• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan teknik pembenihan langsung (Direct seeding) untuk regenerasi hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan teknik pembenihan langsung (Direct seeding) untuk regenerasi hutan"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG

(DIRECT SEEDING)

UNTUNTUK

REGENERASI HUTAN

FAISAL DANU TUHETERU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung (Direct Seeding) untuk Regenerasi Hutan" adalah

karya sendiri dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang b e d atau d i i t i p dari karya yang diterbitkan maupun

tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam D a f h Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009 Penulis

Faisal Danu T u h e t e ~

(3)

ABSTRACT

FAISAL

DANU

TUHETERU.

Developing Direct Seeding Method for Forest Regeneration. Under academic supervision of IRDIKA

MANSUR

and CAHYO WIBOWO.

Reforestation in tropical area is usually conducted by planting seedlings (potted seedlings). However, direct seeding (direct planting of seed in the field) could be an alternative method for the same purpose. This study investigated the effect of various direct seediing technique and weeding on early establishment and

growth of several plantation forest trees species, and analyze the technical and economic aspect. The results showed that method which buried, and covering seed with mulch had significant effect on percentage and germination rate in greenhouse condition. On the other hand, broadcasting the seed on the soil surface

was

ineffective and resulted in low germination (failed). Field experiment showed that Enterolobium. cyclocarpum, Intsia bijuga, Adenanthera pavoniana, Dalbergia lalifoolia and Paraserianthes falcataria species were suitable for direct seeding with burying the seed. On the other hand, and Gmelina arborea was suitable for direct seeding by putting the seed above soil surface, and covering them with mulch. Success in direct seeding could be categorized based on Doust

et al. (2008) categorization.

In

this study, there were found two categories, namely category

I

(high survival rate and rapid growth) for E. cyclocarpum and G. arborea; and category 3 (high survival rate and slow growth) for

I.

bijuga, A. pavoniana,

P.

falcataria,

C.

pentandra and D. latifolia). According to literature

review and this study, direct seeding wuld reduce cost for forest establishment by reducing labaour cost and increasing the efficiency of resource use, if compared with planting of potted seedlings.

(4)

RINGKASAN

FAISAL DANU TUHETERU. Pengembangan Teknik Pembenihan

Langsung (Direct Seeding) untuk Regenerasi Hutan. Dibimbing oleh

IRDIKA MANSUR dan CAHYO WIBOWO.

Reforestasi lahan di-wilayah tropika umumnya dilakukan dengan penanaman dengan bibif namun dalam prakteknya memiliki kekurangan diantxanya membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, teknik pembenihan langsung dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk tujuan yang sama Teknik pembenihau langsung telah dipraktekan untuk merehabilitasi lahan pasca tambang, rehabilitasi lahan dan hutan terdegradasi serta untuk sistem agroforesh-y. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai perlakuan metode penaburan (pembenaman) benih dan gulma terhadap pertumbuhan awal dan perkembangan tanaman, jenis tanaman yang wcok untuk diiembangkan dengan teknik pembenihan langsung serta efektivitas pembenihan langsung dari aspek teknis dan ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahapan yakni pertama, seleksi jenis potensial untuk pembenihan langsung di rumah kaca Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca ~akult& Kehutanan IPB dengan menggunakan rancangan acak lengkap. kedua, pengujian mutu fisik dan fisologis benih dilakukan di rumah kaca kebun percobaan C i b a y a n dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB pada bulan November sampai dengan Desember 2008 dan htiga, pengujian benih jenis terseleksi di lapangan di kebun percobaan Cikabayan pada Januari hingga April 2009.

Hasil penelitian menunjukan bahwa metode benih dibenamkan dan ditutup mulsa berpengaruh signifikan terhadap daya kecambah dan laju perkecambahan pada kondisi rumah kaca atau penaburan benih di atas permukaan media tidak efektif dan menghasilkan daya kecambah yang rendah. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa sengon but0 (Enterolobium cyclocarpum), saga

(Adenanthera pavoniana), sonokeling (Dalbergia latifolia)

dan

merbau (Zntsia bijuga) serta sengon (Paraserianthes falcataria) sangat cocok dengan metode benih dibenamkan sedangkan metode penaburan beni!! ditutup mulsa wcok untuk tanaman jati putih (Gmelina arborea).
(5)

Berdasarkan pada pengelompokan kesuksesan pembenihan langsung oleh Doust et al. (2008) maka diperoleh dua kelompok kesuksesan teknik pembenihan langsung yakni kategori 1 (daya hidup tinggi dan pertumbuhan cepat) untuk G. arborea

dan

E.

cyclocarpurn,

dan

kategori 3 (daya hidupnya tinggi tetapi pertumbuhannya lambat) untuk

I.

bijuga, A. pavoniana, P. falcataria, C. pentandra

dan

D. latifolia. Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembenihan langsung dapat mengurangi biaya pembangunan hutan dan lahan dengan cara mengurangi biaya tenaga keja dan efisiensi sumberdaya bila dibandingkan dengan metode penanaman dengan bibit.
(6)

O

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya fulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a.pengufipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan kmya ilmiah, p e y s u n a n laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PENGEMBANGAN TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG

(DIRECT

SEEDING)

m

T

U

K

REGENERASI HUTAN

FAISAL DANU TUHETERU

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis : Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung

(Direct Seeding)

untuk Regenerasi Hutan Nama Mahasiswa : Faisal Danu Tuheteru

NRF' : E451070011

Disetujui : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irdika Mansur. M.For.Sc Dr. Ir. Cahvo fibowo. M.Sc.F

Ketua Anggota

Koodinator Mayor Silvikultur Tropika

C

Prof. Dr. Ir.

IGK

Tapa Darma.
(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala hikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung (Direct

Seeding)

untuk Regenemi Hutan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.

Ir.

Irdika Mansur, M.For.Sc

dan

Bapak Dr.

Ir.

Cahyo Wibowo, M.Sc.F selaku komisi pembimbing serta Bapak Dr.

Ir.

Sri Wilarso Budi R selaku pcnguji l u x komisi yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalarn pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Disamping i t 4 penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf laboratorium Silvikultur

dan

Kebun Percobaan Cikabayan IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan istri serta seluruh keluarga dan sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2009

(10)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rohomoni (Kab. Maluku Tengah) pada tanggal 28 Desember 1978 dari ayah Muh. A Tuheteru dan ibu Rabea SangadjilTuheteru. Penulis merupakan puba kedua dari tiga bersaudara. Pada

tahun

2008, penulis menikah dengan Rika Marwia Sangadji.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Inpres 2 Rohomoni (1985-1991), yang dilanjutkan ke Sh4P Negeri 2 Pelau Kariu selarna 3 tahun. Setelah lulus

tahun

1994 penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas dari

tahun

1994-1997 di SMU Negeri 7 Ambon. Pada Tahun 2003, penulis menyelesaikan p e n d i d i i sarjana

di

Institut Pertanian Bogor pada

Jurusan

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan.

Sejak 2006 hingga sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Pada

tahun

(11)

DAFTAR

IS1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

...

...

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

...

. .

Hipotesis Penellhan

...

...

Kerangka Pemikiran

Halaman xii

...

X l l l

TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Pembenihan langsung

...

6

Faktor

.

Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan Pertumbuhan Anakan

...

14

Waktu dan Tempat

...

16

Alat dan Bahan

...

16

Prosedur Kerja

...

16

...

Analisis Data 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Hail

...

Seleksi jenis potensial

untuk

direct seeding di rumah kaca

.

Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih

...

Pengujian benih jenis terseleksi di lapangan

...

...

Pembahasan Pengaruh Metode Penaburan Benih di Rumah Kaca

...

Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih

...

Pengaruh Metode Penaburan Benih di lapangan

...

Pengaruh Penyiangan Gulma dan Gangguan Laimya

...

Kajian Ekonorni Pembenihan Langsung

...

SIMF'ULAN DAN SARAN

...

79
(12)

Deskripsi singkat jenis yang berpotensi dipakai untuk pembenihan

...

langsung 10

Beberapa perbedaan sifat benih ortodoks

dan

rekalsitran

...

1 1

Perbandingan biaya pembenihan langsung dengan penanaman bibit

...

12

Estimasi biaya penanaman dan pembenihan langsung pada lahan

...

pengembalaan di New Zealand 13

Prestasi kerja pengolahan lahan dan penanaman E. cyclocarpum per hektar

...

13

Deskripsi perlakuan awal benih

...

17

Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan benih terhadap daya dan laju kecambah benih serta tinggi semai pada umur 8 minggu setelah penaburan benih

...

24

Pengaruh metode penaburan benih terhadap daya berkecambah benih (%) setelah 8 minggu penaburan

...

25

Pengaruh metode penaburan benih terhadap laju kecambah (hari)

benih setelah 8 minggu setelah penaburan

...

26

Pengaruh metode penaburan benih terhadap tinggi (cm) semai setelah 8 minggu penaburan

...

27

Hasil pengujian mutu fisik-fisiologis benih

...

28

Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan

dan

interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman P. falcataria umur 3 bulan

...

3 0

Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman

P.

falcataria umur 3 bulan

...

3 1

Pengamh Metode penaburan benih terhadap parameter perhmbuhan

tanaman P. falcataria umur 3 bulan

...

3 1
(13)

Hasil analisa sidik ragam pengamh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman

E.

cyclocarpum umut 3 bulan

...

Pengaruh Metode p e n a b m benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman E. cyclocarpum umur

3

bulan

...

Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman

E. cycIocarpum umur 3 bulan

...

Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana umur 3 bulan

...

Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana

umur

3 bulan

...

Pengaruh metode penaburan benih dan penyiangan terhadap

...

parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana umur

3

bulan

Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman

...

A.

pavoniana

umur

3 bulan

Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman Lbijuga

umur

3

bulan

...

Pengamh metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman

I.

bijuga umur

3

bulan

...

Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman

. .

I. byuga

umur

3

bulan

...

Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman

G.

arborea

umur

3 bulan

...

Pengamh metode p e n a b m benih

dan

penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman

G.

arborea umur 3 bulan

...

Tabel 25. Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman G. arborea umur 3 bulan

...

Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman C. pentandra umur

3

bulan

...

Pengaruh metode penaburan benih clan penyiangan terhadap

...

(14)

Analisis vegetasi gulma yang twnbuh berdampingan dengan tanaman

...

C. pentandra umur 3 bulan

Hasil

analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman

...

D.latifolia umur 3 bulan

Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman D. latifolia umur 3 bulan

...

Pengaruh Metode penaburan benih

dan

penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman

D.

latifolia umur 3 bulan

...

Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman D. latiflia umur 3 bulan

...

Sifat fisik dan !&nia tanah di lokasi penelitian

...

Gambaran m u m kondisi iklim

di

lokasi penelitian

...

Perbandiigan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan langsung dengan bibit

E.

cyclocarpum

...

Perbandingan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan langsung dengan bibit

E.

cyclocmpum

...

Perbandimgan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan langsung dengan bibit

P.

falcataria

...

(15)

Halaman

. .

. .

Kerangka p h penellt~an

...

Kelebihan dan kekurangan penanaman dengan pembenihan

. .

langsung dan blblt

...

Pertambahan tinggi tanaman selama 16 minggu pengamatan

...

Performa kecambah benih yang abnormal pada metode penaburan benih di permukaan media kecambah (A,

D =

radikel C. pentandra

dan

D.

latifIa yang mengarah ke atas, B = radikel yang busuk dan

kering pada benih

D.

regia, C = radikel yang memanjang pada jenis

S. saman,

E,F,G

& H = tidak kokoh atau

tidak

tegaknya kecambah

E. cyclocarpum, M azedarach, C. pentandra dan S. saman pada metode penaburan benih diatas permukaan media )

...

Pengujian mutu fisik (A, B & C = pengukuran berat benih dari jenis

A.

pmoniana,

P.

falcataria dan

I.

bijuga) dan mutu fisiologis benih tanaman uji @ = performa kecambah dari jenis tanaman yang

...

diuji)

Biomassa gulma pada tanaman

P.

falcataria umur 3 bulan

...

Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap penyerapan unsur hara

N,

P dan K

...

Visualisasi benih dan perkecambahan benih E. cyclocarpum

(A = perkecambahan benih pada metode penaburan benih ditutup mulsa, B = metode dienamkan dan C = benih E. cycloca?pum

...

yang sudah diberi perlakuan pendahuluan)

Biomassa gulma pada tanaman E. cyclocarpum umur 3 bulan

...

Biomassa gulma pada tanaman A. pmoniana urnur 3 bulan

...

Pengaruh interaksi metode penaburan

dan

penyiangan terhadap berat kering akar

(gr)

tanaman

I.

bijuga umur 3 bulan (A1 =

Disiangi, A2 = Tidak disiangi, BI = Metode Benih dibenamkan dan

...

B2 = Metode benih ditutup mulsa)

Biomassa gulma pada tanaman I. bijuga umur 3 bulan

...

(16)

Visualisasi benih dan perkecambahan benih Intsia bijuga di lapangan (A = perkecambahan benih pa& metode penaburan benih ditutup mulsa, B = metode dibenamkan dan C = benih

I.

Bijuga)

...

Visualisasi benih dan perkecambahan benih G. arborea di lapangan

(A = perkecambahan benih pada metode dienamkan, B = metode

penaburan benih ditutup mulsa)

...

Biomassa gulma pada tanaman C. pentendra umur 3 bulan

...

...

Biomassa gulma pada tanaman

D.

latiflia umur

3

bulan

Pertumbuhan tinggi tanaman umur 90

hari

...

Pertambahan diameter tanaman

umur

90

hari

...

Visualisasi tanaman umur

3

bulan yang berkompetisi dengan gulma

(A = G. arborea, B = E. cyclocarpum, C = D. latifoiia,

D

=

I.

bijuga,

E =

C. Pentandra dun

F = A .

pavoniana)

...

Visualisasi gangguan yang terjadi terhadap tanaman di lapangan (A

& B = daun

I.

bijuga yang tergulung oleh hama Clouges sp. pada

daun I. bijuga,

C =

Valanga sp.,

D =

Dumping offpada G. arborea

dan

E

= terputusnya batang C. pentandra karena dirnakan burung)

..

Perbandingan efisiensi biaya teknik pembenihan langsung dengan bibit P. falcataria

...

(17)

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan hujan tropika di dunia. Kepemilikan ini mengantarkan Indonesia sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar ketiga di dunia (Bappenas 2003). Namun seiring dengan pemanfaatan dan eksploitasi yang berlebihan menyebabkan sumber daya ini menjadi terdegradasi. Data menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2004, kawasan hutan yang terdegmdasi telah mencapai luas 59,17 juta ha dengan laju kemsakan 2.84 juta/ha/tahun, sedangkan lahan kritis di luar kawasan hutan tercatat mencapai luas 41,47 juta hektar (Dephut 2006). Oleh k a n a itu, perlu dilakukan upaya rehabilitasi 100,64 juta hektar khan dan hutan ~ ~tersebut. a k Untuk mendukung upaya tersebut Pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan berbagai kebijakan dan program rehabilitasi lahan dan hutan. Sejak tahun 1955, usaha rehabilitasi telah dilakukan d e n g k nama program penghijauan dan reboisasi. Saat ini pemerintah terus melakukan kegiatan rehabilitasi dengan program utamanya adalah gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (GNRHL)

dengan segala derivasinya yang dicanangkan sejak tahun 2003. Sejak program gerhan digulirkan sampai dengan tahun 2006 luas lahan yang telah direhabilitasi sebanyak 1.4 juta hektar Wurniati 2007). Dari berbagai faktor penyebab lambannya rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia, faktor adanya keterbatasan regenerasi alami dan penanaman konvensional dalam mengembalikan h g s i dan keberedaan hutan turut berkontribusi terhadap kondisi tersebut (Nurhasybi & Sudrajat 2005).

(18)

Memperhatikan fakta bahwa upaya rehabilitasi tidak sebanding dengan laju

perluasan kawasan lahan dan hutan yang msak dan kritis maka perlu adanya

altematif metode rehabilitasi hutan dan lahan. Salah satu altematif metode yang dapat dikembangkan adalah metode pembenihan langsung di lapangan (direct

seeding). Pembenihan langsung me~p&aII teknik penaburan atau penanaman

benih di lapangan tanpa melalui tahapan persemaian (Schmidt 2000; Beyer 2008).

Pembenihan langsung mempunyai salah satu keuntungamya dapat mengurangi

biaya pembangunan lahan dan hutan dengan cara meniadakan biaya produksi bibit

di persemaian dengan begitu biaya pengangkutan bibit dan upah buruh di

persemaian serta biaya penanaman dapat ditekan sehingga biaya total penanaman

dapat dikurangi secam nyata. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam segi

pendanaan program rehabilitasi. Keuntungan lain dari teknik ini adalah

pembangunan lahan lebih cepat dan dapat menjangkau lahan yang luas,

kenampakan secara alami serta menjaga performa tanaman (dalam pengangkutan sering tejadi goncangan dan terputusnya akar) (Pumell& Higgins 1999; Ochsner

2001; G d e 2006). Kelemahan teknik ini adalah kurangnya perlindungan selama

perkecambahan karena faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi

perkecambahan dan pertumbuhan semai sulit dikendalikan serta tidak efektif pada lahan dengan kecuraman lereng yang tinggi (Beyer 2008). Keberhasilan tanaman

di lapangan sangat bergantung pada kondisi saat penaburan mencakup kondisi

cuaca dan tempat (tanah) (Colin 1998).

Laporan penelitian teknik pembenihan langsung di daerah tropis masih

kurang clan terbatas bila dibmdingkan dengan sub tropis (Australia dan Amerika

serikat), a t a i temperate (Amerika Serikat, Kanada dan Scandanavia).

Kemungkiian tidak diaplikasikan di daerah tropika karena banyak jenis pohon

yang benihnya rekalsitran dan kompetisi dengan g~lrna Di dam& tropika,

aplikasi pembenihan langsung untuk rehabilitasi lahan pasca tambang dilaporkan

di India dan Australia (Ochsner 2001). Berbagai jenis tanaman yang dipakai untuk rehabilitasi lahan terdegradasi terutama rehabilitasi hutan diantaranya pinus

(Pinus spp.), walnut (Juglam spp.), oak (Qztercus sp.), akasia (Acacia &lbute

Acacia pyrmantha & A. melanoxylon), Ekaliptus (Eucalyptus spp.), MeIaleuca

(19)

(Owuor et 01. 2001; Anonim 2004, Goode 2006). Untuk lahan tambang, Cujanus cajun telah diujicobakan di India (Ochsner 2001), jenis Acacia spirorbis (legum),

Carumina collinu dan Gymnostoma deplacheanum (Casuarinaceae), Grevillea spp (Proteaceae), Carpolepis launifoolia (Mwceae) telah diaplikasikan di lahan tambang nikel di New Caledonia (Sarrailh & Ayrault 2001).

Selain rehabilitasi lahan tambang, teknik ini juga dipraktekkan dalam sistem

agroforestry dengan jenis legum (Owour et al. 2001; Niang et 01. 2002), restorasi hutan di Amazon (Camargo et al. 2002 dalam Schmidt 2008), rehabilitasi hutan terdegradasi di Meksiko @enin-Agular 2003 dalam Schmidt 2008), penanaman lahan kering di Nigeria (Eden Foundation 1996), rehabilitasi mangrove (Schmidt

2008) serta restorasi hutan dengan berbagai spesies (Knight et al. 1998). Kaitannya dengan rehabilitasi lahan dan hutan di Indonesia maka teknik ini perlu

diujicobakan.

Secara umum pembenihan langsung dapat diterapkan dalam 3 (tiga) bentuk

(Schmidt 2007) yaitu : 1) penaburan benih ukuran kecil pada lahan terbuka

(broadcast sowing of small seed on cleaned land), bempa teknik aerial sowing dan hydroseeding. Teknik aerial sowing telah diterapkan untuk rehabilitasi hutan

dan lahan curam di China, India dan Vietnam, sedangkan hydroseeding ditempkan untuk rehabilitasi lereng

-

lereng lahan bekas tambang bauksit di Yunani Tengah

(Brofas et al. 2007) dan nikel di New Caledonia (Sarrailh & Ayrault 2001), 2) penaburan benih dengan ketepatan tinggi (precision sowing), biasanya benih ditabur langsung di tanah dengan menggunakan berbagai peralatan tabur. 3)

(20)

Rumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam

m g k a menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah teknik pembenihan langsung dapat diterapkan untuk regenerasi hutan

di Indonesia

2. Apakah teknik pembenihan langsung untuk jenis pohon hutan dapat diterapkan untuk regenerasi hutan

3. Apakah penerapan teknik pembenihan langsung lebih rnenguntungkan s- ekonomis dan teknis dibandiigkan dengan penanaman dengan bibit

Tujuan dan Manfaat Peuelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mendapatkan teknik pembenihan langsung yang efektif untuk regenerasi hutan di Indonesia

2. Mendapatkan jenis pohon hutan yang dapat ditanam dengan teknik pembenihan langsung yang diterapkan untuk regenerasi hutan

3. Mendapatkan informasi efektivitas penggunaan pembenihan langsung untuk

rehabilitasi lahan dari aspek teknis dan ekonomi

Hipotesis Penelitian

Beberapa hip6tesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Teknik pembenihan langsung dapat diterapkan untuk regenerasi hutan di

Indonesia

2. Terdapat jenis

-

jenis pohon hutan yang dapat dipakai untuk teknik pembenihan langsung dalam penerapannya untuk regenexi hutan

3. Penerapan teknik pembenihan langsung lebih efisien dibandingkan dengan

(21)

Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan dan Eksploitasi SD Hutan dan Lahan

I

Degradasi Hutan dan Lahan

I

I

Rehabilitasi

I

I I

I

@[anling Seedlings) (Direct seeding)

I

t

Penanaman dengan telcnik Benih diletakan diatas

Ya Ya

I

Teknik

I

+

cocok

Reveeetasi

Pemilihan jeois

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Teknik pembenihan langsung

Pengertian, keuntungan dan kelemahan pembenihan langsung

Pembenihan langsung merupakan teknik penaburan benih di lapangan tanpa

melalui tahapan persemaian (Schmidt 2000; Beyer 2008). Keuntungan

penggunaan metode pembenihan langsung antam lain : (1) menghemat biaya dan

waktu pelaksanaan revegetasi, (2) tidak ada biaya persemaian, (3) benih lebih

mudah dibawa dan (4) dapat dilakukan pada lahan - lahan dengan aksesibilitas

rendah, (5) kerapatan tegakan yang alami serta (6) cendemng mempunyai

pertumbuhan akar yang bagus. Sedangkan kelemahan dari pembenihan langsung

adalah (1) kumngnya perlindungan selama perkecambahan karena faktor-faktor

lingkungan yang rnempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan semai sulit

dikendalikan, (2) tidak efektif pada lahan dengan kecuraman lereng yang tinggi, (3) membutuhkan kontrol intensif terhadap predator benih dan kompetisi dengan gulma, serta (4) keterbatasan jenis yang tumbuh di kondisi yang ekstrim (Purnell

and Higgins 1999; Ochsner 2001; Illionis Departement of Agriculture 2003;

[image:22.602.83.464.95.827.2]

Goode 2006; Douglas et al. 2007; Beyer 2008; Schmidt 2008). Secara singkat kelebihan dan kekurangan penerapan pembenihan langsung disajikan pada

Gambar 2.

(23)

Menumt Colin (1998), pemilihan metode pembenihan langsung tergantung

kepada 1) ketersediaan alat atau sarana, 2) ukuran (luasan) areal yang akan

ditanami dan kepadatan tanaman yang diinginkan, 3) aksesibilitas lahan serta 4)

tipe tanah, erosi, water loging serta pengamh angin. Secara umum Schmidt (2007)

menyebutkan ada beberapa ha1 penting penentu keberhasilan penerapan

pembenihan langsung diantaranya :

-

Kondisi Iklim

Pembenihan langsung dapat berhasil dengan kondisi d n g sampai tinggi

tanpa kondisi temperatur yang ekstrim. Untuk daerah kering, maka pemilihan

metode menjadi sangat penting. Waktu penaburan, persiapan lahan serta

pemilihan jenis juga turut berpengaruh.

-

Pemilihan tempat dan penyiapan lahan. Pertimbangan utama pemilihan ternpat adalah ternpat dengan topografi yang datar sehingga mempermudah

penanaman dan mengelirninasi terjadinya erosi tanah dan menghindari lokasi dengan kecuraman topografi yang tinggi. Sedangkan penyiapan lahan

ditujukan untuk menghindari tumbuhnya vegetasi pesaing (mmput atau

gulma) sehingga dapat m e m b e r i h peluang mulai tumbuh dan bersaing lebih

cepat. Penyiapan lahan dilakukan dengan aplikasi herbisida dan secara manual. Intinya kesesuaian jenis dengan tempat.

-

Pemilihan jenis. Jenis yang dipilih dapat beradaptasi dengan kondisi tanah,

memilii daya kecambah dan pertumbuhan awal yang cepat dengan daya

hidup tinggi di lapangan, penguasaan teknik silvikultur serta benihnya tersedia

sepanjang waktu (tidak sampai menghambat).

-

Konkol terhadap predator benih.
(24)

Pemilihan Jenis untuk Teknik Pembenihan langsung

Dasar Pemilihan jenis untuk Rehabilitasi Lahan Terdegradasi

Menurut Khan et al. (2000) salah satu penentu keberhasilan revegetasi pada lahan yang mengandung logam berat adalah pemilihan jenis tanaman. Pemilihan jenis vegetasi ini hams memperhatikan kondisi iMim, faktor topografi dan

persyaratan tumbuh bibit (The New York Departement of Environmental Conservation 2005). Sebelumnya telah dijelaskan oleh Setiadi (2002), jenis yang

dipilih adalah jenis yang tahan terhadap cahaya matahari, tumbuh cepat,

mempunyai tajuk yang luas, menghasilkan banyak serasah, mampu tumbuh baik

pada tanah yang kahat unsur hara dan kadar air yang terbatas, serta memiliki sifat

katalitik Kriteria jenis yang dipilih tersebut hatus dipenuhi karena pada lahan bekas tambang intensitas cahaya matahari umumnya 100% sehingga jenis yang

ditanam tidak butuh naungan. Selain itu, bibit dengan kecepatan tumbuh yang

baik dan mempunyai tajuk yang luas memungkinkan tejadinya penutupan tajuk

pada areal tersebut lebii cepat. Sedangkan jenis yang bersifat katalitik perlu dipertimbangkan karena jenis-jenis ini mampu mengundang hewan-hewan

penyebar biji (seed dispersal) sehingga akan mempercepat terjadinya kolonisasi

pada areal tersebut.

Berdasarkan hasil review beberapa literatur (Higgins et al. 1993; Ocshner

2001) kriteria tanaman yang umumnya digunakan untuk teknik pembenihan

langsung adalah 1) jenis asli setempaf 2) cepat tumbuh untuk merestorasi fungsi

ekosistem, 3) dapat berasosiasi dengan mikroba tanah seperti mikoriq rhizobium danfrankia, 4) umumnya tanaman dengan benih ortodoks, dan 5) tanaman yang

sesuai secara ekologi (sifat fisik dan kimia tanah), ekonomi

dan

sosial.

Salah satu famili yang jenisnya banyak dipakai dalam kegiatan revegetasi

adalah famili Leguminosae (Fabaceae). Famili ini mempunyai tingkat

pertumbuhan yang tinggi, mampu memfiksasi nitrogen dari udara karena memiliki

bintil akar, toleran pada kondisi yang ekstrim, dapat mengkonservasi tanah, tidak

memiliki bahan beracun pada daun dan eksudat akar (Piiyopusarerk 1998). Selain

itu, umumnya teknik silvikultur dari famili ini dikuasai dengan baik dan menguasai daerah kering serta merupakan jenis pionir di daerah tropis lembab

(25)

Beberapa jenis dari marga Akasia marnpu tumbuh dengan baik di lapangan,

Acacia auriculjformis untuk rehabilitasi tambang timah di Malaysia (Ahmad dan

Ang 1993 dalam Pinyopusarerk 1998) dan Thailand (Pinyopusarerk 1993 dalam

Pinyopusarerk 1998). Sedangkan Acacia auriculiformis, Acacia brassii, Acacia

crassicarpa, Acacia leptocarpa dan Acacia mangium digunakan untuk revegetasi

lahan bekas tambang bouksit di North Queensland serta Acacia helosericea digunakan pada revegetasi bekas tambang Uranium di Northern Territory

(Pinyopusarerk 1998), Acacia crassicarpa pada lahan bekas tambang batubara

(Widyati 2006). Pada skala persemaian, beberapa jenis legum telah diuji coba

diantamnya lamtoro (&ucaem glauca) dan saga (Ademnthera pmoniana)

(Sembiring 2007) dan sengon (Paraserianthes falcataria) (Siregar2007) pada tailing tambang emas.

Karakteristik Benih

Para ahli telah menggolongkan benih dalam 2 (dua) kelompok besar yakni benih ortodoks dan rekalsitran (Schmidt 2000). Deskripsi detail dari kedua

kategori benih dapat dilihat pada Tabel 2. Pada konteks pemilihan benih untuk penerapan teknik pembenihan langsung umumnya benih ortodoks menjadi pilihan

utama. Schmidt (2000) menyebutkan bahwa penaburan langsung benih jarang

menggunakan benih rekalsitran. Hal ini juga diungkapkan oleh Ochsner (2001)

bahwa kemungkinan teknik pembenihan langsung tidak diaplikasikan di dael-ah

(26)

Tabel 1 Deskripsi singkat jenis yang berpotensi dipakai untuk pembenihan

langsung

Jenh Sengon

[Pararerianther falcataria @.)

Nielsen] Sengon Buto (Enterolobium cyclocatpum) Saga (Adenanfhera pmoniana) Merbau (Intsia bijuga) Mmdi

(Melia azedarach Li)

Sonobritz

(Dalbergia latiflia Kurtz)

Sonokembang (Pterocarpus indim)

Kihujan

(Samanea saman)

Jati F'utih

(Gmelina arborea)

Karakteristik

Sengon tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada jenis tanah yang drainasenya jelek, jenis pioner pada berbagai i k l i dan cepat tumbuh serta berasosiasi dengan mikoriza dan rhiibium (National Academy of Science 1983). Mampu beradaptasi pada tailing emas (Sigar 2006), timah (Badri 2004).

Tumbuh pada ketinggian 0 - 1000 m dpl dengan tanah berlapisan d a l q draiiase baik, toleran terhadap tanah berpasir dan asin (Djam'an 2003). Jenis cepat tumbuh (National Academy of Science 1983).

Mudah tumbuh pada lahan marginal (lahan terbuka), tumbuh pada tap& berkualitas rendah sampai sedang (Heyne 1987)

Merbau tumbuh baik pada tanah lembab dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir dan berbatu dengan curah hujan A-D (Martawijaya eta!. 2005). Mmdi termasuk jenis cepat tumbuh dan menyebar baik di negara tropis maupun sub tropis (Heyne 1987). Dalam pertumbuhnannya mindi membutuhkan area yang terbuka atau tidak tahan terhadap naungan serta tahan terhadap tanah marjinal (Global Invasive Species Database 2006 dalam Setyaningsih (2007)

Jenis dapat tumbuh pada tanah jelek, berbatu-batu dan keras, pada ketinggian 0-600 mdpl (Mmtawijaya et ai. 7 0 0 5 )

----

~ i d a i memerlukan tempat tumbuh khusus, &pat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan tipe hujan A-D (Martawijaya et al. 2005)

Jenis cepat tumbuh (Heyne 1987). Dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan sampai ketinggian 1000 mdpl (Allen & Allen 1981). Tumbuh baik di wilayah tropika basah dan kering dengan curah hujan antam 600

-

2.500 mdtahun (National Academy of Science 1983). [image:26.595.82.500.56.830.2]
(27)
[image:27.602.85.516.69.814.2]

Tabel 2 Beberapa perbedaan sifat benih ortodoks dan rekalsitran

Ortodoks

Keadaan alami Dominan di lingkungan arid dan semi arid serta pionir di

iklim basah, juga banyak dijumpai di iklim sedang dan dataran tinggi tropis

Famili dan genus Myrtaceae, Leguminosae, Pinaceae, Casuarinaceae

Kadar air benih dan suhu Toleran terhadap pengeringan penyimpanan dan suhu rendah, kadar air

penyimpanan 5-7 % dengan suhu 0-20C, sedangkan untuk Cryopreservasi kadar air 2-4 %dansuhu-15 sampai -20 C

Rekalsitran

Banyak dijumpai di iklim p a s dan lernbab, khususnya hutan klimaks dari hutan tropika basah dan mangrove, juga dijumpai di daerah i k l i sedang dan beberapa jenis daerah kering.

Dipterocarpaceae, Rhizoporaceae, Meliaceae, Artocarpus, Araucaria, Triplochiton, Agorhis, slnygium, Quercus

Tidak toleran terhadap pengeringan dan suhu rendah (kecuali bebrapa jenis rekdsitran iklim sedang). Tingkat tolemnsi tergantung jenis, biasanya 20-35% dan 12-15% untuk jenis tropis.

Potensi waktu Dengan kondisi penyimpann Dari beberapa hari untuk

peny impanan optimal beberapa tahun untuk rekalsitmn ekstrim sampai kibanyakan jenis hingga

puluhan tahun untuk yang lainnya

Karakteristik benih Kecil hingga medium seringkali kulit biji keras

Karakteristik kemasakan Penambahan berat kering berhenti sebelum masak. Kadar air turun hingga 6-10% saat masak dengan variasi kecil di antara individu benih

Dormansi Dormansi sering te qadi

Metabolisme pads saat Tidak aktif masak

Sumber : Schmidt (2000)

beberapa bulan untuk y&g lebih toleran

Umumnnya medium hingga besar dan berat

Penambahan berat kering te qadi sampai saat benih jatuh. Kadar air pada saat masak 30-70% dengan variasi besa diantara individu

(28)

Kajian Ekonomi Pernbenihan Langsung

Secara umum pembenihan langsung mampu mengurangi biaya penanaman

di lapangan sehingga biaya penanaman menjadi murah (Engel and Parrotta 2001;

Hendromono 2002; Douglas et al. 2007; Dissanayake et al. 2008; Schmidt 2008).

Secara m u m perbandingan biaya penanaman dan pembenihan langsung dapat

dilihat pada Tabel 3. Hasil penelitian Douglas et al. (2007) menyebutkan bahwa

biaya penanaman jenis asli New Zealand pada iahan pengembalaan yang

dibutuhkan mencapai NZ$13,955 - 23,533 per ha lebih tinggi dibandingkan

dengan metode pembenihan langsung yang hanya mencapai NZ%4,915

-

14,300

per ha (asurnsi 2500 batang dengan jarak 2

x

2 m (Tabel 4). Hendomono (2002) menyebutkan bahwa biaya penanaman langsung dengan benih di lapangan lebih

rendah bila dibandingkan dengan penanaman bibit baik pada kondisi olah tanah

minimum maupun tanpa olah tanah (tugal) (Tabel 5).

Dissanayake et al. (2008) menyebutkan bahwa penanaman langsung benih

Parfhenium argentalum Gray di wilayah Australia lebih menguntungkan dimana

dibutuhkan A$150 per ha sedangkan untuk kegiatan penanaman dengan bibit

dibutuhkan AS2.450. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Engel and Parrotta

(2001) bahwa biaya yang dibutuhkan berkisar antara US$742 sampai US$912 per ha, jika dibandingkan dengan biaya penanaman yang membutuhkan biaya $1200

-

2500 per hektar.

Tabel 3 Perbandingan biaya pembenihan langsung dengan penanaman bibit

Biaya relatif

I

.--..

& l ^lr*..:r^^ m.-.-

vl dari

L L a p U L , -t,,"- l ansulli

Pembenihan !angsung

p > ~ . a a i a n

Benih Tinggi Rendah

Penaburan benih tinggi Rendah

Transportasi tanaman & Kegiatan di Tidak ada tinggi persemaian

Pengolahan tanah variasi tinggi

Pembuatan lubang tanam Rendah tinggi

Penanaman Tidak ada tinggi

Pemeliharaan tanaman & kontrol gulma Tinggi Rendah

Penyulaman Rendah

(29)

Tabel 4 Estimasi biaya penanaman dan pembenihan langsung pada lahan pengernbalaan di New Zealand

Uraian kegiatan Penanaman Pembenihan

langsung

Fencing 4320-4770 43204770

Kontrol hama (Pest control) 1&15 10-15

Herbisida sebelum penanaman (Pre-plant/pre-sow herbicide)

Spot spraying 750

-

Blanket spraying

-

15&165

Penanaman (Planting) 2125-3000

-

Penaburan (Sowing)

-

70

Biaya tanaman (Plant cost) 300&11 250

-

Biaya benih (Seed cost)

-

75-8000

Transportasi (Transportation) 1500 20

Herbisida setelah penanaman (Post-plant/post- sow herbicide)

Tahun pertama (Yl) 750 9 0 4 2 0

Tahun kedua (Y2) 750 9 0 4 2 0

Tahun ketiga (Y3) 750 90-420

TOTAL 13 955-23 535 4915-14 300

Surnber : Douglas el a!. (2007)

Tabel 5 Prestasi k e j a pengolahan lahan dan penanaman E. cyclocarpum per hektar

Olah tanah minimum Tanpa olah tanah

Kegiatan (HOW (HOK)

benih bibit benih bibit

Pernbersihan lahan 45,71 45,71 45,71 45,71

Pembuatan dan pemasangan 2000 ajir 9,11 9,11 9,11 9 , l l

Pembuatan lubang 5,56 5,56

-

-

Pembuatan tugal

-

-

2,78 2,78

Penanaman benih/bibit pada lubang 4,17 4,86

-

-

Penanaman benihbibit pada tugal

-

-

3,48 4,40
(30)

Faktor

-

Paktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan Pertumbuhan Anakan

Perkecambahan benih mempakan batas antara benih yang masih tergantung

pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri

dalam mengambil h a m Perkecambahan dimulai dengan pengambilan air,

penyerapan, diikuti dengan proses metabolisme dalam benih yang menyebabkan

pembesaran embrio dan tumbuh menjadi anakan (Schmidt 2000; 2007).

Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan

berkecambah), perlakuan awal e m a t a h a n dormansi) dan kondisi perkecambahan

seperti air, suhu, media, cahaya dan bebas dari hama penyakit (Schmidt 2000).

Kualitas fisiologis benih yang tinggi diperlukan untuk memperoleh kapasitas

perkecambahan dan vigor yang tinggi. Kapasitas perkecanlbahan menunjukkan

kemampuan bawaan benih berkecambah dibawah kondisi yang optimal selama

pengujian benih, sedangkan vigor mencakup beberapa parameter yang

menyatakan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal

diberbagai kondisi (Schmidt 2000). Vigor dan kemampuan berkecambah sangat

dipengaruhi oleh ukuran dan massa (berat) benih (Eugenio 1993; Reich et al. 1998; Seiwa et al. 2002; Humara et al. 2002; Paz and Marthes-Ramos 2003;

Yanlong et al. 2003; Schmidt 2007).

Selain kualitas benih, tingkat dormansi benih juga menentukkan keberhasilan perkecambahan benih. Dormansi didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban

cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Schmidt 2000). Lebi lanjut dijelaskan Schmidt (2000; 2007) bahwa umumnya donnansi dapat terjadi dalam bentuk

dormansi embrio (benih secara fisiologis belum masak), dormansi mekanis

(pertumbuhan embrio terhambat karena kulit biji yang tipis), dormansi fisik (kulit

benih kedap air), dormansi kimia (benih mengandung zat

-

zat kimia penghambat perkecambahan), dormansi cahaya (benih tidak dapat berkecambah kecuali jika

berada pada kondisi cahaya) serta dormansi suhu (perkecambahan rendah tanpa

(31)

Jenis

-

jenis dari family Leguminosae umumnya memiliki dormansi f i s k

OIeh karena itu sebelum dikecambahkan perlu dilakukan pematahan dormsnsi.

Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan cara skarifikasi bempa perendaman

atau stmtifikasi. Perlakuan pendahuluan dengan perendaman air pada suhu

tertentu atau perendaman dengan asam atau bahan kimia lainnya pada konsentrasi

tertentu, dapat melunakkan kulit benih dan h i h i dari protoplasma sehingga

mempermudah proses imbibisi dan penyerapan oksigen (Schmidt 2007).

Perlakuan awal (pendahuluan) dilakukan sebelum penabumn atau penanaman

benih dengan tujuan menambah kecepatan d m keseragaman perkecambahan

benih (Schmidt 2007).

Pertumbuhan anakan setelah perkecambahan bervariasi tergantung jenis

tetapi juga sangat dipengamhi lingkungan (Schmidt 2000). Menurut Schmidt

(2007) bahwa semai pada fase juvenil memiliki mekanisme adaptasi dalam bentuk

adaptasi terhadap cahaya (light adaptation) keseimbangan pucuk dan akar (shoot-

(32)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa percobaan diantaranya seleksi jenis potensial di Rumah Kaca Fakultas Kehutanan IPB pada Juni hingga Agustus 2008, pengujian mutu fisik dan fisiologis di Laboratorium Silvikultur dan rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB pada November sampai dengan Desember 2008 dan pengujian benih jenis terseleksi di lapangan di kebun percobaan Cikabayan pada Januari hingga April 2009. Analisis tanah rutin dan hara tanaman dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Laboratorium Penelitian dan uji Tanah, Bogor pada bulan Januari 2009

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran 50 m, kompas, penugal, kamera digital, gembor, cangkul, alat tulis, bak kecambah, oven, timbangan, penggaris, lup,

dan

lain-lain. Bahan yang dibutuhkan adalah benih sengon (Paraserianrhes falcataria), sengon but0 (Enterolobiurn cyclocaqJum),

saga (Adenanthera pavoniana), merbau (Intsia bijuga), mindi (Melia azedarach),

sonobritz (Dalbergia latifolia), angsana (Pterocarpus indicus), Kihujan (Sarnanea saman), randu (Ceiba pentandra), jati putih (Grnelina arborea), dan plamboyan

(Delonix regia).

Prosednr Kerja

Percobaan

I

Seleksi jenis potensial untuk pembenihan langsung di ~ m a h kaca

Perwbaan ini bertujuan

untuk

menyeleksi jenis

-

jenis potensial yang dapat digunakan

untuk

pembenihan langsung pada skala rumah kaca. Hasil seleksi
(33)

Penyiapan Media Kecambah

Media kecambah yang digunakan adalah tanah. Media tersebut diiasukan ke dalam bak-bak kecambah dengan jumlah yang disesuaikan dengan jumlah unit percobaan yang diujikan. Ketebalan media i 12 cm.

Perlakuan Benih

Perlakuan awal dilakukan sesuai dengan karakteristik dan perlakuan pendahuluan yang sudah atau pernah diuji pada masing-masing jenis. Perlakuan awal masing- masing jenis tertera pada Tabel 6.

Teknik

pembenihan langsung

Pe~abwan

benih

dilakukan

sesuai dengan metodelteknik pembenihan langsung yang diujikan. Oleh karena itu, penaburan benih dalam bak kecambah dilakukan dalam tiga b e n t - yakni penaburan di atas media kecambah, penaburan benih di atas permukaan media kecambah kemudian ditutup dengan seresah serta pembenaman benih dengan kedalaman

1-4

cm.

Pada masing -masing bak kecambah ditanam 25 benih.

Tabel 6 Deskripsi perlakuan awal benih No Jenis

1. Sengon

(Paraserirmf/res falcafaria)

2. Sengon Buto

(Enterolobim cyclocmpum)

3. Saga

(Adenmfherapavonicma)

4. Merbau (Infsia bijuga)

5. Mindi (Melia medmach)

6. Sonobritz

(Dalbergia iahyolia)

7. Angsana

(Pferocmpus indicus) 8. Kihujan (Samunea smun)

9. Randu (Ceiba pentmrdra) 10. Jati Putih (Gmelina arborea)

11. Flambovan (Delonix r e d

Perlakuan pendahuluan

Perlakuan ~endahuluan denrran cara direndam dengan air' mcndidih dibiar-kan dingin sampai dengan 24 jam (Nurhasybi 2000)

Mengikir kulit benih dekat titik tumbuh dan

direndam air dingin selama 24 jam (Djam'an

2003)

Perlakuan pendahuluan dengan cara direndam dengan air mendidih dibiarkan dingin sampai dengan 24 jam.

Pengikiran kemudian benih direndam dalam air dingin selama 30 menit (Yuniarti 2003)

Dijemw selama 7 hari kemudian diretakkan kulitnya @mu 2002)

Perendaman dalam air dingin selama 24 jam (Pramono 2003)

Tidak ada perlakuan awal (Suita 2008)

Tanpa perlakuan awal Tanpa perlakuan awal

(34)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan metode penaburan benih sebagai berikut : A1 = pembenaman benih pada kedalaman tanah

1-4

cm, A2 =

penaburan benih yang kemudian ditutup seresah dan A3 = penaburan langsung

diatas p e r m h tanah. Dalam penelitian

ini

digunakan ulangan sebanyak 3 kali

clan masing-masing ulangan terdii dari 25 butir benih. Masing

-

masing jenis membutuhkan 225 benih sehingga total benih yang dibutuhkan

untuk

11 (sebelas) jenis sebanyak 2475 benih.

Model iinier pada rancangan percobaan

ini

adalah

Yij = p

+

zi

+

~ i j ; dimana : i = 1,2 dm 3., j = 1,2 dm 3 Keterangan :

Yij

=

Nilai setiap pengamatan pada perlakuan ke

-

i

dan

ulangan ke

-

j

P = Nilai rata

-

rata umum

ri

= Pengaruh perlakuan metode penaburan benih ke - i

~ i j = pengaruh acak pada perlakuan metode penaburan benih ke

-

i dan ulangan ke-j

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang diamati pada percobaan ini adalah : a. Daya Berkecambah

Daya berkecambah adalah kemampuan benih untuk berkecambah normal dalam kondisi optimum yang diukur dalam persentase kecambah normal terhadap jumlah benih yang ditanam. Daya berkecambah dapat dihitung berdasarkan rumus :

lumlah

kecambah normal

Daya Berkecambak (14) = x 100 94

(35)

b. Laju Perkecarnbahan

Jumlah hari yang diperlukan untuk pemunculan radikel atau plhula. Laju perkecambahan dapat dihitung berdasarkan rumus :

NIT1

t

NZTZ

-

...

-

N:iTs

Laja Pmkecantbairarc (frnrl) =

~ufnkiir

tnta:i

Fjirnilr

b&kecon~boA

Dimana : N = jumlah benih yang berkecambah

T =

waktu atau hari yang dibutuhkan untuk berkecambah.

c. T i g g i bibit

T i g g i diukur dari pangkal batang sampai titik tertinggi semai dengan menggunakan penggaris. Diukur setiap 2 minggu sekali yang dimulai pada dua minggu setelah penaburan

benih.

Analisis Data

Data dianalisis sidik ragam dengan menggunakan uji ANOVA (uji-F) dan pengujian lanjutan menggunakan uji lanjut LSD (Mattjik dan Sumarta Jaya 2000).

Percobaan 11 Pengujian Mutu

F i i k

dan Pisiologis Benih

Tujuan pelaksanaan pengujian mutu fisik dan fisiologis benih adalah untuk mengetahui dan mendapatkan informasi awal tentang kondisi benih yang digunakan pada skala lapangan. Kegiatan ini diharapkan sebagai pembanding dengan penerapm

pembenihn

langsung di lapangan. Pengujian mutu fisik dilakukan dengan menghitung berat 1000 butir benih, sedangkan mutu fisiologis
(36)

Berat 1000 butir Benih

a

Mengambil dan menghitung 100

benih

dengan 8 ulangan secara acak.

b. Menimbang tiap uiangan (dalam gram) dengan j u d a h angka di belakang koma.

c. Menghtung koefisien keragaman dari berat 100 butir

benih

antara 8 ulangan tersebut.

d. Jiia koefisien keragaman (CV) lebih kecil dari 4,0, maka analisis diterima

Jika CV lebih

dari 4,0, penghitungan ditambah 8 ulangan lagi.

e. Berat 1.000 butir benih diperoleh dengan mengalikan

berat

mta-rata 100 benih

(x)

dengan nilai 10.

Daya Berkecambah Benih

a Pengecambahan dilakukan terhadap benih

mumi

dengan jumlah masing

-

masing jenis sebanyak 50 benih dengan 3 (tiga) kali ulangan.

b. Kemudian benih diberi perlakuan awal untuk pematahan dormansi sesuai dengan jenis (Tabel 6).

c. Metode uji daya kecambah yang dipakai adalah metode uji daya berkecambah secara langsung dengan media tanah.

d. Data pengamatan yang akan diambil adalah daya berkecambah

dan

laju perkecambahan.

Pereobaan 111 Pengujian benih jenis terseleksi di lapangan

Percobaan dilakukan dengan tujuan untuk ~llendapatkan teknik pembenihan langsung yang sesuai untuk rehabilitasi lahan serta jenis tanaman yang dapat dikembangkan dengan teknik pembenihan langsung tertentu. Tahapan percobaan adalah sebagai

berikut

:

a. Persiapan Lahan

(37)

penggemburan plot sampai kepada perataan plot-plot penelitian. Plot dibuat berukuran

1

m

x 1

m dengan jarak antar plot 50 cm.

b. Perlakuan Awal Benih

Perlakuan awal dilakukan

untuk

menjamin bahwa benih akan berkecambah dan bahwa perkecambahan berlangsung cepat dan seragam. Perlakuan awal dilakukan sesaat sebelum penaburan serta disesuaikan dengan jenis yang diuji (Tabel 6).

c Metode Penanaman Langsung

Penaburan dilakukan berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan sistem baris pada plot yang berukuran 1 m

x

1 m dengan jumlah benih yang ditabur sebanyak

50

benih yang sudah diberi perlakuan awal dengan jamk antar benih 10

x

20 cm.

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga dan mengamati benih yang ditanam dari kondisi ekstrirn maupun predator benih serta kecambah yang telah tumbuh

dari

vegetasi pesaing secara manual. Penyiraman dilakukan setiap pagi selama

satu

minggu pertama.

e. Pengamatan

Data yang diamati pada percobaan ini adalah

-

Daya berkecambah (%), persentase kecambah normal terhadap jumlah

benih yang ditanm

-

Laju perkecambahan @ari), akurnulasi perkalian jumlah benih yang

berkecambah dengan waktu yang dibutuhkan dibagi dengan total

benih

yang dikecarnbahkan.

-

Tinggi (cm), tinggi diukur sejak

satu

bulan pertama selanjutnya diukur

setiap

satu

bulan selama tiga bulan penelitian. Diukur dari pangkal batang sampai titik tertinggi dengan penggaris (mistar).

-

Diameter

(mm),

diameter diukur tepat

2

cm pada pangkal batang tanaman
(38)

-

Berat kering akar (g), dengan mengukur berat kering a k a yang

sebelumnya telah dioven pada suhu 70' sampai berat kering konstan.

-

Berat kering pucuk (g), dengan mengukur berat kering pucuk yang

sebelumnya telah dioven pada suhu 70°sampai berat kering konstan.

-

Berat kering total (g), dengan mengukur berat kering pucuk dan akar

yang sebelumnya telah dioven pada suhu 70" sampai berat kering konstan.

-

Rasio pucuk akar, m e ~ p a k a n perbandiigan antara berat kering bagian

pucuk (batang dan daun) dengan berat kering aka.

-

Daya hidup (%), kemampuan hidup semai yang dihitung dengan cara

membandingkan jumlah benih yang berkecambah atau semai (anakan) yang hidup dengan jumlah total benih yang berkecambah diialikan 100%.

-

Persen jadi benih (%), dihitung dengan cara membandingkan jumlah

semai (anakan) yang hidup dengan jumlah total benih yang ditabur (ditanam) dikalikan 100%.

-

Serapan hara tanaman N,

P

dan K, analisa dilakukan oleh Balai

Penelitian Tanah, Laboratorium Penelitian

dan

uji Tanah, Bogor

-

Keragaman gulma, dengan

cara

menghitung frekuensi dan kerapatan

relatif masing

-

masing gulma serta indeks nilai pentingnya

(INP).

-

Biomassa gulma (g), dengan mengukur berat kering gulma yang sebelumnya telah dioven pada suhu 70°sampai berat kering konstan

-

Analisa biaya pembeniban langsung (review)

: Data penunjang :

1.

Kondisi iklim (Badan Meteorologi Kliiatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor)

2.

Analisa tanah rutin (Balai Penelitian Tanah, Laboratorium Penelitian dan uji Tanah, Bogor)
(39)

Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Split plot diiana faktor utama (main plot) adalah penyiangan yang terdiri atas 2 taraf yaitu disiangi (Al) dan tidak disiangi

( M ) ,

sedangkan sub plotnya adalah metode penaburan benih yang terdiri dari dua perlakuan yaity pembenaman benih pada kedalaman media 1 4 cm @I)

dan penaburan benih dibawah lapisan seresah (B2). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dengan 7 (tujuh) jenis tanaman yang diujikan maka terdapat 84 unit percobaan.

Model linier pada rancangan percobaan ini adalah

Yijk = p

+

ai

+

6ik

+

$j

+

(a$)ij

+

Eijk; dirnana : i = 1,2 dm 3., j = 1,2 dm 3

Keterangan : Yijk - -

Aik -

-

Eij - -

Nilai setiap pengamatan pada faktor penyiangan ke

-

i, faktor metode ke

-

j dan ulangan ke

-

k

Nilai rata

-

rata

umum

Pengaruh utama faktor penyiangan ke

-

i

Pengaruh utama faktor metode penaburan benih ke

-

j

komponen interaksi

dari

faktor penyiangan dengan faktor metode penaburan benih

Komponen acak

dari

petak utama yang menyebar n o d pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normal

Analisis Data

Data dianalisis sidii ragam dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA (uji-F)

dan pengujian lanjutan menggunakan uji lanjut LSD (Mattjik clan

Sumarta Jaya 2000) dengan menggunakan pengolahan data komputer program CoStat

6311

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Seleksi jenis potensial uutuk pembenihan langsung di ~ m a h kaca

Pengaruh metode penaburan terhadap daya dan laju kecambah serta tinggi semai bervariasi bergantung kepadajenis tanaman yang diuji. Metode penaburan benih b e r p e n g d nyata terhadap daya kecambah dari 36% tanaman yang diuji, laju kecambah dari 55% tanaman yang diuji, dan tinggi semai dari 18% tanaman yang diuji (Tabel 7). Hanya C. pentandra dan E. cyclocarpum yang daya

dan

laju kecambah benih dan tinggi semainya dipengaruhi oleh metode penaburan benih. Sebaliknya, daya berkecambah

dan

laju perkecambahan benih serta tinggi semai

D.

latifolia, G. arborea, P. indicus, dan S. saman tidak dipengaruhi oleh metode penaburan benih.

Tabel 7 Hasil analisa s i d i ragam pengaruh metode penaburan benih terhadap daya

dan

laju kecambah benih serta tinggi semai pada

umur

8 minggu setelah penaburan benih

Daya kecarnbah Laju kecambah Tinggi semai --

Jenis tanaman ("h) (hari) (cm)

F hit KK F hit F hit KK

~~~~ .. ---- ~-

-

. . . . - . . . ~

SYd

~

Am...

A. pavoniana 24.89

**

5 4.7211s 18 0.1511s 5 C. pentandra

D. IatifoIia D. regia

E. cyclocarpum G. arborea I. bijuga M azedarach P. falcataria P. indicus

S. saman 0.52 ns 33 3.24 ns 13 4.14 ns 22 Keterangan :

**

berpengaruh nyata pada P 5 0.01, ns = tidak berpenganth nyata pada P 5 0.05.

Tabel 8 menunjukkan bahwa urnurnnya jenis tanaman yang diuji memiliki daya kecambah tertinggi pada metode penaburan benih dengan teknik dibenamkan dan ditutup seresah, sebaliknya metode penaburan benih yang ditaburkan di

permukaan media menghasilkan daya kecambah yang rendah. Metode

(41)

dibandingkan dengan metode penaburan benih di permukaan media pada jenis A.

pavoniana, C. pentandra dan I. bijuga. Sedangkan pada jenis

D.

latifoli,

M.

azedarach, P. falcataria, D. regia, P. indicus dan S. saman ketiga jenis metode penaburan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Meskipun secara statistik

tidak berbeda nyata pada ketiga metode yang diujikan, narnun jenis P. falcataria

bisa ditanam dengan cara disebar dimana persentase kecambahnya rnasih tinggi

pada metode penaburan benih yang ditabur dipermukaan media

Tabel 8 Pengaruh metode penaburan benih terhadap daya berkecambah benih (%)

setelah 8 minggu penaburan

Jenis Tanaman

A. pavoniana C. pentandra D. latifolia D. regia

E. cycloca~um G. arborea I. bijuga M. azedarach

Metode penaburan benih

Dibenamkan Ditutup seresah Dipermukaan media

66.67 a 93.33 a 5.33 b

P. falcataria 94.67 a 89.33 a 86.67 a

P. indicus 25.33 a 20 a 16 a

S. saman 21.33 a 18.67 a 12 a

Keterangan : rerata sebaris diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyaia b e r b k a n uji LSD pada taraf kepercayaan 95 %.

Laju kecambah benih C. pentandra, D. regia, E. cyclocaipum, I. bijuga dan P. falcataria yang dipengaruhi oleh metode benih dibenamkan dan ditutup mulsa berbeda nyata dengan metode penaburan diatas permukaan media. Sedangkan

ketiga metode penaburan tidak menunjukl-an perbedaan terhadap laju kecambah

dari jenis D. latifolia K u e , G. arborea,

M

azedarach Linn, P. indicus dan S. saman. Sementara laju perkecambahan jenis

A.

pavoniana dipengaruhi oleh metode benih dibenamkan dan metode penaburan benih di permukaan media

(Tabel 9). Secara m u m , laju kecambah benih pada ketiga metode yang diujikan

(42)

Tabel 9 Pengaruh metode penaburan benih terhadap laju kecambah (hari) benih setelah 8 minggu penaburan

Metode penaburan benih Jenis Tanaman

Dibenamkan Ditutup seresah Dipermukaan media

A. pavoniana 12 b 20.87 a 18.5 ab

C. pentandra

D. latifolia D. regia E. cyclocarpum

G. arborea I. bijuga M azedarmh

P.

falcataria P . indicus

S. saman 18.9 a 13.77 a 10.17 a

Keterangan : rerata sebaris diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf kepercayaan 95 %.

Metode penaburan benih di atas permukaan media selain berpengaruh

terhadap rendahnya daya berkecambah dan lamanya laju perkecambahan benih

juga berpengamh terhadap keabnormalan benih. Hampir ditemukan semua benih

dari tanaman yang diujikan memiliki kecambah yang abnormal. Beberapa ciri

gejala abnormal kecambah diantaranya muncul radikel menuju ke atas (tidak

mengarah ke media), tidak seimbangnya performa semai, radikelnya mengalami

kekeringan dan benih busuk (Gambar 4).

Hasil analisis uji lanjut (Tabel 10) menunjukkan bahwa ketiga jenis

metode yang diujikan tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kecuali

terhadap tanaman E. cyclocarpum, C. pentandra, S. saman dan D. regia. Tampiik pada Tabel 10 juga bahwa metode benih dibenamkan dengan ditutup seresah

berbeda nyata dengan metode di permukaan media pada tinggi tanaman E.

cyclocarpum dan C. pentandra dan tidak berbeda nyata pada tinggi S. saman dan

(43)

Tabel 10 Pengaruh metode penaburan benih terhadap tinggi (cm) semai 8 minggu setelah penaburan

Metode penaburan benih Jenis Tanaman

Dibenamkan Ditutup seresah Dipermukaan media

A. pavoniana 10.8 a 10.9 a 8.5 a

C. pentandra 83 a 71.1 a 23.8 b

D. latiforia 13.7 a 16.7 a 16.8 a

D. regia 46.1 a 56.7 a 49.9 a

E. cyclocarpum 5.2 a 15.9 a 21 a

G.

arborea 39.8 a 42.3 a 39.5 a

I. bijuga 35.5 a 34.1 a 15.9 b

M. azedmach 8.5 a 8.8 a 7.6 a

P. falcataria 26.5 a 25.8 a 11.1 a

P. indicus 56.1 a 47.3 a 23 a

S. saman 29.6 a 26.2 a 21.8 a

Keterangan : rerata sebaris diikuti huruf yang samn menunjukkm tidak berbeda nyata berdasmkan uji LSD pada taraf kepercayaan 95 %.

Tanaman E. cyclocarpum dan

G.

Arborea memiliki kecenderungan pertambahan tinggi yang progresif (Gambar 3).

--

D. lat~olia

AD. regia

--

E. cyclo~arpum

G. arborea --I. bijuga

-

M. azeabrach

-

-P.Jalataria

5 10 16

-+- P. i n d i m

Umur Tanaman (Minggu)

-

-S. saman
(44)

Pengujian Mutn Fisik dan Fisiologis Benih

Penggunaan benih di lapangan sangat tergantung pada mutu benih yang

digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan uji mutu fisik (berat 1000 butir benih)

dan uji fisiologis (daya berkecambah benih). Pengujian mutu fisik dan fisiologis

benih dilakukan karena merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan

benih dari mulai proses produksi sarnpai perkecambahan benih. Hasil uji mutu

fisik benih (berat 1000 butir) untuk I. bijuga lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis lainnya (Gambar 5). Dengan berat seperti itu, diduga kandungan

benihnya dalam bentuk karbohidrat, lemak dan lainnya lebih tinggi bila

dibandingkan dengan jenis lainnya. Sedangkan daya berkecambah untuk ketujuh jenis yang diuji hampir semuanya di atas 80 %, kecuali G. arborea dan A. pavoniana (Tabel 11).

Tabel 11 Hasil pengujian mutu fisik-fisiologis benih

Parameter Uji

Jenis Tanaman Berat 1000 butir jumlah per Daya berkecambah

(pr) kg (%)

P.

falcataria 23,6 42.395 82

-

100

E. cyclocrnpum 961.3 1.040 76

-

96

A.pavonirma 296,6 3.371 60

-

80

I. bijuga 2832,2 353 92

-

96

G.arborea 551.8 1.812 52

-

76

C. penrandra 69,5 14.383 60

-

88
(45)

Gambar 4 Performa kecambah benih yang abnormal pada metode penaburan benih di permukaan media kecambah (A, D = radikel

C.

pentandra dan

D. latzj7ia yang mengarah ke atas, B = radiiel yang busuk dan kering

pada benih

D.

regia, C = radikel yang memanjang pada jenis S. saman, [image:45.599.71.465.36.811.2] [image:45.599.86.467.86.374.2]

E,F,G &

H

= tidak kokoh atau tidak tegaknya kecambah E. cyclocarpum,

M.

azedarach, C. pentandra dan S. saman pada metode penabura

Gambar

Gambar 2. Gambar 2 Kelebihan dan kekurangan penanaman dengan pembenihan langsung
Tabel 1 Deskripsi singkat jenis yang berpotensi dipakai untuk
Tabel 2 Beberapa perbedaan sifat benih ortodoks dan rekalsitran
Gambar 4 Performa kecambah benih yang abnormal pada metode penaburan
+7

Referensi

Dokumen terkait