Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 319 ISSN:2338-1183
Pengaruh Model
Discovery Learning
Terhadap Pemahaman
Konsep Matematis Siswa
Mohamad Ghozali1, Sri Hastuti Noer2, Pentatito Gunowibowo2
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lampung 2Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lampung 1,2FKIP Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung
1e-mail: Mohamadghozali99@gmail.com / Telp.: +6285768788796
Received: May 28th 2018 Accepted: May 30th 2018 Online Published: June 5th 2018 Abstract: The Influence of Discovery Learning Models Toward to Student’s
Understanding of Mathematical Concept. This quasi experimental research
aimed to find out the influence of discovery learning models toward to student’s understanding of mathematical concept. The population of this research was all students of grade VIII of SMPN 22 Pesawaran in academic year of 2017/2018 that were distributed into 7 classes. The sampling was done by purposive sampling technique and it was chosen students of VIII-E and VIII-F as samples. The design which was used was the pretest-posttest control group design. The data of student’s understanding of mathematical concept obtain using test technique. The analysis of mean comparison shows that the increasing of student’s understanding of mathematical concept ability using discovery learning models is higher than conventional models. It indicated that discovery learning models influence on student’s understanding of mathematical concept.
Abstrak: Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
model discovery learning terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 22 Pesawaran tahun pelajaran 2017/2018 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling dan terpilih siswa pada kelas VIII-E dan
VIII-F sebagai sampel. Desain yang digunakan adalah pretest-posttest control group
design. Data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperoleh menggunakan tehnik tes. Analisis uji perbandingan rata-rata menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang menggunakan model
discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional. Dengan
demikian, model discovery learning berpengaruh terhadapan pemahaman konsep
matematis siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 320 ISSN:2338-1183
Pendahuluan
Pendidikan memegang peran-an penting untuk kemajuperan-an dperan-an perkembangan suatu bangsa, karena dengan pendidikan manusia dapat memaksimalkan kemampuan mau-pun potensi dirinya baik sebagai
pribadi maupun sebagai warga
masyarakat. Tujuan pendidikan nasi-onal sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, ber-akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta ber-tanggung jawab. Untuk mewujud-kan tujuan pendidimewujud-kan nasional terse-but, maka di sekolah-sekolah diada-kan suatu pembelajaran pada berba-gai bidang studi, salah satunya adalah bidang studi matematika.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peran besar dan memiliki manfaat dalam berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang utama pada setiap jenjang pendidikan (Afrilianto dan Tina, 2014:45). Oleh karena itu, diperlukan penguasaan
matematika di semua jenjang pendidi kan, termasuk pada jenjang pendidi-kan menengah.
Menurut Hutagalung (2017), ber-dasarkan karakteristiknya, mate-matika merupakan keteraturan ten-tang struktur yang terorganisasikan, kon-sep-konsep matematika tersusun se-cara hirarkis dan sistematik, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa pemahaman konsep meme-gang peranan penting dalam pem-belajaran matematika. Sehingga, sa-ngat sulit bagi siswa untuk menuju ke proses pembelajaran yang lebih tinggi jika siswa sendiri belum
memahami konsep (Hutagalung,
2017). Oleh karena itu, dengan pemahaman konsep yang baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Pemahaman konsep sangat penting karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa
dalam mempelajari matematika.
Menurut Zulkardi (Murizal, 2012) mata pelajaran matematika menekan-kan pada konsep, artinya dalam mempelajari matematika siswa harus terlebih dahulu memahami konsep
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 321 ISSN:2338-1183
matematika agar dapat menyelesai-kan soal-soal dan mampu meng-aplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis dari yang paling sederhana ke yang pa-ling kompleks.
Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep materi matematika saat ini masih lemah bahkan terdapat konsep materi yang dipahami dengan keliru. Masih terdapat banyak siswa yang setelah belajar matematika, mereka tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang tergolong sukar, ruwet, dan sulit (Ruseffendi, 2006:156).
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru SMP Negeri 22 Pesawaran diketahui bahwa pada pembelajaran matematika guru cen-derung menggunakan pembelajar-an konvensional. Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru dan siswa juga diperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa mengerti pada saat guru menjelaskan, tetapi siswa sulit untuk menyatakan ulang dari apa
yang telah dipelajari. Siswa menger-ti pada saat guru memberikan contoh -contoh soal dan penyelesaiannya, namun ketika dihadapkan pada suatu masalah ataupun soal-soal yang ber-beda dari contoh-contoh yang di-berikan guru, siswa sulit untuk me-nentukan langkah-langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Informasi-informasi yang didapat tersebut mengindikasikan bahwa pe-mahaman konsep matematis siswa di SMP Negeri 22 Pesawaran masih be-lum terkatagori baik.
Salah satu penyebab rendah-nya pemahaman konsep matematis siswa adalah ada pada pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Menurut Yuwono (Noer, 2009:334)., ditinjau dari pendekatan mengajar pada umumnya guru hanya mengajarkan materi yang terdapat di buku paket dan kurang mengakomodasi kemam-puan siswanya Hal ini tidak mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide atau gagasan yang dimilikinya sehingga pemahaman konsep matematis yang dimiliki siswa masih rendah. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan pemahaman konsep matematis siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 322 ISSN:2338-1183
Pembelajaran yang dapat di-terapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam mengekspolarasi jawabannya sendiri, dan juga siswa dapat mengungkap-kan ide atau gagasan yang dimiliki-nya. Selain itu, siswa diberi kesem-patan untuk dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan guru maupun teman-temannya. Pembela-jaran yang tepat untuk mengatasi masalah pemahaman konsep
mate-matis siswa adalah model discovery
learning.
Discovery learning adalah model pembelajaran yang proses pembelajarannya terjadi bila siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diha-rapkan mengorganisasi sendiri.
Da-lam mengaplikasikan model
disco-very learning, seorang guru harus da-pat menemda-patkan siswa pada ke-sempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri. Menurut Sardiman (Setiawan, 2017: 1031) peran guru
pada model discovery learning
ada-lah sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara aktif, guru juga harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Menurut Anitah (Arinawati, 2014) bahwa belajar penemuan atau
discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan ke-terampilan yang dimilikinya. Sela-ma proses pembelajaran, guru akan berperan sebagai fasilitator yang memimbing siswa untuk memahami konsep-konsep matematis. Proses be-lajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesem-patan kepada siswa untuk mene-mukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman yang ditemukan
sendiri. Dengan demikian, discovery
learning dapat memberikan kesem-patan kepada siswa supaya aktif dan mandiri serta dapat memahami konsep matematis dengan bimbingan guru.
Berdasarkan uraian tentang masalah-masalah tersebut khususnya mengenai pemahaman konsep mate-matis siswa, maka tujuan dari pene-litian ini adalah untuk mengetahui apakah discovery learning berpenga-ruh terhadap pemahaman konsep matematis pada siswa kelas VIII di
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 323 ISSN:2338-1183
SMP Negeri 22 Pesawaran tahun pelajaran 2017/2018
Metode Penelitian
Penelitian ini telah dilaksa-nakan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 di SMP Negeri 22 Pesawaran. Populasi dalam pene-litian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 22 Pesawaran yang terdiri dari 183 siswa dan terdis-tribusi dalam tujuh kelas mulai dari VIII-A hingga VIII-G. Dari tujuh kelas tersebut, dipilih dua kelas sebagai sampel yang mewakili popu-lasi, yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen
digunakan model discovery learning,
sedangkan pada kelas kontrol digu-nakan pembelajaran konvensional. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel atas dasar pertimbangan bahwa kelas yang dipilih adalah kelas yang diajar oleh guru yang sama.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
dengan menggunakan
pretest-post-test control group design. Data yang digunakan dalam penelitian ini
ada-lah data skor pemahaman konsep matematis awal yang diperoleh mela-lui pretest, data skor pemahaman konsep matematis setelah
pembela-jaran yang diperoleh melalui posttest,
dan data skor peningkatan (gain). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes.
Prosedur penelitian ini dilak-sanakan dalam tiga tahap. Yang per-tama tahap persiapan, yaitu observasi ke sekolah, menentukan sampel, me-nentukan materi, membuat proposal penelitian, membuat perangkat pem-belajaran dan mengembangkan ins-trumen. Yang kedua tahap
pelak-sanaan, yaitu memberikan pretest,
melaksanakan pembelajaran
meng-gunakan model discovery learning
pada kelas eksperimen dan pembe-lajaran konvensional pada kelas
kon-trol, serta memberikan posttest. Yang
ketiga tahap akhir, yaitu mengum-pulkan data, mengolah dan mengana-lisis data serta menyusun laporan penelitian.
Data penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa
yang dicerminkan oleh skor pretest
dan skor posttest. Instrumen yang
digunakan adalah instrumen tes berupa soal uraian yang disusun
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 324 ISSN:2338-1183
berdasarkan indikator pemahaman konsep matematis dan materi ling-karan. Sebelum dilakukan pengambi-lan data, dilakukan uji validitas isi yang didasarkan pada penilaian guru
matematika SMP Negeri 22
Pesawaran. Setelah semua butir soal dinyatakan valid selanjut-nya soal tes tersebut diujicobakan untuk menge-tahui reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Hasil uji coba instrumen tes diperoleh reliabilitas dengan kriteria sangat tinggi, daya pembeda dengan kriteria baik dan cukup baik, serta tingkat kesukaran dengan kriteria sedang dan sukar, sehingga instrumen tes yang disusun layak digunakan. Kemudian, instru-men digunakankan kepada siswa sebelum dan setelah pembelajaran sehingga diperoleh skor awal dan skor akhir. Selanjutnya kedua data tersebut diolah untuk mendapatkan
data gain pemahaman kosep
mate-matis siswa.
Analisis data bertujuan untuk
mengetahui apakah peningkatan
pemahaman konsep matematis siswa
yang menggunakan model discovery
learning lebih tinggi daripada
peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Sebelum melakukan analisis
data gain, dilakukan uji prasyarat
yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa
ke-dua data gain pemahaman konsep
matematis siswa berasal dari popu-lasi yang berdistribusi normal, kemu-dian setelah dilakukukan uji homo-genitas, diketahui bahwa kedua po-pulasi data bersifat homogen. De-ngan demikian, analisis data yang digunakan adalah analisis sta-tistik
parametrik menggunakan uji 𝑡.
Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan pretest dan
posttest diperoleh data skor awal dan skor akhir yang selanjutnya diolah
untuk mendapatkan data gain
pemahaman konsep matematis siswa.
Data gain pemahaman konsep
matematis siswa diperoleh dari
selisih antara skor akhir (posttest)
dan skor awal (pretest) kemudian
dibagi selisih antara skor maksimal
dan skor awal (pretest). Rekapitulasi
data statistik gain pemahaman
konsep matematis siswa yang
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 325 ISSN:2338-1183
dan siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Statistik Gain
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas E K Rata-rata 0,66 0,54 Simpangan Baku 0,25 0,20 Gain Terendah 0,22 0,16 Gain Tertinggi 1 1 Keterangan:
E : Kelas menggunakan model
discovery learning
K : Kelas menggunakan pembelaja-ran konvensional
Berdasarkan Tabel 1,
rata-rata gain pemahaman konsep
matematis siswa yang menggunakan
model discovery learning lebih tinggi
daripada rata-rata gain pemahaman
konsep matematis siswa yang meng-gunakan pembelajaran konvensio-nal. Diketahui pula, simpangan baku
gain pemahaman konsep matematis
siswa menggunakan model discovery
learning lebih tinggi daripada
simpangan baku gain pemahaman
konsep matematis siswa menggu-nakan pembelajaran konven-sional. Hal ini menunjukkan bahwa
pe-nyebaran gain pemahaman konsep
matematis siswa yang menggunakan
model discovery learning lebih
beragam dibadingkan dengan
penye-baran gain pemahaman konsep
mate-matis siswa yang menggunakan
pem-belajaran konvensional. Artinya,
peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa yang menggunakan
model discovery learning lebih
hete-rogen jika dibandingkan dengan
peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Pada sampel terlihat bahwa
peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa pada kelas yang
menggunakan model discovery
learning lebih tinggi daripada peni-ngkatan pemahaman konsep pada kelas yang menggunakan pembela-jaran konvensional.
Karena data gain pemahaman
konsep matematis siswa yang telah
menggunakan model discovery
lear-ning berdistribusi normal, maka
untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan uji parametrik yaitu uji t. Berdasarkan hasil pengujian proporsi dengan taraf signifikan 5% diperoleh
data bahwa 𝑡 = 6,53 dan t0,95 = 1,65,
yang menunjukan bahwa 𝑡 > t0,95
sehingga H0 ditolak. Artinya,
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 326 ISSN:2338-1183
siswa dengan menggunakan model
discovery learning lebih tinggi dari
peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa menggunakan pem-belajaran konvensional.
Apabila ditinjau dari penca-paian indikator pemahaman konsep matematis siswa terdapat perbedaan persentase setiap indikator pada tes kemampuan awal dan kemampuan akhir pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rekapitulasi penca-paian indikator pemahaman konsep matematis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pencapaian Indikator
Indi- ka-tor Pencapaian Awal (%) Pencapaian Akhir (%) E K E K 1 32,60 29,00 87,80 82,00 2 46,73 50,00 100 100 3 71,33 52,22 100 100 4 0,00 0,00 56,00 52,00 5 0,57 0,95 57,71 28,81 6 0,00 0,00 26,00 13,33 Keterangan:
1 : Menyatakan ulang suatu
konsep.
2 : Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsepnya. 3 : Memberi contoh dan non
contoh konsep.
4 : Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
5 : Menggunakan, memanfaatkan,
dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
6 : Mengaplikasikan konsep atau
algoritma ke pemecahan masalah.
Terlihat bahwa rata-rata pen-capaian indikator kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas eksperimen dan rata-rata pencapaian indikator kemam-puan akhir pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eks-perimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Demikian pula jika dilihat dari peningkatan pencapaian setiap indikator kemampuan pemahaman konsep matematis pada kelas
eks-perimen mengalami peningkatan
yang lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil analisis
data dan pengujian hipotesis
diketahui bahwa rata-rata pema-haman konsep matematis siswa
dengan model discovery learning
lebih tinggi daripada rata-rata
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan
bahwa model discovery learning
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
bebe-Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 327 ISSN:2338-1183
rapa hasil penelitian yang berhu-bungan dengan pemahaman konsep
matematis siswa dan discovery
learning. Hasil penelitian Mawaddah (2015) menunjukkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran matematika de-ngan menggunakan model penemuan
terbimbing (discovery learning)
se-cara keseluruhan berada pada kate-gori baik. Selain itu Nurmalasari (2015) dalam penelitiannya
menyim-pulkan bahwa model discovery
learning yang diterapkan membe-rikan pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa.
Siswa yang mengikuti model
discovery learning mempunyai pemahaman konsep yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pem-belajaran konvensional karena
sela-ma proses model discovery learning,
siswa dibentuk menjadi beberapa ke-lompok diskusi untuk memudahkan membimbing siswa. Kelompok dis-kusi berjumlah 6 kelompok dengan anggota 4 - 5 siswa. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat bekarja sama dalam anggota kelompoknya, serta memiliki kesempatan untuk mene-mukan dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya melalui aktivitas dan
permasalahan-permasalahan dalam
LKPD. Sounders (Komalasari, 2010: 8-10) menyatakan bahwa penga-laman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran, tetapi juga memberikan wawasan pada
kehi-dupan sehari-hari bahwa untuk
menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara ber-sama-sama.
Kemudian siswa diajak untuk mengambil model sehari-hari sebagai contoh yang berkaitan dengan materi
yang sedang dipelajari. Siswa
menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari dengan cara menemukan dan mengonstruksi pengetahuan me-lalui diskusi dan proses tanya jawab dengan masing-masing kelompok-nya. Tahapan selanjutnya yaitu ma-sing-masing kelompok mempresen-tasikan hasil diskusi di depan kelas, sementara itu kelompok lainnya menanggapi. Kemudian guru mem-bimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan kesimpulan yang sebenarnya dari materi yang dipelajari.
Pada pertemuan pertama,
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 328 ISSN:2338-1183
Pada saat kegiatan diskusi menger-jakan LKPD, siswa diharapkan untuk bertanya kepada guru saat meng-alami kesulitan, namun banyak siswa yang sibuk saling bertanya kepada kelompok lain. Banyak pula siswa yang tidak termotivasi untuk belajar atau mengerjakan LKPD, sehingga hanya cenderung mengandalkan te-mannya. Siswa juga mengalami ke-sulitan untuk memahami aktivitas dan permasalahan yang diberikan pada LKPD karena kurangnya minat untuk membaca LKPD de-ngan cermat. Kendala tersebut dise-babkan karena siswa belum terbiasa bahkan belum pernah mengerjakan LKPD secara berkelompok. Hal ini mengakibatkan hasil diskusi yang tidak optimal, sehingga un-tuk mengatasi masalah tersebut guru memberikan pertanyaan-per-tanyaan penuntun pada setiap ke-lompok dan membimbing untuk da-pat membaca dengan cermat.
Kendala lain pada proses
pembelajaran kelas eksperimen
ada-lah pada tahap pemodelan dan reflek-si. Pada tahap pemodelan, setiap kelompok masih sungkan dan malu untuk mempresentasikan hasil dis-kusi di depan kelas, hal ini
dikare-nakan mereka belum terbiasa untuk menyampaikan hasil kerja kelom-pok di depan kelas. Selain itu, pa-da saat salah satu kelompok mempre-sentasikan hasil diskusi di depan kelas, kelompok yang lain kurang memperhatikan informasi yang di-sampaikan. Pada tahap refleksi, guru berperan membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengeta-huan yang dimiliki sebelumnya de-ngan pengetahuan-pengetahuan baru agar siswa lebih memaknainya. Na-mun dalam proses pembelajaran, guru masih memiliki peranan yang dominan karena masing-masing sis-wa belum terbiasa menyampaikan pendapatnya. Oleh karena itu, guru memberikan stimulus-stimulus agar siswa sedikit demi sedikit mampu menyampaikan pendapatnya secara lisan. Pada pertemuan pertama ini,
pelaksanaan model discovery
learn-ing belum berjalan berjalan baik.
Pada pertemuan selanjutnya siswa mulai terlihat lebih siap untuk
mengikuti model discovery learning.
Hal ini terlihat dari kondisi kelas yang sudah mulai sedikit lebih kondusif, yaitu pada saat guru mema-suki kelas, siswa sudah duduk ber-sama dengan masing-masing
kelom-Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 329 ISSN:2338-1183
poknya. Proses diskusi kelompok juga sudah mulai berjalan dengan baik, masing-masing kelompok sa-ling bekerjasama dalam menye-lesaikan LKPD. Ketika mengalami kesulitan mengerjakan LKPD, siswa tidak lagi saling bertanya kepada kolompok lain melainkan menanya-kan langsung kepada guru. Selain itu, pada saat salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi, ke-lompok lain sudah mulai memperha-tikan dan menanggapi.
Kendala selanjutnya adalah pengaturan waktu yang kurang opti-mal, sehingga sering mengambil waktu pelajaran berikutnya 5-10 me-nit. Selain itu pada tahap pemodelan masih terdapat siswa yang mengob-rol, hal tersebut mengganggu kon-sentrasi penyaji dan teman lain yang sedang memperhatikan. Kurangnya latihan-latihan yang mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan kon-sep yang telah dipelajari menyebab-kan pencapaian indikator pema-haman konsep kurang optimal.
Meskipun tahapan-tahapan
model discovery learning belum
ter-laksana secara optimal, namun sangat membantu siswa dalam memahami
konsep yang sedang dipelajari.
Model discovery learning
meru-pakan pembelajaran yang baik kare-na menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, sehingga siswa men-jadi lebih aktif. Hal tersebut berbeda dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional
Pembelajaran konvensional
diawali dengan guru memberikan penjelasan terkait materi yang akan dipelajari. Pada proses ini siswa akan mendengarkan dan mencatat penje-lasan dari guru, sehingga siswa hanya memperoleh pemahaman dan informasi dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru mem-berikan contoh-contoh soal beserta cara penyelesaiannya. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk ber-tanya jika ada yang belum dipahami dan diberikan latihan soal. Dalam proses pembelajaran konvensional tersebut, siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman konsep yang dimiliki se-hingga sudah sewajarnya pemaham-an konsep siswa ypemaham-ang mengikuti
pembelajaran konvensional tidak
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 330 ISSN:2338-1183
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa model discovery learning
berpengaruh terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII SMP Negeri 22 Pesawaran tahun ajaran 2017/2018.
Daftar Rujukan
Afrilianto, M. dan Tina R. 2014.
Strategi Thinking Aroud Pair
Problem Solving Untuk
Meningkatkan Kemampuan
Kelancaran Berprosedur Dan Kompetensi Strategis
Mate-matis Siswa SMP. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 02 Hlm.45-53,
(http://publikasi.stkipsiliwangi. ac.id/files/2014/12/ProsidingSe mnas-STKIP-2014.pdf), diakses 20 Mei 2018.
Arinawati, E., Slamet, St. Y., dan
Chumdari. 2014. Pengaruh
Model Pembelajaran Discovery
Learning terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Motivasi Belajar. Jurnal Diktatika Dwija Indria (Solo). (Online), Vol. 2, No. 8, (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/ind ex.php/pgsdsolo/article/view/3 634/2583), diakses 20 Mei 2018.
Depdiknas. 2003. UU Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas.
Hutagalung, R. 2017. Peningkatan
Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa
melalui Pembelajaran Guided
Discovery Berbasis Budaya Toba di SMP Negeri 1 Tukka.
Journal of Mathematics Education and Science. (Online), Vol. 2, No. 2, (http://jurnal.uisu.ac.id/index.p hp/mesuisu/article/view/133/11 0), diakses 20 Mei 2018.
Mawaddah, S. dan Ratih M. 2016. Kemampuan Pemahaman Kon-sep Matematis Siswa SMP dalam Pembelajaran
Meng-gunakan Model Penemuan
Terbimbing (Discovery
Learning). Jurnal Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 4,
No. 1, hal. 7685,
(http://ppjp.unlam.ac.id/journal /index.php/edumat/article/view /2292), diakses 20 Mei 2018
Murizal, A., Yarman, dan Yerizon.
2012. Pemahaman Konsep
Matematis dan Model
Pem-belajaran Quantum Teaching.
Jurnal Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 1, No. 1, hal.
19-23,(http://ejournal .unp.ac.id/ students/index.php/pmat/article /viewFile/1138/830), diakses 20 Mei 2018. Noer, S. H. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masa-lah. Prosiding Seminar Nasi-onal Matematika dan Pendi-dikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. (Online), (http://core.ac.uk/download/pdf
Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 6, Nomor 5, Juni 2018, Halaman 331 ISSN:2338-1183
/11064629.pdf), diakses 20 Mei 2018
Nurmalasari, N. 2015. Peningkatan Pemahaman Konsep Matema-tika Siswa melalui Model
Discovery Learning. Jurnal Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 7, No. 2, (http://ejournal.upi.edu/index.p hp/eduhumaniora/article/view/ 2711), diakses 20 Mei 2018. Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar
kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensi-nya dalam Pengajaran
Matema-tika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito. Setiawan, Wahyu. 2017. Pengaruh
Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis
Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika. Vol.5, No. 9, Halaman 1027 – 1039.