Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor Perdagangan, 2009.
USU Repository © 2009
SKRIPSI
Diajukan Guna Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
URIP S TINAMBUNAN 030200118
Departemen Hukum Keperdataan
Bagian / PK = Hukum Perdata Dagang
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
EKSISTENSI DARI KEBERADAAN UU DESAIN INDUSTRI
NO.31 TAHUN 2000 SEBAGAI PROTEKSI
DI SEKTOR PERDAGANGAN
SKRIPSI
Diajukan Guna Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
URIP S TINAMBUNAN 030200118
Bagian/ PK = Hukum Perdata Dagang
Disetujui Oleh:
Ketua
Departemen Hukum Keperdataan
Prof. Dr. H. Tan Kamello, SH, M.S NIP : 131 764 556
Pembimbing I Pembimbing II
Syamsul Rizal, SH, M.Hum Ramli Siregar, SH, M.Hum
NIP : 131 870 595 NIP : 131 281 010
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 4
D. Metode Penulisan... 5
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN MENGENAI HAL – HAL UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI ... 9
A. Pengertian Desain Industri ... 9
B. Syarat Dan Fungsi Hak Desain Industri ... 12
C. Yang Berhak Atas Desain Industri ... 14
D. Tahapan Pendaftaran Desain Industri ... 15
BAB III TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI SEBAGAI HAK MILIK INTELEKTUAL MENURUT UU NO. 31 / 2000 ... 20
A. Perlindungan Desain Industri ... 20
B. Pengalihan Hak Atas Desain Industri ... 23
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
D. Tuntutan Pidana Dan Gugatan Perdata Atas Desain
Industri ... 36
BAB IV TINJAUAN MENGENAI EKSISTENSI DESAIN INDUSTRI NO. 31 TAHUN 2000 SEBAGAI PROTEKSI DI SEKTOR PERDAGANGAN ... 47
A. Proteksi Desain Industri Terdaftar Di Sektor Perdagangan ... 47
B. Ketentuan Internasional Terhadap Perlindungan Desain Industri Terdaftar ... 58
C. Jangka Waktu Perlindungan Hak Atas Desain Industri ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran-Saran ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang berarti dewasa ini telah menciptakan bidang -
bidang baru di bidang ilmu pengetahuan dari keuntungan potensial manusia dan
kerumitan di bidang teknologi, sebagai contoh desain industri yang merupakan
suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna atau
garis dari warna atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estitis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas, industri atau kerajinan tangan.
Meskipun demikian, perkembangan tersebut terbukti sulit untuk
menyesuaikan dengan konsep hak yang ada, yang kebanykan darinya berkembang
pada abad sebelumnya selama reudasi industri dan jauh sebelum teknologi tinggi
dan modern. Kebanyakan Negara sekarang mencoba mengembangkan sistem
pengetahuan khusus yang untuk mengatur bidang teknologi yang rumit tersebut.
Dalam hubungan dengan industrialisasi, maka adanya peraturan tentang
desain industri ini mempunyai peranan yang penting dalam mengacu pada
perlindungan ekonomi Negara industri. Ini disebabkan bahwa Negara industri
akan mengedepankan semua bentuk dari HAKI sebagai pendorong untuk ekspor
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
kearah memperbesar ekspor agar dapat menghasilkan devisa yang demikian
dibutuhkan oleh Negara kita.
Negara yang kaya akan seni tradisional seperti Indonesia membutuhkan
perlindungan dari hak desain industri supaya dapat mendorong lahirnya desain
baru untuk hasil industri kerajinan dan industri tradisional. Karena itu, pengusaha
industri kecil akan mendapatkan perlakuan yang khusus dalam undang-undang
desain ini.
Dalam pergaulan internasional, Indonesia merupakan negara yang telah
meratifikasi Agreement Estasblishing the World Trade Organization ( Persetujuan
untuk membentuk organisasi perdagangan dunia ). Yang juga mencakup
didalamnya Agreement On Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1999 tentang ratifikasi
Agreement Estasbilishing The World Trade Organization (persetujuan
pembentukan organisasi perdagangan dunia). Hal inilah yang menjadi aspek
yuridis dan filsofis dalam persiapan bangsa Indonesia untuk itulah mengapa
persoalan hokum hak kekayaan intelektual menjadi begitu penting untuk
dilakukan proteksi perlindungan oleh pemerintah, baik untuk produk luar negeri
maupun domestic.
Sebagai konsekuensi dari hal tersebut diatas, maka segala aspek yang
mencakup sistem hukum kekayaan intelektual, harus diberi “payung hukumnya
yaitu dengan dikeluarkanya Undang - Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang
industri dan atau kerajinan tangan.
Masalah desain industri memang merupakan hal relatif baru bagi sebagian
besar masyarakat Indonesia. Desain industri kemudian mulai mengalami
perkembangan sejak diberlakukan UU No. 31 Tahun 2000 yang diundangkan
pada tanggal 20 Desember 2000. pemberlakukan Undang-Undang ini memiliki
cuti penting disebabkan pada tahun belakang ini, masalah desain industri
mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan penemuan – penemuan
baru dalam bidang material. Sistem fabrikasi maupun konsep desain manajemen
produksi, manajemen mutu dan sebagainya yang berkaitan dengan bidang
manufaktur.
Sehingga diharapkan adanya Undang - undang desain industri tersebut ada
landasan untuk perlindungan yang efektif terhadap berbagai bentuk penjiplakan,
pembajakan, atau peniruan atas desain industri.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mengenai hal-hal umum tentang desain industri
2. Bagaimana mekanisme penegakan hukum terhadap pelanggaran hak atas
desain industri
3. Bagaimanakah eksistensi dari keberadaan UU desain Industri No.31 Tahun
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hal - hal umum tentang desain industri
2. Untuk mengetahui mekanisme penegakan terhadap pelanggaran hak atas
desain industri
3. Untuk mengetahui eksistensi dari keberadaan UU desain industri No. 31
Tahun 2000 dalam hal proteksi disektor perdagangan.
Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan baik secara teoritis maupun praktis yaitu:
1. Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan
hukum kekakayaan intelektual khususnya dibidang desain industri bagi
civitas akademika dan masyarakat umumnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada
pendidikan ilmu hukum mengenai pelaksanaan kaidah –kaidah hukum
demi memajukan industri yang memiliki daya desain dalam lingkup
perdangangan nasional maupun internasional.
2. Praktis
Dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat untuk mengetahui
perlindungan hukum disektor perdangangan akibat dari keberadaan UU desain
D. Metode Penulisan
Dalam rangka penulisan skripsi ini, penulis juga melakukan penelitian
normatif, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum dengan
cara meneliti bahan pustaka atau sekunder, berupa hukum positif dan
bagaimana penerapanya dalam praktik di Indonesia (penelitian hukum
normatif)
2. Tahap penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis meliputi kegiatan-kegiatan
dalam penelitian kepustakaan, yaitu kegiatan mengumpulkan data-data yang
terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum ini mencakup ketentuan-ketentuan tentang kredit baik yang
ditelusuri dalam :
1. Perundang-undangan
2. Konvensi-konvensi Internasional
3. Peraturan pemerintah
Contoh :
1. Undang-undang Nomor 31 tahun 2000 tentang desain Industri
2. Agreement Estasblishing the Word Trade Organization (Persetujuan untuk
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor b. Bahan Hukum Sekunder
Dengan bahan ini ditingkatkan pemahaman peraturan-peraturan yang
ditemukan dalam badan hukum primer. Bahan hukum sekunder diperoleh :
1. Kepustakaan
2. Kesimpulan dan seminar
3. Majalah-majalah yang ada hubungannya dengan desain industri
Contoh :
1. Buku-buku dan majalah-majalah hukum yang berkaitan dengan masalah
desain Industri.
2. Kliping-kliping berita harian dan situs-situs internet yang berisikan beberapa
data-data desain yang terdapat maupun pendapat sarjana yang mengulas
masalah desain Industri.
c. Bahan Hukum Tertier
Bahan ini berisi keterangan tentang hal-hal yang kurang atau belum
dipahami mengenai data hukum primer dan data hukum primer dan data hukum
sekunder. Bahan tertier ditemukan dalam :
1. Kamus hukum
2. Kamus
3. Jangka waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 4
4. Lokasi Penelitian
Penelitian dalam maksud untuk mengumpulkan berbagai bahan dan literatur
untuk melengkapi skripsi ini dilakukan di :
1. Perpustakaan USU
2. Perpustakaan Daerah Kota Medan
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang pada setiap bab terbagi dalam
beberapa sub bagian sesuai dengan kepentingan pembahasan dengan tujuan untuk
mempermudah telaah dan pengertian tentang apa yang dirangkum dalam skripsi
ini, yang selengkapnya sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini penulis menerangkan secara ringkas hal-hal yang umum
dalam sebuah karya ilmiah yang berisikan latar belakang, perumusan maslah,
tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Dalam Bab ini penulis membahas tentang pengertian desain industri,
syarat dan fungsi desain industri, yang berhak atas desain industri, dan Tahapan
Pendaftaran Desain industri.
BAB III : TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI SEBAGAI HAK MILIK INTELEKT MENURUT UU NO. 31 / 2001
Dalam Bab ini penulis menjalankan tentang perlindungan desain industri,
pengalihan hak atas Desain Industri, pembatalan pendaftaran hak atas Desain
Industri dan tuntutan pidana dan gugatan-gugatan atas Desain Industri
BAB IV : TINJAUAN MENGENAI EKSISTENSI DESAIN INDUSTRI NO.31 TAHUN 2000 SEBAGAI PROTEKSI DI SEKTOR PERDAGANGAN
Dalam Bab ini penulis menjelaskan tentang proteksi desain industri
terdaftar di sektor perdagangan, ketentuan Internasional terhadap perlindungan
desain industri terdaftar jangka waktu perlindungan hak atas desain industri.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dari hal – hal yang
dibicarakan.
BAB II
TINJAUAN MENGENAI HAL – HAL UMUM
TENTANG DESAIN INDUSTRI
A. Pengertian Desain Industri
Desain Industri didefinisikan oleh UNIDO (United Nations Industrial
Devolopment Organization), sebagai suatu kegiatan yang luas dalam inovasi
teknologi dan bergerak meliputi proses pengembangan produk dengan
mempertimbangkan fungsi, kegunaan, proses produksi dan teknologi, pemasaran,
serta perbaikan manfaat dan estetika produk industri.01
Sedangkan ICSID (Internasional Council Society Of Industrial Design )
mendefenisikan desain industri sebagai suatu aktifitas kreatif untuk mewujudkan
01)
Drs.H.Muhamad Djumhana,SH, Aspek – Aspek hokum desain industri di Indoensia; cetak I, PT, Citro Aditya Bkati, bandung, 1999, hal 7
02)
Ibid
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor dari struktur atau sistem yang harmonis dari sudut pandang produsen dan
konsumen.02
Ada kesamaan antara hak cipta di bidang seni lukis (seni grafika) dengan
desain industri tetapi perbedaanya akan lebih terlihat ketika desain industri itu
dalam wujudnya. Menurut Undang-Undang RI. No. 31 Tahun 2000 tentang desain
Industri pada pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “ Desain Industri adalah suatu
kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna atau
gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk barang
komoditas industri atau kerajinan tangan. .
Tentang pemberian nama Undang-Undang ini saja sebenarnya sudah
terjadi “ Pertentangan”. Ada pihak yang tampaknya kurang puas dengan nama “
Desain Industri “ kelompok yang tidak atau kurang setuju ini. mengajukan nama
“Desain produk industri “ yang memang tampaknya lebih sesuai dengan isi pasal
1 ayat (1) diatas memang bahasa Inggrisnya adalah Industrial Design , akan tetapi
jika diterjemahkan secara harfiah sebagai desain industri rasanya agak kurang
puas, karena kata “Industri” dapat pula mencakup industri pariwisata yang
tentunya bukan merupakan bagian yang diatur dalam Undang - Undang tersebut.
Meskipun demikian Undang - Undang ini sudah terlanjur diberi nama tentang
Menurut Insan Budi Maulana, Indonesia sebaiknya menggunakan istilah
desain industri daripada istilah desain industri. Karena istilah desain atau lebih
tepat dan lebih dekat sebagai pedanan kata Industrial Design, disamping itu
dengan menggunakan istilah ini akan memudahkan dalam melakukan sosialisasi.
Yang juga penting adalah bagaimana definisi desain industri itu akan disusun agar
tidak menimbulkan penafsiran yang
berbeda-a. Bentuk
beda 04.
Dengan memperhatikan definisi yang tercantum di atas dapat disimpulkan
adanya dua unsur dalam desain industri, yaitu:
b. Kesan estetis yang berarti dapat dilihat secara kasat mata. 05
Dengan dinyatakan berlakunya undang - undang tentang desain industri
ini maka pada pasal 56 Undang - Undang No 31 Tahun 2000 dinyatakan bahwa
ketentuan Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara RI Tahun 1984 No.22, tambahan lembaran Negara RI No. 3274)
dinyatakan tidak berlaku.
Pertama, pendekatan hak cipta yang berpangkal di negara Eropa dengan
melihat desain industri sebagai karya cipta, rasa dan karsa (budaya).
03
Eddy A.Subroto, Antisipasi terhadap UURI No.31/2000 tentang desain (produk)industri peringatan dini untuk masyarakat pendesain, hal,
04
Insan Budi Maulana, pelangi HAKI dan anti monopoli, Cet I Pusat Studi Hukum FH-UII, Yogyakarta, 2000
-05
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Kedua, pendekatan paten yang berpangkal di negara industri Jepang dan
Amerika Serikat dengan melihat desain industri sebagai produk yang bernilai
tinggi dan bisnis.
Perbedaan pada cara pendekatan filosofis terhadap desain industri sebagai
bahagian hak kekayaan intelektual menyebabkan terjadinya perbedaan dalam
susunan normatif peraturan perundang-undang tentang itu di berbagai negara.
Pada dasarnya desain industri merupakan “Pattern” yang dipakai dalam
proses produksi barang secara komersil dan dipakai secara berulang-ulang unsur
dipakainya dalam proses produksi yang berulang-ulang inilah yang merupakan
ciri, dan bahkan pembedaan dari ciptaan yang diatur dalam hak cipta. Unsur lain
yang menjadi ciri dari hak desain adalah cenderung ciptaan itu berkaitan dengan
estetis produk, aspek kemudahan atau kenyamanan dalam penggunaan produk
yang dihasilkan, sehingga memberikan sumbangan yang berarti untuk kesuksesan
pemasaran barang tersebut. Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan
secara umum dan sederhana bahwa desain industri melindungi ciptaan “seni
pakai”. Sedangkan hak cipta melindungi ciptaan “ Seni Murni”
B. Syarat dan Fungsi Hak Desain Industri
. 06
06)
Muhamad Djumhoro dan R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, dan Prakteknya di Indonesia) Cet I, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, Hal 156
07)
Negara memberikan hak atas Desain Industri hanya untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan yang diatur dalam UU No.31 tahun 2000 tentang Desain Industri, pada Bab II Pasal 5 ayat (1)
08)
Tidak semua desain industri yang dihasilkan oleh pendesain dapat
dilindungi sebagai hak atas desain industri. Hanya desain industri yang baru yang
oleh negara dapat diberikan kepada pendesain. 07
Batasan tentang desain industri yang bari itu oleh Undang-Undang tentang
desain industri disebutkan bahwa “ Desain Industri yang mendapatkan
perlindungan diberikan untuk desain industri yang baru ”. 08
Dalam UU Desain industri Indonesia perlindungan terhadap hak atas
desain industri hanya diberikan selama kurun waktu 10 tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan pendaftaran yang dimuat dalam daftar umum desain industri
yang diumumkan dalam berita resmi desain industri Departemen Kehakiman RI.
Mereka – mereka yang dapat diberi hak untuk memperoleh hak atas desain
industri adalah:
1. Pendesain atau yang menerima hak terebut dari pendesain
2. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa secara bersama, hak desain industri
diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain
Selanjutnya dalam pasal 7 UU No. 31 Tahun 2000 tentang desain industri
disebutkan pula :
09
.
1. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya pemegang hak desain industri adalah pihak
yang untuk dan atau dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan kecuali ada
perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain
09)
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
apabila penggunaan desain industri itu diperluas sampai keluar hubungan
dinas.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir I berlaku pula bagi desain
industri yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang berlaku dalam
hubungan dinas.
3. Jika suatu desain industri dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan,
orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesaian dan
pemegang hak desaian industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua
pihak.10
Hak atas desain industri adalah hak eksekutif yang diberikan oleh Negara
Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu
tertentu melaksanakan lain untuk melaksanakan hak tersebut.
Pemegang Hak Desain Industri memiliki hoteks klasif dan melaksanakan
Hak Desain Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, menyimpan, mengekspor, Industri.
merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang Hak Desain Industri.
C. Yang Berhak Atas Desain Industri
Sebagai suatu hak atas karya intelektual, maka hak atas desain industri
suatu saat harus menjadi milik public dan menjalankan fungsi sosial.
Dalam
Undang-Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak desain industri adalah pihak yang
untuk dan atau dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada
perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesaan
apabila penggunaan desain industri itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi desain industri Undang desain industri perlindungan terhadap hak atas desain
industri hanya diberikan selama kurun waktu 10 tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan pendaftaran yang dimuat dalam daftar umum desain industri yang
diumumkan dalam berita resmi Desain Industri departemen kehakiman RI.
Yang berhak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau yang
menerima hak tersebut dari pendesain. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa
orang secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.12
10)
Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 7 Ayat 1, 2 dan 3
11)
Diatur Dalam Undang-Undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pada Bab II Pasal 9 ayat 1 dan 2
12)
Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 6 ayat 1 dan 2
13)
Undang-Undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri Pasal 7 ayat 1, 2 dan 3
14)
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang berlaku dalam hubungan dinas.
Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan,
orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesain dan
pemegang hak desain industri, kecuali jika perjanjikan antara kedua pihak. 13 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapus hak pendesaan untuk tetap dicantumkan namanya dalam sertifikasi
desain industri, daftar umum desain industri, dan berita resmi desain indutri.14
D.Tahapan Pendaftaran desain Industri
Hak atas desain industri diberikan oleh Negara tentu Negara tidak akan
memberikan begitu saja, tanpa ada pihak yang meminta. Secara normatif
disyaratkan untuk lahirnya hak tersebut harus dilakukan dengan cara dan prosedur
tertentu. Antara lain disyaratkan sebagai berikut:
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia di Drektorat
Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini.
2. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh
pemohon atau kuasanya
3. Permohonan harus memuat.:
a. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan
b. Nama, Alamat lengkap, dan Kewarganegaraan pendesain.
d. Nama dan Alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa; dan
e. Nama Negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali
dalam hal permohonan diajukan dengan Hak Prioritas
4. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilampiri dengan:
a. Contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain industri yang
dimohonkan pendaftaran;
b. Surat kuasa khusus, dalam hal permohanan diajukan melalui kuasa
c. Surat pernyataan bahwa desain industri yang dimohonkan pendaftarannya
adalah milik pemohon atau milik pendesain.
5. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
pemohon, permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu pemohon
dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon lain.
6. Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain permohonan harus
disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon
berhak atas desain industri yang bersangkutan.
7. Ketentuan tentang tata cara bersangkutan desain diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.15
Setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk :
a. satu desain industri
b. Beberapa desain industri yang merupakan satu kesatuan desain industri atau
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Pemohon yang bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik
Indonesia harus mengajukan permohonan melalui kuasa. Pemohon sebagaimana
yang dimaksud bertermpat tinggal di luar wilayah NKRI harus menyatakan dan
memilih domisili hukumnya di Indonesia.
Selanjutnya mengenai permohonan dengan menggunakan hak prioritas
harus diajukan dalam waktu paling lama 6 (6 bulan) bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan pemohon yang pertama kali diterima dinegara lain yang merupakan
anggota konfensi Paris atau anggota Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdangangan Dunia. Pemohon dengan hak prioritas sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) wajib dilengkapi dengan dokumen prioritas yang disahkan oleh
kantor yang menyelenggarakan pendataan desain industri serta terjemahannya
dalam bahasa Indonesia dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung setelah
berakhirnya jangka waktu pengajuan permohonan dengan hak Prioritas. Apabila
syarat sebagaimana dimaksud diatas tidak terpenuhi, permohonan tersebut
dianggap diajukan tanpa men gunakan hak Prioritas.g 16
a. Mengisi formulir permohonan
Disamping itu tanggal penerimaan permohonan juga sangat penting
ditentukan, sebab hal ini menyangkut titik awal perlindungan terhadap hak
tersebut. Secara normatif tanggal penerimaan adalah tanggal diterimanya
permohonan tersebut dengan syarat pemohon telah :
15)
Undang-Undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 1 ayat 1, 2 dan 3
16)
b. Melampirkan contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain
industri yang dimohonkan pendaftarannya; dan
c. Membayar biaya permohonan
Apabila ternyata terdapat kekurangan dalam pemenuhan syarat. Syarat dan
kelengkapan permohonan Direktorat Jenderal memberitahukan kepada pemohon
atau kuasanya agar kekurangan tersebut dipenuihi dalam waktu 3 (tiga/ bulan
terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan kekurangan tersebut.
Jangka waktunya dapat diperpanjang untuk waktu paling lama 1 (satu)
bulan atas permintaan pemohon.
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Apabila kekurangan tidak dipenuhi, Direktorat Jenderal memberitahukan secara
tertulis kepada pemohon atau kuasanya bahwa permohonanya dianggap ditarik
kembali.
Dalam hal permohonan dianggap ditarik kembali segala biaya yang telah
TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI SEBAGAI HAK MILIK INTELEKTUAL
MENURUT UU NO. 31 / 2000
A. Perlindungan Desain Industri
Sertifikat desain industri mulai berlaku terhitung sejak tanggal peneriman.
Pihak yang memerlukan salinan sertifikat desain industri dapat memintanya
kepada direktoratr Jenderal dengan membayar biaya.
Dimana permohonan yang telah memenuhi persyaratan akan diumumkan
oleh Direktorat Jenderal dengan cara menempatkanya pada sarana yang khusus
untuk itu yang dapat dengan mudah serta jelas dilihat oleh masyarakat, paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal penrimaan.
Pengumuman tersebut memuat:
a. Nama dan alamat lengkap pemohon;
b. Nama dan alamat lengkap kuasa dalam hal permohonan diajukan melalui
kuasa;
c. Tanggal dan nomor penerimaan permohonan;
d. Nama Negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali apabila
permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas;
e. Judul Desain Industri; dan
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Pada saat pengajuan permohonan, pemohon dapat meminta secara tertulis agar
pengumuman permohonan ditunda. Penundaan pengumuman tidak boleh melebihi
waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan atau terhitung
sejak tanggal prioritas. 17
Terdapat asas hukum (Prinsip hukum) yang mendasari hak atas desain
industri seperti :
1. Asas publisitas;
2. Asas kemanunggalan ( kesatuan);
3. Asas kebaruan. 18
Asas publisitas bermakna adanya bahwa adanya hak tersebut didasarkan
pada pengumuman atau publikasi dimana masyarakat umum dapat mengetahui
keberadaan tersebut. Hak atas desain industri itu diberikan oleh negara setelah hak
tersebut terdaftar dalam berita resmi negara. Dalam sistem pendaftaran antara
hak cipta dengan
17)
Undang-Undang No.31 Tahun 2000 Desain Industri, Pasal 25
hak desain industri terdapat perbedaan. Hak cipta menyangkut
sistem pendaftaran dekleratif sedangkan hak desain industri menganut sistem
pendaftaran konstitutif, jadi ada persamaan dengan paten
Asas kemanunggalan (kesatuan) bermakna sebagai asas accesoris antara
produk barang dihasilkan barang itu tidak dapat dipisahkan dengan desainnya.
18)
tidak pernah ditemukan oleh pendesain yang lain jika desain tersebut benar-benar
baru berarti di dalamnya telah memenuhi asas kebaruan tersebut.
Jika timbul sengketa perdata, maka penyelesaiannya berkenaan dengan
perkara pendesain industri ini akan ditangani oleh Pengadilan Niaga. Hal ini
disebabkan penyelesaiannya meminta penanganan yang cepat yang berkenaan
dunia ekonomi, jadi bukan pengadilan negeri biasa sehari-hari yang dipakai.
Diluar pengadilan, para pihak juga dapat menyelesaiannya melalui
alternatif penyelesaian sengketa seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi. Jadi tidak
terikat pada penyelesaian melalui bahwa pengadilan in casu Pengadilan Niaga.
Si pemegang hak desain mempunyai suatu hak monopoli, artinya dapat
menggunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa persetujuannya membuat
apa yang telah didaftarkannya kedudukan si pemegang hak desain kuat sekali
terhadap pihak lain. Dia dapat melakukan aksi hukum kepidanaan maupun
keperdataan apabila ada pihak yang melakukan pelanggaran terhadap haknya. 19 Dalam pasal 46 ayat (1) dikatakan bahwa “Pemegang Hak desain Industri
atau Penerima lisensi siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
pembuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 berupa :
a. Gugatan dan ganti rugi, dan atau
b. Penghentian semua perbuatan sebagaimana hak yang dimiliki oleh
pemegang hak desain industri yang diatur dalam Undang-undang ini.
19)
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Undang-undang Desain industri telah menyediakan perlindungan hukum
terhadap permasalahan sengketa di bidang desain industri yang diatur dalam pasal
49 sampai pasal 53. dalam pasal 49 dikatakan bahwa bukti yang cukup, pihak
yang dirugikan dapat meminta hukum Pengadilan Niaga untuk menerbitkan surat
penetapan sementara tentang :
a. Pencegahan masuknya produk yang berkaitan dengan pelanggaran hak desain
industri
b. Penyimpanan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran desain industri.
Istilah penetapan sementara atau Injuction ini merupakan hal baru dalam
sistem hukum acara di Indonesia. Penetapan sementara ini diperlukan atau paling
tidak sebagai sarana atau upaya hukum
B. Pengadilan Hak Atas Desain Industri
bagi pemohon agar bagi pihak yang
melakukan tindakan melawan hukum yang diduga/ diasumsikan berdasarkan bukti
yang cukup akan merugikan pemohon dari pelanggaran desain Industri 20
Hak desain pada dasarnya adalah hak milik perorangan yang tidak
berwujud dan timbul karena kemampuan intelektual manusia. Seperti halnya hak
kekayaan intelektual lainnya, hak desain industri dapat beralih atau dialihkan.
Pengalihan hak atas kekayaan intelektual di bidang desain/ hak desain ini dapat
Sejalan dengan asas - asas hukum benda, maka sebagai hak kebendaan hak
atas desain industri juga dapat berakhir atau dialihkan dengan cara :
a. Pewarisan
b. Hibah
c. Wasiat
d. Perjanjian tertulis, atau
e. Sebab- sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan. 21
Pengalihan tersebut haruslah dilakukan dengan menggunakan dokumen
resmi tentang pengalihan hak, hal ini berdasarkan ketentuan pasal 31 tahun 2000
yang pada intinya menyebutkan :
“Pengalihan hak desain industri tersebut sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus disertai dokumen tentang pengadilan hak “. 22
Dokumen tersebut berubah akta otentik yang dibuat dihadapan pejabat
yang berwewenang, yaitu Notaris, hal ini dimaksudkan untuk lebih memberikan
adanya suatu kepastian hukum. Dokumen ini amat diperlukan khusus mengenai
20)
Suyud Margono, Op.cit, Hal 43
21)
Undang-Undang No. 31 Tahun 2000, Pasal 31 ayat 1
22)
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
pengalihan hak desain melalui perjanjian, selanjutnya perjanjian tersebut harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam “ Pasal 1320 KUH Perdata
yaitu:
1. Kesepakatan dari pihak yang mengikatkan diri
2. Kecakapan untuk membuat perjanjian
3. Suatu hal yang diperjanjikan
4. Suatu sebab yang dihalal. ” 23
Pendaftaran desain industri sangat diwajibkan atas seorang pendesain.
Menurut Jumhana alasan diwajibkannya pihak yang mendapatkan pengalihan
desain/hak untuk mendaftarkan pengalihan tersebut, disebabkan : “ Sifat dari hak
desain itu sendiri yang pemanfaatnya di batasi dengan jangka waktu tertentu serta
sangat berkaitan dengan instansi Negara yang mengelola hak administrasi di
bidang hak atas kekayaan intelektual termaksud”. Dalam rangka untuk
melakukan perlindungan hak terhadap seorang pendesain dapat dilihat dalam
ketentuan pasal 32 UU Norma 31 tahun 2000 menegaskan bahwa : “ Pengalihan
hak desain industri tidak mengalihkan hak pendesain untuk tetap dicantumkan
nama serta indentitasnya, baik dalam sertifikat desain industri, berita resmi desain
industri maupun dalam daftar umum desain industri”.
23)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Negara memandang suatu desain sangat
penting artinya bagi kehidupan masyarakat dan kepentingan nasional maka
Negara dapat mewajibkan pemilik desain/ hak desain tersebut didaftarkan.
Hal ini dilakukan tetap dengan memberikan imbalan yang wajar. 24
Disamping pengalihan atas dasar yang disebut diatas, hak atas desain
industri dapat juga dialihkan berdasarkan ketentuan hukum perikatan antara lain
melalui lisensi. Dengan tidak mengurai hak pemegang lisensi, pemegang hak
desain industri tetap dapat melaksanakan sendiri atau memberikan lisensi kepada
pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan yang melekat pada hak tersebut,
kecuali jika diperjanjikan lain.
24)
Muhammad Djumhana, Loc.cit, Hal 69
25)
Warta Perundang-Undang, Op.cit, Hal 1/8
Perjanjian lisensi wajib dicatat dalam daftar umum desain industri pada
Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya.
Adapun yang dimaksud dengan lisensi berdasarkan ketentuan pasal 1 point
(1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2000 adalah :
“Izin yang diberikan oleh pemegang hak desain industri kepada pihak lain
melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (Hak – Hak pengalihan
hak ) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu industri yang diberikan
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu ketentuan lisensi di
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksudkan diumumkan dalam berita
resmi industri. Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam peraturan per Undang-Undang yang berlaku, jika hal
itu terjadi maka, Direktorat Jenderal wajib menolak perjanjian pencatatan
perjanjian lisensi tersebut.
C. Pembatalan Pendaftaran Hak Atas Desain Industri
Hak desain industri dapat pula berakhir sebelum waktunya karena adanya
pembatalan. Pembatalan pendaftaran desain industri tersebut, bias terjadi karena
permintaan pemegang hak desain industri dan bisa juga karena adanya gugatan
perdata dari pihak lain.
Bila kita melihat Undang-Undang Desain Industri dalam hal pembatalan
pendaftaran desain industri maka secara garis besarnya dapat dibagi dua yaitu:
1. Pembatalan pendaftaran berdasarkan permintaan pemegang hak desain
industri
2. Pembatalan pendaftaran berdasarkan gugatan pembatalan pendaftaran
desain industri.
Berdasarkan permintaan hak desain industri, diatur dalam pasal 37 UUD
yang bunyinya:
1. Desain Industri terdaftar dapat dibatalkan oleh Direktorat Jenderal atas
tidak dapat dilakukan apabila penerima lisensi hak desain industri tidak
memberikan persetujuan secara tertulis yang dilampirkan pada
permohonan pembatalan pendaftaran tersebut.
3. Keputusan pembatalan hak desain industri diberita hukum secara tertulis
oleh Direktorat Jenderal kepada :
a. Pemegang hak desaian industri :
b. Penerima Linsensi jika telah dilisensikan sesuai dengan catatan dalam
daftar umum desaian industri.
c. Pihak yang mengajukan pembatalan dengan menyebutkan bahwa hak
desaian industri yang telah diberikan dinyatakan tidak berlaku lagi
terhitung sejak tanggal keputusan pembatalan.
4. Keputusan pembatalan pendaftaran sebagaimanan dimaksud dalam ayat
(1) dicatatkan dalam daftar umum desaian industri dan diumumkan dalam
berita resmi desaian industri.
Pembatalan pendaftaran berdasarkan gugatan diatur dalam pasal UUD yang
berbunyi :
1. Gugatan pembatalan pendaftaran desaian industri dapat diajukan oleh
pihak yang berkepentingan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 atau pasal 4 kepada pengadilan niaga.
2. Putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tentang
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Direktorat Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal
keputusan diucapkan.
Dalam hal ini bila bertentangan dengan hal mengenai “kebaruan” dan hal
yang bertentangan dengan “peraturan perundang-undangan yang berlaku
ketertiban umum, agama, atau kesusilan.”.
Mengenai tata cara mengajukan gugatan diatur dalam pasal 39 sampai dengan
pasal 42 UUD 1. Pasal 39 menguraikan tentang tata cara pada Pengadilan Niaga,
yaitu :
Ayat (1)
“Gugatan pembatalan pendaftaraan desain industri diajukan kepada
ketua pengadilan niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal domisili tergugat”.
Ayat (2)
“Dalam hal tergugat bertempat tinggal diluar wilayah Indonesia, gugatan
tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat”.
Seperti kita ketahui bahwa Pengadilan Niaga sementara ini hanya berada
di dalam wilayah DKI Jakarta Pusat dimana untuk tiap - tiap propinsi akan
diselenggarakan secara bertahap.
Ayat (3)
“Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang
bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis
yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal
Dalam penjelasan ayat (3), dikatakan kecuali dinyatakan lain, yang
dimaksud dengan “panitera” dalam undang-undang ini adalah panitera pada
Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga.
Ayat (4)
“Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan
Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan
didaftarakan”.
Ayat (5)
“Dalam jangka waktu paling lama 3(tiga) hari terhitung sejak tanggal
gugatan pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan
menetapkan hari sidang.”
Ayat (6)
“Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan disenggarakan dalam
jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan”.
Ayat (7)
“Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lam 7(tujuh)
hari setelah gugatan pembatalan didaftarkan”.
Dalam penjelasan dikatakan yang dimaksud dengan juru sita adalah juru
sita pada Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga.
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
“Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90
(sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling
lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung”.
Ayat (9)
“Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8)
yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasar putusan
tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan
terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan supaya suatu upaya
hukum”.
Ayat (10)
“Salinan putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (9)
wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (Empat belas)
hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan”.
Ayat (15)
Dalam pasal 49 dinyatakan. Bahwa “ Terhadap putusan Pengadilan Niaga
bagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (2) hanya dapat dimohonkan kasasi”. Di
dalam hal ini ketentuan yang lazim dipakai untuk Pengadilan Niaga, misalnya
dalam hal kepailitan, maka tidak dapat diajukan banding kepada Pengadilan
Dalam pasal 41 menguraikan tentang tata acara kasasi. Ketentuan –
ketentuan menunjukkan acara dipercepat. Yaitu:
(1),
“Permohon kasasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 diajukan paling
lama 14 (Empat belas) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi
diucapkan atau diberitahukan kepada para pihak dengan mendaftarkan pada
panitera yang telah memutus gugatan tersebut”.
Panitera mendaftar permohon kasasi pada tanggal permohonan yang
bersangkutan diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang
ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal
penerimaan pendaftaran”.
Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada panitera
dalam waktu 14 (Empat belas). Hari sejak permohonan kasasi didaftarkan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) “.
Ayat (4)
“ Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) kepada pihak termohon kasasi paling laam
2 ( dua) hari setelah permohonan kasasi didaftarkan”.
Ayat (5)
“ Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada
panitera paling lama 7 (Tujuh) hari setelah tanggal kasasi menerima memori
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
kontra memori kasasi kepada permohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah
kasus memori kasasi diterimanya”.
Ayat (6)
“ Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi dan /
atau kontra memori kasasi beserta berkas perkara yang bersangkutan kepada
Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari setelah lewatnya jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)”.
Ayat (7)
“Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas permohonan kasasi dan
menetapkan hari sidang paling lama 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan
kasasi diterima oleh Mahkamah Agung”.
Ayat (8)
“ Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lama 60
(enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah
Agung”.
Ayat (9)
“ Utusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90
(Sembilan puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh
Mahkamah Agung”.
“ Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi
kepada panitera paling lama 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan atas permohonan
kasasi diucapkan “.
Ayat (12)
“Juru sita wajib menyampaikan salinan putusan kasasi sebagaiman
dimaksud dalam (1) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 2
(dua) hari setelah putusan kasasi diterima”.
Dengan ketentuan dipercepat sangat diharapkan pelaksanaan dalam
praktek dapat sama “express” pula. Maka, tidak perlu bertele-tele lagi sampai
menunggu bertahun – tahun sepeti sekarang (Lazimnya 3-4 tahun) sebelum
diputus suatu perkara kasasi .
Pasal 42 menyatakan bahwa , “ Direktorat Jenderal mencatat putusan
atas gugatan pembatalan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dalam
daftar umum desain industri dan mengumumkannya dalam berita resmi desain
industri”.
Akibat Pembatalan Pendaftaran
Hal ini diatur dalam 43-44, di mana pasal 43 menyatakan bahwa, “
Pembatalan pendaftaran Desain industri menghapuskan segala akiabt hukum
yang berkaitan dengan Hak Desain Industri dan hak-hak lain yang berasal dari
Desain Industri tersebut”. Dengan dibatalkannya pendaftaran maka semua hal
yang melekat pada Hak Desain Industri dan hak-hak derivati daripadanya menjadi
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Pasal 44 ayat (1)menyatakan bahwa “ Dalam hal pendaftaran Desain
Industri dibatalkan berdasarkan gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38,
penerima Lisensi tetap berhak melaksanakan lisensinya sampai dengan
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian Lisensi”. Hal ini
bertujuan untuk menghindarkan kerugian bagi penerima lisensi.
Ayat (2) menyatakan bahwa “ Penerima Lisensi sebagaiman dimaksud
dalam ayat (1) tidak lagi wajib meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya
masih wajib dilakukanya kepada pemegang hak Desain Industri yang haknya
dibatalkan tetapi wajib mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu
lisensi yang dimilikinya kepada pemegang Hak Desain Industri yang
sebenarnya”.
Dalam penjelasan pasal 44 ayat (2) dikatakan bahwa pada saat dibatalkan
ada orang lain yang benar-benar atas Desain Industri yang bersangkutan, tetapi
salah satu dibatalkan kepada pemegang Hak Desain Industri yang haknya
dibatalkan tetapi wajib mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu
lisensi yang dimilikinya kepada pemegang Hak Desain Industri yang sebenarnya”.
Dalam penjelasan pasal 44 ayat (2) dikatan bahwa pada saat dibatalakn ada
orang lain yang benar – benar berhak atas desain Industri yang bersangkutan.
Keadaan seperti itu dapat apabila terdapat dinyatakan sebagai pihak yang berhak.
Seiring dengan oleh penerima lisensi desain industri kepada pemegang desain
industri yang benar- benar berhak.
Dalam hal pengajuan permohonan pengajuan keberatan atas permohonan,
permintaan petikan Daftar umum Desain Industri, permintaan dokumen prioritas
Desain Industri, permintaan salinan sertifikasi desain industri, pencatatan
pengalihan hak, pencatatan surat perjanjian lisensi serta permintaan lain yang
ditentukan dalam undang – undang ini dikenai biaya yang jumlahnya ditetapkan
dengan peraturan Pemerintah (Pasal 54 ayat 1). Sedangkan mengenai persyaratan,
jangka waktu dan tata cara pembayaran biaya diatur dengan keputusan Presiden
(ayat 2).
d. Tuntutan Pidana dan Gugatan Perdata Atas Desain Industri
Mekanisme penyelesaian sengketa desain industri diatur dalam Undang-
Undang Nomor 31 tahun 2000 pada Bab VIII. Ketentuan ini menyangkut
penyelesaian terhadap kasus – kasus desain Industri secara perdata. Sedangkan
secara pidana diatur dalam Bab X dan Bab XII Undang- Undang Nomor 31 Tahun
2000.
Pemegang desain industri atau penerima Lisensi dapat mengugat pihak
lain yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan membuat,
memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan atau mengedarkan barang yagn
di beri hak industri melalui gugatan ganti rugi dan atau pengehentian semau
perbuatan yang merupakan pelanggaran tersebut pada Pengadilan Niaga.
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
1. Tuntutan ganti rugi yaitu: yaitu besarnya ganti rugi yang harus ditanggung si
pelaku pemalsuan atau kerugian yang dialami oleh pemilik/ pemegang Hak
desain ditambah biaya pengacara yang dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan.
2. Menghukum pemalsu untuk menghentikan pemakaian desain, melarang
memproduksi barang dan melarang memeperdagangkan
3. Menyita dan menarik barang dari peredaran untuk dimusnakan. 26
Undang-Undang desain Industri juga memberikan pilihan kepada
pemegang hak desain industri atau penerima lisensi hak desain industri bila
dirugikan untuk mengajukan gugatan perdata berupa ganti rugi dan atau
penghentian sementara perbuatan
1. Penyelesaian sengketa Desain Industri secara Artbitrase
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9
kepada Pengadilan Niaga. Mengenai tata cara gugatan perdatanya mengikuti
ketentuan dalam pasal 39 dan pasal 41 UUD.
Selain itu, penyelesaian penyelenggaran hak desain industri juga
dimungkinkan diselesaikan melalui:
Arbitrase merupakan media penyelesaian sengketa yang tidak saja
memiliki kompetensi absolut setara dengan Pengadilan, namun juga merupakan
mekanisme Pengambilan keputusan tentang masalah sengketa yang cukup efisien
dalam menghadapi era globalisasi ekonomi dan pasar bebas. Hal ini disebabkan
perusahan-perusahan asing pada umumnya menyebabkan sengketa bidang usaha
Putusan Arbitrasi yang bersifat Final dan mengikat para pihak tentunya
akan lebih mudah untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang
bersengketa disamping itu juga menjamin terjaganya nama baik para pihak yang
bersengketa.
“Arbitrasi dipilih Karen alasan kecepatan, kesetaraan (Equality) dan
kesukarelaan (Volumteriness) sehingga lebih diarahkan memberikan ketepatan
keputusan “. 27
a. Dijamin kerahasian sengketa
Selanjutnya Rachmadi Usma memberikan kelebihan arbitrase jika
dibandingkan dengan lembaga pengadilan. “ Kelebihan tersebut antara lain:
b. Dapat dihindari keterlambatan yang diakibatkan karena hal procedural dan
administratif
c. Para pihak dapat memilih arbitrase yang menurut mereka diyakini mempunyai
pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang relevan dengan masalah
yang disengketakan, disamping juga dan adil
d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya
termasuk proses dan tempat penyelenggara arbitrase.
26)
Muhammad Djumhana, Loc.cit, Hal 97
27)
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
e. Putusan Arbitrase merupakan putusan yang mengidentifikasi para pihak
dengan melaui tata cara (Prosedur) yang sederhana dan langsung dapat
dilaksanakan ”.
Alternatif penyelesaian sengketa disini bias melalui cara negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan cara yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku.
Tuntutan kepraktisan diberbagai bidang termasuk masalah hak kekayaan
intelektual di bidang Desain industri menuntut pemerintah untuk dapat lebih
mensosialisasikan penggunaan alternatif penyelesaianya sengketa, termasuk
didalamnya masalah arbitrase.
Berdasarkan bukti yang cukup pihak yang haknya dirugikan dapat
meminta Hakim Pengadilan Niaga untuk menerbitkan surat penetapan sementara
tentang:
28
a. Pencegahan masuknya produk yang berkaitan dengan pelanggaran
Hak Desain Industri
b. Penyimpanan bukti yang berkaitan pelanggaran Hak Desain
Industri.29
Dalam hal surat penetapan sementara telah dilaksanakan, Pengadilan
Niaga segera memberitahukan kepada pihak yang dikenal tindakan dan
memberikan kesempatan kepada pihak tersebut untuk didengar keterangannya. 30
28)
sementara, hukum Pengadilan Niaga yang memeriksa sengketa tersebut harus
memutuskan untuk mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan dalam
waktu paling lama 30 (Tiga puluh) hari sejak dikeluarkanya surat penetapan
sementara pengadilan tersebut. Bila penetapan sementara pengadilan biaya
dibatalkan, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi kepada pihak
yang meminta penetapan sementara pengadilan atas segala kerugian yang
ditimbulkan oleh penetapan sementara pengadilan tersebut”. 31
2. Penyelesaian sengketa Desain Industri secara Non Litigasi
Mekanisme ini biasanya di kenal dengan istilah alternatif Dipute Resolution
yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan aternatif penyelesaian sengketa.
“Alasan yang sering mengemukan dipilihnya penyelesainya alternatif, yaitu
karena ingin memengkas Birokrasi perkara, biaya dan waktu sehingga relatif lebih
cepat dan biaya relative lebih ringan, lebih dapat menjaga harmonis sosial (Social
Harmoni) dengan mengembangkan biaya musyawarah dan budaya non
konfroneratif melalui jalan tersebut diharapkan tidak kerjasama Los-Win tetapi
Win-Win, para pihak, merasa menang sehingga menghindarkan terjadinya Hard
Feeling dan Losing Face”.
29)
Undang-Undang No.31 Tahun 2000 Pasal 49
30)
Ibid, Pasal 50
31)
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
Bentuk-bentuk alternatif dispute resolution meliputi negosiasi, mediasi,
konsialisasi, dan arbitrase.
Negosiasi merupakan bentuk penyelesaian sebuah sengketa yang para
pihak melakukan pembicaraan secara langsung. Yang dilakukan untuk mencari
solusi bersama yang saling menguntungkan antara para pihak yang melakukan
negosiasi tersebut.
Mediasi dan konsiliasi merupakan sebuah mekanisme penyelesaian
sengketa yang sama artinya karena pada dasarnya merupakan upaya penyelesaian
sengketa dengan jalan merundingkan suatu kesepakatan tentang penyelesaian
yang mengikat dengan bantuan pihak ketiga yang tidak berpihak.
Demikian pula Negara memberikan kemungkinan pencaran hukum
melalui instrument hukum pidana
Pasal 54 UUDI yang mengatur mengenai ancaman sanksi pidana terhadap
pelanggaran desain industri, yang bunyinya :
1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 dipidana dengan penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,00 (Tiga ratus juta rupiah).
2) Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8, pasal 23 atau pasal 23 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.45.000.000,00 (empat
delik aduan
Dari ketentuan di atas, dapat diketahui jenis-jenis tindak pidana di bidang
desain industri, yaitu:
1. Melakukan perbuatan yang melanggar hak pemegang desain industri
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, yaitu membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak
desain industri dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan rahasia dagang
pihak lain dengan sengaja dan tanpa hak. Bila melakukan hal ini tanpa izin
pemegang hak desain industri, yang bersangkutan dapat dituntut secara pidana
berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat (1) UUDI yang ancaman hukuman
penjara 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (Tiga ratus
juta rupiah).
2. Melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, yaitu dengan
sengaja menghapus hak pendesain untuk tetap dicantumkan namanya dalam
sertifikasi desan industri, daftar umum desain industri dan berita resmi desain
industri. Bila melanggar ketentuan ini, yang bersangkutan dapat dituntut
secara pidana berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat (1) UUDI yang ancaman
hukumanya hanya 1 tahun dan/atau denda Rp.45.000.000,00 (Empat puluh
lima juta rupiah)
3. Melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 yaitu dengan
sengaja membocorkan kerahasian permohonan pendaftaran desain industri.
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat (1) UUDI yang ancaman hukumnya
hanya 1 tahun dan/atau denda Rp.45.000.000,00 (Empat puluh lima juta
rupiah).
4. Melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32, yaitu dengan
sengaja menghilangkan hak pendesain untuk mencantumkan nama dan
identitas, baik dalam sertifikat Desain Industri, berita resmi Desain Industri
maupun Daftar Desain Industri. Memperoleh atau menguasai rahasia dagang
dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-udangan yang
berlaku.
Ancaman hukuman pidana yang diberikan juga bersifat kumulatif dan
alternatif sekaligus, dalam artian hakim dapat menjatuhkan hukuman secara
kumulatif atau hanya memilih salah satu diantara sanksi pidana penjara atau
denda. Diteliti dari kesalahan pelaku, pada umumnya dilakukan dengan sengaja
dan/atau tanpa hak dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama 1 tahun
atau 4 tahun dan dengan sendirinya pelakunya tidak dapat dikenai tahanan pula.
Selama itu, rumusan ancaman hukuman pidananya pun secara maksimal, terbukti
dari kata-kata :……….”Pidana penjara paling lama …..dan/atau denda paling
banyak ………”.
Ancaman Sanksi Hukuman Tindak Pidana Pelanggaran Desain Industri (Menurut UUDI)
Penjara Denda
1 54 4 Tahun Rp.300.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja dan tanpa
melakukan perbuatan sebagaian
dimaksud dalam pasal 9
2 54 (2) 1 Tahun Rp. 45.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja
melakukan ketentuan pasal 8
3 54 (2) 1 Tahun Rp. 45.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja
melakukan ketentuan pasal 23
4 54 (2) 1 Tahun Rp. 45.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja
melakukan ketentuan pasal 32
Sama halnya tindak pidana di bidang paten dan merek serta rahasia dagang dan
berbeda dengan tindak pidana di bidang hak cipta, tindak pidana di bidang desain
industri juga merupakan delik aduan, bukan delik biasa seperti tindak pidana di
bidang hak cipta. Pasl 54 ayat (3) UUDI menegaskan bahwa tindak pidana di
bidang desain industri juga lebih bersifat hubungan kerperdataan. Ini berarti
tindak pidana di bidang desain industri sebagaimana diatur dalam pasal 54 ayat
(1) dan ayat (2) UUDI, tidak dapat dituntut, kecuali sebelumnya ada pengaduan
dari pemegang hak atas desain industri atau penerima lisensi hak atas desain
industri yang dilingungi.
Untuk menentukan telah terjadi suatu tindak pidana di bidang desain
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
merek, dan rahasia dagang, penyidikan tindak pidana di bidang desain industri
selain dilakukan oleh penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga
dapat dilakukan penyidik pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu, yang memiliki
kewanangan tertentu pula. Hal ini sesuai dengan KUHAP, yang memungkinkan
penyidikan tindak pidana tidak hanya dilakukan oleh Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, tetapi juga dapat dilakukan oleh penyidik Pegawai
Negeri Sipil tertentu. Namun, dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil tertentu tersebut berada di bawah koordinasi dan
pengawasan Penyidik Pejabat Polidi Negara Republik Indonesia.
Ketentuan Penyidikan tindak pidana di bidang desain industri tersebut
diatur dalam Pasal 53 UUDI berbunyi :
1. Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesai, penyidik pejabat
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan
intelektual di beri wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud
dalam undang – undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana,
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Desain Indus
2. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwewenang:
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana desain industri
b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang diduga telah melakukan
peristiwa tindak pidana di bidang desain industri
d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan pencatatan dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang desain industri
e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang
bukti, pembukuan, pencatatan dan dokumen lain
f. Melakukan penyitaan terhadap bahan dan/ atau barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang design
industri dan/ atau
g. Meminta bantuan ahlli dalam pelaksanaan tugas penyidikan dalam tindak
pidana dibidang design industri
3. Penyidik pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud
memberitahukan dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya
kepada penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
4. Dalam hal penyidikan sudah selesai, penyidik Pejabat Pegawain Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikannya
kepada Penuntut Umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia dengan mengingat ketentuan pasal 107 Undang-undang Nomor 8
tahun 1981 tentang hukum acara pidana.
Dengan demikian, bunyi Pasal 53 ini kewenangan Penyidik Pejabat
Pegawai negeri sipil tertentu di bidang HaKI terbatas, artinya kewenangan yang
dimiliki Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tidak semuanya
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
dilakukan dengan bantuan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
Karena itu, sudah seharusnya Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,
baik diminta maupun tidak diminta sudah sewajarnya jika memberi petunjuk dan
bantuan penyidikkan kepada Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
bidang HaKI yang sedang melakukan penyidikan tindak pidana dibidang design
industri. Petunjuk adalah hal-hal yang berkaitan dengan teknik dan taktik
penyidikan, sedangkan bantuan penyidikan dapat berupa penangkapan, penahanan
dan pemeriksaan laboratorium. Agar tidak terjadi miskomunikasi, sebelum
melaksanakan tugasnya mengadakan penyidikan, Penyidik Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu dibidang HaKI tersebut berkewajiban memberitahukannya
dimulainya penyidikan dan melaporkan hasilnya kepada penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia. Baru setelah penyidikannya dinyatakan sudah selesai.
Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di bidang HaKI menyampaikan
hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia.
BAB IV
TINJAUAN MENGENAI EKSISTENSI
DESAIN INDUSTRI NO.31 TAHUN 2000 SEBAGAI
Teknologi informasi dan transportasi, berkembang cukup pesat dewasa ini.
Bisa dibayangkan, hampir sepanjang hari bersinggung dengan yang namanya
teknologi. Mulai dari televisi, komputer sampai internet. Untuk dapat
mengimbanginya, percepatan di segala bidang, baik sosial ekonomi maupun
budaya menjadi suatu tuntutan yang mau tidak mau harus dipenuhi dengan segera.
Tak pelak, perkembangan inipun terus menjadikan sektor perdagangan maju
pesat, sayangnya hal ini justru dapat memunculkan dampak negatif bagi dunia
usaha. Semakin ketatnya persaingan, membuat pelaku usaha siap melakukan
segala cara demi untuk mendongkrak dan memajukan usahanya. Hal ini pula yang
dapat menjadi pemicu terjadinya persaingan tidak sehat dikalangan pelaku bisnis
dewasa ini. Agar dapat menghindari praktek tidak sehat seperti itu sangat
diperlukan suatu aturan khusus yang mampu mengatasi suatu persoalan yang
mungkin akan timbul.
Bertitik tolak pada latar belakang tersebut, pemerintah RI telah
meratifikasi beberapa konvensi internasional dibidang hak kekayaan intelektual
(HaKI) yang notabene merupakan bagian yang terpisahkan dalam dunia
perdagangan. Agreement Establishing The World Trade Organization serta
Agreement On Trade Related Aspects Of Intelektual Property Right (TRIPS)
merupakan salah satu contoh konvensi yang telah diratifikasi pemerintah RI.
Dengan diratifikasinya konvensi internasional tersebut, Pemerintah
berusaha untuk memberikan proteksi atau perlindungan bagi setiap karya yang
Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor
hanya diberikan pada karya yang memiliki ciri khusus (khas), memiliki nilai seni
(estetika) dan memiliki nilai ekonomis (dapat dikomersilkan).
Ketentuan mengenai desain industri tercantum dalam Part II, Section 4
TRIPS Agreement yaitu: tentang Standards Concerning The Avability, Scope And
Use The Intelektual Property Right yang terdiri atas pasal 25 dan pasal 26. kedua
pasal itu pada pokoknya mencantumkan tentang:32
1. Desain industri yang dapat dilindungi adalah desain industri yang baru (New)
atas original (orgina);
2. Hak desain industri yang mencakup membuat, menjual atau mengimpor dan
termasuk juga mencegah pihak lain yang melakukan hal itu tanpa izin
pemegang hak, dan
3. Jangka waktu perlindungan minimal 10 (sepuluh) tahun
Meski begitu, perlindungan atas hak kekayaan intelektual ini tidak muncul
begitu saja. Agar suatu karya memperoleh perlindungan hu
Lain halnya jika karya
kum, harus didaftarkan
terlebih dahulu. Pendaftaran, pemohon dianggap sebagai pemegang hak yang
memiliki kewenangan untuk mengeksploitasi atau mengambil nilai ekonomis dari
karya yang bersangkutan.33
32)
Ita Gambiro, Desain Produk Indonesia, CV Gramada Offset, Jakarta, 1992, Hal 14
33)
Undang- Undang No.31 Tahun 2000 Pasal 9 Ayat 1
– karya tersebut tidak didaftarkan kemungkinan