PENGEMBANGAN TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG
(DIRECT SEEDING)
UNTUNTUK
REGENERASI HUTAN
FAISAL DANU TUHETERU
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMAS1
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung (Direct Seeding) untuk Regenerasi Hutan" adalah
karya sendiri dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang b e d atau d i i t i p dari karya yang diterbitkan maupuntidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam D a f h Pustaka di bagian akhir tesis ini.Bogor, Agustus 2009 Penulis
Faisal Danu T u h e t e ~
ABSTRACT
FAISAL
DANU
TUHETERU.
Developing Direct Seeding Method for Forest Regeneration. Under academic supervision of IRDIKAMANSUR
and CAHYO WIBOWO.Reforestation in tropical area is usually conducted by planting seedlings (potted seedlings). However, direct seeding (direct planting of seed in the field) could be an alternative method for the same purpose. This study investigated the effect of various direct seediing technique and weeding on early establishment and
growth of several plantation forest trees species, and analyze the technical and economic aspect. The results showed that method which buried, and covering seed with mulch had significant effect on percentage and germination rate in greenhouse condition. On the other hand, broadcasting the seed on the soil surface
was
ineffective and resulted in low germination (failed). Field experiment showed that Enterolobium. cyclocarpum, Intsia bijuga, Adenanthera pavoniana, Dalbergia lalifoolia and Paraserianthes falcataria species were suitable for direct seeding with burying the seed. On the other hand, and Gmelina arborea was suitable for direct seeding by putting the seed above soil surface, and covering them with mulch. Success in direct seeding could be categorized based on Doustet al. (2008) categorization.
In
this study, there were found two categories, namely categoryI
(high survival rate and rapid growth) for E. cyclocarpum and G. arborea; and category 3 (high survival rate and slow growth) forI.
bijuga, A. pavoniana,P.
falcataria,C.
pentandra and D. latifolia). According to literaturereview and this study, direct seeding wuld reduce cost for forest establishment by reducing labaour cost and increasing the efficiency of resource use, if compared with planting of potted seedlings.
RINGKASAN
FAISAL DANU TUHETERU. Pengembangan Teknik Pembenihan
Langsung (Direct Seeding) untuk Regenerasi Hutan. Dibimbing oleh
IRDIKA MANSUR dan CAHYO WIBOWO.
Reforestasi lahan di-wilayah tropika umumnya dilakukan dengan penanaman dengan bibif namun dalam prakteknya memiliki kekurangan diantxanya membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, teknik pembenihan langsung dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk tujuan yang sama Teknik pembenihau langsung telah dipraktekan untuk merehabilitasi lahan pasca tambang, rehabilitasi lahan dan hutan terdegradasi serta untuk sistem agroforesh-y. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai perlakuan metode penaburan (pembenaman) benih dan gulma terhadap pertumbuhan awal dan perkembangan tanaman, jenis tanaman yang wcok untuk diiembangkan dengan teknik pembenihan langsung serta efektivitas pembenihan langsung dari aspek teknis dan ekonomi.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahapan yakni pertama, seleksi jenis potensial untuk pembenihan langsung di rumah kaca Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca ~akult& Kehutanan IPB dengan menggunakan rancangan acak lengkap. kedua, pengujian mutu fisik dan fisologis benih dilakukan di rumah kaca kebun percobaan C i b a y a n dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB pada bulan November sampai dengan Desember 2008 dan htiga, pengujian benih jenis terseleksi di lapangan di kebun percobaan Cikabayan pada Januari hingga April 2009.
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode benih dibenamkan dan ditutup mulsa berpengaruh signifikan terhadap daya kecambah dan laju perkecambahan pada kondisi rumah kaca atau penaburan benih di atas permukaan media tidak efektif dan menghasilkan daya kecambah yang rendah. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa sengon but0 (Enterolobium cyclocarpum), saga
(Adenanthera pavoniana), sonokeling (Dalbergia latifolia)
dan
merbau (Zntsia bijuga) serta sengon (Paraserianthes falcataria) sangat cocok dengan metode benih dibenamkan sedangkan metode penaburan beni!! ditutup mulsa wcok untuk tanaman jati putih (Gmelina arborea).Berdasarkan pada pengelompokan kesuksesan pembenihan langsung oleh Doust et al. (2008) maka diperoleh dua kelompok kesuksesan teknik pembenihan langsung yakni kategori 1 (daya hidup tinggi dan pertumbuhan cepat) untuk G. arborea
dan
E.
cyclocarpurn,dan
kategori 3 (daya hidupnya tinggi tetapi pertumbuhannya lambat) untukI.
bijuga, A. pavoniana, P. falcataria, C. pentandradan
D. latifolia. Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembenihan langsung dapat mengurangi biaya pembangunan hutan dan lahan dengan cara mengurangi biaya tenaga keja dan efisiensi sumberdaya bila dibandingkan dengan metode penanaman dengan bibit.O
Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya fulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.a.pengufipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan kmya ilmiah, p e y s u n a n laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
PENGEMBANGAN TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG
(DIRECT
SEEDING)
m
T
U
K
REGENERASI HUTAN
FAISAL DANU TUHETERU
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Magister Sains pada
Mayor Silvikultur Tropika
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung
(Direct Seeding)
untuk Regenerasi Hutan Nama Mahasiswa : Faisal Danu TuheteruNRF' : E451070011
Disetujui : Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Irdika Mansur. M.For.Sc Dr. Ir. Cahvo fibowo. M.Sc.F
Ketua Anggota
Koodinator Mayor Silvikultur Tropika
C
Prof. Dr. Ir.
IGK
Tapa Darma.Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala hikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung (Direct
Seeding)
untuk Regenemi Hutan.Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.
Ir.
Irdika Mansur, M.For.Scdan
Bapak Dr.Ir.
Cahyo Wibowo, M.Sc.F selaku komisi pembimbing serta Bapak Dr.Ir.
Sri Wilarso Budi R selaku pcnguji l u x komisi yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalarn pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Disamping i t 4 penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf laboratorium Silvikulturdan
Kebun Percobaan Cikabayan IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan istri serta seluruh keluarga dan sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2009
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rohomoni (Kab. Maluku Tengah) pada tanggal 28 Desember 1978 dari ayah Muh. A Tuheteru dan ibu Rabea SangadjilTuheteru. Penulis merupakan puba kedua dari tiga bersaudara. Pada
tahun
2008, penulis menikah dengan Rika Marwia Sangadji.Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Inpres 2 Rohomoni (1985-1991), yang dilanjutkan ke Sh4P Negeri 2 Pelau Kariu selarna 3 tahun. Setelah lulus
tahun
1994 penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas daritahun
1994-1997 di SMU Negeri 7 Ambon. Pada Tahun 2003, penulis menyelesaikan p e n d i d i i sarjana
di
Institut Pertanian Bogor padaJurusan
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan.Sejak 2006 hingga sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Pada
tahun
DAFTAR
IS1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
...
...
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
...
. .
Hipotesis Penellhan
...
...
Kerangka Pemikiran
Halaman xii
...
X l l lTINJAUAN PUSTAKA
Teknik Pembenihan langsung
...
6Faktor
.
Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan Pertumbuhan Anakan...
14Waktu dan Tempat
...
16Alat dan Bahan
...
16Prosedur Kerja
...
16...
Analisis Data 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Hail...
Seleksi jenis potensialuntuk
direct seeding di rumah kaca.
Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih...
Pengujian benih jenis terseleksi di lapangan...
...
Pembahasan Pengaruh Metode Penaburan Benih di Rumah Kaca...
Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih...
Pengaruh Metode Penaburan Benih di lapangan...
Pengaruh Penyiangan Gulma dan Gangguan Laimya...
Kajian Ekonorni Pembenihan Langsung...
SIMF'ULAN DAN SARAN...
79Deskripsi singkat jenis yang berpotensi dipakai untuk pembenihan
...
langsung 10
Beberapa perbedaan sifat benih ortodoks
dan
rekalsitran...
1 1Perbandingan biaya pembenihan langsung dengan penanaman bibit
...
12Estimasi biaya penanaman dan pembenihan langsung pada lahan
...
pengembalaan di New Zealand 13
Prestasi kerja pengolahan lahan dan penanaman E. cyclocarpum per hektar
...
13Deskripsi perlakuan awal benih
...
17Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan benih terhadap daya dan laju kecambah benih serta tinggi semai pada umur 8 minggu setelah penaburan benih
...
24Pengaruh metode penaburan benih terhadap daya berkecambah benih (%) setelah 8 minggu penaburan
...
25Pengaruh metode penaburan benih terhadap laju kecambah (hari)
benih setelah 8 minggu setelah penaburan
...
26Pengaruh metode penaburan benih terhadap tinggi (cm) semai setelah 8 minggu penaburan
...
27Hasil pengujian mutu fisik-fisiologis benih
...
28Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan
dan
interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman P. falcataria umur 3 bulan...
3 0Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman
P.
falcataria umur 3 bulan...
3 1Pengamh Metode penaburan benih terhadap parameter perhmbuhan
tanaman P. falcataria umur 3 bulan
...
3 1Hasil analisa sidik ragam pengamh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman
E.
cyclocarpum umut 3 bulan...
Pengaruh Metode p e n a b m benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman E. cyclocarpum umur
3
bulan...
Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman
E. cycIocarpum umur 3 bulan
...
Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana umur 3 bulan
...
Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana
umur
3 bulan...
Pengaruh metode penaburan benih dan penyiangan terhadap
...
parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana umur
3
bulanAnalisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman
...
A.
pavonianaumur
3 bulanHasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman Lbijuga
umur
3
bulan...
Pengamh metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman
I.
bijuga umur3
bulan...
Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman
. .
I. byugaumur
3
bulan...
Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman
G.
arboreaumur
3 bulan...
Pengamh metode p e n a b m benih
dan
penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanamanG.
arborea umur 3 bulan...
Tabel 25. Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman G. arborea umur 3 bulan
...
Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman C. pentandra umur
3
bulan...
Pengaruh metode penaburan benih clan penyiangan terhadap
...
Analisis vegetasi gulma yang twnbuh berdampingan dengan tanaman
...
C. pentandra umur 3 bulan
Hasil
analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman...
D.latifolia umur 3 bulanPengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman D. latifolia umur 3 bulan
...
Pengaruh Metode penaburan benih
dan
penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanamanD.
latifolia umur 3 bulan...
Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman D. latiflia umur 3 bulan
...
Sifat fisik dan !&nia tanah di lokasi penelitian
...
Gambaran m u m kondisi iklim
di
lokasi penelitian...
Perbandiigan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan langsung dengan bibit
E.
cyclocarpum...
Perbandingan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan langsung dengan bibit
E.
cyclocmpum...
Perbandimgan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan langsung dengan bibit
P.
falcataria...
Halaman
. .
. .
Kerangka p h penellt~an
...
Kelebihan dan kekurangan penanaman dengan pembenihan
. .
langsung dan blblt...
Pertambahan tinggi tanaman selama 16 minggu pengamatan
...
Performa kecambah benih yang abnormal pada metode penaburan benih di permukaan media kecambah (A,
D =
radikel C. pentandradan
D.
latifIa yang mengarah ke atas, B = radikel yang busuk dankering pada benih
D.
regia, C = radikel yang memanjang pada jenisS. saman,
E,F,G
& H = tidak kokoh atautidak
tegaknya kecambahE. cyclocarpum, M azedarach, C. pentandra dan S. saman pada metode penaburan benih diatas permukaan media )
...
Pengujian mutu fisik (A, B & C = pengukuran berat benih dari jenis
A.
pmoniana,P.
falcataria danI.
bijuga) dan mutu fisiologis benih tanaman uji @ = performa kecambah dari jenis tanaman yang...
diuji)Biomassa gulma pada tanaman
P.
falcataria umur 3 bulan...
Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap penyerapan unsur hara
N,
P dan K...
Visualisasi benih dan perkecambahan benih E. cyclocarpum
(A = perkecambahan benih pada metode penaburan benih ditutup mulsa, B = metode dienamkan dan C = benih E. cycloca?pum
...
yang sudah diberi perlakuan pendahuluan)Biomassa gulma pada tanaman E. cyclocarpum umur 3 bulan
...
Biomassa gulma pada tanaman A. pmoniana urnur 3 bulan
...
Pengaruh interaksi metode penaburan
dan
penyiangan terhadap berat kering akar(gr)
tanamanI.
bijuga umur 3 bulan (A1 =Disiangi, A2 = Tidak disiangi, BI = Metode Benih dibenamkan dan
...
B2 = Metode benih ditutup mulsa)Biomassa gulma pada tanaman I. bijuga umur 3 bulan
...
Visualisasi benih dan perkecambahan benih Intsia bijuga di lapangan (A = perkecambahan benih pa& metode penaburan benih ditutup mulsa, B = metode dibenamkan dan C = benih
I.
Bijuga)...
Visualisasi benih dan perkecambahan benih G. arborea di lapangan
(A = perkecambahan benih pada metode dienamkan, B = metode
penaburan benih ditutup mulsa)
...
Biomassa gulma pada tanaman C. pentendra umur 3 bulan
...
...
Biomassa gulma pada tanamanD.
latiflia umur3
bulanPertumbuhan tinggi tanaman umur 90
hari
...
Pertambahan diameter tanaman
umur
90hari
...
Visualisasi tanaman umur
3
bulan yang berkompetisi dengan gulma(A = G. arborea, B = E. cyclocarpum, C = D. latifoiia,
D
=I.
bijuga,E =
C. Pentandra dunF = A .
pavoniana)...
Visualisasi gangguan yang terjadi terhadap tanaman di lapangan (A
& B = daun
I.
bijuga yang tergulung oleh hama Clouges sp. padadaun I. bijuga,
C =
Valanga sp.,D =
Dumping offpada G. arboreadan
E
= terputusnya batang C. pentandra karena dirnakan burung)..
Perbandingan efisiensi biaya teknik pembenihan langsung dengan bibit P. falcataria
...
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan hujan tropika di dunia. Kepemilikan ini mengantarkan Indonesia sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar ketiga di dunia (Bappenas 2003). Namun seiring dengan pemanfaatan dan eksploitasi yang berlebihan menyebabkan sumber daya ini menjadi terdegradasi. Data menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2004, kawasan hutan yang terdegmdasi telah mencapai luas 59,17 juta ha dengan laju kemsakan 2.84 juta/ha/tahun, sedangkan lahan kritis di luar kawasan hutan tercatat mencapai luas 41,47 juta hektar (Dephut 2006). Oleh k a n a itu, perlu dilakukan upaya rehabilitasi 100,64 juta hektar khan dan hutan ~ ~tersebut. a k Untuk mendukung upaya tersebut Pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan berbagai kebijakan dan program rehabilitasi lahan dan hutan. Sejak tahun 1955, usaha rehabilitasi telah dilakukan d e n g k nama program penghijauan dan reboisasi. Saat ini pemerintah terus melakukan kegiatan rehabilitasi dengan program utamanya adalah gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (GNRHL)
dengan segala derivasinya yang dicanangkan sejak tahun 2003. Sejak program gerhan digulirkan sampai dengan tahun 2006 luas lahan yang telah direhabilitasi sebanyak 1.4 juta hektar Wurniati 2007). Dari berbagai faktor penyebab lambannya rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia, faktor adanya keterbatasan regenerasi alami dan penanaman konvensional dalam mengembalikan h g s i dan keberedaan hutan turut berkontribusi terhadap kondisi tersebut (Nurhasybi & Sudrajat 2005).
Memperhatikan fakta bahwa upaya rehabilitasi tidak sebanding dengan laju
perluasan kawasan lahan dan hutan yang msak dan kritis maka perlu adanya
altematif metode rehabilitasi hutan dan lahan. Salah satu altematif metode yang dapat dikembangkan adalah metode pembenihan langsung di lapangan (direct
seeding). Pembenihan langsung me~p&aII teknik penaburan atau penanaman
benih di lapangan tanpa melalui tahapan persemaian (Schmidt 2000; Beyer 2008).
Pembenihan langsung mempunyai salah satu keuntungamya dapat mengurangi
biaya pembangunan lahan dan hutan dengan cara meniadakan biaya produksi bibit
di persemaian dengan begitu biaya pengangkutan bibit dan upah buruh di
persemaian serta biaya penanaman dapat ditekan sehingga biaya total penanaman
dapat dikurangi secam nyata. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam segi
pendanaan program rehabilitasi. Keuntungan lain dari teknik ini adalah
pembangunan lahan lebih cepat dan dapat menjangkau lahan yang luas,
kenampakan secara alami serta menjaga performa tanaman (dalam pengangkutan sering tejadi goncangan dan terputusnya akar) (Pumell& Higgins 1999; Ochsner
2001; G d e 2006). Kelemahan teknik ini adalah kurangnya perlindungan selama
perkecambahan karena faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkecambahan dan pertumbuhan semai sulit dikendalikan serta tidak efektif pada lahan dengan kecuraman lereng yang tinggi (Beyer 2008). Keberhasilan tanaman
di lapangan sangat bergantung pada kondisi saat penaburan mencakup kondisi
cuaca dan tempat (tanah) (Colin 1998).
Laporan penelitian teknik pembenihan langsung di daerah tropis masih
kurang clan terbatas bila dibmdingkan dengan sub tropis (Australia dan Amerika
serikat), a t a i temperate (Amerika Serikat, Kanada dan Scandanavia).
Kemungkiian tidak diaplikasikan di daerah tropika karena banyak jenis pohon
yang benihnya rekalsitran dan kompetisi dengan g~lrna Di dam& tropika,
aplikasi pembenihan langsung untuk rehabilitasi lahan pasca tambang dilaporkan
di India dan Australia (Ochsner 2001). Berbagai jenis tanaman yang dipakai untuk rehabilitasi lahan terdegradasi terutama rehabilitasi hutan diantaranya pinus
(Pinus spp.), walnut (Juglam spp.), oak (Qztercus sp.), akasia (Acacia &lbute
Acacia pyrmantha & A. melanoxylon), Ekaliptus (Eucalyptus spp.), MeIaleuca
(Owuor et 01. 2001; Anonim 2004, Goode 2006). Untuk lahan tambang, Cujanus cajun telah diujicobakan di India (Ochsner 2001), jenis Acacia spirorbis (legum),
Carumina collinu dan Gymnostoma deplacheanum (Casuarinaceae), Grevillea spp (Proteaceae), Carpolepis launifoolia (Mwceae) telah diaplikasikan di lahan tambang nikel di New Caledonia (Sarrailh & Ayrault 2001).
Selain rehabilitasi lahan tambang, teknik ini juga dipraktekkan dalam sistem
agroforestry dengan jenis legum (Owour et al. 2001; Niang et 01. 2002), restorasi hutan di Amazon (Camargo et al. 2002 dalam Schmidt 2008), rehabilitasi hutan terdegradasi di Meksiko @enin-Agular 2003 dalam Schmidt 2008), penanaman lahan kering di Nigeria (Eden Foundation 1996), rehabilitasi mangrove (Schmidt
2008) serta restorasi hutan dengan berbagai spesies (Knight et al. 1998). Kaitannya dengan rehabilitasi lahan dan hutan di Indonesia maka teknik ini perlu
diujicobakan.
Secara umum pembenihan langsung dapat diterapkan dalam 3 (tiga) bentuk
(Schmidt 2007) yaitu : 1) penaburan benih ukuran kecil pada lahan terbuka
(broadcast sowing of small seed on cleaned land), bempa teknik aerial sowing dan hydroseeding. Teknik aerial sowing telah diterapkan untuk rehabilitasi hutan
dan lahan curam di China, India dan Vietnam, sedangkan hydroseeding ditempkan untuk rehabilitasi lereng
-
lereng lahan bekas tambang bauksit di Yunani Tengah(Brofas et al. 2007) dan nikel di New Caledonia (Sarrailh & Ayrault 2001), 2) penaburan benih dengan ketepatan tinggi (precision sowing), biasanya benih ditabur langsung di tanah dengan menggunakan berbagai peralatan tabur. 3)
Rumusan Masalah
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam
m g k a menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah teknik pembenihan langsung dapat diterapkan untuk regenerasi hutan
di Indonesia
2. Apakah teknik pembenihan langsung untuk jenis pohon hutan dapat diterapkan untuk regenerasi hutan
3. Apakah penerapan teknik pembenihan langsung lebih rnenguntungkan s- ekonomis dan teknis dibandiigkan dengan penanaman dengan bibit
Tujuan dan Manfaat Peuelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mendapatkan teknik pembenihan langsung yang efektif untuk regenerasi hutan di Indonesia
2. Mendapatkan jenis pohon hutan yang dapat ditanam dengan teknik pembenihan langsung yang diterapkan untuk regenerasi hutan
3. Mendapatkan informasi efektivitas penggunaan pembenihan langsung untuk
rehabilitasi lahan dari aspek teknis dan ekonomi
Hipotesis Penelitian
Beberapa hip6tesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Teknik pembenihan langsung dapat diterapkan untuk regenerasi hutan di
Indonesia
2. Terdapat jenis
-
jenis pohon hutan yang dapat dipakai untuk teknik pembenihan langsung dalam penerapannya untuk regenexi hutan3. Penerapan teknik pembenihan langsung lebih efisien dibandingkan dengan
Kerangka Pemikiran
Pemanfaatan dan Eksploitasi SD Hutan dan Lahan
I
Degradasi Hutan dan LahanI
I
RehabilitasiI
I I
I
@[anling Seedlings) (Direct seeding)
I
tPenanaman dengan telcnik Benih diletakan diatas
Ya Ya
I
TeknikI
+
cocokReveeetasi
Pemilihan jeois
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik pembenihan langsung
Pengertian, keuntungan dan kelemahan pembenihan langsung
Pembenihan langsung merupakan teknik penaburan benih di lapangan tanpa
melalui tahapan persemaian (Schmidt 2000; Beyer 2008). Keuntungan
penggunaan metode pembenihan langsung antam lain : (1) menghemat biaya dan
waktu pelaksanaan revegetasi, (2) tidak ada biaya persemaian, (3) benih lebih
mudah dibawa dan (4) dapat dilakukan pada lahan - lahan dengan aksesibilitas
rendah, (5) kerapatan tegakan yang alami serta (6) cendemng mempunyai
pertumbuhan akar yang bagus. Sedangkan kelemahan dari pembenihan langsung
adalah (1) kumngnya perlindungan selama perkecambahan karena faktor-faktor
lingkungan yang rnempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan semai sulit
dikendalikan, (2) tidak efektif pada lahan dengan kecuraman lereng yang tinggi, (3) membutuhkan kontrol intensif terhadap predator benih dan kompetisi dengan gulma, serta (4) keterbatasan jenis yang tumbuh di kondisi yang ekstrim (Purnell
and Higgins 1999; Ochsner 2001; Illionis Departement of Agriculture 2003;
[image:22.602.83.464.95.827.2]Goode 2006; Douglas et al. 2007; Beyer 2008; Schmidt 2008). Secara singkat kelebihan dan kekurangan penerapan pembenihan langsung disajikan pada
Gambar 2.
Menumt Colin (1998), pemilihan metode pembenihan langsung tergantung
kepada 1) ketersediaan alat atau sarana, 2) ukuran (luasan) areal yang akan
ditanami dan kepadatan tanaman yang diinginkan, 3) aksesibilitas lahan serta 4)
tipe tanah, erosi, water loging serta pengamh angin. Secara umum Schmidt (2007)
menyebutkan ada beberapa ha1 penting penentu keberhasilan penerapan
pembenihan langsung diantaranya :
-
Kondisi IklimPembenihan langsung dapat berhasil dengan kondisi d n g sampai tinggi
tanpa kondisi temperatur yang ekstrim. Untuk daerah kering, maka pemilihan
metode menjadi sangat penting. Waktu penaburan, persiapan lahan serta
pemilihan jenis juga turut berpengaruh.
-
Pemilihan tempat dan penyiapan lahan. Pertimbangan utama pemilihan ternpat adalah ternpat dengan topografi yang datar sehingga mempermudahpenanaman dan mengelirninasi terjadinya erosi tanah dan menghindari lokasi dengan kecuraman topografi yang tinggi. Sedangkan penyiapan lahan
ditujukan untuk menghindari tumbuhnya vegetasi pesaing (mmput atau
gulma) sehingga dapat m e m b e r i h peluang mulai tumbuh dan bersaing lebih
cepat. Penyiapan lahan dilakukan dengan aplikasi herbisida dan secara manual. Intinya kesesuaian jenis dengan tempat.
-
Pemilihan jenis. Jenis yang dipilih dapat beradaptasi dengan kondisi tanah,memilii daya kecambah dan pertumbuhan awal yang cepat dengan daya
hidup tinggi di lapangan, penguasaan teknik silvikultur serta benihnya tersedia
sepanjang waktu (tidak sampai menghambat).
-
Konkol terhadap predator benih.Pemilihan Jenis untuk Teknik Pembenihan langsung
Dasar Pemilihan jenis untuk Rehabilitasi Lahan Terdegradasi
Menurut Khan et al. (2000) salah satu penentu keberhasilan revegetasi pada lahan yang mengandung logam berat adalah pemilihan jenis tanaman. Pemilihan jenis vegetasi ini hams memperhatikan kondisi iMim, faktor topografi dan
persyaratan tumbuh bibit (The New York Departement of Environmental Conservation 2005). Sebelumnya telah dijelaskan oleh Setiadi (2002), jenis yang
dipilih adalah jenis yang tahan terhadap cahaya matahari, tumbuh cepat,
mempunyai tajuk yang luas, menghasilkan banyak serasah, mampu tumbuh baik
pada tanah yang kahat unsur hara dan kadar air yang terbatas, serta memiliki sifat
katalitik Kriteria jenis yang dipilih tersebut hatus dipenuhi karena pada lahan bekas tambang intensitas cahaya matahari umumnya 100% sehingga jenis yang
ditanam tidak butuh naungan. Selain itu, bibit dengan kecepatan tumbuh yang
baik dan mempunyai tajuk yang luas memungkinkan tejadinya penutupan tajuk
pada areal tersebut lebii cepat. Sedangkan jenis yang bersifat katalitik perlu dipertimbangkan karena jenis-jenis ini mampu mengundang hewan-hewan
penyebar biji (seed dispersal) sehingga akan mempercepat terjadinya kolonisasi
pada areal tersebut.
Berdasarkan hasil review beberapa literatur (Higgins et al. 1993; Ocshner
2001) kriteria tanaman yang umumnya digunakan untuk teknik pembenihan
langsung adalah 1) jenis asli setempaf 2) cepat tumbuh untuk merestorasi fungsi
ekosistem, 3) dapat berasosiasi dengan mikroba tanah seperti mikoriq rhizobium danfrankia, 4) umumnya tanaman dengan benih ortodoks, dan 5) tanaman yang
sesuai secara ekologi (sifat fisik dan kimia tanah), ekonomi
dan
sosial.Salah satu famili yang jenisnya banyak dipakai dalam kegiatan revegetasi
adalah famili Leguminosae (Fabaceae). Famili ini mempunyai tingkat
pertumbuhan yang tinggi, mampu memfiksasi nitrogen dari udara karena memiliki
bintil akar, toleran pada kondisi yang ekstrim, dapat mengkonservasi tanah, tidak
memiliki bahan beracun pada daun dan eksudat akar (Piiyopusarerk 1998). Selain
itu, umumnya teknik silvikultur dari famili ini dikuasai dengan baik dan menguasai daerah kering serta merupakan jenis pionir di daerah tropis lembab
Beberapa jenis dari marga Akasia marnpu tumbuh dengan baik di lapangan,
Acacia auriculjformis untuk rehabilitasi tambang timah di Malaysia (Ahmad dan
Ang 1993 dalam Pinyopusarerk 1998) dan Thailand (Pinyopusarerk 1993 dalam
Pinyopusarerk 1998). Sedangkan Acacia auriculiformis, Acacia brassii, Acacia
crassicarpa, Acacia leptocarpa dan Acacia mangium digunakan untuk revegetasi
lahan bekas tambang bouksit di North Queensland serta Acacia helosericea digunakan pada revegetasi bekas tambang Uranium di Northern Territory
(Pinyopusarerk 1998), Acacia crassicarpa pada lahan bekas tambang batubara
(Widyati 2006). Pada skala persemaian, beberapa jenis legum telah diuji coba
diantamnya lamtoro (&ucaem glauca) dan saga (Ademnthera pmoniana)
(Sembiring 2007) dan sengon (Paraserianthes falcataria) (Siregar2007) pada tailing tambang emas.
Karakteristik Benih
Para ahli telah menggolongkan benih dalam 2 (dua) kelompok besar yakni benih ortodoks dan rekalsitran (Schmidt 2000). Deskripsi detail dari kedua
kategori benih dapat dilihat pada Tabel 2. Pada konteks pemilihan benih untuk penerapan teknik pembenihan langsung umumnya benih ortodoks menjadi pilihan
utama. Schmidt (2000) menyebutkan bahwa penaburan langsung benih jarang
menggunakan benih rekalsitran. Hal ini juga diungkapkan oleh Ochsner (2001)
bahwa kemungkinan teknik pembenihan langsung tidak diaplikasikan di dael-ah
Tabel 1 Deskripsi singkat jenis yang berpotensi dipakai untuk pembenihan
langsung
Jenh Sengon
[Pararerianther falcataria @.)
Nielsen] Sengon Buto (Enterolobium cyclocatpum) Saga (Adenanfhera pmoniana) Merbau (Intsia bijuga) Mmdi
(Melia azedarach Li)
Sonobritz
(Dalbergia latiflia Kurtz)
Sonokembang (Pterocarpus indim)
Kihujan
(Samanea saman)
Jati F'utih
(Gmelina arborea)
Karakteristik
Sengon tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada jenis tanah yang drainasenya jelek, jenis pioner pada berbagai i k l i dan cepat tumbuh serta berasosiasi dengan mikoriza dan rhiibium (National Academy of Science 1983). Mampu beradaptasi pada tailing emas (Sigar 2006), timah (Badri 2004).
Tumbuh pada ketinggian 0 - 1000 m dpl dengan tanah berlapisan d a l q draiiase baik, toleran terhadap tanah berpasir dan asin (Djam'an 2003). Jenis cepat tumbuh (National Academy of Science 1983).
Mudah tumbuh pada lahan marginal (lahan terbuka), tumbuh pada tap& berkualitas rendah sampai sedang (Heyne 1987)
Merbau tumbuh baik pada tanah lembab dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir dan berbatu dengan curah hujan A-D (Martawijaya eta!. 2005). Mmdi termasuk jenis cepat tumbuh dan menyebar baik di negara tropis maupun sub tropis (Heyne 1987). Dalam pertumbuhnannya mindi membutuhkan area yang terbuka atau tidak tahan terhadap naungan serta tahan terhadap tanah marjinal (Global Invasive Species Database 2006 dalam Setyaningsih (2007)
Jenis dapat tumbuh pada tanah jelek, berbatu-batu dan keras, pada ketinggian 0-600 mdpl (Mmtawijaya et ai. 7 0 0 5 )
----
~ i d a i memerlukan tempat tumbuh khusus, &pat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan tipe hujan A-D (Martawijaya et al. 2005)
Jenis cepat tumbuh (Heyne 1987). Dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan sampai ketinggian 1000 mdpl (Allen & Allen 1981). Tumbuh baik di wilayah tropika basah dan kering dengan curah hujan antam 600
-
2.500 mdtahun (National Academy of Science 1983). [image:26.595.82.500.56.830.2]Tabel 2 Beberapa perbedaan sifat benih ortodoks dan rekalsitran
Ortodoks
Keadaan alami Dominan di lingkungan arid dan semi arid serta pionir di
iklim basah, juga banyak dijumpai di iklim sedang dan dataran tinggi tropis
Famili dan genus Myrtaceae, Leguminosae, Pinaceae, Casuarinaceae
Kadar air benih dan suhu Toleran terhadap pengeringan penyimpanan dan suhu rendah, kadar air
penyimpanan 5-7 % dengan suhu 0-20C, sedangkan untuk Cryopreservasi kadar air 2-4 %dansuhu-15 sampai -20 C
Rekalsitran
Banyak dijumpai di iklim p a s dan lernbab, khususnya hutan klimaks dari hutan tropika basah dan mangrove, juga dijumpai di daerah i k l i sedang dan beberapa jenis daerah kering.
Dipterocarpaceae, Rhizoporaceae, Meliaceae, Artocarpus, Araucaria, Triplochiton, Agorhis, slnygium, Quercus
Tidak toleran terhadap pengeringan dan suhu rendah (kecuali bebrapa jenis rekdsitran iklim sedang). Tingkat tolemnsi tergantung jenis, biasanya 20-35% dan 12-15% untuk jenis tropis.
Potensi waktu Dengan kondisi penyimpann Dari beberapa hari untuk
peny impanan optimal beberapa tahun untuk rekalsitmn ekstrim sampai kibanyakan jenis hingga
puluhan tahun untuk yang lainnya
Karakteristik benih Kecil hingga medium seringkali kulit biji keras
Karakteristik kemasakan Penambahan berat kering berhenti sebelum masak. Kadar air turun hingga 6-10% saat masak dengan variasi kecil di antara individu benih
Dormansi Dormansi sering te qadi
Metabolisme pads saat Tidak aktif masak
Sumber : Schmidt (2000)
beberapa bulan untuk y&g lebih toleran
Umumnnya medium hingga besar dan berat
Penambahan berat kering te qadi sampai saat benih jatuh. Kadar air pada saat masak 30-70% dengan variasi besa diantara individu
Kajian Ekonomi Pernbenihan Langsung
Secara umum pembenihan langsung mampu mengurangi biaya penanaman
di lapangan sehingga biaya penanaman menjadi murah (Engel and Parrotta 2001;
Hendromono 2002; Douglas et al. 2007; Dissanayake et al. 2008; Schmidt 2008).
Secara m u m perbandingan biaya penanaman dan pembenihan langsung dapat
dilihat pada Tabel 3. Hasil penelitian Douglas et al. (2007) menyebutkan bahwa
biaya penanaman jenis asli New Zealand pada iahan pengembalaan yang
dibutuhkan mencapai NZ$13,955 - 23,533 per ha lebih tinggi dibandingkan
dengan metode pembenihan langsung yang hanya mencapai NZ%4,915
-
14,300per ha (asurnsi 2500 batang dengan jarak 2
x
2 m (Tabel 4). Hendomono (2002) menyebutkan bahwa biaya penanaman langsung dengan benih di lapangan lebihrendah bila dibandingkan dengan penanaman bibit baik pada kondisi olah tanah
minimum maupun tanpa olah tanah (tugal) (Tabel 5).
Dissanayake et al. (2008) menyebutkan bahwa penanaman langsung benih
Parfhenium argentalum Gray di wilayah Australia lebih menguntungkan dimana
dibutuhkan A$150 per ha sedangkan untuk kegiatan penanaman dengan bibit
dibutuhkan AS2.450. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Engel and Parrotta
(2001) bahwa biaya yang dibutuhkan berkisar antara US$742 sampai US$912 per ha, jika dibandingkan dengan biaya penanaman yang membutuhkan biaya $1200
-
2500 per hektar.
Tabel 3 Perbandingan biaya pembenihan langsung dengan penanaman bibit
Biaya relatif
I
.--..
& l ^lr*..:r^^ m.-.-vl dari
L L a p U L , -t,,"- l ansulli
Pembenihan !angsung
p > ~ . a a i a n
Benih Tinggi Rendah
Penaburan benih tinggi Rendah
Transportasi tanaman & Kegiatan di Tidak ada tinggi persemaian
Pengolahan tanah variasi tinggi
Pembuatan lubang tanam Rendah tinggi
Penanaman Tidak ada tinggi
Pemeliharaan tanaman & kontrol gulma Tinggi Rendah
Penyulaman Rendah
Tabel 4 Estimasi biaya penanaman dan pembenihan langsung pada lahan pengernbalaan di New Zealand
Uraian kegiatan Penanaman Pembenihan
langsung
Fencing 4320-4770 43204770
Kontrol hama (Pest control) 1&15 10-15
Herbisida sebelum penanaman (Pre-plant/pre-sow herbicide)
Spot spraying 750
-
Blanket spraying
-
15&165Penanaman (Planting) 2125-3000
-
Penaburan (Sowing)
-
70Biaya tanaman (Plant cost) 300&11 250
-
Biaya benih (Seed cost)
-
75-8000Transportasi (Transportation) 1500 20
Herbisida setelah penanaman (Post-plant/post- sow herbicide)
Tahun pertama (Yl) 750 9 0 4 2 0
Tahun kedua (Y2) 750 9 0 4 2 0
Tahun ketiga (Y3) 750 90-420
TOTAL 13 955-23 535 4915-14 300
Surnber : Douglas el a!. (2007)
Tabel 5 Prestasi k e j a pengolahan lahan dan penanaman E. cyclocarpum per hektar
Olah tanah minimum Tanpa olah tanah
Kegiatan (HOW (HOK)
benih bibit benih bibit
Pernbersihan lahan 45,71 45,71 45,71 45,71
Pembuatan dan pemasangan 2000 ajir 9,11 9,11 9,11 9 , l l
Pembuatan lubang 5,56 5,56
-
-
Pembuatan tugal
-
-
2,78 2,78Penanaman benih/bibit pada lubang 4,17 4,86
-
-
Penanaman benihbibit pada tugal
-
-
3,48 4,40Faktor
-
Paktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan Pertumbuhan AnakanPerkecambahan benih mempakan batas antara benih yang masih tergantung
pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri
dalam mengambil h a m Perkecambahan dimulai dengan pengambilan air,
penyerapan, diikuti dengan proses metabolisme dalam benih yang menyebabkan
pembesaran embrio dan tumbuh menjadi anakan (Schmidt 2000; 2007).
Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan
berkecambah), perlakuan awal e m a t a h a n dormansi) dan kondisi perkecambahan
seperti air, suhu, media, cahaya dan bebas dari hama penyakit (Schmidt 2000).
Kualitas fisiologis benih yang tinggi diperlukan untuk memperoleh kapasitas
perkecambahan dan vigor yang tinggi. Kapasitas perkecanlbahan menunjukkan
kemampuan bawaan benih berkecambah dibawah kondisi yang optimal selama
pengujian benih, sedangkan vigor mencakup beberapa parameter yang
menyatakan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal
diberbagai kondisi (Schmidt 2000). Vigor dan kemampuan berkecambah sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan massa (berat) benih (Eugenio 1993; Reich et al. 1998; Seiwa et al. 2002; Humara et al. 2002; Paz and Marthes-Ramos 2003;
Yanlong et al. 2003; Schmidt 2007).
Selain kualitas benih, tingkat dormansi benih juga menentukkan keberhasilan perkecambahan benih. Dormansi didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban
cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Schmidt 2000). Lebi lanjut dijelaskan Schmidt (2000; 2007) bahwa umumnya donnansi dapat terjadi dalam bentuk
dormansi embrio (benih secara fisiologis belum masak), dormansi mekanis
(pertumbuhan embrio terhambat karena kulit biji yang tipis), dormansi fisik (kulit
benih kedap air), dormansi kimia (benih mengandung zat
-
zat kimia penghambat perkecambahan), dormansi cahaya (benih tidak dapat berkecambah kecuali jikaberada pada kondisi cahaya) serta dormansi suhu (perkecambahan rendah tanpa
Jenis
-
jenis dari family Leguminosae umumnya memiliki dormansi f i s kOIeh karena itu sebelum dikecambahkan perlu dilakukan pematahan dormsnsi.
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan cara skarifikasi bempa perendaman
atau stmtifikasi. Perlakuan pendahuluan dengan perendaman air pada suhu
tertentu atau perendaman dengan asam atau bahan kimia lainnya pada konsentrasi
tertentu, dapat melunakkan kulit benih dan h i h i dari protoplasma sehingga
mempermudah proses imbibisi dan penyerapan oksigen (Schmidt 2007).
Perlakuan awal (pendahuluan) dilakukan sebelum penabumn atau penanaman
benih dengan tujuan menambah kecepatan d m keseragaman perkecambahan
benih (Schmidt 2007).
Pertumbuhan anakan setelah perkecambahan bervariasi tergantung jenis
tetapi juga sangat dipengamhi lingkungan (Schmidt 2000). Menurut Schmidt
(2007) bahwa semai pada fase juvenil memiliki mekanisme adaptasi dalam bentuk
adaptasi terhadap cahaya (light adaptation) keseimbangan pucuk dan akar (shoot-
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa percobaan diantaranya seleksi jenis potensial di Rumah Kaca Fakultas Kehutanan IPB pada Juni hingga Agustus 2008, pengujian mutu fisik dan fisiologis di Laboratorium Silvikultur dan rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB pada November sampai dengan Desember 2008 dan pengujian benih jenis terseleksi di lapangan di kebun percobaan Cikabayan pada Januari hingga April 2009. Analisis tanah rutin dan hara tanaman dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Laboratorium Penelitian dan uji Tanah, Bogor pada bulan Januari 2009
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran 50 m, kompas, penugal, kamera digital, gembor, cangkul, alat tulis, bak kecambah, oven, timbangan, penggaris, lup,
dan
lain-lain. Bahan yang dibutuhkan adalah benih sengon (Paraserianrhes falcataria), sengon but0 (Enterolobiurn cyclocaqJum),saga (Adenanthera pavoniana), merbau (Intsia bijuga), mindi (Melia azedarach),
sonobritz (Dalbergia latifolia), angsana (Pterocarpus indicus), Kihujan (Sarnanea saman), randu (Ceiba pentandra), jati putih (Grnelina arborea), dan plamboyan
(Delonix regia).
Prosednr Kerja
Percobaan
I
Seleksi jenis potensial untuk pembenihan langsung di ~ m a h kacaPerwbaan ini bertujuan
untuk
menyeleksi jenis-
jenis potensial yang dapat digunakanuntuk
pembenihan langsung pada skala rumah kaca. Hasil seleksiPenyiapan Media Kecambah
Media kecambah yang digunakan adalah tanah. Media tersebut diiasukan ke dalam bak-bak kecambah dengan jumlah yang disesuaikan dengan jumlah unit percobaan yang diujikan. Ketebalan media i 12 cm.
Perlakuan Benih
Perlakuan awal dilakukan sesuai dengan karakteristik dan perlakuan pendahuluan yang sudah atau pernah diuji pada masing-masing jenis. Perlakuan awal masing- masing jenis tertera pada Tabel 6.
Teknik
pembenihan langsungPe~abwan
benih
dilakukan
sesuai dengan metodelteknik pembenihan langsung yang diujikan. Oleh karena itu, penaburan benih dalam bak kecambah dilakukan dalam tiga b e n t - yakni penaburan di atas media kecambah, penaburan benih di atas permukaan media kecambah kemudian ditutup dengan seresah serta pembenaman benih dengan kedalaman1-4
cm.
Pada masing -masing bak kecambah ditanam 25 benih.Tabel 6 Deskripsi perlakuan awal benih No Jenis
1. Sengon
(Paraserirmf/res falcafaria)
2. Sengon Buto
(Enterolobim cyclocmpum)
3. Saga
(Adenmfherapavonicma)
4. Merbau (Infsia bijuga)
5. Mindi (Melia medmach)
6. Sonobritz
(Dalbergia iahyolia)
7. Angsana
(Pferocmpus indicus) 8. Kihujan (Samunea smun)
9. Randu (Ceiba pentmrdra) 10. Jati Putih (Gmelina arborea)
11. Flambovan (Delonix r e d
Perlakuan pendahuluan
Perlakuan ~endahuluan denrran cara direndam dengan air' mcndidih dibiar-kan dingin sampai dengan 24 jam (Nurhasybi 2000)
Mengikir kulit benih dekat titik tumbuh dan
direndam air dingin selama 24 jam (Djam'an
2003)
Perlakuan pendahuluan dengan cara direndam dengan air mendidih dibiarkan dingin sampai dengan 24 jam.
Pengikiran kemudian benih direndam dalam air dingin selama 30 menit (Yuniarti 2003)
Dijemw selama 7 hari kemudian diretakkan kulitnya @mu 2002)
Perendaman dalam air dingin selama 24 jam (Pramono 2003)
Tidak ada perlakuan awal (Suita 2008)
Tanpa perlakuan awal Tanpa perlakuan awal
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan metode penaburan benih sebagai berikut : A1 = pembenaman benih pada kedalaman tanah
1-4
cm, A2 =penaburan benih yang kemudian ditutup seresah dan A3 = penaburan langsung
diatas p e r m h tanah. Dalam penelitian
ini
digunakan ulangan sebanyak 3 kaliclan masing-masing ulangan terdii dari 25 butir benih. Masing
-
masing jenis membutuhkan 225 benih sehingga total benih yang dibutuhkanuntuk
11 (sebelas) jenis sebanyak 2475 benih.Model iinier pada rancangan percobaan
ini
adalahYij = p
+
zi
+
~ i j ; dimana : i = 1,2 dm 3., j = 1,2 dm 3 Keterangan :Yij
=
Nilai setiap pengamatan pada perlakuan ke-
idan
ulangan ke-
j
P = Nilai rata-
rata umumri
= Pengaruh perlakuan metode penaburan benih ke - i~ i j = pengaruh acak pada perlakuan metode penaburan benih ke
-
i dan ulangan ke-jPengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang diamati pada percobaan ini adalah : a. Daya Berkecambah
Daya berkecambah adalah kemampuan benih untuk berkecambah normal dalam kondisi optimum yang diukur dalam persentase kecambah normal terhadap jumlah benih yang ditanam. Daya berkecambah dapat dihitung berdasarkan rumus :
lumlah
kecambah normal
Daya Berkecambak (14) = x 100 94
b. Laju Perkecarnbahan
Jumlah hari yang diperlukan untuk pemunculan radikel atau plhula. Laju perkecambahan dapat dihitung berdasarkan rumus :
NIT1
t
NZTZ
-
...
-
N:iTsLaja Pmkecantbairarc (frnrl) =
~ufnkiir
tnta:i
Fjirnilrb&kecon~boA
Dimana : N = jumlah benih yang berkecambah
T =
waktu atau hari yang dibutuhkan untuk berkecambah.
c. T i g g i bibit
T i g g i diukur dari pangkal batang sampai titik tertinggi semai dengan menggunakan penggaris. Diukur setiap 2 minggu sekali yang dimulai pada dua minggu setelah penaburan
benih.
Analisis Data
Data dianalisis sidik ragam dengan menggunakan uji ANOVA (uji-F) dan pengujian lanjutan menggunakan uji lanjut LSD (Mattjik dan Sumarta Jaya 2000).
Percobaan 11 Pengujian Mutu
F i i k
dan Pisiologis BenihTujuan pelaksanaan pengujian mutu fisik dan fisiologis benih adalah untuk mengetahui dan mendapatkan informasi awal tentang kondisi benih yang digunakan pada skala lapangan. Kegiatan ini diharapkan sebagai pembanding dengan penerapm
pembenihn
langsung di lapangan. Pengujian mutu fisik dilakukan dengan menghitung berat 1000 butir benih, sedangkan mutu fisiologisBerat 1000 butir Benih
a
Mengambil dan menghitung 100benih
dengan 8 ulangan secara acak.b. Menimbang tiap uiangan (dalam gram) dengan j u d a h angka di belakang koma.
c. Menghtung koefisien keragaman dari berat 100 butir
benih
antara 8 ulangan tersebut.d. Jiia koefisien keragaman (CV) lebih kecil dari 4,0, maka analisis diterima
Jika CV lebih
dari 4,0, penghitungan ditambah 8 ulangan lagi.e. Berat 1.000 butir benih diperoleh dengan mengalikan
berat
mta-rata 100 benih(x)
dengan nilai 10.Daya Berkecambah Benih
a Pengecambahan dilakukan terhadap benih
mumi
dengan jumlah masing-
masing jenis sebanyak 50 benih dengan 3 (tiga) kali ulangan.
b. Kemudian benih diberi perlakuan awal untuk pematahan dormansi sesuai dengan jenis (Tabel 6).
c. Metode uji daya kecambah yang dipakai adalah metode uji daya berkecambah secara langsung dengan media tanah.
d. Data pengamatan yang akan diambil adalah daya berkecambah
dan
laju perkecambahan.Pereobaan 111 Pengujian benih jenis terseleksi di lapangan
Percobaan dilakukan dengan tujuan untuk ~llendapatkan teknik pembenihan langsung yang sesuai untuk rehabilitasi lahan serta jenis tanaman yang dapat dikembangkan dengan teknik pembenihan langsung tertentu. Tahapan percobaan adalah sebagai
berikut
:a. Persiapan Lahan
penggemburan plot sampai kepada perataan plot-plot penelitian. Plot dibuat berukuran
1
mx 1
m dengan jarak antar plot 50 cm.b. Perlakuan Awal Benih
Perlakuan awal dilakukan
untuk
menjamin bahwa benih akan berkecambah dan bahwa perkecambahan berlangsung cepat dan seragam. Perlakuan awal dilakukan sesaat sebelum penaburan serta disesuaikan dengan jenis yang diuji (Tabel 6).c Metode Penanaman Langsung
Penaburan dilakukan berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan sistem baris pada plot yang berukuran 1 m
x
1 m dengan jumlah benih yang ditabur sebanyak50
benih yang sudah diberi perlakuan awal dengan jamk antar benih 10x
20 cm.d. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga dan mengamati benih yang ditanam dari kondisi ekstrirn maupun predator benih serta kecambah yang telah tumbuh
dari
vegetasi pesaing secara manual. Penyiraman dilakukan setiap pagi selamasatu
minggu pertama.e. Pengamatan
Data yang diamati pada percobaan ini adalah
-
Daya berkecambah (%), persentase kecambah normal terhadap jumlahbenih yang ditanm
-
Laju perkecambahan @ari), akurnulasi perkalian jumlah benih yangberkecambah dengan waktu yang dibutuhkan dibagi dengan total
benih
yang dikecarnbahkan.
-
Tinggi (cm), tinggi diukur sejaksatu
bulan pertama selanjutnya diukursetiap
satu
bulan selama tiga bulan penelitian. Diukur dari pangkal batang sampai titik tertinggi dengan penggaris (mistar).-
Diameter(mm),
diameter diukur tepat2
cm pada pangkal batang tanaman-
Berat kering akar (g), dengan mengukur berat kering a k a yangsebelumnya telah dioven pada suhu 70' sampai berat kering konstan.
-
Berat kering pucuk (g), dengan mengukur berat kering pucuk yangsebelumnya telah dioven pada suhu 70°sampai berat kering konstan.
-
Berat kering total (g), dengan mengukur berat kering pucuk dan akaryang sebelumnya telah dioven pada suhu 70" sampai berat kering konstan.
-
Rasio pucuk akar, m e ~ p a k a n perbandiigan antara berat kering bagianpucuk (batang dan daun) dengan berat kering aka.
-
Daya hidup (%), kemampuan hidup semai yang dihitung dengan caramembandingkan jumlah benih yang berkecambah atau semai (anakan) yang hidup dengan jumlah total benih yang berkecambah diialikan 100%.
-
Persen jadi benih (%), dihitung dengan cara membandingkan jumlahsemai (anakan) yang hidup dengan jumlah total benih yang ditabur (ditanam) dikalikan 100%.
-
Serapan hara tanaman N,P
dan K, analisa dilakukan oleh BalaiPenelitian Tanah, Laboratorium Penelitian
dan
uji Tanah, Bogor-
Keragaman gulma, dengancara
menghitung frekuensi dan kerapatanrelatif masing
-
masing gulma serta indeks nilai pentingnya(INP).
-
Biomassa gulma (g), dengan mengukur berat kering gulma yang sebelumnya telah dioven pada suhu 70°sampai berat kering konstan-
Analisa biaya pembeniban langsung (review): Data penunjang :
1.
Kondisi iklim (Badan Meteorologi Kliiatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor)2.
Analisa tanah rutin (Balai Penelitian Tanah, Laboratorium Penelitian dan uji Tanah, Bogor)Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Split plot diiana faktor utama (main plot) adalah penyiangan yang terdiri atas 2 taraf yaitu disiangi (Al) dan tidak disiangi
( M ) ,
sedangkan sub plotnya adalah metode penaburan benih yang terdiri dari dua perlakuan yaity pembenaman benih pada kedalaman media 1 4 cm @I)dan penaburan benih dibawah lapisan seresah (B2). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dengan 7 (tujuh) jenis tanaman yang diujikan maka terdapat 84 unit percobaan.
Model linier pada rancangan percobaan ini adalah
Yijk = p
+
ai+
6ik+
$j+
(a$)ij+
Eijk; dirnana : i = 1,2 dm 3., j = 1,2 dm 3Keterangan : Yijk - -
Aik -
-
Eij - -Nilai setiap pengamatan pada faktor penyiangan ke
-
i, faktor metode ke-
j dan ulangan ke-
kNilai rata
-
rataumum
Pengaruh utama faktor penyiangan ke
-
i
Pengaruh utama faktor metode penaburan benih ke
-
jkomponen interaksi
dari
faktor penyiangan dengan faktor metode penaburan benihKomponen acak
dari
petak utama yang menyebar n o d pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normalAnalisis Data
Data dianalisis sidii ragam dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA (uji-F)
dan pengujian lanjutan menggunakan uji lanjut LSD (Mattjik clan
Sumarta Jaya 2000) dengan menggunakan pengolahan data komputer program CoStat6311
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Seleksi jenis potensial uutuk pembenihan langsung di ~ m a h kaca
Pengaruh metode penaburan terhadap daya dan laju kecambah serta tinggi semai bervariasi bergantung kepadajenis tanaman yang diuji. Metode penaburan benih b e r p e n g d nyata terhadap daya kecambah dari 36% tanaman yang diuji, laju kecambah dari 55% tanaman yang diuji, dan tinggi semai dari 18% tanaman yang diuji (Tabel 7). Hanya C. pentandra dan E. cyclocarpum yang daya
dan
laju kecambah benih dan tinggi semainya dipengaruhi oleh metode penaburan benih. Sebaliknya, daya berkecambahdan
laju perkecambahan benih serta tinggi semaiD.
latifolia, G. arborea, P. indicus, dan S. saman tidak dipengaruhi oleh metode penaburan benih.Tabel 7 Hasil analisa s i d i ragam pengaruh metode penaburan benih terhadap daya
dan
laju kecambah benih serta tinggi semai padaumur
8 minggu setelah penaburan benihDaya kecarnbah Laju kecambah Tinggi semai --
Jenis tanaman ("h) (hari) (cm)
F hit KK F hit F hit KK
~~~~ .. ---- ~-
-
. . . . - . . . ~SYd
~Am...
A. pavoniana 24.89
**
5 4.7211s 18 0.1511s 5 C. pentandraD. IatifoIia D. regia
E. cyclocarpum G. arborea I. bijuga M azedarach P. falcataria P. indicus
S. saman 0.52 ns 33 3.24 ns 13 4.14 ns 22 Keterangan :
**
berpengaruh nyata pada P 5 0.01, ns = tidak berpenganth nyata pada P 5 0.05.Tabel 8 menunjukkan bahwa urnurnnya jenis tanaman yang diuji memiliki daya kecambah tertinggi pada metode penaburan benih dengan teknik dibenamkan dan ditutup seresah, sebaliknya metode penaburan benih yang ditaburkan di
permukaan media menghasilkan daya kecambah yang rendah. Metode
dibandingkan dengan metode penaburan benih di permukaan media pada jenis A.
pavoniana, C. pentandra dan I. bijuga. Sedangkan pada jenis
D.
latifoli,M.
azedarach, P. falcataria, D. regia, P. indicus dan S. saman ketiga jenis metode penaburan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Meskipun secara statistiktidak berbeda nyata pada ketiga metode yang diujikan, narnun jenis P. falcataria
bisa ditanam dengan cara disebar dimana persentase kecambahnya rnasih tinggi
pada metode penaburan benih yang ditabur dipermukaan media
Tabel 8 Pengaruh metode penaburan benih terhadap daya berkecambah benih (%)
setelah 8 minggu penaburan
Jenis Tanaman
A. pavoniana C. pentandra D. latifolia D. regia
E. cycloca~um G. arborea I. bijuga M. azedarach
Metode penaburan benih
Dibenamkan Ditutup seresah Dipermukaan media
66.67 a 93.33 a 5.33 b
P. falcataria 94.67 a 89.33 a 86.67 a
P. indicus 25.33 a 20 a 16 a
S. saman 21.33 a 18.67 a 12 a
Keterangan : rerata sebaris diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyaia b e r b k a n uji LSD pada taraf kepercayaan 95 %.
Laju kecambah benih C. pentandra, D. regia, E. cyclocaipum, I. bijuga dan P. falcataria yang dipengaruhi oleh metode benih dibenamkan dan ditutup mulsa berbeda nyata dengan metode penaburan diatas permukaan media. Sedangkan
ketiga metode penaburan tidak menunjukl-an perbedaan terhadap laju kecambah
dari jenis D. latifolia K u e , G. arborea,
M
azedarach Linn, P. indicus dan S. saman. Sementara laju perkecambahan jenisA.
pavoniana dipengaruhi oleh metode benih dibenamkan dan metode penaburan benih di permukaan media(Tabel 9). Secara m u m , laju kecambah benih pada ketiga metode yang diujikan
Tabel 9 Pengaruh metode penaburan benih terhadap laju kecambah (hari) benih setelah 8 minggu penaburan
Metode penaburan benih Jenis Tanaman
Dibenamkan Ditutup seresah Dipermukaan media
A. pavoniana 12 b 20.87 a 18.5 ab
C. pentandra
D. latifolia D. regia E. cyclocarpum
G. arborea I. bijuga M azedarmh
P.
falcataria P . indicusS. saman 18.9 a 13.77 a 10.17 a
Keterangan : rerata sebaris diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf kepercayaan 95 %.
Metode penaburan benih di atas permukaan media selain berpengaruh
terhadap rendahnya daya berkecambah dan lamanya laju perkecambahan benih
juga berpengamh terhadap keabnormalan benih. Hampir ditemukan semua benih
dari tanaman yang diujikan memiliki kecambah yang abnormal. Beberapa ciri
gejala abnormal kecambah diantaranya muncul radikel menuju ke atas (tidak
mengarah ke media), tidak seimbangnya performa semai, radikelnya mengalami
kekeringan dan benih busuk (Gambar 4).
Hasil analisis uji lanjut (Tabel 10) menunjukkan bahwa ketiga jenis
metode yang diujikan tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kecuali
terhadap tanaman E. cyclocarpum, C. pentandra, S. saman dan D. regia. Tampiik pada Tabel 10 juga bahwa metode benih dibenamkan dengan ditutup seresah
berbeda nyata dengan metode di permukaan media pada tinggi tanaman E.
cyclocarpum dan C. pentandra dan tidak berbeda nyata pada tinggi S. saman dan
Tabel 10 Pengaruh metode penaburan benih terhadap tinggi (cm) semai 8 minggu setelah penaburan
Metode penaburan benih Jenis Tanaman
Dibenamkan Ditutup seresah Dipermukaan media
A. pavoniana 10.8 a 10.9 a 8.5 a
C. pentandra 83 a 71.1 a 23.8 b
D. latiforia 13.7 a 16.7 a 16.8 a
D. regia 46.1 a 56.7 a 49.9 a
E. cyclocarpum 5.2 a 15.9 a 21 a
G.
arborea 39.8 a 42.3 a 39.5 aI. bijuga 35.5 a 34.1 a 15.9 b
M. azedmach 8.5 a 8.8 a 7.6 a
P. falcataria 26.5 a 25.8 a 11.1 a
P. indicus 56.1 a 47.3 a 23 a
S. saman 29.6 a 26.2 a 21.8 a
Keterangan : rerata sebaris diikuti huruf yang samn menunjukkm tidak berbeda nyata berdasmkan uji LSD pada taraf kepercayaan 95 %.
Tanaman E. cyclocarpum dan
G.
Arborea memiliki kecenderungan pertambahan tinggi yang progresif (Gambar 3).--
D. lat~oliaAD. regia
--
E. cyclo~arpumG. arborea --I. bijuga
-
M. azeabrach-
-P.Jalataria5 10 16
-+- P. i n d i m
Umur Tanaman (Minggu)
-
-S. samanPengujian Mutn Fisik dan Fisiologis Benih
Penggunaan benih di lapangan sangat tergantung pada mutu benih yang
digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan uji mutu fisik (berat 1000 butir benih)
dan uji fisiologis (daya berkecambah benih). Pengujian mutu fisik dan fisiologis
benih dilakukan karena merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan
benih dari mulai proses produksi sarnpai perkecambahan benih. Hasil uji mutu
fisik benih (berat 1000 butir) untuk I. bijuga lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis lainnya (Gambar 5). Dengan berat seperti itu, diduga kandungan
benihnya dalam bentuk karbohidrat, lemak dan lainnya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan jenis lainnya. Sedangkan daya berkecambah untuk ketujuh jenis yang diuji hampir semuanya di atas 80 %, kecuali G. arborea dan A. pavoniana (Tabel 11).
Tabel 11 Hasil pengujian mutu fisik-fisiologis benih
Parameter Uji
Jenis Tanaman Berat 1000 butir jumlah per Daya berkecambah
(pr) kg (%)
P.
falcataria 23,6 42.395 82-
100E. cyclocrnpum 961.3 1.040 76
-
96A.pavonirma 296,6 3.371 60
-
80I. bijuga 2832,2 353 92
-
96G.arborea 551.8 1.812 52
-
76C. penrandra 69,5 14.383 60
-
88Gambar 4 Performa kecambah benih yang abnormal pada metode penaburan benih di permukaan media kecambah (A, D = radikel
C.
pentandra danD. latzj7ia yang mengarah ke atas, B = radiiel yang busuk dan kering
pada benih
D.
regia, C = radikel yang memanjang pada jenis S. saman, [image:45.599.71.465.36.811.2] [image:45.599.86.467.86.374.2]E,F,G &
H
= tidak kokoh atau tidak tegaknya kecambah E. cyclocarpum,M.
azedarach, C. pentandra dan S. saman pada metode penabura