APLIKASI PESTISIDA DAN ANALISA RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT PADA BERAS DI KECAMATAN PORTIBI
KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh :
ISKANDAR ZULKARNAIN HRP NIM. 061000087
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:
APLIKASI PESTISIDA DAN ANALISA RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT PADA BERAS DI KECAMATAN PORTIBI
KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2009 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh
ISKANDAR ZULKARNAIN HRP NIM. 061000087
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Januari 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Ir. Evi Naria, M.Kes) (dr. Devi Nurani Santi, M.Kes) NIP.196803201993032001 NIP.197002191998022001
Penguji II Penguji III
(Ir. Indra Chahaya. S, MSi) dr. Taufik Ashar, MKM NIP.196811011993032005 NIP.197803313003121001
Medan, Januari 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan pada tanaman. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut. Gunung tua merupakan salah satu daerah sentra produksi beras di kabupaten Padang Lawas Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi dan kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan aplikasi dan kadar residu pestisida yang terdapat pada beras yang ada di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2009.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik petani diperoleh kelompok umur responden terbanyak di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 4 orang (40%), jenis kelamin perempuan dan laki-laki sama banyaknya yaitu 5 orang (50%), pendidikan yaitu tidak tamat SD dan tidak tamat SMP yaitu masing-masing sebanyak 5 orang (50%). Aplikasi pestisida yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu dosis sewaktu menyemprotkan pestisida adalah 20 ml setiap kali penyemprotan dengan jumlah responden 7 orang (70%), frekuensi penyemprotan selama masa tanam yaitu 1-3 kali penyemprotan yaitu sebanyak 7 responden (70%), penyemprotan terakhir sebelum panan 2 minggu, jenis varietas beras yang paling banyak ditanam adalah jenis beras siherang yaitu 5 sampel (50%), berdasarkan pemeriksaan ditemukan 8 jenis beras yang positif mengandung residu pestisida yaitu 4 jenis beras siherang, dengan nilai Rf residu 0,065, 1 beras jenis IR 64 dengan Rf Residu 0,0455, beras Santana 0,065, Sendang Sri 0,065 dan beras IR 66 sebesar 0,045.
Berdasarkan penelitian, disarankan kepada petani untuk memperhatikan tata cara pengaplikasian pestisida yang sesuai untuk menghindari akumulasi pestisida pada beras, kepada Dinas Pertanian Kabupaten Padang Lawas Utara untuk lebih berperan aktif lagi dalam mensosialisasikan tata cara pengaplikasian pestisida yang tepat.
ABSTRAC
Pesticide residu in plant can from the resualt spray at plant, pesticide residu find in all organ plants like….leaf, fruits, and akar, especially in fruits, this residu find in skin and daging from fruits. Portibi is one region the center of rice in Padang Lawas Utara.
purpose of research to knows application method and pesticide residu kind organofosfat at rice in kecamatan portibi kabupaten padang lawas utara.
This research kind was the research deskriptif survey which function
Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan pada tanaman. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut. Gunung tua merupakan salah satu daerah sentra produksi beras di kabupaten Padang Lawas Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi dan kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan aplikasi dan kadar residu pestisida yang terdapat pada beras yang ada di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2009.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik petani diperoleh kelompok umur responden terbanyak di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 4 orang (40%), jenis kelamin perempuan dan laki-laki sama banyaknya yaitu 5 orang (50%), pendidikan yaitu tidak tamat SD dan tidak tamat SMP yaitu masing-masing sebanyak 5 orang (50%). Aplikasi pestisida yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu dosis sewaktu menyemprotkan pestisida adalah 20 ml setiap kali penyemprotan dengan jumlah responden 7 orang (70%), frekuensi penyemprotan selama masa tanam yaitu 1-3 kali penyemprotan yaitu sebanyak 7 responden (70%), penyemprotan terakhir sebelum panan 2 minggu, jenis varietas beras yang paling banyak ditanam adalah jenis beras siherang yaitu 5 sampel (50%), berdasarkan pemeriksaan ditemukan 8 jenis beras yang positif mengandung residu pestisida yaitu 4 jenis beras siherang, dengan nilai Rf residu 0,065, 1 beras jenis IR 64 dengan Rf Residu 0,0455, beras Santana 0,065, Sendang Sri 0,065 dan beras IR 66 sebesar 0,045.
Berdasarkan penelitian, disarankan kepada petani untuk memperhatikan tata cara pengaplikasian pestisida yang sesuai untuk menghindari akumulasi pestisida pada beras, kepada Dinas Pertanian Kabupaten Padang Lawas Utara untuk lebih berperan aktif lagi dalam mensosialisasikan tata cara pengaplikasian pestisida yang tepat.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : ISKANDAR ZULKARNAIN HRP
Tempat/Tanggal Lahir : Padang Sidempuan / 25 November 1987 Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 2 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Pasar V Tembung No. 209 Deli Serdang
Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 145639 Pamuntaran 2. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 4 Sipupus
3. Tahun 2003-2006 : SMU Negeri 1 Padang Sidempuan 4. Tahun 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Aplikasi Pestisida dan Analisa Residu Pestisida Golongan Organofosfat Pada
Beras di Kecamatan Potibi Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009”, guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai manusia yang tidak luput dari segala kekurangan.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku dosen pembimbing I dan Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang dalam penulisan skripsi ini telah banyak meluangkan waktu serta penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2. Ibu Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing Akademik
4. Dra. Norma Sinaga, Apt, selaku dosen pembimbing laboratorium penulis di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera utara.
5. Camat Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara beserta staff yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data dan ijin penelitian di daerah Kecamatan Portibi
6. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Mompang Malim Harahap Spd, dan ibunda Ernovia Husna Daulay, yang tiada hentinya memberikan doa, motivasi, dukungan moril dan materi, kasih sayang, dan nasehat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studi di Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Buat abangku satu-satunya, dr. Raja oloan Doli Harahap, yang senantiasa bersama penulis dalam mengarungi masa studi di kota Medan dan selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, oppungku Alm Mara Muda Daulay dan Alm Tongku Endar Bumi Harahap yang telah memberikan penulis nasehat yang berharga.
8. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis, tulang Drs Ali Tohar Daulay, dan ujing Dra Elmina Sari Daulay.
10.Teman-teman di FKM, khususnya teman di departemen Kesehatan Lingkungan, dan teristimewa seluruh personel IMAKEL.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan do’a selama ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalahan ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1. Beras dan Peranannya dalam Kehidupan Manusia ... 7
2.2. Jenis – Jenis Varietas Beras ... 8
2.3. Pestisida ... 9
2.3.1. Sejarah Pestisida ... 9
2.3.2. Pengertian Pestisida ... 10
2.3.3. Pengklasifikasian Pestisida ... 11
2.4 Teknik Aplikasi Pestisida ... 18
2.4.1. Cara Pemakain ... 19
2.4.2. Pestisida dan Bahan Pencampur ... 19
2.4.3. Dosis Pestisida... 20
2.4.4. Konsentrasi Pestisida ... 20
2.5. Insektisida ... 21
2.5.1. Pengertian Insektisida ... 21
2.5.2. Pengolongan Insektisida Berdasarkan Susunan Kimia ... 21
2.6. Petunjuk Umum Keamanan Dalam Pemakaian Pestisida . 24
2.7. BMR Pestisida Golongan Organofosfat ... 28
2.8. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan ... 28
2.8.1. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan Secara Umum ... 28
2.8.2. Dampak Pestisida Golongan Organofosfat Terhadap Kesehatan ... 29
2.9. Dinamika Pestisida di Lingkungan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33
3.2.2. Waktu Penelitian ... 33
3.3. Objek Penelitian, Populasi dan Sampel ... 33
3.4. Metode Pungumpulan Data ... 34
3.4.1. Data Primer ... 34
3.4.2. Data Sekunder ... 34
3.5. Definisi Operasional ... 35
3.6. Cara Pemeriksaan Residu Pestisida ... 36
3.6.1. Alat dan Bahan ... 36
3.6.2. Prosedur Kerja ... 37
3.7. Analisa Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 39
4.2. Karakteristik Petani ... 40
4.2.1. Umur ... 40
4.2.2. Jenis Kelamin... 41
4.2.3. Pendidikan ... 41
4.2.4. Pendidikan ... 42
4.3. Aplikasi Pestisida ... 42
4.3.1. Jenis Pestisida ... 42
4.3.2. Dosis ... 43
4.3.3. Frekuensi Penyemprotan Pestisida Selama Masa Tanam ... 44
4.3.4. Penyemprotan Terakhir Sebelum Panen ... 44
4.3.5. Jenis Varietas ... 45
4.3.6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Residu Pestisida Pada Beras ... 45
BAB V PEMBAHASAN ... 48
5.1. Karakteristik Petani yang Menggunakan Pestisida ... 48
5.2. Aplikasi Pestisida ... 49
5.3. Residu Pestisida Pada Beras... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
6.1. Kesimpulan ... 57
6.2. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Batas Maksimum Residu Pestisida oleh SNI
Lampiran 3. Tabel Data Kuesioner Hasil Penelitian di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Dekan FKM USU
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Camat Kecamatan Portibi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Portibi Tahun 2008... 39 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Portibi
Kabupaten Padang Lawas Utara... 40 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan
Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ... 40 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ... 41 Tabel 4.5. Merek Dagang Pestisida Yang di Gunakan dalam Mengendalikan
Hama Padi oleh Petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009. ... 42 Tabel 4.6. Dosis Pestisida Yang Digunakan Petani Pada Saat Penyemprotan
Pestisida di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ... 42 Tabel 4.7. Frekuensi Penyemprotan Pestisida Selama Masa Tanam di
Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ... 43 Tabel 4.8. Penyemprotan Terakhir Pestisida Sebelum Panen Yang Dilakukan
Petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ... 43 Tabel 4.9. Jenis Varietas Beras Yang di Tanam 10 Petani Beras di Kecamatan
Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ... 44 Tabel 4.10. Kandungan Residu Pestisida pada Beras Berdasarkan Bahan Aktif
Yang Ditemukan Sesuai dengan Standar yang di Tetapkan di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2009 ... 47 Tabel 4.11. Data Perhitungan Rf Residu Pestisida Berdasarkan Penyemprotan
ABSTRAK
Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan pada tanaman. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut. Gunung tua merupakan salah satu daerah sentra produksi beras di kabupaten Padang Lawas Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi dan kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan aplikasi dan kadar residu pestisida yang terdapat pada beras yang ada di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2009.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik petani diperoleh kelompok umur responden terbanyak di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 4 orang (40%), jenis kelamin perempuan dan laki-laki sama banyaknya yaitu 5 orang (50%), pendidikan yaitu tidak tamat SD dan tidak tamat SMP yaitu masing-masing sebanyak 5 orang (50%). Aplikasi pestisida yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu dosis sewaktu menyemprotkan pestisida adalah 20 ml setiap kali penyemprotan dengan jumlah responden 7 orang (70%), frekuensi penyemprotan selama masa tanam yaitu 1-3 kali penyemprotan yaitu sebanyak 7 responden (70%), penyemprotan terakhir sebelum panan 2 minggu, jenis varietas beras yang paling banyak ditanam adalah jenis beras siherang yaitu 5 sampel (50%), berdasarkan pemeriksaan ditemukan 8 jenis beras yang positif mengandung residu pestisida yaitu 4 jenis beras siherang, dengan nilai Rf residu 0,065, 1 beras jenis IR 64 dengan Rf Residu 0,0455, beras Santana 0,065, Sendang Sri 0,065 dan beras IR 66 sebesar 0,045.
Berdasarkan penelitian, disarankan kepada petani untuk memperhatikan tata cara pengaplikasian pestisida yang sesuai untuk menghindari akumulasi pestisida pada beras, kepada Dinas Pertanian Kabupaten Padang Lawas Utara untuk lebih berperan aktif lagi dalam mensosialisasikan tata cara pengaplikasian pestisida yang tepat.
ABSTRAC
Pesticide residu in plant can from the resualt spray at plant, pesticide residu find in all organ plants like….leaf, fruits, and akar, especially in fruits, this residu find in skin and daging from fruits. Portibi is one region the center of rice in Padang Lawas Utara.
purpose of research to knows application method and pesticide residu kind organofosfat at rice in kecamatan portibi kabupaten padang lawas utara.
This research kind was the research deskriptif survey which function
Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan pada tanaman. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut. Gunung tua merupakan salah satu daerah sentra produksi beras di kabupaten Padang Lawas Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi dan kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan aplikasi dan kadar residu pestisida yang terdapat pada beras yang ada di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2009.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik petani diperoleh kelompok umur responden terbanyak di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 4 orang (40%), jenis kelamin perempuan dan laki-laki sama banyaknya yaitu 5 orang (50%), pendidikan yaitu tidak tamat SD dan tidak tamat SMP yaitu masing-masing sebanyak 5 orang (50%). Aplikasi pestisida yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu dosis sewaktu menyemprotkan pestisida adalah 20 ml setiap kali penyemprotan dengan jumlah responden 7 orang (70%), frekuensi penyemprotan selama masa tanam yaitu 1-3 kali penyemprotan yaitu sebanyak 7 responden (70%), penyemprotan terakhir sebelum panan 2 minggu, jenis varietas beras yang paling banyak ditanam adalah jenis beras siherang yaitu 5 sampel (50%), berdasarkan pemeriksaan ditemukan 8 jenis beras yang positif mengandung residu pestisida yaitu 4 jenis beras siherang, dengan nilai Rf residu 0,065, 1 beras jenis IR 64 dengan Rf Residu 0,0455, beras Santana 0,065, Sendang Sri 0,065 dan beras IR 66 sebesar 0,045.
Berdasarkan penelitian, disarankan kepada petani untuk memperhatikan tata cara pengaplikasian pestisida yang sesuai untuk menghindari akumulasi pestisida pada beras, kepada Dinas Pertanian Kabupaten Padang Lawas Utara untuk lebih berperan aktif lagi dalam mensosialisasikan tata cara pengaplikasian pestisida yang tepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Dalam mewujudkan tercapainya Indonesia sehat 2010 Pertanian merupakan salah satu sektor yang perlu diperhatikan. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia, meski ada kecenderungan menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian , masih berjumlah 42 juta orang atau sekitar 40% dari angkatan kerja. Faktor resiko kesehatan pada sektor pertanian sangat kompleks dan saling terkait sehingga perlu penaganan yang komprehensif .
Masalah kesehatan yang dihadapi di bidang pertanian tidak terlepas dari penggunaan tekhnologi yang digunakan untuk mengolah lahan pertaniaan. Dalam perspektif kesehatan, penerapan tekhnologi adalah suatu health risk. Ketika terjadi perubahan ataupun pemilihan sebuah teknologi, secara implisit akan terjadi perubahan faktor resiko kesehatan. Teknologi mencangkul digantikan dengan traktor, pemberantasan hama dengan predator digantikan dengan penggunaan pestisida, akan mengubah faktor resiko kesehatan yang dihadapi (Achmadi, 2008).
Pada tahun 1996 di Filipina, 52 orang masuk rumah sakit akibat keracunan pestisida, 35 diantaranya keracunan berat. Tahun 1999 di Peru, 24 anak beberapa diantaranya masih berumur 4 tahun meninggal setelah kantong susu yang mereka minum dicampur dengan parathion, jenis insektisida yang digunakan untuk membunuh anjing dan tikus (health modul, 1999).
Disamping dapat menimbulkan keracunan melalui kontak langsung dengan pestisida, Penggunaan pestisida dapat mencemari lingkungan dengan meninggalkan residu dalam tanah serta dalam bagian tanaman seperti buah, daun, dan umbi. Data lapangan menunjukkan adanya residu insektisida pada beras dan tanah sawah di Jawa, berupa organofosfat, organoklorin, dan karbamat (Widianto, 1994).
Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan pada tanaman. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci atau dimasak residu pestisida ini masih terdapat pada bahan makanan. Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh badan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2008, tentang batas maksimum residu pestisida pada tanaman, Residu pestisida untuk golongan organofosfat (klorpirifos) masih diperbolehkan ada di dalam tanaman dalam konsentrasi yang telah ditentukan, khusus untuk beras batas konsentrasi residu yang diperbolehkan yaitu 0,5 mg.
mengandung profenos 0,11 mg/kg, detakmetrin 7,73 mg/kg, klorfiripos 2,18 mg/kg, tulubenzuron 2,89 mg/kg, dan permetrin 1,80 mg/kg.
Menurut Pandit (2006) tingkat keracunan pestisida jenis insektisida dapat dibedakan menjadi 3, yaitu acute poisoning, yaitu keracunan yang terjadi akibat masuknya sejumlah besar pestisida sekaligus ke dalam tubuh. Misal, kasus salah makan ataupun bunuh diri. Gejala dari keracunan akut, mual, muntah-muntah, sakit kepala, pusing, panik, kejang otot, dan lemah otot.
Sub acut poisoning, merupakan keracunan yang ditimbulkan oleh sejumlah
kecil pestisida yang masuk ke dalam tubuh, namun terjadinya secara ber ulang-ulang. Sementara untuk chronic poisoning, yaitu keracunan akibat msuknya sejumlah kecil pestisida dalam waktu yang lama dan pestisida mengalami kecenderungan untuk terakumulasi dalam tubuh.
Gunung tua merupakan salah satu daerah sentra produksi beras di Kabupaten Padang Lawas Utara. Kebanyakan masyarakatnya masih menggantungkan penghidupannya pada lahan pertanian. Berbagai macam varietas beras di tanam dan di produksi tiap tahunnya oleh petani. Ada 5 macam varietas beras yang paling banyak ditanam oleh petani, yaitu jenis siherang, IR 64, Santana, IR 66, dan sendang sri.
tidak sesuai sehingga menimbulkan pencemaran pestisida, seperti residu pestisida pada beras yang dihasilkan.
Kebiasaan petani di daerah Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara dalam menggunakan pestisida masih berdasarkan pengalaman dan informasi yang mereka dapatkan dari sesama kalangan petani. Hal yang demikian tentunya cukup berisiko untuk menimbulkan penggunaan pestisida yang tidak sesuai. Dengan kondisi yang demikian pestisida yang digunakan pada saat penyemprotan berpotensi meninggalkan residu pada hasil pertaniannya yaitu beras. Dimana pada umumnya pestisida mempunyai sifat teradsopsi dan terabsorpsi ketika digunakan.
Pemerintah setempat, melalui dinas pertaniannya, telah berupaya melakukan sosialisasi di dalam hal penggunaan pestisida, seperti penyuluhan pertanian untuk meningkatkan pengetahuan petani, pelatihan cara penyemprotan pestisida, dan menyediakan alat pelindung diri seperti masker untuk mengurangi keterpaparan petani terhadap pestisida. Tetapi hal tersebut belum bisa di terapkan oleh petani sewaktu menggunakan pestisida.
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi dan kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakterisitik petani di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara yang meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan. 2. Untuk mengetahui cara aplikasi pestisida di Kecamatan Portibi, Kabupaten
Padang Lawas Utara
3. Untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras jenis siherang
4. Untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras jenis IR 64
5. Untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras jenis IR 66
6. Untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras jenis Santana
1.4. Manfaat Penulisan
1. Sebagai sumber informasi bagi konsumen beras agar lebih teliti dalam memilih dan mengkonsumsi beras
2. Sebagai bahan masukn bagi POM dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap beras yang di jual di pasar.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang kadar residu pestisida golongan organofosfat pada beras.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras dan Peranannya dalam Kehidupan Manusia
Pangan, terutama beras, mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat Indonesia, beras yang diolah menjadi nasi merupakan makanan pokok terpenting masyarakat dunia dan khususnya di Indonesia. Beras masih dianggap sebagai komoditi yang paling pas untuk mencukupi kebutuhan zat gizi terutama karbohidrat sebagai sumber energi utama. Untuk itulah pemerintah selalu mengontrol ketersediaan dan keterjangkauan harga beras di pasar.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1990) memperkirakan, beras mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 80,01% dan kandungan kalori sebesar 364 kal per 100 g bahan. Karbohidrat menyediakan energi untuk fungsi tubuh dan aktivitas dengan mensuplai kalori. Ini terjadi melalui perubahan karbohidrat menjadi glukosa (gula darah). Karbohidrat disimpan di hati dan otot sebagai glikogen. Tubuh merubah glikogen di hati menjadi glukosa untuk dilepaskan ke aliran darah saat dibutuhkan sebagai energi.
2.2. Jenis-Jenis Varietas Beras
Ada beberpa jenis varietas beras yang cukup sering kita jumpai di pasar ataupun di lahan pertanian yang sedang di tanam oleh petani, diantara beberapa jenis varietas beras tersebut adalah:
1.Beras IR 64
Beras IR 64 adalah jenis beras yang berasal dari varietas padi yang memiliki umur 115-120 hari, tinggi tanaman 90-100 cm, mutu beras baik, tahan hama wereng coklat biotipe 1 dan 2
2. Beras santana
Beras santana adalah beras yang berasal dari varietas padi yang mempunyai umur 115-125 hari, tahan terhadap hama dan penyakit WCK biotipe 1,2 dan mempunyai rasa nasi yang enak.
3. Beras IR 66
Beras IR66 adalah beras yang berasal dari varietas padi yang mempunyai umur 110-120 hari tahan terhadap hama dan penyakit WCK biotipe 1,2,3, tungro, dan HDB
4. Beras Siherang
2.3. Pestisida.
2.3.1. Sejarah Pestisida
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nikotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Sastroutomo, 1992).
Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Weir, 1998).
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai aloera pestisida (Murphy, 2005). Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50
kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya. Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang (Sudarmo, 1987).
seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida fosfat organik seperti paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan-bahan ini sangat beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai dan tidak mempunyai efek residu yang menahun. Hal penting yang masih perlu diperhatikan masa kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada masa lampau khususnya terhadap aplikasi derivat-derivat DDT, endrin dan dieldrin.
2.3.2. Pengertian Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai
pembunuh hama. Menurut Food Agriculture Organization (FAO) 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1973, Pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan hewan/tumbuhan penggangu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan manusia.
2.3.3. Pengklasifikasian Pestisida
Menurut Sudarmo (1991) pestisida dapat di klasifikasikan kedalam beberapa golongan,dan diantara beberapa pengklasifikasian tersebut dirinci berdasarkan bentuk formulasinya, sifat penetrasinya, bahan aktifnya, serta cara kerjanya.
1. Berdasarkan bentuk formulasi a. Butiran (Granule=G)
Berbentuk butiran yang cara penggunaanya dapat langsung disebarkan dengan tangan tanpa dilarutkan terlebih dahulu.
b. Tepung (Dust=D)
Merupakan tepung sangat halus dengan kandungan bahan aktif 1-2% yang penggunaanya dengan alat penghembus (duster)
c. Bubuk yang dapat dilarutkan (wettable powder=WP)
Berbentuk tepung yang dapat dilarutkan dalam air yang penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot atau untuk merendam benih. Contoh Mipcin 50 WP
d. Cairan yang dapat dilarutkan
Berbentuk cairan yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Larutannya berwarna putih susu tapi berwarna coklat jernih yang cara penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot
e. Cairan yang dapat diemulsikan
disemprotkan dengan alat penyemprot atau di injeksikan pada bagian tanaman atau tanah. Contoh : Sherpa 5 EC
f. Volume Ultra Rendah
Berbentuk cairan pekat yang dapat langsung disemprotkan tanpa dilarutkan lagi. Biasanya disemprotkan dengan pesawat terbang dengan penyemprot khusus yang disebut Micron Ultra Sprayer. Contoh : Diazinon 90 ULV
2. Ditinjau dari sifat penetrasinya, pestisida dapat diklasifikasikan kedalam : a. Penetrasi pada permukaan
Pestisida ini hanya ada pada permukaan tanaman b. Penetrasi dalam
Apabila disemprotkan kedalam permukaan daun, pestisida dapat menembus/meresap ke seluruh jaringan tanaman yang tidak disemprotkan c. Sistemik
Pestisida ini mudah diserap melalui daun, batang akar, dan bagian lain dari tanaman. Pestisida sisitemik efektif untuk membasmi bermacam-macam hama pengerek dan pengisap (Dperartemen Pertanian, 1998)
3. Berdasarkan bahan aktifnya pestisida dapat diklasifikasikan :
Berdasarkan asal bahan yang digunakan untuk membuat pestisida, maka pestisida dapat dibedakan ke dalam empat golongan yaitu :
a. Pestisida Sintetik, yaitu pestisida yang diperoleh dari hasil sintesa kimia, contohnya organoklorin, organofospat, dan karbamat.
c. Pestisida Biologi, yaitu pestisida yang berasal dari jasad renik atau mikrobia yaitu jamur, bakteri atau virus contohnya
d. Pestisida Alami, yaitu pestisida yang berasal dari bahan alami, contohnya bubur bordeaux (Sitompul, 1987).
4. Pestisida berdasarkan cara kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dapat dibedakan kedalam beberapa golongan yaitu:
a. Pestisida Kontak
yaitu pestisida yang dapat membunuh OPT (organisme pengganggu tanaman) bila OPT tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan tanaman. Contoh : Mipcin 50 WP
b. Pestisida Sisitemik
yaitu pestisida yang dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. OPT akan mati setelah menghisap/memakan tanaman, atau dapat membunuh gulma sampai ke akarnya.
c. Pestisida Lambung
yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran makanan pestisida. Contoh : Diazinon 60 EC
d. Pestisida pernapasan
5. Pestisida Berdasarkan Organisme Sasaran
Menurut Untung (1993), dari banyaknya jenis jasad penggangu yang bisa mengakibatkan fatalnya hasil petanian, pestisida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, yaitu :
a. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.
b. Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencengah fungi/cendawan. Selain untuk mengendalikan serangan cendawan di areal pertanaman, fungisida juga banyak diterapkan pada buah dan sayur pascapanen.
c. Bakterisida
Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.
d. Nematisida
Nematisida adalah racun yang dapat mengendalikan nematode e. Akarisida
f. Rodentisida.
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. g. Moluskida
Moluskida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpit, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak.
h. Herbisida
Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan penggangu yang disebut gulma.
i. Pestisida lain
Selain beberapa jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain. Namun karena kegunaanya jarang maka produsen pestisida belum banyak yang menjual, sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida tersebut adalah sebagai berikut :
− Pisisida, adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan
mujair yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam. − Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang,
− Avisida, pestisida pembunuh burung.
− Larvisida, pestisida pembunuh ulat.
nematisida 0,44%, dan 0,40% ajuvan serta lain-lain berjumlah 1,41%. Dari gambaran ini insektisida merupakan jenis pestisida yang paling banyak digunakan (Soemirat, 2005).
Pestisida juga diklasifikasikan berdasarkan pengaruh fisiologisnya, yang disebut farmakologis atau klinis, sebagai berikut:
1. Senyawa Organofospat
Racun ini merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada syaraf. Asetyl cholin berakumulasi pada persimpangan-persimpangan syaraf (neural jungstion) yang disebabkan oleh aktivitas cholinesterase dan menghalangi penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot. Organofosfat disintesis pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II.
Bahan tersebut digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal sintesisinya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang tersebut dan ditemukan komponen yang paten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap manusia (misalnya : malathion).
darah merah. Organofosfat dapat terurai di lingkungan dalam waktu ± 2 minggu (Yusniati, 2008).
2. Senyawa Organoklorin
Dari golongan ini paling jelas pengaruh fisiologisnya seperti yang ditunjukkan pada susunan syaraf pusat, senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak.
3. Senyawa Arsenat
Pada keadaan keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diarhoe yang menyebabkan kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian. Pada keadaan kronis menyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati.
4. Senyawa Karbamat
Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah menghambat aktifitas enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti senyawa organofospat
5. Piretroid
2.4. Teknik Aplikasi Pestisida
Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang tepat, untuk menjamin pestisida tersebut mencapai jasad sasaran yang dimaksud, selain juga oleh faktor jenis dosis, dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan tepat.
Aplikasi pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat, dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah ditentukan sesuai dengan anjuran dosis (Wudianto, 1999).
Setiapa aplikasi pestisida dapat dinilai melalui dua cara, yaitu:
1 Evaluasi biolgi merupakan pengukuran tingkat penurunan populasi jasad pengganggu sasaran atau kerusakan yang ditimbulkannya serta pengukuran terhadap hasil (yield).
2 Pengukuran fisik terhadap hasil semprotan berupa liputan (coverage) hasil semprotan pada sasaran yang dapat berupa tanaman, serangga, gulma, ataupun sasaran buatan tertentu, seperti kertas peka (sintetik paper) dan kaca slide (Oka, 1995).
2.4.1. Cara Pemakaian (Aplication methods):
Wudianto (1999), adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan oleh petani adalah sebagai berikut :
1. Penyemprotan (Spraying) : merupakan metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter eceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000 liter per ha sedangkan yang paling kecil 1 liter per ha seperti dalam ULV. 2. Dusting : untuk hama rayap kayu kering cryptothermes, dusting sangat efisien
bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek prilaku trofalaksis.
3. Penuangan atau penyiraman (pour on) : Misalnya untuk membunuh sarang semut, rayap, dan serangga tanah di persemaian.
4. Injeksi batang : Dengan insektisida sisitemik bagi hama batang, daun, dan penggerek.
5. Dipping : rendaman/pencelupan seperti untuk biji/benih Kayu. 6. Fumigasi: penguapan, misalnya pada hama gudang atau kayu. 2.4.2 Pestisida dan Bahan Penyampur
Pestisida sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi biasanya dinyatakan dalam berat/volume (di Amerika Serikat dan Inggris). Bahan-bahan lain yang tidak aktif yang dicampurkan dalam pestisida yang telah di formulasi dapat berupa:
2. Sinergis adalah sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun walaupun bahan itu sendiri mungkin tidak beracun, seperti sesamin (berasal dari biji wijen), dan piperonil butoksida.
3. Emulsifier merupakan bahan detergen yang akan memudahkan terjadinya emulsi bila bahan minyak diencerkan dalam air (Sastroutomo, 1992).
2.4.3 Dosis Pestisida.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih. Sementara dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida tergantung dalam label pestisida. Sebagai contoh dosis insektisida diazinon 60 EC adalah satu liter per ha untuk sekali aplikasi, atau misal 400 liter larutan jadi diazinon 60 EC per ha untuk satu kali aplikasi sedangkan untuk dosis bahan aktif contohnya sumibas 75 SP dengan dosis 0,75 kg/ha (djojosumarto, 2008).
2.4.4 Konsentrasi Pestisida
Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang disemprotkan dalam satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) tertentu. Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida
- Konsentrasi formulasi yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air
- Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi (Djojosumarto ,2008).
2.5. Insektisida
2.5.1. Pengertian Insektisida.
Kata insektisida secara harafiah berarti pembunuh serangga yang berasal dari kata insekta = serangga dan kata lain cida yang berarti pembunuh. Insektisida adalah alat yang ampuh yang tersedia untuk penggolongan hama, apabila hama sudah mendekati atau melewati kerusakan ekonomi maka insektida adalah salah satu pengendali yang dapat diandalkan untuk menghadapi keadaan darurat itu (Wudianto, 1999).
2.5.2. Penggolongan Insektisida Berdasarkan Susunan Kimia
Menurut Sudarmo (1992), ada banyak penggolongan/jenis-jenis pestisida yang beredar di pasaran dan senantiasa digunakan baik yang ditujukan pada hewan, tumbuhan maupun jasad renik. untuk mengendalikan jenis serangga maupun hewan yang berpotensi sebagai organisme pengganggu tanaman adalah insektisida. Penggolongan insektisida berdasarkan susunan kimia dapat dibedakan menjadi insektisida inorganik, insektisida organik, dan insektisida organik sintetik
b. Insektisida organik alamiah adalah senyawa insektisida yang mengandung unsur karbon, insektisida organik alamiah merupakan insektisida yang terbuat dari tanaman (botani) dan bahan alami lainnya, yang terdiri dari :
1. Asal tanaman, contoh : nikotin (ekstrak tembakau), pyrethrum (bunga serunai/chrysant), dan ryania biasa mudah diuari oleh sinar matahari. 2. Asal mikroba, bahan dasarnya adalah mikrobiologis, contoh : thuricide
HP (senyawa yang mengandung bakteri basillus thuringiensis). c. Insektisida organik sintetik
1. Organoklorin, insektisida ini sedikit digunakan di negara berkembang karena mereka memperhatikan secara kimia bahwa insektisida organoklor adalah senyawa yang tidak reaktif, memiliki sifat yang sangat tahan atau persisiten, baik dalam tubuh maupun dalam lingkungan memiliki kelarutan sangat tinggi dalam lemak dan memiliki kemampuan terdegradasi yang lambat (Ecobichon dalam Ruchicawat, 1996 dan Tarumingkeng, 1993). Insektisida ini masih digunakan pada negara sedang berkembang terutama negara pada daerah ekuator karena murah, efektif dan persisten. Contoh DDT, aldrin, dieldrin, BHC, endrin, lindane, heptaklor, toksofin, pentaklorofenol dan beberapa lainnya.
yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Contoh : malathion, monokrotofos, paration, fosfamidon, bromofos, diazinon, dimetoat, diklorfos, fenitrotion, fention, dan puluhan lainnya.
3. Karbamat dikenalkan pada 1951 oleh geology chemical company di Switzerland dan dipasarkan pada tahun 1965. insektisida tersebut cepat terurai dan hilang daya racunnya dari jaringan sehingga tidak terakumulasi dalam jaringan lemak dan susu seperti organoklorin. Umumnya digunakan dalam rumah untuk penyemprotan nyamuk, kecoa, lalat, dan lain-lain. Contoh: karbaril, metiokarb, propoksur, aldikarb, metomil, oksamil, oksi karboksin, metil karbamat, dimetil karbamat seperti bendiokarb, karbofuran, dimetilon, dioksikarb, dan oksikarboksin.
4. Piretroid digunakan sejak tahun 1970-an. Keunggulannya karena memiliki pengaruh ”knock down” atau menjatuhkan serangga dengan cepat, tingkat toksisitas rendah bagi manusia. Tetapi cepat perkembangan hama baru yang tahan trhadap insektisida piretroid. Contoh : alletrin, bioalletrin, sipermetrin, permetrin, dekametrin dan lain-lain.
5. Fumigan, contoh : metil bromida, etilen dibromida, karbon disulfida, fosfin dan naftalin
6. Minyak-minyak mineral adalah minyak parafin yang dihaluskan dan dibuat emulsi yang diaplikasikan secar ringan pada tanaman untuk mengendalikan tungau, kutu-kutu tanaman. Contoh : dinitrokresol.
8. Senyawa-senyawa mikroba, contoh : bacillus thuringiensis banyak dipergunakan untuk mengendalikan hama-hama lepidoptera, bacillussporopiliae dan bacillus lentimorphus untuk mengendalikan kumbang jepang (Sastroutomo, 1992).
2.6. Petunjuk Umum Keamanan Dalam Pemakain Pestisida.
Petunjuk umum keamanan dalam pemakaian pestisida agar aman digunakan dan tidak terlalu menimbulkan efek peracunan pada pemakai, maka pemerintah dan formulator telah menetapkan dan memberi petunjuk sebagai pedoman umum dalam penanganan senyawa kimia berbahaya mulai dari pemilihan jenis pestisida, tata cara penyimpanan, penakaran, pengenceran, pencampuran sampai kepada prosedur kebersihannya (Wudianto, 1999).
1. Di dalam memilih pestisida pada tanaman padi sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut :
a. Dalam memilih formulasi pestisida yang akan digunakan untuk mengendalikan suatu jasad penggangu tanaman, lebih dulu harus diketahui dengan pasti jenis jasad penggangu yang menyerang tanaman, karena suatu fomulasi pestisida hanya efektif terhadap jenis jasad penggangu tertentu. b. sebelum memilih pestisida bacalah dulu label pada wadah atau pembungkus
pengganggu tanaman yang akan dikendalikan, dapat digunakan dengan alat yang tersedia, dan aman ntuk keadaan ditempat pestisida itu akan digunakan. c. Pilihlah pestisida yang telah terdaftar dan diijinkan oleh pemerintah
(Departemen Pertanian) untuk digunakan, dikemas dalam wadah atau pembungkus asli, dan dengan label resmi yang memuat keterangan lengkap megenai pestisida itu. Pada label pestisida yang terdaftar senantiasa tercantum nomor pendaftaran, nama dan alamat lengkap pemegang produsen pestisida yang bersangkutan (Departemen Pertanian, 1984).
2. Menyimpan Pestisida
Menyimpan pestisida secara aman merupakan salah satu tindakan keselamatan penggunaan pestisida, dan diantara beberapa cara tersebut adalah :
a. Simpanlah pestisida dalam wadah atau pembungkus asli yang tertutup rapat dan tidak bocor atau rusak, dengan label asli dan ketrangan lengkap dan jelas. b. Simpanlah pestisida dalam lemari atau peti khusus yang dapat dikunci, atau
dalam ruangan khusus yang juga dapat dikunci, sehingga tidak dapat terjangkau oleh anak-anak, hewan piaraan atau ternak serta jauh dari makanan, minuman, atau sumber api.
d. Periksalah secara teratur pestisida yang disimpan untuk mengetahui ada tidaknya wadah pestisida yang bocor atau pestisida yang rusak (Suma’mur, 1986).
3. Keselamatan Penggunaan Pestisida Pada Lahan Pertanian
Pada dasarnya semua pestisida adalah racun (toksin) yang berbahaya juga bagi manusia, hewan piaraan, ikan, dan makhluk hidup lain yang bukan sasarannya. Pestisida yang berbentuk gas dan tepung sangat berbahaya melalui pernapasan, sedangkan yang berbentuk cairan lebih berbahaya melalui kulit (Tarumengkeng, 1977). Oleh karana itu untuk mengurangi resiko keracunan, perlu diperhatikan beberapa hal :
a. Gunakanlah alat pelindung pernafasan (masker), pakaian pelindung, dan sarung tangan agar tubuh terlindung dari percikan pestisida.
b. Jangan sampai pestisida yang digunakan mengenai tanaman disekitarnya, tempat pengembalaan, kolam ikan, dan tempat lain yang memahayakan manusia dan hewan
c. Jangan melakukan penyemprotan berlawanan dengan arah angin. Waktu bekerja jangan makan atau minum
d. Selama menyemprot jangan mengusap mata atau mulut dengan tangan. Cuci tangan dan mandi dengan sabun setelah bekerja dan gantilah pakain. Pakaian kerja hendaknya dicuci sebelum dipakai kembali.
f. Jangan menggunakan pestisida pada tanaman yang dipanen, karena residu yang tertinggal pada tanaman akan membahayakan hewan dan manusia
g. Pertolongan pertama apabila terjadi keracunan pestisida yaitu, berusaha unutk memuntahkannya dengan cara memasukkan jari yang bersih ke dalam tenggorokan atau minum air garam (1 gelas air + 1 sendok garam dapur)
h. Apabila mata terkena pestisida, cucilah dibawah air mengalir selama lebih kurang 15 menit dengan air bersih.
i. Apabila mengisap uap beracun pestisida, bawalah penderita ketempat terbuka dan apabila perlu usahakan nafas buatan. (Departemen Pertanian, 1998)
4. Mengatasi kontaminasi pestisida
Mengatasi kontaminasi pestisida dapat dilakukan dengan berbagai cara agar tidak menimbulkan kontaminasi, yaitu:
a. Jika rumput, sungai atau saluran air tercemar pestisida, berilah tanda peringatan di tempat itu agar oarang tidak mengembalakan ternak dan tidak mengambil air dari sumber yang tercemar tersebut. Selanjutnya hubungilah petugas yang berkepentingan untuk dapat dilkakukan tindakan pengamanan lebih lanjut.
c. Apabila wadah pestisida rusak atau bocor, wadahkanlah pestisida yang masih tersisa ke dalam wadah yang telah tersedia, pilihlah wadah yang terbuat dari bahan yang sama seperti wadah aslinya. Berilah label atau keterangan yang jelas seperti tercantum dalam label sebelumnya disertai tambahan keterangan saat dikakukan pewadahan ulang tersebut harus segera dilakukan.
d. Air dan sabun atau detergen umumnya dapat digunakan untuk membersihkan pestisida yang tumpah (Anonim, 1984).
2.7. BMR Pestisida Golongan Organofosfat
Standar Nasional Indonesia (SNI) merumuskan tentang batas maksimum residu pestisida pada beras, yaitu untuk jenis pestisida khusunya golongan organofosfat, seperti klorpirifos residu pestisida pada beras yang diperbolehkan sebesar 0,5 mg/kg, klorfenvinfos 0,05 mg/kg, fention 0,05 mg/kg, fenitrotion 1 mg/kg, dan diazinon sebesar 0,1 mg/kg.
2.8. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan.
2.8.1. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan Secara Umum
Berikut ini adalah gejala kearacunan secara umum yang berkaitan dengan pestisida, yang mungkin timbul sendiri atau bersama-sama, diantara gejala umum yang sering kita alami jika mengalami keracunan pestisida yaitu Kelemahan atau kelelahan yang berlebihan, kulit iritasi, terbakar, keringat berlebihan, perubahan warna. Sementara untuk gejala keracunan pestisida pada mata ditandai dengan Iritasi, terbakar, air mata berlebihan, kaburnya penglihatan, biji mata mengecil atau membesar.
Pada saluran pencernaan orang yang mengalami gejala keracunan pestisida akan ditandai dengan mulut dan kerongkongan yang terbakar, air ludah yang berlebihan, mual, muntah, perut kejang atau sakit, dan mencret. Keracunan pestisida dapat juga meimbulkan gangguan pada sisitem syaraf yang ditandai dengan gejala kesulitan bernapas, napas berbunyi, batuk, dada sakit, atau kaku (Weir, 1981).
2.8.2. Dampak Pestisida Golongan Organofospat Terhadap Kesehatan
Disamping timbulnya gerakan-gerakan otot-oto tertentu, tanda dan gejala lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah pupil atau celah iris mata menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut berbusa, atau mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa pusing, berkeringat banyak, detak jantung yang cepat, mual, muntah-muntah, kejang pada perut, mencret sukar bernapas, otot-otot tidak dapat digerakkan atau lumpuh dan pingsan (Scharpio, 1998).
2.9. Dinamika Pestisida di Lingkungan
Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas hewan, tumbuhan terlebih manusia. Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Masuk ke dalam tanah berjalan melalui pola biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanaman, proses reabsorbsi oleh akar serta masuk langsung pestisida melalui infiltrasi aliran tanah. Gejala ini akan mempengaruhi kandungan bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian zat pada tahap penguraian baik secara biologis maupun kimiawi di dalam tanah.
tersebut kurang berhasil atau bahkan tidak berhasil secara alami, maka kondisi sebaliknya yang akan terjadi.
Penurunan kualitas air tanah serta kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air merupakan implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam lingkungan Aliran permukaan seperti sungai, danau dan waduk yang tercemar pestisida akan mengalami proses dekomposisi bahan pencemar. Dan pada tingkat tertentu, bahan pencemar tersebut mampu terakumulasi hingga dekomposit Pestisida di udara terjadi melalui proses penguapan oleh foto-dekomposisi sinar matahari terhadap badan air dan tumbuhan. Selain pada itu masuknya pestisda diudara disebabkan oleh driff yaitu proses penyebaran pestisida ke udara melalui penyemprotan oleh petani yang terbawa angin.
2.9. Kerangka Konsep
Residu Pestisida Pada Beras :
- IR 64 - Seherang - IR 46 - Santana - Sendang Sri Karakteristik Petani :
- Umur
- Jenis Kelamin - Pendidikan
Aplikasi Pestisida : - Jenis Pestisida - Jenis Varietas - Dosis
- Jumlah
Penyemprotan - Penyemprotan
Terakhir Sebelum Panen
SNI No. 7313 :2008 tentang BMR Pada
Hasil Pertanian Pemeriksaan
Laboratorium
Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan aplikasi dan kadar residu pestisida yang terdapat pada beras yang ada di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2009.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi beras di wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara dan hampir seluruh masyarakat yang ada di daerah tersebut mengkonsumsinya sebagai bahan makanan pokok.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2009 3.3. Objek Penelitian dan Sampel.
Objek penelitian adalah 5 varietas beras jenis IR 64, Siherang, IR 66, Sendang Sri, dan Santana. Jenis beras tersebut di atas adalah beras yang paling banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.
Sampel dalam penelitian ini adalah terdiri dari 10 petani laki-laki dan perempuan yang berumur 20 tahun ke atas.yang menanam padi varietas jenis IR 64, Siherang, IR 46, Santana, dan Sendang Sri.
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Dengan alasan bahwa kelima beras tersebut merupakan beras yang paling banyak ditanam di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara, cara aplikasi pestisida setiap petani relatif sama, cara tanam masing-masing kelima varietas beras tersebut oleh petani juga relatif sama.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer yaitu tentang aplikasi pestisida dan kadar residu pestisida yang terkandung pada beras yang diambil dari petani yang ada di Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara melalui pemeriksaan kadar residu pestisida di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, pengumpulan informasi dari internet, penelitian-penelitian yang berhubungan serta referensi atau literatur-literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
3.5.Definisi Operasional
1. Karakteristik petani merupakan sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi individu/sekelompok masyarakat dalam melakukan suatu perilaku.
3. Jenis kelamin ialah karakterisitik yang dimiliki individu yang membedakannya satu sama lain, yaitu terdiri darai laki-laki dan perempuan
4. Pendidikan ialah tingkatan yang dilalui seseorang di dalam menjalani tahapan pembelajaran, yang dimulai dari tingkatan sekolah dasar (SD) sampai pada tingkatan perguruan tinggi (mahasiswa).
5. Aplikasi pestisida adalah cara penggunaan pestisida yang dilakukan petani dalam hal frekuensi penyemprotan, pemberian dosis, dan penyemprotan terakhir sebelum panen.
6. Frekuensi penyemprotan ialah jumlah banyaknya aplikasi pestisida pada tanaman padi mulai dari masa tanam sampai panen.
7. Dosis ialah takaran yang diberikan pada organisme sasaran dengan konsentrasi yang suadah di tetapkan.
8. Penyemptotan terakhir sebelum panen ialah aplikasi terakhir pestisida sebelum panen pada tanaman padi.
9. Beras adalah salah satu komoditas hasil pertanian yang digunakan sebagai sumber makanan utama bagi masyarakat di kecamatan portibi kabupaten Padang Lawas Utara yang diambil langsung dari petani.
10.Residu pestisida pada beras adalah zat tertentu yang terkandung dalam beras baik sebagai akibat langsung maupun tak langsung dari penggunaan pestisida melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode kromotografi.
12.Memenuhi syarat adalah residu pestisida berada di bawah 0,5 mg/kg sesuai dengan ketetapan Standard Nasional Indonesia (SNI).
13.Tidak Memenuhi syarat adalah apabila residu berada diatas 0,5 mg/kg sesuai dengan standar nasional Indonesia
3.6 Cara Pemeriksaan Residu Pestisida 3.6.1 Alat dan Bahan
3.6.1.1Alat
Alat – alat yang digunakan dalam pemeriksaan pestisida dengan metode pengujian Multiresidu Pestisida Organofosfat Dalam Matriks Non Lemak adalah :
1. Peralatan
a. Pencincang
b. Kromatograf gas, dilengkapi dengan detektor spesifik untuk senyawa yang mengandung unsur fosfor (FPD dan NPD)
2. Pereaksi a. Aseton
b. Diklorometana c. Iso oktana d. Toluena 3.6.1.2Bahan
1. Beras jenis IR 64 1 kg 2. Beras Siherang
5. Beras Sendang Sri 3.6.2 Prosedur Kerja
1. Ekstraksi
a. Campur sampel yang akan di timbang dengan baik
b. Timbang 25 gram cuplikan beras, masukan ke dalam erlemeyer bertutup asah, tambahkan campuran aseton : diklorometana (50 : 50 v/v)
c. Biarkan selama satu malam untuk proses ekstraksi statis. d. Pipet 25 ml fase organik ke dalam labu bulat.
e. Pekatkan dalam rotavapor pada suhu tangas air 40 0 C, sampai hampir kering kemudian kengkan dengan mengalirkan gas nitrogen sampai kering.
f. Larutkan residu pestisida dalam 5 ml iso oktana : toluena (90 : 10, v/v) 2. Pembersihan
Umumnya tidak diperlukan pembersihan. 3. Penetapan
Suntikan 1-2 µL ekstrak ke dalam kromatograf gas. 4. Perhitungan
3.7 Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di laboratorium diolah secara manual mengacu pada SNI No. 7313 :2008 tentang BMR Pada Hasil Pertanian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dijelaskan dalam bentuk narasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian
Kecamatan Portibi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Secara geografis batas-batas wilayah Kecamatan Portibi dalam sebagai berikut:
-Sebelah Utara : Kecamatan Padang Bolak -Sebelah Timur : Kecamatan Padang Bolak -Sebelah Selatan : Kecamatan Barumun Tengah -Sebelah Barat : Kecamatan Padang bolak
Wilayah Kecamatan Portibi merupakan daerah dataran rendah dan perbukitan dan beriklim tropis. Kondisi topografi Kecamatan Portibi tersebut mendukung pengembangan sektor pertanian, khusunya tanaman padi, sehingga penduduk Kecamatan Portibi umumnya mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani. Pengembangan sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dapat dilihat dari jumlah penduduk yang memiliki dan menggunakan lahan untuk tanah sawah sebanyak 3125 kepala keluarga.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Portibi Tahun 2008.
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 11.526
2 Perempuan 10.991
Jumlah 22.517
Sumber : Profil Kecamatan Portibi Tahun 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Dimana jumlah penduduk laki-laki yaitu 11.526 sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 10.991 orang.
Kepemilikan lahan pertanian penduduk di Kecamatan Portibi berkisar 3.013 hektar. Luas lahan tersebut umumnya digunakan untuk budidaya pertanian tanaman padi dengan produksi pertahun sekitar 18.681 ton padi dengan jenis varietas padi IR 64, Siherang, IR 46, Santana, dan Sendang Sri merupakan jenis tanaman padi yang paling banyak ditanam di wilayah ini.
4.2. Karakteristik Petani
Karakteristik petani diperoleh berdasarkan hasil observasi secara langsung terhadap 10 petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara. Karakteristik yang diamati adalah umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
4.2.1. Umur
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
No Umur (Tahun) Jumlah
n %
1 20-29 2 20
2 30-39 1 10
3 40-49 4 40
4 50-59 1 10
5 >60 2 20
Total 10 100
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kelompok umur responden terbanyak di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 4 orang (40%).
4.2.2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
No Jenis Kelamin Jumlah
n %
1 Laki-laki 5 50
2 Perempuan 5 50
Total 10 100
[image:55.612.109.535.488.563.2]4.2.3. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden berdasarkan hasil observasi langsung terhadap 10 petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
No Pendidikan Jumlah
n %
1 Tamat SD 5 50
2 Tamat SMP 5 50
Total 10 100
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan responden terbanyak di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah tidak tamat SD dan tidak tamat SMP yaitu masing-masing sebanyak 5 orang (50%).
4.3. Aplikasi Pestisida
Data aplikasi pestisida diperoleh dari Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner kepada 10 orang petani padi di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
4.3.1. Jenis Pestisida
[image:56.612.110.534.229.308.2]Tabel 4.5. Nama Dagang Pestisida Yang di Gunakan dalam Mengendalikan Hama Padi oleh Petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009.
No Nama
Dagang
Bahan Aktif Jumlah
n %
1 Dursban Klorfirifos 2 20
2 Diazinon Diazinon 2 20
3 Rikkor Fenitrotion 6 60
Total 10 100
Dari tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa jenis merek dagang pestisida yang paling banyak digunakan adalah jenis pestisida Rikkor yaitu 6 responden (60%) untuk memberantas hama yang terdapat pada tanaman padi.
4.3.2. Dosis
Jumlah dosis yang digunakan oleh 10 petani beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara waktu penyemprotan pestisida dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.6. Dosis Pestisida Yang Digunakan Petani Pada Saat Penyemprotan Pestisida Beserta Nama Dagang Pestisida di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
No Jumlah Dosis ml/2L Nama Dagang Pestisida Dosis Anjuran Jumlah
n %
1 1 Dursban 1 ml per 2
liter air
2 20
2 1,5 Diazinon 1 ml per 1
liter air
2 20
3 2 Rikkor 1 ml per 1
liter air
6 60
Total 10 100
[image:57.612.154.483.141.227.2] [image:57.612.108.531.488.618.2]4.3.3. Frekuensi Penyemprotan Pestisida Selama masa Tanam
Frekuensi penggunaan pestisida mulai persemaian sampai masa panen oleh petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7. Frekuensi Penyemprotan Pestisida Selama Masa Tanam di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
No Jumlah Frekuensi penyemprotan Jumlah
n %
1 1-3 kali 7 70
2 4-6 kali 3 30
Total 10 100
Dari tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa jumlah frekuensi penyemprotan terbanyak yang dilakukan responden selama masa tanam adalah 1-3 kali penyemprotan yaitu sebanyak 7 responden (70%).
4.3.4. Penyemprotan Terakhir Sebelum Panen
Penyemprotan terakhir pestisida sebelum masa panen yang dilakukan oleh 10 petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.8. Penyemprotan Terakhir Pestisida Sebelum Panen Yang Dilakukan Petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
No Penyemprotan Terakhir Sebelum Panen
Jumlah
n %
1 2 minggu 5 50
2 3 minggu 2 20
3 4 minggu 3 30
[image:58.612.107.535.236.310.2] [image:58.612.107.537.557.645.2]Dari tabel 4.8. diatas diketahui bahwa penyemprotan terakhir sebelum masa panen yang dilakukan petani di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara terbanyak adalah 2 minggu sebelum panen.
4.3.5. Jenis Varietas
[image:59.612.111.537.318.436.2]Jenis varietas beras yang digunakan oleh 10 petani beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara berdasarkan hasil wawancara langsung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9. Jenis Varietas Beras Yang di Tanam 10 Petani Beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara
No Jenis Beras Jumlah
n %
1 Siherang 5 50
2 IR 64 2 20
3 Santana 1 10
4 Sendang seri 1 10
5 IR 66 1 10
Total 10 100
Berdasarkan tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa jenis varietas beras yang paling banyak di teliti adalah jenis beras siherang yaitu 5 sampel (50%).
4.3.6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Residu Pestisida Pada Beras
noda yang muncul dengan luas pandang untuk sampeldan standar berdasarkan pedoman yang ditetapkan.
Tabel 4.10. Kandungan Residu Pestisida pada Beras Berdasarkan Bahan Aktif Yang Ditemukan Sesuai dengan Standar yang di Tetapkan di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2009 No Sampel Jenis Beras Klorfirifos Fenitrotion Diazinon
1 Siherang 1 +
2 Siherang 2 +
5 Siherang 3 +
7 Siherang 4
10 Siherang 5 +
4 IR 64 1
6 IR 64 2 +
3 Santana +
8 Sendang seri +
9 IR 66 +
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa dari 10 sampel yang diperiksa di laboratorium 8 sampel positif mengandung residu pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif yang berbeda-beda.
Tabel 4.11. Data Perhitungan Rf Residu Pestisida Berdasarkan Penyemprotan Terakhir Sebelum Penen pada Beras di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009.
No
Sampel Jenis Beras
Penyemprotan Terakhir Sebelum Panen
Rf Residu
(mg/kg) BMR
1 Siherang 1 3 minggu 0,065
0,5 mg/kg
2 Siherang 2 2 minggu 0,065
5 Siherang 3 3 minggu 0,065
7 Siherang 4 4 minggu -
10 Siherang 5 2 minggu 0,065
4 IR 64 1 4 minggu -
6 IR 64 2 4 minggu 0,045
3 Santana 3 minggu 0,065
8 Sendang Seri 2 minggu 0,065
[image:60.612.159.484.497.671.2]Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 10 sampel beras dengan aplikasi penyemprotan 2, 3, dan 4 minggu oleh petani di Kecamatan Portibi sebanyak 8 sampel mengandung residu pestisida. Dari 8 sampel yang mengandung residu pestisida semuanya masih dibawah BMR yang ditetapkan. jenis residu yang di jumpai adalah pestisida golongan organofosfat.
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Petani yang Menggunakan Pestisida
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa ternyata kelompok umur responden terbanyak yang menggunakan pestisida adalah kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 4 responden (40%). Hal ini dikarenakan pada kelompok umur 40-49 tahun masih dapat dikategorikan sebagai kelompok umur yang masih produktif dan disamping itu kebanyakan kelompok umur tersebut kalau ditinjau lagi mereka telah lama melakukan pekerjaan sebagai petani dan menjadikan lahan pertanian sebagai sumber penghidupan mereka.
5.2. Aplikasi Pestisida
Pestisida merupakan campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan hewa