• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Gaya Tekan Tranduser Terhadap Kecepatan Gelombang Ultrasonik Pada Buah Manggis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Gaya Tekan Tranduser Terhadap Kecepatan Gelombang Ultrasonik Pada Buah Manggis"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN GAYA TEKAN TRANDUSER TERHADAP KECEPATAN GELOMBANG ULTRASONIK

PADA BUAH MANGGIS

Oleh:

KHARISMA BAYU PRIYAMBODO F14102116

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

KAJIAN GAYA TEKAN TRANDUSER TERHADAP KECEPATAN GELOMBANG ULTRASONIK

PADA BUAH MANGGIS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

KHARISMA BAYU PRIYAMBODO F14102116

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAJIAN GAYA TEKAN TRANDUSER TERHADAP KECEPATAN GELOMBANG ULTRASONIK

PADA BUAH MANGGIS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

KHARISMA BAYU PRIYAMBODO F14102116

Dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1984 di Jakarta

Tanggal lulus: ...

Disetujui, Bogor, Januari 2007

Dr.Ir. Suroso, M.Agr Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(4)

Kharisma Bayu P. Kajian Gaya Tekan Tranduser Terhadap Kecepatan Gelombang Ultrasonik pada Buah Manggis. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suroso, M. Agr. 2007

RINGKASAN

Manggis merupakan buah yang mempunyai kulit buah yang tebal, mudah dipecah, buahnya berdaging dan mempunyai rasa manis yang mengandung keasaman. Tanaman manggis berasal dari daerah semenanjung Malaysia. Daerah persebarannya di Myanmar, Kamboja, Thailand dan Filipina. Umumnya buah Manggis berbentuk bulat dengan diameter sekitar 6 sampai 8 cm. Permukaan kulit luar buahnya sangat licin.

Penentuan mutu bagian dalam buah manggis dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi gelombang ultrasonik. Gelombang ini dapat merambat pada medium padat rapat maupun cair karena termasuk jenis gelombang mekanik. Gelombang ultrasonik bisa menembus bagian dalam dari manggis sehingga parameter-parameter sifat dalam dari daging buah manggis dapat ditentukan. Dengan demikian mutu bagian dalam buah manggis akan dapat diketahui.

Saat gelombang ultrasonik akan dipancarkan, ujung tranduser harus menempel rapat pada kulit luar buah manggis. Dengan demikian gaya tekan tranduser tidak boleh terlalu kecil dan tidak boleh terlalu besar. Dikarenakan ujung tranduser lancip maka jika gaya tekannya terlalu besar, manggis akan rusak. Jika gaya tekannya terlalu kecil, maka hanya sebagian saja dari gelombang ultrasonik yang bisa masuk ke dalam buah manggis dan sebagian akan merambat ke udara yang mengakibatkan kesalahan dalam pendeteksian mutu manggis. Hal ini menyebabkan diperlukannya gaya tekan optimum tranduser agar manggis tidak rusak dan seluruh gelombang ultrasonik bisa masuk ke dalam manggis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai gaya tekan optimum tranduser lancip pada pengukuran gelombang ultrasonik sehingga pada saat penekanan buah tidak rusak. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya tekan dengan kecepatan gelombang ultrasonik.

(5)

Setelah pengukur gaya tekan tranduser ini selesai dirakit, penelitian dilanjutkan dengan penentuan besarnya gaya tekan optimum tranduser. Kemudian dilanjutkan ke tahapan yang terakhir yaitu mencari perubahan kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan dari berbagai gaya tekan tranduser.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan orang tua dengan bapak bernama Wagino dan ibu bernama Sukarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 04 pagi Jakarta Timur . Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 199 Jakarta Timur. Sedangkan untuk pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 44 Jakarta Timur, diselesaikan oleh penulis pada tahun 2002. Tidak lama kemudian, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya tertuju kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Segala nikmat-Nya yang diterima manusia, menjadi dasar kuat bahwa setiap manusia wajib bersyukur kepada-Nya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Apa yang mereka lakukan, harus dijadikan qudwah bagi umat manusia sesusudahnya.

Atas kehendak Allah SWT dan segala usaha yang telah dilakukan, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Terselesaikannya skripsi ini juga tidak terlepas atas bantuan yang diberikan dari beberapa pihak. Untuk itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dari mulai awal pelaksanaan penelitian sampai proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dr. Ir. Suroso, M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik.

2. Dr. Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr dan Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si sebagai dosen penguji skripsi.

3. Ayah, ibu, kakak dan adik tercinta yang senantiasa memberikan bantuan materi maupun non materi.

4. Bapak Sulyaden sebagai teknisi Laboratorium TPPHP.

5. Bapak Nurdin, Bapak Sandra, Bapak Muhar dan Hikmat sebagai teman satu seperjuangan dalam tim penelitian.

6. Santri-santri PPM Al – Inayah 1 (Wastono, Fajar, Yose, Yuzar, Fuad, Hakim dan semuanya ).

7. Teman-teman Al-Ikhwan (Didin, Roni, Nurheri, Farhan, Andri dan Anhar). 8. Teman-teman TEP 39

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, semoga Allah SWT membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik. Amin.

Penyusun menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini. Atas segala kekurangan tersebut, penyusun mohon maaf kepada semuanya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat untuk semua.

Bogor, Januari 2007

(8)

DAFTAR ISI

III. METODE PENELITIAN ... 12

A. Tempat dan Waktu ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Pengukur Gaya Tekan Tranduser ... 24

B. Penentuan Gaya Tekan Optimum Pengukuran Gelombang Ultrasonik dengan Tranduser Lancip ... 28

(9)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 37

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Manggis ... 4

Gambar 2. Tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik ... 10

Gambar 3. Diagram alir tahapan penelitian ... 13

Gambar 4. Unit ultrasonik ... 13

Gambar 5. Ring yang sudah tertempel strain gauge... 14

Gambar 6. Rheometer ... 16

Gambar 7. Amplifier ... 18

Gambar 8. Multimeter ... 19

Gambar 9. Pengambilan data kecepatan gelombang ultrasonik ... 20

Gambar 10. Skema pengukuran gelombang ultrasonik... 21

Gambar 11. Dudukan tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik ... 24

Gambar 12. Perbedaan gelombang ultrasonik yang benar (a) dengan gelombang ultrasonik yang rusak (b) ... 25

Gambar 13. Hubungan regresi antara tegangan dengan nilai komputer ... 26

Gambar 14. Hubungan antara nilai dalam volt dengan nilai dalam kg ... 27

Gambar 15. Manggis yang rusak akibat penekanan tranduser ... 29

Gambar 16. Perbedaan bentuk gelombang ultrasonik pada saat tegangan keluaran strain gauge 0.1 volt (a) dan 1.0 volt (b) ... 31

(11)

KAJIAN GAYA TEKAN TRANDUSER TERHADAP KECEPATAN GELOMBANG ULTRASONIK

PADA BUAH MANGGIS

Oleh:

KHARISMA BAYU PRIYAMBODO F14102116

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

KAJIAN GAYA TEKAN TRANDUSER TERHADAP KECEPATAN GELOMBANG ULTRASONIK

PADA BUAH MANGGIS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

KHARISMA BAYU PRIYAMBODO F14102116

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(13)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAJIAN GAYA TEKAN TRANDUSER TERHADAP KECEPATAN GELOMBANG ULTRASONIK

PADA BUAH MANGGIS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

KHARISMA BAYU PRIYAMBODO F14102116

Dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1984 di Jakarta

Tanggal lulus: ...

Disetujui, Bogor, Januari 2007

Dr.Ir. Suroso, M.Agr Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(14)

Kharisma Bayu P. Kajian Gaya Tekan Tranduser Terhadap Kecepatan Gelombang Ultrasonik pada Buah Manggis. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suroso, M. Agr. 2007

RINGKASAN

Manggis merupakan buah yang mempunyai kulit buah yang tebal, mudah dipecah, buahnya berdaging dan mempunyai rasa manis yang mengandung keasaman. Tanaman manggis berasal dari daerah semenanjung Malaysia. Daerah persebarannya di Myanmar, Kamboja, Thailand dan Filipina. Umumnya buah Manggis berbentuk bulat dengan diameter sekitar 6 sampai 8 cm. Permukaan kulit luar buahnya sangat licin.

Penentuan mutu bagian dalam buah manggis dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi gelombang ultrasonik. Gelombang ini dapat merambat pada medium padat rapat maupun cair karena termasuk jenis gelombang mekanik. Gelombang ultrasonik bisa menembus bagian dalam dari manggis sehingga parameter-parameter sifat dalam dari daging buah manggis dapat ditentukan. Dengan demikian mutu bagian dalam buah manggis akan dapat diketahui.

Saat gelombang ultrasonik akan dipancarkan, ujung tranduser harus menempel rapat pada kulit luar buah manggis. Dengan demikian gaya tekan tranduser tidak boleh terlalu kecil dan tidak boleh terlalu besar. Dikarenakan ujung tranduser lancip maka jika gaya tekannya terlalu besar, manggis akan rusak. Jika gaya tekannya terlalu kecil, maka hanya sebagian saja dari gelombang ultrasonik yang bisa masuk ke dalam buah manggis dan sebagian akan merambat ke udara yang mengakibatkan kesalahan dalam pendeteksian mutu manggis. Hal ini menyebabkan diperlukannya gaya tekan optimum tranduser agar manggis tidak rusak dan seluruh gelombang ultrasonik bisa masuk ke dalam manggis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai gaya tekan optimum tranduser lancip pada pengukuran gelombang ultrasonik sehingga pada saat penekanan buah tidak rusak. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya tekan dengan kecepatan gelombang ultrasonik.

(15)

Setelah pengukur gaya tekan tranduser ini selesai dirakit, penelitian dilanjutkan dengan penentuan besarnya gaya tekan optimum tranduser. Kemudian dilanjutkan ke tahapan yang terakhir yaitu mencari perubahan kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan dari berbagai gaya tekan tranduser.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan orang tua dengan bapak bernama Wagino dan ibu bernama Sukarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 04 pagi Jakarta Timur . Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 199 Jakarta Timur. Sedangkan untuk pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 44 Jakarta Timur, diselesaikan oleh penulis pada tahun 2002. Tidak lama kemudian, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya tertuju kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Segala nikmat-Nya yang diterima manusia, menjadi dasar kuat bahwa setiap manusia wajib bersyukur kepada-Nya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Apa yang mereka lakukan, harus dijadikan qudwah bagi umat manusia sesusudahnya.

Atas kehendak Allah SWT dan segala usaha yang telah dilakukan, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Terselesaikannya skripsi ini juga tidak terlepas atas bantuan yang diberikan dari beberapa pihak. Untuk itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dari mulai awal pelaksanaan penelitian sampai proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dr. Ir. Suroso, M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik.

2. Dr. Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr dan Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si sebagai dosen penguji skripsi.

3. Ayah, ibu, kakak dan adik tercinta yang senantiasa memberikan bantuan materi maupun non materi.

4. Bapak Sulyaden sebagai teknisi Laboratorium TPPHP.

5. Bapak Nurdin, Bapak Sandra, Bapak Muhar dan Hikmat sebagai teman satu seperjuangan dalam tim penelitian.

6. Santri-santri PPM Al – Inayah 1 (Wastono, Fajar, Yose, Yuzar, Fuad, Hakim dan semuanya ).

7. Teman-teman Al-Ikhwan (Didin, Roni, Nurheri, Farhan, Andri dan Anhar). 8. Teman-teman TEP 39

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, semoga Allah SWT membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik. Amin.

Penyusun menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini. Atas segala kekurangan tersebut, penyusun mohon maaf kepada semuanya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat untuk semua.

Bogor, Januari 2007

(18)

DAFTAR ISI

III. METODE PENELITIAN ... 12

A. Tempat dan Waktu ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Pengukur Gaya Tekan Tranduser ... 24

B. Penentuan Gaya Tekan Optimum Pengukuran Gelombang Ultrasonik dengan Tranduser Lancip ... 28

(19)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 37

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Manggis ... 4

Gambar 2. Tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik ... 10

Gambar 3. Diagram alir tahapan penelitian ... 13

Gambar 4. Unit ultrasonik ... 13

Gambar 5. Ring yang sudah tertempel strain gauge... 14

Gambar 6. Rheometer ... 16

Gambar 7. Amplifier ... 18

Gambar 8. Multimeter ... 19

Gambar 9. Pengambilan data kecepatan gelombang ultrasonik ... 20

Gambar 10. Skema pengukuran gelombang ultrasonik... 21

Gambar 11. Dudukan tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik ... 24

Gambar 12. Perbedaan gelombang ultrasonik yang benar (a) dengan gelombang ultrasonik yang rusak (b) ... 25

Gambar 13. Hubungan regresi antara tegangan dengan nilai komputer ... 26

Gambar 14. Hubungan antara nilai dalam volt dengan nilai dalam kg ... 27

Gambar 15. Manggis yang rusak akibat penekanan tranduser ... 29

Gambar 16. Perbedaan bentuk gelombang ultrasonik pada saat tegangan keluaran strain gauge 0.1 volt (a) dan 1.0 volt (b) ... 31

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Persyaratan mutu manggis segar ( Dewan Standarisasi

Nasional, 1992) ... 6

Tabel 2. Penggolongan mutu buah manggis berdasarkan tingkat warna luar ... 7

Tabel 3. Hasil konversi nilai tegangan menjadi gaya tekan ... 28

Tabel 4. Kerusakan pada manggis akibat penekanan tranduser ... 29

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Manggis yang digunakan dalam penelitian ... 37 Lampiran 2. Berat dan tinggi manggis ... 38 Lampiran 3. Nilai kekerasan manggis ... 39 Lampiran 4. Gambar timbangan digital ... 40 Lampiran 5. Gambar digital oscilloscope ... 41 Lampiran 6. Program untuk pengambilan data regresi ... 42 Lampiran 7. Data regresi ... 43 Lampiran 8. Nilai konversi yang diperoleh melalui penggunaan

(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manggis merupakan salah satu jenis buah yang disukai banyak orang. Karena rasanya yang exotic yaitu manis, asam berpadu dengan sedikit sepat maka buah ini dijuluki sebagai ”queen of fruit”. Sebagian masyarakat juga ada yang menyebut manggis sebagai ”Mutiara Hutan Belantara”.

Buah manggis tumbuh dengan baik di Indonesia dan menjadi ekspor unggulan setelah buah pisang. Selama tahun 1994, Taiwan menjadi pasar terbesar manggis Indonesia. Sebanyak 2.235.177 kg Taiwan mengimpor manggis dari Indonesia. Volume ekspor manggis Indonesia tiap tahunnya cukup besar dan mengalami peningkatan dari tahun 1999-2002. Akan tetapi jumlah ekspor manggis Indonesia tersebut relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan ekspor dari negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura. Penyebab hal tersebut adalah kurang terjaminnya mutu manggis Indonesia. Namun, Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk meningkatkan jumlah ekspornya karena cukup banyak negara-negara di dunia yang mengimpor manggis. Negara yang mengimpor manggis adalah Taiwan, Jepang, Brunei, Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swiss dan Amerika Serikat. Apalagi peluang pasar manggis di luar negeri diperkirakan akan terus meningkat dengan nilai peningkatan volume sebesar 10,7 % per tahun.

(24)

penelitian ini besar kemungkinan, jumlah ekspor manggis Indonesia akan dapat mengalahkan Thailand, Malaysia dan Singapura.

Penentuan mutu manggis berdasarkan sifat fisik luar bisa dilakukan dengan mengetahui berat, ukuran atau warna dari manggis tersebut. Sedangkan dari bagian dalam, mutu manggis akan diperoleh dengan mengetahui apakah terdapat kerusakan (getah kuning dan segmen yang bening) pada manggis dan apakah manggis tersebut mempunyai rasa yang hambar.

Penentuan mutu manggis bagian dalam dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi gelombang ultrasonik. Latar belakang hal ini adalah karena gelombang ultrasonik dapat merambat pada medium padat rapat maupun cair karena termasuk jenis gelombang mekanik. Gelombang ultrasonik bisa menembus bagian dalam dari manggis sehingga parameter-parameter sifat dalam dari daging buah manggis dapat ditentukan. Dengan demikian mesin sortasi manggis harus dilengkapi dengan penggunaan gelombang ultrasonik agar mutu manggis bagian dalamnya juga dapat diketahui.

(25)

Harus diperolehnya nilai gaya tekan tranduser optimum ini juga didasarkan atas kondisi manggis yang tidak boleh rusak ketika penekanan tranduser ke buah manggis dilakukan. Ujung tranduser yang lancip sangat memungkinkan membuat manggis menjadi rusak jika gaya tekan trandusernya terlalu besar. Manggis harus tetap dalam keadaaan seperti awalnya setelah dilakukan pemancaran gelombang ultrasonik pada buah manggis.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai gaya tekan optimum pengukuran gelombang ultrasonik dengan menggunakan tranduser lancip. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. Pembuatan pengukur gaya tekan tranduser pada buah manggis dengan strain gauge.

b. Mencari hubungan antara besarnya gaya tekan dengan kecepatan ultrasonik pada buah manggis.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Manggis

Pantastico et al (1986) dalam Anjarsari (1995) mendefinisikan manggis sebagai buah yang mempunyai kulit buah yang tebal, mudah dipecah, buahnya berdaging dan mempunyai rasa manis yang mengandung keasaman. Rukmana (1993) dalam Qanytah (2004) menyebutkan bahwa susunan tubuh tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun yang berfungsi sebagai alat penyerap, pengangkut, pengolah, pengedar dan penyimpanan makanan serta organ generatif yang meliputi bunga, buah dan biji.

Gambar 1. Manggis.

Tanaman manggis berasal dari daerah semenanjung Malaysia. Daerah persebarannya di Myanmar, Kamboja, Thailand dan Filipina. Tinggi tanamannya tidak terlalu tinggi, sekitar 20 m. Mahkota daunnya (kanopi) tampak indah menyerupai setengah kerucut. Daunnya lebar dan tebal. Batang dan cabangnya umumnya tidak rata, tetapi banyak benjolan. Bunganya besar, kelopaknya tebal berwarna hijau terdiri dari 4 helai. Putiknya pendek dengan bakal buah yang bulat besar berwarna hijau.

(27)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Gutiferanales Famili : Guttiferae Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L

Verheij (1992) dalam Setiawan (2005) menyebutkan bahwa Genus Garcinia terdiri lebih dari 400 spesies dan 40 spesies diantaranya dapat dimakan.

Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok merekomendasikan tiga klon dari buah manggis, yaitu : 1) Kelompok besar, dengan ciri-ciri sebagai berikut: panjang daun lebih besar dari 20 cm; lebar lebih besar dari 10 cm; ketebalan kulit buah lebih besar dari 9 mm; diameter buah lebih besar dari 6,5 cm; berat buah lebih besar dari 140 gram; buah tiap tandan hanya 1 butir. 2) Kelompok sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut: panjang daun antara 17 dan 20 cm; lebar antara 8,5 dan 10 cm; ketebalan kulit buah antara 6 dan 9 mm; diameter buah sekitar 5,5-6,5 cm; berat buah berkisar antara 70 dan 140 gram; buah tiap tandan sekitar 1-2 butir. 3) Kelompok kecil, dengan ciri-ciri: panjang daun kurang dari 17 cm; lebar kurang dari 8,5 cm; ketebalan kulit buah kurang dari 6 mm; diameter buah kurang dari 5,5 cm; berat buah kurang dari 70 gram; buah tiap tandan lebih dari 2 butir.

Umumnya buah manggis berbentuk bulat. Diameter panjang sekitar 6 sampai 8 cm. Permukaan kulit luar buahnya sangat licin. Ketika masih muda, warnanya hijau muda dan setelah tua akan berwarna ungu merah kehitaman. Pada pangkal buah terdapat 4-8 bekas kelopak stigma. Jumlah stigma ini menandakan jumlah bagian buah. Buah manggis bisa dipanen sewaktu belum tua benar karena termasuk buah klimakterik. Pada umumnya, buah ini dipanen setelah matang di pohon. Buah berwarna hijau dengan bercak ungu sudah bisa dipanen dan selama penyimpanan bisa menjadi matang. Satuhu (1999) dalam Cahyadi (2001) menyebutkan bahwa buah manggis yang berwarna hijau dengan bercak ungu tersebut akan berubah warnanya menjadi ungu kemerahan setelah sehari penyimpanan.

(28)

Daging buah manggis berwarna putih dan bertekstur halus seperti buah plum yang ranum. Daging buah manggis bersegmen-segmen yang jumlahnya berkisar antara 5 sampai 8 segmen. Setiap segmen daging buah umumnya mengandung biji yang berukuran besar.

Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng dan dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buahnya dapat dijadikan pewarna untuk tekstil dan air rebusannya dapat dimanfaatkan untuk obat tradisional. Batang pohon manggis dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar/kerajinan

B. Mutu dan Standar Buah Manggis

Tingkat kematangan buah manggis sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan. Daya simpan buah manggis juga sangat ditentukan oleh suhu penyimpanan. Pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat Celcius, buah manggis dapat tetap segar selama 40 hari. Sedangkan pada temperatur 9-12 derajat, buah manggis tahan sampai 33 hari.

Tabel 1. Persyaratan mutu manggis segar (Dewan Standarisasi Nasional, 1992)

Jenis uji Satuan Persyaratan

Mutu super Mutu I Mutu II

Keseragaman Seragam Seragam Seragam

Diameter mm > 65 55 - 65 < 55 Tingkat

kesegaran

Segar Segar Segar

Warna kulit Hijau kemerahan sampai dengan

(29)

Mutu buah manggis sangat dipengaruhi oleh beberapa kondisi lingkungan seperti pengemasan, cuaca, hama penyakit penanganan panen dan faktor lainnya. Berdasarkan tingkat warna luar buah manggis, mutu buah manggis dapat digolongkan ke dalam 6 tingkatan seperti pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Penggolongan mutu buah manggis berdasarkan tingkat warna luar Tingkatan Indeks Warna Keterangan Kondisi Warna

I 0 Hijau dengan sedikit kemerahan

Mesin sortasi adalah mesin yang dioperasikan untuk melakukan pengkelasan terhadap mutu suatu benda. Dalam bidang pertanian, mesin sortasi sudah banyak dikembangkan untuk mengelompokkan mutu-mutu hasil pertanian.

Mesin sortasi untuk produk pangan yang dikembangkan oleh Rice Lake Weighing System dapat memisahkan produk berdasarkan pada beberapa kriteria seperti berat, ukuran, bentuk dan warna. Sistem tersebut meliputi sabuk pengumpan, konveyor penimbang bergerak dan konveyor pengali. Pada sistem ini produk diletakkan dan diatur jaraknya pada belt pengumpan oleh operator atau mekanisme proses sebelumnya. Pemutuan visual dapat dilakukan oleh mesin maupun secara manual operator. Hasil dari pemutuan ini akan diumpankan ke sistem kontrol. Lokasi produk pada belt ditentukan dan dihubungkan dengan optical encoder. Produk dialirkan melalui konveyor penimbang bergerak dan ditimbang ketika sedang bergerak. Sistem kontrol menghubungkan informasi berat produk dengan informasi pemutuan visualnya. Secara konstan, sistem kontrol juga menentukan status lokasi dari konveyor sortasi dengan mengacu pada

(30)

posisi produk dan mengaktifkan mekanisme pengalihan yang sesuai pada posisi yang tepat dari konveyor sortasi.

D. Gelombang Ultrasonik

Berdasarkan frekuensinya, gelombang akustik dibagi menjadi tiga jenis yaitu infrasonik, audiosonik dan ultrasonik. Gelombang infrasonik memiliki frekuensi di bawah 20 Hz. Gelombang audiosonik memiliki interval frekuensi 20 Hz-20 KHz. Gelombang ultrasonik memiliki frekuensi di atas 20 KHz. Batas atas frekuensi gelombang ultrasonik masih belum dapat ditentukan. Manusia dapat dengan mudah mendeteksi gelombang audiosonik. Sedangkan gelombang infrasonik dan ultrasonik hanya dapat didengar oleh hewan-hewan tertentu seperti kelelawar dan anjing. Hewan-hewan tersebut menggunakan gelombang ultrasonik untuk mencari makan, mencari jalan pulang atau komunikasi antara sesama.

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang elastik dengan frekuensi di atas 20 kHz yang dihasilkan oleh pembangkit generator. Dalam perambatannya, gelombang ultrasonik membutuhkan medium perantara. Hal ini disebabkan karena gelombang ultrasonik adalah gelombang mekanik. Gelombang ultrasonik tidak bisa merambat pada ruang hampa sehingga proses transmisi pada ruang hampa tidak pernah terjadi.

Medium perantara gelombang ultrasonik bisa berupa padatan, cairan, gas atau semi padat cair. Menurut Gooberman (1968) perambatan gelombang ultrasonik lebih mudah terjadi pada medium padatan. Sedangkan medium gas atau udara merupakan medium yang buruk untuk perambatan gelombang ultrasonik.

Penggunaan gelombang ultrasonik telah dimulai sejak perang dunia II untuk mendeteksi kedalaman laut. Teknologi gelombang ultrasonik telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Contohnya dalam bidang kedokteran yaitu untuk mendiagnosa janin, organ tubuh dan jaringan

(31)

samping itu yang menjadi kelebihan gelombang ultrasonik adalah dapat mendeteksi paramaeter mutu buah manggis. Gelombang ultrasonik akan dapat mendeteksi apakah buah manggis tersebut mengandung getah kuning atau tidak.

Maspanger (2005) menentukan karakteristik koagulum karet alam dengan metode ultrasonik. Rejo (2002) menggunakan gelombang ultrasonik sebagai metode non destruktif untuk menentukan tingkat ketuaan dan kematangan buah durian. Haryanto (2002) menggunakan gelombang ultrasonik untuk menentukan tingkat ketuaan dan kematangan durian unggul secara non destruktip melalui pengembangan model empiris.

Budiastra et al (1999) melakukan pengukuran gelombang ultrasonik pada durian utuh dengan menggunakan tiga tranduser dengan frekuensi 1 Mhz, 500 kHz dan 50 kHz. Penelitian menunjukan bahwa pada frekuensi lebih besar dari 50 kHz, atenuasi gelombang ultrasonik pada durian utuh tersebut sangat besar sehingga gelombang ultrasonik tidak dapat menembus buah. Sedangkan frekuensi 50 kHz dapat digunakan untuk menentukan sifat gelombang ultrasonik buah manggis.

E. Tranduser

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang sonik (bunyi). Dengan demikian pembangkit dan penerimanya hampir sama dengan mikrofon. Beberapa contoh mikropon adalah mikropon karbon, mikropon piezo-elektrik, mikropon dinamik dan mikropon elektrik. Gelombang ultrasonik yang telah disinggung sebelumnya, berasal dari suatu transduser ultrasonik.

Tranduser adalah suatu perlengkapan yang bisa digunakan untuk menentukan nilai, kuantitas atau kondisi dari beberapa variabel fisik atau gejala yang harus dipantau kondisinya. Tranduser ini biasanya terbuat dari bahan piezo-elektrik yang akan merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Energi akustik ini akan disebarkan pada ruangan yang ada di depannya. Pola radiasi dari berkas gelombangnya tergantung pada ukuran transduser dan panjang gelombangnya.

Mikrofon piezo-elektrik terdiri dari sebuah diafragma yang menempel pada keping yang terbuat dari bahan keramik seperti barium titanat. Bahan ini bersifat piezo-elektrik. Mikrofon ini memiliki keluaran yang tinggi untuk diumpan

(32)

balik ke penguat. Sementara impedansi keluarannya sangat tinggi, impedansi ini sangat berpengaruh pada kondisi frekuensi rendah.

Bahan piezo-elektrik merupakan bahan yang jika dikenai tekanan pada permukaannya maka akan timbul medan listrik. Dikarenakan bahan tersebut merupakan kapasitor dengan konstanta dielektrik tertentu, maka pada kedua permukannya akan timbul beda tegangan listrik. Begitu pun sebaliknya, dari tegangan listrik yang diberikan bisa diubah menjadi tegangan akustik. Hal tersebut disebabkan karena bahan tersebut bersifat elastis dengan modulus elastis tertentu sehingga tebal bahan ini akan berubah.

Gambar 2. Tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik.

Fungsi dari tranduser biasanya untuk mengukur besarnya beberapa gejala khusus untuk tujuan kontrol. Pengukuran terdiri dari transfer informasi yang disertai dengan transfer energi. Semenjak pengukuran berlangsung, energi tidak bisa ditarik kembali dari sistem tanpa perubahan energi tersebut dalam bebrapa cara. Harus ada usaha untuk menjaga agar transfer energi tetap kecil supaya pengukuran tidak mempengaruhi kuantitas produk yang diukur.

F. Strain Gauge

(33)

yang menyebabkan perubahan resistansi ketegangan. Strain gauge terbuat dari logam dan logam campuran, bahan semikonduktor atau bahan filem tipis.

Sifat faktor ukuran yang mengubah pemindahan didefinisikan sebagai suatu unit perubahan resistansi per unit perubahan dalam panjang. Meskipun semua konduktor elektrik mempunyai sebuah faktor ukuran, hanya sedikit yang mempunyai sifat untuk bisa digunakan sebagai strain gauge.

Prinsip kerja strain gauge adalah pengukuran perubahan tahanan listrik kawat elemen konduktor akibat dari deformasi yang dialaminya. Strain gauge dipasang pada permukaan suatu benda. Akibat adanya beban yang mengenai benda itu, maka akan terjadi deformasi pada kawat elemen strain gauge. Adanya deformasi ini ditunjukkan melalui pengukuran tahanan listrik kawat elemen.

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) dan di Bengkel Departemen Teknik Pertanian IPB. Mulai bulan Maret 2006 sampai bulan November 2006.

B. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 buah manggis dengan diameter, berat dan tinggi yang berbeda-beda. Tinggi manggis yang dimaksud yaitu tinggi dari bagian paling bawah manggis sampai bagian atas tidak termasuk tangkai manggis. Berat dan tinggi manggis bisa dilihat pada Lampiran 2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik berujung lancip Tipe Krautkramer Ko 5S 56126-568 dengan frekuensi 50 kHz, Strain Gauge (tipe TIPO KFC-5-C1-11L5003 dengan ekspansi termal 10.8 PPM/˚C, panjang 5 mm, faktor perubahan terhadap temperatur 0.015 % /˚C, resistansi Ω 120.4 + 0.4, gage factor 2.08 + 1 %, output termal + 1.8 με/˚C), seperangkat komputer, rheometer model CR-300, timbangan digital Mettler PM 4800 Delta Range, amplifier Kyowa YA-506B, jembatan wheatstone tipe DB-120, multimeter, digital oscilloscope tipe ETC M621, jangka sorong (150 x 0.05 mm, 6 x 1/128 in) dan lem power glue.

C. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu perakitan pengukur gaya tekan tranduser, penentuan besarnya gaya tekan tranduser optimum dan perbedaan kecepatan gelombang ultrasonik pada setiap gaya tekan tranduser. Tahapan – tahapan penelitian tersebut digambarkan dalam sebuah diagram alir pada Gambar 3.

(35)

Gambar 3. Diagram alir tahapan penelitian.

1. Perakitan Pengukur Gaya Tekan Tranduser

Untuk melaksanakan penelitian ini, diperlukan pengukur gaya tekan tranduser pada buah manggis. Bagian inilah yang sangat diperlukan untuk melakukan penelitian ini. Tanpa adanya bagian ini, penelitian tidak akan dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, perakitan pengukur gaya tekan tranduser menjadi tahapan pertama yang harus dilakukan dalam penelitian ini.

Pengukur gaya tekan tranduser dirakit dengan menggunakan beberapa komponen yang mempunyai fungsi masing-masing. Komponen-komponen tersebut adalah tranduser pemancar dan penerima, dudukan tranduser, cincin ring, strain gauge, dan rangka unit ultrasonik.

Gambar 4. Unit ultrasonik.

13 Ulir

Rel

Dudukan tranduser Perakitan pengukur gaya

tekan tranduser

Penentuan besarnya gaya tekan tranduser optimum

(36)

Tempat dudukan tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik didisain agar bisa bergerak maju mundur. Dalam penelitian ini, gaya yang menyebabkan gerak maju mundur tersebut dihasilkan dari kedua tangan. Jadi poros yang ada pada unit ultrasonik tersebut diputar dengan tangan sehingga dudukan tranduser beserta trandusernya, baik pemancar maupun penerima gelombang ultrasonik, akan bergerak maju atau mundur secara bersamaan.

Sebuah ring dipasang pada bagian belakang tranduser pemancar tetapi masih di dalam dudukan tranduser pemancar. Dengan adanya ring yang telah dipasang strain gauge ini, maka besarnya gaya tekan tranduser akan dapat diketahui.

Gambar 5. Ring yang sudah tertempel strain gauge.

Untuk mengetahui besarnya gaya tekan tranduser yang menekan buah manggis, ring harus dipasang strain gauge di sisi luarnya. Alasan mengapa strain gauge tidak dipasang di sisi luar ring adalah karena tingkat kesulitan pemasangannya. Pemasangan strain gauge di sisi dalam ring tentunya akan lebih sulit dan peluang strain gauge menjadi putus akan lebih besar.

Saat manggis memberikan gaya dorong ke tranduser pemancar sebagai reaksi manggis terhadap tranduser pemancar, maka pada ring akan terjadi perubahan bentuk. Bentuk ring yang awalnya bulat, karena ditekan oleh tranduser pemancar maka bentuknya akan berubah menjadi lonjong ke atas. Perubahan bentuk dari ring ini akan menghasilkan nilai tegangan keluaran strain gauge yang kemudian akan dikonversi menjadi nilai gaya tekan.

ring

(37)

Ring yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari bahan stainless steel. Lebar ring ini adalah 6 mm. Sedangkan untuk diamaeternya adalah 2.35 cm. Di antara sisi atas bagian dalam dari dudukan tranduser pemancar dengan sisi atas dari ring, harus diberi jarak yang cukup. Begitu pun dengan bagian bawahnya. Jarak ini diperlukan karena saat ring ditekan oleh tranduser pemancar, sisi ring bagian atas dan bawah akan memanjang. Bentuk ring akan menjadi lonjong ke atas dan ke bawah. Besarnya jarak ini tentunya harus disesuaikan dengan penambahan tinggi maksimal ke atas dan ke bawah dari ring ketika ring ditekan oleh tranduser. Pada penelitian ini besarnya jarak tersebut adalah 3.7 mm.

Nilai yang didapatkan dari pengukur gaya tekan tranduser ini masih berupa nilai tegangan keluaran strain gauge. Jadi nilai tersebut masih dalam satuan volt. Untuk mendapatkan nilai gaya tekannya maka harus ada konversi nilai dari volt menjadi kgf.

Besarnya nilai gaya tekan tranduser dapat diperoleh dengan menkonversi nilai tegangan keluaran strain gauge. Untuk melakukan konversi nilai ini digunakan alat rheometer. Ada 2 pengaturan dalam mengoperasikan rheometer, yaitu dengan menentukan nilai kgf-nya terlebih dahulu dan dengan menentukan nilai mm-nya terlebih dahulu. Jika yang ditentukan adalah nilai kgf-nya terlebih dahulu maka penekan pada rheometer yang terus bergerak ke bawah akan berhenti setelah mencapai nilai kgf yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan jika yang ditentukan dahulu adalah nilai mm-nya, maka penekan pada rheometer akan berhenti bergerak ke bawah jika penekan sudah bergerak ke bawah mencapai jarak dalam mm yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan nilai gaya tekan tranduser, pengaturan rheometer yang digunakan adalah dengan menentukan besarnya nilai kgf-nya dahulu. Hal ini disebabkan karena strain gauge yang tertempel pada ring di dalam dudukan tranduser penembak sangatlah sensitif. Nilai terkecil dalam volt yang harus dicari nilainya dalam kgf adalah 0.1 volt. Jika rheometer diatur dengan menentukan besarnya nilai mm-nya dahulu maka nilai 0.1 tersebut tidak dapat diperoleh.

(38)

Gambar 6. Rheometer.

Bagian dari pengukur gaya tekan tranduser yang dibutuhkan untuk pengambilan data dengan rheometer adalah ring yang sudah tertempel strain gauge. Ring tersebut adalah ring yang berada di bagian belakang dudukan tranduser yang digunakan pada pengukur gaya tekan tranduser. Ring harus berada tepat di bawah ujung penekan dari rheometer. Pada saat penekan rheometer sudah bergerak ke bawah, ring harus dipegang dengan tangan agar posisi ring tidak berubah ketika ujung penekan rheometer sudah menyentuh ring. Dikarenakan rheometer diatur dengan menentukan nilai kgf-nya dahulu, maka penekan rheometer akan berhenti menekan setelah mencapai nilai kgf yang telah ditentukan. Misalnya nilai yang ditentukan adalah 0.02 kgf. Dengan demikian penekan rheometer akan berhenti menekan setelah mencapai 0.02 kgf. Setelah itu, dapat dilihat berapa besarnya nilai pada multimeter yang telah dihubungkan pada strain gauge. Jika semua data telah diperoleh, maka akan diperoleh hubungan linier antara nilai tegangan keluaran strain gauge dengan nilai gaya tekan tranduser. Dari hubungan linier tersebut diperoleh sebuah persamaan regresi yang dapat digunakan untuk menkonversi nilai tegangan keluaran strain gauge menjadi nilai gaya tekan.

(39)

pengukur gaya tekan tranduser. Agar gelombang ultrasonik yang dihasilkan dapat diamati dan diketahui perbedannya antara gaya tekan tranduser yang satu dengan lainnya, maka pengukur gaya tekan tranduser ini harus dihubungkan dengan sebuah komputer. Jika suatu perangkat dihubungkan dengan komputer, maka bahasa yang yang dikeluarkan oleh perangkat tersebut harus bisa dipahami oleh komputer. Dalam hal ini maksudnya adalah nilai yang dikeluarkan oleh perangkat yang akan menjadi nilai input bagi komputer, nilai tersebut harus bisa dibaca oleh komputer. Dengan demikian dibutuhkanlah sesuatu yang bisa dijadikan converter. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka terdapat sebuah program yang bisa digunakan untuk merubah nilai input yang berasal dari perangkat menjadi nilai yang bisa dibaca oleh komputer. Program tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6.

Mesti ada sebuah parameter yang dapat menyimpulkan bahwa nilai yang dihasilkan dari pengukur gaya tekan tranduser akan dapat dibaca oleh komputer sehingga pada saat itu juga gelombang ultrasoniknya bisa dilihat pada monitor komputer. Dalam hal ini yang menjadi parameter tersebut adalah diperolehnya persamaan regresi yang didapatkan dari hubungan tegangan dengan nilai komputer. Dengan adanya persamaan regresi ini maka bisa disimpulkan bahwa nilai dari peralatan luar sama dengan nilai konversi yang terbaca di komputer. Dengan kata lain nilai yang terbaca pada komputer adalah nilai dari hasil konversi. Dengan demikian jika persamaan regresi beum didapatkan, maka pengukur gaya tekan tranduser belum bisa bekerja. Akibatnya gelombang ultrasonik pun belum bisa terbaca.

2. Penentuan Besarnya Gaya Tekan Tranduser Optimum

Gaya tekan adalah besarnya gaya yang digunakan suatu benda untuk menekan benda lain. Satuan gaya tekan adalah kgf. Tranduser yang digunakan dalam penelitian ini adalah tranduser yang mempunyai ujung lancip. Jika tranduser ini ditekankan ke buah manggis dengan gaya tekan yang begitu kuat, maka pasti manggis akan rusak. Akan tetapi jika gaya tekan tranduser yang diberikan tidak terlalu kuat, maka kemungkinan besar manggis tidak akan rusak. Dengan demikian sesuai dengan tujuan penelitian ini, diperlukan nilai gaya tekan tranduser yang paling maksimum dimana dengan gaya tekan tersebut manggis

(40)

tidak akan rusak. Gaya tekan tersebut bisa dikatakan gaya tekan yang paling optimum.

Untuk melakukan tahapan ini, masing-masing buah manggis harus diberikan 10 titik yang akan disentuh oleh tranduser pemancar dan penerima dengan gaya tekan yang berbeda-beda. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa nilai gaya tekan tranduser didapatkan dari hasil konversi nilai tegangan keluaran strain gauge. Dengan demikian untuk data awalan yang dihasilkan adalah nilai tegangan keluaran strain gauge yang terpasang pada ring. Interval nilai tegangan keluaran strain gauge tersebut adalah dari 0.1 – 1 volt. Jika ada 10 titik maka dari titik yang satu ke titik yang lain, nilai tegangannya akan meningkat sebesar 0.1 volt.

Besarnya nilai tegangan keluaran strain gauge akan dapat dilihat pada multimeter. Strain gauge pada ring yang terdapat pada dudukan tranduser pemancar akan dihubungkan ke amplifier. Dikarenakan nilai yang bisa dibaca pada amplifier masih berupa analog, maka amplifier dihubungkan dengan multimeter agar nilai tegangan keluaran strain gauge bisa dibaca secara digital.

Gambar 7. Amplifier.

(41)

Jika untuk mengetahui nilai tegangan keluaran strain gauge hanya menggunakan amplifier, maka nilainya akan sulit dibaca. Oleh karena itu penggunaan multimeter sangat dibutuhkan pada tahapan ini. Dengan menggunakan multimeter, nilai tegangan keluaran strain gauge akan dapat dibaca secara digital. Jadi nilainya akan keluar langsung dalam bentuk angka desimal. Hanya dengan menghubungkan multimeter ke amplifier dan memposisikan multimeter pada satuan volt, nilai tegangan keluaran strain gauge sudah langsung dapat dilihat pada layar multimeter. Untuk selanjutnya nilai tegangan keluaran strain gauge ini akan dikonversi menjadi nilai gaya tekan melalui persamaan regresi yang telah didapat pada tahapan perakitan pengukur gaya tekan tranduser. Untuk mengetahui nilai gaya tekan tranduser optimum, maka dari setiap nilai gaya tekan tersebut bisa dilihat gaya tekan mana yang tidak menyebabkan manggis menjadi rusak. Dari semua nilai gaya tekan yang tidak menyebabkan manggis menjadi rusak tersebut, dipilih gaya tekan yang paling besar. Gaya tekan ini yang merupakan gaya tekan tranduser optimum.

Gambar 8. Multimeter.

3. Pengukuran Kecepatan Gelombang Ultrasonik pada Gaya Tekan Tranduser yang Berbeda

Penelitian ini juga mengamati perbedaan gelombang ultrasonik yang dihasilkan dari setiap gaya tekan tranduser yang diberikan pada manggis. Perbedaan gelombang ultrasonik itu dapat diketahui dengan mengetahui perbedaan kecepatan gelombang ultrasoniknya. Dikarenakan dalam penelitian ini digunakan 10 buah manggis sebagai sample, maka data kecepatan gelombang

(42)

ultrasonik yang dihasilkan sebanyak 100 buah data. Artinya ada 100 nilai kecepatan gelombang ultrasonik yang harus diperoleh. Setiap buah manggis akan ditekan 10 kali oleh tranduser dengan tegangan yang berbeda-beda dari 0.1 volt sampai yang tertinggi 1 volt. Dengan demikian setiap buah manggis akan menghasilkan 10 nilai kecepatan gelombang ultrasonik. Gambar 9 adalah gambar pada saat pengambilan data kecepatan ultrasonik.

Gambar 9. Pengambilan data kecepatan gelombang ultrasonik.

Gambar 10 adalah skema pengukuran gelombang ultrasonik. Pengambilan data pengukuran gelombang ultrasonik dilakukan ketika ujung tranduser pemancar dan penerima sudah menyentuh kulit buah manggis. Jika data untuk kecepatan gelombang ultrasonik sudah diambil, maka poros yang tepat berada di atas tranduser pada unit ultrasonik harus diputar berlawanan arah agar tranduser pemancar dan penerima bergerak mundur. Setelah itu bagian buah manggis yang tersentuh oleh kedua ujung traduser bisa dilihat, apakah rusak atau tidak.

(43)

Tepat di belakang tranduser pemancar terdapat ring yang sudah tertempel strain gauge. Kabel strain gauge dihubungkan ke amplifier melalui jembatan wheatstone. Besarnya nilai tegangan dari strain gauge akan dapat dilihat pada amplifier. Akan tetapi dikarenakan nilai tegangan yang ditampilkan pada amplifier masih dalam bentuk analog, maka amplifier tersebut dihubungkan ke multimeter. Dengan demikian nilai tegangannya akan dapat dibaca secara digital.

.

.

Gambar 10. Skema pengukuran gelombang ultrasonik.

21 Jembatan wheatstone

( Bridge box ) Ring yang sudah

dipasang strain

gauge Tranduser

pemancar

Tranduser penerima Manggis

Multimeter Digital

Oscilloscope

Personal komputer

Ultrasonic tester

(44)

Vbuah = vbuah x c

Pada saat pemancaran gelombang ultrasonik ke buah manggis dilakukan, ujung dari tranduser pemancar dan tranduser penerima harus benar-benar menempel rapat pada buah manggis. Tidak boleh ada celah sedikit pun. Dengan demikian, gelombang ultrasonik akan dipancarkan ke buah manggis dan diterima oleh tranduser penerima secara keseluruhan. Jika ujung-ujung dari tranduser pemancar dan penerima tidak menempel rapat pada manggis, maka data yang dihasilkan akan kurang akurat.

Nilai kecepatan gelombang ultrasonik tidak bisa diperoleh secara langsung, melainkan diperoleh melalui penghitungan. Pada saat proses pengambilan data berlangsung, monitor komputer hanya memperlihatkan gelombang ultrasoniknya. Dari gelombang ultrasonik ini diperoleh beberapa nilai yang digunakan untuk mencari besarnya nilai kecepatan gelombang ultrasonik.

Kecepatan gelombang ultrasonik sebenarnya pada buah dapat dihitung dengan rumus :

... (1)

Dimana : Vbuah = kecepatan gelombang ultrasonik sebenarnya pada

buah (m/s)

vbuah = kecepatan gelombang ultrasonik hasil pengukuran pada

buah (m/s) c = konstanta

Nilai vbuah tidak bisa langsung didapatkan dari data pengamatan. Nilai vbuah

bisa didapatkan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus di bawah ini :

(45)

Untuk mendapatkan nilai kecepatan gelombang ultrasonik sebnarnya pada buah, maka perlu ada kalibrasi pengukuran kecepatan gelombang ultrasonik menggunakan media udara dengan persamaan :

... (3)

Dimana : Vudara = kecepatan gelombang ultrasonik sebenarnya pada

udara (m/s) = 340 m/s

vudara = kecepatan gelombang ultrasonik hasil pengukuran pada

udara (m/s)

c = konstanta (dari hasil penelitian ini diperoleh nilai c = 1.1)

23

udara udara

(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengukur Gaya Tekan Tranduser

Perakitan pengukur gaya tekan tranduser merupakan tahapan pertama dalam metodologi penelitian ini. Dengan demikian tahapan ini akan sangat mempengaruhi hasil penelitian selanjutnya. Pengukur gaya tekan tranduser disusun dari beberapa komponen yaitu tranduser pemancar dan penerima, dudukan tranduser, cincin ring, strain gauge, dan rangka unit ultrasonik.

Proses yang cukup lama memakan waktu dalam tahapan ini adalah pada pembuatan dudukan tranduser. Tidak bisa sekali jadi dalam membuat dudukan tranduser ini. Penyebab dari hal demikian adalah tidak bisa semua jenis bahan yang digunakan untuk dudukan tranduser. Bahan yang bisa digunakan untuk dudukan tranduser adalah bahan yang bisa menyerap getaran.

Gambar 11. Dudukan tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik.

(47)

dudukan tranduser yang menempel mengelilingi tranduser. Pada saat bahan dudukan tranduser pemancar dan penerima kedua-duanya dari logam, maka gelombang ultrasonik akan terlihat rusak. Gelombang ultrasonik tersebut tidak dapat digunakan untuk penelitian. Hal demikian terjadi dikarenakan adanya getaran yang berasal dari tranduser pemancar. Dudukan tranduser yang terbuat dari logam akan sangat mudah sekali menghantarkan gelombang hingga getaran tersebut diterima oleh tranduser penerima. Dengan demikian, getaran yang sampai pada tranduser penerima tersebut akan menyebabkan gelombang ultrasonik menjadi tidak teratur atau bisa dikatakan rusak.

Bentuk gelombang ultrasonik yang benar dengan yang rusak adalah sangat berbeda. Gelombang ultrasonik yang benar bentuknya sangat teratur. Dimulai dari gelombang kecil kemudian besar dan kembali menjadi kecil. Sedangkan gelombang ultrasonik yang rusak bentuknya sangat tidak teratur. Di awal – awal gelombang langsung menjadi besar. Supaya lebih jelas dalam mengetahui perbedaan gelombang ultrasonik yang benar dengan yang rusak, dapat dilihat gambar di bawah ini.

(a) (b)

Gambar 12. Perbedaan gelombang ultrasonik yang benar (a) dengan gelombang ultrasonik yang rusak (b).

Telah diketahuinya penyebab dari rusaknya gelombang ultrasonik yang dihasilkan, maka bahan dudukan tranduser harus diganti dengan bahan yang mampu menyerap getaran. Tujuannya agar getaran tersebut tidak diterima oleh tranduser penerima. Dengan demikian dihasilkanlah ide untuk mengganti bahan

25

1 228 455 682 909 1136 1363 1590 1817 2044

Waktu

1 257 513 769 1025 1281 1537 1793 2049

(48)

dudukan tranduser penerima dengan bahan dari karet. Setelah dilakukan uji coba, akhirnya gelombang ultrasonik yang dihasilkan pun menunjukkan gelombang ultrasonik yang sebenarnya. Bahan dudukan tranduser pemancar tidak harus diganti karena meskipun getaran akan dirambatkan melalui dudukan tranduser pemancar lalu menuju poros yang juga dari logam, getaran akan diredam ketika sampai pada dudukan tranduser penerima yang bahannya dari karet. Pada Gambar 12 di atas terlihat bahwa tidak tampak bahan karetnya. Memang, karet tersebut hanyalah digunakan untuk melapisi tranduser penerima yang kemudian dijepit oleh penjepit silinder yang juga bisa dilihat pada Gambar 12 di atas.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian metodologi, nilai yang akan dikirim ke komputer haruslah bisa dibaca oleh komputer. Dalam hal ini perlu adanya konversi nilai yaitu dari nilai dalam volt yang terlihat pada multimeter menjadi nilai komputer. Tanpa ada pengkonversian nilai, maka pengukur gaya tekan tranduser tidak dapat digunakan. Untuk itu diperlukan sebuah program agar konversi nilai tersebut bisa dilakukan. Program tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. Parameter yang digunakan untuk menentukan apakah nilai konversi yang telah dihasilkan adalah benar yaitu dengan diperolehnya persamaan regresi.

(49)

Gambar 13 menunjukkan persamaan regresi telah didapatkan. Data tegangan akan dikonversi oleh komputer menjadi nilai komputer yang dapat dihitung dengan persamaan y = 0.0024x – 4.9973 dengan nilai R2 = 1.

Selain dibutuhkan persamaan regresi untuk menkonversi nilai tegangan menjadi nilai komputer, persamaan regresi untuk menkonversi nilai tegangan menjadi nilai gaya tekan juga dibutuhkan. Hal ini didasarkan pada gaya tekan yang memiliki satuan kgf. Jika persamaan regresi ini telah didapatkan maka nilai yang digunakan untuk tahapan penelitian selanjutnya adalah nilai gaya tekan yang memiliki satuan kgf. Pada bagian metodologi penelitian telah dijelaskan bahwa alat yang digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi ini adalah rheometer. Dari penggunaan alat tersebut, didapatkan hubungan linier antara nilai dalam volt dengan nilai dalam kgf. Dari hubungan linier ini didapatkan sebuah persamaan regresi yang bisa digunakan untuk menkonversi nilai tegangan menjadi nilai gaya tekan. Gambar 14 memperlihatkan grafik hubungan linier antara nilai volt dengan nilai kgf.

(50)

Persamaan regresi yang didapat dari grafik pada Gambar 5 adalah y = 0.2783x + 0.0128 dengan R2 = 0.9946. Setelah didapatkan persamaan regresi ini, maka semua nilai tegangan yang digunakan dalam penelitian ini dikonversi menjadi nilai gaya tekan dengan satuan kgf. Tabel 4 adalah hasil konversi nilai tegangan menjadi nilai gaya tekan.

Tabel 3. Hasil konversi nilai tegangan menjadi gaya tekan

Tegangan (volt) Gaya tekan (kgf)

0.1 0.041 0.2 0.068 0.3 0.096 0.4 0.124 0.5 0.152 0.6 0.180 0.7 0.208 0.8 0.235 0.9 0.263 1.0 0.291

B. Penentuan Gaya Tekan Optimum Pengukuran Gelombang Ultrasonik dengan Tranduser Lancip

(51)

Gambar 15. Manggis yang rusak akibat penekanan tranduser.

Semua buah manggis yang digunakan pada penelitian ini pasti mengalami kerusakan pada gaya tekan tertentu setelah ditekan oleh tranduser. Dengan kata lain tidak semua buah manggis mengalami kerusakan setelah ditekan tranduser. Tabel 3 menjelaskan bahwa tidak semua buah manggis mengalami kerusakan setelah ditekan tranduser.

Tabel 4. Kerusakan pada manggis akibat penekanan tranduser

(52)

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 10 manggis yang digunakan, keseluruhannya rusak pada gaya tekan 0.208 kgf sampai 0.291 kgf. Pada gaya tekan 0.180 kgf, manggis yang rusak adalah manggis nomor 3, 4,7, 8, 9 dan 10. Sedangkan pada gaya tekan 0.152 kgf, manggis yang rusak hanya manggis nomor 3 dan 8. Pada gaya tekan 0.041 kgf sampai dengan gaya tekan 0.124 kgf, semua manggis tidak mengalami kerusakan.

Gaya tekan optimum adalah gaya tekan tranduser paling besar saat penekanan ke buah manggis yang tidak menyebabkan manggis menjadi rusak. Berdasarkan pengertian tersebut, besarnya gaya tekan optimum akan dapat ditentukan dengan melihat pada hasil penelitian di atas. Dari hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa semua manggis tidak mengalami kerusakan pada gaya tekan 0.041 kgf sampai dengan 0.124 kgf. Dikarenakan gaya tekan yang paling besar adalah 0.124 kgf, maka dapat ditentukan bahwa besarnya gaya tekan optimum adalah 0.124 kgf.

C. Hubungan Antara Gaya Tekan dengan Kecepatan Gelombang Ultrasonik Perbedaan besarnya nilai gaya tekan tranduser yang diberikan pada buah manggis menyebabkan perbedaan kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan. Berbedanya kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan bukan hanya disebabkan oleh perbedaan gaya tekan. Akan tetapi perbedaan kekerasan antara sisi manggis yang satu dengan yang lain juga menyebabkan perbedaan kecepatan gelombang ultrasonik meskipun pada gaya tekan yang sama.

(53)

(a) (b)

Gambar 16. Perbedaan bentuk gelombang ultrasonik antara gaya tekan 0.041 kgf (a) dengan 0.291 kgf (b).

Dari 10 buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh 100 nilai kecepatan gelombang ultrasonik. Besarnya nilai kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 8. Setiap buah manggis akan diperoleh 10 nilai kecepatan gelombang ultrasonik. Gambar 17 adalah grafik yang memperlihatkan hubungan antara gaya tekan tranduser dengan kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan.

Gambar 17. Hubungan antara gaya tekan dengan kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan.

1 257 513 769 1025 1281 1537 1793 2049 Waktu

1 257 513 769 1025 1281 1537 1793 2049

(54)

Pada grafik tersebut terdapat dua buah garis linier. Kedua garis linier tersebut menunjukkan peningkatan kecepatan gelombang ultrasonik seiring dengan semakin besarnya nilai gaya tekan tranduser. Garis linier pertama memiliki persamaan y = 75,468x + 170,59 dengan R2 = 0,6338. Sedangkan garis linier kedua memiliki persamaan y = 723,89x - 91,713 dengan R2 = 0,9365.

Garis linier pertama memperlihatkan peningkatan nilai kecepatan gelombang ultrasonik tidak begitu besar. Nilai gaya tekan yang masuk dalam garis ini adalah dari 0.041 kgf sampai 0.124 kgf. Garis linier kedua yang diawali dari 0.124 kgf sampai 0.291 kgf memperlihatkan peningkatan kecepatan gelombang ultrasonik cukup besar. Lebih jelasnya pada grafik terlihat bahwa setelah gaya tekan 0.124 kgf, nilai kecepatan gelombang ultrasonik naik begitu tinggi. Keadaan seperti ini sangat berhubungan dengan nilai gaya tekan optimum tranduser.

Jika kembali dilihat pada Tabel 3, diketahui bahwa manggis dengan gaya tekan 0.041 kgf sampai 0.124 kgf tidak mengalami kerusakan. Gaya tekan optimum akhirnya dipilih 0.124 kgf. Dasarnya adalah nilai gaya tekan tersebut paling besar jika dibandingkan dengan nilai gaya tekan di bawahnya. Dengan demikian nilai gaya tekan yang lebih besar dari 0.124 kgf akan menyebabkan manggis menjadi rusak.

Pada Gambar 17 terlihat bahwa setelah gaya tekan 0.124 kgf, kecepatan gelombang ultrasonik meningkat begitu tinggi. Jika dihubungkan dengan Tabel 3, maka kondisi ini sangat relevan. Peningkatan kecepatan gelombang ultrasonik yang begitu tinggi setelah gaya tekan 0.124 kgf menandakan bahwa manggis telah rusak setelah gaya tekan 0.124 kgf. Kondisi manggis yang telah rusak menandakan bahwa ujung tranduser telah menyentuh bagian dalam manggis yang lebih lunak dan lebih banyak mengandung air. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa gelombang ultrasonik akan merambat lebih cepat pada media yang mengandung banyak air.

(55)

jika dibandingkan dengan peningkatan gelombang ultrasonik di atas gaya tekan 0.124 kgf. Kondisi ini terjadi karena ujung tranduser yang belum menyentuh bagian dalam manggis menyebabkan kecepatan gelombang ultrasoniknya lebih rendah bila dibandingkan dengan kecepatan gelombang ultrasonik setelah ujung tranduser menyentuh bagian dalam manggis.

Kecepatan gelombang ultrasonik yang merambat dalam air jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kecepatan gelombang ultrasonik yang merambat pada media udara. Kecepatan gelombang ultrasonik pada media udara sebenarnya adalah 340 m/s. Sedangkan kecepatan gelombang ultrasonik dalam air adalah 1480 m/s (Gooberman, 1968). Dengan demikian, jika ujung tranduser sudah terkena kandungan air pada bagian dalam buah manggis, maka kecepatan gelombang ultrasoniknya akan menjadi besar. Sebaliknya jika ujung tranduser belum terkena kandungan air dari manggis, maka kecepatan gelombang ultrasoniknya akan bernilai kecil.

(56)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengukur gaya tekan tranduser sudah dibuat dan dapat digunakan untuk mengukur penekanan tranduser pada buah manggis.

2. Dengan melihat tingkat kerusakan pada bagian buah manggis yang tertekan oleh tranduser, maka besarnya gaya tekan optimum tranduser adalah 0.124 kgf. 3. Terdapat hubungan linier antara peningkatan nilai gaya tekan tranduser dengan

(57)

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh gelombang ultrasonik terhadap mutu buah manggis yang telah dipancarkan gelombang ultrasonik. 2. Perlu adanya motor stepper pada proses penekanan tranduser ke buah manggis

sehingga untuk menggerakan trranduser maju dan mundur tidak perlu dengan menggunakan tangan lagi.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari, B. 1995. Pendugaan Masa Simpan Segar Buah Manggis (Garcinia mangostana L) dalam Sistem Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi. Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Budiastra, I.W., A. Trisnobudi., H.K. Purwadaria. 1999. Ultrasonic System for Automation of Internal Quality evaluation of Durian. Proceeding. IFAC 14 th Triennial World Congres, Beijing, China.

C.Kuo, B. 1987. Automatic Control Systems. Fifth edition. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Cahyadi, D. 2001. Pengembangan Teknik Pengolahan Citra untuk Penggolongan Manggis Segar. Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Gooberman, G. L. 1968. Ultrasonics Theory and Application. The English Universities Press Ltd, London.

Haryanto, B. 2002. Pengembangan Model Empiris untuk Penentuan Tingkat Ketuaan dan Kematangan Durian Unggul Secara Non Destruktip dengan Gelombang Ultrasonik. Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Hordeski, M. 1987. Transducers For Automation. Van Nostrand Reinhold Company, New York.

Juansah, J. 2005. Rancang Bangun Sistem Pengukuran Gelombang Ultrasonik untuk Penentuan Mutu Manggis (Gracinia mangostana L). Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Maspanger, D.R. 2005. Karakteristik Mutu Koagulum Karet Alam dengan Metode Ultrasonik. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L) dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan Giberelin selama Penyimpanan. Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Rejo, A. 2002. Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan untuk Menentukan Tingkat Ketuaan dan Kematangan Buah Durian dengan Metode Destruktif dan Non-Destruktif.. Desertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Setiawan, E. 2005. Produktivitas dan Kualitas Buah Manggis pada Berbagai Posisi Cabang dalam Tajuk. Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

(59)

Lampiran 1. Manggis yang digunakan dalam penelitian

(60)

Lampiran 2. Berat dan tinggi manggis

Manggis ke Berat (gram) Tinggi tidak sampai tangkai (mm)

1 95.85 49.70

2 74.69 46.40

3 67.31 43.05

4 75.55 46.30

5 78.04 48.65

6 62.90 46.20

7 71.76 43.30

8 113.71 53.50

9 93.39 51.40

(61)

Lampiran 3. Nilai kekerasan manggis

Manggis ke-

Kekerasan (kgf)

I II III IV Rata-rata

1 1.179 3.53 4.39 4.16 3.315

2 0.91 0.97 2.90 3.03 1.953

3 4.91 1.29 1.37 2.32 2.473

4 3.34 2.90 2.58 2.56 2.845

5 0.44 1.42 2.89 2.87 1.905

6 1.98 1.45 0.75 0.61 1.198

7 0.84 0.91 0.73 0.96 0.86

8 1.89 2.77 2.70 2.99 2.588

9 2.69 1.78 2.80 4.21 2.87

10 1.72 2.20 2.18 1.93 2.008

(62)
(63)

Lampiran 5. Gambar digital oscilloscope

(64)

Lampiran 6. Program untuk pengambilan data regresi

Private Sub Command_Click ( ) Dim 9

Dim adlow Dim adhigh

‘ ADR & = & H300 ‘ Text1. Text = “” Text2.text = “mulai” vbOut & H300 + 11, & H1 vbOut & H300 + 10, & H1 vbOut & H300 + 12, & H0 Do

Adhigh = vbInp (&H300 + 5) Loop While (adhigh And & H10) ( ) &H0 Adlow = vbInp (& H300 + 4)

Adhigh = vbInp (& H300 + 5)

9 = ((Adhigh * 256) + adlow) And & HFFF Text1.text = 9

End

General Declarations

Declare Sub vbOut lib “WIN95IO.DLL” (ByVal nData As Integer, ByVal nData As Integer)

Declare Sub vbOutw lib “WIN95IO.DLL” (ByVal nPort As Integer, ByVal nData As Integer)

Declare Function vbInp lib “WIN95IO.DLL” (ByVal nPort As Integer) As Integer

(65)

Lampiran 7. Data regresi

No. Multimeter (volt) Komputer

(66)

Lampiran 8. Nilai konversi yang diperoleh melalui penggunaan rheometer

Gaya Tekan

(kgf)

Nilai pada Multimeter (Volt) Ulangan

I

Ulangan II

Ulangan III Rata - rata

0.02 0.06 0.13 0.11 0.1

0.04 0.12 0.16 0.18 0.15

0.06 0.19 0.22 0.20 0.2

0.08 0.20 0.25 0.22 0.22

0.10 0.30 0.28 0.28 0.29

0.12 0.36 0.38 0.33 0.36

0.14 0.42 0.48 0.48 0.46

0.16 0.53 0.52 0.51 0.52

0.18 0.62 0.54 0.53 0.56

0.20 0.66 0.56 0.62 0.61

0.22 0.76 0.64 0.63 0.68

0.24 0.83 0.72 0.77 0.77

0.26 0.91 0.84 0.83 0.86

0.28 0.94 0.92 0.90 0.92

(67)

Lampiran 10. Nilai kecepatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan

Gaya tekan (kgf)

Kecepatan Gelombang Ultrasonik pada Manggis (m/s) ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rara-rata

0.041 146.774 157.522 178..915 237.962 193.516 158.608 152.315 203.919 197.971 138.034 176.5536 0.068 146.824 138.306 215.964 235.309 195.73 183.392 153.128 205.632 212.566 140.163 182.7014 0.096 202.408 178.189 265.786 196.944 213.485 196.928 209.268 221.027 168.96 186.666 203.9661 0.124 146.63 181.006 247.96 270.233 166.725 222.312 179.562 231.249 159.483 141.055 194.6215 0.152 323.562 182.137 256.211 259.211 168.36 282.93 266.417 198.08 294.423 151.82 238.3151 0.180 265.701 634.465 386.39 240.72 519.89 641.667 535.531 296.872 315.606 185.622 402.2464 0.208 230.332 492.8 396.086 630.882 645.977 665.832 563.21 313.783 186.383 281.851 440.7136 0.235 256.003 505.079 397.321 663.955 280.854 731.456 589.741 151.724 251.522 400.748 422.8403 0.263 424.887 514.269 398.092 638.671 697.907 732.16 735.473 439.296 510.792 430.338 552.1885 1.291 458.601 529.705 517.44 658.727 552.525 948.114 1099.195 552.64 688.4 536.019 654.1366

(68)

Lampiran 9. Waktu tempuh gelombang ultrasonik

Gaya tekan (kgf)

Waktu Tempuh Gelombang Ultrasonik (μs) pada Manggis ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.041 451.17 384.77 326.17 255.86 320.31 361.33 396.48 339.84 322.27 437.5 0.068 447.27 441.41 271.48 257.81 316. 406 312.5 392.58 335.94 302.73 431.64 0.096 322.27 345. 7 222.66 309.59 289.06 291.02 285.16 310.55 380.86 326.17 0.124 443.36 337.89 240.23 222.66 369.14 259.77 332.03 294.92 406.25 433.59 0.152 199.22 333.98 238.28 228.52 365.23 207.03 224.61 343.75 218.75 404.3 0.180 242.19 97.66 154.30 242.19 126.95 91.8 113.28 230.47 207.03 330.08 0.208 283.2 125 148.44 91.8 95.7 87.89 107.42 218.75 353.52 218.75 0.235 257.81 123.05 142.58 87.89 222.66 80.08 103.52 453.125 257.81 152.34 0.263 154.30 119.14 142.58 91.8 89.84 78.125 83.98 156.25 126.95 138.67 1.291 136.72 113.28 109.373 89.84 113.28 58.59 54.69 125 91.8 111.33

Gambar

Gambar 1. Manggis.
Tabel 1. Persyaratan mutu manggis segar (Dewan Standarisasi Nasional, 1992)
Tabel 2. Penggolongan mutu buah manggis berdasarkan tingkat warna luar
Gambar 2. Tranduser pemancar dan penerima gelombang ultrasonik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peubah indikator pada kinerja staf akademik UT Pusat dimulai dari urutan faktor muatan terbesar sampai dengan yang terkecil antara lain kemampuan berpartisipasi

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal yang diproksi dengan Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Long term Debt to Equity Ratio dan Long term Debt to Asset

Hasil eigenface disimpan ke dalam matriks u yang di dalam setiap kolom tersimpan satu citra wajah yang sudah berbentuk citra eigenface, setiap proses eigenface menyimpan satu set

Lihotussikapaikan ohjekustannushinta (vuonna 1999 vähennettynä avus- tus) 400 lihasikapaikan sikalassa on noin 1 930 markkaa. Jos sikapaikalla kasva- tetaan kolme erää

adalah kemampuan petugas untuk membantu pasien dalam memenuhi kebuutuhannya, pada tabel 5 (lima) diatas diketahui bahwa tingkat ketanggapan yang diberikan oleh

Tim Sukses Kuesioner, terima kasih untuk my best friend Rohida Oktaviana yang uda menemaniku berkeliling kampus seharian dalam jangka waktu yang tidak sebentar, hujan,

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai persepsi tidak setuju terhadap waktu antrian lebih banyak terdapat pada responden

Buy on Weakness : Harga berpotensi menguat namun diperkirakan akan terkoreksi untuk sementara Trading Buy : Harga diperkirakan bergerak fluktuatif dengan