• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID DI KUDUS, YOGYA DAN ACEH ISLAMIC ARCHITECTURE IN THE MOSQUE OF KUDUS, YOGYA AND ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID DI KUDUS, YOGYA DAN ACEH ISLAMIC ARCHITECTURE IN THE MOSQUE OF KUDUS, YOGYA AND ACEH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

239

ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID

DI KUDUS, YOGYA DAN ACEH

ISLAMIC ARCHITECTURE IN THE MOSQUE

OF KUDUS, YOGYA AND ACEH

Muhammad Rifqi Salim1), Ady Rizalsyah Thahir²), Julindiani Iskandar³) 1)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti

2)Dosen Pembimbing Utama Mata Kuliah PAA (Corresponding Author)

3)Dosen Pembimbing Pendamping Mata Kuliah PAA (Corresponding Author)

1)rfqislm.arch@gmail.com

ABSTRAK

Pada saat ini, arsitektur Islam dikaitkan dengan atap lengkung serta kemegahan, seperti bentuk kubah pada masjid. Namun menurut Prof K Cresswell, bentuk atap kubah pada masjid bukanlah berasal dari Islam dan tidak menjelaskan makna arsitektur yang berdasarkan ajaran Islam. Tulisan ini akan membahas penggunaan arsitektur Islam pada perancangan masjid menggunakan tiga studi banding. Untuk mengetahui bagaimana penerepan konsep arsitektur Islam pada masjid, unsur fisik masjid menjadi bahan pembahasan. Komparasi menjadi metode penelitian yang digunakan, dengan membandingkan tiga bangunan masjid yang menggunakan konsep arsitektur Islam. Unsur fisik yang diteliti terdiri dari bentuk bangunan, bentuk atap, menara, serambi, ruang shalat, dan mihrab.

Kata Kunci : Arsitektur Islam, Masjid, Unsur Fisik.

ABSTRACT

At this time, Islamic architecture is associated with curved roofs and grandeur, like the dome shape of a mosque. But according to Prof. K Cresswell, the shape of the dome on the mosque is not derived from Islam and does not explain the meaning of architecture based on Islamic ways.. This paper will discuss the use of Islamic architecture in the design of the mosque using three comparative studies. To find out how the forerunners of the concept of Islamic architecture in the mosque, the physical elements of the mosque were discussed. Comparison is the research method used, comparing three mosque buildings that use the concept of Islamic architecture. The physical elements studied consisted of the shape of the building, the shape of the roof, the tower, the porch, the prayer room, and the mihrab.

(2)

240

A.PENDAHULUAN

Pada masa kini, telah terdapat banyak macam konsep dalam arsitektur. Berbagai macam konsep hadir untuk mewujudkan desain yang lebih inovatif. Salah satunya adalah konsep arsitektur Islami. Menurut Fanani (1993), lewat arsitektur masjid dapat ditelisik keadaan masyarakat muslim, pemahaman tentang keagamaannya, di waktu dan tempat karya arsitektur masjid tersebut berada. Arsitektur masjid dapat menuntun pola prilaku, keinginan, dan ide keagamaan masyarakat muslim di area masjid tersebut.

Tulisan ini ini akan membahas mengenai keadaan masjid berdasarkan arsitektur Islamnya. Tulisan ini akan menjabarkan penggunaan konsep Islami pada bangunan masjid, dengan kasus Masjid Menara Kudus di Kota Kudus, Masjid Gedhe Kauman di Yogyakarta, dan Masjid Raya Baiturrahman di Aceh. Mengkaji bagian-bagian perancangan pada arsitektur bangunan, yakni ruang luar dan ruang dalam pada masjid. Bentuk bangunan, bentuk atap, menara, serambi, ruang shalat, dan mihrabnya menjadi aspek untuk membantu penulisan.

B. Masjid dan Arsitektur Islami

“Masjid dapat diartikan sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah bagi umat muslim” (Sumalyo. 2006). Kata masjid sendiri berasal dari kata sajada-sujud, yakni memiliki makna patuh, taat, serta tunduk. Sedangkan dalam praktiknya, sujud yakni berlutut, meletakan dahi, dan meletakan kedua tangan ke tanah. oleh karena itu, masjid dapat dikatakan yakni tempat untuk bersujud.

Masjid merupakan bangunan yang menarik perhatian para pengamat. Meskipun pada awal

kehadiran Islam desain masjid sangat sederhana, namun dengan tumbuhnya masyarakat muslim, arsitektur masjid berkembang sangat signifikan (Fanani. 1993).

Menurut Utami (2004) dalam penelitiannya, arsitektur Islami adalah ide dan karya arsitektur yang sejalan dengan nilai dan syari’at-syari’at Islam. Arsitektur Islam adalah ide dan karya arsitektur yang sesuai dengan syari’at-syari’at Islam. Namun tidak menutup kemungkinan arsitektur Islam berkembang dan menyesuaikan pada lokasi yang terdapat penduduk nonmuslim didalamnya. Jadi, arsitektur Islam bukanlah konsep arsitektur yang terdapat di tanah Arab atau pada bangunan peribadatan masjid saja. Pada bagian ini akan membahas mengenai bentuk bangunan, bentuk atap, menara, ruang shalat dan mihrab.

Dalam penelitian Muti’ah (2011) yang meneliti arsitektur bangunan masjid, pada awal masjid didirikan berbentuk segi empat dengan dinding di sekelilingnya. Kemudian di bagian dalamnya terdapat serambi yang langung berhubungan dengan lapangan terbuka. Dengan berkembangnya teknologi dalam arsitektur, bentuk kubahpun muncul sebagai penutup bangunan masjid. Meskipun Islam tidak secara langsung mengajarkan tentang tata bentuk arsitektur, namun ajaran Islam mengajarkan umatnya untuk menentukan pilihan yang sesuai dengan akal dan kebutuhannya.

Bentuk kubah telah berkembang selama ratusan tahun oleh berbagai macam kelompok masyarakat. Sejarah mengenai berkembangnya bentuk kubah dan fungsinya sangat luas dan banyak makna, bahkan telah menjadi simbol yang khas bagi berbagai agama dan budaya tertentu (Sopandi. 2013).

(3)

241 Menurut Azizul Azli dk (2012) dalam tulisanya

yang berjudul “Wacana dan Teori Reka Bentuk Menara Masjid di Nusantara”, menara bukanlah ciri asal pembangunan sebuah masjid, menara untuk azan dipinjamkan dari kerajaan Byzantium oleh umat Islam pada zaman perluasan wilayah Islam diluar tanah Arab. Di Mesir, menara yang terdapat pada tiap masjid menyerupai bentuk menara yang terdapat di Alexandria, dimana menara berbentuk segi empat kemudian berubah menjadi lebih kecil dan berbentuk segi delapan pada bagian puncaknya.

Menurut Utami (2013) pada penelitiannya yang berjudul “Konsep Islam pada Perancangan Arsitektur Masjid Salman ITB Bandung”, ruang shalat yang bebas dari kolom merupakan tujuan agar tidak ada shaf yang terputus. Kemudian bentuk bangunannya yang persegi panjang merupakan hasil dari tujuan tersebut, dan juga tiang-tiang di sekeliling bangunannya. Ruang shalat dibagi menjadi dua, yakni ruang shalat untuk pria dan ruang shalat untuk wanita. Kemudian menurut Kusumawardani (2011), ruang shalat adalah ruang yang paling penting dalam sebuah masjid. Ruangan ini berupa ruang kosong tanpa furniture, alasnya dilapisi sajadah atau karpet sebagai alas shalat, namun ada juga masjid yang lantainya sudah diberikan pola sebagai pengganti sajadah. Bentuknya memiliki dua kemungkinan, yang pertama berbentuk bujur sangkar, bentuk ini banyak dijumpai pada masjid-masjid tradisional karena sisi-sisinya sama panjang. Bentuk yang kedua yakni empat persegi panjang, dengan dua sisi yang mengarah ke kiblat dan dua sisinya yang tegak lurus kearah kiblat.

Menurut Fanani (1993) dalam bukunya berjudul “Arsitektur Masjid”, mihrab merupakan sebuah inovasi pada awal arsitektur Islam, kuhususnya pada sebuah masjid. Menurut Syamsiah (2007),

mihrab dianggap memiliki nilai sosial-budaya yang bisa ditonjolkan secara visual. Bentuk fisik mihrab memiliki peran sebagai sarana untuk menunjukkan nilai atau budaya dari perancanganya atau refleksi dari masyarakat sekitarnya. Mihrab juga umumnya menjadi bagian masjid yang bisa memperlihatkan ketinggian derajat suatu kaum, sehingga dihiasi berbagai ornamen dan kaligrafi.

C.METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengkomparasi unsur arsitektur Islami pada bangunan masjid di 3 studi kasus. Menurut Sugiyono (2014) metode komparatif adalah metode penelitian yang membandingkan keadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda. Metode pengumpulan data berupa studi literatur dan studi kasus, diperoleh melalui buku atau e-book, jurnal, dan website. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai pengertian dan kriteria unsur arsitektur Islami pada masjid. Mengambil sampel tiga bangunan masjid di Indonesia yang menerapkan arsitektur Islam juga akulturasi budaya pada bangunannya, dengan kasus yang diambil adalah Masjid Menara Kudus di Kota Kudus, Masjid Gedhe Kauman di Kota Yogyakarta dan Masjid Raya Baiturrahman di Kota Aceh.

D.DATA & ANALISA

Berikut ini merupakan preseden menurut bangunan masjid yang menggunakan konsep arsitektur Islam yang dilihat dari beberapa aspek, yaitu :

D.1. BENTUK BANGUNAN

Gambar 1 Bentuk bangunan 3 Kasus (sumber: diolah dari Google Image)

(4)

242 Bentuk bangunan dari Masjid Menara Kudus

(kiri) mengadaptasi bentuk bangunan pura dari agama Hindu, namun elemen Islami juga dikombinasikan pada bangunan. Pada Masjid Gedhe Kauman (tengah), unsur rumah Jawa digunakan dalam perancangan bangunanya, seperti penerapan kepercayaan Kejawen yang mengatur orientasi bangunan yang searah dengan aliran angin, sehingga bangunan tidak menerima beban angin yang besar. Kemudian pada Masjid Raya Baiturrahman (tengah), bentuk bangunan merupakan kombinasi dengan corak Mugha dari India atau lebih tepatnya bangunan Taj Mahal, sehingga dapat terlihat selasar yang memanjang di halaman masjid.

D.2. BENTUK ATAP

Terdapat 5 jenis atap yang digunakan pada Masjid Menara Kudus (kiri). Bagian atap yang utama terdiri dari tajug dua tingkat dengan empat kolom yang menopangnya kemudian atap kubah pada bagian serambi, atap pelana, atap melengkung, dan atap datar. Pada Masjid Gedhe Kauman (tengah) terdapat 3 lapis atap yang merupakan simbol dari hubungan manusia dengan sesama, manusia dengan Allah, dan hubungan manusia dengan alam. Kemudian pada Masjid Raya Baiturrahman di Aceh (kanan) mengadaptasi kubah bergaya timur tengah, yakni arsitektur Mughal.

D.3. MENARA

Karena pada awal pembuatan Masjid Menara Kudus (kiri) dibangun di kawasan yang masih kental dengan agama Hindu, maka dibuatlah suatu menara yang identik dengan bangunan arsitektur Hindu sehingga agama Islam lebih mudah diterima dan masuk secara perlahan. Dan bila pada agama Hindu relung ini diisi dengan patung, pada Masjid Menara Kudus dibiarkan kosong dan diletakan bedug dibagian puncak menara. Pada Masjid Gedhe Kauman tidak terdapat menara seperti masjid pada umumnya, namun dialihkan menjadi tempat wudhu yang terdapat di sekeliling masjid. Kemudian pada Masjid Baiturrahman, terdapat menara utama yang memiliki ketinggian 53 meter menjulang tinggi menjadi vocal point berada di tengah halaman masjid. Menara utama ini identik dengan 4 menara di area pelataran masjid. Dan menara ini memiliki kemiripan dengan bangunan yang berlanggam arsitektur Mughal.

D.4. SERAMBI

Gambar 2 Bentuk Atap 3 Kasus (sumber : diolah dari Google Image)

Gambar 3 Menara 2 Kasus

(sumber : diolah dari Google Image dan Google Earth)

Gambar 4 Serambi Masjid 2 Kasus (sumber : diolah dari Google Image)

(5)

243 Serambi pada Masjid Menara Kudu (kiri)

terbagi menjadi dua, yakni serambi depan dan tengah. Pada serambi depan terdapat gapura Kori Agung dengan tinggi ± 3 meter yang gunanya memisahkan serambi depan dan tengah. Serambi ini berfungsi sebagai perluasan tempat shalat jika ruang utama tidak memadai. Pada Masjid Gedhe Kauman (tengah) serambi tidak hanya digunakan sebagai perluasan tempat shalat saja, namun juga digunakan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti acara ijab qabul dan perkawinan. Kemudian pada Masjid Baiturrahman, serambi memiliki ukuran yang cukup luas di sekeliling masjid, juga terdapat 12 payung elektrik. Serambi ini berfungsi juga sebagai perluasan tempat shalat jika bangunan utama tidak memadai.

D.5. RUANG SHALAT

Ruang shalat di Masjid Menara Kudus memiliki bentuk persegi dengan orientasi saat shalat menghadap ke area mihrab. Karena ruang utama juga digunakan untuk kegiatan kajian Al Quran, orientasinya berubah menjadi ke arah tengah. Terdapat satu dari tiga kolom soko guru yang terdapat di bagian ruang shalat. Pada Masjid Gedhe Kauman, ruang shalat utama dikenal sebagai Liwan berdasarkan ada Jawa. Terdapat 36 kolom pada ruangan ini, 4 tiang tengah sebagai tiang utama yang menopang atap limasan sebagai atap utama. Orientasi ruang shalat pada Masjid Gedhe Kauman mengalami pergeseran karena pernah terjadi koreksi arah kiblat pada masjid. Kemudian pada Masjid Baiturrahman, ruang shalat terbagi menjadi beberapa bagian, hal ini dikarenakan sudah

beberapa kali dilakukan perluasan ruang shalat yang sudah tidak memadai. Meskipun terbagi, ruang-ruang shalat masih terkoneksi tanpa mengganggu shaf dan kekhusyuan dalam beribadah.

D.6. MIHRAB

Pada Masjid Menara Kudus, bentuk mihrab tidak mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan letak mihrab dan mimbar untuk berceramah diletakan terpisah. Namun tidak mengurangi kepentingan dari mihrab itu sendiri sebagai tempat shalat bagi imam. Berbeda dengan Masjid Gedhe Kauman, mihrab imam diperlakukan khusus dengan dihiasi ornamen motif sulur daun dan tiang semu dengan bingkai berwarna emas sehingga menjadi vocal point dari shaf makmum. Begitu pula dengan mihrab pada Masjid Baiturrahman, mihrab dihiasi dengan warna emas menyala dan disampingnya terdapat mimbar yang berdekatan. Warna emas pada mihrab menjadi kontras dari warna ruang shalat yang didominansi warna hijau.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bentuk bangunan masjid merupakan hasil kombinasi dari suatu pendekatan lain selain arsiektur Islam, bisa dari wilayah rancangan, maupun sebagai bentuk penghormatan agama lain yang mendominasi di wilayah rancangan. Bentuk atap juga demikian, bentuk kubah tentu tidak menjadi hal yang wajib bagi bangunan masjid meskipun tidak dapat

Gambar 5 Ruang Shalat Masjid 3 Kasus (sumber : diolah dari Google Image)

Gambar 6 Mihrab Masjid 3 Kasus (sumber : diolah dari Google Image)

(6)

244 dipungkiri bentuk kubah menjadi identitas yang

mudah dipahami masyarakat umum. Menara tidak diharuskan nampak secara fisik namun bisa diubah ke suatu bentuk tertentu, serambi masjid tidak hanya berfungsi sebagai ruang shalat tambahan saja namun dapat digunakan suatu kegiatan tertentu yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan, ruang shalat berbentuk dasar persegi yang memudahkan dalam urusan lurusnya shaf dan mengarah ke kiblat, mihrab dibuat menjadi suatu area yang menarik perhatian sehingga menjadi fokus pada saat digunakan.

DAFTAR RUJUKAN

Aisy, R. (n.d.). Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus ( Masjid Menara Kudus ) Jawa Tengah.

Azli, A. (n.d.). Wacana dan Teori Reka Bentuk Menara Masjid di Nusantara.

Fanani, A. (1993). Arsitektur Masjid , Arsitektur Suci. 1–14.

Masjid, O. F., & Kraton, G. (2016). NILAI PENDIDIKAN DAN ESTETIKA ISLAM PADA ARSITEKTUR MASJID.

Muti’ah. (2011). Arsitektur Bangunan Masjid. Puspita, A., & Pradisa, S. (2017). Perpaduan

Budaya Islam dan Hindu dalam Masjid Menara Kudus. 213–218.

Setyawati, E., & Yogyakarta, U. T. (2016). KERAGAMAN STRUKTUR BANGUNAN MASJID ISLAM JAWA ( Studi kasus :

Bangunan Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta ). 31–46.

Shihab, M. Q. (1996). Wawasan Alquran. Wibowo, R. R. (2017). Elemen Fisik Masjid

Baiturrahman Banda Aceh sebagai

Pembentuk Karakter Visual Bangunan. 139– 144.

Gambar

Gambar 1 Bentuk bangunan 3 Kasus  (sumber: diolah dari Google Image)
Gambar 3 Menara 2 Kasus
Gambar 5 Ruang Shalat Masjid 3 Kasus  (sumber : diolah dari Google Image)

Referensi

Dokumen terkait

(2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan usahatani sayuran di Desa Bringin, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang : (a)Faktor- faktor

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru atau institusi sekolah dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik yaitu: (1) memanfaatkan media yang sudah

Berdasarkan perjanjian tersebut di atas, secara umum Perusahaan harus memperoleh persetujuan tertulis dari bank terlebih dahulu, untuk memperoleh pinjaman/kredit dari pihak

Variabel jumlah cabang yang diteliti Firdaus (2013) menunjukkan terdapat pengaruh negatif dan signifikan atau dengan kata lain semakin banyak jumlah cabang atau

1. Masyarakat perlu mendapat perlindungan dalam bentuk perbuatan anti sosial yang merugikan serta membahayakan masyarakat. Masyarakat perlu mendapat perlindungan

EDUKASI  Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri  Perawatan dengan pengawasan yang ketat.  Dukungan dan peran

Aplikasi Mobile penghitungan kabel tembaga dan kabel fiber optik dapat digunakan untuk menghitung kabel tembaga dan kabel fiber optik yang dapat diakses melalui

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima berdasarkan pengujian data dengan menggunakan perangkat lunak SEM-GSCA dalam perhitungan pengaruh