• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KUALITAS UDARA RUANG KLINIK PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI RSGM UMY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN KUALITAS UDARA RUANG KLINIK PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI RSGM UMY"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Progam Studi Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Gisca Deniharyanto

20080340045

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Progam Studi Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Gisca Deniharyanto

20080340045

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii Allah SWT

Rasullah Muhammad SAW

Bapak dan mama tercinta yang selalu memberi dorongan serta motivasi kepadaku Adikku yang selalu mendoakan dan memberi semangat

(5)

iv

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Kualitas Udara Ruang Klinik Perawatan Gigi dan Mulut di RSGM UMY” dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan dukungan kepada :

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros sebagai Ketua Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Sartika Puspita, MDSc sebagai Pembimbing. 4. drg. Indri Kurniasih, M MedEd sebagai Penguji.

5. drg. Any Setyawati, SpKG sebagai Pembimbing Akademik.

6. Segenap dosen dan staf Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Keluarga yang selalu memberikan semangat dan dorongan moril maupun materiil pada peneliti.

(6)
(7)

vi

kenyataan kini, dan pengalaman-pengalaman masa lampau. Seorangpun tak

dapat membebaskan dirinya dari masa lampau. Pengalaman-pengalaman pribadi

memberi warna pada pandangan dan sikap hidup sesorang untuk seterusnya.

(8)

vii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

B. Kerangka Teori ... 22

C. Kerangka Konsep ... 23

D. Pertanyaan Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. . Desain Penelitian ... 24

B. . Tempat dan Waktu ... 24

C. . Populasi dan Sampel ... 24

D. . Variabel Penelitian ... 25

(9)

viii

A. . Hasil Penelitian ... 28 B. . Pembahasan ... 31 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. . Kesimpulan ... 35 B. . Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

ix

dari Rongga Mulut dan Rongga Pernafasandi

LingkunganKedokteran Gigi ... 20 Tabel 3. Jumlah Angka Kuman Udara dan Jumlah Kunjungan

Pasien Ruang Klinik Perawatan Gigi dan Mulut RSGM UMY Setiap Hari Rabu Pukul 07.30-15.30 Selama 4

Minggu ... 29 Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Jumlah Selisih Angka

Kuman dan Jumlah Kunjungan Pasien ... 30 Tabel 5. Hasil Analisa Statistik Korelasi Spearman’s rho

Hubungan Jumlah Kunjungan Pasien dengan Peningkatan Jumlah Angka Kuman di Ruang Perawatan

(11)

x

Lampiran 2 : Hasil Laboratorium Setelah Ruangan Digunakan Lampiran 3 : Hasil Olah Data

Lampiran 4 : Foto Pengambilan dan Gambar Sampel Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian

(12)
(13)

xii

Latar Belakang: Penggunaan handpiece dan ultra sonic scaler dapat menghasilkan droplet saliva dan butiran halus yang mengandung bakteri dapat mengkontaminasi udara dilingkungan dokter gigi. Bakteri yang terdapat di udara merupakan penyebab terjadinya infeksi silang (infeksi nosokomial) yang cara penularannnya melalui udara (airborne disease).

Tujuan penelitian: Mengetahui kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY berdasar pemeriksaan mikrobiologi udara.

Metodologi Penelitian: Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY. Pengambilan sampel mikrobiologi udara dilakukan mengunakan metode agar dengan mikrobiologi air sampler. Sampel diambil dari seluruh seluruh ruang klinik perawatan gigi mulut RSGM UMY sebelum ruang digunakan dan setelah ruang digunakan (8 jam). Sampel di inkubasi dengan suhu 30-35ºC selama 48 jam di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

Hasil Penelitian: Nilai rata-rata konsentrasi jumlah angka kuman udara di ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY sebelum digunakan 31.75 CFU/ml dan setelah ruang digunakan 93.18 CFU/ml. Berdasarkan hasil analisa statistic korelasi diketahui tidak ada hubungan jumlah kunjungan pasien dengan peningkatan jumlah angka kuman di ruang RSGM UMY pada hari tersebut. Kesimpulan: Kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes RI, 2005). Peran udara kesehatan masyarakat, tidak hanya penting untuk bernafas, mendinginkan tubuh, mendengar dan membau tetapi juga sebagai media perpindahan penyakit (Suryakantha, 2006).

Kualitas udara ruang sangat penting perannya sebagai salah satu persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Pemantauan kualitas udara dilakukan dengan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara yaitu kuman, debu dan gas sesuai Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 (Depkes RI, 2005).

Udara dapat tercemar mikroba pathogen seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan spora. Mikroba diidentifikasi menjadi 2 jenis yaitu mikroba flora normal atau mikroba non pathogen dan mikroba patogen. Mikroba patogen yang terdapat di udara adalah salah satu penyebab terjadinya infeksi di lingkungan ruang praktek dokter gigi (Azari, dkk). Mikroba patogen yang berada di udara merupakan penyebab penyakit yang cara penularannya lewat udara (airborne disease) (Lesnicar & Zerdoner, 2003).

(15)

berhubungan dengan penyakit sebelum pasien dating atau setelah perawatan di Rumah Sakit (Suryakantha, 2006). Menurut Depkes RI (2005), infeksi nosokomial merupakan infeksi silang yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, pasien ke pasien lain, pasien ke pengunjung atau keluarga maupun petugas kepada pasien, melalui kontak langsung maupun melalui pengunjung, petugas kesehatan, alat-alat kesehatan dan lingkungan rumah sakit, peralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh lainnya.

Infeksi yang dapat terjadi di ruang lingkup dokter gigi adalah penularan langsung (direct), tidak langsung (indirect), dan melalui udara (Lesnicar & Zerdoner, 2003). Penggunaan handpiece putaran tinggi dalam praktek dokter gigi dapat menghasilkan butiran air halus (aerosol) dan droplet saliva yang mengandung bakteri dapat terbawa oleh udara (Azari, dkk, 2008). Selain itu penggunanan ultra sonic scaler merupakan salah satu penyebab kontaminasi udara dalam praktek dokter gigi (Barlean, dkk, 2008).

Mikroba patogen yang dapat terbawa udara terdapat dalam aerosol yang terkontaminasi bakteri (Tablan, dkk 2008). Menurut Depkes RI, 2005 airbone droplet nuclei memiliki 2 klasifikasi yaitu lebih dari 5µm ( percikan besar)

(16)

common cold, influenza, severe acute respiratory syndrome (SARS) dan virus

herpes (Barlean, dkk, 2010).

Berdasarkan Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 (Depkes RI, 2005) pengelompokan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, ruang perawatan gigi di rumah sakit termasuk pada zona dengan risiko sangat tinggi dapat disetarakan dengan ruang bedah mulut, ruang operasi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi. Sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, maka untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan diperlukan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

(17)

pengamatan juga diketahui bahwa setiap ruang dilengkapi air conditioner. Pencahayaan didapat dari lampu dan cahaya matahari melalui jendela.

Pemeriksaan khusus mikrobiologi udara penting dilakukan untuk memberikan pengetahuan secara informal dan formal kepada mahasiswa kedokteran gigi, dokter gigi dan staft entang manajemen resiko berada dalam lingkungan ruang praktek dokter gigi yang infeksius.Selain memberikan pengetahuan, pemeriksaan kontaminasi lingkungan secara berkala sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan ruang praktek dokter gigi (Azari, dkk, 2008). Berdasarkan uraian diatas dirasa perlu untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kualitas udara di ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY yang selama ini belum pernah dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dirumuskan masalah: “Bagaimana gambaran kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY berdasarkan konsentrasi angka kuman (CFU/ml)?” C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Mengetahui kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY berdasar pemeriksaan mikrobiologi udara.

2. Tujuan Khusus

(18)

b. Mengetahui peningkatan konsentrasi angka kuman setelah ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMYdigunakan.

c. Mengetahui hubungan jumlah kunjungan pasien dengan konsentrasi angka kuman di ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat kepada: 1. Manajemen RSGM UMY

Manajemen pengelola RSGM UMY dapat melakukan evaluasi pengelolaan kesehatan lingkungan RSGM UMY.

2. Masyarakat dan Karyawan RSGM UMY

Memberikan informasi tentang kualitas udara ruangan kepada masyarakat dan petugas kesehatan dalam upaya turut menjaga dan memperbaiki kualitas udara ruang.

3. Dokter gigi / Mahasiswa Profesi Pendidikan Dokter Gigi

Memberikan bahan masukan kepada dokter gigi dan mahasiswa profesi pendidikan dokter gigi dalam meningkatkan kesehatan lingkungan khususnya kualitas udara di ruang klinik perawatan gigi dan mulut, serta memberikan informasi pentingnya proteksi dini dari bahaya infeksi silang melalui udara.

E. Keaslian Penelitian

(19)

mengevaluasi resiko infeksi pasien, dan petugas kesehatan gigi. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi korelatif. Sampel sebanyak 90 buahdari 15 ruang praktek dokter gigi dalam satu hari. Sampel diambil dua kali yaitu sebelum tindakan klinis dan sesudah tindakan klinis. Teknik pengambilan sampelnya settling plates dengan media TSA, agar darah dan agar Sabouraud. Pengambilan sampel dalam setiap ruang dilakukan di dua tempat yaitu area aktif operatif dekat dengan dental unit (kurang lebih 30cm) dan di sudut ruangan (kurang lebih 2,5 meter dari dental unit). Sampel diinkubasi selama 1-2 hari dengan suhu 370C dan untuk sampel dengan media Sabouraud diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 250C. Perbedaannya, pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan mikrobiologi air sampler (sentrifugal sampler) dan menggunakan media agar untuk media bakteri. Pengambilan sampel diambil dua kali pada pagi dan sore hari sebelum dan sesudah digunakan. 2. Azari, dkk (2008), meneliti tentang Airborne Microbial Contamination of

Dental Unit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui konsentrasi bakteri dan jamur yang berada di udara pada sekolah kedokteran gigi. Sampel diambil di dua kelompok tempat yang berbeda yaitu di ruang operatif dokter gigi dan di luar ruang operatif dokter gigi. Waktu diambilnya sampel adalah pada pukul 08.00-12.00. teknik pengambilan sampel menggunakan slit impactor. Sampel diinkubasi dengan suhu 370C selama dua hari.

(20)
(21)

8 A. Tinjauan Pustaka

1. Syarat ruang praktek yang baik

Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 mengatur tentang ruang bangunan yaitu tata ruang dan kegunaannya harus sesuai fungsi dan memenuhi persyaratan kesehatan dengan mengelompokan berdasar tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut:zona dengan risiko kecil, zona dengan risiko sedang, zona dengan risiko tinggi, zona dengan risiko sangat tinggi. Ruang perawatan gigi di rumah sakit termasuk pada zona dengan risiko sangat tinggi disetarakan dengan ruang bedah mulut, ruang operasi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi. a. Ketentuan zona dengan risiko sangat tinggi :

1) Dindingnya terbuat dari porselin atau vynil setinggi langit-langit atau dicat dengan cat tembok yang terang.

2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari atas lantai.

3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan semua pintu harus selalu dalam keadaan tertutup.

(22)

5) Khusus ruang operasi harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double inp20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit.

6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai. 7) Ventilasi atau penghawaaan sebaiknya menggunakan AC tersendiri

yang dilengkapi dengan filter bakteri. Pemasangannya 2 meter dari atas lantai dan aliran udaranya dari atas kebawah.

8) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, jadi harus dibuat ruang antara. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

b. Kualitas Udara Ruang

Dalam upaya penyehatan ruang dan bangunan yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi bangunan , ruang dan bangunan, kualitas udara ruang, pencahayaan, penghawaan (ventilasi), kebisingan, dan memiliki sanitasi yang baik. Syarat kualitas udara ruang yang dianjurkan sesuai Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 (Depkes RI, 2005) adalah:

1) Tidak berbau terutama amoniak dan gas H2S

2) Nilai maksimal mikroorganisme udara ruang menurut fungsinya tidak melebihi ketentuan, (tabel 1)

(23)

Tabel 1. Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit Ruang atau Unit Konsentrasi Maksimum

Mikro-organisme per m³ Udara (CFU/m³)

Operasi 10

Bersalin 200

Pemulihan/perawatan 200-500

Observasi bayi 200

Perawatan bayi 200

Perawatan premature 200

ICU 200

Jenazah/autopsy 200-500

Penginderaan medis 200

Laborataorium 200-500

Radiologi 200-500

Sterilisasi 200

Dapur 200-500

Gawat darurat 200

Administrasi Pertemuan 200-500

Ruang luka bakar 200

Sumber :Kemenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 (Depkes RI, 2005) c. Pemeriksaan Mikrobiologi Udara

Menurut Kepmenkes RI No. 1335/Men Kes/SK/X/2002 alat yang digunakan dalam pengambilan sampel mikrobiologi adalah Microbiologi Air Sampler waktu pengambilan sampel yang terbaik

adalah setelah ruangan dibersihkan. Prosedur yang dianjurkan dalam pengambilan sampel dan analisisnya adalah:

1) Metode agar

a) Lakukan uji fungsi alat

(24)

menit atau dengan sterilisasi kering dengan suhu 700C selama 1 jam.

c) Badan alat didesinfeksi dengan menggunakan alcohol 70% atau bahan desinfektan lainnya.

d) Pasang battery pada alat atau adaptor.

e) Pasang kembali kipas dan pelindung pada badan alat.

f) Atur waktu sesuai dengan lama pengambilan sampel yang direncanakan.

g) Pasang alat pada piring penyangga atau tripod. h) Siapkan agar strip (media agar)

i) Tempatkan alat pada titik pengambilan sampel.

j) Lepaskan media agar strip dari kemasannya dan segera pasangkan pada tempatnya (pelindung kipas) dengan posisi permukaan agar strip menghadap ke kipas.

k) Hidupkan alat.

l) Tekan tombol start pada remote starter (jarak petugas pada dengan alat minimal 3 meter) tinggalkan ruangan apabila alat sedang beroperasi.

m) Alat akan berhenti secara otomatis sesuai dengan pengaturan waktu.

n) Petugas akan segera masuk dan matikan alat.

(25)

p) Beri keterangan atau lebel seperlunya antara lain: waktu pengambilan, lokasi/tempat, lama pengambilan sampel dan nama petugas.

q) Lapisi agar strip dengan alumunium foil simpan pada cool box (kotak pendingin) dengan suhu 4-100C.

r) Masukkan agar strip pada incubator dengan suhu 30-350C selama 48 jam.

s) Hitung jumlah koloni kuman yang tumbuh dengan Colony Counter.

t) Hidupkan Colony Counter tempatkan media strip agar dengan posisi terbaik pada display dan hidupkan lampu. u) Pasang kabel detector pada Colony Counter lalu hidupkan

kalkulator.

v) Hitung koloni kuman yang tumbuh dengan cara menekan ujung detector pada agar strip.

w) Jumlah koloni kuman yang terbentuk pada agar strip dapat dibaca pada kalkulator.

x) Menghitung jumlah koloni kuman dengan rumus:

Keterangan :

KK = jumlah koloni kuman yang terbentuk

(26)

2) Metode Tuang (Pour Plate)

a) Periksa battery melalui indicator flow rate (tingkat akhir) 2,0 Lpm (liter/menit) apabila indicator kiasaran naik turun 0,2 Lpm perlu diganti battery.

b) Isi impinger dengan larutan fisiologis NaCL 0,9% sebanyak 10ml.

c) Tutup tabung impinger dengan rapat jangan sampai terdapat gelembung.

d) Sterilisasi tabung impinger yang sudah terisi reagen penyerap dengan sterilisasi basah pada suhu 1210C selama 15 menit. e) Tempatkan impinger pada bahan alat

f) Impinger yang sudah berisi larutan fisiologis NaCL 0,9% dihubungkan dengan flowmeter.

g) Hidupkan alat dan atur flowmeter 1-2 Lpm h) Baca dan catat flowmeter pada skala indicator

i) Lakukan pengambilan sampel selama 15-30 menit, sesuai dengan kondisi kebersihan ruang.

j) Matikan alat dan lepaskan impinger dari badan alat.

k) Masukkan sampel dalam coolbox dan dikirim ke laboratorium. l) Siapkan 5 petridish steril, kemudian tuangkan sampel kedalam

petridis steril masing-masing 1ml.

(27)

n) Pada setiap petridish ditungkan media agar (Plate Count Agar) sebanyak 10-15 dalam suhu 46-500C.

o) Goyangkan setiap petridish secara perlahan agar bercampur merata.

p) Diamkan petridish yang berisi sampel sampai membeku. Kemudian masukkan kedalam incubator pada suhu 350C selama ±24-48 jam dengan posisi petridish terbalik.

q) Koloni yang tumbuh dihitung dengan Colony Counter r) Perhitungan menggunakan rumus

R =

JK=

Keterangan:

R= Jumlah koloni rata-rata (koloni/ml) JK= Jumlah kuman

V= Larutan fisiologis (ml) Q= Debit aliran udara

t= Lamanya waktu pengambilan sampel (menit) a-d= Jumlah kuman di petridish a-d

(28)

2. Infeksi nosokomial a. Pengertian

Infeksi dan penyakit menular merupakan masalah terbesar kesehatan Indonesia.Infeksi terjadi saat mikroorganisme mengadakan interaksi dengan tubuh yang terpapar.Orang yang dalam kondisi lemah atau sakit sangat rentan sehingga memudahkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.Keadaan ini semakin memperparah penyakit yang diderita bahkan menyebabkan kematian(Depkes RI.2005).

Infeksi nosokomial (infeksi silang) dapat terjadi terhadap pengguna pelayanan kesehatan melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien yang lain, dari petugas ke petugas ke pasien, melaui kontak langsung ataupun melalui perantara seperti alat dan bahan yang terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya(Depkes RI.2005).

(29)

b. Cara penularan

Menurut Lesnicar & Zerdoner (2003), infeksi yang dapat terjadi di ruang lingkup dokter gigi adalah:

1) Penularan langsung (direct) melalui tangan : a) Dengan darah yang terkontaminasi b) Saliva dan cairan mulut lainnya c) Eksudat dari saluran pernapasan

2) Penularan tidak langsung (indirect) melalui kontaminasi : a) Alat-alat kedokteran gigi

b) Material, prothesa, dan film c) Desinfeksi

d) Air

3) Penularan melalui udara (a) Melalui droplet infeksius (b) Melalui aerosol infeksius c. Cara pencegahan

Menurut Center for Disease Control (CDC) Guidelines for Infection Control in DentalHealth-Care Settings yang dikutip oleh Lucia,dkk(2010) menyatakan bahwa cara pencegahan untuk mengontrol kontaminasi udara di ruang praktek dokter gigi adalah penerapan kewaspadaan universal:

(30)

b) Masker

c) Glove (sarung tangan) d) Kaca mata

2) Pre-opertive kepada pasien dengan pemberian antiseptik chlorhexidine gluconate.

3) Isolasi daerah operasi dengan rubber dam

4) Penggunaan vacuum sebelum tindakan yang menghasilkan aerosol. 5) Metode sirkulasi udara dengan sistem ventilasi dan air conditioning

systems.

6) Filter udara dari partikel padat dan merkuri

7) Lampu ultraviolet dan desinfeksi alat dan permukaan kerja. 3. Cara pemeliharaan kualitas udara

Ventilasi menggunakan AC merupakan salah satu tindakan preventif di ruang dokter gigi untuk mencegah infeksi silang melalui udara.Fungsi dari AC adalah untuk mengurangi kontaminasi udara di ruang dokter gigi dan mencegah sirkulasi mikrobiologi udara yang mencemari udara ruang (Szymanska, 2007). Tata laksana ventilasi dan pengaturan udara untuk rumah sakit sesuai Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 (Depkes RI) adalah:

(31)

b. Penggunaan AC harus diperhatikan coling towernya agar tidak menjadi tempat perindukan bakteri legionella

c. Suplai udara dan exhaust (pengeluaran) digerakkan dengan mekanis, dan kipas pengeluaran diletakkan diujung ventilasi.

d. Sistem ventilasi dibuat keseimbangan tekanan untuk ruang operasi dibuat tekanan lebih tinggi dari ruang lainnya

e. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap. f. Suplai udara diatas lantai.

g. Suplai udara pada ruang sensitif seperti ruang operasi diambil dekat langit-langit dan pengeluaran dekat lantai, hendaknya dibuat disediakan dua buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.

h. Penggunan filter bakteri.

i. Letak AC minimum 2 meter diatas lantai atau minimum 0,20 meter dibawah langit-langit.

j. Satu bulan sekali disinfeksi udara dengan aerosol (resorcinol,trietilen glikol) atau disaring dengan electron presipitator atau menggunakan

penyinaran ultra violet.

(32)

4. Udara

Menurut Suryakantha (2006) udara merupakan lingkungan fisik yang sangat penting, jika di dunia tidak terdapat udara maka tidak akan terdapat kehidupan. Pentingnya kualitas udara bagi kesehatan selain untuk bernafas, mendinginkan tubuh, membantu indra pendengaran dan indra pembau adalah sebagai sarana perpindahan dan penularan penyakit.

Udara terdiri dari campuran berbagai macam unsur gas antara lain nitrogen (78%), oksigen (21%), karbondioksida (0,03%) sisanya terdiri dari gas helium, argon, neon, dll. Jika melihat kandungan udara yang tidak murni, udara selalu mengandung substansi asing dalam bentuk padat, cair dan gas.Udara yang terkontaminasi substansi asing seperti debu, bakteri dan jamur dapat menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan manusia. Seperti di dalam lingkungan kesehatan, banyak terdapat bakteri yang bersifat pathogen dan bakteri yang telah resisten terhadap antibiotic (Suryakantha, 2006).

(33)

Dokter gigi selama melakukan perawatan dapat terpapar oleh mikroorganisme patogen (Lucia, dkk, 2010).Tabel 2 menunjukkan mikroorganisme yang sering penularannya melalui droplet di kedokteran gigi (Lesnicar & Zerdoner, 2003).

Tabel 2.Mikroorganisme yang Penyebarannya melalui Droplet dari Rongga Mulut dan Rongga Pernafasan di Lingkungan Kedokteran Gigi

Bakteri Virus Jamur Parasit

Mycobacterium

Epstein-Barr virus Aspergillus spec. Yersinia pestis Influenza virusi

Yersinia pestis (lung form)

Parainfluenza virus** Bordetella pertussis Adenovirus Streptococcus

pyogenes**

Parotitis virus Coxiella burnetii Rubella virus Chlamidia * prevailing airborne infections ** spread by contact is also possible 5. Karakteristik RSGM UMY

(34)

gigi, dokter gigi spesialis dan mahasiswa profesi pendidikan dokter gigi dibawah supervisi dosen pembimbing. Untuk memberikan pelayanan kesehatan RSGM UMY mempunyai ruang klinik perawatan gigi dan mulut yang terdiri dari 4 bangsal yaitu Bangsal Muzdalifah, Bangsal Arofah, Bangsal Multazam dan Bangsal Mina. Yang didalamnya terdapat dental unit sebanyak 13 di bangsal Mina dan Muzdalifah, dan 25 di bangsal Arofah dan Multazam.Jarak antar dental unit di ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY ± 2,5 meter. Dan besar dari setiap ruang klinik perawatan gigi dan mulut tersebut berbeda-beda, untuk ruang klinik Multazam dan Arafah berukuran 420m², dan bangsal Mina dan Muzdalifa berukuran 172.8m².

(35)

B. Kerangka Teori

Syarat penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit

Lingkungan bangunan

Tidak berbau Kadar debu Angka kuman Kadar gas

(36)

C.Kerangka Konsep

D.Pertanyaan Penelitian

1. ”Bagaimana kualitas udara berdasarkan konsetrasi jumlah angka kuman

udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY?”

2. ”Bagaimana peningkatan konsentrasi angka kuman udara disetiap ruang

klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY?”

3. Apakah terdapat hubungan jumlah kunjungan pasien dengan konsentrasi jumah angka kuman udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM

UMY?”

Kunjungan pasien ke RSGM

Ruang klinik perawatan gigi dan mulut

Debu Droplet saliva

Peningkatan angka kuman udara

(37)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Observasional analitik, yaitu untuk mengetahui gambaran kualitas udara berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Tempat penelitian ini dilakukan di RSGM UMY dan Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

2. Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal4 Februari 2015 – 25 Februari 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY.

Sampel dalam penelitian ini harus memiliki: a. Kriteria inklusi:

1) Menggunakan ventilasi mekanis.

(38)

3) Diijinkan untuk dijadikan sampel. b. Kriteria eksklusi:

Ruangan tidak diijinkan untuk dijadikan sampel. D. Variabel Penelitian

1. Kualitas udara di ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY 2. Untuk menganalisa hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ini maka :

a. Variabel independent: jumlah kunjungan pasien b. Variabel dependent: konsentrasi jumlah angka kuman E. Definisi Operasional

1. Kualitas udara

Udara di ruang klinik perawatan gigi yang memenuhi standar kualitas udara dari (Depkes RI, 2005) dengan parameter angka kuman kurang dari 200 CFU/ml.

2. Konsentrasi angka kuman udara

Jumlah mikroorganisme/bakteri yang berada di dalam 1m3 udara diukur dengan cara pemeriksaan mikrobiologi udara.

3. Jumlah kunjungan pasien

Pasien yang datang di klinik perawatan RSGM UMY dan mendapatkan 1 tindakan perawatan atau lebih dari 1 operator.

4. Ruang klinik perawatan gigi dan mulut

(39)

F. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen yang digunakan pada pengumpulan data. a. Alat:

1) Mikrobiologi air sampler (centrifugal implactor) 2) Cawan petridish

3) Cool box 4) Sarung tangan 5) Masker

6) Alat tulis untuk menandai cawan petridish dan mencatat hasil b. Bahan:

1) Media agar 2) Alkohol 70% G. Cara Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan checklist survey.

b. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Direktur RSGM UMY

c. Mengajukan persetujuan Ethical clearence kepada komite etik. 2. Tahap Penelitian

(40)

b. Peneliti melakukan 4 kali pengambilan sampel angka kuman udara di ruangklinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY dan melakukan penghitungan jumlah kunjungan pasien.

c. Peneliti melakukan kultur media dan melakukan penghitungan. 3. Tahap Akhir

Peneliti melakukan analisa data dari hasil penelitian. H. Analisis Data

Hasil penghitungan ditabulasi dalam bentuk tabel sebelum dianalisis. Data diuji statistik menggunakan SPSS 16 tahun 2007. Sebelum data diuji statistik, analisa data diuji normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro wilk untuk sampel data kurang dari 50. Dengan melihat

signifikansinya jika signifikansinya >0,05 maka data dikatakan normal. Setelah data diuji normalitas dilanjutkan dengan statistik deskriptif jika sebaran data normal penyajian data yang digunakan adalah mean dan standard devisiasi. Penyajian data dengan median dan minimum maksimum

(41)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian Gambaran kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RSGM UMY) berdasar pemeriksaan angka kuman udara dan penghitungan jumlah pasien. Pengambilan sampel angka kuman udara dilakukan dengan menggunakan alat Microbiologi Air Sampler sebanyak 4 kali setiap hari Rabu dimulai pada tanggal 4 sampai dengan 25 Februari 2015. Setiap kali pengambilan sampel dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah ruangan digunakan (8 jam). Selain pengambilan sampel angka kuman udara dilakukan juga pencatatan jumlah kunjungan pasien yang disesuaikan dengan ruang klinik pasien mendapatkan perawatan.

Tabel 3 menunjukkan data angka kuman di empat ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM dan jumlah kunjungan pasien. Terdapat peningkatan konsentrasi angka kuman sebelum dan setelah ruangan digunakan. Data jumlah kunjungan digunakan untuk mengetahui hubungan peningkatan jumlah angka kuman udara pada ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY.

(42)

Tabel 3. Jumlah Angka Kuman Udara dan Jumlah Kunjungan Pasien Ruang Klinik Perawatan Gigi dan Mulut RSGM UMY setiap hari Rabu pukul 07.30-15.30 selama 4 minggu

Bangsal Hari Rabu

Minggu I

Hari Rabu

Minggu II

Hari Rabu

Minggu III

Hari Rabu

Minggu IV

Mean

selisih

Mean

Pre

Mean

Post

n Pre Post Selisih n Pre Post Selisih n Pre Post Selisih n Pre Post Selisih

(CFU/ml) (CFU/ml) (CFU/ml) (CFU/ml)

Muzdalifah 22 26 83 57 33 41 96 55 29 27 90 63 38 22 97 75 62,5 29 91,5

Multazam 37 42 104 62 28 25 86 61 32 22 110 88 27 30 77 47 64,5 29,5 94,25

Arofah 36 39 54 15 30 21 98 77 39 19 143 124 30 26 90 64 70 26,25 96,25

Mina 19 84 95 11 13 27 90 63 25 20 78 58 20 37 100 63 48,75 42 90,75

Mean 28,5 47,75 84 36,52 26 28,5 92,5 64 31,25 22 105,25 83,25 28,75 28,75 91 62,25

(43)

Rata-rata konsentrasi angka kuman udara setelah ruangan digunakan pada minggu 1 sebesar 84 CFU, minggu ke 2 92.5, minggu ke 3 sebesar 105.25, minggu ke 4 sebesar 91 CFU. Rata-rata konsentrasi angka kuman udara sebelum ruang digunakan pada tiap ruang selama 4 kali pemeriksaan adalah 29, 29.5, 26.25, 42. Rata-rata konsentrasi angka kuman udara setelah ruang digunakan selama 4 kali pemeriksaan yaitu sebesar 91.5, 94.25, 96.25, 90.75. Dan untuk rata-rata kunjungan pasien tiap minggunya, minggu 1 sebanyak 28.5, minggu kedua 26, minggu ketiga 31.25, minggu keempat 28.75. Rata-rata kunjungan pasien ditiap ruangan, ruang Muzdalifah 30.5, ruang Multazam 31, ruang Arofah 33.75, ruang Mina 19.25.

Uji normalitas sebaran data pada penelitian ini gunakan teknik analisa Shapiro-Wilk. Ringkasan hasil uji normalitas disajikan pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Jumlah Selisih Angka Kuman Udara dan Jumlah Kunjungan Pasien

Shapiro-Wilk Kesimpulan statistik df Sig

Selisih .885 16 .046 Tidak Normal Kunjungan .963 16 .710 Normal Ket: *= p < 0,05 distribusi data tidak normal

(44)

Tabel 5. Hasil Analisa Statistik Korelasi Spearman’s rho Hubungan Jumlah Kunjungan Pasien dengan Peningkatan Jumlah Angka Kuman di Ruang Klinik Perawatan Gigi dan Mulut RSGM UMY

Selisih Kunjung-Kunjungan Correlation Coefficient

Sig.(2-tailed)

Berdasarkan hasil analisa statistik korelasi pada tabel 5 di atas diketahui tidak ada hubungan jumlah kunjungan pasien dengan peningkatan jumlah angka kuman di ruang RSGM UMY pada hari tersebut (p > 0.05). Peningkatan angka kuman disetiap ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY masih di bawah batas maksimum angka kuman udara sesuai standar Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 yaitu kurang dari 200 CFU/ml.

B. Pembahasan

(45)

Hasil dari penelitian ini dapat dilaporkan bahwa terdapat peningkatan konsentrasi angka kuman udara pada ruang klinik perawatan gigi dan mulut sebelum digunakan dan setelah digunakan. Rata-rata peningkatan angka kuman di 4 ruang adalah 61.43. Peningkatan angka kuman tidak berhubungan dengan jumlah kunjungan pasien. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan dengan sebelumnya yang dilakukan oleh Grenier (1995) di ruang Multi chair dental clinic. Penelitian pada ruang multi chair dental clinic menunjukan

hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu terjadi peningkatan konsentrasi angka kuman udara setelah ruang digunakan. Dalam ruang ruang multi chair dental clinic terdapat peningkatan konsentrasi angka kuman udara pada

daerah yang tidak melakukan perawatan gigi dan mulut. Dapat dikatakan bahwa kontaminasi udara di dalam ruang menyebar ke segala arah di dalam ruang. Hasil rata-rata konsentrasi angka kuman udara sebelum ruang digunakan 12-14 CFU/m³ sedangkan dalam penelitian ini rata-rata konsentrasi angka kuman udara adalah 31,75 CFU/m³

(46)

tidak ditemukan hubungan antara jumlah kunjungan pasien terhadap peningkatan angka kuman.

Peningkatan angka kuman udara juga pernah dilaporkan oleh Lucia, dkk (2010). Terjadi peningkatan konsentrasi angka kuman udara antara ruang klinik sebelum digunakan dan setelah digunakan. Peningkatan dilaporkan berhubungan dengan jenis perawatan yang dilakukan. Dengan membandingakan ruang klinik yang memberikan perawatan ultra sonic scaling dengan klinik yang tidak menggunakan perawatan ultra sonic scaling.

Klinik yang memberikan perawatan ultra sonic scaling memiliki konsentrasi angka kuman udara yang lebih tinggi 430 CFU/m³ sedangkan ruang klinik yang tidak memberikan perawatan ultra sonic scaling 228 CFU/m³.

(47)

gigi dapat meminimalkan kontaminasi udara yang terbawa dari luar ruang klinik.

ASHRAE (2014) Heating, ventilating, and air conditioning (HVAC) system merupakan salah satu cara pencegahan transmisi infeksi silang melalui

udara khususnya aerosol yang dapat tersuspensi di udara dalam beberapa waktu oleh karena itu perlu perencanan desain dan pengoperasian sistem HVAC. Beberapa penyakit infeksi ditularkan melalui udara yang mengandung partikel infeksius menyebar dalam bangunan salah satunya oleh sistem ventilasi. Penularan penyakit melalui udara dapat dikurangi dengan menggunakan dilution ventilation, arah ventilasi, aliran udara dalam ruang, perbedaan tekanan ruang, ventilasi pribadi, sumber asal ventilasi, filtrasi, dan ultra violet germicidal irradiation (UVGI).

Penelitian ini banyak faktor yang mempengaruhi jalannya penelitian dan hasil penelitian karena banyak keterbatasan penelitian antara lain alat yang digunakan mengambil sampel mikrobiologi udara yang terbatas waktu penggunannya, waktu pengambilan sampel disesuaikan dengan petugas yang mengambil sampel satu bulan sebelum pemeriksaan karena jadwal rutin pengambilan sampel di seluruh rumah sakit di provinsi Yogyakarta, keterbatasan dana peneliti dalam penelitian meberikan dampak jumlah sampel yang diambil hanya sedikit dan tidak dapat mengidentifikasi jenis bakteri pathogen dan bakteri non pathogen.

(48)

35 A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan di 4 ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY dengan judul Gambaran Kualitas Udara Ruang Klinik Perawatan Gigi Mulut RSGM UMY dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kualitas udara ruang klinik perawatan gigi mulut RSGM UMY sesuai dengan Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004.

2. Terdapat peningkatan konsentrasi angka kuman udara antara ruang perawatan sebelum dan setelah digunakan.

3. Tidak terdapat hubungan antara jumlah kunjungan pasien dengan konsentrasi mikrobiologi udara di ruang perawatan gigi mulut.

B. Saran

1. Bagi RSGM UMY

(49)

2. Bagi Bidang Penelitian

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap konsentrasi angka kuman melalui pemeriksaan mikrobiologi udara untuk mengetahui jenis bakteri pathogen yang berada di ruang klinik perawatan gigi dan mulut. Meneliti lebih lanjut angka kuman udara saat perawatan untuk mengetahui jenis perawatan gigi mulut yang mempengaruhi konsentrasi angka kuman udara. Meneliti angka kuman udara di sejumlah ruang perawatan dan ruang yang tidak melakukan perawatan.

3. Bagi Mahasiswa Profesi Dokter Gigi dan Dokter Gigi

(50)

37

Bârlean, L., Iancu, LS., Minea, M.L., Dãnilã, I., Baciu, D. (2010) Airbone microbial contamination in dental practices in Iasi, Romania. OHDMBSC, 9 (1), 16-20.

Dahlan, M., S. (2006). Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Arkans. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1335/Men Kes/SK/X/2002, tentang standar operasional prosedur pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan rumah sakit. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/Menkes/SK/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Grenier, D. (1995). Quantitative analysis of bacterial aerosol in two different dental clinic environment. Appiled And Environmental Microbiology, 61 (8), 3165-3168.

Harrel, S.K., Molinari, J. (2004) Aerosols and splatter in dentistry. Journal of the American Dental Association, 135, 429-437.

Kohn, W., G,. Harte, J, A,. Malvitz, D, M,. Collins, S., Cleveland, J, L., Eklund, K, J. (2004). Guidelines for infection control in dental health care setting 2003. Journal of the American Dental Association, 135, 35-47.

(51)

Lešničar, G., Žerdoner, D. (2003). Airbone and droplet infection in dentistry. ZDRAV VESTN,72, 447-51

Logotheis, D.D., Martinez-Welles, J.M., (1995). Reducing bacterial aerosol contaminationwith a chlorhexidin gluconate prerinse. Journal of the American Dental Association, 126 (12), 1634-9.

Suliyono. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Yogyakarta.

Suryakantha, A.H. (2006). Air and Ventilation. Comunity medicine (2nd ed). Kamataka.

Syzmanka, J. (2007). Dental bioaerosol as an occupational hazard in a dentist’s workplace. Annals of Adricultural and Environmental Medicine, 14, 203-207.

(52)

Gambar 1. Petugas sedang Mengoperasikan Alat Mikrobiologi Air Sampler

(53)

Gambar 3. Sampel Post Setelah diinkubasi Selama 48 Jam

(54)
(55)

kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal1 . Peran udara kesehatan masyarakat, tidak hanya penting untuk bernafas, mendinginkan tubuh, mendengar dan membau tetapi juga sebagai media perpindahan penyakit2.

Kualitas udara ruang sangat penting perannya sebagai salah satu persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Pemantauan kualitas udara dilakukan dengan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara yaitu kuman, debu dan gas3.

Udara dapat tercemar mikroba pathogen seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan spora. Mikroba diidentifikasi menjadi 2 jenis yaitu mikroba flora normal atau mikroba non patogen dan mikroba patogen. Mikroba patogen yang terdapat di udara adalah salah satu penyebab terjadinya infeksi di lingkungan ruang praktek dokter

lewat udara (airborne disease) . Infeksi nosokomial atau hospital accuired infection (HAI)

merupakan infeksi yang didapat oleh pasien, pengunjung, petugas kesehatan yang tidak berhubungan dengan penyakit sebelum pasien datang atau setelah perawatan di Rumah Sakit2. Infeksi nosokomial merupakan infeksi silang yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, pasien ke pasien lain, pasien ke pengunjung atau keluarga maupun petugas kepada pasien, melalui kontak langsung maupun melalui pengunjung, petugas kesehatan, alat-alat kesehatan dan lingkungan rumah sakit, peralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh lainnya1.

(56)

merupakan salah satu penyebab kontaminasi udara dalam praktek dokter gigi6.

Mikroba patogen yang dapat terbawa udara terdapat dalam aerosol yang terkontaminasi bakteri ()7. Airbone droplet nuclei memiliki 2

klasifikasi yaitu lebih dari 5µm ( percikan besar) dan kurang dari 5µm (percikan kecil)1. Penyakit berbahaya yang dihubungkan dengan kontaminasi udara di ruang praktek dokter gigi antara lain yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis dan juga berbagai virus yang terdapat pada saliva, jaringan gingival, hidung, tenggorokan dan paru-paru yaitu common cold, influenza, severe acute respiratory

syndrome (SARS) dan virus herpes6. METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional analitik. Tempat penelitian ini dilakukan di RSGM UMY dan Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta

dependent konsentrasi jumlah angka kuman.

Populasi dalam penelitian ini adalah ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY. Sampelnya adalah seluruh ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY. Sampel dalam penelitian ini harus memiliki:

Kriteria inklusi:

1. Menggunakan ventilasi mekanis. 2. Tidak terdapat hubungan

langsung dengan udara luar. 3. Diijinkan untuk dijadikan

sampel. Kriteria eksklusi:

1. Ruangan tidak diijinkan untuk dijadikan sampel.

(57)

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan uji statistik dan uji normalitas.

HASIL PENELITIAN

Berdasar pemeriksaan angka kuman udara dan penghitungan jumlah pasien kemudian dilakukan pengujian statistik diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah angka kuman dan jumlah kunjungan pasien

Bangsal Hari Rabu

Tabel 2. Jumlah angka kuman dan jumlah kunjungan pasien

Bangsal Hari Rabu

Minggu II

n Pre Post Selisih

Muzdalifa 33 41 96 55

Tabel 3. Jumlah angka kuman dan jumlah kunjungan pasien

Bangsal Hari Rabu

Tabel 4. Jumlah angka kuman dan jumlah kunjungan pasien

Bangsal Hari Rabu

(58)

Shapiro-Wilk Jumlah Selisih Angka

Berdasarkan tabel diatas, hasil analisis dengan Shapiro-Wilk menunjukan bahwa variabel pada penelitian ini berdistribusi tidak normal, dikarenakan data selisih angka kuman udara dan kunjungan pasien tidak normal.

Tabel 6. Hasil Analisa Statistik Korelasi Spearman’s rho Hubungan Jumlah Kunjungan Pasien dengan Peningkatan Jumlah Angka Kuman di Ruang Klinik Perawatan Gigi dan diketahui tidak ada hubungan jumlah kunjungan pasien dengan peningkatan jumlah angka kuman di ruang RSGM UMY pada hari tersebut.

PEMBAHASAN

(59)

konsentrasi angka kuman udara setelah digunakan. Rata-rata peningkatan angka kuman udara setiap ruang adalah sebesar 61.4 CFU/m3.

Hasil uji beda wilcoxon dengan menunjukan nilai (p<0,05) terdapat perbedaan yang bermakna. Signifikansi di sini berarti terdapat perbedaan konsentrasi angka kuman sebelum dan setelah ruangan digunakan.

Hasil uji korelasi pada tabel 5 menunjukan tidak terdapat hubungan antara jumlah kunjungan pasien dengan peningkatan konsentrasi angka kuman udara. Mean untuk peningkatan konsentrasi

angka kuman udara 61.4 CFU sedangkan mean 29 untuk jumlah kunjungan pasien.

Hasil dari penelitian ini dapat dilaporkan bahwa terdapat peningkatan konsentrasi angka kuman udara pada ruang klinik perawatan gigi dan mulut sebelum digunakan dan setelah digunakan.

sebelumnya yang dilakukan oleh Grenier8 di ruang Multi chair dental clinic. Penelitian pada ruang multi

chair dental clinic menunjukan hasil

yang sama dengan penelitian ini yaitu terjadi peningkatan konsentrasi angka kuman udara setelah ruang digunakan. Dalam ruang ruang multi chair dental clinic terdapat peningkatan konsentrasi angka kuman udara pada daerah yang tidak melakukan perawatan gigi dan mulut. Dapat dikatakan bahwa kontaminasi udara di dalam ruang menyebar ke segala arah didalam ruang. Hasil rata-rata konsentrasi angka kuman udara sebelum ruang digunakan 12-14 CFU/m³ sedangkan dalam penelitian ini rata-rata konsentrasi angka kuman udara adalah 31,75 CFU/m³.

KESIMPULAN

(60)

2. Terdapat peningkatan konsentrasi angka kuman udara antara ruang perawatan sebelum dan setelah digunakan.

3. Tidak terdapat hubungan antara jumlah kunjungan pasien dengan konsentrasi mikrobiologi udara di ruang perawatan gigi mulut.

SARAN

1. Bagi RSGM UMY

Hasil penelitian ini tentang pemeriksaan mikrobiologi udara ruang klinik perawatan gigi mulut RSGM UMY menunjukan hasil yang baik tetapi peningkatan angka kuman udara sesudah ruang digunakan selayaknya menjadi perhatian pihak RSGM UMY untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan udara ruang perawatan gigi mulut RSGM UMY dengan memeriksa secara rutin mikrobiologi udara sebagai tolak ukur kesehatan lingkungan RSGM UMY.

mikrobiologi udara untuk mengetahui jenis bakteri pathogen yang berada di ruang klinik perawatan gigi dan mulut. Meneliti lebih lanjut angka kuman udara saat perawatan untuk mengetahui jenis perawatan gigi mulut yang mempengaruhi konsentrasi angka kuman udara. Meneliti angka kuman udara di sejumlah ruang perawatan dan ruang yang tidak melakukan perawatan.

3. Bagi Mahasiswa Profesi Dokter Gigi dan Dokter Gigi

Perlu selalu menjaga kewaspadaan dengan tindakan preventif mencegah terpaparnya bakteri di udara dengan selalu menggunakan masker di dalam ruang klinik perawatan gigi dan mulut. Melakukan tindakan yang dapat mengurangi kontaminasi udara saat melakukan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

(61)

medicine (2nd ed). Kamataka. 3. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor:

1204/Menkes/SK/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

4. Azari, M.R., Ghadjari, A., Nejad, M.R.M., Nasiree, N.F. (2008) Airbone microbial contamination of dental units. Tanaffos, 7 (2), 54-57.

5. Lešničar, G., Žerdoner, D. (2003). Airbone and droplet infection in dentistry. ZDRAV VESTN,72, 447-51

6. Bârlean, L., Iancu, LS., Minea, M.L., Dãnilã, I., Baciu, D. (2010) Airbone microbial contamination in dental practices in Iasi, Romania. OHDMBSC, 9 (1), 16-20.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1335/Men Kes/SK/X/2002, tentang standar operasional prosedur pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan rumah sakit. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

(62)

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Dosen Program Sudi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Penggunaan handpiece dan ultra sonic scaler dapat menghasilkan droplet saliva dan butiran halus yang mengandung bakteri dapat mengkontaminasi udara dilingkungan dokter gigi. Bakteri yang terdapat di udara merupakan penyebab terjadinya infeksi silang (infeksi nosokomial) yang cara penularannnya melalui udara (airborne disease).

Tujuan : Mengetahui kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY berdasar pemeriksaan mikrobiologi udara.

Metodologi penelitian : Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY. Pengambilan sampel mikrobiologi udara dialkuakan mengunakan metode agar menggunakan mikrobiologi air sampler. Sampel diambil dari seluruh seluruh ruang klinik perawatan gigi mulut RSGM UMY sebelum ruang digunakan dan setelah ruang digunakan (8 jam). Sampel di inkubasi dengan suhu 30-35ºC selama 48 jam di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

Hasil penelitian : Nilai rata-rata konsentrasi jumlah angka kuman udara di ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY sebelum digunakan 31.75 CFU/ml dan setelah ruang digunakan 93.18 CFU/ml. Berdasarkan hasil analisa statistik korelasi diketahui tidak ada hubungan jumlah kunjungan pasien dengan peningkatan jumlah angka kuman di ruang RSGM UMY pada hari tersebut. Kesimpulan : Kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY sesuai dengan Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004.

(63)

Gambar

Tabel 1. Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Tabel 2.Mikroorganisme yang Penyebarannya melalui Droplet dari
Tabel 3. Jumlah Angka Kuman Udara dan Jumlah Kunjungan Pasien Ruang Klinik Perawatan Gigi dan Mulut RSGM UMY setiap hari Rabu pukul 07.30-15.30 selama 4 minggu
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Jumlah Selisih Angka Kuman Udara dan Jumlah Kunjungan Pasien
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa bahan makanan yang ditumbuhi jamur dan ditemukan mycotoksik yaitu jagung, sorgum, barley, gandum, padi dan biji kapuk. Untuk mengatasi tumbuhnya jamur pada bahan makanan

Komite Keperawatan mempunyai tugas pokok membantu Direktur dalam hal menyusun, menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di rumah sakit, memantau pelaksanaan

Namun, dalam observasi awal peneliti di lapangan terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Menggunakan

Sejak tahun 2001, Program Kemitraan ILO-Irish Aid telah bekerja di sejumlah negara terpilih di Asia Tenggara serta Afrika Timur dan Selatan untuk mempromosikan kerja layak

MAPE yang dihasilkan adalah 1,18% dan untuk peramalan 7 hari kedepan, model yang paling sesuai adalah model dua level Hibrida ARIMA-ANFIS dengan menggunakan

DINAS PEKERJAAN UMUM Peningkatan Jalan Angkrukketip - Sangubanyu (lanjutan) Pengawasan Teknis Peningkatan Jalan Angkrukketip - Sangubanyu (lanjutan) JB: Modal JP: Jasa Konsultansi.

Pembelajaran dengan metode demonstrasi akan dapat memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada siswa. Karena melihat suatu peristiwa secara langsung lebih menarik dan

Dalam memprediksi beban harian pada libur akhir pekan, PLN telah memberikan prediksi yang cukup akurat, karena terlihat MAPE yang dihasilkan berdasarkan fakta