• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Internal Air Boiler Dengan Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) 98% dan Kaustik Soda (NaOH) Di PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Rambutan Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengolahan Internal Air Boiler Dengan Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) 98% dan Kaustik Soda (NaOH) Di PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Rambutan Tebing Tinggi"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN INTERNAL AIR BOILER DENGAN PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) 98% dan KAUSTIK SODA (NaOH)

DI PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

DEPI FITRI SIMANJUNTAK 072409006

PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGOLAHAN INTERNAL AIR BOILER DENGAN PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) 98% dan KAUSTIK SODA (NaOH)

DI PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

DEPI FITRI SIMANJUNTAK 072409006

PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGOLAHAN INTERNAL AIR BOILER

DENGAN PENAMBAHAN ASAM SULFAT H2SO4 98% dan KAUSTIK SODA (NaOH) DI PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI

Kategori : KARYA ILMIAH

NAMA : DEPI FITRI SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa : 072409006

Program studi : DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2010 Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

(4)

PERNYATAAN

PENGOLAHAN INTERNAL AIR BOILER DENGAN PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) 98% dan KAUSTIK SODA (NaOH)

DI PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya

ilmiah ini.

Karya ilmiah ini adalah membahas mengenai pengolahan air baku khususnya

Perlakuan Internal Air Boiler, yang dilakukan pada PT.Perkebunan Nusantara III

Pabrik Kelapa Sawit Rambutan Tebing Tinggi. Karya ilmiah ini merupakan syarat

untuk melengkapi gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Jurusan Kimia industri D3 Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarnya

kepada:

1. Ibu Saur Lumban Raja, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu beliau guna memberikan bimbingan, arahan

dan kritikan yang berguna bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini.

2. Bapak Prof. DR. Eddy Marlianto, M.Sc Selaku Dekan FMIPA USU

Medan.

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan Nst, MS. Selaku ketua Departemen Kimia

FMIPA USU.

4. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil selaku Ketua Jurusan Kimia

Industri D3 FMIPA Universitas Sumatera Utara.

(6)

6. Bapak/ Ibu Staff Pengajar khususnya program studi Kimia Industri

FMIPA-USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti

perkuliahan.

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, B.Simanjuntak dan R. Siagian yang telah

memberikan doa, harapan, nasehat, motivasi, kasih sayang dan sekaligus

sahabat terbaik yang penulis miliki.

8. Erna Afri Ningsih Simanjuntak, S.Si, Novalia Simanjuntak, Resto Trio

Simanjuntak, David Simanjuntak, Samuel Simanjuntak (Almarhum) yang

tetap hidup di hati penulis. Penulis ucapkan terima kasih atas dukungan,

semangat, dorongan dan kerja samanya kepada penulis.

9. Sahabat terbaik penulis Nova Dana yang selalu setia membantu penulis.

10.Sahabat-sahabat penulis Kimia Industri angkatan 2007 yang selalu

memeberikan masukan kepada penulis

11. Keluarga Besar M.Manurung, yang telah menyediakan tempat tinggal pada

penulis selama penulis melakukan praktek kerja lapangan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya

ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini pada saat yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah dapat bermanfaat terutama

bagi semua mahasiswa dan para pembaca pada umumnya dan khususnya pada

penulis.

Medan, Juni 2010

(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap pengolahan internal air boiler dengan

penambahan bahan kimia yaitu: H2SO4 98% pada tangki kation dan NaOH pada

tangki anion. Dari hasil penelitian pada air boiler, air umpan, air dari tangki kation

dan air dari tangki anoin, maka diperoleh harga pH, Total Dissolved Solids (TDS),

Phenolphtalein Alkaliniti, Metil Alkaliniti, Total Alkaliniti, Sulfit, Klorida, Total

kesadahan, kesadahan, masih sesuai dengan persyaratan air boiler yang digunakan DI

(8)

THE TREATMENT OF WATER DOMESTIC BOILER WITH

ADDITIONAL SULFATE ACID (H

2

SO

4

) 98% AND SODIUM

HIDROXIDE (NaOH) IN PTPN III RAMBUTAN TEBING

TINGGI

ABSTRACT

Have been do observation to treatment of water domestic boiler with additional

material of chemistry that is: H2SO4 98 % in tank cation and NaOH in tank anion.

From result of observation, so geted, pH value, Total Dissolved Solid (TDS),

Phenolphtalein Alkalinity, Methyl Alkalinity, Total Alkalinity, Sulfite, Chloride,

Total Hardness, Hardness, has appropriate with prerequirement water of boiler wich

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

2.5 Demineralisasi 11

(10)

2.6.1 Penukar Kation 13

2.6.2 Penukar Anion 15

2.7. Pengolahan Air Umpan Ketel Dengan Penambahan 17

Bahan-bahan Kimia

2.8 Pengaktifan Resin 17

2.8.1 Regenerasi Resin Penukar Kation 19

2.8.2 Regenerasi Resin Penukar Anion 19

BAB 3 BAHAN DAN METODE 22

3.1 Alat dan Bahan 22

3.1.1 Alat-alat 23

3.1.2 Bahan-bahan 22

3.2 Prosedur Percobaan 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26

4.1 Hasil 26

4.1.1 Data 26

4.2 Pembahasan 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 28

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 29

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kesadahan Air 8

Tabel 2 Konsentrasi Silika Pada Air Boiler 10

Tabel 3 Operasi dan Proses Satuan Serta Penerapannya Dalam 17 Pemurnian Air.

Tabel 4 Kondisi Operasi Kation 21

(12)

PERSETUJUAN

Judul : PENGOLAHAN INTERNAL AIR BOILER

DENGAN PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) dan KAUSTIK SODA (NaOH) DI PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI

Kategori : KARYA ILMIAH

NAMA : DEPI FITRI SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa : 072409006

Program Studi : DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM ( FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2010 Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

(13)

PERSETUJUAN

Judul : PENGOLAHAN INTERNAL AIR BOILER

DENGAN PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) 98% dan KAUSTIK SODA (NaOH) DI

PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : DEPI FITRI SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa : 072409006

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Disetujui di

Medan, mei 2010

Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing

Ketua

DR. Rumondang Bulan Nst, MS Dra. Saur Lumban Raja, M. Si

(14)

PERNYATAAN

PENGOLAHAN INTERNAL AIR BOILER DENGAN PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) 98% dan KAUSTIK SODA (NaOH)

DI PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

(15)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya

ilmiah ini.

Karya ilmiah ini adalah membahas mengenai pengolahan air baku khususnya

Perlakuan Internal Air Boiler, yang dilakukan pada PT.Perkebunan Nusantara III

Pabrik Kelapa Sawit Rambutan Tebing Tinggi. Karya ilmiah ini merupakan syarat

untuk melengkapi gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Jurusan Kimia industri D3 Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarnya

kepada:

11.Ibu Saur Lumban Raja, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu beliau guna memberikan bimbingan, arahan

dan kritikan yang berguna bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini.

12.Bapak Prof. DR. Eddy Marlianto, M.Sc Selaku Dekan FMIPA USU

Medan.

13.Ibu Dr.Rumondang Bulan Nst, MS. Selaku ketua Departemen Kimia

FMIPA USU.

14.Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil selaku Ketua Jurusan Kimia

Industri D3 FMIPA Universitas Sumatera Utara.

(16)

16.Bapak/ Ibu Staff Pengajar khususnya program studi Kimia Industri

FMIPA-USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti

perkuliahan.

17.Ayahanda dan Ibunda tercinta, B.Simanjuntak dan R. Siagian yang telah

memberikan doa, harapan, nasehat, motivasi, kasih sayang dan sekaligus

sahabat terbaik yang penulis miliki.

18.Erna Afri Ningsih Simanjuntak, S.Si, Novalia Simanjuntak, Resto Trio

Simanjuntak, David Simanjuntak, Samuel Simanjuntak (Almarhum) yang

tetap hidup di hati penulis. Penulis ucapkan terima kasih atas dukungan,

semangat, dorongan dan kerja samanya kepada penulis.

19.Sahabat terbaik penulis Nova Dana yang selalu setia membantu penulis.

20.Sahabat-sahabat penulis Kimia Industri angkatan 2007 yang selalu

memeberikan masukan kepada penulis

11. Keluarga Besar M.Manurung, yang telah menyediakan tempat tinggal pada

penulis selama penulis melakukan praktek kerja lapangan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya

ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini pada saat yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah dapat bermanfaat terutama

bagi semua mahasiswa dan para pembaca pada umumnya dan khususnya pada

penulis.

Medan, Juni 2010

(17)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap pengolahan internal air boiler dengan penambahan bahan kimia yaitu: H2SO4 98% pada tangki kation dan NaOH pada

(18)

THE TREATMENT OF WATER DOMESTIC BOILER WITH

ADDITIONAL SULFATE ACID (H

2

SO

4

) 98% AND SODIUM

HIDROXIDE (NaOH) IN PTPN III RAMBUTAN TEBING

TINGGI

ABSTRACT

Have done research about treatment of water domestic boiler with additional material of chemistry that is: H2SO4 98 % in tank cation and NaOH in tank anion. From result

(19)

DAFTAR ISI

2.5 Demineralisasi 11

2.6 Penukar Ion 13

(20)

2.6.2 Penukar Anion 15

2.7. Pengolahan Air Umpan Ketel Dengan Penambahan 17

Bahan-bahan Kimia

3.2 Prosedur Percobaan 23

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kesadahan Air 8

Tabel 2 Konsentrasi Silika Pada Air Boiler 10

Tabel 3 Operasi dan Proses Satuan Serta Penerapannya Dalam 17 Pemurnian Air.

Tabel 4 Kondisi Operasi Kation 21

(22)

DAFTAR ISTILAH

Water treatment : Pengolahan air

Akifer : Bantalan lapisan tanah, pasir, kerikil atau batuan yang dapat

digunakan

Demineralisasi : Penghilangan mineral-mineral dalam air

Fast rinse : Pembilasan resin secara cepat

Slow rinse : Pembilasan resin secara perlahan-lahan

Desalinisasi : Penyingkiran garam dalam air

Mobilitas : Kemampuan untuk bergerak atau berubah

Backwash : Menghilangkan padatan tersuspensi yang tersaring selama

Operasi dan untuk merenggangkan resin

Softener water : Mengurangi mineral hardness (kalsium dan magnesium)

Hardness : Kesadahan

Total hardness : Jumlah kesadahan

Total Dissolve Solid : Jumlah padatan yang tidak terlarut

Blowdown : Mengontrol jumlah padatan terlarut dan membuang kotoran

Pada air boiler

Scalling : Kerak pada dinding boiler

Water tower : Menara air

(23)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap pengolahan internal air boiler dengan penambahan bahan kimia yaitu: H2SO4 98% pada tangki kation dan NaOH pada

(24)

THE TREATMENT OF WATER DOMESTIC BOILER WITH

ADDITIONAL SULFATE ACID (H

2

SO

4

) 98% AND SODIUM

HIDROXIDE (NaOH) IN PTPN III RAMBUTAN TEBING

TINGGI

ABSTRACT

Have done research about treatment of water domestic boiler with additional material of chemistry that is: H2SO4 98 % in tank cation and NaOH in tank anion. From result

(25)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk pengolahan, untuk kebutuhan

rumah tangga dan air umpan boiler membutuhkan kemurnian yang memenuhi

persyaratan air minum. Sumber air untuk kualitas air tersebut sudah jarang dijumpai

diperkebunan kelapa sawit, oleh sebab itu perlu pemurnian dan perlakuan yang

menghasilkan air sesuai dengan kebutuhan. Air alam yang bersih dan murni hanya

memerlukan sedikit pengawasan. Berdasarkan sumber air alam, yang selalu

mengandung senyawa-senyawa kimia, maka diperlukan beberapa perlakuan sebelum

digunakan di pabrik. Penggunaan air pengolahan minyak kelapa sawit memiliki

persyaratan khusus yang harus menggunakan perlakuan kimia yang aman (food

grade). Kebutuhan air cukup banyak untuk pengolahan minyak kelapa sawit yaitu

mencapai 0,5-0,6 m3/ ton TBS, sedangkan untuk uap dibutuhkan 0,6 m3/ ton TBS

(Ponten M, 1996)

Pemanfaatan sumber energi yang terdapat di pabrik kelapa sawit merupakan upaya

untuk menekan ongkos pengolahan. Oleh sebab itu pembangkit tenaga dilakukan

dengan menggunakan tenaga uap dengan bantuan boiler. Air umpan boiler perlu

dilakukan perlakuan untuk menyakinkan bahwa air itu nyata sebagai sumber uap yang

ekonomis dan sifat kerja boiler yang peka terhadap kualitas air yang dihasilkan oleh

(26)

Penjernihan air dapat dilakukan dengan proses koagulasi memakai larutan

alum dan soda ash berkisar 5%, dan proses flokulasi dengan menggunakan polimer ,

yang dilanjutkan dengan proses penyaringan atau filtration yang memakai pasir

kuarsa yang fungsinya untuk menyaring padatan tersuspensi dan untuk

menghilangkan padatan tersuspensi yang terakumulasi selama penyaringan.Yang

dilanjutkan dengan proses demineralisasi yang berfungsi untuk menghilangkan

mineral dari air. Kemudian dibagi untuk berbagai keperluan, yaitu untuk air umpan

ketel, air untuk pengolahan dan pencucian, dan untuk keperluan rumah tangga. Untuk

yang terakhir ini perlu ditambahkan kaporit. Sedangkan air umpan ketel masih perlu

tambahan perlakuan pemurnian agar memenuhi syarat sebagai air umpan ketel,

terutama pengurangan kadar kesadahan dan kadar silika. Dan penukar ion (ion

exchanger) untuk mencegah pengendapan lapisan kerak pipa ketel lapisan kerak

tersebut akan menghambat penghantaran panas, selain mengurangi efisiensi

pemanasan juga menyebabkan pemanasan lanjut yang membuat dinding pipa

mengembang dan akhirnya pecah (Linsley, K.Ray, 1986).

1.2 Permasalahan

Boiler untuk memproduksi steam yang diperlukan dalam pengolahan kelapa sawit di

Pabrik Kelapa Sawit membutuhkan air umpan dengan persyaratan tertentu. Air umpan

yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan masalah selama pengoperasian

boiler. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan air terlebih dahulu sebelum

diumpankan kedalam boiler. Permasalahan seperti pembentukan kerak atau deposit,

(27)

ditetapkan. Dan permasalahan lain yaitu cara penggunaan dan injeksi bahan kimia

pada perlakuan internal boiler, dan besarnya kadar yang diperlukan untuk

memperoleh hasil yang memuaskan.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengolahan air sungai sebelum masuk ke dalam boiler dan

sesudah berada di dalam boiler dan mengetahui kadar yang dipakai dengan

mengukur beberapa parameter.

2. Untuk mengetahui tahap-tahap yang dilakukan pada proses pencucian kembali

(backwash) yang bertujuan untuk mencuci resin yang telah jenuh pada tangki

anion dan tangki kation.

1.4 Manfaat

Dengan pengendalian kualitas air umpan yang baik, dapat mengurangi kerusakan

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Air

Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan ketel diperoleh dari air

sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak

sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini dipengaruhi oleh kandungan

asam mata air tersebut.

Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh

penduduk atau industri, oleh sebab itu perlakuan pemurnian air harus dilakukan. Perlu

dilakukan “ water treatment” untuk menghasilkan air yang sesuai untuk pengolahan

dan air umpan air boiler yang reliable dan ekonomis. Pengertian reliable ialah mudah

melakukan operasi secara berkelanjutan selama dibutuhkan. Dan ini merupakan

usaha-usaha menghindarkan kerusakan-kerusakan terutama pada korosi pipa dan

(29)

2.2 Beberapa Parameter Kualitas Air

1. Parameter Fisik Air

a. Bahan Padatan Kekeruhan

Bahan padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu sampel air dan

menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padatan terapung didapat dengan

menyaring suatu sampel air. Perbedaan antara bahan padat keseluruhan dan bahan

padat terapung merupakan bahan padat terlarut. Tergantung pada ukuran saringan

kertas yang dipergunakan, sebagian bahan koloidal akan juga dihitung sebagai bahan

padat terapung. Informasi tentang bahan padat keseluruhan digunakan untuk

perencanaan sarana-sarana pengolahan air. Konsentrasi bahan padat terlarut

keseluruhan, bersama-sama dengan suatu analisis kimiawi terperinci, dipergunakan

untuk menguji kecocokan berbagai sumber air untuk berbagai pemanfaatan, misalnya

industri dan pertanian.

b Kekeruhan

Kekeruhan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh

pencemar-pencemar yang terbagi halus, dari manapun asalnya, yang ada didalam air. Kekeruhan

biasanya disebabkan oleh lempung, partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar

koloidal lainnya. Tingkat kekeruhan tergantung pada kehalusan partikel-partikel dan

konsentrasinya. Diwaktu yang lalu, standart untuk perbandingan adalah turbidimeter

Jackson. Dengan alat ini kekeruhan ditetapkan sebagai ukuran kedalaman air yang

dibutuhkan untuk menghilangnya bayangan cahaya lilin. Sekarang, kekeruhan diukur

dengan suatu tubidimeter yang mengukur gangguan lintasan cahaya melalui suatu

(30)

setelah terjadinya hujan sering disebut sebagai” air yang mengkilat”. Air semacam ini

lebih sulit untuk diolah daripada air yang tingkat kekeruhannya hampir-hampir tetap.

c. Warna

Air kadang-kadang mengandung warna yang banyak yang diakibatkan oleh

jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari

tanah atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Warna adalah suatu sampel tentang

warna organik yang koloidal. Warna yang sebenarnya terjadi karena pencemar

terlarut. Limbah-limbah dari kegiatan industri sering menjadi sebab dari adanya warna

didalam air. Intensitas warna diukur dengan perbandingan visual dari sampel air yang

bersangkutan dengan tabung-tabung Nessler, yaitu tabung-tabung gelas yang berisi

intensitas warna standar yang berbeda.

d. Rasa dan Bau

Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk

atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan sampel

air yang bersangkutan hingga rasa dan baunya tak dapat lagi ditemukan dengan

pengujian oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas dari warna, rasa dan

bau.

e. Suhu

Suhu air merupakan hal yang penting sehingga dikaitkan dengan tujuan

penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta

pengangkutannya suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi

menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air

permukaan yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut

(31)

f. Daya hantar listrik

Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan

kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat

pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada mobilitas

ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor kuat

dibandingkan dengan senyawa organik. Pengukuran daya hantar listrik ini untuk

melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.

( Agusnar, H, 2008).

2. Parameter Kimia Air

a. Derajat keasaman (pH) air

Sebagai pengukur sifat keasaman atau kebasaan air diambil nilai pH yang

didefinisikan sebagai logaritma dari pulang baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam

mol per liter dari tiap-tiap jenis. Dengan demikian, pH dari air netral adalah 7. Air

yang pH-nya kurang dari 7, sifat asam, sedangkan yang pH-nya lebih dari itu, bersifat

basa. Nilai pH air biasanya didapat dengan suatu pontensiometer yang mengukur

potensial listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion H+ atau dengan bahan celup penunjuk

warna, misalnya metil orange atau phenolphtalein (Linsley, K.Ray, 1986).

b. Kesadahan

Kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan

magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen ( setara) kalsium karbonat,

kesadahan air dapat dibagi atas dua kelompok: karbonat dan nonkarbonat, atau

kesadahan sementara (temporary) dan kesadahan permanen (kekal) . Tingkat

(32)

menurunkan kesadahan permanen disebabkan oleh sulfat dan klorida kalsium dan

magnesium. Unsur-unsur kesadahan (seperti Mg, Ca dan lain-lain) menyebabkan erosi

pada sudu-sudu turbin. Dengan demikian diperlukan proses pelunakan air, yaitu

demineralisasi dan softener untuk menghilangkan unsur-unsur perusak tersebut.

( Iyung Pahan, 2008).

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan oleh senyawa karbonat, garam

hidroksida, kalium, magnesium, dan natrium dalam air. Semakin tinggi kesadahan

suatu air semakin sulit air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air

yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi

menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin.

d. Klorida

Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal

dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida merupakan zat

terlarut dan tidak mudah menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfetans, tapi

dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin

(33)

e. Sulfit

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat

terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Pada industri

kaustik soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri

direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah

menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana anaerob hidrogen sulfida teroksidasi secara

bakteriologis menjadi sulfida. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk.

Pada proses digester lumpur H2S yang bercampur dengan metana CH4 dan CO2 akan

bersifat korosif (Agusnar,H.2008).

f. Total Dissolved Solid (TDS)

Total dissolved Solid ialah jumlah keseluruhan zat yang larut dalam air, yang

dimasukkan dalam kelompok ini ialah mineral dan garam-garam yang terlarut dalam

air, zat tersebut berbentuk koloid (Ponten.M, 1986).

g. Silika

Konsentrasi silika yang diijinkan pada operasi air boiler tekanannya

bermacam- macam, ditunjukkan pada tabel 2. Reduksi silika tidak selalu penting,

khususnya saat kosongnya kondensat turbin. Rendahnya konsentrasi pada silika

kadang-kadang menghasilkan lumpur, yang lengket pada boiler dengan tekanan

(34)

Tabel 2 Konsentrasi Silika Pada Air Boiler

Konsentrasi Silika mg/L

Tekanan lb/in2 gage Rekomendasi Diperoleh

0-300 150 150

Dalam penilaian mutu air, pencemar didalam air biasa diklasifikasikan atas fisik,

kimiawi dan biologis. Dengan demikian, bakteri yang koloidal, non-ionik dan

pencemar-pencemar tak larut . Air menangkap pencemar-pencemar sejak saat

pembentukannya diawan. Beberapa pencemar tidaklah berbahaya, yang lain secara

estetika mungkin bersifat ofensif atau bahkan berbahaya berkenaan dengan tujuan

pemakaian airnya. Untuk menetapkan mutu air atau membandingkan air satu dengan

yang lainnya, diperlukan dasar penetapan mutu atau dasar perbandingan yang harus

dilakukan. Biasanya, dasar dari air yang bersangkutan ( Linsley,K.Ray.1986).

Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air

hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas diudara

(35)

atas permukaan bumi dan didalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian

air terhadap penggunaan tertentu (Suripin, 2001).

2.4 Pemurnian Air

Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk pengolahan, untuk kebutuhan

rumah tangga dan air umpan boiler membutuhkan kemurnian yang memenuhi

kebutuhan air minum. Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan

boiler diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur bor, dan sumber mata air lainnya.

Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini

dipengaruhi oleh lingkungan asal mata air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya

sudah mengalami pencemaran oleh penduduk atau industri, oleh sebab perlakuan

pemurnian air harus dilakukan. Berdasarkan sumber air alam yang selalu mengandung

senyawa-senyawa kimia, maka diperlukan beberapa perlakuan sebelum digunakan di

pabrik. Air sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan minyak sawit sebagai air

pengencer, air umpan boiler dan air pencuci (Ponten M, 1996).

Untuk menyingkirkan bahan-bahan organik biasanya cukup dengan koagulasi

dan filtrasi melalui pasir atau batu bara keras serta oksidasi dengan cara aerasi.

Pengolahan ini sekaligus membersihkan air dari sebagian organisme

(Austin T., George, 1996).

2.5 Demineralisasi

Sistem demineralisasi sangat banyak digunakan, bukan saja untuk pengolahan air

umpan ketel uap tekanan tinggi, tetapi juga untuk berbagai air proses dan air cuci.

Pemilihan sistem penukar ion untuk ini bergantung pada:

(1) volume dan komposisi air mentah,

(36)

(3) biaya investasi dan operasi. Singkatnya, jika penyingkiran silika tidak diperlukan,

sistem itu bisa terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa

lemah, dan biasanya diikuti dengan unit degasifikasi untuk membuang, dengan cara

daerasi, sebagian besar karbondioksida yang terbentuk dari bikarbonat dalam langkah

pertama. Jika ada silika yang harus disingkirkan, sistemnya boleh terdiri atas unit

penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa kuat, biasanya dengan unit

degassifikasi diantara keduanya untuk membuang karbon dioksida sebelum unit

penukar anion basa kuat. Unutk penggunaannya yang memerlukan air hasil yang

berkualitas tinggi unit ini bisa diikuti lagi dengan unit “pemoles” (penguapan) kedua

yang terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa kuat atau

satu unit tunggal tanur yang berisi campuran penukar kation-hidrogen dan unit

penukar anion basa kuat.

Proses lain yang dapat mengeluarkan semua ion dari air adalah distilasi.

Pengangkutan air distilasi maupun air deionisasi harus dilakukan didalam basa tahan

karat atau kaca untuk mencegah agar air murni itu tidak menyebabkan korosi pada

pipa mengalir. Timah juga digunakan untuk ini, tetapi kelemahannya ialah bahwa

bahan ini sangat lunak. Bahan lain yang cukup baik sebagai gantinya ialah pipa

aluminium atau polivinil klorida untuk menyalurkan air “ murni”. Kadang-kadang

polietilena, polipropilena, dan polikarbonat juga dipakai.

Penyingkiran garam, atau desalinisasi, biasanya diterapakan dalam proses

untuk demineralisasi parsial atau total air yang berkadar garam tinggi seperti air laut

(35.000) ppm garam terlarut) atau air payau. Proses pertama (penyingkiran parsial)

digunakan untuk menurunkan kadar garam sampai air itu layak untuk diminim (500

ppm atau kurang) atau untuk penggunaan lain. Proses keduanya (penyingkiran

(37)

bertekanan tinggi dan untuk penggunaan industri lainnya. Proses demineralisasi

dengan pertukaran ion yang telah diuraikan terdahulu dalam bab ini tidak cocok untuk

menyingkirkan garam dari air yang berkadar garam tinggi, sehingga untuk

menyingkirkan garam dari air yang berkadar garam tinggi, sehingga untuk itu harus

digunakan proses-proses lain. (Austin.T.George, 1996).

2.6. Penukar Ion

Ion exchanger (penukar ion) sebagai water softener merupakan fungsi umum dan

digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk proses dan bahan

baku boiler. Air baku yang tingkat ke-sadahan-nya (hardness) tinggi karena

kandungan kalsium dan magnesium harus diturunkan dengan cara menggantikannya

dengan muatan ion natrium yang terdapat pada resin.

Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai kesetimbangan dan jenuh

dan sesudah kondisi resin jenuh maka segera dilakukan re-generasi dengan dicuci

dengan air yang mengandung garam NaCl tinggi. Soft water digunakan untuk boiler

air umpan guna mencegah terjadinya endapan (scaling) pada pipa saluran air baik

pada sistem boiler maupun pada sistem pendingin ( Hartomo & Dofner, 1995).

2.6.1 Penukar kation

Air dari tangki penyimpanan dipompakan ketangki kation yang berisi resin penukar

kation. Resin penukar kation ini bersifat asam kuat (strong acid cation) atau bersifat

asam lemah (weak acid cation), bahan kimia yang dipakai untuk mengaktifkan resin

adalah asam sulfat.

(38)

a. Menghilangkan atau mengurangi kesadahan (hardness) yang disebabkan oleh

garam-garam kalsium dan magnesium.

b. Menghilangakan atau mengurangi zat-zat padatan terlarut (TDS).

c. Menghilangkan atau mengurangi alkalinity dari garam-garam alkali (karbonat,

bikarbonat, dan asam lemah atau bersifat asam lemah hidroksida).

Didalam kation terjadi pertukaran antara ion kalsium, magnesium dengan ion-ion

hidrogen sehingga garam-garam bikarbonat, sulfat, klorida, dan silika dirubah

menjadi asam karbonat, asam sulfat, asam klorida, dan asam silikat yang larut dalam

air.

Selanjutnya dari water tower, air dipompakan kembali untuk diproses dengan

sistem demineralisasi, dengan tujuan untuk menghilangkan semua/ sebagian

unsur-unsur kimiawi yang dikandung oleh air tersebut. Air yang bersal dari water tower

dimasukkan ke dalam tangki kation Exchanger resin, setelah air kontak dengan resin,

maka semua ikatan-ikatan unsur kimiawi dari garam alkali, seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+,

dan lain sebagainya yang dikandung oleh air, diikat dengan 1 (satu) atom Hidrogen

(39)

CaSO4 + 2 RH CaR2 +H2SO4

MgCO4 + 2 RH MgR4 + H2CO3

H2CO3 H2O + CO2

Jadi semua garam-garam bermuatan positif yang dikandung oleh air,

dibebaskan didalam kation.

2.6.2 Penukar anion

Setelah dialirkan melalui kation, selanjutnya air dialirkan masuk ketangki

anion yang berisi resin bersifat basah kuat (strong base anion) dan basa lemah (weak

base anion). Bahan kimia yang dipakai adalah kaustik soda, dosis pemakaian 60 g/L

resin, konsentrasi cairan NaOH watu kontak dengan resin.

Fungsi penukar anion

1. Menyerap asam-asam karbonat, sulfat, klorida, dan silikat yang dihasilkan

oleh penukar kation.

2. Untuk menghilangkan atau mengurangi semua garam-garam mineral sehingga

(40)

Tabel 3 Operasi dan proses satuan serta penerapannya dalam pemurnian air.

Operasi atau Proses Penerapan

Operasi satuan

Saringan kasar dipergunakan untuk melindungi pompa terhadap bahan-bahan mengambang

Dipergunakan untuk menyaring pencemar-pencemar halus seperti gangang, dan sebagainya.

Dipergunakan untuk menambah tau membuang gas-gas kurang atau sangat jenuh dalam kandungan air.

Dipergunakan untuk mencampur bahan-bahan kimia dan gas yang mungkin diperlukan untuk pengolahan.

Penciptaan gradien kecepatan dengan pencampuran yang lembut untuk meningkatkan pengumpulan partikel-partikel.

Dipergunakan untuk membuang partikel-partikel seperti lanau dan pasir atau bahan flokulasi yang terapung.

Dipergunakan untuk menyaring bahan-bahan padat sisa yang tetap berada didalam air setelah pengendapan.

Menyatakan proses penambahan bahan kimia untuk mendorong penggumpalan partikel-partikel dalam proses flokulasi.

Dipergunakan membunuh organisme-organisme patogen yang mungkin ada dalam air alamiah.

Pembuangan jenis-jenis ionik terlarut seperti kalsium dan magnesium (kesadahan) dengan menambahakan bahan-bahan kimia.

Dipergunakan untuk pembuangan selektif atau sepenuhnya ion-ion anion dan kation terlarut di dalam larutan.

Dipergunakan untuk pembuangan berbagai senyawa organik misalnya yang menyebabkan warna, rasa dan bau.

Dipergunakan untuk oksidasi berbagai senyawa yang bisa didapatkan dalam air.

(41)

2.7 Pengolahan Air Umpan Ketel Denagn Penambahan Bahan-bahan Kimia

Tujuan penambahan bahan-bahan kimia dalam proses pengolahan air umpan boiler

adalah sebagai berikut:

1. Bereaksi dengan kesadahan dan kandungan silika air umpan dan mencegah

pengendapannya pada permukaan logam ketel sebagai kerak. Ion-ion kalsium

diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit (2Ca3(PO4)2.Ca(OH)2 dan

kalsium karbonat (CaCO3). Dan ion-ion magnesium dan silika diendapkan dalam

bentuk MgSiO2 dan Mg(OH)2

2. Menjadikan zat-zat tersuspensi seperti Lumpur, kesadahan dan besi oksida

menjadi suatu massa yang tidak melekat pada logam ketel. Pengaturan agar sifat

lumpur tidak melekat pada logam ketel dilakukan dengan penggunaan

bermacam-macam bahan organik yang masuk golongan tannin dan lignin.

3. Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan

terlarut dan tersuspensi dalam air ketel pada taraf tertentu tanpa terjadi kejenuhan.

4. Menghilangkan oksigen dari air yang menyediakan alkalinitas yang cukup untuk

mencegah korosi ketel. Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan

meskipun sudah melewati tahap aerasi (Austin.T.G.1996).

2.8 Pengaktifan Resin (Regenerasi)

Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap

resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau telah terbebani, telah jenuh.

Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion

merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu diusahakan hanyalah agar pada

(42)

Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar

ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan

kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan

sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas 150oC.

Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah

terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya

gugus ion yang akan dipertukarkan.

Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut

dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang

biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara

pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin).

Resin penukar ion yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan

ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion dibuat dengan matrik

yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa

melepas ion negatif, misalnya –N (CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain

setelah terbentuk kopolimer stiren divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian

diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion.

Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan

struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan

gugus fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung

dengan ion pasangan seperti Na+, OH− atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang

porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion

dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif

(anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit

(43)

2.8.1 Regenerasi Resin Penukar Kation

- Bahan H2SO4(p)

- Reaksi yang terjadi pada regenerasi resin penukar kation

Ca + R + 2H+ H2 + R + Ca 2+

Urutan Penukar Kation : Ra2+ < Ba2+ < Sr2+ < Ni2+ < Cu2+ < Co2+ < Zn2+ < Mn2+

< UO2+ < Ag2+ < Cs+ < K+< NH4+< Na+< Li+

2.8.2 Resin Penukar anion

- Bahan: NaOH

- Reaksi yang terjadi pada regenerasi resin penukar anion

R.SO4 + 2 OH- R. (OH)2 + SO42-

Urutan penukar anion:

HCrO4 <NO3 < Br- < HPO4 < CN- < NO2- < Cl- < OH- < CH3COO- < F

-Cara regenerasi adalah sebagai berikut: 1. Unit kation

a. Pencucian kembali

Pencucian kembali akan mendistribusikan kembali lapisan resin dan menghilangkan

kotoran-kotoran serta resin yang pecah dari unit.

b.Regenerasi dengan larutan asam

Larutan asam (H2SO4) diinjeksikan kedalam unit kation. Sesudah melalui permukaan

resin, asam atau ion hidrogen akan menggantikan semua kation seperti ion kalsium,

(44)

c.Pembilasan

Bila unit beroperasi kembli, akan terdapat sejumlah kecil leakage (kelewatan ion)

yang harus dibersihkan dengan melakukan pembilasan.

Tabel 4 Kondisi Operasi Kation

Operasi Larutan Waktu

Perbaikan (kearah bawah) Air umpan

Backwash (arah keatas) Air umpan 10-20 menit

Regenerasi H2SO4 98% 20-30 menit

Slow rinse (pembilasan secara lambat) Air kation 30-60menit

Fast rinse (pembilasan secara cepat) Air umpan 20-60 menit

2. Unit anion

Tahap-tahap regenerasi dalam unit anion adalah :

a. Pencucian kembali

Pencucian kembali akan menghilangkan kotoran-kotoran, lumpur, dan bahan-bahan

tersuspensi dari unit dan mendistribusikan kembali lapisan resin.

b. Penambahan Kaustik Soda

Larutan kaustik diinjeksikan kedalam unit anion dan akan kontak langsung dengan

resin. Sesudah melalui permukaan resin, Kaustik Soda (larutan NaOH) atau ion

hidroksi dan menggantikan anion-anion yang terdapat dipermukaan resin.

c. Pembilasan

Apabila unit sudah kembali beroperasi akan terdapat sejumlah kecil ion leakage,

(45)

Tabel 5 Kondisi Operasi anion

Operasi Larutan Waktu

Perbaikan (kearah bawah) Air dari kation

Backwash (arah keatas) Air umpan 10-20 menit

Regenerasi 2-8 % NaOH 20-30 menit

Slow rinse (pembilasan secara lambat) Air dekation 30-60menit

Fast rinse (pembilasan secara cepat) Air anion 20-60 menit

Diusahakan jangan sampai ada kelebihan H2SO4 dan NaOH masuk kedalam ketel uap

(46)
(47)

- Indikator methyl orange (p.a. E’Merch)

- Dilihat jarum pH apakah telah menunjukkan angka 7 tepat sebagai standar.

- Diangkat elektroda lalu dibilas dengan aquadest.

- Dimasukkan elektroda ke dalam sampel air yang akan dianalisa.

Jarum akan menunjukkan angka yang diinginkan kemudian dibaca.

- Diangkat kembali elektroda dan dibilas dengan Aquadest,

- Direndam elektroda dalam larutan pH 7 (Buffer pH solution).

b. Analisa TDS

- Dituang air yang akan dianalisa kedalam corong alat TDS.

- Ditekan tombol “On” kemudian jarum menunjukkan pada alat baca.

- Dikalikan alat TDS per 10, 100, 1000 ppm.

c. Analisa Phenolphtalein-Alkalinity

- Diambil sampel air sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

- Ditambahkan ke dalam sampel beberapa tetes indikator phenolphtalein hingga air

berwarna merah rose.

(48)

d. Analisa Methyl-Alkalinity

- Ditambahkan beberapa tetes indikator methyl orange kedalam sampel air dari analisa

phenophtalein-Alkalinity sampai berwarna orange.

- Dititrasi sampel dengan larutan H2SO4 0,02 N hingga warna berubah menjadi orange

kemerah-merahan.

e. Analisa Total Hardness

- Diisi tabung reaksi dengan sampel air 20 ml

- Dimasukkan kedalam sampel air 10 tetes reagen hardness A diaduk hingga rata

- Ditambahakan 3 tetes reagen hardness B dan diaduk hingga sampel air akan berubah

warna menjadi merah jernih. .

- Ditambahkan reagen hardness C-1 ke dalam sampel tetes demi tetes sampai warna

merah jernih berubah menjadi biru jernih, berarti menandakan air tidak mengandung

magnesium dan kalsium (garam-garam dalam air).

f. Analisa Sulfit

- Dimasukkan reagen sulfit A sebanyak 10 tetes ke dalam tabung reaksi.

- Dimasukkan sampel air yang akan dianalisa ke dalam tabung reaksi sampai garis

batas.

- Dimasukkan reagen sulfit B sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi dan dikocok.

- Ditambahkan reagen Sulfit C ke dalam sampel tetes demi tetes sampai terbentuk

warna biru muda.

g. Analisa Silika

- Diisi ke dalam tabung reaksi dengan sampel air hingga batas atas.

- Ditambahkan reagen silika no. 1 ke dalam sample sebanyak 7 tetes, kemudian

(49)

- Ditambahkan reagen silika no. 2 sebanyak 6 tetes, diaduk dan ditunggu selama 5

menit.

- Ditambahkan reagen silika no. 3 sebanyak 6 tetes , diaduk dan ditunggu selama 2

menit.

- Jika silika terdapat dalam sampel maka sampel akan berubah warna menjadi biru.

- Dimasukkan Tabung reaksi ke dalam komparator, kemudian dibandingkan warnanya

dengan warna standar.

- Jika warna sampel berada diantara 2 warna standar maka rata-rata kedua nilai warna

standar tersebut dipilih sebagai nilai warna sampel.

- Jika warna sampel sangat gelap maka kadar silikanya sangat tinggi. Oleh karena itu,

harus diadakan uji kembali dengan mengencerkan sample sampai 10× pengenceran.

h. Analisa Klorida

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi hingga batas atas.

- Ditambahkan 1 tetes phenolphtalein . Jika larutan tidak berubah warna, analisa

dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

- Ditambahkan reagen klorida no.1 sebanyak 3 tetes sehingga larutan berwarna

kuning.

- Ditambahkan reagen klorida no. 2 tetes demi tetes, kemudian dikocok hingga warna

berubah dari kuning menjadi merah ungu.

(50)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil 4.1.1. Data

Data Laporan Analisa Air pada PTPN III PKS Rambutan Tebing TInggi

Tabel 4.1 Data Sebelum diolah dan sesudah diolah

No Uraian Air

2 Total Dissolved

Solid (TDS)

Dalam pengolahan air untuk keperluan air umpan ketel sangat dibutuhkan

pengawasan yang ketat dan teliti. Dimana air yang dipergunakan pada ketel harus

memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan.

(51)

pengolahan air sungai. Pada stasiun pengolahan sand filter terjadi penyaringan

partikel-partikel halus yang melayang atau padatan tersuspensi, dimana penyaringan

dapat memakai pasir atau memakai beberapa medium lain. Apabila medium tidak

dapat lagi menangkap padatan tersuspensi maka dilakukan backwash untuk

mengaktifkan medium kembali.

Didalam stasiun pengolahan kation terjadi pengikatan ion-ion kesadahan dan

kation bermuatan 2 dengan resin, dimana ion-ion tersebut digantikan dengan ion-ion

H+ sehingga kesadahan muncul. Apabila resin sudah jenuh perlu dilakukan regenerasi

dengan menambahakan bahan kimia asam sulfat 98% untuk menormalkannya dimana

pH normal untuk air umpan adalah 6,5-8, dan pH normal untuk air boiler adalah

10,5-11,5. Jika pH air boiler terlampau tinggi melebihi batas persyaratan akan

menyebabkan korosi dan penumpukan kaustik soda pada dinding boiler.

Sedangakan pada stasiun pengolahan anion dengan resin, dimana ion-ion

tersebut digantikan oleh ion OH-. Apabila resin sudah jenuh perlu dilakukan

regenerasi dengan penambahan NaOH.

Selain itu dalam pengoperasian boiler juga dilakukan blowdown yang dapat

menurunkan pH, Total Dissolve Solid (TDS), silika, besi, sulfit, klorida, fosfat,

(52)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data hasil pengolahan air boiler yang dilakukan dengan penambahan Asam sulfat

(H2SO4) dan Kaustik Soda (NaOH), dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. pH, Phenolphtalein alkaliniti, Metil alkaliniti, Total alkaliniti ,Silika, Total

Dissolve Solid, Sulfit, Klorida, Total kesadahan , Kesadahan , pada air boiler yang

diukur masih sesuai dengan persyaratan yang dipakai.

2.Tahap-tahap yang dilakukan pada proses backwash pada pada tangki kation yaitu:

pencucian kembali, regenerasi dengan Asam Sulfat (H2SO4), dan pembilasan.

Sedangkan pada tangki anion yaitu: pencucian kembali, regenerasi dengan Kaustik

(53)

5.2 Saran

1. Sebaiknya pengawasan terhadap water treatment secara keseluruhan dan

khususnya pada internal boiler dan khususnya pengawasan pada internal boiler

agar memberikan hasil yang diharapkan dan tidak menimbulkan ledakan pada

boiler karena terjadi pengendapan kerak pada dinding boiler mengakibatkan

dinding boiler menjadi tebal, sehingga penyerapan panas menjadi lambat.

2. Sebaiknya resin penukar kation dan anion harus diregenerasi jika sudah jenuh

agar mutu air umpan ketel uap tidak menimbulkan korosi pada pipa ketel.

3. Sebaiknya jika dalam pipa ketel ketel uap kadar Total Dissolve Solid (TDS) sudah

tinggi maka perlu dilakukan blowdown untuk mencegah terjadinya kerak atau

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. Medan:

USU-Press.

Austin, G. T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1.Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Dorfner.K.& Hartomo. 1995. Iptek Penukar Ion. Yogyakarta: Andi Offset.

Eckenfelder, W.W. 1926 . Industrial Pollution Control. Third Edition. Singapore

McGraw-Hill Companies, Inc.

Kemmer, F.N. 2006. Nalco Chemical Company. Second Edition. New York:

Mc. Graw Hill Book Company.

Linsley.R. K. 1986. Teknik Sumber Daya Air. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Naibaho, P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan 6. Jakarta: Swadaya.

Soejardi. 1997. Pengolahan Air. Medan: Kampus LPP.

(55)
(56)

PERSYARATAN AR BOILER YANG DIPERBOLEHKAN DI PTPN III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI.

No Parameter Range/ Persyaratan

1 pH air boiler 10,5-11,5

2 Total Dissolve Solid air boiler (ppm) Max 2000

3 Silika air boiler (ppm) Max 150

4 Phenolphtalein Alkaliniti air boiler (ppm) Max 600

5 Metil Alkaliniti air boiler (ppm) Max 500-600

6 Total Alkaliniti air boiler (ppm) Min 2,5 x SiO2

7 Sulfit air boiler Max 2,0

8 Klorida air boiler 30-70

9 Total kesadahan air boiler 0

Gambar

Tabel 2 Konsentrasi Silika Pada Air Boiler
Tabel 4 Kondisi Operasi Kation
Tabel 5 Kondisi Operasi anion
Tabel 4.1 Data Sebelum  diolah dan sesudah diolah

Referensi

Dokumen terkait