BADMINTON TRAINING CENTRE
(HIGH TECH)
LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER A TAHUN AJARAN 2008/2009
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh:
HELMY FUAD
03 0406 058
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
BADMINTON TRAINING CENTRE
(HIGH TECH)
LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER A TAHUN AJARAN 2008/2009
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh:
HELMY FUAD
03 0406 058
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
LEMBAR PENGESAHAN
BADMINTON TRAINING CENTRE
(HIGH TECH)
DISUSUN OLEH :
HELMY FUAD
03 0406 058
Medan, Maret 2009
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
IR SRI GUNANA MT. YULESTA PUTRA ST, MT
Koordinator TGA – 490
(NIP : 132 206 820)
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR
( SHP2A )
Nama : Helmy Fuad
NIM : 03 0406 058
Judul Proyek Akhir : Badminton Training Centre
Tema Proyek Akhir : Expressionist
Rekapitulasi Nilai:
Nilai Akhir A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat dan ridha
yang selalu dilimpahkanNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas
Akhir saya dengan baik. Kemudian salawat serta salam saya haturkan kepada
junjungan besar Nabi Muhammmad SAW karena berkat beliau lah kita berada di alam
terang benderang ini
Saya menyadari masih banyak kekurangan yang saya lakukan dalam penyelesaian
skripsi ini, namun saya tetap bersyukur jika skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang
yang membacanya.
Banyak hal yang dirasakan setelah satu semester melalui proses Tugas Akhir ini, dan
saya tidak melaluinya sendiri, karena ALLAH SWT menyediakan orang-orang yang
mendukung saya untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir saya ini. Karena itu saya
mengucapkan terimakasih saya kepada :
• Keluarga besar Almarhum Hasroel Noer beserta kedua abang saya dan ketiga kakak saya yang telah membesarkan saya dan juga selalu memberikan support
dan dukungan baik materiel maupun spiritual. Juga kepada
keponakan-keponakan saya yang selalu memberikan keceriaan dirumah.
• Dan tak luupa pula kepada Syarifah Laila Khasmi yang selalu memberikan nasehat dan semangat yang menggebu-gebu dan selalu mendoakan anaknya
sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
• Keluarga besar Wahab Abdul Gani yang sudah bersedia memberikan waktu dan tempatnya kepada saya sehingga saya dapat berada di tempat seperti ini
• Ibu Ir. Sri Gunana, MT sebagai Dosen Pembimbing I atas segala bimbingan,
semangat, dukungan,waktu juga buat setiap masukan dan apresiasi yang
diberikan kepada saya sehingga saya lebih bersemangat dalam mengerjakan
Tugas Akhir saya ini.
• Bapak Yulesta Putra, ST, MSc sebagai Dosen Pembimbing II atas segala
dukungan, waktu, saran dan masukan yang sangat berarti buat saya dalam
• Ibu Ir. Nurlisa Ginting, MT, Ibu Ir. Dwira N Aulia, MT dan Ibu Lisa Suryani, ST, MT sebagai Dosen Penguji saya atas segala saran dan masukan
dan dukungan dalam pengerjaan Tugas Akhir saya ini.
• Bapak Ir. Dwi Lindarto H, MT sebagai Ketua Jurusan Departemen
Arsitektur dan Koordinator Tugas Akhir.
• Para Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
• Sahabat-sahabat ajaibku Brell, Novira, Liak, Qiqi, Eka, Zumie, Dilot, Muti, kak Eno. Terimakasih buat support dan waktu yang telah kalian berikan ketika
aku membutuhkan kalian dan atas traktiran kalian semua hehe.
• Harianto Simanjuntak dan Andry P Tondang, yang selalu menemaniku dan memberikan semangat. Aku bersyukur telah diberikan kesempatan untuk
menjadi sahabat dihati kalian berdua, meskipun dalam segala keterbatasan
yang ada diantara kita.
• Teman-teman satu kelompok sidang Tugas Akhir (Adam, Ruth, Rivanti, Ostovia, Kartika), terimakasih buat kebersamaan, semangat serta suasana
Tugas Akhir yang menyenangkan dalam kelompok kita.
• Teman-teman peserta Tugas Akhir angkatan XXVI Semester A
T.A.2008/2009, buat suasana studio Tugas Akhir yang menyenangkan,
menegangkan dlsb semuanya meninggalkan kesan yang tak terlupakan.
• Teman-teman anarkotig, buat Panal, Bangun, Yono, Aol, Brajat, Gaga, Togap, Deek Emm, Maghel, Cimek, Tungken, Adhit, Ompiung, Medot, Nyonyong,
Via kecik, Nopa, Una, Vicka, dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, terimakasih untuk segala bantuan dan dukungan yang diberikan,
juga buat Surya yang telah membantu dalam pengerjaan maket saya.
• Adik-adikku tersayang, buat Deny, Suria. Thanks atas supportnya dan bantuannya selama Tugas akhir ini dan juga buat Dewi yang selalu siap
mengabari kedatangan buk nana. Thanks for All
• Teman-teman alumni Smunlie angkatan 03 juga makasih atas kebersamaan waktunya diantara kita semua.
• Buat teman-teman di KISS FM juga thx atas diizinkannya aku menjadi bagian pada diri kalian selama beberapa tahun terakhir ini terutama pada bang Anca,
• Buat semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua dukungannya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya
khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur.
Medan, Maret 2009
Penulis,
(Helmy Fuad)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………...………...i
Daftar Isi………...………...ii
Daftar Gambar………..……...iii
BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...1
1.2. Maksud dan Tujuan……….…...3
1.2.1 Maksud perancangan ...……….…....3
1.2.2 Tujuan perancangan ...………...4
1.3. Permasalahan perancangan...………....…4
1.4 Pendekatan...………...5
1.5. Lingkup Batasan Proyek………...5
1.6 Kerangka berfikir ...6
1.7. Sistematika laporan………....……….….…..7
BAB. II. DESKRIPSI PROYEK 2.1. Terminologi Judul...………...8
2.2. Tinjauan Kasus Proyek………...8
2.2.1. Gedung Bulutangkis...………... ..8
2.2.2. Sejarah Bulutangkis ...………...….….. 9
2.2.3. Bulutangkis di Indonesia...………….…….…..11
2.3. Tinjauan Kelayakan Proyek...…...…………...12
2.3.1. Kelayakan Funsional...………...12
2.3.2. Kelayakan proyek..……...………...13
2.3.3. Kelayakan lokasi..………...………...14
2.4. Lokasi………...15
2.4.1. Kriteria pemilihan lokasi...15
2.4.2. Analisa pemilihan lokasi...18
2.4.4. Deskripsi kondisi lokasi...24
2.4.5. Lokasi proyek terhadap Kota Medan...25
2.5. Tinjauan fungsi...25
2.5.1. Deskripsi pelaku dan kegiatan...25
2.5.2. Deskripsi kebutuhan ruang………...……….26
2.5.3 Kebutuhan Ruang...30
2.5.4. Deskripsi persyaratan lapangan futsal dan tribun……….37
2.6. Studi banding proyek sejenis...44
2.6.1 Saitama Super Arena...44
2.6.2 Cez Arena...48
2.6.3 Staples Centre...50
BAB. III. ELABORASI TEMA 3.1. Arsitektur High Tech ...………...52
3.1.1 Tinjauan Khusus ………...52
3.2. Interprestasi tema ...60
3.3. Studi banding tema sajenis...61
3.3.1. Warehouse and distribution center ...61
3.3.2 The great court of british museum ...62
3.3.3. Commerzbank tower ...63
BAB.IV. ANALISA PERANCANGAN 4.1. Analisis Fisik / Tapak...………...67
4.1.1. Analisa Lokasi...67
4.1.2. Analisa Tata Guna Lahan...69
4.1.3. Intensitas Pembangunan...70
4.1.4. Analisa Sirkulasi...72
4.1.4.1.Analisa Sirkulasi Kendaraan...72
4.1.4.2. Sirkulasi Pejalan Kaki...75
4.1.5. Analisa Pencapaian...76
4.1.6. Analisa Vegetasi...77
4.1.8. Analisa Kebisingan dan Polusi Udara...80
4.1.9. Analisa Utilitas...81
4.1.9.1. Pola-pola Penerangan...81
4.1.9.2. Jalur Utilitas...82
4.1.10.Analisa View...83
4.1.10.1. View dari Luar ke Dalam...83
4.1.10.2. View dari Dalam ke Luar...84
4.2. Analisis Non Fisik / Fungsional...………...86
4.2.1. Pelaku dan Aktifitas...86
4.2.2. Program Ruang...94
BAB. V. KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Tapak...104
5.1.1. Zooning dan Tata Ruang Luar...104
5.1.2. Konsep Pencapaian dan Sirkulasi...105
5.1.3. Konsep Parkir...108
5.2. Konsep Perancangan Bangunan...109
5.2.1 Zoning Ruang Dalam...109
5.3. Konsep Massa Bangunan...112
5.4. Konsep Perancangan Utilitas...113
BAB.VI. HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Gambar...115
6.2. Foto Maket...128
DAFTAR GAMBAR
BAB I
Gambar 1.1. Kerangka Berfikir ...6
BAB II Gambar 2.1 Alternatif Lokasi 1...18
Gambar 2.2 Alternatif Lokasi 2...18
Gambar 2.3 Alternatif Lokasi 3...19
Gambar 2.4. Alternatif Lokasi 4...19
Gambar 2.5. Lapangan Bulutangkis...38
Gambar 2.6. Net...39
Gambar 2.7. Shuttlecock...40
Gambar 2.8. PB DJARUM...44
Gambar 2.9. Pelatihan PB Djarum...45
Gambar 2.10. Pendidikan PB Djarum...46
Gambar 2.11. Lee Badminton Training Centre………...……….………48
Gambar 2.12. Interior untuk Indoor Lee Badminton Training Centre...49
BAB III Gambar 3.1. Bangunan dengan finishing kaca transparan...58
Gambar 3.2. Ekspos detail struktur bangunan...58
Gambar 3.3 Interior Llyoid’s Building mengekspos jalur sirkulasi...59
Gambar 3.4. Millenium Dome menggunakan warna oranye cerah pada struktur..59
Gambar 3.5. Penggunaan kabel ringan sebagai struktur...59
Gambar 3.6. Penggunaan sistem struktur lama dengan desain baru menampilkan kesan scientific...60
Gambar 3.7. Site Plan Warehouse and Distribution Center for Renault...61
Gambar 3.8. Interior Warehouse and Distribution Center for Renault...61
Gambar 3.9. Sistem struktur Warehouse and Distribution Center for Renault...62
Gambar 3.10. Eksterior Warehouse and distribution Center for renault ...62
Gambar 3.12. British museum...63
Gambar 3.13. Tampak atas Great court ...63
Gambar 3.14. Prinsip ekologi pada great court ...63
Gambar 3.15. Commerzbank tower ………...64
Gambar 3.16. Denah Commerzbank tower ………...64
Gambar 3.17. Taman pada Commerzbank tower...64
Gambar 3.18. Sirkulasi udara pada Commerzbank tower ………...64
Gambar 3.19. Interior bangunan……….…..65
Gambar 3.20. Potongan bangunan………...65
BAB IV Gambar 4.1. Key Plan dan Lokasi Proyek...67
Gambar 4.2. Peta Lokasi Proyek...68
Gambar 4.3. Peta land use...69
Gambar 4.4. Peta intensitas pembangunan...70
Gambar 4.5. Analisa sirkulasi kenderaan...73
Gambar 4.6. Analisa sirkulasi kenderaan...73
Gambar 4.7. Analisa sirkulasi pejalan kaki...75
Gambar 4.8. Analisa Pencapaian...76
Gambar 4.9. Analisa Vegetasi...77
Gambar 4.10. Analisa Matahari...78
Gambar 4.11. Analisa Matahari ...79
Gambar 4.12. Analisa kebisingan dan polusi udara...80
Gambar 4.13. Pola Penerangan...81
Gambar 4.14. Jalur Utilitas...82
Gambar 4.15. Analisa View dari Luar ke Dalam...83
Gambar 4.16. Analisa View dari Dalam ke Luar...85
Gambar 4.17. Skema Aktifitas Pengelola...88
Gambar 4.18. Skema Aktifitas Pengunjung dan Pengelola...88
Gambar 4.19. Skema Aktifitas Servis...88
Gambar 4.20. Skema Organisasi Ruang Pemain, Ofisial, Wasit...89
Gambar 4.22. Skema Sirkulasi Masuk Pengunjung...90
Gambar 4.23. Skema Organisasi Ruang VIP...90
Gambar 4.24. Skema Organisasi Ruang Restoran...90
Gambar 4.25. Skema Organisasi Ruang Pertemuan...91
Gambar 4.26. Skema Organisasi Ruang Kebugaran...91
Gambar 4.27. Skema Organisasi Ruang Retail...91
Gambar 4.28. Skema Organisasi Ruang Pengelola...92
BAB V Gambar 5.1. Konsep Zoning Ruang Luar...104
Gambar 5.2. Sirkulasi Pejalan Kaki...105
Gambar 5.3. Sirkulasi Kendaraan Pemain, Offisial Tim dan Wartawan...106
Gambar 5.4. Sirkulasi Kendaraan Bermotor...107
Gambar 5.5. Konsep Parkir...108
Gambar 5.6. Konsep Zoning Ruang Dalam lt.1...109
Gambar 5.7. Konsep Zoning Ruang Dalam lt.2...110
Gambar 5.8. Konsep Zoning Ruang Dalam lt.3...111
Gambar 5.9. Konsep Massa Bangunan...112
Gambar 5.10. Skema Perancangan Utilitas...113
Gambar 5.11. Skema Sistem Pengelolaan Limbah...113
Gambar 5.12. Skema Sistem Penanggulangan Kebakaran...114
Gambar 5.13. Skema Sistem Pendingin Ruangan...114
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan
kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis
manusia guna mengembangkan ketahanan yang bersifat menyeluruh, pembentukan
ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, ketrampilan berfikir, pembentukan prestasi,
penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai moral dan estetika.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 olahraga terbagi atas :
- Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang
dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan
untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, ketrampilan, kesehatan, dan
kebugaran jasmani.
- Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran,
dan kegembiraan.
- Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan.
- Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.
- Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas
kemahiran berolahraga.
Berbicara mengenai olahraga Berprestasi, cabang olahraga yang dapat membuat
harum nama bangsa Indonesia adalah cabang olahraga Bulutangkis. Di Indonesia,
cabang Olahraga bulutangkis merupakan suatu olahraga rakyat yang sangat digemari
oleh berbagai macam usia. Sampai dengan saat ini, perkembangan olahraga
Bulutangkis sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Walaupun pusat kekuatan
Bulutangkis terpusat di Pulau Jawa, akan tetapi ada beberapa atlet yang berasal dari
luar pulau Jawa yang berlatih di Pelatnas cipayung dan membawa harum nama bangsa
Indonesia. Salah satunya adalah atlet yang berasal dari Sumatera utara yang mengikuti
kejuaran dunia yakni Millicent yang memperkuat Indonesia di kelompok umur 16
tahun
Di Medan, perserikatan bulutangkis didirikan dalam rapat pengurus klub pada
tanggal 27 Februari 1951 dengan nama Ikatan Persatuan Olahraga Bulutangkis
(IPOB) yang diketuai M Nurdin Datuk Besar, dengan sekretaris Amirsjam Pulungan
dan Tengku Lutfi. Salah satu keputusan organisasi ini adalah mengadakan kompetisi,
yang secara simbolis ditandai dengan pertandingan eksibisi pada tanggal 11 Maret
1951 di lapangan Balai Prajurit yang diikuti oleh pemain dari 28 perkumpulan
termasuk luar kota Medan seperti Besitang dan Pangkalan Brandan. Pemain-pemain
kenamaan seperti juara tak terkalahkan Impun, Amir Ketjik, dan Tan, Yap juga ikut
serta. IPOB inilah yang mengirimkan pemainnya ke Bandung, dan setelah resmi PBSI
berdiri berubah nama menjadi PBSI Cabang Medan (Sumatra Timur).
Perkembangan bulutangkis di sumatera utara terutama di medan berjalan dengan
baik. Sejak zaman Hindia Belanda perkembangan cabang olahraga bulutangkis cukup
baik di Medan. Pada perayaan PON ke 3 Oei nan nio dan Rosnida nasution/Oei nan
nio mendapatkan medali perak dari cabang tunggal puteri dan ganda puteri. Pada Pon
ke 4 di Makassar Oei Lian Nio dan Oie Lian Nio/rosnida mendapatkan medali emas
di cabang ganda puteri dan tunggal puteri. Pada Pon ke 5 di bandung Rosnida/bangun
Siregar mendapatkan medali perak di cabang ganda campuran.
Pada akhir tahun 1991 kota Medan memiliki Gedung Olahraga Bulutangkis PBSI
yang dibangun diatas tanah seluas 2.327 m2 yang memuat 1500 orang dengan
meresmikan pembukaan Pusdiklat Sepha Smith Medan pada tanggal 5 agustus 1991
yang terdiri dari 18 atlit junior yang berlokasi di GOR Kodam 1 Bukit Barisan di jalan
Gaperta Medan dengan Bapak angkat perusahaan PT.Mandala Sepha Smith. Hasil
terakhir yakni pada PON terakhir di KALTIM atlit sumut berhasil mendapatkan
medali perunggu di tangan Indra Bagas yang mengalahkan Ari yuli dari DKI
JAKARTA. Hal ini dapat memperlihatkan bahwa di Sumatera terdapat salah satu
gudang atlet bulutangkis baru setelah era atlet legendaris bulutangkis Sumatera Utara
yakni Impun nasution, Oei Lian Nio, serta pemerhati bulutangkis setia HM Soedjadi
telah berakhir.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.03 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan nasional disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan
prasarana olahraga. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi atlet
– atlet Bulutangkis yang terdapat di Indonesia pada umumnya dan Medan pada
khususnya diperlukan suatu bangunan yang berfungsi sebagai pusat pelatihan
Bulutangkis baru mengingat kondisi terakhir bangunan yang menjadi Gedung
Olahraga Bulutangkis itu atapnya sudah bocor dan butuh tempat pelatihan yang baru
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1 Maksud Perancangan
Maksud dari perancangan Badminton Training Centre ini adalah:
- merancang fasilitas publik yang dapat mewadahi pertunjukan olahraga
bulutangkis dan kegiatan apresiasi.
- Menciptakan fasilitas yang saling mendukung sebagai Badminton Training
Centre, yaitu asrama atlet, fasilitas komersial seperti Minimarket, ritel, dll,
serta fasilitas penunjang.
- Menciptakan suatu gubahan ruang yang tidak hanya mendukung
optimalisasi fungsi-fungsi dalamnya, tetapi menarik juga dari segi estetis,
serta mampu memenuhi persyaratan teknis
- Mampu menghasilkan atlet-atlet bulutangkis berbakat yang akan
membantu Sumatera Utara untuk meraih hasil maksimal pada kejuaraan
1.2.2 Tujuan Perancangan
- memberikan image baru bagi kota dengan aktivitas kegiatan olahraga
bulutangkis.
- Menjadikan kawasan tersebut sebagai suatu pusat komunitas dan rekreasi
dimana masyarakat penggemar bulutangkis dapat saling bersosialisasi dan
berinteraksi.
- Menciptakan suatu karya bangunan arsitek yang mampu menjawab
tantangan perkembangan dan persaingan dengan negara lain dalam bidang
olahraga umumnya dan bulutangkis khususnya
- Menyediakan tempat tinggal yang nyaman berupa wisma bagi atlet dan
pelatih khususnya yang berasal dari kota Medan dan sekitarnya
1.3 PERMASALAHAN PERANCANGAN
- Bagaimana agar citra bangunan Badminton Training Centre ini bentuk dan
penampilannya dapat menarik minat anak-anak muda untuk masuk ke
dalam bangunan tersebut dan dapat mencerminkan kegiatan di dalamnya.
- Bagaimana memanfaatkan lahan yang ada untuk seluruh bangunan serta
fasilitas-fasilitas yang direncanakan.
- Bagaimana agar keberadaan bangunan tersebut dapat memberikan
sumbangan terhadap urban design.
- Bagaimana mendesain sebuah Badminton Training Centre yang memenuhi
standart Internasional baik dari segi kualitas bangunan dan fasilitasnya dan
menjadi suatu wadah yang dapat memfasilitasi semua kebutuhan
penggunanya
- Bagaimana mendesain Badminton Training Centre yang didalamnya
memiliki sirkulasi udara yang baik namun tidak boleh sampai mengganggu
lajunya shuttelcock karena pertandingan Bulutangkis menuntut kecepatan
angin yang stabil dan rendah
- Bagaimana mendesain Badminton Training Centre yang memiliki sistem
pencahayaan yang baik dari segi warna, terang dan penempatan lampu
1.4 PENDEKATAN
Pendekatan yang dilakukan selama proses pengembangan konsep perencanaan
dan perancangan adalah :
Studi pustaka dan studi literature yang berkaitan dengan kasus maupun judul yang diangkat dalam proyek ini.
Studi banding terhadap proyek-proyek sejenis yang dapat memberikan poin-poin permasalahan yang harus dipecahkan maupun kelebihan dari
proyek sejenis yang dapat menjadi masukan dalam perancangan.
Studi lapangan mencakup survey dan wawancara dengan instansi yang terkait sehubungan dengan kasus proyek.
Pendekatan perancangan yang akan dipakai pada Badminton Training Centre adalah metode pendekatan metafora intangible, yaitu suatu usaha
pendekatan yang diambil dari suatu / beberapa kata yang masih abstrak
untuk diterapkan ke dalam desain bangunan menggunakan bahasa desain.
Dalam kasus ini yang menjadi kata kunci adalah power, endurance dan
speed
1.5 LINGKUP BATASAN PROYEK
Lingkup batasan proyek ini adalah pembahasan yang berkaitan dengan desain
dan perancangan sebuah Pelatihan Bulutangkis yang dapat memfasilitasi berbagai
macam kegiatan olahraga bulutangkis yang sesuai dengan standard nasional maupun
internasional tanpa menutup kemungkinan dilaksanakannya olahraga lain seperti
basket,voli dan olahraga dalam ruangan lainnya
Fasilitas pendukung lain juga dimasukkan kedalam fungsi tambahan dari
pelatihan bulutangkis ini sebagai prospek yang merupakan isu yang berkembang pada
saat ini berupa fasilitas hiburan, asrama atlet dan pelatih serta rekreasi. Penggabungan
berbagai fungsi ini dimaksudkan dapat menjadi alternative hiburan bagi masyarakat
selain sebagai sumber bisnis baru baik bagi manajemen terkait maupun pemerintah
1.6 KERANGKA BERPIKIR
1.7 SISTEMATIKA LAPORAN
Judul : Badminton Training centre Tema : Arsitektur High Tech
Sasaran Maksud dan Tujuan
Latar Belakang Judul Latar Belakang Tema
Identifikasi Masalah
Pendekatan Desain Pendekatan Desain
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan,
pendekatan, lingkup dan batasan, dan sistematika laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisi tentang tinjauan tentang Terminologi Judul, Tinjauan kasus
proyek, Tinjauan Kelayakan Proyek, Lokasi, Tinjauan Fungsi
BAB III ELABORASI TEMA
Berisi tentang kajian mengenai pengertian, interprestasi tema,
keterkaitan Tema dengan Judul, studi Banding arsitektur yang
mempunyai tema sejenis
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Berisi tentang kajian analisis terhadap kondisi tapak dan lingkungan,
analisis fungsional, Analisis Teknologi, Analisis dan penerapan Tema,
dan kesimpulan.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi tentang konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema
lingkungan kajian
BAB VI HASIL RANCANGAN
Berisi gambar site plan, ground plan, denah, tampak, potongan,
rencana-rencana, detail, perspektif dan foto maket.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses
BAB II
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. TERMINOLOGI JUDUL
Judul proyek yang direncanakan adalah “Badminton Training Centre”.
Pengertian kata demi kata dari judul proyek :
Badminton : Permainan yang dimainkan dengan menggunakan raket dan
kok yang dipukul melampaui jaring di tengah lapangan ”(Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan 1990)
Training : Pelatihan.
Centre : Pusat
Badminton Trainning Centre di Medan ini merupakan sebuah sarana untuk
bermain bulutangkis dan untuk membentuk atlet-atlet handal yang nantinya akan
berguna yang dimana pada dekade ini perkembangannya sangat cepat. Menanggapi
hal ini maka sangat dibutuhkan sebuah pelatihan bulutangkis dengan standard
international yang dilengkapi dengan fasilitas lainnya yang telah ada yang bergerak di
bidang pelayanan atau jasa. Gedung ini juga menggunakan standart yang telah diakui
oleh BWF (Batminton World federation)
TINJAUAN KASUS PROYEK
2.2.1 Gedung Bulutangkis
Pada umumnya merupakan sebuah bangunan dengan sekelilingnya terdapat
bangku penonton. Gedung bulutangkis sering juga disebut sebagai gelanggang
olahraga atau arena. Gedung yang telah ada pada saat ini berupa gedung tertutup.
Desain gedung bulutangkis pada masa sekarang tidak hanya dirancang khusus untuk
tempat olahraga saja tetapi sudah memiliki banyak fungsi seperti penambahan fasilitas
lain seperti pusat perbelanjaan, restoran bahkan tempat penginapan seperti beberapa
2.2.2 Sejarah Bulutangkis
Nenek moyang terdininya oalhraga Bulutangkis ini diperkirakan ialah sebuah
permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket.
Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk
menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan
tangan. Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut
Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan
memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok
tetap di udara dan mencegahnya dari menyentuh tanah. Ini cukup populer untuk
menjadi nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Pinch
mempublikasikan kartun untuk ini.
Penduduk Inggris membawa permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina, dan
Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan
segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka. Olah raga
kompetitif bulutangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada
abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring/net dan memainkannya secara
bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan
tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.
Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini
mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac
Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new
game" ("Battledore Bulutangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan
tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estate di
Gloucestershire, Inggris. Rencengan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub
Badminton Bath pada 1877. Asosiasi Bulutangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan
kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan
kejuaraan All England Bulutangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia,
terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olah raga
Badminton pun dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru negara itu. Tahun
1930-an permain1930-an itu makin terkenal deng1930-an kepul1930-ang1930-an pelajar-pelajar y1930-ang menuntut
ilmu di Inggris. Tahun 1937 mereka sudah mengadakan Kejuaraan Terbuka Malaya
dan tahun itu juga mereka bergabung dengan IBF. Ketika kejuaraan beregu Piala
Thomas pertama kali diselenggarakan tahun 1948 Malayalah yang pertama
merebutnya. Pemain Malaya yang pertama menjadi juara di All England adalah Wong
Peng Soon pada tahun 1950.
Piala Thomas sendiri adalah sumbangan Sir George Thomas pada tahun 1939 setelah
IBF menyepakati adanya sebuah kompetisi beregu putra. Sayangnya Perang Dunia II
menghalangi pelaksanaan kejuaraan itu dan baru bisa berlangsung tahun 1948. Pada
final di Queen's Hall di Preston tiga peserta bertarung: Denmark yang juara zona
Eropa (menundukkan Inggris 8-1), Amerika Serikat yang juara zona Amerika
(mengalahkan Kanada 8-1). Dan Malaya yang langsung ke final mewakili zona
Pasifik mengalahkan AS 6-3 dan bertemu Denmark di final. Malaya menang 8-1.
Mulailah dominasi Asia di cabang olahraga ini. Dalam sejarahnya yang sudah 22 kali
dilangsungkan, tak sekali pun negara di luar Asia yang merebut Piala Thomas.
Indonesia menjadi perebut terbanyak yaitu 13 kali diikuti Malaya/Malaysia lima kali
dan Cina enam kali.
Ini berbeda dengan yang terjadi di kejuaraan beregu putri Piala Uber. Pada kompetisi
untuk berebut piala dari Betty Uber yang mulai dilaksanakan tahun 1956 ini, Amerika
Serikat menjadi juara tiga kali-tiga kali pertama kejuaraan itu. Selebihnya, 16 kali,
negara-negara Asialah yang meraihnya. Cina paling banyak dengan tujuh kali, Jepang
lima kali, dan Indonesia tiga kali.
Dalam percaturan di luar arena perlandingan, badan dunia bulutangkis sempat
terpecah menjadi dua, IBF dan World Badminton Federation (WBF). Ini terjadi pada
saat memuncaknya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Dalam
pertarungan organisasi bulutangkis dunia, Blok Timur yang dipelopori Republik
Rakyat Cina (RRC), membentuk WBF sebagai saingan IBF. Indonesia, meski berada
dengan Blok Timur. Indonesia bahkan aktif dalam usaha mempersatukan kembali
kedua organisasi itu. Tahun 1981 disepakati WBF melebur menjadi satu dengan IBF.
Persatuan inilah yang memungkinkan bulutangkis maju ketingkat yang lebih tinggi :
Olimpiade. Meski sempat menjadi olahraga eksibisi di olimpiade Muenchen tahun
1972 (Indonesia antara lain diwakili Rudy Hartono), tetapi baru tahun 1992 dijadikan
cabang resmi Olimpiade. Hasilnya: Di Olimpiade Barcelona itu Indonesia
mengantongi dua medali olimpiade. Inilah emas pertama Indonesia di arena akbar
olahraga sejak keikutsertaan di Olimpiade Helsinki tahun 1948.
Arena pertandingan tingkat dunia lain perlu mendapat catatan tersendiri. Kejuaraan
beregu campuran (putra-putri) yang mulai diselenggarakan tahun 1989 memakai nama
Bapak Bulutangkis Indonesia, Sudirman. Ketika pertama kali dipertandingkan di
Jakarta tahun 1989 itu, Indonesialah yang merebutnya. Sesudah itu Cina empat kali
membawanya pulang dan Korea tiga kali.
Untuk kejuaraan perseorangan, kejuaraan dunia IBF menyelenggarakan pertama kali
tahun 1977 dengan tuan rumah Swedia. Pada kejuaraan di Malmoe ini Indonesia
hanya merebut satu gelar yaitu ganda putra. Baru pada tahun 1980 ketika kejuaraan
berlangsung di Jakarta, Indonesia membuat catatan tersendiri: merebut seluruh lima
nomor yang dipertandingkan. Pada kejuaraan dunia tidak resmi All England,
Indonesia juga mencatatkan salah seorang pemainnya sebagai pemegang rekor, Rudy
Hartono merebut gelar delapan kali, dengan tujuh kali berturut-turut pada tahun 1968
sampai 1976. Ia gagal mencetak delapan kali berturut-turut tahun 1975 karena di final
kalah dari SvenPri dari Denmark.
2.2.3 Bulutangkis di Indonesia
Olahraga bulutangkis merupakan satu-satunya olahraga yang dapat
mengharumkan nama bangsa kita di berbagai event terutama di event terbesar
olahraga yakni Olimpiade. Dimulai oleh Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma dengan
medali emas pada olimpiade 1992 di Barcelona dan terakhir pada tahun 2008 di China
oleh ganda putra nomor 1 dunia markis kido dan hendra setiawan. Pada saat-saat
Bulutangkis akan tetapi mereka tidak memberi sumbangsih yang cukup berarti bagi
perkembangan bulutangkis itu sendiri.
Mereka hanya teringat pada masa jaya Bulutangkis kita pada era tahun 1980an
dimana olahraga bulutangkis begitu mendominasi di Indonesia dan banyak
lapangan-lapangan Bulutangkis terdapat di setiap daerah. Masih teringat beberapa bulan yang
lalu Ketua PBSI Sutiyoso mengeluhkan adanya kekurangan dana untuk mengirimkan
pemain pelatnas mengikuti turnamen di luar negeri sehingga hanya nama-nama itu
saja yang dikirim dan tidak salah apabila pada pergelaran Piala Thomas tahun 2008 di
Istora senayan kita kalah melawan Korea dengan skor telak 3-0 karena kita tidak
mempunyai stok pemain yang mencukupi akibat kekurangan dana dan ketidak
pedulian pemerintah
Pada saat-saat sekarang ini sangat susah menemukan para remaja dan
anak-anak untuk bermain bulutangkis. Hal ini diakibatkan berkurangnya lahan untuk
bermain bulutangkis dan pengelolaan klub-klub bulutangkis kebanyakan diserahkan
kepada pihak swasta sehingga pemerintah daerah tidak terlalu peduli dengan hal itu.
Mereka lebih memperhatikan olahraga Sepakbola yang notabene cabang Olahraga
tersebut prestasinya kurang menggembirakan akhir-akhir ini dan tidak membawa
nama harum bangsa Indonesia. MENPORA Adhiaksa Dault sempat mengatakan
bahwa generasi muda di Indonesia sangat bobrok karena mereka hanya mengenal
Mall dan permainan Play Station serta nongkrong di tempat makanan junk food.
Generasi Muda tidak mau banyak bergerak terutama berolahraga sehingga
perkembangan olahraga di Indonesia jauh menurun terutama pada cabang bulutangkis
dimana kita sudah tertinggal jauh dari CHINA dimana pada tahun 1990an CHINA
tidak ada apa-apanya apabila melawan Indonesia
2.3. TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK
2.3.1. Kelayakan fungsional
Perkembangan bulutangkis di kota Medan pada saat sekarang ini sudah kembali
marak terjadi. Hal ini terbukti dengan turnamen-turnamen maupun kegiatan
membuat peminat-peminat bulutangkis menjadi bertambah walaupun butuh usaha
berat untuk mengajak mereka mengikuti olahraga tersebut. Adapun turnamen yang
sering dilakukan ialah: Kejuaraan nasional PBSI, Kejuaraan Bulutangkis antar pelajar
SMP dan SMU se Sumatera Utara, Kejuaraan Bulutangkis perseorangan Daerah
sumatera Utara dan Liga Bulutangkis Indonesia.
Untuk mengakomodasi peminat bulutangkis tersebut, sangat menjanjikan untuk
membuat suatu bidang komersil di bidang olahraga ini. Belum adanya suatu bangunan
yang dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan diatas maka perlu
dirancang/direncanakan suatu bangunan yang nantinya dapat menampung bakat-bakat
masyarakat Sumatera Utara khususnya di bidang olahraga bulutangkis yang nantinya
dapat menciptakan atlet-atlet SUMUT khususnya Medan agar dapat menuai prestasi
di kancah nasional maupun internasional.
Kegiatan ataupun fasilitas yang terdapat pada Badminton Training Centre
tersebut yaitu berupa :
• Sebagai wadah atau tempat untuk melaksanakan turnamen-turnamen
bulutangkis di kota Medan, nasional, maupun internasional.
• Dapat menjadi tempat yang lebih baik/kondusif bagi klub-klub bulutangkis di Medan,
• Penyediaan fasilitas pendukung dan retail yang berkaitan dengan penjualan alat olahraga,.
• Sebagai tempat pusat pelatihan olahraga bulutangkis bagi atlet-atlet bulutangkis Sumatera Utara.
Pengelolaan Badminton Training Centre yang akan dirancang melibatkan
kerjasama dengan pihak swasta terutama dalam hal pembinaan atlit, termasuk
pencarian bibit-bibit atlit berbakat untuk dibina menjadi atlit bulutangkis nasional.
2.3.2. Kelayakan proyek
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia No.03 tahun 2005 tentang
sistem keolahragaan nasional disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan
prasarana olahraga. Hal tersebut merupakan dasar dalam perencanaan Badminton
Training Centre yang akan menampung kegiatan olahraga Bulutangkis. Dengan
memanfaatkan momentum tersebut maka perlu pembangunan sarana dan prasarana di
bidang olahraga Bulutangkis yang sangat berarti bagi masyarakat Kota Medan.
Ada beberapa hal yang memperkuat alasan untuk segera dibangun sebuah
Badminton Training centre di kota Medan adalah:
• Olahraga Bulutangkis merupakan olahraga prestasi bagi negara Indonesia sehingga setiap daerah yang menghasilkan atlet bulutangkis untuk pelatnas ke
cipayung harus melalui proses pembinaan dan pengembangan secara
terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan
dan teknologi keolahragaan
• Sudah dimulainnya Liga Bulutangkis Nasional yang dilakukan oleh PBSI secara rutin..
• Memajukan serta memasyarakatkan olahraga bulutangkis di Sumatera Utara dalam rangka menciptakan atlit-atlit profesional yang berprestasi di kancah
nasional maupun internasional.
• Semakin sempitnya lahan dan minimnya sarana olahraga di bidang
bulutangkis di perkotaan termasuk kota Medan.
2.3.3. Kelayakan lokasi
Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menempatkan
sebuah Badminton training Centre di Kota Medan. Dikarenakan Bangunan ini harus
dapat memberikan peran yang sangat penting bagi masyarakat Sumatera Utara. Hal
yang dijadikan pemilihan lokasi antara lain :
• Berada di daerah yang sesuai dengan peruntukan site dan strategis baik dalam pencapaian dan prasarana.
• Berada di kawasan perumahan, pusat pendidikan, rekreasi ataupun
perkantoran yang dapat menarik konsumen sebanyak mungkin.
• Dapat mengakomodasi kegiatan olahraga bulutangkis baik indoor maupun
• Memiliki luas tapak yang dapat dikembangkan kearah vertikal maupun horizontal.
Dengan adanya fasilitas Badminton Training Centre dikawasan tersebut,
diharapkan dapat mengembangkan aktifitas positif dan mendorong pertumbuhan
kawasan menjadi lebih baik.
2.4. Lokasi
2.4.1. Kriteria pemilihan lokasi
Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat
distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa
kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam
pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan
menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP),
dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor
atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu :
Tabel 2.2. Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan
WPP C
Kec. Medan timur,
Medan Perjuangan,
Medan Area, Medan
Denai, Medan
Kec. Medan Baru,
Medan Maimoon,
Medan Polonia,
Medan Kota, Medan
Johor
Pusat
Pengembangan :
di Inti Kota
Pusat bisnis (CBD),
Pusat Pemerintahan,
Perumahan, Hutan
Kota, Pusat Pendidikan
WPP E
Kec. Medan Barat,
Medan Petisah,
Lapangan Golf dan
Hutan Kota
Berikut merupakan kriteria pemilihan lokasi menurut RUTRK Kota Medan
a. Tinjauan terhadap Struktur Kota
b. Berdasarkan pembagian wilayah pembangunan kotamadya Medan menurut
RUTRK tahun 2005, kriteria untuk site adalah berada di WPP D dan E, yaitu
lokasi site berada di kawasan perumahan penduduk,pusat pendidikan dan rekreasi.
c. Pencapaian
Site harus dapat dicapai dengan mudah, baik bagi kendaraan maupun bagi pejalan
kaki. Site juga harus sudah memiliki jaringan jalan dengan kondisi yang baik,
cukup lebar, nyaman, dan dilalui oleh angkutan umum.
d. Area Pelayanan
Berdasarkan RUTRK tentang Konsep Pola Hierarki Fasilitas Pelayanan Kota
adalah antara 2-3 km. Adapun kriteria untuk area pelayanannya yaitu merupakan
e. Keadaan Lahan
Ukuran lahan harus mencukupi untuk program fungsional dan ruang
pengembangan masa mendatang. Biasanya dilakukan untuk mengantisipasi
perluasan klub latihan ( > 2 ha). Kondisi sebaiknya lahan kosong dan tidak
berkontur.
f. Jarak ke pusat kota
Fungsi bangunan adalah sebagai tempat pelatihan Bulutangkis maupun tempat
pertandingan Bulutangkis. Dengan keberadaaan bangunan ini maka akan
meningkatkan tingkat kepadatan kenderaan maupun pejalan kaki. Maka dari itu
lokasi di pinggiran kota yang memiliki tingkat kepadatan jalan yang tidak tinggi
cocok sebagai starat pemilihan lokasi.
g. Lingkungan
Berada pada lokasi yang strategis, representatif dan cocok untuk fungsi
pendukung skala kota. Lingkungan yang kondusif seperti keamanan dan
kenyamanan sangat mendukung kegiatan Badminton training Centre yang akan
dirancang. Manfaat yang didapat di lingkungan sekitar apabila Badminton
Training Centre dilokasi ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan dan
meningkatkan daya jual tanah di lingkungan sekitar bangunan. Sedangkan efek
yang didapat pada masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut adalah
menghadirkan sarana latihan dan hiburan bagi masyarakat untuk dapat turut
menyaksikan jalannya pertandingan olahraga Bulutangkis dan meningkatkan
2.4.2 Analisa pemilihan lokasi
a. Alternatif lokasi
• Lokasi A
Jln Karya Jasa, Kec. Medan Johor
• Lokasi B
Jln Gatot Subroto, Kec. Medan Helvetia
Gambar. Alternative lokasi 1 Sumber : data pribadi
• Lokasi C
Jln Jamin Ginting (simp. Selayang), Kec. Medan Tuntungan
Lokasi D
Jln Ngumban Surbakti, Kec. Medan Selayang
b. Penilaian terhadap alternative lokasi
. Alternative lokasi 4 Sumber: data Pribadi
Table 2.3. Kriteria pemilihan lokasi
No
Parameter Perincian unsur nilai Keterangan Keterangan Keterangan
1 Peruntukan
site
Sesuai dengan struktur
kota
Lokasi Dipingg iran
kota Medan
Diperbatasan
kota Medan
Di pusat
Kota
Kondisi lahan saat ini Lahan kosong Ada beberapa
bangunan
pada lahan
Ada kantor
pemerintah
pada lahan
Luasan lahan Sangat luas
(diatas 2 Ha)
3 Pencapaian Kemudahan sarana
angkutan umum ke
lokasi lewat cukup
banyak
lewat tidak
banyak
angkot
4 Sirkulasi Waktu tempuh dari
pusat kota
< 30 menit < 45 menit < 1 jam
Kendaraan Lebar, ada
pulau jalan
Lebar, tidak
ada pulau
jalan
Sempit
Pedestrian Tersedia,
kondisi baik
Tersedia,
kondisi buruk
Tidak
tersedia
Masalah kemacetan Tidak pernah Waktu
tertentu
Sering
5 Lingkungan/
prasarana
Keamanan Sangat aman Cukup aman Rawan
kejahatan
Utilitas Tersedia,
kondisi baik
Tersedia,
kondisi buruk
Belum
tersedia
Jarak dengan fungsi
sejenis
Jauh Sedang Dekat
No
Parameter Perincian unsure nilai Lokasi A Lokasi B Lokasi C Lokasi D
1 Peruntukan
site
Sesuai dengan struktur
kota
Lokasi Dipingg ir
an
Kondisi lahan saat ini Lahan
kosong
Luasan lahan Sangat
luas
Jarak antar bangunan Sedang Sedang Sedang Jarang
3 Pencapaian Kemudahan sarana
angkutan umum ke
lokasi
4 Sirkulasi Waktu tempuh dari
pusat kota
< 45 mnt < 30 menit < 45 menit < 45 menit
Kendaraan Lebar,
ada pulau
Pedestrian Tersedia,
kondisi
Masalah kemacetan Waktu
tertentu
Keamanan Sangat
aman
Utilitas Tersedia,
Jarak dengan fungsi
sejenis
Jauh Jauh Jauh Jauh
2.4.3. Analisis penetapan lokasi
Dari hasil penilaian terhadap alternative lokasi diperoleh lokasi D atau Kec. Medan
Selayang memenuhi persyaratan yang baik sebagai lokasi peroyek ini. Hal ini
disebabkan karena di Jalan Ngumban Surbakti merupakan lokasi Pendidikan dan
pusat olahraga. Lokasi ini terletak dipinggiran kota Medan, Lokasi ini juga berupa
Lahan kosong yang Sangat luas (diatas 2 Ha). Harga tanah yang terdapat di kawasan
tersebut juga Murah yakni (dibawah 1 juta). Kemudian juga jarak antar bangunannya
juga jarang. Status kepemilikan lahan juga merupakan Hak milik. Pencapaian yang
dilalui angkot juga tidak banyak. Waktu tempuh yang dicapai dari pusat kota < 45
menit. Jalur sirkulasi kendaraan juga lebar, dan terdapat pulau jalan. Masalah
kemacetan yang terjadi di kawasan tersebut juga tidak pernah. Keamanan yang
terdapat di lokasi tersebut juga sangat aman. Kemudian juga dekat dengan banyak
fasilitas umum. Jaringan Utilitas yang tersedia juga dalam kondisi baik
2.4.4. Deskripsi kondisi lokasi
• Kasus proyek : Badminton Training Centre
• Status proyek : fiktif
• Pemilik proyek : Pemerintah kota Medan dan pihak swasta
• Batas Administrasi Lahan : Kecamatan Medan Selayang, Medan.
• Kawasan :Permukiman, perkantoran, perdagangan,
konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.
• Ketinggian Bangunan :1-4 lantai
• Luas lahan : 25.000 m²
• KDB : 80%
• Batas-batas Lahan
•Utara : Jl Ngumban Surbakti
•Selatan : Jl Flamboyan
•Barat : Jl Ngumban Surbakti
• Eksisting : Tanah Kosong
• Topografi : Relatif datar
• Vegetasi : Asri
• Utilitas : PLN, PDAM, Saluran Kota.
Pemilihan lahan tersebut memiliki beberapa keuntungan / potensi lahan antara
lain
Keuntungan / potensi lokasi :
• Aksesebilitas yang mudah karena site berada di jalan utama pusat kota.
• Kelengkapan sarana dan prasarana, daerah jalan Ngumban Surbakti memiliki sarana dan prasarana berupa lajur jalan yang cukup lebar, sarana air bersih,
listrik, sanitasi, saluran telepon.
• Lahan di sekitar site masih kosong dan luas
•Tidak jauh dari pusat pendidikan dan perumahan
2.5. Tinjauan fungsi
2.5.1 Deskripsi pelaku dan kegiatan
a. Pelaku kegiatan
Pelaku kegiatan dalam badminton training centre ini terdiri dari:
• Pengunjung
Dari kelompok pemgunjung terbagi lagi atas:
- Anak-anak Baik yang bermain, berlatih maupun menonton pertandingan
- Remaja. Baik yang bermain, berlatih sebagai atlit dari klub bulutangkis serta
penonton pertandingan.
- Dewasa. Baik sebagai atlit, pelatih, staf, penyewa dan penonton.
- Orang tua. Baik yang datang menonton pertandingan, berbelanja dan mencari
hiburan.
• Pengelola. b. Kegiatan
1. Olahraga
Bermain, berlatih dan bertanding.
2. Rekreatif
Menonton pertandingan dari berbagai kompetisi bulutangkis
3. Edukatif
Tempat berlatih dan belajar mengembangkan kemampuan fisik
• Kegiatan pendukung 1. Souvenir dan retail shop
Menjual barang-barang olahraga
2. Restoran dan kafe
Tempat yang menyediakan makanan dan minuman.
3. Ruang pertemuan
tempat diadakan pertemuan antar pejabat di bidang olahraga, undangan dan
wartawan
4. Pusat kebugaran
Menampung kegiatan berolahraga dan kebugaran yang menggunakan alat olah
raga.
5. Museum olahraga
Tempat memamerkan prestasi olahraga Sumut khususnya di bidang
bulutangkis.
6. Klinik kesehatan
Tempat untuk memeriksakan kesehatan bagi setiap atlet yang berlatih di
Badminton Training Centre ini
2.5.2. Deskripsi kebutuhan ruang
Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di dalam
bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan fungsi yang
tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu
direncanakan akan diakomodasi oleh manajemen bangunan ini sedangkan fasilitas
pendukungnya melayani fungsi utama dan fungsi lain yang diperhitungkan akan
mampu menyokong keberhasilan fungsi utama.
Badmintoin Training Centre ini memiliki fasilitas sebagai berikut:
a. Lapangan utama
Lapangan yang digunakan berstandard internasional sesuai dengan standard
IBF sebagai induk organisasi futsal ini.
b. Ruang utama
- ruang ganti pemain dengan toilet
- ruang ganti pelatih dan wasit
Ruang ganti untuk pemain, pelatih dan staf harus privat, area terlindungi dan
dapat diakses mudah dengan bus pemain. Terpisah dari penonton, media, dan
orang yang tidak berkepentingan.
- ruang pijat
- ruang kesehatan
Ruang kesehatan diletakkan dekat dengan ruang ganti serta diusahakan dekat
dengan lapangan dan mudah akses keluar stadion.
- ruang pemeriksaan obat terlarang
Posisinya harus dekat dengan ruang ganti pemain dan tidak terjangkau media
dan public.
- ruang pemanasan
- ruang latihan
- tribun penonton biasa
Area penonton harus di bagi dalam beberapa sector dan masing-masing harus
memiliki akses tersendiri.
- tribun penonton vip
Diletakkan di tengah tribun sisis terpanjang dimana ruang ganti pemain
diletakkan, pada posisi di atas area permainan dan terpisah dari tempat duduk
public.
- toilet penonton
- kantor pengelola
- gudang
- ruang panel
- ruang mesin
- ruang pos keamanan
- tiket box
- ruang pers
Untuk ruang media ada sebuah pintu masuk special dengan meja tulis atau
ruang tempat kemasa informasi media dikumpulkan.
- tempat parkir
- studio televise
- ruang komentator
- fasilitas untuk fotografer
- mushola
c. Ruang pendukung
• Restoran
Fasilitas ini menyediakan makanan dan minuman yang dapat dibeli penonton
saat pertandingan berlangsung.
Kebutuhan ruang:
- ruang pegawai
- sirkulasi
• Ruang pertemuan
Fasilitas ini merupakan tempat pertemuan para pejabat olahraga, temu pers
dan penjamuan.
Kebutuhan ruang;
- ruang pertemuan
- ruang peralatan
- ruang tunggu
- ruang sound system
- ruang raoat
- dapur
- janitor
- toilet
• Pusat kebugaran
Fasilitas ini disediakan untuk para atlit maupun masyarakat umum.
Kebutuhan ruang:
- ruang penerima
- ruang latihan
- janitor
- kasir
- ruang pegawai
- ruang instruktur
- ruang reparasi
- km/wc
- loker
• Ruang pameran
Tempat penyimpanan, memelihara dan memajang berbagai prestasi dan
informasi Bulutangkis
Kebutuhan ruang:
- ruang pameran
- ruang pengelola
- ruang penyimpanan
• Souvenir shop dan retail
Menyajikan dan menjual barang yang berhubungan dengan olahraga dan makanan
ringan. Ruang-ruang dalam retail adalah display, kasir, gudang.
D Asrama atlet dan pelatih
Badminton Training Centre imi
2.5.3. Kebutuhan ruang
Bangunan utama
Kebutuhan ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Tribun vip Penonton Menonton pertandingan Meriah
Santai
Nyaman
Tribun biasa Penonton Menonton pertandingan Gemuruh
Meriah
spontan
Ruang ganti atlit Atlit Istirahat
Ganti pakaian
Mandi
Informal
Nyaman
Privat
Ruang ganti pelatih
/ ofisial
Ruang ganti wasit Wasit Istirahat
Ganti pakaian
Memeriksa kesehatan Nyaman
Bersih
Ruang pemanasan Atlit Melakukan pemanasan Santai
Ruang pertemuan
Menerima undangan, tamu
penting
Ruang P3K Atlit Pengobatan untuk penonton Nyaman
Ruang pers dan
media
Wartawan Meliput pertandingan Sibuk
Serius
Santai
Gudang Alat olahraga Menyimpan peralatan Tertutup
Terlindungi
Ruang keamanan Petugas
keamanan
Menjaga keamanan dan
ketertiban
Tenang
Formal
Ruang mesin Mesin
Teknisi
Merawat mesin
Memberi kontribusi tenaga
Formal
Sibuk
Ribut
Loket Pegawai
Penonton
Menjual dan membeli tiket Serius
Santai
Lapangan tambahan
Kebutuhan ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Tribun biasa Penonton Menonton pertandingan Gemuruh
Meriah
spontan
Ruang ganti atlit Atlit Istirahat
Ganti pakaian
Mandi
Informal
Nyaman
Privat
Ruang ganti pelatih
/ ofisial
Ruang ganti wasit Wasit Istirahat
Ganti pakaian
Mandi
Informal
Nyaman
Privat
Ruang pendukung
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Banquet -Pengunjung
-Pelayan
Menikmati hidangan, mengantar
hidangan
Santai
Nyaman
Bar counter -Pelayan bar
-Pengunjung
R.Penyimpanan Bahan-bahan
mentah
Tempat penyimpanan
bahan-bahan makanan
Tertutup
Toilet pria -Pengunjung
-Pegawai
-Pengelola
Buang air,membersihkan wc Privat
Toilet wanita -Pengunjung
-Pegawai
-Pengelola
Buang air,membersihkan wc Privat
Kasir -Kasir
Memasak, menyiapkan pesanan,
mencuci
Sibuk
Bersih
Gudang Alat-alat
kebersihan
Menyimpan alat-alat Tertutup
R.Pegawai -Pegawai
-Pengelola
Istirahat, ganti pakaian Formal
R.operator acara -Pegawai
-Teknisi
Persiapan Formal
-Ruang pertemuan/serbaguna
Ruang
Rapat, pertemuan antar klub dan
organisasi, konfrensi pers, acara
formal
Ruang pengelola Pegawai Pengelolaan bangunan,
kegiatatan administrasi
Privat
Tenang
Formal
Ruang peralatan Alat-alat Pemyimpanan alat Tertutup
Ruang rapat -offisial
-pengelola
Menyiapkan makanan Bersih
Informal
Toilet -Pengunjung
-Pegawai
-Pengelola
Buang air, membersihkan wc Privat
Bersih
-Pusat kebugaran
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Ruang latihan -Pengunjung
Ruang ganti -Pengunjung
-Pegawai
-Cleaning
service
Berganti pakaian,
mandi,menyimoan pakaian di
loker
Privat
Informal
Ruang pengelola Pegawai
pengelola
Mengurus administrasi Privat
Tenang
Formal
Ruang instruktur Instruktur Istirahat, persiapan, ganti
pakaian
Formal
Tenang
Nyaman
Ruang reperasi dan
peralatan
Alat-alat Memperbaiki alat-alat fitness Informal
Toilet -Pengunjung
-Cleaning
service
-Pegawai
pengelola
Buang air, membersihkan wc Privat
Bersih
-Ruang pameran/museum prestasi
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Ruang display -Pengunjung
-Pegawai
Menyimpan penghargaan dan
piala, informasi tenteng sejarah
Santai
dan aktivitas olahraga sumut Nyaman
Ruang pengelola Pegawai
pengelola
Mengurus administrasi Privat
Tenang
Formal
Ruang
penyimpanan
Peralatan Tempat penyimpanan peralatan Informal
Terutup
Toilet -Pengunjung
-Cleaning
service
-Pegawai
pengelola
Buang air, membersihkan wc Privat
Bersih
-Retail shop
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Ruang display Penyewa Berjualan Nyaman
Menarik
-Souvenir shop
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Ruang display Penyewa Berjualan Nyaman
Menarik
-Ruang pengelola gedung
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kebutuhan
ruang
-Pegawai Santai
Ruang manager Manager Manajemen maintenance
bangunan
Ruang Karyawan Pegawai Bekerja Formal
Tenang
Ruang Ganti Pegawai Istirahat, berganti pakaian Privat
Informal
Ruang tunggu -Tamu
-Pegawai
Menunggu Nyaman
Formal
Ruang
penyimpanan
Peralatan Tempat penyimpanan peralatan Tertutup
Informal
Toilet -Pengunjung
-Cleaning
service
-Pegawai
pengelola
Buang air, membersihkan wc Privat
Bersih
-Ruang pelayanan teknis
Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana
Ruang operator -Teknisi
-Pegawai
Pemberian informasi Formal
Tenang
Ruang PABX dan
sound system
-Teknisi
-Operator
Pengoperasian dan reperasi alat Formal
Privat
Ruang CCTV -Teknisi
-Operator
Pengawasan Formal
Privat
Pompa dan ground
reservoir
Teknisi Pengoperasian dan reperasi alat Formal
pembuangan
sampah
pemindahan sampah
2.5.4. Deskripsi persyaratan lapangan bulutangkis
a. PERATURAN BULUTANGKIS
Partai
Ada lima partai yang biasa dimainkan dalam bulutangkis. Mereka adalah:
1. Tunggal putra
2. Tunggal putri
3. Ganda putra
4. Ganda putri
5. Ganda campuran
Sejak 1 Februari 2006, seluruh partai memakai sistem "pemenang dua dari tiga set"
(best of three) yang masing-masing diraih dengan mencapai 21 poin secara rally point.
Memainkan bulutangkis
Tiap pemain atau pasangan mengambil posisi pada kedua sisi jaring di atas
wilayah persegi panjang yang ditandai di lantai sebagaimana diperlihatkan di
diagram.Tujuan permainan adalah untuk memukul sebuah kok menggunakan raket,
melompati jaring ke wilayah di seputar batasan/aras tertanda sebelum pemain atau
pasangan lawan bisa memukulnya balik. Untuk setiap kali ini berhasil dilakukan oleh
regu yang menyervis, pemain atau pasangan penyervis (peladen) mencetak skor satu
poin. Setelah memenangi satu poin, pemain yang sama menyervis kembali, dan terus
menyervis sepanjang mereka terus mencetak poin.
Apabila regu yang tak menyervis memenangkan reli ini, tiada poin dicetak
oleh mereka tetapi ada pergantian penyervis. Dalam permainan ganda, seorang
peladen memulai permainan, dan setelah kalah sebuah reli, servis berpindah ke regu
(meladen) sebelum servis kembali berpindah kepada lawan mereka. Pemain di sisi
servis tangan kanan selalu memulai servis
Gelanggang badminton
Tiap-tiap pemain menetapkan di antara dua wilayah servis. Ada wilayah servis
untuk tunggal, yakni berlebar 5,18 meter dan panjangnya 13,40 meter. Areal servis
untuk ganda berukuran 6,10 meter pada lebarnya dan 11,88 meter panjangnya.
Wilayah servis dibagi dua belahan. Di tengah-tengah lapangan berdiri jaring/net,
yakni 1,55 meter tingginya. Garis-garis servis pendek berentang 1,98 meter dari
jaring. Kotak servis kiri dan kotak servis kanan dipisahkan oleh garis di tengahnya.
Lapangan
• Ukuran lapangan bulutangkis ; (13,40 x 6,10) meter
• Lapangan harus berbentuk persegi panjang dibuat dengan garis 40 mm
• Garis harus mudah dikenali dan berwarna putih atau kuning
• Jarak lapangan yang satu dengan yang lain
minimal 2,5 meter. Jarak dengan TV court
minimal 4 meter.
• Jarak lapangan dengan tribun penonton minimal 5 meter
• Tinggi minimal atap bangunan yang tengah adalah 15 meter, sedangkan untuk yang tepi minimal 12
meter (diasumsikan memakai atap
lengkung/miring)
• Lantai tidak boleh keras untuk mencegah
terjadinya cedera. Bisa menggunakan bahan parket yang dibawahnya memiliki
rongga. Jadi lantai parket tidak langsung menempel pada beton. Bahan lain
Net
• Tiang net (posts) harus setinggi 1,55 m terhitung dari permukaan lapoangan dan
harus tetap vertikal sewaktu net ditarik
tegang
• Tiang net harus diletakkan di atas garis samping untuk ganda terlepas apakah
tunggal atau ganda yang akan dimainkan
• Net harus terbuat dari tali halus
berwarna gelap memiliki ketebalan yang
sama dengan jaring tidak kurang dari 15
mm dan tidak boleh lebih dari 20 mm
• Lebar net harus 760 mm dan panjang 6,10 meter.
• Puncak (topi net harus diberi batasan pita putih sleebar 75 mm secara rangkap diatas tali atau kabel yang berada di dalam pita tersebut. Pita harus bergantung
pada tali atau kabel tersebut
• Tali atau kabel tersebut harus direntangkan secara kokoh sama tinggi puncak tiang
• Puncak net dari permukaan lapangan harus 1.524 meter di tengah lapangan dan 1,55
meter di atas garis samping untuk ganda
• Tidak boleh ada jarak antara ujung net dan tiang. Bila diperlukan harus diikat ujungnya
selebar net
Shuttlecock
• Kok harus memiliki 16 buah bulu. • Semua bulu harus memiliki panjang yang
• Ujung dari bulu-bulu harus membentuk lingkaran dengan panjang diameter antara 58 mm dan 68 mm.
• Semua bulu harus tergabung menjadi satu kesatuan yang kuat.
• Pangkal kok yang berbentuk setengah bola harus memiliki panjang diameter antara 25 mm dan 28 mm.
• Berat kok seluruhnya harus antara 4,47 gram dan 5,50 gram.
• Shuttlecock dapat dibuat dari bahan alamiah dan atau sintetis. Dari bahan apapun juga shuttlecock dibuat, karakteristik terbang secara umum harus mirip
dengan shuttle cock yang dibuat dari bulu angsa dengan gabus (cork base)
yang ditutup selapis kulit tipis
Shuttle cock bukan dari bulu
• Merupakan tiruan dari bulu imitasi dari bahan sintesis menggantikan bulu alamiah. Gabus yang dipakai seperti yang dijelaskan pada peraturan
kelima
• Ukuran dan berat seperti pada perturan kedua, ketiga, keempat dan keenam. Bagaimanapun juga disebabkan oleh perbedaan massa jenis dan
sifat-sifat dari bahan sintetis dibandingkan dnegan bulu, variasi sampai 10
% dapat diterima
• Sehubungan dengan tidak adanya variasi pada desain umum, kecepatan dan terbang dari shuttle, modifikasi dari spesifikasi seperti tersebut diatas
diperkenankan dengan persetujuan Persatuan Bulutangkis yang
bersangkutan untuk hal-hal tersebut ditempat – tempat, dimana kondisi
atmosfir dikarenakan oleh ketinggian atau iklim membuat shuttle standart
menjadi tidak cocok dan jika terjadi keadaan memaksa dimana situasi
mengharuskan demi kepentingan bulutangkis itu sendiri
Uji kecepatan Shuttle
belakang (back boundary line). Shuttle harus dipukul secara melengkung
ke atas dengan arah parallel terhadap garis samping (side line)
• Shuttle yang mempunyai kecepatan yang benar akan mendarat tidak kurang dari 530 mm dan tidak lebih dari 990 mm terhitung dari garis
belakang (back boundary line) lainnya.
Raket
Raket pada masa lalu, sampai tahun 1970-an, masih dikenal raket yang baik
gagang maupun kepala (daunnya) terbuat dari kayu, sekarang umumnya dibuat dari
bahan grafit, meskipun masih ada yang dibuat dari bahan aluminium atau besi ringan.
Bentuknya cuma beraneka macam, tetapi yang nge-trend sampai dengan tahun 2002
adalah yang umumnya dipakai pemain pelatnas. Semakin mahal harganya maka
semakin enteng dan kuat raket itu.
Raket ini memiliki jaring yang dibuat dari senar (string), berupa tali plastik
sintetis. Senar yang baik adalah senar yang bisa dipasang sekencang kencangnya
tetapi tidak mudah putus, agar raket dapat memantulkan kok yang dipukul dengan
kencang atau cepat. Raket ini biasanya dibungkus dalam tas raket yang dapat memuat
sampai kirakira enam buah raket.
Bagian-bagian raket digambarkan pada peraturan-peraturan dibawah ini :
• Bagian-bagian rket yang utama disebut pegangan / gagang (handle), area yang disenari (stringed area), kepala (Head), batang (Shaft), leher
(throat) dan kerangka (frame)
• Pegangan / gagang adalah bagian raket yang dipegang pemain
• Area yang disenari adalah bagian raket dimana dengannya pemain memukul shuttle
• Kepala membatasi area yang disenari
• Batang menghubungkan pegangan / gagang dengan kepala
• Leher (bila ada) menghubungkan batang dengn kepala
• Kerangka raket panjang keseluruhannya tidak boleh melebihi 680 mm dan lebar keseluruhan tidak boleh melebihi 230 mm
Area yang disenari :
• Area yang disenari harus datar dan berpola senar yang saling bersilangan secara terjalin atau terikat di tempat persilangan. Pola
peyenaran harus beragam dan terutama di tengah tidak boleh kurang
kepadatannya daripada area lainnya. Panjnag keseluruhan area yang
disenari tidak boleh melebihi 280 mm dan lebar keseluruhan tidak
boleh melebihi 220 mm. Walaupun begitu, senar boleh melewati area
yang semestinya menjadi leher dengan syarat lebar dari penambahan
area yang disenari tidak melebihi 35 mm dari panjang keseluruhan dari
area yang disenari tidak melebihi 330 mm
• Raket harus bebas dari benda-benda yang ditempelkan dan tonjolan-tonjolan keluar, kecuali yang dipergunakan semata-mata dan secara
khusus untuk membatasi atau melindungi dari kerusakan, atau gerakan
atau untuk menambah berat, atau untuk mengamankan pegangan /
gagang dengan tali ke tangan pemain dimana kesemuanya itu harus
memadai ukuran dan tempatnya. Selain itu, raket juga harus bebas dari
peralatan yang memungkinkan seorang pemain secar potensial
merubah bentuk
Sepatu dan Pakaian
Seperti atlet lain pada umumnya, setiap pemain bulutangkis memiliki
perlengkapan utama dan tambahan ketika tampil di sebuah permainan atau
pertandingan. Baju, celana, sepatu tergolong asesori utama, sedang ikat tangan, ikat
kepala, pengaman lutut bisa disebut tambahan. Sepatu bulutangkis haruslah enteng,
namun menggigit bila dipakai di lapangan agar pemain dapat bergerak, balk maju
maupun mundur tanpa terpeleset. Karet sol yang menggigit dibutuhkan karena