaran Quantum Teaching.

Jurnal Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 1, No. 1, hal.

19-23,(http://ejournal .unp.ac.id/ students/index.php/pmat/article /viewFile/1138/830), diakses 20 Mei 2018. Noer, S. H. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masa-lah. Prosiding Seminar Nasi-onal Matematika dan Pendi-dikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. (Online), (http://core.ac.uk/download/pdf

(13)

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 331 ISSN:2338-1183

/11064629.pdf), diakses 20 Mei 2018

Nurmalasari, N. 2015. Peningkatan Pemahaman Konsep Matema-tika Siswa melalui Model

Discovery Learning. Jurnal Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 7, No. 2, (http://ejournal.upi.edu/index.p hp/eduhumaniora/article/view/ 2711), diakses 20 Mei 2018. Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar

kepada Membantu Guru

Mengembangkan Kompetensi-nya dalam Pengajaran

Matema-tika untuk Meningkatkan

CBSA. Bandung: Tarsito. Setiawan, Wahyu. 2017. Pengaruh

Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis

Siswa. Jurnal Pendidikan

Matematika. Vol.5, No. 9, Halaman 1027 – 1039.

Referensi

Dokumen terkait

Proses penanganan dan penyimpanan tomat yang salah juga akan menyebabkan terjadinya kerusakan, baik secara fisik, kimia, dan mikrobiologi terhadap tomat

a) Bahan buangan padat, yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya

Kementerian Desa dan PDTT menyatakan bahwa pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah meliputi beberapa hal yaitu: memberikan pedoman pelaksanaan penugasan

Fokus dari penelitian ini yaitu mengemukakan peranan media sosial sebagai strategi pemasaran pada Meiyu Aiko, dalam memak- simalkan- penjualan jasa sewa kostum

“pemberian reward and punishment melalui tata tertib sistem point saya tahu sejak masuk sebagai peserta didik di Madrasah Aliyah Al-Hikmah Bumela, Saya setuju dan tertarik

(3) selalu memiliki keuntungan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dimana untuk pengujian parsial menggunakan uji statistik t dan pengujian

Oleh karena itu, diciptakanlah perancangan ini yang diharapkan dapat menjadi media promosi kuliner khas Bali di Kota Denpasar dan media fotografi sendiri akan menarik minat

Sebagai langkah preventif atas resiko dan kemungkinan dampak yang terjadi, maka setiap kegiatan pembangunan harus membuat perencanaan dan antisipasinya berupa