ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN KREDIT
UMKM DI INDONESIA
ANALYSIS THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE REGIONAL DEVELOPMENT BANK CONVENTIONAL FOR
DISTRIBUTING THE CREDIT MICRO SMALL MEDIUM ENTERPRISES IN INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
Arka Anggara Pinasthika 20120430214
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN KREDIT
UMKM DI INDONESIA
ANALYSIS THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE REGIONAL DEVELOPMENT BANK CONVENTIONAL FOR
DISTRIBUTING THE CREDIT MICRO SMALL MEDIUM ENTERPRISES IN INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
Arka Anggara Pinasthika 20120430214
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Arka Anggara Pinasthika
Nomor mahasiswa : 20120430214
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH
KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH
KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM DI
INDONESIA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya
bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 26 November 2016
i
MOTTO
“Allah tidak mewajibkan orang-orang yang bodoh untuk menuntut ilmu kecuali
terlebih dahulu mewajibkan orang-orang yang berilmu untuk mengajar”
(Ali Bin Abi Thalib)
“Pilih satu keahlian, habiskan waktu sebagian besar untuknya, dan pastikan tidak
ada yang lain yang lebih mumpuni dalam bidang itu dibandingka Anda”
i
PERSEMBAHAN
Bismillah..
Alhamdulillah hirobbilallamin kupanjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dengan
segala kekuranganku. Segala syukur ku ucapkan kepadaMu karena telah
menghadirkan mereka yang selalu memberi semangat dan doa kepada ku.
Kepada Papa dan Mama tersayang tugas akhir ini kupersembahkan.
Tiada kata yang bisa menggantikan segala sayang, usaha, semangat dan uang
yang telah dicurahkan untuk penyelesaian tugas akhir puteranya ini.
Untuk Utti tersayang yang tidak ada lelahnya selalu memberikan
semangat dan dorongan demi lulusnya dari kampus kita tercinta ini.
Serta kepada teman-teman, Iman Rahman yang banyak membantu
dalam menyelesaikan tugas akhir ini, Ciko teman seperjuangan yang selalu
bisa memberikan masukan dan bantuan demi terselesainya tugas akhir ini,
terimakasih atas dukungannya. Sukses buat kalian semua. Semoga Allah
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
i
D. Definisi Operasional Variabel ... 33
E. Metode Analisis Data ... 35
A. Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM BPD di Indonesia ... 47
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Augmented Dickey Fullar Pada Tingkat Level ... 55
Tabel 2 Hasil Augmented Dickey Fuller Pada Tingkat First Difference ... 56
Tabel 3 Hasil Uji Engle Granger Cointegration Test ... 57
Tabel 4 Hasil Augmented Dickey Fuller Pada Persamaan Residual ... 62
Tabel 5 Hasil Uji Error Correction Model ... 63
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 68
Tabel 7 Hasil Uji Heterokedastisitas... 69
Tabel 8 Hasil Uji Autokorelasi ... 69
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tren Penyaluran Kredit Usaha Rakyat ... 6
Gambar 2 Tren Total DPK, Aktiva Produktif dan Jumlah Kredit ... 7
Gambar 3 Perkembangan Kredit BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012
Hingga Desember 2015... 47
Gambar 4 Perkembangan CAR BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012
Hingga Desember 2015 ... 49
Gambar 5 Perkembangan CCR BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012
Hingga Desember 2015... 50
Gambar 6 Perkembangan ROA BPD di Indonesia Pada Periode Januri 2012
Hingga Desember 2015 ... 51
Gambar 7 Perkembangan BOPO BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012
hingga Desember 2015 ... 52
Gambar 8 Perkembangan LAR BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012
vii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel
Capital Adequacy Ratio (CAR), Core Capital Ratio (CCR), Return On Assets Ratio
(ROA), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Liquid Assets Ratio
(LAR) terhadap kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bank
Pembangunan Daerah Konvensional di Indonesia pada bulan januari 2012 hingga
desember 2015, dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Data
penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel CAR dalam jangka panjang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM
bank BPD di Indonesia, sedangkan dalam jangka pendek penyaluran kredit UMKM
BPD tidak dipengaruhi CAR. Variabel CCR dalam jangka panjang maupun jangka
pendek tidak mempengaruhi penyaluran kredit UMKM BPD. Variabel ROA dalam
jangka panjang maupun jangka pendek memiliki hubungan negatif signifikan
terhadap penyaluran kredit UMKM BPD. Variabel BOPO dalam jangka panjang
maupun jangka pendek mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM. Variabel LAR dalam jangka panjang maupun jangka
pendek tidak mempengaruhi penyaluran kredit UMKM BPD.
vii
ABSTRACK
This study attempts to see how variable influence capital adequacy ratio
(CAR), core capital ratio (CCR), return on assets ratio (ROA), operating
costs/operational income (BOPO), and liquid assets ratio (LAR) to credit for
micro small medium enterprises conventional regional development bank in
Indonesia, in January 2012 until December 2015 , by using the method error
correction model (ECM). Lab data used is taken from secondary data obtained
from financial services authority, Bank Indonesia and the central bureau of
statistics. The research results show that the variable CAR in the long run affect
distribution of MSMB credit the BPD bank in Indonesia, while in the short term
distribution of MSMB credit BPD not influenced CAR. Variable CCR in the long
run and short term didn’t affect distribution of MSMB credit BPD. Variable ROA
in the long run and short term have ties negative significant for distributing the of
MSMB credit BPD. Variable BOPO in the long run and short term had links
negative significant for distributing the of MSMB credit. Variable LAR in the long
run and short term didn’t affect distribution of MSMB credit BPD.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan ekonomi disuatu negara sangat bergantung pada
perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor
perbankan terpuruk perekonomian Indonesia juga ikut terpuruk. Demikian pula
sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga
terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal. Krisis
moneter 1997-1998 yang melanda perekonomian Indonesia telah berimbas pada
sektor perbankan. Krisis tersebut menyebabkan ledakan kredit macet sehingga
melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Akibat dari krisis
tersebut banyak bank-bank konvensional yang terpaksa dilikuidasi.
Pada saat banyak perusahaan dan perbankan konvensional yang
mengalami pengunduran bahkan gulung tikar, masih terdapat beberapa jenis unit
usaha yang masih bertahan dalam krisis tersebut. Salah satu unit usaha yang
masih mampu bertahan serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi saat ini adalah
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Perhatian kepada UMKM memberikan
makna tersendiri pada pertumbuhan ekonomi dan menekan kemiskinan, bahkan
pertumbuhan dan modernisasi sektor UMKM sering diartikan sebagai salah satu
indikator keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang
Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih sering dikenal UMKM
dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika terjadi
krisis yang melanda pada tahun 1998, usaha berskala kecil dan menengah yang
relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Alasannya karena
mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau
pinjaman dari luar dalam kurs dollar. Sehingga, ketika ada fluktuasi nilai tukar,
perusahaan berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan mata uang
asing adalah yang paling berpotensi mengalami imbas krisis.
Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa struktur modal
UMKM khususnya di Indonesia, hampir sebagian besar berdasar pada investasi
pribadi. Sangat sedikit, mereka yang berhubungan dengan pihak ketiga untuk
mendapatkan dana. Jika mereka membutuhkan suntikan dana dari pihak luar,
justru pihak pihak penyedia dana selain bank, yang sangat berperan. Misal
bank-bank perkreditan rakyat atau malah rentenir. Seperti yang kita ketahui pula, bunga
yang dikenakan pada peminjam adalah sangat tinggi dan mencekik leher. Jelas,
kondisi seperti ini tidak akan terjadi untuk perusahaan berskala besar. Seperti pada
era sebelum krisis tahun 1997/1998, pada umumnya perbankan relatif enggan
mengucurkan kredit kepada UMKM. Selain memerlukan keahlian khusus,
aktivitas ini dianggap memiliki skala yang sangat kecil, sehingga perbankan lebih
berminat menyalurkan kredit kepada korporasi untuk mempercepat pertumbuhan
aset bank. Padahal selama ini usaha mikro dan kecil telah dianggap mampu
memberikan peran dan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian nasional,
sangat jelas, yaitu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga menjadi
komponen utama penciptaan lapangan kerja baru dan menekan angka kemiskinan.
Namun, apabila penyaluran kredit perbankan kepada sektor UMKM terus
menurun, bukan tidak mungkin bila usaha untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi juga akan terhambat.
Masalah klasik yang dihadapi UMKM adalah terbatasnya akses terhadap
perbankan sebagai salah satu sumber permodalan terpenting. Pada tahun 2008,
hanya 12 persen UMKM yang bisa mendapatkan akses terhadap perbankan
(Arsyad, 2008). Perbankan enggan membuka akses kredit kepada UMKM karena
beberapa pertimbangan. Pertama, tingginya biaya administrasi (transaction cost)
untuk menyeleksi, menyalurkan, memonitor dan mengumpulkan pembayaran
kredit skala kecil kepada UMKM (Adam, 2010). Kedua, tingginya risiko kredit
macet (risk of loan default) karena UMKM belum memiliki pengalaman
mengelola kredit dan belum memiliki sistem pencatatan keuangan yang baik
sehingga menyulitkan perbankan dalam menyeleksi dan menilai kelayakan usaha
UMKM (Adam, 2010; Nugroho, 2011). Ketiga, belum terbangunnya sistem
penjaminan kredit skala kecil. Akibatnya, bank akan menilai kelayakan kredit dari
sisi kemampuan UMKM menyediakan agunan. Keempat, bank memiliki
keterbatasan operasional dalam melayani kredit skala kecil kepada UMKM karena
mereka terikat dan harus mengikuti ketentuan-ketentuan microprudential
perbankan. Misalnya, ketentuan adanya agunan kredit menyebabkan bank hanya
Program pemerintah melalui KUR adalah program untuk memperlebar
akses UMKM terhadap kredit perbankan melalui skema penjaminan kredit parsial
(partial credit guarantee scheme) yang diberikan secara otomatis (automatic
guarantee). Dalam program KUR, peningkatan akses UMKM terhadap kredit
perbankan didesain untuk meningkatkan kinerja UMKM sehingga UMKM
diharapkan mampu memperluas kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi
rumah tangga miskin (RTM). Dalam konteks ini, secara implisit terlihat bahwa
program KUR didesain mampu mempercepat penanggulangan kemiskinan secara
tidak langsung melalui pemberdayaan dan peningkatan kapasitas UMKM dalam
menciptakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi RTM (TNP2K,
2015).
Sejak diluncurkan pada 2007, pelaksanaan program KUR terus
menunjukkan peningkatan. Pada periode 2008 hingga september 2014, jumlah
bank yang berpartisipasi dalam program ini berkembang dari 6 bank nasional
menjadi 33 bank (7 bank nasional dan 26 BPD). Pada periode yang sama, jumlah
debitur KUR meningkat hampir 5 kali lipat dari 2,3 juta menjadi 11,3 juta orang.
Sementara itu, jumlah realisasi kredit yang disalurkan melalui KUR juga
meningkat hampir 4,5 kali lipat dari Rp11,5triliun menjadi Rp50,3triliun. Dengan
demikian, sampai September 2014, secara kumulatif jumlah dana yang berhasil
disalurkan melalui program KUR mencapai angka Rp168,3 triliun.
Ruang Lingkup dan Hubungan Kerja Institusi dalam Pelaksanaan KUR
Bank Pemberi Kredit Ruang Lingkup Kerja
o BRI
o Bank Mandiri
o BNI
o BTN
o Menatausahakan KUR secara terpisah dengan program kredit lainnya.
o Mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyediakan dan menyalurkan KUR secara tepat jumlah dan tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah serta mematuhi ketentuan penatausahaan yang berlaku.
o Menyalurkan KUR secara langsung kepada UMKM dan Koperasi dan/atau pola channelling.
o Menetapkan tingkat bunga untuk KUR sampai dengan Rp 20 juta (KUR Mikro) sebesar 22 persen per tahun dan untuk KUR di atas Rp 5 juta sampai Rp 500 juta (KUR Ritel) sebesar 14 persen per tahun.
o Melaporkan secara periodik pelaksanaan penyaluran kredit/pembiayaan, paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya, kepada komite kebijakan cq Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Makro dan Keuangan selaku Ketua Tim Pelaksana dengan format berisi; (1) realisasi jumlah penyaluran dan baki debet KUR, (2) realisasi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi, (3) realisasi penyaluran KUR menurut provinsi, (4) jumlah debitur penerima KUR.
Sumber: diolah dari Komite Kebijakan Penjamin Kredit/Pembiayaan Kepada UMKM, 2012, Kumpulan Peraturan Terbaru KUR
Realisasi penyaluran KUR tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan target
penyalurannya. Pada periode 2010 hingga 2014, realisasi penyaluran tumbuh
dengan rata-rata 30,7 persen per tahun, sedangkan targetnya hanya tumbuh
dengan rata-rata 16,6 persen per tahun. Tidak mengherankan jika realisasi
pemerintah. Ini merupakan indikasi bahwa permintaan terhadap KUR dari
UMKM jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang diasumsikan pemerintah
(Gambar 1).
Sumber: Kemenko Perekonomian, Sebaran Penyebaran KUR, berbagai penerbitan.
Gambar 1
Lebih tingginya realisasi penyaluran KUR dibandingkan dengan targetnya
membuat pemerintah harus mencari tambahan dana untuk menutupi IJP (Imbal
Jasa Penjaminan) kepada perusahaan penjaminan. Di dalam APBN, IJP ditetapkan
nominalnya berdasarkan target penyaluran KUR yang diputuskan pemerintah.
Dengan demikian, jika realisasi melebihi target, maka IJP yang harus dibayar
pemerintah juga mengalami peningkatan. Karena itu, menetapkan target dengan
presisi yang tinggi untuk meminimalkan deviasi di antara target dengan realisasi
menjadi agenda penting untuk meningkatkan tata kelola KUR. (TNP2K, 2015)
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Juta
R
upi
ah
Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang didirikan berdasarkan UU Nomor
13 Tahun 1962, bertujuan untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan
usaha-usaha pembangunan daerah. Usaha-usaha tersebut meliputi pinjaman untuk
keperluan investasi, perluasan, rehabilitasi dan modal kerja yang dapat menunjang
laju ekonomi daerah baik oleh pemerintah maupun swasta termasuk didalamnya
terdapat program KUR. Menurut Sunarsip (2008), BPD diarahkan untuk
menopang pembangunan infrastruktur, UMKM, pertanian dan kegiatan ekonomi
lain dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Tren Total DPK, Aktiva Produktif dan Jumlah Kredit.
Sumber: Bank Indonesia, 2011 (Diolah).
Gambar 2
Kinerja BPD mengalami pertumbuhan dalam tujuh tahun terakhir.
Pertumbuhan kinerja tersebut ditunjukkan pada Gambar 2, dimana dana pihak
ketiga (DPK), total aktiva produktif dan penyaluran kredit bertambah jumlahnya
dari tahun ke tahun. Menurut Sunarsip (2008), indikasi kinerja BPD yang semakin
baik adalah dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan
- 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000
2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2
dananya di BPD. Adapun komposisi DPK BPD terdiri dari giro, simpanan
masyarakat dan sebagian besar lainnya adalah dana milik pemerintah, khususnya
pemerintah daerah.
Penelitian ini akan menganalisis peran kinerja keuangan BPD terhadap
penyaluran kredit BPD kepada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Penelitian ini juga melihat lebih jauh apabila variabel-variabel
independen tersebut digunakan untuk menganalisis kredit UMKM BPD kepada
sektor UMKM di Indonesia. Dengan melihat segala fenomena yang menarik
mengenai peran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, analisis pengaruh
kinerja keuangan bank pemerintah daerah konvensional terhadap penyaluran
kredit umkm di indonesia.
B. Batasan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi hanya data kelompok Bank
Pemerintah Daerah Konvensional di Indonesia yang menjadi objek penelitian,
variabel kinerja keuangan bank Capital Adequacy Ratio (CAR), Core Capital
Ratio (CCR), Return On Assets Ratio (ROA), Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Liquid Assets Ratio (LAR), serta data bulanan pada
kurun waktu Januari 2012 hingga Desember 2015. Dalam penelitian ini juga
mengolah data menggunakan metode Error Corection Model (ECM) yang diolah
C. Rumusan Masalah Penelitian
Dari latar belakang masalah diats maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
2. Apakah Core Capital Ratio (CCR) berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
3. Apakah Return On Assets Ratio (ROA) berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
4. Apakah Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
secara signifikan terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah
Daerah di Indonesia?
5. Apakah Liquid Assets Ratio (LAR) berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
D. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tujuan penelitian ini
adalah:
1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah
kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
2. Apakah Core Capital Ratio (CCR) berpengaruh terhadap jumlah kredit
UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
3. Apakah Return On Assets Ratio (ROA) berpengaruh terhadap jumlah
4. Apakah Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di
Indonesia?
5. Apakah liquid assets ratio (LAR) berpengaruh terhadap jumlah kredit
UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat membarikan manfaat secara teoritis,
sehingga dapat berguna sebagai sumbangan bagi dunia perbankan dan usaha
khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menegah.
Manfaat Praktis
Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai perbankan dan UMKM dalam
menganalisis dampak positif terhadap kredit sektor UMKM di Indonesia.
Bagi Lembaga Terkait
1) Sebagai masukan yang membangun bagi perbankan khusunya Bank
Pemerintah Daerah guna meningkatkan kualitas usaha kecil menengah dalam
pertumbuhan rasio kredit UMKM di Indonesia.
2) Dapat menjadi pertimbangan untuk dinas terkait yang ada di Indonesia
Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan tentang perkembangan dan efek dari penawaran
kredit usaha mikro kecil menengah, sehingga mengetahui berapa besar kontribusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Setiap negara memiliki definisi UMKM yang berbeda-beda. Jika ditinjau
dari definisi UMKM di eropa (European Commission), usaha kecil didefinisikan
sebagai usaha yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang dengan aset
sebesar kurang sama dengan 10 juta euro dan omzet sebesar kurang sama dengan
10 juta euro. Usaha menengah didefinisikan sebagai usaha yang mempunyai
tenaga kerja kurang dari 250 orang dengan aset sebesar kurang sama dengan 50
juta euro dan omzet sebesar kurang sama dengan 43 juta euro.
Indonesia sendiri, definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah tercantum
pada undang-undang nomor 20 tahun 2008, Badan Pusat Statistik, dan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. undang-undang nomor 20 tahun
2008 menjelaskan bahwa UMKM adalah :
a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dengan asset maximal 50 juta
rupiah dan omzet max. 300 juta rupiah.
b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
atau usaha besar. Kriteria usaha kecil ini memiliki asset lebih dari 50 juta
rupiah sampai 500 juta rupiah dan omzet lebih dari 300 juta sampai 2.5 milyar
rupiah.
c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau
usaha besar. Kriteria usaha menengah ini memiliki asset lebih dari 500 juta
rupiah sampai 10 milyar rupiah dan omzet lebih dari 2.5 milyar sampai 50
milyar rupiah.
Menurut Badan Pusat Statistik, UMKM didefinisikan berdasarkan
kuantitas tenaga kerja dan omzet. Berdasarkan tenaga kerja yaitu usaha kecil,
merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19
orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga
kerja 20 orang sampai dengan 99 orang. Sedangkan berdasarkan omzet, usaha
kecil adalah usaha yang mempunyai asset tetap kurang dari 200 juta rupiah dan
omzet pertahun kurang 1 milyar rupiah (BPS, 2003).
2. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a. Pengertian Kredit UMKM
Kredit atau pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah yang
selanjutnya disebut dengan kredit atau pembiayaan UMKM adalah kredit atau
pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria usaha
menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yakni:
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan, yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300 juta rupiah.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah sampai dengan paling
banyak 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai dengan
paling banyak 2.5 milyar rupiah.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling
banyak 10 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2.5 milyar rupiah sampai
dengan paling banyak 50 milyar rupiah. Menurut Berger dan Udell (2002),
penyaluran kredit usaha kecil oleh lembaga keuangan setidaknya dikenal
ada empat strategi berbeda yakni financial statement lending, asset-based
lending,credit scoring, dan relationship lending. Pada strategi financial
statement lending, keputusan pemberian pinjaman dan persyaratan
pinjaman yang dilakukan berdasarkan penilaian atas informasi
keuangan/rasio keuangan dari laporan keuangan debitur seperti dari neraca
dan laporan rugi-laba. Pada asset-based lending, keputusan pemberian
pinjaman didasarkan pada penilaian atas kualitas jaminan atau collateral
kredit yang tersedia. Sementara pada strategi credit scoring, keputusan
pemberian pinjaman didasarkan pada informasi dari laporan keuangan
dengan menambahkan perhitungan pembobotan pada kondisi keuangan
usaha / perusahaan debitur dan modal pemilik. Selanjutnya untuk strategi
relationship lending, keputusan akan pemberian pinjaman dan persyaratan
pinjaman didasarkan pada informasi atas usaha debitur, karakter,
kredibilitas debitur sebagai pemilik, serta informasi lingkungan usaha
b. Pentingnya Kredit Bank pada UMKM
Kredit dalam perekonomian sangat penting, dengan kredit seorang
kelompok atau lembaga dapat memperoleh dana yang dibutuhkan baik dalam
keadaan mendesak maupun tidak. Kata kredit sendiri berasal dari bahasa latin
yakni “credere” yang artinya percaya. Maksudnya adanya saling percaya antara
pemberi kredit dengan penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan akan
dikembalikan sesuai perjanjian. Penerima kredit mempunyai kewajiban untuk
membayar kembali pinjaman tersebut (Kasmir, 2003).
Dalam saluran kredit, tidak semua permintaan kredit debitur dapat
dipenuhi oleh bank-bank khususnya karena kondisi dan prospek keuangan debitur
yang tidak layak, antara lain karena tingginya rasio utang terhadap modal
(leverage), risiko kredit macet, moral hazard, dan sebagainya. Adanya informasi
yang tidak simetris antara bank dan debitur seperti ini dapat menyebabkan pasar
kredit tidak selalu berada dalam keseimbangan (Pohan, 2008).
Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit
didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk
uang (M1, M2) disalurkan oleh perbankan ke masyarakat dalam bentuk kredit.
Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan sempurna,
dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan
kenaikan secara proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat. Dengan
demikian, yang lebih berpengaruh terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan,
Pada tahap awal interaksi saluran kredit ini, interaksi antara bank sentral
dengan perbankan terjadi di pasar uang domestik. Interaksi ini terjadi karena di
satu sisi bank sentral melakukan operasi moneter sesuai sasaran operasional yang
ingin dicapai, apakah berupa uang primer ataupun suku bunga jangka pendek,
sementara di sisi lain, bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk
pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini tidak hanya mempengaruhi perkembangan
suku bunga jangka pendek di pasar uang, tetapi juga besarnya dana yang
dialokasikan bank-bank dalam bentuk instrumen likuiditas dan dalam pemberian
kredit.
Tahapan berikutnya transmisi kebijakan moneter dari perbankan ke sektor
riil melalui pemberian kredit yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor
eksternal. Perkembangan kredit perbankan selanjutnya akan berpengaruh pada
sektor riil, seperti kegiatan konsumsi, investasi, dan produksi, serta pada akhirnya
pada harga-harga barang dan jasa (Pohan, 2008).
Penawaran Kredit Perbankan menurut Undang-Undang Perbankan nomor
10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit
adalah semua jenis pinjaman uang atau barang yang wajib dibayar kembali
bunganya oleh peminjam. Dalam hal ini, pihak bank memberi tarif bunga atau
yang disebut bunga kredit dalam setiap permohonan kredit kepada pihak
Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Kata kredit berasal
dari bahasa Latin, yaitu “credere” yang berarti percaya. Maksud percaya bagi si
pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima
kredit merupakan pemberiaan kepercayaan sehingga penerima kredit memiliki
kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama
(Kasmir, 2011).
Selain itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus
memperhatikan dengan baik calon nasabah yang akan menjadi penerima kredit,
nasabah tersebut tentu harus dapat dipercaya. Kredit yang disalurkanpun tentu
saja harus memiliki prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Analisis kredit perlu
dilakukan bank untuk menguji kelayakan pinjaman yang nantinya akan diberikan.
Analisis kredit tentu akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah
dalam mencegah kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan
tentu saja bank sudah memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
pemberian fasilitas kredit terdapat berbagai unsur yang terkadung di dalamnya
antara lain kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, risiko, dan balas jasa
(Kasmir, 2011).
Menurut Firdaus dan Ariyanti (2011), kredit merupakan suatu benda yang
intangible yang pada dewasa ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka
bahkan konsumsi yang semuanya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup manusia.
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
harga. Kehidupan perekonomian kredit menurut Hasan (1996) diharapkan
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) modal atau uang
2. Kredit dapat meningkatkan utility suatu barang
3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
5. Kredit sebagai stabilitas ekonomi
6. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Kredit mempunyai fungsi, salah satunya untuk mengaktifkan dan
meningkatkan manfaat dari potensi-potensi ekonomi yang ada. Dengan adanya
bantuan permodalan berupa kredit, maka pengusaha baik industriawan, petani dan
sebagainya bisa memproduksi atau meningkatkan produksi dari potensi-potensi
ekonomi yang dimilikinya. Ada empat macam manfaat dari kredit yaitu : utility of
form (karena bentuknya), utility of time (karena waktunya), utility of place (karena
tempatnya) dan utility of possession atau ownerutility (karena pemiliknya)
c. Jaminan dalam Pengajuan Kredit
Usaha mikro, kecil, dan menengah dalam meminjam dana diperbankan
memiliki beberapa kendala, salah satunya adalah jaminan. Menurut Firdaus dan
Ariyanti (2011), jaminan kredit terdiri dari tiga macam yaitu :
a. Jaminan perorangan (borgtocht/personal securities/avalist)
b. Jaminan kebendaan yang intangible (immaterial/tak berwujud)
c. Jaminan kebendaan yang tangible (materiil/berwujud)
Jaminan perorangan adalah suatu kesanggupan dari seseorang pihak ketiga
sebagai penjamin (avalist) untuk kepentingan si pemberi piutang (dalam hal ini
bank) untuk mengikatkan diri dalam memenuhi kewajiban yang berutang (dalam
hal ini debitur) apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan
perorangan ini cara pengikatannya yaitu dituangkan dalam suatu pernyataan
tertulis baik dibawah tangan atau notaris oleh penjamin sendiri dengan
menyebutkan secara tegas bahwa ia sanggup memenuhi segala kewajiban debitur
sesuai dengan ketentuan pada perjanjian kredit bila debitur lalai memenuhi
kewajibannya.
Jaminan kebendaan yang Intangible atau jaminan kebendaan yang tidak
terlihat ini adalah cessie dan endosssement. Cessie adalah penyerahaan hak atas
kebendaan yang tidak terlihat seperti hak atas penagihan utang (receivables), hak
sewa dan sebagainya. Cessie pada dasarnya bukanlah merupakan lembaga
jaminan tetapi lebih merupakan sumber pembayaran atas suatu utang.Jaminan ini
atas dasar pertimbangan bahwa hak yang diserahkan kepada bank tersebut hanya
Ada tiga macam cessie, yaitu cessie atas nama, cessie atas hak sewa dan cessie
atas hak pakai. Cessie atas nama, yaitu debitur menyerahkan hak tagihan atas
piutangnya (terhadap pihak ketiga) kepada bank dengan maksud bila terjadi
wanprestasi, maka utang debitur kepada bank dapat dilunasi (diangsur) dengan
cara bank menagihnya kepada pihak ketiga tersebut, tanpa harus memberitahukan
terlebih dahulu kepada debitur. Cessie atas hak sewa, yaitu jaminan yang disertai
dengan surat penyataan persetujuan dari pemilik tanah/bangunan. Cessie atas hak
pakai, yaitu jaminan dengan hak pakai suatu ruangan, bangunan atau toko yang
timbul karena pemilikan, sewa atau hal-hal lain yang sah yang dapat diganti
kepihak ketiga apabila debitur melakukan wanprestasi. Sedangkan endorserment
adalah penyerahan surat-surat berharga yang memuat order clause (wesel,
efek-efek, obligasi, dan lain-lain) kepada bank sebagai jaminan pemijaman dana.
Jaminan kebendaan yang tangible/materiil, yaitu jaminan yang berupa
benda/barang yang berwujud secara fisik baik barang bergerak maupun barang
tidak bergerak. Barang bergerak dalam kelompok ini ialah mesin-mesin,
peralatan, kendaraan, perhiasan, bangunan/rumah diatas tanah sewa, inventaris
kantor, barang-barang dagangan, hasil bumi dan sebagainya, cara pengikatannya
dengan cara fiducia atau fiduciare eigendoms overdracth (F.E.O) dan Gadai .
Sedangkan barang tidak bergerak ialah tanah (status hak milik, hak guna
bangunan dan hak guna usaha), kapal laut berukuran 20 M3 atau lebih,
mesin-mesin berat yang melekat dengan lantai beton, cara pengikatan barang tidak
3. Hubungan Antar Variabel
a. Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan penyaluran kredit UMKM
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh
kegiatan operasional bank, misalnya dalam pemberian kredit. CAR menunjukkan
sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang
tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Maharani,
2011).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/18/PBI/2006, bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko
yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) ini pada prinsipnya
adalah bahwa untuk setiap penanaman dalam bentuk kredit yang mengandung
risiko maka harus disediakan sejumlah modal yang disesuaikan dengan persentase
tertentu sesuai jumlah penanamannya tersebut (Triasdini, 2010). Rumus untuk
menghitung CAR:
CAR =
b. Hubungan Core Capital Ratio (CCR)dengan penyaluran kredit UMKM
Core Capital Ratio (CCR) adalah rasio modal inti utama (common equity
(common stock) dan tidak memiliki fitur preferensi dalam pembayaran
dividen/imbal hasil.
Dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu
berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional, maka bank
perlu meningkatkan kemampuan untuk menyerap risiko yang disebabkan oleh
kondisi krisis dan/atau pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan Bank sesuai dengan standar
internasional yang berlaku yaitu Basel III.
Peningkatan kualitas permodalan Bank dilakukan melalui penyesuaian
komponen dan persyaratan instrumen modal serta penyesuaian rasio-rasio
permodalan. Selanjutnya, Peningkatan kuantitas permodalan Bank dicapai
melalui kewajiban pembentukan tambahan modal sebagai penyangga (buffer)
berupa capital conservation buffer, countercyclical buffer, dan bank yang
dianggap berpotensi sistemik wajib membentuk tambahan modal berupa capital
surcharge.
Regulator menggunakan rasio modal inti 1 hingga kelas kecukupan modal
perusahaan, perusahaan harus memiliki rasio modal inti 1 dari 6 persen atau lebih
di bawah persyaratan Basel III dan tidak harus membayar dividen atau distribusi
yang akan mempengaruhi modal. Ambang asli untuk rasio modal inti 1 di bawah
Basel I adalah 4 persen. Perusahaan yang mempunyai peringkat sebagai
kekurangan modal, dilarang membayar dividen atau biaya manajemen . Selain itu,
mereka diwajibkan untuk mengajukan rencana pemulihan modal.
CCR =
c. Hubungan Return On Assets Ratio (ROA) dengan penyaluran kredit UMKM
Return on asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan, semakin besar pola tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rumus
untuk menghitung ROA :
ROA =
Total asset biasanya digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah
jumlah asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga
seperti sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan dalam
saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan
penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2005).
d. Hubungan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional(BOPO)dengan
penyaluran kredit UMKM
BOPO merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
menjalankan aktivitas utamanya terhadap pendapatan yang diperoleh dari
aktivitas tersebut. Aktivitas utama bank seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja,
biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional
adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk
efisien biaya operasionalnya yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
BOPO =
e. Hubungan Liquid Assets Ratio (LAR) dengan penyaluran kredit UMKM
Liquid assets ratio (LAR) atau rasio asset likuid yang artinya adalah
Penggunaan dana bank dua prioritas pertama yang dialokasikan dalam bentuk
cadangan likuiditas yang terdiri dari cadangan primer dan cadangan sekunder.
Cadangan primer dimaksudkan antara lain untuk memenuhi ketentuan likuiditas
wajib minimum dan untuk keperluan operasi termasuk untuk memenuhi semua
penarikan simpanan dan permintaan kredit nasabah. Cadangan primer terdiri
dari: uang kas yang ada dalam bank, saldo rekening pada bank sentral, dan
warkat-warkat yang dalam proses penagihan. Cadangan sekunder yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang jangka
waktunya diperkirakan kurang dari satu tahun. Tujuan utama yaitu untuk
memperoleh keuntungan.
LAR =
B. Penelitian Terdahulu
Untuk saat ini banyak penelitian yang membahas tentang penyaluran
kredit UMKM, namun ada beberapa penelitian yang dapat digunakan sebagai
suatu acuan dasar dalam penulisan penelitian ini.
1. Lusia Estine Martin
Lusia Estine Martin (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
“Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Non Performing
Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit (Studi
Kasus Pada PD. BPR BKK Pati Kota Periode 2007-2012)”. Mencoba melihat
hubungan antara pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit
Ratio dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pemberian kredit. Sementara itu, Non Performing Loan dan
Return On Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian kredit
sedangkan Net Interest Margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pemberian kredit. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR,
LDR, NPL, ROA, NIM dan BOPO terhadap pemberian kredit dengan koefisien
determinasi sebesar 0,960.
2. Dewi Ratih Wijayanti
Dewi Ratih Wijayanti (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus Bank
variabel dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap pemberian kredit di Bank
BPR Jatim. Selain itu, hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya
pengaruh CAR terhadap pemberian kredit oleh bank BPR Jatim. Sekalipun
demikian, hasilnya pun negatif. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber
permodalan pada BPR didominasi oleh DPK. Selain itu, aspek dimensi sosial
pada BPR Jatim yang berkewajiban menyalurkan kredit kepada UMKM. Jawaban
diatas juga relevan untuk menjawab hasil penelitian NPL yang memiliki
hubungan negatif dengan besarnya penyaluran kredit. NPL berpengaruh positif
terhadap pemberian kredit yang berarti tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa Selanjutnya hasil analisis data uji parsial diketahui bahwa
dana pihak ketiga merupakan faktor paling dominan dalam memberikan
kontribusi terhadap penyaluran kredit oleh Bank BPR Jatim.
3. Luh Wina Arisandi
Luh Wina Arisandi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kondisi Internal Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR)
Dan Non Performing Loan (NPL) Pada Keputusan Pemberian Kredit di PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2004 –2013”. Mencoba melihat hubungan
antara pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Hipotesis kedua Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia
negatif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No. Penelitian, tahun dan
Judul
Variabel Metode
analisis
Hasil
1 Lusia Estine Martin (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh “Capital Adequacy Ratio (CAR), (Studi Kasus Pada PD. BPR BKK Pati Kota Periode
(NPL) berpengaruh
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan hipotesis
berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian
D. Penurunan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah disajikan, hipotesis yang akan
diujikan kebenarannya secara empiris adalah sebagai berikut :
1. Capital adequacy ratio (CAR) diduga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di
Indonesia?
2. Core capital ratio (CCR) diduga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
3. Return on assets ratio (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?
4. Operating expenses/operating income (BOPO) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah
di Indonesia?
5. Liquid assets ratio (LAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah kredit UMKM pada Bank Pemerintah
Daerah di Indonesia, untuk melihat apakah Capital Adequacy Ratio (CAR),
Core Capital Ratio (CCR), Return On Assets Ratio (ROA), Biaya
Operasional/Pendapatan Operasional(BOPO), dan Liquid Assets Ratio (LAR)
dengan menggunakan data bulanan pada bulan Januari 2012 sampai dengan
Desember 2015.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Data yang
digunakan adalah data sekunder runtun waktu time series berupa data bulanan
pada tahun bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Data sekunder
adalah data yang diperolah dalam bentuk jadi, sudah diolah, dikumpulkan dan
diterbitkan secara resmi oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk
publikasi. Adapun data-data tersebut didapat dari instansi-instansi pemerintah
yaitu :
1. Otoritas Jasa Keuangan.
2. Bank Indonesia.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan cara melakukan studi pustaka dari berbagai laporan, literatur,
penelitian dan dokumen yang secara resmi dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik yang berkaitan dengan
penelitian.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari varabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang
dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, dimana pengaruhnya
dapat positif maupun negatif.
Kredit UMKM Bank Pemerintah Daerah merupakan variabel
dependen dalam penelitian ini, sedangkan variabel independennya adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR), Core Capital Ratio (CCR), Return On Assets
Ratio (ROA), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan
Liquid Assets Ratio (LAR).
Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Kredit UMKM BPD Konvensional
Data penyaluran kredit UMKM yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai realisasi kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah yang ada
bulanan periode januari 2012 sampai dengan desember 2015. Data
permintaan kredit ini diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang
diakibatkan oleh kegiatan operasional bank. Data yang di dapat dalam
bentuk bulanan dari laporan yang dikeluarkan oleh laporan SPI Otoritas Jasa
Keuangan.
3. Core Capital Ratio (CCR)
Core capital ratio (CCR) adalah rasio modal inti utama (common
equity Tier 1) yaitu instrumen modal berkualitas tinggi dalam bentuk
saham biasa (common stock) dan tidak memiliki fitur preferensi dalam
pembayaran dividen/imbal hasil. Data yang didapat dalam bentuk
bulanan yang dikeluarkan oleh laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan.
4. Return On Assets Ratio (ROA),
Return on asset merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Data yang didapat dalam bentuk bulanan yang
dikeluarkan oleh laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan.
5. Biaya Operasional/Pendapatan Operasional(BOPO),
BOPO merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh bank
diperoleh dari aktivitas tersebut. Data yang dipakai dalam bentuk bulanan
yang didapat dari laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan.
6. Liquid Assets Ratio (LAR)
Liquid assets ratio (LAR) atau rasio asset likuid yang artinya
adalah Penggunaan dana bank dua prioritas pertama. Data yang dipakai
dalam bentuk bulanan yang didapat dari laporan SPI Otoritas Jasa
Keuangan.
E. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode error correction model (ECM)
sebagai alat ekonometrika perhitungannya serta digunakan juga model
analisis deskriptif bertujuan untuk mengidetifikasi hubungan jangka panjang
dan jangka pendek yang terjadi karena adanya kointegrasi diantara variabel
penelitian. Sebelum melakukan estimasi ECM dan analisis deskriptif, harus
dilakukan beberapa tahapan seperti uji stasionaritas data, menentukan panjang
lag dan uji drajat kointegrasi. Setelah data diestimasi menggunakan ECM,
analisis dapat dilakukan menggunakan metode IRF dan variance
decomposition (Basuki, 2015). Langkah dalam merumuskan model ECM
adalah sebagai berikut :
1) Melakukan spesifikasi hubungan yang diharapkan dalam model yang
diteliti.
UMKMt = α0 + α1CARt + α2CCRt + α3ROAt + α4BOPOt
α5LARt………..(1)
UMKMt : Penyaluran kredit UMKM periode t.
CARt : Capital adequacy ratio periode t.
CCRt : Core capital ratio periode t.
ROAt : Return on Assets periode t.
BOPOt :Biaya operasional/pendapatan operasional periode t
LARt : Liquid Assets Ratio periode t.
α0α1α2α3α4 α5 : Koefisien Jangka Pendek.
2) Membentuk fungsi biaya tunggal dalam metode koreksi kesalahan :
Ct = b1(UMKMt-UMKMt*) + b2{(UMKMt-UMKMt-1) – ft(Zt-Z
t-1)}2………..(2)
Berdasarkan data di atas Ct adalah fungsi biaya kuadrat, UMKMt
adalah penyaluran kredit UMKM pada periode t, sedangkan Zt merupakan
faktor variabel yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM dan dianggap
dipengaruhi secara linier oleh CAR, CCR, ROA, BOPO dan LAR. b1 dan b2
merupakan faktor baris yang memberikan bobot kepada Zt-Zt-1.
Komponen utama fungsi biaya tunggal diatas merupakan biaya
ketidakseimbangan dan komponen kedua merupakan komponen biaya
penyesuaian. Sedangkan b adalah operasi kelambanan waktu. Zt adalah faktor
variabel yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM.
1) Meminimumkan fungsi biaya persamaan terhadap Rt, maka akan
diperoleh:
UMKMt = εUMKMt + (1-e) UMKMt-1 – (1-e) ft(1-B)
2) Mensubtitusikan UMKMt – UMKMt-1 sehingga diperoleh :
LnUMKMt = β0 + β1LnCARt + β2CCRt + β3ROAt + β4BOPOt + β5LARt
………..(4)
Keterangan :
UMKMt : Penyaluran kredit UMKM pada periode t.
CARt : Capital adequacy ratio periode t.
CCRt : Core capital ratio periode t.
ROAt : Return on Assets periode t.
BOPOt : Biaya operasional/pendapatan operasional periode t
LARt : Liquid Assets Ratio periode t.
β1β2β3β4 β5 : Koefisien Jangka Panjang.
Sementara jangka pendek dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
DLnUMKMt = α1DLnCARt + α2LnCCRt + α3LnROAt + α4LnBOPOt +
α5LnLARt………..(5)
DLnUMKMt = LARt – α(LnUMKMt-1-β0-β1LnCARt-1 + β2LnCCRt-1 +
β3LnROAt-1 + β4LnBOPOt-1 + β5LnLARt-1) + t………(6)
Dari hasil parameterisasi persamaan jangka pendek dapat
menghasilkan bentuk persamaan baru, persamaan tersebut dikembangkan dari
persamaan yang sebelumnya untuk mengukur parameter jangka panjang
DLnUMKMt = β0 + β1DLnCARt + β2DLnCCRt + β3DLnROAt +
β4DLnBOPOt + β5DLnLARt-1 + β6DLnCARt-1 + β7DLnCCRt-1 + β8DLnROAt-1
+ β9DLnBOPOt-1 + β10DLnLARt-1 + ECT + t……….(7)
ECT = LnCARt-1 + LnCCRt-1 + LnROAt-1 + LnBOPOt-1 + LnLAR
t-1………(8)
Keterangan :
DLnUMKMt : Kredit UMKM (miliyar rupiah).
DLnCARt : Capital adequacy ratio (persen).
DLnCCRt : Core capital ratio (persen)
DLnROAt : Return on assets (persen).
DLnBOPOt : Biaya operasional, pendapatan operasional (persen).
DLnLARt : Liquid assets ratio (persen)
DLnCARt-1 : Kelambanan capital adequacy ratio.
DLnCCRt-1 : Kelambanan core capital ratio.
DLnROAt-1 : Kelambanan Return on assets.
DLnBOPOt-1 : Kelambanan biaya operasional, pendapatan operasional.
DLnLARt-1 : Kelambanan liquid assets ratio
t : Residual.
D : Perubahan.
t : Periode Waktu.
1. Uji Akar Unit (Unit Root Test).
Konsep yang dipakai untuk menguji stasioner suatu data runtun
waktu adalah uji akar unit. Apabila suatu data runtun waktu bersfat tidak
stasioner, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tengah mengalami
persoalan akar unit (unit root problem).
Keberadaan unit root problem bisa terlihat dengan cara
membandingkan nilai T-statistik hasil regresi dengan nilai Test
Augmented Dickey Fuller.
Model persamaannya adalah sebagai berikut :
ΔFDIt = a1 + a2T + ΔUMKMt-1 + ai ΔUMKMt-1 +
et………...(9)
Dimana ΔUMKMt-1 = (ΔUMKMt-1-ΔUMKMt-2) dan seterusnya, m =
panjangnya time-lag berdasarkan I = 1,2…..m. hipotesis 0 masih tetap
= 0 atau = 1, nilai T-statistik ADF sama dengan nilai T-statistik DF.
2. Uji Derajat Integrasi.
Apabila pada uji akar unit diatas data runtun waktu yang diamati
belum stasioner, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji derajat
integrasi untuk mengetahui pada derajad integrasi keberapa data akan
stasioner. Uji derajat integrasi dilaksanakan dengan model :
ΔUMKMt = β1 + ΔUMKMt-1 + ai ΔUMKMt-1 +
et………(10)
ΔUMKMt = β1 + β2T ΔUMKMt-1 + ai ΔUMKMt-1 +
Nilai T-statistik hasil regresi persamaan (10) dan (11)
dibandingkan dengan nilai T-statistik pada tabel DF. Apabila nilai pada
kedua persamaan sama dengan satu maka variabel ΔUMKMt dikatakan
stasioner pada derajat satu, atau disimbolkan ΔUMKMt~I(1). Tetapi
kalau tidak berbeda dengan nol, maka variabel ΔUMKMt belum
stasioner derajat integrasi pertama. Maka itu pengujian dilanjutkan ke uji
derajat intagrasi kedua, ketiga dan seterusnya sampai didapatkan data
variabel ΔUMKMt yang stasioner.
3. Uji Kointegrasi.
Uji kointegrasi yang paling sering dipakai uji Engle-Granger (EG),
uji Augmented Engle-Granger (AEG) dan uji Cointegrating Regression
Durbin-Watson (CRDW). Untuk mendapatkan nilai EG, AEG dan
CRDW hitung. Data yang akan digunakan harus sudah berintegrasi pada
derajat yang sama. Pengujian OLS terhadap suatu persamaan di bawah
ini :
UMKMt = a0 = a1ΔCARt + a2ΔCCRt + a3ΔROAt + a4BOPOt + a5LARt +
et…...(12)
Dari persamaan (12), simpan residual (error terms). Langkah
berikutnya adalah menaksir model persamaan autoregressif dari residual
tadi berdasarkan persamaan-persamaan berikut :
Δ t= t-1………..(13)
Δ t= t-1 + ai Δ t-1……….(14)
H0 : = I(1), artinya tidak ada kointegrasi.
Ha : # I(1), artinya ada kointegrasi.
Berdasarkan hasil regresi OLS pada persamaan (12) akan
memperoleh nilai CRDW hitung (nilai DW pada persamaan tersebut)
untuk kemudian dibandingkan dengan CRDW tabel. Sedangkan dari
persamaan (13) dan (14) akan diperoleh nilai EG dan AEG hitung yang
nantinya juga dibandingkan dengan nilai DF dan ADF tabel.
4. Uji Error Correction Model (ECM).
Apabila lolos dari uji kointegrasi, selanjutnya akan diuji
menggunakan model linier dinamis untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya perubahan struktural, sebab hubungan keseimbangan jangka
panjang antara variabel bebas dengan variabel terkait dari hasil uji
kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat. Secara singkat, proses
bekerjanya ECM pada persamaan penyaluran kredit UMKM (5) yang
telah diubah menjadi :
ΔUMKMt = a0 + a1ΔCARt + a2ΔCCRt + a3ΔROAt + a4ΔBOPOt +
a5ΔLARt + a5et-1 +
et………(15)
5. Uji Asumsi Klasik.
Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik terdiri dari : uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi (Maddala,
a. Uji Multikolinearitas.
Berkaitan dengan masalah multikolinearitas, Sumodiningrat
(1994) mengemukakan bahwa tiga hal yang perlu dibahas terlebih
dahulu :
1) Multikolinearitas pada hakekatnya adalah fenomena sampel.
2) Multikolinearitas adalah persoalan derajat dan bukan persoalan
jenis.
3) Masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya
hubungan linier diantara variabel-variabel bebas.
Multikolinearitas adalah adanya hubungan eksak linier antar
variabel penjelas. Multikolinearitas terjadi diduga apabila nilai R2
tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai f
tinggi.
Konsekuensi multikolinearitas :
1) Kesalahan standar cenderung semakin besar dengan
meningkatnya tingkat korelasi antar variabel.
2) Karena besarnya kesalahan standar, selang keyakinan untuk
parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar.
3) Taksiran koefisien dan kesalahan standar regrasi menjadi sangat
sensitif terhadap sedikit perubahan dalam data.
Konsekuensi multikolinearitas adalah invalidnya signifikansi
variabel maupun besaran koefisien variabel dan konstanta.
R kuadrat yang tinggi (lebih dari 0,85), nilai F tinggi, dan nilai
T-statistik semua atau hamper semua variabel penjelas tidak signifikan.
b. Uji Heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap
sama dalam semua obesrvasi x, dan varians setiap residual adalah
sama untuk semua nilai variabel penjelas :
Var (u) = E[ut-E(ut)]2
= E(ut)2 = s2u konstan
Penyimpangan terhadap asumsi diatas disebut
heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan
uji Glesjer berikut ini:
et = β1 xi + vt
dimana : β = nilai absolute residual persamaan yang diestimasi
xi = variabel penjelas
vt = unsur gangguan
Apabila nilai T-statistik signifikan, maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis adanya heterokidastisitas tidak dapat ditolak.
Ada beberapa metode yang dipakai untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model empiris, seperti
dengan menggunakan uji Park tahun 1966, uji Glejser tahun 1969,
uji White 1980 dan uji Breusch-Pagan-Godfre (Gujarati, 1995).
1) Penaksiran OLS tetap tak bias dan konsisten tetapi tidak lagi
efisien dalam sampel kecil dan besar.
2) Variansnya tidak lagi minimum.
c. Uji Autokorelasi.
Gujarati (1995) autokorelasi terjadi bila nilai gangguan dalam
periode tertentu berhubungan dengan nilai gangguan sebelumnya.
Asumsi non-autokorelasi berimplikasi bahwa kovarians ui dan uj
sama dengan nol :
Cov(uiuj) = E[(ui-E(ui)][uj-E(uj)]
= E(uiuj) = 0 untuk i+j
Uji d Durbin-Watson (Durbin-Watson d Test)
Model ini deperkenalkan oleh J.Durbin dan G.S Watson
tahun 1951. Dekteksi autokorelasi dilakukan dengan
membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan
Durbin-Watson tabel. Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi pada
persamaan yang mengandung variabel dependen kelambanan, dapat
dilakukan uji Durbin LM seperti berikut ini :
ut = xt’d + TYt-1 + Ut-1 + et
dimana : ut = residual dari model yang diestimasi.
xt = variabel-variabel penjelas.
Yt-1 = variabel dependen kelambanan.
Apabila T-hitung dari residual kelambanan signifikan, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak adanya autokorelasi tidak
dapat ditolak.
Autokorelasi adalah adanya hubungan antar residual pada
suatu pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekuensi
autokorelasi adalah biasanya varians dengan nilai yang lebih kecil
dari nilai sebenarnya, sehingga nilai R kuadrat dan F-statistik yang
dihasilkan cenderung sangat berlebihan. Cara mendeteksi adanya
autokorelasi adalah dengan membandingkan nilai Durbin-Watson
statistik hitung dengan Durbin-Watson statistik tabel.
d. Uji Normalitas.
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen atau
keduanya mememiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006).
Model regresi yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal
atau mendekati normal. Penelitian ini mengunakan uji normalitas
dengan One-Sample Klomogrov-Sukirnov. Pengujian One-Sample
Klomogrov-Smirnov dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila
nilai signifikasinya lebih besar dari α = 0,05.
e. Uji Linieritas.
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang
dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak (Ghozali, 2006).