• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Primer Berdasarkan Metode Oksigen di Danau Tuok Tonga Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Produktivitas Primer Berdasarkan Metode Oksigen di Danau Tuok Tonga Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Produktivitas Primer Berdasarkan Metode Oksigen

di Danau Tuok Tonga Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Tri Riza Aprianto1, Asmika Harnalin Simarmata2, Tengku Dahril3

Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia Telepon/Fax: (0761)63274 1Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,

Universitas Riau

2Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

3Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

e-mail: 1tririza.aprianto@student.unri.ac.id, 2asmika.harnalin@lecturerunri.ac.id, 3tengku.dahril@lecturerunri.ac.id

Abstrak

Danau Tuok Tonga adalah salah satu danau oxbow yang berada di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Danau ini digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat untuk menangkap ikan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai produktivitas primer perairan berdasarkan metode oksigen di Danau Tuok Tonga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019. Sampel air diambil di tiga stasiun, yaitu stasiun 1 (inlet), Stasiun 2 (lekukan danau) dan Stasiun 3 (ujung danau). Masing-masing stasiun ditetapkan 2 titik sampling, yaitu permukaan dan kedalaman 2 Secchi yang dilakukan sekali seminggu. Parameter kualitas air yang digunakan adalah karbondioksida bebas, suhu, pH, kecerahan, kedalaman, nitrat dan fosfat. Analisis produktivitas primer menggunakan formula Vollenweider (1969). Hasil penelitian menunjukkan produktivitas primer berkisar 216,44-378,80 gC/m3/hari. Selanjutnya parameter kualitas air pendukung: kedalaman berkisar 125-284 cm, kecerahan 61,67-62,33 cm, suhu berkisar 29,67-31,67 oC, pH 5, oksigen terlarut (DO) berkisar 3,37-4,94 mg/L, karbondioksida bebas berkisar 6,65-14,65 mg/L, nitrat berkisar 0,02-0,08 mg/L dan fosfat berkisar 0,03-0,15 mg/L. Berdasarkan produktivitas primer di perairan Danau Tuok Tonga dikategorikan mesotrofik

Kata Kunci : Kualitas Air, Mesotrofik dan Danau Oxbow Abstract

Tuok Tonga lake in one of the oxbow lakes located in Siak Hulu Sub-District, Kampar District, Riau Province. This lake is used by the local community as a place to catch fish. A research aimed to understand the primary productivity based on oxygen method. A research was conducted in June-July 2019. Water samples were taken in three stations, that is Station 1 (inlet), Station 2 (middle of the lake), Station 3 (end of lake). In the each station there were 2 sampling point, in the surface and in the 2 Secchi depth was done once/week. Water quality parameters measured were dissolved oxygen, carbondioxide, pH, temperature, transperancy, depth, nitrate and phosphate. Primary productivity analyzed using the Vollenweider formula (1969). Result shown that primary productivity was 216.44-378.80 gC/m3/day. Water quality parameters were as follows: depth ranges 125-284 cm, transparency ranges 61.67-62.33 cm, temperature 29.67-31.67oC, pH 5, dissolved oxygen 3.37-4.94 mg/L, carbondioxide 6.65-14.65 mg/L, nitrate 0.02-0.08 mg/L and phosphate 0.03-0.15 mg/L. Based on primary productivity in Lake Tuok Tonga can be catorized as mesotrophic.

(2)

1. PENDAHULUAN

Danau Tuok Tonga adalah salah satu danau oxbow yang terdapat di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Danau ini dikelilingi oleh pepohonan tanaman hutan, memiliki luas 2,25 ha, panjang maksimal 300 m, lebar maksimal 75 m, dan kedalaman mencapai 3,5 m tergantung musim. Sumber air danau ini berasal dari air hujan dan limpahan dari sungai Kampar Kanan (BBKSDA Riau, 2018).

Danau oxbow merupakan ekosistem yang penting untuk mendukung sumberdaya perikanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno et al., (2015) yang menyatakan bahwa ekosistem oxbow merupakan areal pengasuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan sebagai areal pembesaran atau tempat ikan mencari makan (feeding ground).

Danau Tuok Tonga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat penangkapan ikan, pemancingan, dan sebagai sumber air untuk perkebunan kelapa sawit yang ada di sekitar danau. Kegiatan perkebunan yang terdapat di sekitar danau ini diberi pupuk sehingga limpasan sisa pupuk akan masuk ke perairan ketika hujan.

Danau oxbow memiliki karakteristik yang unik yaitu pada waktu banjir, danau akan bersatu dengan sungai induknya dan pada waktu kemarau, danau tidak terhubung dengan sungai. Pada waktu banjir air dari Sungai Kampar masuk ke danau sehingga mempengaruhi faktor biotik (fitoplankton dan ikan) maupun faktor abiotik (bahan organik) di perairan Danau Tuok Tonga.

Masukan bahan organik dan anorganik tersebut akan mempengaruhi keberadaan unsur hara di perairan. Jika unsur hara meningkat maka keberadaan organisme yang memanfaatkannya yaitu fitoplankton akan semakin tinggi yang berdampak pada nilai produktivitas primer di Danau Tuok Tonga. Menurut Asriyana dan Yuliana (2012), produktivitas perairan merupakan laju penambatan atau penyimpanan energi (cahaya matahari) oleh komunitas autotrof di dalam sebuah ekosistem perairan.

Produktivitas primer dapat ditentukan dengan menggunakan metode klorofil-a, metode 14C, metode pH dan metode oksigen. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Metode klorofil-a memerlukan alat khusus untuk mensentrifuge fitoplankton. Dimana dalam penggunaan centrifuge apabila perputaran terlalu cepat dapat mengakibatkan kerusakan sel pada fitoplankton. Menurut Gaarder dan Gran (1927) dari semua metode penentuan produktivitas primer tersebut metode oksigen (O2) paling mudah dilakukan karena menggunakan peralatan yang sederhana yaitu botol gelap dan botol terang.

Penelitian yang pernah dilakukan di oxbow yang sumber airnya dari Sungai Kampar antara lain: Kualitas Air dan Keanekaragaman Jenis Fitoplankton di Danau Pinang Luar oleh Junita (2017), Keaneka-ragaman Plankton di Danau Pinang Dalam oleh Putri (2014), Kualitas Perairan Sungai Kampar Desa Buluh Cina oleh Radityo (2011) dan Produktivitas Primer Secara Vertikal di Danau Baru oleh Ferdinand (2011). Penelitian mengenai produktivitas perairan di Danau Touk Tonga yang menggunakan metode oksigen belum pernah dilakukan. Padahal produktivitas primer penting di suatu perairan untuk medukung aktivitas biologi yang ada di Danau Tuok Tonga, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang produktivitas primer berdasarkan metode oksigen di Danau Tuok Tonga Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

(3)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019 di perairan Danau Tuok Tonga Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, Riau. Analisis sampel air dan pengukuran beberapa parameter kualitas air (kecerahan, suhu, pH, karbondioksida bebas, dan oksigen terlarut) dilakukan di lapangan. Perhitungan produktivitas primer dan kelimpahan fitoplankton dilakukan di Laboratorium Produktivitas Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Parameter kualitas air yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Parameter yang Diamati, Satuan, Metode dan Analisis Sampel dalam Penelitian

Parameter Satuan Metode Analisis Sampel A. Fisika

1. Suhu 0C Pemuaian Lapangan

2. Kecerahan cm Pemantulan

Cahaya Lapangan

3. Kedalaman cm Lapangan

B. Kimia

1. Derajat Keasaman (pH) - Perubahan

Warna

Lapangan

2. Oksigen Terlarut (DO) mg/L Winkler Lapangan

3. CO2 mg/L Titrimetrik Lapangan

4. Nitrat mg/L Kolom Cu-Cd Labarotorium

5. Fosfat mg/L SnCl2 Laboratorium

Prosedur Penelitian

Penentuan lokasi pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi di lokasi penelitian, sehingga dapat mewakili kondisi perairan secara keseluruhan (Hadiwigeno, 1990). Lokasi pengambilan sampel dibagi dalam tiga stasiun dengan karakteristik yang dianggap mewakili Danau Tuok Tonga, yaitu sebagai berikut:

Stasiun I : Pada stasiun ini tidak ada kegiatan apapun, namun di sekitar pinggiran stasiun ini terdapat perkebunan kelapa sawit. Stasiun ini merupakan tempat aliran air masuk (inlet) dari Sungai Kampar saat musim hujan. Stasiun I berada pada titik koordinat 0o22’18,91”LS dan 101o31’18,62”BT

Stasiun II : Stasiun ini berada di bagian tengah danau, merupakan daerah terbuka yang langsung terkena sinar matahari. Terdapat tumbuhan air di pinggiran stasiun ini. Stasiun II berada pada posisi 0o22’12,19”LS dan 101o31’6,77”BT

Stasiun III : Pada daerah ini terdapat pepohonan yang terendam oleh air. Pada stasiun ini terdapat daun-daun yang jatuh ke perairan berasal dari pohon yang terendam. Stasiun III berada pada titik koordinat 0o22’17,54”LS dan 101o31’0,92s ”BT

(4)

Untuk lebih jelasnya stasiun pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pengambilan dan Penanganan Sampel

Sampel air pada permukaan untuk analisis DO dan CO2 bebas diambil menggunakan botol BOD volume 125 ml tanpa bubling dan dianalisis langsung di lapangan menurut APHA (2012). Sampel untuk analisis nitrat diambil dengan menggunakan botol sampel 100 ml lalu diawetkan dengan H2SO4. Sampel fosfat diambil dengan menggunakan botol sampel 100 ml lalu diawetkan dengan HgCl2.

Pengambilan sampel pada kolom air menggunakan water sampler dengan cara diturunkan sampai kedalaman yang telah ditentukan, setelah water sampler berada di kedalaman yang ditentukan, messenger dilepaskan, sehingga water sampler tertutup, lalu diangkat ke atas. Sebelum air sampel digunakan untuk pengukuran kualitas air, terlebih dahulu diukur suhu dan pH dalam water sampler. Pengukuran suhu dan pH dilakukan dengan mencelupkan thermometer dan kertas pH pada water sampler

kemudian dicatat hasilnya.

Prosedur Penanaman Botol dan Pengukuran Produktivitas Primer

Pengambilan sampel produktivitas primer pada permukaan dilakukan dengan menggunakan botol BOD 250 mL dan untuk kolom air dilakukan dengan menggunakan water sampler. Penanaman dilakukan dengan membuat kerangka yang terbuat dari ban bekas sebagai pelampung, bambu sebagai penyangga botol BOD 250 mL, tali rafia uuntuk mengikat bambu dengan ban, setelah itu botol BOD ditanam.

Pengambilan sampel pada permukaan dilakukan dengan menggunakan botol BOD sedangkan pada kolom air dengan menggunakan water sampler, kemudian air sampel dimasukkan kedalam botol BOD yang berukuran 250 mL sebanyak 3 buah (2 botol terang dan 1 botol gelap) dijaga agar tidak terjadi bubling. Satu botol terang langsung diukur sedangkan yang lain diinkubasi di dalam perairan selama 3 jam. Botol BOD inisial yang tidak diinkubasi kemudian dianalisa untuk ditentukan konsentrasi oksigen awalnya. Setelah ditanam selama 3 jam botol sampel diambil dan dilakukan pengukuran DO dengan menggunakan metode Winkler.

Aliran air yang terputus

(5)

Produktivitas primer dapat diukur sebagai produktivitas kotor dan atau produktivitas bersih, hubungan kedua produktivitas, menurut Haryadi (1992), adalah sebagai berikut :

• Laju respirasi = I – D (mgO2/L)

• Produktivitas Primer Kotor (GPP) = L – D (mgO2/L)

• Produktivitas Primer Bersih (NPP) = L – I (mgO2/L) Keterangan :

I = Oksigen dalam botol BOD inisial L = Oksigen dalam botol BOD terang D = Oksigen dalam botol BOD gelap

Nilai oksigen terlarut hasil pengukuran di atas kemudian dikonversi kesatuan gC/m3/hari dengan formula Volllenweider (1969) dalam Kaswaji (1993) yaitu :

GPP (gC/m3/hari) = "# %&'&( )*+ "# %&'&( ),

-./. 0123.4.5..2 (7./) × :,<=> ?@ × 4 × 1.000 Keterangan: BT = Botol Terang BG = Botol Gelap

GPP = Gross Photosintesis (foto- sintesis kotor)

KF = Koefisien Fotosintesis (1,2) 4 = 12 jam dibagi dengan waktu

inkubasi (3 jam)

1.000 = Konversi dari liter ke ml

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Desa Buluh Cina secara geografis terletak di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, dengan luas daerah 11.251 ha, yang terdiri dari 11.065,93 ha daratan dan 184,07 ha perairan umum. Secara geografis desa ini berada pada posisi 0o 16’21”-0o23’30”LU dan 101o27’44”-101o33’25”BT, dengan batas wilayah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pangkalan Baru. Jarak Desa Buluh Cina ke ibukota provinsi 30 km bila ditempuh melalui jalan darat. Topografi dari Desa Buluh Cina adalah daratan rendah, dengan ketinggian sekitar 31 m di atas permukaan laut (Kantor Desa Buluh Cina, 2018).

Danau Tuok Tonga terletak di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Danau Tuok ini berbentuk seperti huruf U dimana daratan sekelilingnya relatif tinggi. Karkterisitik kualitas air Danau Tuok Tonga dipengaruhi oleh masukan air dari Sungai Kampar Kiri yang masuk ke dalam danau dan limpasan air hujan. Jika volume air Sungai Kampar, maka akan terjadi limpahan air masuk ke Danau Tuok Tonga, yang dihubungkan oleh saluran atau kanal kecil. Sedangkan jika pada musim kemarau, danau tersebut relatif menjadi perairan tertutup.

Kegiatan penangkapan ikan secara tradisional yang dilakukan masyarakat masih menggunakan alat tangkap yang sederhana yaitu berupa jaring, pancing dan lukah yang semuanya terbuat dari bahan yang ramah lingkungan. Hasil tangkapan ikan di danau ini berkisar 150 kg/tahun pada saat air surut, dan pada saat volume air naik hasil tangkapan ikan berkisar 200 kg/tahun (Profil Desa Buluh Cina, 2018).

(6)

Produktivitas Primer

Nilai produktivitas perairan yang diamati adalah pada kedalaman 15 cm (bagian permukaan) dan 120 cm (kedalaman 2 Secchi). Nilai produktivitas primer rata-rata yang diperoleh selama penelitian di Danau Tuok Tonga berkisar 253,51-454,74 gC/m3/hari. Rata-rata produktivitas primer di permukaan berkisar 389,22-454,74 gC/m3/hari dimana produk-tivitas primer tertinggi di Stasiun 3 (454,74 gC/m3/hari) dan terendah di Stasiun 2 (389,22 gC/m3/hari). Pada kolom air rata-rata produktivitas primer berkisar 253,51-286,77 gC/m3/hari dimana tertinggi di Stasiun 3 (286,77 gC/m3/hari) dan terendah di Stasiun 2 (253,51 gC/m3/hari).

Nilai produktivitas primer di permukaan lebih besar dibanding kolom air. Hal ini diduga karena adanya pengaruh intensitas sinar matahari yang diterima perairan. Intensitas sinar matahari akan menurun dengan bertambahnya kedalaman yang akan mempengaruhi aktivitas foto-sintesis fitoplankton (Sulawesty, 2007). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sunarto (2004) yang menyatakan selain unsur hara, yang menjadi faktor pembatas adalah cahaya matahari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata konsentrasi Produktivitas Primer dan Parameter Kualitas Air Selama Penelitian

0 50 100 150 0.00 200.00 400.00 K ed al aan ( cm )

Produktivitas Primer (mgC/m3/hari) S1 S2 S3 0 50 100 150 0.00 0.05 0.10 Kedalaman (cm) Nitrat (mg/L) S1 S2 S3 0 50 100 150 0.00 0.10 0.20 Kedalaman (cm) Fosfat (mg/L) S1 S2 S3 0 50 100 150 0.00 2.00 4.00 6.00 Kedalaman (cm) Oksigen Terlarut (mg/L) S1 S2 S3 0 50 100 150 0.00 10.00 20.00 Kedalaman (cm) Karbondioksida Bebas (mg/L) S1 S2 S3

(7)

Tingginya produktivitas primer di Stasiun 3 ini karena konsentrasi nitrat (0,03-0,08 mg/L) dan fosfat (0,07-0,15 mg/L) yang relatif tinggi (Gambar 3). Unsur hara (nitrat dan fosfat) ini akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan fitoplankton yang menjadi produsen primer. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihotang (2006) yang menyatakan nitrat dan fosfat berperan penting dalam pertumbuhan produsen primer yaitu fitoplankton. Selain itu nilai kecerahan juga relatif tinggi di Stasiun 3 yang mempengaaruhi pertumbuhan fito-plankton. Hal ini sesuai dengan kelimpahan fitoplankton yang tertinggi terdapat di Stasiun 3 (Ulya, 2019). Pada saat pertumbuhan fitoplankton meningkat maka nilai produkivitas primer juga akan meningkat (Gambar 3 dan Tabel 4).

Konsentrasi oksigen terlarut di perairan Danau Tuok Tonga selama penelitian berkisar 3,37-4,94 mg/L. Konsentrasi tertinggi terdapat di Stasiun 3 (4,94 mg/L), hal ini sejalan dengan nilai produktivitas primer tertinggi terdapat di Stasiun 3 (Gambar 3). Hal tersebut dijelaskan oleh Sitorus (2009), peningkatan nilai produkti-vitas primer merupakan hasil proses fotosintesis sebanding dengan jumlah oksigen yang dihasilkan, dan kandungan oksigen terlarut di perairan dapat memberikan petunjuk tentang tingginya produktivitas primer disuatu perairan. Konsentrasi terendah terdapat di Stasiun 1 kedalaman 2 Secchi (3,37 mg/L), hal ini diduga karena konsentrasi nitrat (0,08 mg/L) dan fosfat (0,15 mg/L) yang relatif lebih tinggi. Tingginya konsentrasi unsur hara (nitrat dan fosfat) merupakan hasil dari proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang memanfaatkan oksigen terlarut sehingga konsentrasi terlarut semakin berkurang.

Berdasarkan konsentrasi oksigen terlarut selama penelitian di Danau Tuok Tonga, sampai pada kedalaman 2 Secchi (3,37-4,94 mg/L) masih mendukung untuk kehidupan organisme akuatik. Hal ini sesuai dengan Sihotang (2006) yang menyatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang aman untuk organisme adalah 2 mg/L masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan jika tidak terdapat senyawa beracun (toksik).

Rendahnya produktivitas primer di Stasiun 2 ini disebabkan oleh rendahnya konsentrasi nitrat (0,02 mg/L) dan fosfat (0,03 mg/L) di stasiun ini jika dibandingkan dengan stasiun yang lain (Gambar 3). Unsur hara (nitrat dan fosfat) ini akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan fitoplankton sebagai produsen primer. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihotang (2006) yang menyatakan nitrat dan fosfat berperan penting dalam pertumbuhan produsen primer yaitu fitoplankton. Jadi meskipun nilai kecerahan mencukupi namun konsentrasi nitrat dan fosfat akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan kelimpahan fitoplank-ton yang terendah terdapat pada Stasiun 2 (Ulya, 2019). Untuk lebih jelasnya mengenai kelimpahan fitoplankton dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Kelimpahan Fitoplankton Selama Penelitian di Danau Tuok Tonga

Stasiun Kedalaman (cm) Kelimpahan Fitoplankton (sel/L)

1 15 114.015 120 69.100 2 15 112.633 120 59.426 3 15 129.908 120 72.555 Sumber: Ulya (2019)

Konsentrasi nitrat di Danau Tuok Tonga selama penelitian di permukaan selama penelitian berkisar 0,03-0,07 mg/L, konsentrasi tertinggi di Stasiun 2 dan terendah di

(8)

stasiun 1. Pada kedalaman 2 kali Secchi berkisar 0,03-0,07 mg/L, konsentrasi tertinggi di stasiun 2 dan terendah di stasiun 3. Sedangkan konsentrasi fosfat di Danau Tuok Tonga pada permukaan berkisar 0,03-0,07 mg/L, konsentrasi tertinggi di Stasiun 1 dan terendah di stasiun 2. Pada kedalaman 2 kali Secchi berkisar 0,04-0,15 mg/L, konsentrasi tertinggi di stasiun 1 dan terendah di stasiun 2.

Dilihat dari Gambar 3 konsentrasi nitrat dan fosfat cenderung meningkat seiring bertambahnya kedalaman. Rendahnya konsentrasi nitrat dan fosfat pada permukaan dibandingkan kolom air diduga karena pada permukaan perairan nitrat dan fosfat lebih banyak digunakan oleh fitoplankton untuk pertumbuhan selnya. Hal ini didukung dengan kelimpahan fitoplankton yang lebih tinggi pada permukaan perairan (Ulya, 2019). Hal ini sesuai dengan pendapat Sihotang (2006) yang menyatakan nitrat dan fosfat berperan penting dalam pertumbuhan fitoplankton.

Tingginya konsentrasi nitrat dan fosfat di Stasiun 1 diduga karena letak stasiun yang berada di inlet atau aliran air masuk dari Sungai Kampar menuju Danau Tuok Tonga. Aliran air dari sungai akan membawa bahan-bahan organik maupun anorganik dari sungai ke danau. Sehingga bahan-bahan organik maupun anorganik ini akan mengendap di perairan dam selanjutnya didekomposisi oleh bakteri menjadi unsur hara yaitu nitrat dan fosfat. Selain itu adanya perkebunan kelapa sawit di sekitar stasiun ini memberikan limpasan berupa bahan anorganik dari sisa pupuk ke dalam perairan.

Konsentrasi nitrat dan fosfat yang paling rendah berada di Stasiun 2. Hal ini dikarenakan pada Stasiun 2 merupakan area terbuka dan diduga karena pada stasiun ini tidak terdapat aktivitas, sehingga masukan unsur hara disekitar stasiun relatif tidak ada.

Berdasarkan pendapat Wetzel dalam Sembiring (2012) konsentrasi nitrat di perairan dikelompokkan dalam beberapa tingkat trofik, yaitu oligotrofik memiliki nitrat 0-1 mg/L, mesotrofik memiliki konsentrasi nitrat 1-5 mg/L dan eutrofik memiliki konsentrasi nitrat antara 5-50 mg/L. Jika konsentrasi nitrat yang diperoleh dalam penelitian ini dibandingkan dengan pendapat tersebut diatas maka tingkat kesuburan di Danau Tuok Tonga berada pada tingkat kesuburan oligotrofik

Berdasarkan konsentrasi fosfat, Goldman dan Home (1983) menyatakan bahwa kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi fosfat dapat dibagi atas lima tingkatan yaitu: 0,000-0,020 mg/L (kesuburan rendah), 0,021-0,050 mg/L (kesuburan sedang), 0,051-0,100 mg/L (kesuburan baik), 0,110-0,200 mg/L (kesuburan sangat baik) dan >0,200 (kesuburan sangat baik sekali). Jika konsentrasi fosfat yang diperoleh dalam penelitian ini dibandingkan dengan pendapat tersebut di atas maka tingkat kesuburan di Danau Tuok Tonga termasuk tingkat kesuburan mesotrofik.

Konsentrasi karbondioksida bebas di setiap stasiun di Danau Tuok Tonga berkisar antara 6,65-14,65 mg/L. Konsentrasi karbondioksida bebas tertinggi di Stasiun 3 permukaan dan terendah di Stasiun 1 kedalaman 2 Secchi. Dari Gambar 3 di atas terlihat konsentrasi rata-rata karbondioksida bebas selama penelitian cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman atau karbondioksida bebas pada permukaan lebih rendah dibandingkan kedalaman 2 kali Secchi. Tingginya konsentrasi karbondioksida bebas di kedalaman 2 kali Secchi karena proses fotosintesis semakin berkurang seiring bertambahanya kedalaman sedangkan proses respirasi tetap berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (1984) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik dan respirasi pada suatu perairan dapat meningkatkan kandungan karbondioksida bebas pada suatu perairan. Sedangkan rendahnya karbondioksida bebas di permukaan pada masing-masing stasiun disebabkan karena

(9)

dengan pendapat Effendi (2003) yang menyatakan bahwa konsentrasi karbondioksida bebas di perairan dapat mengalami pengurangan, bahkan hilang akibat proses fotosintesis.

Secara umum konsentrasi karbondioksida bebas yang diperoleh selama penelitian masih mampu mendukung kehidupan organisme akuatik di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Boyd (1990) bahwa perairan yang diperuntukkan untuk kegiatan perikanan sebaiknya mengandung konsentrasi karbon-dioksida bebas tidak kurang dari 5 mg/L, sedangkan konsentrasi karbondioksida bebas yang lebih dari 12 mg/L masih dapat ditolerir organisme air asal didukung oleh konsentrasi oksigen terlarut yang tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kecerahan Danau Tuok Tonga berkisar 60-63 cm. Dari hasil penelitian kecerahan rata-rata tertinggi ditemukan di Stasiun 2 (62,33 cm) dan terendah di Stasiun 1 (61,67 cm). Tingginya kecerahan di Stasiun 2 karena stasiun ini terbuka dan relatif tenang sehingga penetrasi cahaya lebih dalam dari stasiun lainnya akibatnya kecerahannya juga tinggi. Rendahnya kecerahan di Stasiun 1 diduga karena pengaruh dari zat-zat tersuspensi didalamnya baik organik maupun anorganik (Jeffries dan Mills, 1996). Berdasarkan kecerahan yang ditemukan selama penelitian, perairan Danau Tuok Tonga masih dapat mendukung kehidupan organisme akuatik yang ada di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Harahap (2014) yang menyatakan bahwa nilai kecerahan yang mendukung kehidupan organisme di suatu perairan adalah >45 cm.

Nilai produktivitas primer di Danau Tuok Tonga tergolong rendah jika dibandingkan dengan produktivitas primer di Waduk Jatibaring yaitu berkisar 342-1233 gC/m3/hari (Rohmah et al, 2016) dan lebih tinggi dibandingkan dengan Danau Tajwid 117-271 gC/m3/hari (Hutagaol, 2019). Perbedaan nilai produktivitas primer ini disebabkan perbedaan ekologis dari masing-masing perairan seperti suhu, intensitas cahaya, kekeruhan dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Asriyana dan Yuliana (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer perairan antara lain; suhu, cahaya, zat hara, derajat keasaman (pH), turbulensi dan kedalaman kritis serta berkurangnya pemangsaan.

Menurut Triyatmo (2001) kriteria kesuburan suatu perairan berdasarkan produktivitas primer adalah 0-200 gC/m3/hari oligotrofik, 200-750 gC/m3/hari mesotrofik dan >750 gC/m3/hari eutrofik. Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas primer selama penelitian di Danau Tuok Tonga termasuk dalam kategori kesuburan mesotrofik karena produktivitas primer berkisar 216,44-378,80 gC/m3/hari.

Parameter Kualitas Air Pendukung Suhu

Suhu perairan Danau Tuok Tonga selama penelitian rata-rata berkisar 29,7-31,7oC. Berdasarkan hasil pengukuran suhu selama penelitian di Danau Tuok Tonga, tertinggi ditemukan di Stasiun 2 dan terendah di Stasiun 1. Suhu pada setiap stasiun cenderung menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini disebabkan semakin menurunnya intensitas cahaya di kolom air. Pernyataan tersebut didukung oleh Simarmata et al., (2016) yang mengemukakan semakin bertambah kedalaman intensitas cahaya matahari semakin berkurang.

Berdasarkan hasil pengukuran, kisaran suhu selama penelitian di Danau Tuok Tonga masih dapat mendukung kehidupan organisme di perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Boyd (1990) yang menyatakan suhu perairan daerah tropis berkisar antara 25-32oC layak untuk kehidupan organisme perairan.

(10)

Kedalaman

Kedalaman masing-masing stasiun di Danau Tuok Tonga selama penelitian berkisar 125-284 cm. Kedalaman tertinggi ditemukan pada Stasiun 2 (284 cm) yang merupakan bagian tengah dari Danau Tuok Tonga dan terendah di Stasiun 1 (125 cm) yang merupakan aliran air masuk dari Danau Tuok Tonga.

Danau dikategorikan sebagai danau yang sangat dangkal jika memiliki kedalaman kurang dari 10 meter. Jika kedalamannya antara 10-50 meter maka termasuk kategori danau dangkal. Danau dengan kedalaman 50-100 meter merupakan kategori medium. Kategori dalam yaitu jika danau memiliki kedalaman 100-200 m (Purnomo, 1993). Apabila dilihat dari kedalaman Danau Tuok Tonga ini termasuk perairan yang sangat dangkal.

Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran rata-rata derajat keasaman (pH) di setiap stasiun Danau Tuok Tonga selama penelitian yaitu 5. Derajat keasaman di semua Stasiun sama yaitu 5 (asam). Berdasarkan nilai pH di masing-masing stasiun terlihat bahwa perairan Danau Tuok Tonga bersifat asam. Hal ini disebabkan perairan umum di Riau masih dipengaruhi oleh rawa sekitarnya. Berdasarkan nilai derajat keasaman (pH) yang ditemukan selama penelitian, Danau Tuok Tonga masih dapat mendukung kehidupan organisme akuatik di danau tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Asmawi (1983) yang menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) perairan yang mendukung kehidupan organisme akuatik adalah 5-9.

4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Produktivitas primer di Danau Tuok Tonga berdasarkan metode oksigen adalah 253,51-454,74 gC/m3/hari. Berdasarkan produktivitas primer dapat disimpulkan Danau Tuok Tonga tergolong mesotrofik. Hasil pengamatan kualitas air pendukung selama penelitian menunjukkan bahwa perairan Danau Tuok Tonga masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan tersebut.

Saran

Pada penelitian ini tidak menghitung klorofil-a sedangkan produktivitas primer sangat erat kaitannya dengan kelimpahan fitoplankton (produsen primer) yang bisa dilihat dari klorofil-a. Maka dari itu penulis menyarankan untuk dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a di Danau Tuok Tonga.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung dan membantu terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau. 2018. Taman Wisata Alam Buluh Cina. (tidak diterbitkan).

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture. Albama Agricultural. Experiment Stasion. Alabama.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Pengelolaan Sumber Daya Pada Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Goldman, C. R and A. J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill Book Company. New York.

Hadiwigeno. 1990. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum Bagi Pembangunan Perikanan. Departemen Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. (tidak diterbitkan).

Hutagaol, S.O. 2019. Produktivitas Primer Berdasarkan Metode Oksigen di Danau Tajwid Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Skripsi Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak dterbitkan).

Jeffries, D.S and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Applications. John Wiley and Sons. Chichester. UK.

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Profil Desa Buluh Cina. 2018. Data Monografi Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu. Kabupaten Kampar. (tidak diterbitkan).

Purnomo, A.M.1993. Analisis Kualitas Air Untuk Keperluan Perikanan. Balai Latihan Perikanan Darat Bogor. (tidak diterbitkan).

Rohmah W.S., Suryanti., dan M. R. Muskananfola. 2016 Pengaruh Kedalaman Terhadap Nilai Produktivitas Primer di Waduk Jatibarang Semarang. Journal of Maquares. 5(3): 150-156.

Sembiring, E.P. 2012. Perbedaan Kelimpahan Fitoplankton di Dalam dan di Luar Keramba Jaring Apung Waduk Bandar Khayangan Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai Pesisir Kotamadya Pekanbaru. sSkripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

Sihotang C. 2006. Bahan Ajar Limnologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

Simarmata, A., Sihotang, C., dan Siagian, M. 2016. Buku Ajar Limnologi. UR Press. Pekanbaru.

Sitorus, M. 2009. Hubungan Nilai Produktivitas Primer dengan Konsentrasi Klorofil a, dan Faktor Fisik Kimia di Perairan Danau Toba, Balige. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. (tidak diterbitkan).

Sulawesty, F. 2007. Distribusi Vertikal Fitoplankton di Danau Singkarak. Jurnal Limnotek, 14(1): 37-46.

Sunarto. 2004. Efisiensi Pemanfaatan Energi Cahaya Matahari oleh Fitoplankton dalam Proses Fotosintesis. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Jurnal Akuatik. 2(1): 2-4.

Triyatmo, B. 2001. Studi Kondisi Limnologis Waduk Sermo pada Tahap Pra-Inundasi. Journal of Fisheries Science 3 (2) : 1-9.

(12)

Ulya M. 2019. Status Kesuburan Danau Tuok Tonga Berdasarkan Fitoplankton Di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak dterbitkan).

Wetzel, R.G. 2001. Limnology Lake and River Ecosystem Third Edition. Academic Press. London.

Gambar

Tabel 1.   Parameter  yang  Diamati,  Satuan,  Metode  dan  Analisis  Sampel  dalam  Penelitian
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian  Pengambilan dan Penanganan Sampel
Gambar 3.   Rata-rata  konsentrasi  Produktivitas  Primer  dan  Parameter  Kualitas  Air Selama Penelitian

Referensi

Dokumen terkait